LOGO RS
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat – Nya
sehingga Buku Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Rumah Sakit XXX ini
dapat tersusun.
Buku Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Rumah Sakit XXX ini
disusun dengan tujuan untuk menjadi Panduan bagi Tenaga Kesehatan dalam pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3), dan terkhusus pada Teknisi dalam penanganan limbah B3 di
Rumah Sakit XXX.
Sangat disadari bahwa Buku Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Rumah Sakit XXX ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, perbaikan akan dilakukan
secara berkala untuk mendukung visi Rumah Sakit XXX.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyusun
Buku Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Rumah Sakit XX ini dapat
tersusun.
Nama Jelas
i
TIM PENYUSUN
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................................. i
Tim Penyusun............................................................................................................... ii
Daftar Isi....................................................................................................................... iii
Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Rumah Sakit XXX
BAB I. DEFINISI ........................................................................................................ 1
BAB II. RUANG LINGKUP....................................................................................... 4
BAB III. TATA LAKSANA ....................................................................................... 4
A. Tujuan .................................................................................................................... 4
B. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).................................................. 5
BAB IV. DOKUMENTASI ........................................................................................ 65
iii
KOP SURAT
_____________________________________________________________________________
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT XXX
NOMOR : 000 / KODE / SK / DIR / BLN / THN
TENTANG
PANDUAN PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)
RUMAH SAKIT XXX
DIREKTUR RUMAH SAKIT XXX,
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT XXX TENTANG
PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)
RUMAH SAKIT XXX.
Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di .......................
Pada Tanggal ..............................
Direktur Rumah Sakit XXX,
Nama Jelas
PANDUAN
PANDUAN PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)
RUMAH SAKIT XXX
BAB I
DEFINISI
Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi, dan/atau
komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk
hidup lain.
Limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3, adalah sisa suatu usaha
dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat
dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.
Limbah Rumah Sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan Rumah Sakit dalam
bentuk padat , cair dan gas.
Limbah Padat Rumah Sakit adalah semua limbah Rumah Sakit yang berbentuk padat sebagai
akibat kegiatan Rumah Sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis.
Limbah Medis Padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius , limbah patologi ,
limbah benda tajam , limbah farmasi , limbah sitotoksis , limbah kimiawi , limbah radioaktif ,
limbah kontainer bertekanan , dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.
Limbah Padat Non Medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan Rumah Sakit
diluar medis yang berasal dari dapur , perkantoran , taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan
kembali apabila ada teknologinya.
1
Limbah Cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan Rumah Sakit
yang kemungkinan mengandung mikro organisme , bahan kimia beracun dan radioaktif yang
berbahaya bagi kesehatan.
Limbah Gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan pembakaran di
Rumah Sakit seperti : insinelator , dapur , perlengkapan generator , anestesi dan pembuatan obat
citotoksik.
Limbah Infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme patogen yang tidak secara rutin
ada dilingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk
menularkan penyakit pada manusia rentan. Sumber dari limbah ini berasal dari semua limbah
yang terkontaminasi dari diagnostik dari pengelolaan pasien dengan penyakit infeksi seperti
AIDS , Hepatitis , TBC , Difteri , Meningitis.Limbah ini memerlukan perhatian dan penanganan
yang khusus.
Limbah Sangat Infeksius adalah limbah yang berasal dari pembiakan dan stock bahan sangat
infeksius , atopsi, organ binatang percobaan dan bahan lain yang telah di inokulasi , terinfeksi
atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius.
Limbah Sitotoksis adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan dan pemberian
obat sitotoksik untuk kemoterapie kanker yang mempunyai kemampuan untuk membunuh atau
menghambat pertumbuhan sel hidup. Sumber dari limbah ini berasal dari perawatan pasien
penyakit kanker , laboratorium dan dari farmasi.
Minimisasi Limbah adalah upaya yang dilakukan Rumah Sakit untuk mengurangi jumlah
limbah yang dihasilkan dengan cara mengurangi bahan ( reduce ) , menggunakan kembali limbah
( reuse ) dan daur ulang limbah ( recycle ).
Limbah Patologis adalah limbah yang berasal dari tubuh manusia Sumber dari limbah ini
berasal dari jaringan , organ tubuh , placenta , fetus manusia , darah dan cairan tubuh. Limbah ini
tidak terlalu berbahaya , tapi membutuhkan perhatian yang khusus.
Limbah benda tajam yaitu benda yang dapat menyebabkan luka potong atau tusuk baik benda
terinfeksi atau tidak. Limbah ini termasuk limbah berbahaya. Sumber dari limbah ini berasal dari
jarum , pisau operasi , gergaji ampul , pecahan kaca, set infus.
Limbah Radioaktif yaitu limbah yang berasal dari bagian radiologi limbah. Limbah ini
merupakan limbah yang sangat berbahaya yang sangat tinggi. Sumber dari limbah ini berasal
dari air pencuci film di RO.
2
Limbah Kimiawi yaitu limbah yang terdiri dari kimia padat,cair , dan gas yang dibuang.
Sumber dari limbah ini berasal dari larutan fixer dan pengembang dari bagian radiologi dan air
thermometer.
Reduksi limbah B3 adalah suatu kegiatan pada penghasil untuk mengurangi jumlah dan
mengurangi sifat bahaya dan racun limbah B3, sebelum dihasilkan dari suatu kegiatan;
Penghasil limbah B3 adalah orang yang usaha dan/atau kegiatannya menghasilkan limbah B3;
Penyimpanan limbah B3 adalah kegiatan menyimpan limbah B3 yang dilakukan oleh penghasil
dan/atau pengumpul dan/atau pemanfaat dan/atau pengolah dan/atau penimbun limbah B3
dengan maksud menyimpan sementara;
Pengangkutan limbah B3 adalah suatu kegiatan pemindahan limbah B3 dari penghasil dan/atau
dari pengumpul dan/atau dari pemanfaat dan/ atau dari pengolah ke pengumpul dan/atau ke
pemanfaat dan/atau ke pengolah dan/atau ke penimbun limbah B3;
Pengolahan limbah B3 adalah proses untuk mengubah karakteristik dan komposisi limbah B3
untuk menghilangkan dan/atau mengurangi sifat bahaya dan/atau sifat racun;Penimbunan limbah
B3 adalah suatu kegiatan menempatkan limbah B3 pada suatu fasilitas penimbunan dengan
maksud tidak membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan hidup.
3
BAB II
RUANG LINGKUP
Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) di rumah sakit dan limbahnya meliputi bahan kimia,
bahan kemoterapi, bahan dan limbah radioaktif, gas dan uap berbahaya serta limbah medis dan
infeksius lain sesuai ketentuan.
Rumah sakit mengidentifikasi dan mengendalikan secara aman bahan dan limbah berbahaya
dengan proses :
A. Identifikasi dan pemukhtahiran inventarisasi Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) dan
limbahnya;
B. Penanganan, penyimpanan dan penggunaan yang aman terhadap Bahan Berbahaya Dan
Beracun (B3);
C. Pelaporan dan investigasi dari tumpahan, paparan (exposure) dan insiden lainnya;
D. Pembuangan limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) yang benar;
E. Peralatan dan prosedur perlindungan yang benar pada saat penggunaan, ada tumpahan
(spill) atau paparan (exposure);
F. Pendokumentasian, meliputi setiap izin dan perizinan/lisensi atau ketentuan persyaratan
lainnya;
G. Pemasangan label pada Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) dan limbahnya;
H. Unit independen mematuhi rencana penanganan Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) dan
limbahnya;
BAB III
TATA LAKSANA
A. TUJUAN
Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) bertujuan untuk melaksanakan
pasal 3 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup yaitu melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup, menjamin keselamatan, kesehatan, dan
kehidupan manusia, menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian
ekosistem, menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup, mencapai keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan lingkungan hidup, menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan
generasi masa depan, menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai
bagian dari hak asasi manusia, mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana,
mewujudkan pembangunan berkelanjutan, dan mengantisipasi isu lingkungan global.
4
Dalam memberikan pelayanan kesehatan, rumah sakit menghasilkan limbah rumah sakit
yang berbentuk padat, cair, dan gas. Oleh karena itu, diperlukan Panduan Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit
serta memulihkan kualitas lingkungan yang sudah terpapar maupun tercemar.
1. Setiap bahan berbahaya yang dibeli harus disertai dengan LDP. Lembar Data
Pengamanan ( LDP ) adalah lembar petunjuk yang berisi informasi tentang sifat fisika ,
kimia dari bahan berbahaya , jenis bahaya yang dapat ditimbulkan , cara penanganan
dan tindakan khusus yang berhubungan dengan keadaan darurat di dalam penanganan
bahan berbahaya. Setiap bahan berbahaya yang dibeli juga harus memiliki wadah dan
kemasan dengan baik dan aman.
2. Pada wadah atau kemasan harus dicantumkan penandaan yang meliputi nama sediaan
atau nama dagang , nama bahan aktif , isi berat netto , kalimat peringatan dan tanda atau
simbol bahaya , petunjuk pertolongan pertama pada kecelakaan.
3. “ Penandaan “ harus mudah dilihat , dibaca , dimengerti , tidak mudah lepas dan luntur
baik karena pengaruh sinar maupun cuaca.
4. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Mudah meledak (explosive)
Mudah meledak (explosive), adalah bahan yang pada suhu dan tekanan standar
(250C, 760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan atau fisika dapat
menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat
merusak lingkungan di sekitarnya. Pengujiannya dapat dilakukan dengan
menggunakan Differential Scanning Calorymetry (DSC) atau Differential Thermal
Analysis (DTA), 2,4-dinitrotoluena atau Dibenzoilperoksida sebagai senyawa
acuan. Dari hasil pengujian tersebut akan diperoleh nilai temperatur pemanasan.
Apabila nilai temperatur pemanasan suatu bahan lebih besar dari senyawa acuan,
maka bahan tersebut diklasifikasikan mudah meledak.
b. Pengoksidasi (oxidizing)
Pengoksidasi (oxidizing) Pengujian bahan padat yang termasuk dalam kriteria B3
pengoksidasi dapat dilakukan dengan metoda uji pembakaran menggunakan
ammonium persulfat sebagai senyawa standar. Sedangkan untuk bahan berupa
cairan, senyawa standar yang digunakan adalah larutan asam nitrat. Dengan
pengujian tersebut, suatu bahan dinyatakan sebagai B3 pengoksidasi apabila waktu
5
pembakaran bahan tersebut sama atau lebih pendek dari waktu pembakaran
senyawa standar.
2. Berupa padatan B3
Berupa padatan B3 yang bukan berupa cairan, pada temperatur dan tekanan
standar (250C, 760 mmHg) dengan mudah menyebabkan terjadinya kebakaran
melalui gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara spontan dan
apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang terus menerus dalam 10
detik. Selain itu, suatu bahan padatan diklasifikasikan B3 mudah terbakar
apabila dalam pengujian dengan metode Seta Closed-Cup Flash Point Test
diperoleh titik nyala kurang dari 400C.
6
Tingkatan racun B3 dikelompokkan sebagai berikut :
Urutan Kelompok LD50 (mg/kg)
1. Amat sangat beracun (extremely toxic) <1
2. Sangat beracun (highly toxic) 1-50
3. Beracun (moderately toxic) 51-500
4. Agak beracun (slightly toxic) 501-5.000
5. Praktis tidak beracun (practically non-toxic) 5.001-15.000
6. Relatif tidak berbahaya (relatively harmless) > 15.000
i. Berbahaya (harmful)
Berbahaya (harmful) adalah bahan baik padatan maupun cairan ataupun gas yang
jika terjadi kontak atau melalui inhalasi ataupun oral dapat menyebabkan bahaya
terhadap kesehatan sampai tingkat tertentu.
j. Korosif (corrosive)
Korosif (corrosive) B3 yang bersifat korosif mempunyai sifat antara lain :
Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit;
Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja SAE 1020 dengan laju
korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperaturpengujian 55 0C;
Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk B3 bersifat asam dan sama atau
lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.
m. Karsinogenik (carcinogenic)
Karsinogenik (carcinogenic) adalah sifat bahan penyebab sel kanker, yakni sel liar
yang dapat merusak jaringan tubuh.
n. Teratogenik (teratogenic)
Teratogenik (teratogenic) adalah sifat bahan yang dapat mempengaruhi
pembentukan dan pertumbuhanembrio.
7
o. Mutagenik (mutagenic)
Mutagenik (mutagenic) adalah sifat bahan yang menyebabkan perubahan
kromosom yang berarti dapat merubah genetika.
9
84. Dikumarin Racun
85. Dimefox Racun
86. Dimetil 4-(metilihio) fenil fosfat Racun
87. Dimetil fornamida Iritasi , teratogenik
88. Dimetil sulfat Racun , korosif , karsinogenik
89. 3.3’ Dimetil -1-(metilithio) Racun
butanon
90. 2.2’ -Dimetil-4 4’ metilenbis Racun , korosif
91. 4-Dimetilaminobenzen Racun , iritasi
Diazonium
92. 3.3’ – Dimetilbenzidin Karsinogenik
93. 1.2-Dimetilhidrazin Racun , karsinogenik
94. Dimetilkarbamamoil klorida Racun , iritasi
95. Dimetilsulfamoilklorida Racun , korosif , karsinogenik
96. 2.2-Dimetiltrimetilen diakrilat Racun , iritasi
97. 3.3’ Dimetoksibenzidin Karsinogenik
98. Dinikel trioksida Karsinogenik
99. 2.4-Dinitroanilin Racun
100 Dinitrobenzen Racun
.
101 Dinobuton Racun
.
102 Dinoseb Racun , iritasi , teratogenik
.
103 Dinoterb Racun , iritasi , teratogenik
.
104 1.4-Dioksan Iritasi , karsinogenik
.
105 Dioksathion Racun
.
106 Diquat Racun , iritasi
.
107 Disulfoton Racun
.
108 Dithalium Sulfat Racun , iritasi
.
109 DNOC Racun , iritasi , mutagenic
.
110 Endosulfan Racun , iritasi
.
111 Endothal Racun , iritasi
.
112 Endothal sodium Racun , iritasi
.
113 2.3-Epoksi-1-propanol Racun ,iritasi
.
114 2.3-Epoksipropil akrilat Racun , korosif
.
115 Erionite Karsinogenik
.
116 Ethoprofos Racun
.
117 Etil bromoasetat Racun
.
118 Etilen dinitrat Racun
.
119 Etilen oksida Racun , iritasi , mutagenik , karsinogenik
.
10
120 Etilinimin Racun , korosi , mutagenik , karsinogenik
.
121 Etilenthiourea Teratogenik
.
122 2-Etoksietanol Teratogenik
.
123 2-Etoksietil asetat Teratogenik
.
124 Fenamifos Racun
.
125 Fensulfothion Racun
.
126 Fentin asetat Racun
.
127 Fentin hidroksida Racun , iritasi
.
128 Fisostigmin Racun
.
129 Florin Racun , korosif
.
130 2-Floroaseamida Racun
.
131 Floroasetat ( mudah larut ) Racun
.
110 Endosulfan Racun , iritasi
.
111 Endothal Racun , iritasi
.
112 Endothal sodium Racun , iritasi
.
113 2.3-Epoksi-1-propanol Racun ,iritasi
.
114 2.3-Epoksipropil akrilat Racun , korosif
.
115 Erionite Karsinogenik
.
116 Ethoprofos Racun
.
117 Etil bromoasetat Racun
.
118 Etilen dinitrat Racun
.
119 Etilen oksida Racun , iritasi , mutagenik , karsinogenik
.
120 Etilinimin Racun, korosi, mutagenik, karsinogenik
.
121 Etilenthiourea Teratogenik
.
122 2-Etoksietanol Teratogenik
.
123 2-Etoksietil asetat Teratogenik
.
124 Fenamifos Racun
.
125 Fensulfothion Racun
.
126 Fentin asetat Racun
.
11
127 Fentin hidroksida Racun , iritasi
.
128 Fisostigmin Racun
.
129 Florin Racun , korosif
.
130 2-Floroaseamida Racun
.
131 Floroasetat ( mudah larut ) Racun
.
132 Fluenetil Racun
.
133 Fonopos Racun
.
134 Formaldehid Karsinogenik , iritasi
.
135 Formetanat Racun
.
136 Formetanat hidroklorida Racun
.
137 Fosfor , putih Racun , korosif
.
138 Fumarin Racun
.
139 Garam 2-Naphtilendiamina Karsinogenik
.
140 Garam 3.3’-Diklorobenzidin Karsinogenik
.
141 Garam 3.3’-Dimetilbenzidin Karsinogenik
.
142 Garam 3.3’-Dimetoksibenzidin Karsinogenik
.
143 Garam ammonium DNOC Racun
.
144 Garam Anilin Racun , karsinogenik
.
145 Garam Atropin Racun
.
146 Garam Auramin Iritasi , Karsinogenik
.
147 Garam Bifenil-4-amin Karsinogenik
.
148 Garam Brusin Racun
.
149 Garam dan ester Dinoterb Racun , Teratogenik
.
150 Garam Diquat Racun , iritasi
.
151 Garam Fisostigmin Racun
.
152 Garam Hidrazin Racun , karsinogenik
.
153 Garam hyosiamin Racun
.
154 Garam hyosin Racun
.
155 Garam Nikotin Racun
.
12
156 Garam paraquat Racun , iritasi
.
157 Garam Pilokarpin Racun
.
158 Garam sodium asam kloroasetat Racun , iritasi
.
159 Garam-garam Benzidin Karsinogenik
.
160 Gliserol trinitrat Racun
.
161 Heksaklorobenzen Racun , karsinogenik
.
162 Heksametilen-di-isosianat Racun , iritasi
.
163 Heksametilfosfor triamida Karsinogenik , mutagenik
.
164 Heksan-2-on Racun
.
165 Heptaklor epoksida Racun , karsinogenik
.
166 Hidrazin Racun , korosif , karsinogenik
.
167 Hidrazobenzen Karsinogenik
.
168 Hidrogen florida Racun , korosif
.
169 Hidro sianida Racun
.
170 Hidrogen sulfide Racun
.
171 2-Hidroksietil akrilat Racun , korosif
.
172 Hyosiamin Racun
.
173 Hyosin-2 Racun
.
174 Isobenzan Racun
.
175 Isopropil kloroasetat Racun , iritasi
.
176 Kadmium klorida Racun , karsinogenik
.
177 Kadmium oksida Racun , karsinogenik
.
178 Kadmium sianida Racun
.
179 Kadmium sulfat Racun , karsinogenik
.
180 Kalsium sulfide Racun , karsinogenik
.
181 Kalsium fosfida Racun
.
182 Kalsium kromat Karsinogenik
.
183 Kalsium sianida Racun
.
184 Kamfektor Racun , iritasi , karsinogenik
.
13
185 Karbofuran Racun
.
186 Karbon disulfide Racun , iritasi , teratogenik
.
187 Karbonil klorida Racun
.
188 Kloral hidrat Racun
.
189 Klorin Racun , iritasi
.
190 Klormefos Racun
.
191 1-Kloro-2 , 3-epoksipropana Racun , korosif , karsinogenik
.
192 2-Kloroetanol Racun
.
193 Klorofasinon Racun
.
194 3-(4-Klorofenil)-1 , 1- Iritasi , karsinogenik
. diametiluron
195 Klorofenvinfos Racun
.
196 Klorofonium klorida Racun , iritasi
.
197 Klorometana Karsinogenik
.
198 Klorometil metil eter Karsinogenik
.
199 Kloronitroanilin Racun
.
200 3-Kloropropena Racun
.
201 Klorotrinitrobenzen Racun
.
202 Klorthiofos Racun
.
203 Krimidin Racun
.
204 Kromium III kromat Korosif , karsinogenik
.
205 Kromium trioksida Racun , korosif , karsinogenik
.
206 Kumafos Racun
.
207 Kumatetralil Racun
.
208 Leptofos Racun
.
209 Magnesium fosfida Racun
.
210 Mefosfolan Racun
.
211 Meksakarbat Racun
.
212 Merkuri Racun
.
213 Merkuri alkil Racun
.
14
214 Merkuri diklorida Racun , korosif
.
215 Merkuri , senyawa anorganik Racun
.
216 Merkuri , senyawa organiK Racun
.
217 Metamidofos Racun , iritasi
.
218 Methanyl yellow Karsinogenik
.
219 Metidathion Racun
.
220 Metil asetat Racun , iritasi
.
221 Metil bromide Racun , iritasi
.
222 Metil iodide Racun , iritasi , karsinogenik
.
223 Metil isosianant Racun , iritasi
.
224 Metil isothiosianant Racun , korosif
.
225 Metil kloroasetat Racun , iritasi
.
226 Metil kloroformat Racun iritasi
.
227 1-Metil 3-nitro-1-nitrosoguanidin Iritasi , karsinogenik
.
228 2-Metalirizidin Racun , iritasi , karsinogenik
.
229 4.4-Metilendi-o-toluidin Iritasi , karsinogenik
.
230 4-Metil-m-fenilendiamin Racun , iritasi , karsinogenik
.
231 Metil-onn-azoksimetil asetat Karsinogenik , teratogenik
.
232 4-Metilpiridin Racun , iritasi
.
233 4-metoksi-2-nitroanilin Racun
.
234 2-Metoksianilin Racun
.
235 2-Metoksietanol Teratogenik
.
236 2-Metoksietil asetat Teratogenik
.
237 2-Metoksietilmerkuri klorida Racun , korosif
.
238 Metomil Racun
.
239 Mevinfos Racun
.
240 Mipafox Racun
.
241 Monokrotofos Racun
.
242 Morfolin-4-karbonil klorida Karsinogenik
.
15
243 2-Naphtilamina Karsinogenik
.
244 Nikel Dioksida Karsinogenik
.
245 Nikel Monoksida Karsinogenik
.
246 Nikel Subsulfida Karsinogenik
.
247 Nikel Sulfida Karsinogenik
.
248 Nikel Tetrakarbonil Racun , karsinogenik , teratogenik
.
249 Nikotin Racun
.
250 Nitrobenzen Racun
.
251 4-Nitrobifenil Karsinogenik
.
252 Nitrofen Teratogenik , karsinogenik
.
253 Nitrogen Dioksida Racun , iritasi
.
254 5-Nitronaftalin Karsinogenik
.
255 2-Nitropropana Karsinogenik
.
256 Nitrosodipropilamina Karsinogenik
.
257 N-Nitrosodimethylamina Karsinogenik
.
258 N-(Trikloromethylthio) Iritasi , karsinogenik
. Pthalimida
259 N.N-Bis (3-aminopropil) Racun , korosif
. metilamin
260 N.N-Dimethylhydrazin Racun , korosif , karsinogenik
.
261 N.N-Dimetilkarbamoil Racun
. (methilthio)
262 O-Ethilhydroxyamina Racun , iritasi
.
263 Osmium Tetraoxida Racun , korosif
.
264 O-Toluidin Racun , iritasi , karsinogenik
.
265 2.2’ Oxydiethil Diacrylata Racun
.
266 Oxydisulfoton Racun
.
267 O.O-Diethil O-Pyrazin-2- Racun
. Phospor
268 O.O-Diethil O-(4-Methil Racun
. coumanin-7-Y)
269 Paraquat Racun , iritasi
.
270 Parathion-Methil Racun
.
271 P-Benzoquinona Racun , iritasi
.
16
272 Pentacloroethana Racun
.
273 Phenilhydrazina Racun , iritasi
.
274 Phenilmercuri Acetat Racun , korosif
.
275 Phenilmercurihydroxida Racun , korosif , iritasi
.
276 Phenol Racun , korosif
.
277 Phorata Racun
.
278 Phosacetin Racun
.
279 Phosfolan Racun
.
280 Phosphamidon Racun , mutagenic
.
281 Pilokarpin Racun
.
282 Pindon Racun
.
283 Piperidin Racun , korosif
.
284 Pizoxon Racun
.
285 Potasium biflorida Racun , korosif
.
286 Potasium bromate Racun , karsinogenik , oksidator
.
287 2-(3-(Prop-1-en-2-il)fenil) prop-2 Racun , korosif
.
288 Prop-2-in-1-ol Racun , korosif
.
289 3-Propanolida Racun , iritan , karsinogenik
.
290 1-3-Propansultona Karsinogenik
.
291 Propil kloroformat Racun , korosif
.
292 Propilen oksida Iritasi , karsinogenik
.
293 Protoat Racun
.
294 Rhodamin B Karsinogenik
.
295 Rotenona Racun , iritasi
.
296 Schradan Racun
.
297 Senyawa Berilium Iritasi , racun , karsinogenik
.
298 Senyawa Tribultin Racun , iritasi
.
299 Senayawa Uranium Racun
.
300 Sianamida Racun , iritasi
.
17
301 Sianida dan garamnya Racun
.
302 Sianofenfos Racun , iritasi
.
303 2-Sianopropan-2-ol Racun
.
304 Siantoat Racun
.
305 Sodium azida Racun
.
306 Sodium biflorida Racun , korosif
.
307 Sodium florida Racun , iritasi
.
308 Sodium floroasetat Racun
.
309 Stiren oksida Iritasi , karsinogenik
.
310 Strichnin Racun
.
311 Stronsium kromat Karsinogenik
.
312 Sulfallat Karsinogenik
.
313 Sulfotep Racun
.
314 Sulfuril biflorida Racun , iritasi
.
315 Tepp Racun
.
316 1.1.2.2-Tetrabrometana Racun , iritasi
.
317 Tetrakloroetana Racun
.
318 1.1.2.2-Tetrakloroetana Racun
.
319 2.3.4.6-Tetraklorofenol Racun , iritasi
.
320 Thioasetamida Iritasi , karsinogenik
.
321 Thiokarbonil klorida Racun , iritasi
.
322 Thiram Iritasi , mutagenic
.
323 Timbal 2,4,6- Teratogenik
. trinitroresorcinoksida
324 Timbal alkil Racun , teratogenik
.
325 Timbal asetat Teratogenik , karsinogenik
.
326 Timbal azida Teratogenik
.
327 Timbal di ( asetat ) Teratogenik
.
328 Timbal heksaflorosilikat Teratogenik , Racun
.
329 Timbal kromat Teratogenik , karsinogenik
.
18
330 Timbal (II) metansulfonat Iritasi , teratogenik
.
331 4-O-Tolilazo-otoluidin Karsinogenik
.
332 Toluen-2-4-di-isosianat Racun , iritasi
.
333 Triamifos Racun
.
334 Tribromoetana Racun , iritasi
.
335 2,4,6-Triklorofenol Iritasi , karsinogenik
.
336 Triklorometana Iritasi , karsinogenik
.
337 Trikloronat Racun
.
338 Trikloronitrometana Racun , iritasi
.
339 Trinitrobenzen Racun
.
340 Tritimbal bis (ortofosfat) Teratogenik
.
341 Uranium Racun
.
342 Uretan Karsinogenik
.
343 Vinil klorida Karsinogenik
.
344 Warfarin Racun , teratogenik
.
345 Xilenol Racun , korosif
.
346 Zinc kromat termasuk zinc potas Karsinogenik
.
347 Ziram Iritasi , mutagenic
.
348 2.2’ –(Nitrosomino ) bisethanol Karsinogenik
.
334 Tribromoetana Racun , iritasi
.
335 2,4,6-Triklorofenol Iritasi , karsinogenik
.
336 Triklorometana Iritasi , k\arsinogenik
.
337 Trikloronat Racun
.
338 Trikloronitrometana Racun , iritasi
.
339 Trinitrobenzen Racun
.
340 Tritimbal bis (ortofosfat) Teratogenik
.
341 Uranium Racun
.
342 Uretan Karsinogenik
.
343 Vinil klorida Karsinogenik
.
19
344 Warfarin Racun , teratogenik
.
345 Xilenol Racun , korosif
.
346 Zinc kromat termasuk zinc potas Karsinogenik
.
347 Ziram Iritasi , mutagenic
.
348 2.2’ –(Nitrosomino ) bisethanol Karsinogenik
.
20
21
22
23
24
25
26
27
b. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dilarang dipergunakan
28
29
c. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang terbatas dipergunakan
30
31
32
33
34
B. Penanganan, penyimpanan dan penggunaan yang aman terhadap Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3);
Bahan berbahaya adalah zat, bahan kimia dan biologi, baik dalam bentuk tunggal maupun
campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung
atau tidak langsung, yang mempunyai sifat racun karsinogenik, teratogenik, mutagenik,
korosif dan iritasi.
1. Klasifikasi dan derajat bahaya bahan kimia serta bahan konsentrasi yang
diizinkan.
35
Bahaya yang ditimbulkan oleh bahan kimia dapat diklasifikasikan dalam 4 kategori
sebagai berikut :
a. Health hazard (h) : adalah bahaya terhadap kesehatan. Tingkat bahaya terhadap
kesehatan dari bahan kimia dapat dilihat dari angka yang tertulis pada bagian label
kemasan berwarna biru.
Rinciannya :
4: Dapat menyebabkan kematian atau luka parah meskipun telah mendapat
pengobatan.
3: Dapat menyebabkan luka serius meskipun telah mendapat pengobatan.
2: Dapat menyebabkan luka dan membutuhkan pengobatan segera.
1: Dapat menyebabkan iritasi jika tidak diobati.
0: Tidak menimbulkan bahaya.
b. Flammability hazard (F) : adalah bahaya mudah terbakar. Kategori ini ditandai
dengan warna merah , dan dibagi dalam lima derajat yang dinyatakan dengan
angka :
4: Gas sangat mudah terbakar atau cairan yang sangat mudah meledak.
3: Dapat terbakar pada temperatur biasa.
2: Terbakar jika dipanaskan.
1: Terbakar jika dipanaskan cukup lama
0: Tidak akan terbakar
c. Reactivity / stability hazard (R) : adalah bahaya karena sifatnya yang tidak stabil /
mudah meledak. Tingkat stabilitas dan kemungkinan meledaknya bahan kimia
tersebut dapat dilihat dari angka yang tertulis pada bagian label kemasan berwarna
kuning.
Rinciannya adalah :
4: Segera meledak
3: Dapat meledak jika dipanaskan dalam ruang tertutup atau ada pencetus yang
kuat.
2: Umumnya tidak stabil tapi tidak akan meledak
1: Umumnya stabil , bersifat tidak stabil pada suhu tinggi dan jika ada tekanan.
Bereaksi dengan air.
0: Umumnya stabil , tidak bereaksi dengan air
d. Special notice key ( S/N ) adalah sifat-sifat khusus bahan kimia yang perlu
diperhatikan. Sifat tersebut dapat dilihat dari huruf yang tertulis pada bagian label
kemasan berwarna putih. Sifat yang tertera adalah :
W = reaktif terhadap air
ACID = asam
COR = korosif
OX = oksidator
ALK = basa / alkali
36
RAD = radioaktif
Dibawah ini diperlihatkan label kemasan yang menunjukkan klasifikasi bahan kimia.
Sebagai contoh dipertunjukkan label fenol ( lihat tabel VII )
Dibawah ini adalah batas keamanan konsentrasi bahan kimia yang masih diperkenankan
(dikutip dari National Fire Protection Association ).
Pemissible exposure limit ( PEL ) : adalah batas paparan yang diperkenankan selama 8
jam kerja berturut-turut bagi petugas yang menggunakan bahan kimia tertentu.
Immediately dangerous to life or health ( IDLH ) : adalah konsentrasi maksimum
bahan kimia dimana seseorang dapat menyelamatkan diri dalam waktu 30 menit tanpa
menyebabkan gangguan kesehatan yang ireversibel.
Time-weighted average ( TLV-TWA ) : adalah konsentrasi bahan kimia yang
umumnya digunakan oleh petugas selama 40 jam kerja / minggu tanpa menimbulkan
efek samping.
Logo bahan kimia yang sampai saat ini masih umum digunakan sebagaimana tercantum
dalam gambar sebagai berikut :
37
2. Secara umum bahan kimia berbahaya dibagi menjadi beberapa golongan yaitu :
38
Apabila azida bereaksi dengan tembaga , misalnya dalam pipa pembuangan
atau keran air , maka tembaga azida akan menimbulkan ledakan hebat jika
terkena benturan ringan.
Asam perklorat
Jika dibiarkan mengering pada permukaan meja yang terbuat dari kayu , batu
bata atau kain , akan meledak dan menimbulkan kebakaran jika terkena
benturan.
Asam pikrat dan garamnya
Akan terbakar oleh panas atau benturan.
e. Bahan Kimia Oksidator ( Oxidation Agents )
Merupakan bahan kimia , yang mungkin tidak mudah terbakar , tetapi dapat
menghasilkan oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran bahan lainnya.
f. Bahan Kimia yang Reaktif Terhadap Air ( Water Sentive Substances )
Merupakan bahan kimia yang mudah bereaksi dengan air dan menghasilkan panas
serta gas yang mudah terbakar.
g. Bahan Kimia yang Reaktif Terhadap Asam ( Acid Sentive Substance )
Merupakan bahan kimia yang mudah bereaksi dengan asam dan menghasilkan
panas serta gas yang mudah terbakar , atau gas yang beracun dan korosif.
h. Gas Bertekanan ( Compressed Gases )
Merupakan gas yang disimpan dibawah tekanan , baik gas yang ditekan maupun
gas cair atau gas yang dilarutkan dalam pelarut di bawah tekanan.
i. Bahan Radioaktif ( Radioaktive Substance )
Merupakan bahan kimia yang mempunyai kemampuan memancarkan sinar
radioaktif dengan aktivitas lebih besar dari 2,10-3 microcurie / gram.
Air raksa
- dengan asetilen , asam fulminate
Amonia , anhidrat
- dengan air raksa , halogen , kalsium , hipoklorit dan hidrogen fluorida.
Amonium nitrat
- dengan asam , bubuk logam , klorat , nitrat , sulfat dan zat mudah terbakar.
Anilin
- dengan asam nitrat dan hidrogen peroksida.
39
Asam asetat
- dengan asam kromat , asam nitrat , ikatan hidroskil , etilen glikol , asam
perklorat , peroksida dan permanganat.
Asam kromat
- dengan asam asetat , naftalen , kamfer , alkohol , gliserol , terpentin dan cairan
mudah terbakar.
Asam nitrat
- dengan asam asetat , asam kromat dan asam hidrosianat , analin , karbon ,
hidrogen sulfida , cairan / gas / zat lain yang mudah bereaksi dengan nitrat.
Asam oksalat
- dengan perak dan air raksa
Asam perklorat
- dengan asetat anhidrat , bismuth dan ikatannya , alkohol , kertas , kayu dan bahan
organik lain.
Asam sulfat
- dengan klorat , perklorat , permanganat dan air.
Asetilen
- dengan tembaga , halogen , perak , air raksa dan ikatan yang mengandung
komponen tersebut.
Aseton
- dengan campuran asam sulfat dan asam nitrat pekat
Brom
- dengan ammonia , asetilen , butadien , butan , hidrogen , natrium karbida ,
terpentin , logam.
Cairan mudah terbakar
- dengan amonium nitrat , asam kromat , hidrogen peroksida , asam nitrat , natrium
peroksida , asam nitrat , natrium peroksida dan halogen.
Fosfor pentoksida
- dengan air
Hidrokarbon
Dengan fluorin , klorin , formin , asam kromat dan natrium peroksida.
Hidrogen Peroksida
- dengan krom , tembaga besi , logam lain , garam logam , cairan mudah terbakar
dan produk yang mudah terbakar , anilin dan nitrometan.
Hidrogen sulfida
- dengan uap asam nitrat dan gas oksidan
Kalium permanganat
- dengan gliserol , etilen glikol , benzaldehit dan asam sulfat
Karbon ( diaktifkan oleh kalsium hipoklorit )
40
- dengan semua zat oksidan.
Klorat
- dengan garam amonium , asam , bubuk logam , sulfur , zat mudah terbakar ,
karbon.
Klorin
- dengan ammonia , asetilen , butadien , benzen dan komponen minyak bumi lain ,
hidrogen , natrium karbida , terpentin dan logam
Klorin dioksida
- dengan ammonia , metan , fosfin , hidrogen sulfida.
Logam alkali ( kalsium , kalium dan natrium )
- dengan air , karbondioksida , karbon tetraklorida dan hidrokarbon yang
mengandung klor.
Merkuri
- dengan asetilen , asam fulminat , hidrogen.
Natrium
- dengan karbon tetraklorida , karbondioksida dan air.
Natrium azida
- dengan timbal , tembaga dan logam lain. Bahan kimia ini umumnya digunakan
sebagai pengawet , tetapi jika berikatan dengan logam dapat membentuk ikatan
yang tidak stabil dan mudah meledak. Jika campuran ini dibuang melalui wastafel ,
komponen logam akan terperangkap dan pipa air dapat meledak pada saat pipa tadi
diperbaiki oleh tukang ledeng.
Natrium peroksida
- dengan zat oksidan seperti metanol , asam asetat glacial , asetat anhidrat ,
benzaldehid , karbon disulfida , gliserol , etil asetat dan furfural.
Oksigen
- dengan minyak , lemak , hidrogen , cairan / zat padat / gas yang mudah terbakar.
Perak
- Perak dengan asetilen , asam oksalat , asam tartrat dan ikatan amonium.
Sianida
- dengan asam dan alkali
Tembaga
- dengan asetilen , azida dan hidrogen peroksida
Yodium
- dengan asetilen dan ammonia
41
Bahan Kimia Pengaruh terhadap kesehatan
Akut Kronik
Air raksa Muntah , diare , sakit kepala Gangguan sistem saraf
, mual , sakit mata. pusat , gusi bengkak dan
gigi tanggal
43
Metanol (metil Narkose , iritasi , mukosa Kerusakan retina dan saraf
alkohol) optic
Sitokalasin - Mutagenesis
44
O-Tolidin - Karsinogenesis
Teluen (metil Narkose Gangguan saraf tidak
benzene , fenil spesifik , mungkin
benzene , toluol) kecanduan
Untuk menghindari hal tersebut maka penyimpanan bahan kimia perlu memperhatikan
kemungkinan di bawah ini :
a. Pengaruh panas / api
Kenaikan suhu akan menyebabkan terjadinya reaksi atau perubahan kimia. Disamping itu ,
percikan api memungkinkan terbakarnya bahan yang mudah terbakar.
b. Pengaruh kelembaban
45
Zat hidroskopis mudah menyerap uap air dari udara dan reaksi hidrasi yang eksotermis
akan menimbulkan panas di dalam ruang penyimpanan.
c. Interaksi dengan wadah
Bahan kimia tertentu dapat berinteraksi dengan wadahnya dan akan menimbulkan
kebocoran kerusakan.
d. Interaksi antar bahan
Kemungkinan interaksi antar bahan dapat menimbulkan ledakan , kebakaran , atau
timbulnya gas yang berbahaya.
a. Bahan beracun
Syarat penyimpanan :
Ruangannya dingin dan berventilasi;
Jauhkan dari bahaya kebakaran;
Jauhkan dari bahan yang mungkin bereaksi;
Di tempat penyimpanan disediakan alat pelindung diri , misalnya pakaian kerja ,
masker , dan sarung tangan.
Contoh : sianida , arsenide , dan fosfor
b. Bahan Korosif
Syarat penyimpanan :
Ruangannya dingin dan berventilasi;
Wadahnya tertutup dan berlabel;
Jauhkan dari bahan beracun.
Zat tersebut dapat merusak wadah dan bereaksi dengan zat beracun, menghasilkan uap /
gas beracun.
Contoh : asam , anhidrida , asam , dan alkali
46
Jauhkan dari panas dan api;
Jauhkan dari bahan yang mudah terbakar;
Hindarkan dari gesekan atau tumbukan mekanis.
Contoh : amoniumnitrat , nitrogliserin , Trinitrotoluen (TNT) , natrium azida , asam
perklorat.
e. Bahan Oksidator
Syarat penyimpanan :
Ruangannya dingin dan berventilasi;
Jauhkan dari sumber api dan panas , termasuk loncatan api listrik dan bara rokok;
Jauhkan dari bahan cair mudah terbakar atau zat reduktor.
Catatan : pemadam kebakaran kurang bermanfaat karena zat oksidator dapat menghasilkan
oksigen sendiri.
Contoh : perklorat , permanganat , perosida organik.
h. Gas bertekanan
Syarat penyimpanan :
Disimpan dalam keadaan tegak dan terikat;
47
Ruangannya dingin dan tidak terkena sinar matahari langsung;
Jauhkan dari api dan panas;
Jauhkan dari bahan korosif yang dapat merusak kran dan katup;
Pisahkan gas mudah terbakar dari gas bersifat oksidator.
Contoh : gas nitrogen , asetilen , hidrogen klor , yang disimpan dalam silinder.
8. Zat Radioaktif
Monitor radioaktif harus digunakan oleh petugas yang bekerja dengan bahan
radioaktif. Paparan radioaktif harus dalam ambang batas keamanan dan kadar
paparan radioaktif diperiksa secara periodik.
Semua petugas di ruang radioaktif harus memahami keamanan , upaya pencegahan
dan alat untuk memperkecil risiko paparan;
Limbah radioaktif disimpan dan dikumpulkan dalam lemari dengan perlindungan
khusus sampai melewati waktu paruh atau sampai kekuatan radiasinya minimal;
Wadah penyimpanan bahan radioaktif diberi label , tanggal , macam radioaktif dan
kekuatan radiasinya;
Setiap ruangan tempat bekerja dengan radioaktif harus diberi label radioaktif dan
selalu dalam keadaan terkunci;
Sediakan peralatan untuk membersihkan tumpahan bahan radioaktif;
Petugas dilatih untuk menangani tumpahan bahan radioaktif.
48
9. Sanitasi Lingkungan
Semua ruangan harus bersih , kering dan higienis;
Sediakan tempat sampah yang sebelah dalamnya dilapisi dengan kantong plastik;
Tata ruang instalasi harus baik sehingga tidak dapat dimasuki / menjadi sarang
serangga atau binatang mengerat;
Sediakan tempat cuci tangan yang dibersihkan secara teratur;
Sediakan ruang khusus untuk makan dan minum bagi petugas.
Sediakan ruang ganti pakaian dengan lemari / rak yang terpisah untuk pakaian
pelindung dan pakaian sehari-hari.
C. Pelaporan dan investigasi dari tumpahan, paparan (exposure) dan insiden lainnya;
49
Tindakan yang harus dilakukan jika terdapat tumpahan bahan kimia berbahaya :
1. Beritahu tim K-3 dan jauhkan petugas yang tidak berkepentingan dari lokasi
tumpahan.
2. Upayakan pertolongan bagi petugas yang cedera.
3. Jika bahan kimia yang tumpah adalah bahan mudah terbakar segera matikan
semua api , gas dalam ruangan instalasi dan ruangan yang berdekatan.
Matikan peralatan listrik yang mungkin mengeluarkan bunga api.
4. Jika terjadi tumpahan asam dan bahan korosif netralkan dengan abu soda atau
natrium bikarbonat.
5. Jika terjadi tumpahan zat alkalis , taburkan pasir diatasnya.
6. Jangan menghirup bau dari bahan yang tumpah.
7. Nyalakan kipas angin penghisap ( exhaust fan ) jika aman untuk dilakukan.
Petugas harus bekerja sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan , termasuk
menggunakan pakaian pelindung diri yang sesuai , untuk mencegah masuknya zat
radioaktif ke dalam tubuhnya karena zat radioaktif sangat sulit dikeluarkan dari dalam
tubuh dengan cepat.
50
3. Pengamanan pada Keadaan Darurat
Jenis kecelakaan dapat terjadi :
a. Kebakaran
b. Sengatan listrik
c. Ledakan
d. Tumpahan
e. Kecelakaan jenis lainnya
51
b. Pemutusan aliran listrik bila diperlukan;
c. Memberi peringatan pada orang yang berada di sekitar lokasi kejadian;
d. Pada kasus kebakaran yang diperkirakan tidak dapat diatasi pemadam kebakaran
yang ada di instalasi , hubungi segera pemadam kebakaran kota / wilayah;
e. Jika terdapat bahan yang tumpah , maka tumpahan dan wadahnya segera ditutupi
dengan kain yang dibasahi desinfektan dan diamankan sebagaimana mestinya
sesuai dengan pedoman keamanan. Jika wadah terbuat dari logam , desinfektan
yang bersifat korosif jangan digunakan;
f. Pada ancaman bahaya besar karena aerosol , daerah yang terkena harus segera
dikosongkan;
g. Pada bahaya tumpahan radioaktif , harus diingat bahwa prinsip penanganannya
sama seperti terhadap bahan infektif dengan beberapa tambahan terhadap bahan
radioaktif. Harus pula diingat bahwa hipoklorit dapat menyebabkan zat yodium
radioaktif mudah menyebar;
h. Jika terjadi banjir atau gempa bumi , hanya orang yang terlatih untuk keadaan
tersebut yang boleh memasuki ruangan.
a. Minimisasi Limbah
1. Menyeleksi bahan-bahan yang kurang menghasilkan limbah sebelum membelinya.
2. Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia.
3. Mengutamakan metode pembersihan secara fisik dari pada kimiawi.
4. Mencegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah seperti dalam kegiatan perawatan
dan kebersihan.
5. Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku sampai menjadi limbah
bahan berbahaya dan beracun.
53
6. Memesan bahan –bahan sesuai kebutuhan
7. Menggunakan bahan-bahan yang diproduksi lebih awal untuk menghindari
kadaluarsa.
8. Menghabiskan bahan dari setiap kemasan.
9. Mengecek tanggal kadaluarsa bahan-bahan pada saat diantar oleh distributor.
54
c. Tempat Penampungan Sementara
1. Bagi Rumah Sakit yang mempunyai insinerator dilingkungannya harus membakar
limbahnya selambat-lambatnya 24 jam.
2. Bagi Rumah Sakit yang tidak mempunyai insinerator , maka limbah medis padatnya
harus dimusnahkan melalui kerjasama dengan Rumah Sakit lain atau pihak lain yang
mempunyai insinerator untuk dilakukan pemusnahan selambat-lambatnya 24 jam
apabila disimpan pada suhu ruang.
d. Transportasi
1. Kantong limbah medis padat sebelum dimasukkan ke kendaraan pengangkut harus
diletakkan dalam kontainer yang kuat dan tertutup.
2. Kantong limbah medis padat harus aman dari jangkauan manusia maupun binatang.
3. Petugas yang menangani limbah , harus menggunakan alat pelindung diri yang terdiri:
a. Topi / helm ;
b. Masker ;
c. Pelindung mata ;
d. Pakaian panjang ( coverall ) ;
e. Apron untuk industri :
f. Pelindung kaki / sepatu bot ; dan
g. Sarung tangan khusus ( disposable gloves atau heavy duty gloves ).
55
clave sedini mungkin. Untuk limbah infeksius yang lain cukup dengan cara
disinfeksi.
b. Benda tajam harus diolah dengan insinerator bila memungkinkan , dan dapat
diolah bersama dengan limbah infeksius lainnya. Kapsulisasi juga cocok untuk
benda tajam.
c. Setelah insinerasi atau disinfeksi , residunya dapat dibuang ke tempat
pembuangan B3 atau dibuang ke landfill jika residunya sudah aman.
2. Limbah Farmasi
a. Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan insinerator pirolitik
( pyrolytic incinerator ) , rotary klin , dikubur secara aman , sanitary landfill ,
dibuang ke sarana air limbah atau inersisasi. Tetapi dalam jumlah besar harus
menggunakan fasilitas pengolahan yang khusus seperti rotary klin , kapsulisasi
dalam drum logam , dan inersisasi.
b. Limbah padat farmasi dalam jumlah besar harus dikembalikan kepada distributor ,
sedangkan bila dalam jumlah sedikit dan tidak memungkinkan dikembalikan ,
supaya dimusnahkan melalui insinerator pada suhu ditas 10000 C.
3. Limbah Sitotoksis
a. Limbah sitotoksis sangat berbahaya dan tidak boleh dibuang dengan penimbunan
( landfill ) atau kesaluran limbah umum.
b. Pembuangan yang dianjurkan adalah dikembalikan ke perusahaan penghasil atau
distributornya , insinerasi pada suhu tinggi dan degradasi kimia. Bahan yang
belum dipakai dan kemasannya belum masih utuh karena kadaluarsa harus
dikembalikan ke distributor apabila tidak ada insinerator dan diberi keterangan
bahwa obat tersebut sudah kadaluarsa atau tidak dipakai lagi.
c. Insinerasi pada suhu tinggi sekitar 1.200 0 C dibutuhkan untuk menghancurkan
semua bahan sitotoksik . Insinerasi pada suhu rendah dapat menghasilkan uap
sitotoksik yang berbahaya ke udara.
d. Insinerator pirolitik dengan 2 ( dua ) tungku pembakaran pada suhu 1200 0C
dengan minimum waktu tinggal 2 detik atau suhu 1000 0 C dengan waktu tinggal 5
detik di tungku kedua sangat cocok untuk bahan ini dan dilengkapi dengan
penyaring debu.
e. Insinerator juga harus dilengkapi dengan peralatan pembersih gas. Insinerasi juga
memungkinkan dengan rotary kiln yang didesain untuk dekomposisi panas limbah
kimiawi yang beroperasi dengan baik pada suhu diatas 8500 C.
f. Insinerator dengan satu tungku atau pembakaran terbuka tidak tepat untuk
pembuangan limbah sitotoksis.
56
g. Metode degradasi kimia yang mengubah senyawa sitotoksik menjadi senyawa
tidak beracun dapat digunakan tidak hanya untuk residu obat tapi juga untuk
pencucian tempat urin , tumpahan dan pakaian pelindung.
h. Cara kimia relatif mudah dan aman meliputi oksidasi oleh kalium permanganat
( KMnO4 ) atau asam sulfat ( H2SO4 ), penghilangan nitrogen dengan asam
bromida , atau reduksi dengan nikel dan aluminium.
i. Insinerasi maupun degradasi kimia tidak merupakan solusi yang sempurna untuk
pengolahan limbah , tumpahan atrau cairan biologis yang terkontaminasi agen
antineoplastik. Oleh karena itu , Rumah Sakit harus berhati-hati dalam menangani
obat sitotoksik.
j. Apabila cara insinerasi maupun degradasi kimia tidak tersedia , kapsulisasi atau
inersisasi dapat dipertimbangkan sebagai cara yang dapat dipilih.
57
Limbah berbahaya yang komposisinya berbeda harus dipisahkan untuk
menghindari reaksi kimia yang tidak diinginkan.
Limbah kimia berbahaya dalam jumlah besar tidak boleh ditimbun karena dapat
mencemari air tanah.
Limbah kimia disinfektan dalam jumlah besar tidak boleh dikapsulisasi karena
sifatnya yang korosif dan mudah terbakar.
Limbah padat bahan kimia berbahaya cara pembuangannya harus
dikonsultasikan terlebih dahulu kepada instansi yang berwenang.
6. Kontainer Bertekanan
a. Cara yang terbaik untuk menangani limbah kontainer bertekanan adalah dengan
daur ulang atau penggunaan kembali. Apabila masih dalam kondisi utuh dapat
dikembalikan ke distributor untuk pengisian ulang gas. Agen halogenida dalam
bentuk cair dan dikemas dalam botol harus diperlakukan sebagai limbah bahan
kimia berbahaya untuk pembuangannya.
58
Kontainer yang sudah rusak
Kontainer yang rusak tidak dapat diisi ulang harus dihancurkan setelah
dikosongkan kemudian baru dibuang ke landfill.
Kaleng aerosol
Kaleng aerosol kecil harus dikumpulkan dan dibuang bersama dengann
limbah biasa dalam kantong plastik hitam dan tidak untuk dibakar atau
diinsinerasi . Limbah ini tidak boleh dimasukkan ke dalam kantong kuning
karena akan dikirim ke insinerator . Kaleng aerosol dalam jumlah banyak
sebaiknya dikembalikan ke penjualnya atau ke instalasi daur ulang bila ada.
7. Limbah Radioaktif
a. Pengelolaan limbah radioaktif yang aman harus diatur dalam kebijakan dan
strategi nasional yang menyangkut peraturan , infrastruktur , organisasi pelaksana
dan tenaga yang terlatih.
b. Setiap Rumah Sakit yang menggunakan sumber radioaktif yang terbuka untuk
keperluan diagnosa , terapi atau penelitian harus menyiapkan tenaga khusus yang
terlatih khusus dibidang radiasi.
c. Tenaga tersebut bertanggung jawab dalam pemakaian bahan radioktif yang aman
dan melakukan pencatatan.
d. Instrumen kalibrasi yang tepat harus tersedia untuk monitoring dosis dan
kontaminasi. Sistem pencatatan yang baik akan menjamin pelacakan limbah
radioaktif dalam pengiriman maupun pembuangannya dan selalu diperbaharui
datanya setiap waktu.
59
Kandungan limbah seperti limbah yang mengandung bahan berbahaya
( patogen , infeksius , beracun ).
f. Setelah pemilahan , setiap kategori harus disimpan terpisah dalam kontainer , dan
kontainer limbah tersebut harus :
Secara jelas diidentifikasi ,
Ada simbol radioaktif ketika sedang digunakan
Sesuai dengan kandungan limbah ,
Dapat diisi dan dikosongkan dengan aman ,
Kuat dan saniter
h. Kontainer untuk limbah padat harus dibungkus dengan kantong plastik transparan
yang dapat ditutup dengan isolasi plastik.
i. Limbah padat radioaktif dibuang sesuai dengan persyaratan teknis dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku ( PP Nomor 27 Tahun 2002 ) dan kemudian
diserahkan kepada BATAN untuk penanganan lebih lanjut atau dikembalikan
kepada negara distributor. Semua jenis limbah medis termasuk limbah radioaktif
tidak boleh dibuang ke tempat pembuangan akhir sampah domestik ( landfill )
sebelum dilakukan pengolahan terlebih dahulu sampai memenuhi persyaratan.
2. Limbah Padat Non Medis
Seperti ; Plastik-plastik infus, koran-koran bekas , kertas berkas dan kardus, bungkus-
bungkus nasi, kulit buah-buahan.
a. Pemilahan Limbah Padat Non Medis
1. Dilakukan pemilahan limbah padat non medis antara limbah yang dapat dimanfaatkan
dengan limbah yang tidak dapat dimanfaatkan kembali.
2. Dilakukan pemilahan limbah padat non medis antara limbah basah dan limbah kering
60
3. Terdapat minimal 1 ( satu ) buah untuk setiap kamar atau sesuai dengan kebutuhan.
4. Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3x24 jam atau apabila 2/3
bagian kantong sudah terisi oleh limbah , maka harus diangkut supaya tidak menjadi
perindukan vektor penyakit atau binatang pengganggu.
c. Pengangkutan
Pengangkutan limbah padat domestik dari setiap ruangan ketempat penampungan
sementara menggunakan troli tertutup.
61
c. Perlu dipasang alat pengukur debit limbah cair untuk mengetahui debit harian limbah
yang dihasilkan.
d. Air limbah dari dapur harus dilengkapi penangkap lemak dan saluran air limbah harus
dilengkapi / ditutup dengan grill.
e. Air limbah yang berasal dari laboratorius harus diolah di Instalasi Pengolahan Air
Limbah ( IPAL ) , bila tidak mempunyai IPAL harus dikelola sesuai ketentuan yang
berlaku melalui kerjasama dengan pihak lain atau pihak yang berwenang.
f. Frekuensi pemeriksaan kualitas limbah cair terolah ( effluent ) dilakukan setiap hari
untuk swapantau dan 3 bulan sekali uji petik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
g. Rumah Sakit yang menghasilkan limbah cair yang mengandung atau terkena zat
radioaktif , pengelolanya dilakukan sesuai ketentuan.
h. Parameter radioaktif diberlakukan bagi Rumah Sakit sesuai dengan bahan radioaktif yang
dipergunakan oleh Rumah Sakit yang bersangkutan.
4. Limbah Gas
Pengertian
Limbah Gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan pembakaran
di Rumah Sakit seperti insinerator , dapur , perlengkapan generator ,anestesi dan pembuatan
obat sitotoksis.
Limbah Gas :
a. Monitoring limbah gas berupa NO2 , SO2 , logam berat , dan dioksin dilakukan minimal
satu kali setahun.
b. Suhu pembakaran minimum 10000 C untuk pemusnahan bakteri patogen , virus , dioksin
dan mengurangi jelaga.
c. Dilengkapi alat untuk mengurangi emisi gas dan debu.
d. Melakukan penghijauan dengan menanam pohon yang banyak , memproduksi gas
oksigen dan dapat menyerap debu.
E. Peralatan dan prosedur perlindungan yang benar pada saat penggunaan, ada
tumpahan (spill) atau paparan (exposure);
63
64
Lembaran MSDS dari Situs MSDS Secara Umum ‘’Schulke’’
65
66
Lembar Data Keselamatan Bahan/Material Safety Data Sheet (MSDS)
Menurut Peraturan Pemerintrah Nomor 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun berisi :
a. Merek dagang
b. Rumus kimia Bahan Berbahaya dan Beracun
c. Jenis Bahan Berbahaya dan Beracun
d. Klasifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun
e. Teknik penyimpanan
f. Tata cara penanganan bila terjadi kecelakaan
G. Pemasangan label pada Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) dan limbahnya;
67
Karsinogenik, Mutagenik, Iritasi Gas Bertekanan
Teratogenik Berbahaya
H. Unit independen mematuhi rencana penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
dan limbahnya;
- Sub Bagian URT/Logistik
- Unit Gawat Darurat
- Unit Rawat Jalan
- Unit Rawat Inap
- Unit Kamar Bersalin
- Unit Unit Kamar Operasi
- Unit Rawat Intensif
- Unit Radiologi
68
- Unit Laboratorium
- Unit Farmasi
- Unit Fisioterapi
- Unit Gizi dan Dapur
- Unit Linen dan Laundry
- Unit PSP2RS
- Unit Sanitasi
- Unit Kamar jenazah
- Unit Ambulance
BAB IV
DOKUMENTASI
Semua Proses Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dimulai dari Identifikasi
dan pemukhtahiran inventarisasi Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) dan limbahnya;
Penanganan, penyimpanan dan penggunaan yang aman terhadap Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3); Pelaporan dan investigasi dari tumpahan, paparan (exposure) dan insiden lainnya;
Pembuangan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang benar; Peralatan dan prosedur
perlindungan yang benar pada saat penggunaan, ada tumpahan (spill) atau paparan (exposure);
Pendokumentasian, meliputi setiap izin dan perizinan/lisensi atau ketentuan persyaratan lainnya;
Pemasangan label pada Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan limbahnya; dan tentang unit
69
independen yang mematuhi rencana penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan
limbahnya; harus dikumpulkan dan didokumentasikan untuk proses manajemen risiko di Rumah
Sakit XXX.
70