Anda di halaman 1dari 28

PANDUAN

PENGELOLAAN BAHAN DAN LIMBAH BERBAHAYA


DAN BERACUN

RSU ASY SYIFA SAMBI


Jl. Raya Bangak-Simo Km 7, Sambi, Boyolali 57376
Telp. (0276) 3294459, Fax. (0276) 3294459
KEPUTUSAN DIREKTUR RSKIA UMMI KHASANAH
NOMOR :

TENTANG

PANDUAN PENGELOLAAN BAHAN DAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN


BERACUN DI RSKIA UMMI KHASANAH

DIREKTUR RSKIA UMMI KHASANAH

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka penyelenggaraan pelayanan di RSKIA Ummi


Khasanah perlu di dukung dengan pelayanan medis yang bermutu bagi
pasien.
b. Bahwa setiap kegiatan yang dilakukan rumah sakit ada yang
menggunakan bahan berbahaya dan beracun serta menghasilkan
limbah bahan berbahaya dan beracun
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana yang dimaksud dalam
butir a dan b perlu ditetapkan Kebiajakan Direktur RSKIA Ummi
Khasanah tentang Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja


2. Undang-Undang Nomor 15 tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan
3. Undang - Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
4. Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentangRumahSakit.
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 01/Men/179
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Persyaratan
Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit
7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 472 / Menkes / Per / V / 1996 tentang
pengamanan barang berbahaya bagi kesehatan
8. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1405/Menkes/SK /XI/2002
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri;
9. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 432/Menkes/ SK /IV/2007
tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
rumah sakit;
10. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 129/Menkes/SK/II/2008
Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
11. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 56 Tahun 2015
Tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan
12. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor 12
Tahun 2020 tentang Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun
13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Bercun
MEMUTUSKAN

Menetapkan :
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTURRSUASY SYIFA SAMBI TENTANG
PANDUAN PENGELOLAAN BAHAN DAN LIMBAH BAHAN
BERBAHAYA DAN BERACUN DI RSU ASY SYIFA SAMBI.

Kedua : Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
dilaksanakan secara menyeluruh di RSU Asy Syifa Sambi

Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal XXXXXXXXX dan apabila di


kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam ketetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Boyolali
pada tanggal :
Direktur,

Dr.M dhiyaul Mushhaf


LampiranKeputusan Direktur Rsu Asy Syifa Sambi
Nomor : 178/06/SK.RSAS/V/2022
Tanggal :

PANDUAN
PENGELOLAAN BAHAN DAN LIMBAH BERBAHAYA
DAN BERACUN

RSU ASY SYIFA SAMBI


Jl. Raya Bangak-Simo Km 7, Sambi, Boyolali 57376
Telp. (0276) 3294459, Fax. (0276) 3294459
BAB I
DEFINISI

A. Latar Belakang
Rumah sakit dalam melaksanakan kegiatan di bidang pelayanan kesehatan tentunya
membutuhkan bahan-bahan pendukung, baik bersifat padat, cair maupun gas. Adapun
bahan-bahan tersebut juga memiliki sifat dan jenis masing-masing, ada yang tidak berbahaya
dan ada pula yang berbahaya. Hasil akhir dari penggunaan bahan tersebut juga dapat
menghasilkan limbah yang juga dapat berbahaya.
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) merupakan rangkaian kegiatan yang
mencakup penggunaan, penyimpanan, pengangkutan, penanganan tumpahan, sampai dengan
pengelolaan limbah yang dihasilkan dari bahan tersebut. Limbah berbahaya yang dihasilkan
dari kegiatan di Rumah sakit dapat berupa limbah kimiawi, farmasi, logam berat, dan limbah
infeksius.
Penggunaan bahan berbahaya yang tidak sesuai dengan peruntukannya dan
penanganannya dapat menimbulkan ancaman atau bahaya terhadap kesehatan manusia dan
lingkungannya. Oleh karena itu, salah satu upaya untuk menghindarkan atau mengurangi
resiko bahan berbahaya dilakukan melalui pemberian informasi yang benar mengenai
pengelolan bahan berbahaya kepada pengelola bahan berbahaya melalui panduan ini.

B. Pengertian
1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat dengan B3 adalah zat, energi,
dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusaklingkungan
hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup
manusia dan makhluk hidup lain.
2. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat Limbah B3 adalah
sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3.
3. Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB) / Material Safety Data Sheet (MSDS) adalah
Lembar petunjuk yang berisi informasi bahan kimia meliputi sifat fisika, kimia, jenis
bahan yang dtimbulkan, cara penanganan, tindakan khusus dalam keadaan darurat dan
informasi lain yang diperlukan.
4. Pengelolaan Limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan/atau penimbunan.
5. Penyimpanan Limbah B3 adalah kegiatan menyimpan limbah B3 yang dilakukan oleh
penghasil limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara Limbah B3 yang
dihasilkannya.
6. Penimbun Limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan penimbunan
Limbah B3.
7. Pengemasan Limbah B3 adalah cara menempatkan atau mewadahi Limbah B3 agar
mudah dalam melakukan penyimpanan dan/atau pengumpulan dan/atau pengangkutan
Limbah B3 sehingga aman bagi lingkungan hidup dan kesehatan manusia.
8. Simbol B3 adalah gambar yang menunjukkan klasifikasi B3.
9. Label B3 adalah uraian singkat yang menunjukkan antara lain klasifikasi dan jenis B3.
10. Kemasan adalah wadah atau tempat yang bagian dalamnya terdapat B3 dan dilengkapi
penutup.
11. Tempat penyimpanan kemasan B3 adalah bangunan, ruangatau dalam bentuk lain yang
digunakan untuk menyimpan kemasan B3.
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Kategori B3
Berikut adalah kategori / klasifikasi dari Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) :
1. Mudah meledak (explosive)
2. Pengoksidas(oxiding)
3. Sangat mudah sekali menyala (extremely flammable)
4. Sangat mudah menyala (flammable)
5. Amat sangat beracun (extremely toxic)
6. Sangat beracun (highly toxic)
7. Beracun (moderately toxic)
8. Berbahaya (harmful)
9. Korosif (corrosive)
10. Bersifat iritasi (irritant)
11. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)
12. Karsinogenik (carcinogenic)
13. Teratogenik (teratogenic)
14. Mutagenik (mutagenic)
Kategori Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dihasilkan oleh fasilitas pelayanan
kesehatan sebagai berikut :
1. Infeksius
2. Benda tajam
3. Patalogis dan anatomi
4. Bahan kimia kadaluarsa, tumpahan atau sisa kemasan
5. Radioaktif
6. Farmasi
7. Genotoksik/sitotoksik
8. Peralatan medis yang memiliki kandungan logam berat
9. Tabung gas atau kontainer bertekanan
B. Pengaruh Terhadap Kesehatan
Dampak yang timbul akibat adanya paparan B3 terhadap kesehatan tubuh antara lain :
1. Iritasi
2. Korosif
3. Alergi
4. Aspiksian
5. Keracunan sistemik
6. Kanker
7. Kerusakan / kelainan janin
8. Pneumokoniosis
9. Efek Bius
C. Pengelolaan B3
Ruang lingkup dalam pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)yaitu melalui kegiatan-
kegiatan sebagai berikut :
1. Tata Cara Pengadaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
a. Inventarisasi
b. Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB) / Material Safety Data Sheet (MSDS)
2. Identifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
a. Jenis B3
b. Jumlah B3
c. Simbol B3
3. Penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
4. Penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
a. Penggunaan APD
b. Prosedur penggunaan B3
5. Pengamanan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
6. Penanganan bila terkena Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
a. Spill kit B3
7. Pembuangan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
8. Dokumentasi dalam pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya dan Beracun:
a. Perizinan
b. Pelaporan dan Evaluasi
BAB III
KEBIJAKAN

Surat Keputusan Direktur RSKIA Ummi Khasanah Nomor : ................. tentang Pemberlakuan
Kebijakan Pengelolaan Bahan dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun RSKIA Ummi
Khasanah.
BAB IV
TATA LAKSANA

A. Pengadaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)


1. Tata Cara Pengadaan B3
Ketentuan-ketentuan dalam kegiatan pengadaan B3 adalah sebagai berikut :
a. Pemesanan
1) Pemesanan Bahan Berbahaya dan Beracun dapat dilakukan apabila disertai surat
pesanan yang ditandatangani oleh Kepala Bagian / Koordinator unit Kerja
2) Pemesanan dilakukan oleh Petugas Farmasi dengan menggunakan surat
pemesanan rangkap 2 ( arsip Farmasi dan diserahkan distributor)
3) Pemesanan Bahan Berbahaya dan Beracun menggunakan Nota Pemesanan
yang terpisah dengan bahan yang tidak termasuk Bahan Berbahaya dan Beracun.
4) Pemesanan harus disertai dengan melampirkan data bahwa bahan yang dipesan
merupakan B3.
5) Pemesanan dilakukan melalui Distributor resmi yang terdaftar pada BPOM atau
Departemen Perindustrian dan Perdagangan.
6) Setiap pemesanan harus mencantumkan dengan jelas nama bahan, nama dagang,
nama kimia, jumlah yang dipesan, nama dan alamat distributor.
7) Setiap pemesanan harus mencantumkan pernyataan tertulis bahwa pihak
distributor akan melampirkan MSDS pada saat penyerahan B3.
8) Tidak diperkenankan memesan B3 yang terlarang berdasarkan Peraturan
Pemerintah RI No. 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
Beracun.
b. Penyerahan Barang
1) Pada saat penyerahan B3, faktur pembelian harus mencantumkan dengan jelas
nama bahan, nama dagang, nama kimia, jumlah bahan, nama dan alamat
distributor.
2) Setiap B3 yang diserahkan harus disertai dengan Lembar Data Pengamanan
Bahan (Material Safety Data Sheet) yang berisi merk dagang, rumus kimia, jenis
B3, klasifikasi, teknik penyimpanan dan penggunaan serta tatacara penanganan
bila kecelakaan.
3) Pada saat diserahkan, B3 harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a) Diserahkan dalam bentuk kemasan yang baik/tepat
b) Wadah kemasan tidak bocor
c) Tidak berkarat
d) Tidak Rusak
e) Disertai dengan penandaan nama dagang, nama bahan, berat, yang sesuai
dengan yang tertera pada faktur pembelian.
4) Setiap B3 yang diserahkan harus telah memiliki tanda peringatan sesuai dengan
jenis dan bahannya, simbol bahaya dan petunjuk P3K yang harus mudah dilihat,
dibaca, dimengerti dan tidak luntur.
5) Penyerahan B3 harus dilakukan secara langsung kepada petugas farmasi
6) Petugas farmasi mencocokan jumlah dan jenis barang dengan surat pesanan.
7) Bahan berbahaya dan beracun tidak diterima apabila :
a) Dokumen tidak lengkap (nota, faktur pembelian, MSDS, dll).
b) Sudah Kadaluarsa.
c) Kemasan atau wadah bahan rusak.
d) Label yang tertera pada bahan dan dokumen tidak cocok.
8) Lalu dibuat berita acara penerimaan dan pemeriksaan barang yang ditandatangani
oleh petugas farmasi dan distributor.
9) Bahan berbahaya dan Beracun langsung ditempatkan pada ruangan/lemari
penyimpanan khusus B3.
2. Tata Cara Identifikasi B3
Identifikasi semua B3 untuk mengenal jenis dan karakteristiknya. Diperlukan penataan
yang rapi dan dan teratur, dilakukan oleh petugas yang ditunjuk sebagai penanggung
jawab dari setiap unit/area yang mengelola B3. Hasil identifikasi diberi label untuk dapat
membedakan satu sama lainnya. Sumber informasi didapatkan dari MSDS. Identifikasi
dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Melakukan inventaris bahan berbahaya dan beracun sesuai dengan jenis, jumlah dan
lokasi penyimpanan yang ada di rumah sakit. Inventaris B3 dilakukan oleh petugas
farmasi.
Pengelompokkan klasifikasi dari Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) mengacu pada
Peraturan Pemerintah nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan bahan berbahaya
dan beracun sebagai berikut :
1) Mudah meledak (explosive)
2) Pengoksidas (oxiding)
3) Sangat mudah sekali menyala (extremely flammable)
4) Sangat mudah menyala (flammable)
5) Amat sangat beracun (extremely toxic)
6) Sangat beracun (highly toxic)
7) Beracun (moderately toxic)
8) Berbahaya (harmful)
9) Korosif (corrosive)
10) Bersifat iritasi (irritant)
11) Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)
12) Karsinogenik (carcinogenic)
13) Teratogenik (teratogenic)
14) Mutagenik (mutagenic)
Pengelompokkan kategori Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang
dihasilkan oleh fasilitas pelayanan kesehatan mengacu pada Permenkes RI Nomor 7
Tahun 2017 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit sebagai berikut :
1) Infeksius
2) Benda tajam
3) Patalogis dan anatomi
4) Bahan kimia kadaluarsa, tumpahan atau sisa kemasan
5) Radioaktif
6) Farmasi
7) Genotoksik/sitotoksik
8) Peralatan medis yang memiliki kandungan logam berat
9) Tabung gas atau kontainer bertekanan
b. Identifikasi potensi bahaya B3 dan identifikasi Limbah B3 dilakukan oleh petugas
kesehtan lingkungan.
c. Memberi tanda bahaya sesuai dengan karakteristik dan jenis dari bahan tersebut
(dapat dilihat dalam MSDS) dan diletakkan disekitar lokasi dan mudah terlihat.
3. Label dan Simbol B3
Pemberian simbol dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Berbentuk bujur sangkar diputar 45 derajat sehingga membentuk belah ketupat.
b. Berwarna dasar putih dan garis tepi belah ketupat tebal berwarna merah.
c. Simbol yang dipasang pada kemasan disesuaikan dengan ukuran kemasan.
Pemberian simbol dan pemasangan simbol mengacu pada Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No 3 Tahun 2008 tentang simbol dan label Bahan kimia
Berbahaya dan Beracun.
d. Pemberian label dilakukan pada saat pengemasan B3 untuk memberikan informasi
produsen B3, identitas B3 dan kuantitas B3. Label harus mudah terbaca, terlihat jelas,
tidak mudah rusak dan tidak mudah terlepas dari kemasannya. Ketentuan bentuk,
warna, ukuran, pengisian dan pemasangan mengacu pada Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No 3 Tahun 2008 tentang simbol dan label Bahan kimia
Berbahaya dan Beracun.
4. Label dan Simbol Limbah B3
Pemberian label dan simbol pada limbah B3 mengacu pada PermenLH nomor 14 Tahun
2013 tentang simbol dan label limbah bahan berbahaya dan beracun.
Ketentuan simbol limbah B3 sebagai berikut :
a. Bentuk simbol bujur sangkar diputar 45° (belah ketupat). Warna garis sama dengan
warna gambar simbol
b. Simbol pada kemasan ukuran 10 x 10 cm
c. Simbol pada pengangkut dan tempat penyimpanan ukuran 25 x 25 cm
d. Gambar simbol pada masing-masing karakteristik limbah pada PermenLH nomor 14
Tahun 2013 tentang simbol dan label limbah bahan berbahaya dan beracun.
Ketentuan label limbah B3 sebagai berikut :
a. Label untuk kemasan limbah :
1) Label berukuran 15 x 20 cm
2) Label warna dasar kuning dengan garis tepi warna hitam
3) Tulisan identitas pada label berwarna hitam
4) Label diisi dengan huruf cetak jelas terbaca, tidak mudah terhapus
5) Label ditempel pada kemasan limbah B3
b. Label untuk kemasan limbah B3 kosong :
1) Label berbentuk belah ketupat dengan warna dasar putih
2) Ukuran label 10 x 10 cm
3) Bagian tengah label berisi tulisan “KOSONG’ dengan warna hitam
c. Label penunjuk tutup kemasan Limbah B3 :
1) Label berukuran 7 x 15 cm
2) Warna dasar putih berisi gambar 2 anak panah menunjuk ke atas
3) Garis tepi label berwarna hitam
5. Tata Cara Penyimpanan B3 dan Limbah B3
a. Persyaratan Umum Penyimpanan B3
1) Ruang penyimpanan
a) Ruang penyimpanan terletak pada lokasi yang bebas banjir dan tidak rawan
bencana alam.
b) Ruang Penyimpanan kedap air, tidak bocor, ada ventilasi untuk mencegah
akumulasi gas, lubang angin harus dilengkapi dengan kasa penutup agar
burung dan binatang tidak masuk dan dilengkapi penerangan yang mencukupi.
c) Instalasi penerangan harus tidak menimbulkan ledakan, dengan memasang
lampu penerangan dengan tinggi minimal 1 meter di atas kemasan dan semua
saklar untuk ruang bahan mudah terbakar harus terpasang dari sisi luar.
d) Tersedia sarana pencucian yang dekat lokasi dan memadai misalnya wastafel
untuk membilas mata atau bagian tubuh lainnya yang terpapar bahan
berbahaya dan beracun.
e) Tersedia sistem pemadam kebakaran dan deteksi kebakaran yang sesuai
dengan luas ruang dan jenis bahan yang disimpan.
f) Tersedia pembangkit listrik cadangan yang berfungsi secara otomatik apabila
terjadi ganguan aliran listrik.
g) Tersedia Fasilitas pertolongan pertama pada kecelakaan dalam jumlah dan
jenis yang memadai.
h) Tersedia peralatan komunikasi dalam ruang penyimpanan agar memudahkan
komunikasi dengan Bagian lain.
i) Tersedia pengontrol suhu dan kelembaban di setiap ruang penyimpanan bahan
berbahaya dan beracun.
j) Ruangan penyimpanan tidak boleh terkena cahaya matahari secara langsung
karena dapat menyebabkan terjadinya reaksi kimia pada bahan-bahan kimia
yang tidal stabil.
k) Ruangan penyimpanan bahan berbahaya dan beracun dinyatakan sebagai
“restricted area” sehingga setiap orang yang tidak berkepentingan tidak
diperkenankan masuk.
l) Semua sistem pengamanan ruangan dan penyimpanan bahan kimia harus
diperiksa sekurang-kurangnya setiap bulan.
m) Setiap hasil pemeriksaan harus didokumentasikan
2) Ketentuan penyimpanan sebagai berikut :
Ketentuan penyimpanan B3 disesuaikan dengan ketentuan penyimpanan yang ada
pada Lembar Data Pengamanan Bahan (Material Safety Data Sheet).
Ketentuan penyimpanan sebagai berikut :
a) Bahan berbahaya dan beracun disusun/ditumpuk maksimal 3 box (3
tumpukan)
b) Jarak antar blok minimum 30 cm agar masih tersisa ruang untuk melakukan
pengawasan rutin.
c) Jarak kemasan terluar tidak boleh kurang 1 meter dari atap.
d) Kemasan B3 yang tidak saling cocok harus disimpan terpisah, tidak dalam 1
blok untuk menghindari terjadinya reaksi kimia yang membahayakan.
e) Penempatan kemasan harus dengan syarat tidak ada kemungkinan tumpah ke
kemasan lain.
f) Label kemasan harus dapat terlihat dengan jelas
b. Persyaratan Penyimpanan berdasarkan Jenis B3
1) Bahan Mudah Meledak
- Ruangan penyimpanan harus dingin dan berventilasi
- Ruangan/bahan harus jauh dari sumber api/panas
- Tersedia alat pemadam kebakaran
- Tempat penyimpanan tidak menimbulkan gesekan atau benturan mekanis
- Tersedia alat pelindung dirisarung tangan, masker/respirator, apron / baju
pelindung, sepatu tertutup.
2) Bahan Mudah Terbakar
- Ruangan penyimpanan harus dingin dan berventilasi
- Ruangan/bahan harus jauh dari sumber api/panas.
- Hindari terjadinya loncatan api listrik atau bara rokok.
- Tersedia alat pemadam kebakaran dan sistem deteksi kebakaran.
- Penyimpanan harus dijauhkan dari bahan kimia oksidator.
- Tersedia alat pelindung dirisarung tangan, masker/respirator, apron / baju
pelindung, sepatu tertutup.
3) Bahan Oksidator
- Ruangan penyimpanan harus dingin dan berventilasi.
- Ruangan/bahan harus jauh dari sumber api/panas.
- Hindari terjadinya loncatan api listrik atau bara rokok.
- Penyimpanan harus terpisah dengan bahan mudah terbakar atau bahan
pereduksi.
- Tersedia alat pemadam kebakaran.
- Tersedia alat pelindung diri sarung tangan, masker/respirator, apron / baju
pelindung, sepatu tertutup.
4) Bahan Beracun
- Ruangan penyimpanan harus dingin dan berventilasi
- Jauhkan dari bahan lain yang dapat bereaksi
- Bekerja dengan arah angin dari pekerja ke sumber emisi
- Tersedia alat pelindung dirisarung tangan, masker/respirator, apron / baju
pelindung, sepatu tertutup.
5) Bahan Korosif
- Ruang penyimpanan harus dingin dan berventilasi
- Bahan disimpan dalam wadah tertutup dan berlabel
- Disimpan terpisah dari bahan-bahan beracun
- Tersedia alat pelindung dirisarung tangan, masker/respirator, kacamata,
apron / baju pelindung, sepatu tertutup.
6) Bahan Reaktif
– Ruangan penyimpanan harus dingin dan berventilasi.
– Ruangan/bahan harus jauh dari sumber api/panas/sinar matahari.
– Ruangan harus kedap air.
– Hindari dari pengangkutan yang menimbulkan benturan
– Hindari dari pengadukan yang menimbulkan panas.
– Tersedia alat pemadam kebakaran tanpa air (CO2,, Dry powder)
– Tersedia alat pelindung dirisarung tangan, masker/respirator, kacamata, apron
/ baju pelindung, sepatu tertutup.
7) Tabung Gas Bertekanan
– Tabung gas diamankan denganmenggunakan rantai/sabuk yang layak
diatas bagian tengah, tetapi dibawah bahu (kurang lebih 2/3 tinggi tabung).
– Untuk tabung yang tingginya kurang dari ½ m, dapat diamankan dengan
stands.
– Tabung tidak boleh diletakkan di area yang mungkin tergenang air.
– Suhu ruangan / tabung silinder dijaga agar tidak melebihi 50°C.
– Ruangan dingin dan tidak terkena sinar matahari langsung.
– Jauh dari sumber panas.
– Tabung akan melepaskan isinya melalui perangkat pengaman (rupture device)
di suhu 65°C, sedangkan silinder kecil yg tidak dilengkapi pengaman dapat
meledak.
– Tabung tidak boleh ditempatkan di pintu keluar/masuk.
– Harus disimpan di dalam area berventilasi baik .
– Tidak boleh disimpan di area lembab/dekat bahan kimia yang korosif yang
dapat merusak kran.
– Harus disimpan dengan posisi berdiri tegak.
– Katup pengaman harus dilindungi oleh penutup (cap) jika tidak dipakai.
– Tabung O2/gas oksidasi, disimpan terpisah dari bahan yang mudah terbakar.
– Jarak minimal 6 m / dipisahkan oleh dinding tahan api setinggi minimal 1,5m
& tahan api selama kurang lebih 30 menit.
– Harus disimpan secara teratur, sistem FIFO (First In First Out).
c. Penyimpanan Limbah B3
Penyimpanan limbah B3 rumah sakit mengacu pada permenLH nomor 12 Tahun
2020 tentang Penyimpanan Limbah B3.
1) Tempat penyimpanan
a) Lokasi penyimpanan tidak rawan bencana dan bebas banjir
b) Luas ruang sesuai dengan jumlah limbah
c) Desain dan konstruksi mampu melindungi limbah dari hujan dan cahaya
matahari
d) Dilengkapi fire alarm dan alat pemadam kebakaran (APAR)
e) Atap didesain tidak mudah terbakar
f) Lantai kedap air dengan kemiringan maksimum 1%
2) Tempat penyimpanan sesuai karakteristik limbah B3:
a) Mudah menyala :
Struktur atap dari bahan yang tidak mudah menyala, konstruksi atap ringan dan
mudah hancur jika terjadi kebakaran
Diberi penerangan yang tidak menyebabkan ledakan
b) Mudah meledak :
Konstruksi bangunan, lantai, dinding dan atap dibuat tahan ledakan. Lantai dan
dinding lebih kuat dari konstruksi atap.
c) Reaktif, korosif dan beracun :
Konstruksi dinding mudah untuk dilepas. Atap, dinding dan lantai tahan terhadap
korosi dan api.
d) Penyimpanan sementara Limbah B3 pada penghasil sebagai berikut :
Limbah B3 pada RS....... dipilah sebagai berikut :
 Limbah B3 nonmedis
Limbah B3 nonmedis masuk pada tempat sampah khusus B3 nonmedis di
setiap ruang sampah nurse station. Sampah B3 nonmedis antara lain : baterai
bekas, lampu bekas, catridge, spray pengharum ruangan, obat nyamuk,
pembersih lantai.
 Limbah medis
Limbah medis terbagi dalam beberapa pemilahan tempat sampah sebagai
berikut :
1) Tempat sampah medis plastik kuning
Limbah yang masuk dalam tempat sampah plastik kuning sebagai berikut :
 Alat medis yang sudah terpakai dan yang belum terkena cairan tubuh
pasien
 Limbah dari kegiatan pelayanan kesehatan yang telah kontak dengan
cairan tubuh pasien. Seperti : kapas, kassa, selang oksigen, selang infus,
handscoon, masker, pampers dan pembalut.
2) Tempat sampah benda tajam
Terdapat 2 jenis limbah benda tajam :
 Safety box untuk limbah spuilt dan jarum suntik
 Tempat sampah khusus ampul vial untuk limbah ampul dan vial
 Tempat sampah khusus flabot
Tempat sampah khusus flabot untuk limbah flabot dan aqua bidest.
Jika dalam bangsal tersebut tidak memiliki tempat sampah khusus B3
medis, maka dijadikan satu dengan tempat sampah flabot.
 Limbah covid
Limbah hasil pasien Covid-19 diletakkan pada plastik kuning,
dimasukkan pada kardus.
e) Penyimpanan sementara pada TPS Limbah B3:
 Terdapat rambu “TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA (TPS)”
 Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) B3 dibedakan menjadi 3 ruang yaitu :
ruang penimbangan, ruang limbah infeksius dan ruang limbah B3 non
infeksius
 TPS limbah infeksius digunakan untuk menyimpan limbah infeksius dari
bangsal pelayanan
 Limbah infeksius jarum disimpan pada safety box (kardus bekas) yang telah
ditutup lakban
 Limbah medis yang berisi sisa potongan tubuh manusia dalam plastik kuning
dimasukkan dalam freezer
 Limbah medis dari kegiatan pelayanan dalam plastik kuning masuk dalam
wheel bin kuning
 Limbah medis jenis ampul dan vial bekas dalam plastik kuning dimasukkan
dalam wheel bin kuning
 TPS B3 umum digunakan untuk menyimpan limbah B3 umum dari sisa hasil
kegiatan rumah sakit
6. Tata Cara Penggunaan B3
a. Dalam menangani bahan berbahaya dan beracun, setiap karyawan harus menghindari
terjadinya inhalasi bahan, penyerapan melalui kulit, tertelan melalui mulut, atau
kontak langsung dengan peralatan/ bahan dengan menggunakan alat pelindung diri
yang lengkap seperti sarung tangan, masker/respirator, kacamata bila perlu, apron /
baju pelindung, sepatu tertutup.
b. Pengambilan bahan kimia cair dengan mempergunakan pipet,pipet yang disedot
dengan mulut tidak diperkenankan karena dapat menyebabkan tertelannya bahan
kimia tersebut.
c. Dalam menuang bahan kimia cair, tidak boleh dilakukan dengan terburu-buru yang
sampai mengotori label bahan kimia berbahaya dan beracun.
d. Sebelum menuang bahan kimia, pekerja harus membaca dengan teliti label bahan
kimia. Apabila label sudah tidak jelas atau tidak ada maka tidak diperkenankan
mengambil bahan kimia dari kontainer.
e. Apabila menuang bahan kimia cair dari kontainer yang besar ke dalam gelas ukur
yang kecil maka gelas ukur harus ditahan agar cairan tidak tumpah.
f. Selalu menerapkan hand hygiene pada saat sebelum dan sesudah melakukan prosedur
penggunaan B3.
7. Tata Cara Pengamanan B3 dan Limbah B3
a. Pengamanan B3
1) Dilarang makan, minum atau merokok di dalam ruang kerja.
2) Tidak menyimpan makanan atau minuman berdekatan dengan bahan beracun
atau korosif.
3) Diupayakan dalam pengambilan bahan kimia tidak berlebihan,karena apabila
dikembalikan kedalam wadah semula,ini akan dapat menimbulkan suatu reaksi
kimia yang berbahaya. Harus diupayakan pengambilan bahan secara tepat tanpa
berlebihan.
4) Apabila sedang mengerjakan pencampuran bahan kimia, tidak diperkenankan
meninggalkan tempat agar proses pencampuran/ reaksi dapat diawasi.
5) Tidak diperkenankan mencicipi/ merasa bahan kimia jenis apapun. Apabila harus
mencium bahan kimia maka lakukan dengan sangat hati-hati dengan
mempergunakan ujung botol sehingga hanya sebagian kecil uap yang masuk ke
hidung.
6) Tidak diperkenankan menyimpan mantel, baju lapis, atau buku dalam ruang yang
berisi bahan kimia karena bisa terkontaminasi oleh bahan kimia.
7) Setiap karyawan harus mengetahui lokasi dari Alat Pemadam Api Ringan
(APAR), tempat pembilasan, dan mengetahui cara mempergunakan peralatan
tersebut.
8) Setelah kejadian pemaparan, kecelakaan, kebakaran, peledakan atau adanya
tumpahan bahan, karyawan harus segera memberitahukan kepada Kepala
Bagiannya atau atasan langsung.
b. Pengamanan Limbah B3
1) Setiap karyawan melakukan pemilahan limbah B3 dengan benar
2) Setiap karyawan yang mengelola limbah wajib menggunakan APD (masker,
handscoon, sepatu boot)
3) Melakukan hand hygiene sebelum dan setelah proses pengelolaan
4) Pelaksanaan proses pengelolaan harus dilaksanakan sesuai prosedur
5) Memperhatikan kebersihan tempat sampah dan TPS Limbah B3
6) Melakukan monitoring freezer limbah setiap 3 bulan sekali
7) Pemeriksaan fisik air limbah dilakukan setiap hari
8) Pemeriksaan kimiawi dan bakteriologis dilakukan setiap 1 bulan sekali pada
laboratorium yang terakreditasi
8. Penanganan bila terkena Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
a. Penanganan bila terkena B3
1) Apabila terkena B3 dimata maka lepaskan lensa kontak apabila memakainya,
kemudian basuh mata dengan air yang mengalir sebanyak – banyaknya sedikitnya
selama 15 menit.Upayakan tetap terus membuka mata mata. Apabila mata merah
atau bengkak maka carilah pertolongan medis segera dengan membawa lembar
data keselamatan bahan / MSDS dari bahan tersebut sebagai referensi untuk
memberikan pertolongan kepada korban.
2) Apabila terkena bahan berbahaya dan beracun dikulit segera basuh dengan air
mengalir selam 15 menit dapat pula dengan memberi sabun disinfektan, tutupi
luka yang teriritasi dengan melunakkan, segera lepas baju atau pakian,sepatu dan
cuci peralatan sebelum digunakan kembali. Apabila terjadi iritasi atau luka bakar
dapat memberikan krim anti bakteri untuk melunakkan luka dan segera cari
pertolongan medis dan bawa MSDS bahan tersebut sebagai referensi untuk
memberikan pertolongan kepada korban.
3) Apabila menelan bahan berbahaya dan beracun dapat mengakibatkan luka bakar
dan korosi pada tenggorokan atau kerongkongan sehingga sakit saat menelan.
Jangan muntahkan apabila posisi masih sadar dan tidak disuruh oleh tenaga
medis,dapat pula memberikan minum 1-2 gelas air atau susu dan hindari pemanis
buatan pada orang yang sadar. Longgarkan pakaian yang ketat seperti kerah,ikat
pinggang,dasi. Segera carilah pertolongan medis dan bawa MSDS bahan tersebut
sebagai referensi untuk memberikan pertolongan kepada korban.
4) Apabila menghirup bahan berbahaya dan beracun segera keluar dari ruangan
mencari udara segar dan apabila tidak bernafas dapat memberikan napas buatan
dari mulut ke mulut apabila tidak membahayakan,apabila sulit bernafas dapat
memberikan oksigen. Carilah pertolongan medis segera dengan membawa MSDS
bahan tersebutsebagai referensi untuk memberikan pertolongan kepada korban.
b. Penanganan bila terjadi tumpahan B3
1) Perangkat Pengaman Tumpahan
Perangkat pengendali tumpahan biasa mencakup item sebagai berikut:
 Kertas penyerap / koran bekas / under pad / kain bekas bahan katun
 Kantong plastik kuning
 Kantong plastik coklat
 Sekop plastik kecil dan sapu
 APD, tanda/papan peringatan, pembatas darurat dan perlindungan lain yang
tepat agar tidak tergelincir atau terjatuh di lantai basah selama atau setelah
pembersihan.
2) Prinsip Pembersihan Tumpahan
a) Tumpahan Darah dan Cairan Tubuh
 Melakukan kebersihan tangan. Mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir
 Menggunakan kotak spill kit
 Menggunakan APD (celemek, masker, kaca mata jika perlu, sepatu boot)
 Untuk tumpahan dengan bentuk cair serap kertas/ koran bekas/ tissue
 Untuk tumpahan bentuk serbuk, bersihklan dengan kertas/ koran bekas/
tissue yang telah dibasahi dengan air bersih
 Untuk pecahan lampu/kaca
 Buang kertas/ penyerap dalam tempat sampah infeksius (plastik kuning)
 Sempot area bekas tumpahan darah dan cairan tubuh dengan klorin 0,5%
dan biarkan selama 10 menit, kemudian bersihkan
 Bilas dengan lap basah yang bersih hingga klorin terangkat
 Masukkan lap yang telah dipakai ke dalam plastik kemudian masukkan
ke dalam tempat linen infeksius
b) Lepaskan APD :
 Lepas sarung tangan buang ke dalam sampah infeksius
Lepas sepatu boot
3) Cairan yang mudah terbakar
 Kategori ini meliputi eter petrolium, pentana, dietil eter, dimetoksietana, dan
tetra hidrofuran.
 Peringatkan petugas lainnya yang ada di tempat kejadian tumpahan untuk
memadamkan semua api bila ada yang sedang menyala, matikan semua
peralatan yang menghasilkan percikan api. Bila perlu matikan daya ke tempat
kejadian dengan pemutus arus, tetapi menjaga sistem ventilasi tetap berjalan.
 Serap pelarut yang tumpah dengan penyerap tumpahan atau bantal tumpahan
sesegera mungkin. Jika hal ini tidak dapat dilakukan dengan cepat,
pertimbangkan untuk mengevakuasi tempat kejadian. Segel penyerap dan
bantal yang telah digunakan dalam wadah dan buang dengan benar.
 Gunakan APD lengkap saat membersihkan.
4) Zat sangat beracun
 Jangan mencoba membersihkan zat sangat beracun sendirian. Beri
tahupetugas K3 dari unit yang bersangkutan dan tim tanggap darurat untuk
meminta bantuan dalam membersihkan tumpahan dan mengevaluasi bahaya
yang terlibat.
 Gunakan APD lengkap saat membersihkan.
c. Prosedur umum penangangan tumpahan bahan kimia B3 adalah sebagai berikut :
1) Petugas yang menemukan tumpahan bahan kimia B3 memakai alat pelindung diri,
seperti masker, sarung tangan, kacamata, sepatu boot dan apron.
2) Petugas mulai menangani tumpahan. Apabila tumpahan bahan kimia B3 dalam
bentuk cair maka dapat menggunakan bahan inert/absorben untuk menyerap
cairan (Kertas penyerap / koran bekas / under pad / kain bekas bahan katun)
3) Apabila tumpahan bahan kimia B3 dalam bentuk serbuk dapat menggunakan
Kertas penyerap / koran bekas / under pad / kain bekas bahan katun yang
dibasahi untuk mengikat tumpahan.
4) Petugas memasukkan kain penyerap pada kantong plastik coklat
5) Bila terdapat pecahan, petugas menggunakan kertas kertas tebal dan dimasukkan
pada kantong plastik coklat
6) Petugas membersihkan / mengepel seluruh area yang terkena tumpahan.
7) Petugas membuang air untuk mengepel ke saluran pengolahan air limbah, jangan
membuang ke saluran umum.
8) Petugas membawa sampah dengan troli tertutup ke tempat pembuangan
sementara limbah B3 di RS.
9) Petugas melepas APD (masker, sarung tangan, kacamata, sepatu boot dan apron)
10) Masukkan sapu dan sekop kecil pada kantong plastik kuning untuk didesinfeksi
kembali. Rapikan kotak spill kit dan letakkan pada belakang nurse station
11) Petugas cuci tangan sebelum melanjutkan pekerjaan yang lain.
d. Penanganan Kebocoran Gas
Silinder gas yang bocor adalah bahaya serius yang mungkin memerlukan proses
evakuasi area dengan segera dan menelepon tim tanggap darurat. Hanya petugas
terlatih yang boleh berusaha menangani kebocoran. Jika terjadi kebocoran, jangan
membebankan ketegangan berlebih terhadap katup yang macet. Kenakan APD (Alat
Pelindung Diri) yang tepat, yang biasanya dilengkapi alat bantu pernafasan mandiri
atau respirator saluran udara, saat memasuki area tempat terjadinya kebocoran.
Hubungi pemasok gas untuk mendapatkan informasi dan panduan khusus .
Berikut ini panduan untuk menangani kebocoran berbagai jenis gas :
 Gas yang mudah terbakar, lembam, atau pengoksidasi
Jika aman pindahkan silinder yang bocor ke area terisolasi, yang jauh dari bahan
yang mudah terbakar jika gas tersebut mudah terbakar atau merupakan agen
pengoksidasi. Pasang tanda yang menyatakan bahaya dan peringatan. Hati-hati
saat memindahkan silinder bocor yang berisi gas yang mudah terbakar sehingga
tidak terjadi penyulutan yang tidak disengaja.
 Gas korosif dan gas beracun
Saat dilepaskan, gas korosif mungkin menambah ukuran kebocoran, beberapa
gas korosif juga merupakan oksidan, mudah terbakar, atau beracun. Pindahkan
silinder ke area terisolasi dan berventilasi bagus, serta arahkan gas ke arah
penetral bahan kimia yang sesuai. Jika kemungkinan terjadi reaksi dengan
penetral yang dapat mengakibatkan sedot balik ke dalam katup, letakkan
perangkap pada saluran sebelum memulai penetralan. Pasang tanda yang
menyatakan bahaya dan peringatan.
9. Pembuangan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
a. Penanganan pembuangan limbah padat B3 sebagai berikut :
1) Dilakukan pemilahan jenis limbah padat mulai dari sumbernya, yang terdiri dari
limbah kimiawi, farmasi (obat kadaluarsa), logam berat (seperti batu baterai, bola
lampu), bekas tumpahan B3, botol/wadah bekas kemasan B3, limbah radioaktif
dan limbah infeksius. Melakukan pemilahan limbah padat sebagai berikut :
a) Limbah B3 nonmedis
Limbah B3 nonmedis masuk pada tempat sampah khusus B3 nonmedis di
setiap ruang sampah nurse station. Sampah B3 nonmedis antara lain : baterai
bekas, lampu bekas, catridge, spray pengharum ruangan, obat nyamuk,
pembersih lantai.
b) Limbah medis
Limbah medis terbagi dalam beberapa pemilahan tempat sampah sebagai
berikut :
 Tempat sampah medis plastik kuning
Limbah yang masuk dalam tempat sampah plastik kuning sebagai berikut :
 Alat medis yang sudah terpakai dan yang belum terkena cairan tubuh
pasien
 limbah dari kegiatan pelayanan kesehatan yang telah kontak dengan
cairan tubuh pasien. Seperti : kapas, kassa, selang oksigen, selang
infus, handscoon, masker, pampers dan pembalut.
 Limbah sisa potongan tubuh manusia
 Tempat sampah benda tajam
Terdapat 2 jenis limbah benda tajam :
 Safety box untuk limbah spuilt dan jarum suntik
 Tempat sampah khusus ampul vial untuk limbah ampul dan vial
 Tempat sampah khusus flabot
Tempat sampah khusus flabot untuk limbah flabot dan aqua bidest.
Jika dalam bangsal tersebut tidak memiliki tempat sampah khusus B3
medis, maka dijadikan satu dengan tempat sampah flabot.
 Limbah covid
Limbah hasil pasien Covid-19 diletakkan pada plastik kuning, dimasukkan
pada kardus.
2) Pengangkutan limbah B3 medis ke TPS di setiap ruangan dilakukan setiap hari 3
kali (sesuai pergantian shift cleaning service)
3) Pengangkutan limbah B3 nonmedis ke TPS dilakukan 1 bulan sekali pada akhir
bulan
4) Penimbangan limbah B3 dilakukan setiap kali pengangkutan, kemudian dicatat
pada logbook
5) Pengangkutan limbah B3menggunakan wheel bin kuning
6) Petugas pengambil limbah wajib menggunakan APD saat bertugas, yaitu : sepatu
boot, sarung tangan, masker, wearpack / pakaian kerja, penutup kepala.
7) Petugas membawa limbah B3 menuju ke TPS B3 rumah sakit
8) Memilih pengolah limbah B3 yang sudah berizin
9) Pengangkutan limbah B3 oleh pengolah dilakukan sesuai jadwal yang sudah
disepakati antara rumah sakit dengan pengolah limbah
10) Pihak ketiga menimbang limbah dan mencatat pada lembar manifest.
11) Petugas cleaning service atau sanitasi menandatangani lembar manifest
12) Pihak Rekanan mengangkut limbah B3 kemudian dibawa ke tempat pengolahan
selanjutnya.
13) Petugas sanitasi melaporkan jumlah limbah lembar manifest pada Sistem
pelaporan elektronik “SIMPEL” KEMENLHK setiap selesai pengangkutan
14) Petugas sanitasi melaporkan jumlah timbulan B3 limbah kepada Dinas
Lingkungan Hidup Boyolali setiap 3 bulan sekali
b. Penanganan pembuangan Limbah Cair sebagai berikut :
1) Setiap limbah cair masuk ke saluran pembuangan air limbah yang tertutup.
2) Saluran limbah dialirkan ke instalasi pengolahan air limbah.
3) Limbah cair akan di proses di instalasi pengolah limbah
4) Pemeliharaan IPAL dilakukan sesuai jadwal oleh petugas IPSRS
5) Pemeriksaan limbah cair dilakukan setiap 1 bulan sekali pada laboratorium
terakreditasi
6) Hasil pemeriksaan limbah cair dievaluasi dan dilaporkan.
BAB V
DOKUMENTASI

A. Dokumentasi Bahan Beracun Berbahaya


1. Pengadaan Bahan berbahaya dan Beracun (B3) di rumah sakit melalui Unit Farmasi
dengan prosedur yang tepat mulai dari pemesanan sampai penyerahan barang. B3 yang
diterima harus melampirkan Lembar Data Pengamanan Bahan (Material Safety Data
Sheet).
2.
B. Dokumentasi limbah Bahan berbahaya dan beracun
1. Dokumentasi limbah B3 sangat penting untuk mempermudah kegiatan pengelolaan
limbah. Dokumentasi terdiri dari data jumlah limbah, dokumen serah terima limbah,
data fisik air limbah, penyimpanan dokumen limbah dan pelaporan. Macam data limbah
B3 sebagai berikut:
a. Data limbah pada TPS limbah B3
Limbah yang diangkut dari bangsal pelayanan sebelum disimpan di TPS harus
dicatat sesuai jenis limbah. Pencatatan dilakukan oleh cleaning services. Data
pencatatan tersebut di rekap petugas sanitasi. Data rekap mencakup sebagai berikut:
Data limbah B3 medis mencakup :
a) Tanggal pengangkutan
b) Sumber limbah
c) Jumlah timbulan limbah sesuai jenis (infeksius, jarum suntik, tajam,
ampul/vial)
Data limbah pada TPS yang telah di rekap petugas sanitasi memuat informasi
sebagai berikut :
1) Data limbah B3 Nonmedis

b. Data limbah cair


Data limbah cair meliputi hasil pemeriksaan fisik, kimi dan bakteriologis air limbah.
Data limbah cair dicatat sebagai berikut :

2. Setiap pengangkutan limbah oleh pihak ketiga wajib melampirkan lembar manifest.
Lembar manifest limbah B3 yang sudah ditandatangani pihak pengambil dan pihak
Rumah Sakit disimpan petugas sanitasi.
3. Lembar hasil pemeriksaan limbah cair pada laboratorium terakreditasi disimpan oleh
petugas sanitasi
C. Pelaporan Bahan berbahaya dan beracun
D. Pelaporan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Kegiatan pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun harus dicatat atau
didatakaan kemudian dilaporkan oleh dan kepada petugas yang sesuai. Setiap 1 bulan
sekali petugas sanitasi melaporkan timbulan limbah kepada Unit PPI Rumah Sakit.
Laporan ke Dinas Lingkungan Hidup Kab. Boyolali dilakukan setiap 3 bulan sekali.
LAMPIRAN

1. Inventaris Bahan Berbahaya dan Beracun


2. SPO Inventaris Bahan Berbahaya dan Beracun
3. SPO Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
4. SPO Penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun
5. SPO pengelolaan Limbah Padat
6. SPO Pengelolaan Limbah Cair
7. SPO Penggunaan Spill Kit
8. Laporan Triwulan
9. Laporan Lingkungan
10. Daftar Simbol B3 dan Limbah B3

Anda mungkin juga menyukai