Anda di halaman 1dari 76

PANDUAN PENGELOLAAN BAHAN

BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

LOGO RS

RUMAH SAKIT XXX


JL. XXX Telp : XXX fax : XXX
MEDAN – INDONESIA
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat – Nya
sehingga Buku Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Rumah Sakit XXX ini
dapat tersusun.
Buku Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Rumah Sakit XXX ini
disusun dengan tujuan untuk menjadi Panduan bagi Tenaga Kesehatan dalam pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3), dan terkhusus pada Teknisi dalam penanganan limbah B3 di
Rumah Sakit XXX.
Sangat disadari bahwa Buku Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Rumah Sakit XXX ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, perbaikan akan dilakukan
secara berkala untuk mendukung visi Rumah Sakit XXX.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyusun
Buku Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Rumah Sakit XX ini dapat
tersusun.

..............., Tgl Bln Thn


Direktur Rumah Sakit XXX,

Nama Jelas

i
TIM PENYUSUN

PANDUAN PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)


RUMAH SAKIT XXX

KETUA : Hazlin Hasibuan

SEKRETARIS : Deni Syahputra


ANGGOTA : 1. Suryansyah
2. Poniman
3. Dedi Sahputra Sihombing
4. Sahat Faber Silalahi
5. Kalira Rambe
6. Joepiter Desintan
7. Nurtina Saragih
8. Dewi Puspita Tarihoran
9. Widya Aryani
10. Sri Agustina Meliala
11. Elberia Rajagukguk
12. Rizki Amelia
13. Alami Nainggolan
14. R. Megawaty Sinaga
15. Katarina Togatorop
16. Rosintan Lumban Gaol
17. Nurmaya Simanihuruk
18. Nursani Adelina Siahaan
19. Kestina Silalahi
20. Rosmaida Sitorus
21. Martha Marbun
22. Rotuah Siagian
23. Linda Sidabutar

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................................. i
Tim Penyusun............................................................................................................... ii
Daftar Isi....................................................................................................................... iii
Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Rumah Sakit XXX
BAB I. DEFINISI ........................................................................................................ 1
BAB II. RUANG LINGKUP....................................................................................... 4
BAB III. TATA LAKSANA ....................................................................................... 4
A. Tujuan .................................................................................................................... 4
B. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).................................................. 5
BAB IV. DOKUMENTASI ........................................................................................ 65

iii
KOP SURAT
_____________________________________________________________________________
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT XXX
NOMOR : 000 / KODE / SK / DIR / BLN / THN

TENTANG
PANDUAN PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)
RUMAH SAKIT XXX
DIREKTUR RUMAH SAKIT XXX,

Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pelayanan kesehatan dengan Pengelolaan


Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) yang bermutu dan mementingkan
keselamatan pekerja, pasien, pengunjung, maupun masyarakat
dilingkungan rumah sakit diperlukan dalam rumah sakit;
b. bahwa agar penyelenggaraan pengelolaan bahan berbahaya dan
beracun (B3) dapat terlaksana dengan baik maka diperlukan Panduan
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a dan b, perlu menetapkan kebijakan tentang Panduan Pengelolaan
Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) Rumah Sakit XXX dengan
Keputusan Direktur Rumah Sakit XXX.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004


tertanggal 15 Oktober 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tertanggal 13 Oktober 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tertanggal 28 Oktober 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2014
tertanggal 17 Oktober 2014 tentang Tenaga Kesehatan;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2001 tertanggal 26 November
2001 tentang Pengelolaan Bahan berbahaya dan Beracun;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2014 tertanggal 17 Oktober
2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269 /
MENKES / PER / III / 2008 tertanggal 12 Maret 2008 tentang
Rekam Medis;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012
tertanggal 15 Maret 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 370
/ MENKES / SK / XII / 2007 tertanggal 27 Maret 2007 tentang
Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan;
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432
/ MENKES / SK / IV / 2007 tertanggal 10 April 2007 tentang
Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
Rumah Sakit;
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1014
/ MENKES / SK / XI / 2008 tertanggal 03 November 2008 tentang
Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan
Kesehatan;
12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 410
/ MENKES / SK / III / 2010 tertanggal 25 Maret 2010 tentang
Perubahan Atas Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1014 / MENKES / SK / XI / 2008 Standar Pelayanan
Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan;
13. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1087
/ MENKES / SK / VIII / 2010 tertanggal 10 Agustus 2010 tentang
Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit;
14. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor
HK.02.04 / I / 2790 / 11 tertanggal 1 Januari 2012 tentang Standar
Akreditasi Rumah Sakit.
15. Pedoman Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Kesehatan,
Depkes, 2001;
16. Pedoman Praktik Laboratorium Kesehatan Yang Benar, Depkes,
2008;
17. Pedoman Pengelolaan Peralatan Kesehatan di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana
Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, 2015.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT XXX TENTANG
PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)
RUMAH SAKIT XXX.
Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di .......................
Pada Tanggal ..............................
Direktur Rumah Sakit XXX,

Nama Jelas
PANDUAN
PANDUAN PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)
RUMAH SAKIT XXX

BAB I
DEFINISI

Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi, dan/atau
komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk
hidup lain.

Pengelolaan B3 adalah kegiatan yang mencakup penyimpanan dan penggunaan B3.

Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi, penyimpanan,


pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan penimbunan limbah B3;

Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.

Limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3, adalah sisa suatu usaha
dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat
dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.

Limbah Rumah Sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan Rumah Sakit dalam
bentuk padat , cair dan gas.

Limbah Padat Rumah Sakit adalah semua limbah Rumah Sakit yang berbentuk padat sebagai
akibat kegiatan Rumah Sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis.

Limbah Medis Padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius , limbah patologi ,
limbah benda tajam , limbah farmasi , limbah sitotoksis , limbah kimiawi , limbah radioaktif ,
limbah kontainer bertekanan , dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.

Limbah Padat Non Medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan Rumah Sakit
diluar medis yang berasal dari dapur , perkantoran , taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan
kembali apabila ada teknologinya.

1
Limbah Cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan Rumah Sakit
yang kemungkinan mengandung mikro organisme , bahan kimia beracun dan radioaktif yang
berbahaya bagi kesehatan.

Limbah Gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan pembakaran di
Rumah Sakit seperti : insinelator , dapur , perlengkapan generator , anestesi dan pembuatan obat
citotoksik.

Limbah Infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme patogen yang tidak secara rutin
ada dilingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk
menularkan penyakit pada manusia rentan. Sumber dari limbah ini berasal dari semua limbah
yang terkontaminasi dari diagnostik dari pengelolaan pasien dengan penyakit infeksi seperti
AIDS , Hepatitis , TBC , Difteri , Meningitis.Limbah ini memerlukan perhatian dan penanganan
yang khusus.

Limbah Sangat Infeksius adalah limbah yang berasal dari pembiakan dan stock bahan sangat
infeksius , atopsi, organ binatang percobaan dan bahan lain yang telah di inokulasi , terinfeksi
atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius.

Limbah Sitotoksis adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan dan pemberian
obat sitotoksik untuk kemoterapie kanker yang mempunyai kemampuan untuk membunuh atau
menghambat pertumbuhan sel hidup. Sumber dari limbah ini berasal dari perawatan pasien
penyakit kanker , laboratorium dan dari farmasi.

Minimisasi Limbah adalah upaya yang dilakukan Rumah Sakit untuk mengurangi jumlah
limbah yang dihasilkan dengan cara mengurangi bahan ( reduce ) , menggunakan kembali limbah
( reuse ) dan daur ulang limbah ( recycle ).

Limbah Patologis adalah limbah yang berasal dari tubuh manusia Sumber dari limbah ini
berasal dari jaringan , organ tubuh , placenta , fetus manusia , darah dan cairan tubuh. Limbah ini
tidak terlalu berbahaya , tapi membutuhkan perhatian yang khusus.

Limbah benda tajam yaitu benda yang dapat menyebabkan luka potong atau tusuk baik benda
terinfeksi atau tidak. Limbah ini termasuk limbah berbahaya. Sumber dari limbah ini berasal dari
jarum , pisau operasi , gergaji ampul , pecahan kaca, set infus.

Limbah Radioaktif yaitu limbah yang berasal dari bagian radiologi limbah. Limbah ini
merupakan limbah yang sangat berbahaya yang sangat tinggi. Sumber dari limbah ini berasal
dari air pencuci film di RO.

2
Limbah Kimiawi yaitu limbah yang terdiri dari kimia padat,cair , dan gas yang dibuang.
Sumber dari limbah ini berasal dari larutan fixer dan pengembang dari bagian radiologi dan air
thermometer.

Limbah Domestik yaitu semua limbah non medis dan padat.

Reduksi limbah B3 adalah suatu kegiatan pada penghasil untuk mengurangi jumlah dan
mengurangi sifat bahaya dan racun limbah B3, sebelum dihasilkan dari suatu kegiatan;

Penghasil limbah B3 adalah orang yang usaha dan/atau kegiatannya menghasilkan limbah B3;

Penyimpanan limbah B3 adalah kegiatan menyimpan limbah B3 yang dilakukan oleh penghasil
dan/atau pengumpul dan/atau pemanfaat dan/atau pengolah dan/atau penimbun limbah B3
dengan maksud menyimpan sementara;

Pengumpulan limbah B3 adalah kegiatan mengumpulkan limbah B3 dari penghasil limbah B3


dengan maksud menyimpan sementara sebelum diserahkan kepada pemanfaat dan/atau pengolah
dan/atau penimbun limbah B3;

Pengangkutan limbah B3 adalah suatu kegiatan pemindahan limbah B3 dari penghasil dan/atau
dari pengumpul dan/atau dari pemanfaat dan/ atau dari pengolah ke pengumpul dan/atau ke
pemanfaat dan/atau ke pengolah dan/atau ke penimbun limbah B3;

Pemanfaatan limbah B3 adalah suatu kegiatan perolehan kembali (recovery) dan/atau


penggunaan kembali (reuse) dan/atau daur ulang (recycle) yang bertujuan untuk mengubah
limbah B3 menjadi suatu produk yang dapat digunakan dan harus juga aman bagi lingkungan
dan kesehatan manusia;

Pengolahan limbah B3 adalah proses untuk mengubah karakteristik dan komposisi limbah B3
untuk menghilangkan dan/atau mengurangi sifat bahaya dan/atau sifat racun;Penimbunan limbah
B3 adalah suatu kegiatan menempatkan limbah B3 pada suatu fasilitas penimbunan dengan
maksud tidak membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan hidup.

3
BAB II
RUANG LINGKUP

Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) di rumah sakit dan limbahnya meliputi bahan kimia,
bahan kemoterapi, bahan dan limbah radioaktif, gas dan uap berbahaya serta limbah medis dan
infeksius lain sesuai ketentuan.
Rumah sakit mengidentifikasi dan mengendalikan secara aman bahan dan limbah berbahaya
dengan proses :
A. Identifikasi dan pemukhtahiran inventarisasi Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) dan
limbahnya;
B. Penanganan, penyimpanan dan penggunaan yang aman terhadap Bahan Berbahaya Dan
Beracun (B3);
C. Pelaporan dan investigasi dari tumpahan, paparan (exposure) dan insiden lainnya;
D. Pembuangan limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) yang benar;
E. Peralatan dan prosedur perlindungan yang benar pada saat penggunaan, ada tumpahan
(spill) atau paparan (exposure);
F. Pendokumentasian, meliputi setiap izin dan perizinan/lisensi atau ketentuan persyaratan
lainnya;
G. Pemasangan label pada Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) dan limbahnya;
H. Unit independen mematuhi rencana penanganan Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) dan
limbahnya;

BAB III
TATA LAKSANA

A. TUJUAN
Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) bertujuan untuk melaksanakan
pasal 3 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup yaitu melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup, menjamin keselamatan, kesehatan, dan
kehidupan manusia, menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian
ekosistem, menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup, mencapai keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan lingkungan hidup, menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan
generasi masa depan, menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai
bagian dari hak asasi manusia, mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana,
mewujudkan pembangunan berkelanjutan, dan mengantisipasi isu lingkungan global.

4
Dalam memberikan pelayanan kesehatan, rumah sakit menghasilkan limbah rumah sakit
yang berbentuk padat, cair, dan gas. Oleh karena itu, diperlukan Panduan Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit
serta memulihkan kualitas lingkungan yang sudah terpapar maupun tercemar.

B. PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

A. Identifikasi dan pemukhtahiran inventarisasi Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3)


dan limbahnya;

1. Setiap bahan berbahaya yang dibeli harus disertai dengan LDP. Lembar Data
Pengamanan ( LDP ) adalah lembar petunjuk yang berisi informasi tentang sifat fisika ,
kimia dari bahan berbahaya , jenis bahaya yang dapat ditimbulkan , cara penanganan
dan tindakan khusus yang berhubungan dengan keadaan darurat di dalam penanganan
bahan berbahaya. Setiap bahan berbahaya yang dibeli juga harus memiliki wadah dan
kemasan dengan baik dan aman.
2. Pada wadah atau kemasan harus dicantumkan penandaan yang meliputi nama sediaan
atau nama dagang , nama bahan aktif , isi berat netto , kalimat peringatan dan tanda atau
simbol bahaya , petunjuk pertolongan pertama pada kecelakaan.
3. “ Penandaan “ harus mudah dilihat , dibaca , dimengerti , tidak mudah lepas dan luntur
baik karena pengaruh sinar maupun cuaca.
4. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Mudah meledak (explosive)
Mudah meledak (explosive), adalah bahan yang pada suhu dan tekanan standar
(250C, 760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan atau fisika dapat
menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat
merusak lingkungan di sekitarnya. Pengujiannya dapat dilakukan dengan
menggunakan Differential Scanning Calorymetry (DSC) atau Differential Thermal
Analysis (DTA), 2,4-dinitrotoluena atau Dibenzoilperoksida sebagai senyawa
acuan. Dari hasil pengujian tersebut akan diperoleh nilai temperatur pemanasan.
Apabila nilai temperatur pemanasan suatu bahan lebih besar dari senyawa acuan,
maka bahan tersebut diklasifikasikan mudah meledak.

b. Pengoksidasi (oxidizing)
Pengoksidasi (oxidizing) Pengujian bahan padat yang termasuk dalam kriteria B3
pengoksidasi dapat dilakukan dengan metoda uji pembakaran menggunakan
ammonium persulfat sebagai senyawa standar. Sedangkan untuk bahan berupa
cairan, senyawa standar yang digunakan adalah larutan asam nitrat. Dengan
pengujian tersebut, suatu bahan dinyatakan sebagai B3 pengoksidasi apabila waktu

5
pembakaran bahan tersebut sama atau lebih pendek dari waktu pembakaran
senyawa standar.

c. Sangat mudah sekali menyala (extremely flammable)


Sangat mudah sekali menyala (extremely flammable) adalah B3 baik berupa
padatan maupun cairan yang memiliki titik nyala dibawah 0 0C dan titik didih lebih
rendah atau sama dengan 35 0C.

d. Sangat mudah menyala (highly flammable)


Sangat mudah menyala (highly flammable) adalah B3 baik berupa padatan maupun
cairan yang memiliki titik nyala 00C - 210C.

e. Mudah menyala (flammable)


Mudah menyala (flammable) mempunyai salah satu sifat sebagai berikut :
1. Berupa cairan
Bahan berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume dan
atau pada titik nyala (flash point) tidak lebih dari 600C (1400 F) akan menyala
apabila terjadi kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada
tekanan udara 760 mmHg. Pengujiannya dapat dilakukan dengan metode
Closed-Up Test.

2. Berupa padatan B3
Berupa padatan B3 yang bukan berupa cairan, pada temperatur dan tekanan
standar (250C, 760 mmHg) dengan mudah menyebabkan terjadinya kebakaran
melalui gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara spontan dan
apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang terus menerus dalam 10
detik. Selain itu, suatu bahan padatan diklasifikasikan B3 mudah terbakar
apabila dalam pengujian dengan metode Seta Closed-Cup Flash Point Test
diperoleh titik nyala kurang dari 400C.

f. Amat sangat beracun (extremely toxic)

g. Sangat beracun (highly toxic)

h. Beracun (moderately toxic)


Beracun (moderately toxic) B3 yang bersifat racun bagi manusia akan
menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh
melalui pernafasan, kulit atau mulut.

6
Tingkatan racun B3 dikelompokkan sebagai berikut :
Urutan Kelompok LD50 (mg/kg)
1. Amat sangat beracun (extremely toxic) <1
2. Sangat beracun (highly toxic) 1-50
3. Beracun (moderately toxic) 51-500
4. Agak beracun (slightly toxic) 501-5.000
5. Praktis tidak beracun (practically non-toxic) 5.001-15.000
6. Relatif tidak berbahaya (relatively harmless) > 15.000

i. Berbahaya (harmful)
Berbahaya (harmful) adalah bahan baik padatan maupun cairan ataupun gas yang
jika terjadi kontak atau melalui inhalasi ataupun oral dapat menyebabkan bahaya
terhadap kesehatan sampai tingkat tertentu.

j. Korosif (corrosive)
Korosif (corrosive) B3 yang bersifat korosif mempunyai sifat antara lain :
 Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit;
 Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja SAE 1020 dengan laju
korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperaturpengujian 55 0C;
 Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk B3 bersifat asam dan sama atau
lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.

k. Bersifat iritasi (irritant)


Bersifat iritasi (irritant) bahan baik padatan maupun cairan yang jika terjadi kontak
secara langsung, dan apabila kontak tersebut terus menerus dengan kulit atau
selaput lendir dapat menyebabkan peradangan.

l. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)


Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment) Bahaya yang
ditimbulkan oleh suatu bahan seperti merusak lapisan ozon (misalnya CFC),
persisten di lingkungan (misalnya PCBs), atau bahan tersebut dapat merusak
lingkungan.

m. Karsinogenik (carcinogenic)
Karsinogenik (carcinogenic) adalah sifat bahan penyebab sel kanker, yakni sel liar
yang dapat merusak jaringan tubuh.

n. Teratogenik (teratogenic)
Teratogenik (teratogenic) adalah sifat bahan yang dapat mempengaruhi
pembentukan dan pertumbuhanembrio.
7
o. Mutagenik (mutagenic)
Mutagenik (mutagenic) adalah sifat bahan yang menyebabkan perubahan
kromosom yang berarti dapat merubah genetika.

Berikut adalah inventarisasi B3 :


No. Nama Bahan Berbahaya Sifat Bahaya
1. Akonitin Racun
2. Akrilaldehid Racun, korosif
3. Akrilamida Racun, mutagenik , karsinogenik
4. Akrilonitril Racun, iritasi, karsinogenik
5. Aldikarb Racun
6. Allil alcohol Racun, iritasi
7. Alpa-Klorotoluen Racun, iritasi, karsinogenik
8. Alpa , alpa-Diklorotoluen Racun, iritasi, karsinogenik
9. Alpa-alpa Triklorotoluen Racun, iritasi, karsinogenik
10. Aluminium fosfida Racun
11. 4-Amino-3-florofenol Iritasi, karsinogenik
12. 3-(3-Amino 5-(1- Racun
metilguanindino)
13. 4-Aminoazobenzen Karsinogenik
14. 4-Amino-N , N-dietilanilin Racun, korosif
15. Amitrol Karsinogenik
16. Amonium biflorida Racun, korosif
17. Amonium bis ( 2,4,6- Racun
trinitrofenil )
18. Anilin Racun, karsinogenik
19. ANTU Racun, karsinogenik
20. Arsen pentoksida Racun karsinogenik
21. Asam Arsenat dan garamnya Racun karsinogenik
22. Asam Bromoasetat Racun, korosif
23. Asam floroasetat Racun
24. Asam Hidrodlorat Racun, korosif
25. Asam rodoasetat Racun, korosif
26. Asam Kloroasetat Racun, korosif
27. Asam N, N-Hydrazinodiacetat Racun
28. Asbestos Racun, karsinogenik
29. Asetaldehida Racun, iritasi , karsinogenik
30. Atropin Racun
31. Azinfos-etil Racun
32. Azinfos-metil Racun
33. Benzen Karsinogenik
34. Benzidin Karsinogenik
35. Benzo)a) piren Karsinogenik , mutagenic
36. Benzo)a) antrasen Karsinogenik
37. Benzo (b) floranthen Karsinogenik
38. Benzo (j) floranthen Karsinogenik
39. Benzo (k) floranthen Karsinogenik
40. Berilium Iritasi, racun, karsinogenik
41. Bifenil-4-amin Karsinogenik
42. Binapakril Teratogenik
43. Bis (2-kloroetil) eter Racun
44. Bis (2-4-6-Trinitrofenil) amin Racun
45. Bis klorometil) eter Racun, karsinogenik
46. Boraks Racun, karsinogenik
8
47. Boron tribromida Racun, korosif
48. Boron triflorida Racun, korosif
49. Boron triklorida Racun , korosif
50. Bronin Racun
51. Brusin Racun
52. 2-Butenal Racun , iritasi
53. Butil kloroformat Racun , korosif
54. Butiraldehid oksim Racun , korosif
55. Captan Iritasi , karsinogenik
56. Carbadox Karsinogenik
57. Colchicin Racun
58. Demefion-o Racun
59. Demofion-s Racun
60. Demeton Racun
61. Demoton-o Racun
62. Demoton-s Racun
63. Dialifos Racun
64. 4,4-Diaminodifenilmetan Karsinogenik
66. Diazometana Karsinogenik
67. Dibenz (a,h) antrasen Karsinogenik
68. 1.2-Dibromo-3-kloropropana Racun , karsinogenik , mutagenik
69. 1.2-Dibromomoetana Racun , iritasi , karsinogenik
70. Dibutiltin hydrogen borat Racun , iritasi
71. 1.2.3.4-Diepoksibutana Racun , iritasi
72. Dietil sulfat Korosif , karsinogenik , mutagenik
73. Dietil I1.3-dithietan-I2-ilidenfos Racun
74. Dietilen glikol dinitral Racun
75. Difasinon Racun
76. 2.2-Dikloro 4.4I metilendianili Karsinogenik
77. 1.3-Dikloro-2-propanol Racun , karsinogenik
78. Dikloroasetilen Karsinogenik
79. 3.3-Diklorobenzidin Karsinogenik
80. 1.4-Diklorobuta-2-ena Racun , korosif , karsinogenik
81. 1.2-Dikloroetana Iritasi , racun , karsinogenik
82. 1.3-Dikloropropena Racun , iritasi
83. Diklotofos Racun
84. Dikumarin Racun
85. Dimefox Racun
86. Dimetil 4-(metilihio) fenil fosfat Racun
66. Diazometana Karsinogenik
67. Dibenz (a,h) antrasen Karsinogenik
68. 1.2-Dibromo-3-kloropropana Racun , karsinogenik , mutagenik
69. 1.2-Dibromomoetana Racun , iritasi , karsinogenik
70. Dibutiltin hydrogen borat Racun , iritasi
71. 1.2.3.4-Diepoksibutana Racun , iritasi
72. Dietil sulfat Korosif , karsinogenik , mutagenik
73. Dietil I1.3-dithietan-I2-ilidenfos Racun
74. Dietilen glikol dinitral Racun
75. Difasinon Racun
76. 2.2-Dikloro 4.4I metilendianili Karsinogenik
77. 1.3-Dikloro-2-propanol Racun , karsinogenik
78. Dikloroasetilen Karsinogenik
79. 3.3-Diklorobenzidin Karsinogenik
80. 1.4-Diklorobuta-2-ena Racun , korosif , karsinogenik
81. 1.2-Dikloroetana Iritasi , racun , karsinogenik
82. 1.3-Dikloropropena Racun , iritasi
83. Diklotofos Racun

9
84. Dikumarin Racun
85. Dimefox Racun
86. Dimetil 4-(metilihio) fenil fosfat Racun
87. Dimetil fornamida Iritasi , teratogenik
88. Dimetil sulfat Racun , korosif , karsinogenik
89. 3.3’ Dimetil -1-(metilithio) Racun
butanon
90. 2.2’ -Dimetil-4 4’ metilenbis Racun , korosif
91. 4-Dimetilaminobenzen Racun , iritasi
Diazonium
92. 3.3’ – Dimetilbenzidin Karsinogenik
93. 1.2-Dimetilhidrazin Racun , karsinogenik
94. Dimetilkarbamamoil klorida Racun , iritasi
95. Dimetilsulfamoilklorida Racun , korosif , karsinogenik
96. 2.2-Dimetiltrimetilen diakrilat Racun , iritasi
97. 3.3’ Dimetoksibenzidin Karsinogenik
98. Dinikel trioksida Karsinogenik
99. 2.4-Dinitroanilin Racun
100 Dinitrobenzen Racun
.
101 Dinobuton Racun
.
102 Dinoseb Racun , iritasi , teratogenik
.
103 Dinoterb Racun , iritasi , teratogenik
.
104 1.4-Dioksan Iritasi , karsinogenik
.
105 Dioksathion Racun
.
106 Diquat Racun , iritasi
.
107 Disulfoton Racun
.
108 Dithalium Sulfat Racun , iritasi
.
109 DNOC Racun , iritasi , mutagenic
.
110 Endosulfan Racun , iritasi
.
111 Endothal Racun , iritasi
.
112 Endothal sodium Racun , iritasi
.
113 2.3-Epoksi-1-propanol Racun ,iritasi
.
114 2.3-Epoksipropil akrilat Racun , korosif
.
115 Erionite Karsinogenik
.
116 Ethoprofos Racun
.
117 Etil bromoasetat Racun
.
118 Etilen dinitrat Racun
.
119 Etilen oksida Racun , iritasi , mutagenik , karsinogenik
.

10
120 Etilinimin Racun , korosi , mutagenik , karsinogenik
.
121 Etilenthiourea Teratogenik
.
122 2-Etoksietanol Teratogenik
.
123 2-Etoksietil asetat Teratogenik
.
124 Fenamifos Racun
.
125 Fensulfothion Racun
.
126 Fentin asetat Racun
.
127 Fentin hidroksida Racun , iritasi
.
128 Fisostigmin Racun
.
129 Florin Racun , korosif
.
130 2-Floroaseamida Racun
.
131 Floroasetat ( mudah larut ) Racun
.
110 Endosulfan Racun , iritasi
.
111 Endothal Racun , iritasi
.
112 Endothal sodium Racun , iritasi
.
113 2.3-Epoksi-1-propanol Racun ,iritasi
.
114 2.3-Epoksipropil akrilat Racun , korosif
.
115 Erionite Karsinogenik
.
116 Ethoprofos Racun
.
117 Etil bromoasetat Racun
.
118 Etilen dinitrat Racun
.
119 Etilen oksida Racun , iritasi , mutagenik , karsinogenik
.
120 Etilinimin Racun, korosi, mutagenik, karsinogenik
.
121 Etilenthiourea Teratogenik
.
122 2-Etoksietanol Teratogenik
.
123 2-Etoksietil asetat Teratogenik
.
124 Fenamifos Racun
.
125 Fensulfothion Racun
.
126 Fentin asetat Racun
.

11
127 Fentin hidroksida Racun , iritasi
.
128 Fisostigmin Racun
.
129 Florin Racun , korosif
.
130 2-Floroaseamida Racun
.
131 Floroasetat ( mudah larut ) Racun
.
132 Fluenetil Racun
.
133 Fonopos Racun
.
134 Formaldehid Karsinogenik , iritasi
.
135 Formetanat Racun
.
136 Formetanat hidroklorida Racun
.
137 Fosfor , putih Racun , korosif
.
138 Fumarin Racun
.
139 Garam 2-Naphtilendiamina Karsinogenik
.
140 Garam 3.3’-Diklorobenzidin Karsinogenik
.
141 Garam 3.3’-Dimetilbenzidin Karsinogenik
.
142 Garam 3.3’-Dimetoksibenzidin Karsinogenik
.
143 Garam ammonium DNOC Racun
.
144 Garam Anilin Racun , karsinogenik
.
145 Garam Atropin Racun
.
146 Garam Auramin Iritasi , Karsinogenik
.
147 Garam Bifenil-4-amin Karsinogenik
.
148 Garam Brusin Racun
.
149 Garam dan ester Dinoterb Racun , Teratogenik
.
150 Garam Diquat Racun , iritasi
.
151 Garam Fisostigmin Racun
.
152 Garam Hidrazin Racun , karsinogenik
.
153 Garam hyosiamin Racun
.
154 Garam hyosin Racun
.
155 Garam Nikotin Racun
.

12
156 Garam paraquat Racun , iritasi
.
157 Garam Pilokarpin Racun
.
158 Garam sodium asam kloroasetat Racun , iritasi
.
159 Garam-garam Benzidin Karsinogenik
.
160 Gliserol trinitrat Racun
.
161 Heksaklorobenzen Racun , karsinogenik
.
162 Heksametilen-di-isosianat Racun , iritasi
.
163 Heksametilfosfor triamida Karsinogenik , mutagenik
.
164 Heksan-2-on Racun
.
165 Heptaklor epoksida Racun , karsinogenik
.
166 Hidrazin Racun , korosif , karsinogenik
.
167 Hidrazobenzen Karsinogenik
.
168 Hidrogen florida Racun , korosif
.
169 Hidro sianida Racun
.
170 Hidrogen sulfide Racun
.
171 2-Hidroksietil akrilat Racun , korosif
.
172 Hyosiamin Racun
.
173 Hyosin-2 Racun
.
174 Isobenzan Racun
.
175 Isopropil kloroasetat Racun , iritasi
.
176 Kadmium klorida Racun , karsinogenik
.
177 Kadmium oksida Racun , karsinogenik
.
178 Kadmium sianida Racun
.
179 Kadmium sulfat Racun , karsinogenik
.
180 Kalsium sulfide Racun , karsinogenik
.
181 Kalsium fosfida Racun
.
182 Kalsium kromat Karsinogenik
.
183 Kalsium sianida Racun
.
184 Kamfektor Racun , iritasi , karsinogenik
.

13
185 Karbofuran Racun
.
186 Karbon disulfide Racun , iritasi , teratogenik
.
187 Karbonil klorida Racun
.
188 Kloral hidrat Racun
.
189 Klorin Racun , iritasi
.
190 Klormefos Racun
.
191 1-Kloro-2 , 3-epoksipropana Racun , korosif , karsinogenik
.
192 2-Kloroetanol Racun
.
193 Klorofasinon Racun
.
194 3-(4-Klorofenil)-1 , 1- Iritasi , karsinogenik
. diametiluron
195 Klorofenvinfos Racun
.
196 Klorofonium klorida Racun , iritasi
.
197 Klorometana Karsinogenik
.
198 Klorometil metil eter Karsinogenik
.
199 Kloronitroanilin Racun
.
200 3-Kloropropena Racun
.
201 Klorotrinitrobenzen Racun
.
202 Klorthiofos Racun
.
203 Krimidin Racun
.
204 Kromium III kromat Korosif , karsinogenik
.
205 Kromium trioksida Racun , korosif , karsinogenik
.
206 Kumafos Racun
.
207 Kumatetralil Racun
.
208 Leptofos Racun
.
209 Magnesium fosfida Racun
.
210 Mefosfolan Racun
.
211 Meksakarbat Racun
.
212 Merkuri Racun
.
213 Merkuri alkil Racun
.

14
214 Merkuri diklorida Racun , korosif
.
215 Merkuri , senyawa anorganik Racun
.
216 Merkuri , senyawa organiK Racun
.
217 Metamidofos Racun , iritasi
.
218 Methanyl yellow Karsinogenik
.
219 Metidathion Racun
.
220 Metil asetat Racun , iritasi
.
221 Metil bromide Racun , iritasi
.
222 Metil iodide Racun , iritasi , karsinogenik
.
223 Metil isosianant Racun , iritasi
.
224 Metil isothiosianant Racun , korosif
.
225 Metil kloroasetat Racun , iritasi
.
226 Metil kloroformat Racun iritasi
.
227 1-Metil 3-nitro-1-nitrosoguanidin Iritasi , karsinogenik
.
228 2-Metalirizidin Racun , iritasi , karsinogenik
.
229 4.4-Metilendi-o-toluidin Iritasi , karsinogenik
.
230 4-Metil-m-fenilendiamin Racun , iritasi , karsinogenik
.
231 Metil-onn-azoksimetil asetat Karsinogenik , teratogenik
.
232 4-Metilpiridin Racun , iritasi
.
233 4-metoksi-2-nitroanilin Racun
.
234 2-Metoksianilin Racun
.
235 2-Metoksietanol Teratogenik
.
236 2-Metoksietil asetat Teratogenik
.
237 2-Metoksietilmerkuri klorida Racun , korosif
.
238 Metomil Racun
.
239 Mevinfos Racun
.
240 Mipafox Racun
.
241 Monokrotofos Racun
.
242 Morfolin-4-karbonil klorida Karsinogenik
.

15
243 2-Naphtilamina Karsinogenik
.
244 Nikel Dioksida Karsinogenik
.
245 Nikel Monoksida Karsinogenik
.
246 Nikel Subsulfida Karsinogenik
.
247 Nikel Sulfida Karsinogenik
.
248 Nikel Tetrakarbonil Racun , karsinogenik , teratogenik
.
249 Nikotin Racun
.
250 Nitrobenzen Racun
.
251 4-Nitrobifenil Karsinogenik
.
252 Nitrofen Teratogenik , karsinogenik
.
253 Nitrogen Dioksida Racun , iritasi
.
254 5-Nitronaftalin Karsinogenik
.
255 2-Nitropropana Karsinogenik
.
256 Nitrosodipropilamina Karsinogenik
.
257 N-Nitrosodimethylamina Karsinogenik
.
258 N-(Trikloromethylthio) Iritasi , karsinogenik
. Pthalimida
259 N.N-Bis (3-aminopropil) Racun , korosif
. metilamin
260 N.N-Dimethylhydrazin Racun , korosif , karsinogenik
.
261 N.N-Dimetilkarbamoil Racun
. (methilthio)
262 O-Ethilhydroxyamina Racun , iritasi
.
263 Osmium Tetraoxida Racun , korosif
.
264 O-Toluidin Racun , iritasi , karsinogenik
.
265 2.2’ Oxydiethil Diacrylata Racun
.
266 Oxydisulfoton Racun
.
267 O.O-Diethil O-Pyrazin-2- Racun
. Phospor
268 O.O-Diethil O-(4-Methil Racun
. coumanin-7-Y)
269 Paraquat Racun , iritasi
.
270 Parathion-Methil Racun
.
271 P-Benzoquinona Racun , iritasi
.

16
272 Pentacloroethana Racun
.
273 Phenilhydrazina Racun , iritasi
.
274 Phenilmercuri Acetat Racun , korosif
.
275 Phenilmercurihydroxida Racun , korosif , iritasi
.
276 Phenol Racun , korosif
.
277 Phorata Racun
.
278 Phosacetin Racun
.
279 Phosfolan Racun
.
280 Phosphamidon Racun , mutagenic
.
281 Pilokarpin Racun
.
282 Pindon Racun
.
283 Piperidin Racun , korosif
.
284 Pizoxon Racun
.
285 Potasium biflorida Racun , korosif
.
286 Potasium bromate Racun , karsinogenik , oksidator
.
287 2-(3-(Prop-1-en-2-il)fenil) prop-2 Racun , korosif
.
288 Prop-2-in-1-ol Racun , korosif
.
289 3-Propanolida Racun , iritan , karsinogenik
.
290 1-3-Propansultona Karsinogenik
.
291 Propil kloroformat Racun , korosif
.
292 Propilen oksida Iritasi , karsinogenik
.
293 Protoat Racun
.
294 Rhodamin B Karsinogenik
.
295 Rotenona Racun , iritasi
.
296 Schradan Racun
.
297 Senyawa Berilium Iritasi , racun , karsinogenik
.
298 Senyawa Tribultin Racun , iritasi
.
299 Senayawa Uranium Racun
.
300 Sianamida Racun , iritasi
.

17
301 Sianida dan garamnya Racun
.
302 Sianofenfos Racun , iritasi
.
303 2-Sianopropan-2-ol Racun
.
304 Siantoat Racun
.
305 Sodium azida Racun
.
306 Sodium biflorida Racun , korosif
.
307 Sodium florida Racun , iritasi
.
308 Sodium floroasetat Racun
.
309 Stiren oksida Iritasi , karsinogenik
.
310 Strichnin Racun
.
311 Stronsium kromat Karsinogenik
.
312 Sulfallat Karsinogenik
.
313 Sulfotep Racun
.
314 Sulfuril biflorida Racun , iritasi
.
315 Tepp Racun
.
316 1.1.2.2-Tetrabrometana Racun , iritasi
.
317 Tetrakloroetana Racun
.
318 1.1.2.2-Tetrakloroetana Racun
.
319 2.3.4.6-Tetraklorofenol Racun , iritasi
.
320 Thioasetamida Iritasi , karsinogenik
.
321 Thiokarbonil klorida Racun , iritasi
.
322 Thiram Iritasi , mutagenic
.
323 Timbal 2,4,6- Teratogenik
. trinitroresorcinoksida
324 Timbal alkil Racun , teratogenik
.
325 Timbal asetat Teratogenik , karsinogenik
.
326 Timbal azida Teratogenik
.
327 Timbal di ( asetat ) Teratogenik
.
328 Timbal heksaflorosilikat Teratogenik , Racun
.
329 Timbal kromat Teratogenik , karsinogenik
.

18
330 Timbal (II) metansulfonat Iritasi , teratogenik
.
331 4-O-Tolilazo-otoluidin Karsinogenik
.
332 Toluen-2-4-di-isosianat Racun , iritasi
.
333 Triamifos Racun
.
334 Tribromoetana Racun , iritasi
.
335 2,4,6-Triklorofenol Iritasi , karsinogenik
.
336 Triklorometana Iritasi , karsinogenik
.
337 Trikloronat Racun
.
338 Trikloronitrometana Racun , iritasi
.
339 Trinitrobenzen Racun
.
340 Tritimbal bis (ortofosfat) Teratogenik
.
341 Uranium Racun
.
342 Uretan Karsinogenik
.
343 Vinil klorida Karsinogenik
.
344 Warfarin Racun , teratogenik
.
345 Xilenol Racun , korosif
.
346 Zinc kromat termasuk zinc potas Karsinogenik
.
347 Ziram Iritasi , mutagenic
.
348 2.2’ –(Nitrosomino ) bisethanol Karsinogenik
.
334 Tribromoetana Racun , iritasi
.
335 2,4,6-Triklorofenol Iritasi , karsinogenik
.
336 Triklorometana Iritasi , k\arsinogenik
.
337 Trikloronat Racun
.
338 Trikloronitrometana Racun , iritasi
.
339 Trinitrobenzen Racun
.
340 Tritimbal bis (ortofosfat) Teratogenik
.
341 Uranium Racun
.
342 Uretan Karsinogenik
.
343 Vinil klorida Karsinogenik
.

19
344 Warfarin Racun , teratogenik
.
345 Xilenol Racun , korosif
.
346 Zinc kromat termasuk zinc potas Karsinogenik
.
347 Ziram Iritasi , mutagenic
.
348 2.2’ –(Nitrosomino ) bisethanol Karsinogenik
.

5. Klasifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) menurut Peraturan Pemerintah


Nomor 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun terdiri
dari :
a. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dapat dipergunakan

20
21
22
23
24
25
26
27
b. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dilarang dipergunakan

28
29
c. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang terbatas dipergunakan

30
31
32
33
34
B. Penanganan, penyimpanan dan penggunaan yang aman terhadap Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3);

Bahan berbahaya adalah zat, bahan kimia dan biologi, baik dalam bentuk tunggal maupun
campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung
atau tidak langsung, yang mempunyai sifat racun karsinogenik, teratogenik, mutagenik,
korosif dan iritasi.

1. Klasifikasi dan derajat bahaya bahan kimia serta bahan konsentrasi yang
diizinkan.

35
Bahaya yang ditimbulkan oleh bahan kimia dapat diklasifikasikan dalam 4 kategori
sebagai berikut :
a. Health hazard (h) : adalah bahaya terhadap kesehatan. Tingkat bahaya terhadap
kesehatan dari bahan kimia dapat dilihat dari angka yang tertulis pada bagian label
kemasan berwarna biru.
Rinciannya :
4: Dapat menyebabkan kematian atau luka parah meskipun telah mendapat
pengobatan.
3: Dapat menyebabkan luka serius meskipun telah mendapat pengobatan.
2: Dapat menyebabkan luka dan membutuhkan pengobatan segera.
1: Dapat menyebabkan iritasi jika tidak diobati.
0: Tidak menimbulkan bahaya.
b. Flammability hazard (F) : adalah bahaya mudah terbakar. Kategori ini ditandai
dengan warna merah , dan dibagi dalam lima derajat yang dinyatakan dengan
angka :
4: Gas sangat mudah terbakar atau cairan yang sangat mudah meledak.
3: Dapat terbakar pada temperatur biasa.
2: Terbakar jika dipanaskan.
1: Terbakar jika dipanaskan cukup lama
0: Tidak akan terbakar
c. Reactivity / stability hazard (R) : adalah bahaya karena sifatnya yang tidak stabil /
mudah meledak. Tingkat stabilitas dan kemungkinan meledaknya bahan kimia
tersebut dapat dilihat dari angka yang tertulis pada bagian label kemasan berwarna
kuning.
Rinciannya adalah :
4: Segera meledak
3: Dapat meledak jika dipanaskan dalam ruang tertutup atau ada pencetus yang
kuat.
2: Umumnya tidak stabil tapi tidak akan meledak
1: Umumnya stabil , bersifat tidak stabil pada suhu tinggi dan jika ada tekanan.
Bereaksi dengan air.
0: Umumnya stabil , tidak bereaksi dengan air
d. Special notice key ( S/N ) adalah sifat-sifat khusus bahan kimia yang perlu
diperhatikan. Sifat tersebut dapat dilihat dari huruf yang tertulis pada bagian label
kemasan berwarna putih. Sifat yang tertera adalah :
W = reaktif terhadap air
ACID = asam
COR = korosif
OX = oksidator
ALK = basa / alkali

36
RAD = radioaktif
Dibawah ini diperlihatkan label kemasan yang menunjukkan klasifikasi bahan kimia.
Sebagai contoh dipertunjukkan label fenol ( lihat tabel VII )

Dibawah ini adalah batas keamanan konsentrasi bahan kimia yang masih diperkenankan
(dikutip dari National Fire Protection Association ).
 Pemissible exposure limit ( PEL ) : adalah batas paparan yang diperkenankan selama 8
jam kerja berturut-turut bagi petugas yang menggunakan bahan kimia tertentu.
 Immediately dangerous to life or health ( IDLH ) : adalah konsentrasi maksimum
bahan kimia dimana seseorang dapat menyelamatkan diri dalam waktu 30 menit tanpa
menyebabkan gangguan kesehatan yang ireversibel.
 Time-weighted average ( TLV-TWA ) : adalah konsentrasi bahan kimia yang
umumnya digunakan oleh petugas selama 40 jam kerja / minggu tanpa menimbulkan
efek samping.

Logo bahan kimia yang sampai saat ini masih umum digunakan sebagaimana tercantum
dalam gambar sebagai berikut :

37
2. Secara umum bahan kimia berbahaya dibagi menjadi beberapa golongan yaitu :

a. Bahan Kimia Beracun ( Toksik )


Merupakan bahan Kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan
manusia atau menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam tubuh karena
tertelan , terhirup , atau terkena kulit.
b. Bahan Kimia Korosif
Merupakan bahan yang terkena reaksi kimia dapat mengakibatkan kerusakan
apabila kontak dengan jaringan tubuh atau bahan lain.
c. Bahan Mudah Terbakar ( Flammable Substances )
Merupakan bahan kimia yang mudah bereaksi dengan oksigen dan menimbulkan
kebakaran. Reaksi kebakaran yang sangat cepat juga dapat menimbulkan ledakan.
Jenis bahan kimia mudah terbakar dapat digolongkan menjadi tiga subgolongan ,
yakni :
 Zat padat mudah terbakar
Zat padat yang mudah terbakar adalah : bahan padat yang tidak mudah meledak ,
dapat menimbulkan kebakaran karena gesekan , absorpsi uap , perubahan kimia
yang spontan dan penyimpanan panas selama proses. Pada umumnya zat padat
lebih sukar terbakar dibandingkan dengan zat cair , tetapi zat padat berupa
serbuk halus lebih mudah terbakar dari pada zat cair atau gas. Contoh yang
termasuk golongan ini adalah belerang , fosfor , hibrida logam , logam alkali ,
dan lain-lain.
 Zat cair mudah terbakar
Zat cair mudah terbakar adalah : bahan cair yang mudah menguap dan uapnya
mudah terbakar pada suhu dibawah 25.5 0C. Golongan ini paling banyak
dijumpai di industri dan di laboratorium dan dikenal sebagai pelarut organik.
Contohnya adalah : eter , alkohol , aseton , benzena , heksan dan lain-lain.
Pelarut tersebut pada suhu kamar dapat menghasilkan uap jika bereaksi dengan
udara pada perbandingan tertentu , dapat terbakar oleh adanya api atau loncatan
listrik.
 Gas mudah terbakar
Yang termasuk golongan ini adalah gas yang amat mudah terbakar dan sering
menimbulkan ledakan. Contohnya adalah gas alam untuk bahan bakar , hidrogen
, asetilon , etilen oksida dan sebagainya.
d. Bahan Kimia Mudah Meledak
Dibawah ini disebutkan beberapa contoh bahan kimia yang mudah meledak.
 Azida

38
Apabila azida bereaksi dengan tembaga , misalnya dalam pipa pembuangan
atau keran air , maka tembaga azida akan menimbulkan ledakan hebat jika
terkena benturan ringan.
 Asam perklorat
Jika dibiarkan mengering pada permukaan meja yang terbuat dari kayu , batu
bata atau kain , akan meledak dan menimbulkan kebakaran jika terkena
benturan.
 Asam pikrat dan garamnya
Akan terbakar oleh panas atau benturan.
e. Bahan Kimia Oksidator ( Oxidation Agents )
Merupakan bahan kimia , yang mungkin tidak mudah terbakar , tetapi dapat
menghasilkan oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran bahan lainnya.
f. Bahan Kimia yang Reaktif Terhadap Air ( Water Sentive Substances )
Merupakan bahan kimia yang mudah bereaksi dengan air dan menghasilkan panas
serta gas yang mudah terbakar.
g. Bahan Kimia yang Reaktif Terhadap Asam ( Acid Sentive Substance )
Merupakan bahan kimia yang mudah bereaksi dengan asam dan menghasilkan
panas serta gas yang mudah terbakar , atau gas yang beracun dan korosif.
h. Gas Bertekanan ( Compressed Gases )
Merupakan gas yang disimpan dibawah tekanan , baik gas yang ditekan maupun
gas cair atau gas yang dilarutkan dalam pelarut di bawah tekanan.
i. Bahan Radioaktif ( Radioaktive Substance )
Merupakan bahan kimia yang mempunyai kemampuan memancarkan sinar
radioaktif dengan aktivitas lebih besar dari 2,10-3 microcurie / gram.

3. Bahan Kimia yang tidak boleh tercampur ( Incompatible Chemicals ) :

 Air raksa
- dengan asetilen , asam fulminate
 Amonia , anhidrat
- dengan air raksa , halogen , kalsium , hipoklorit dan hidrogen fluorida.
 Amonium nitrat
- dengan asam , bubuk logam , klorat , nitrat , sulfat dan zat mudah terbakar.
 Anilin
- dengan asam nitrat dan hidrogen peroksida.

39
 Asam asetat
- dengan asam kromat , asam nitrat , ikatan hidroskil , etilen glikol , asam
perklorat , peroksida dan permanganat.
 Asam kromat
- dengan asam asetat , naftalen , kamfer , alkohol , gliserol , terpentin dan cairan
mudah terbakar.
 Asam nitrat
- dengan asam asetat , asam kromat dan asam hidrosianat , analin , karbon ,
hidrogen sulfida , cairan / gas / zat lain yang mudah bereaksi dengan nitrat.
 Asam oksalat
- dengan perak dan air raksa
 Asam perklorat
- dengan asetat anhidrat , bismuth dan ikatannya , alkohol , kertas , kayu dan bahan
organik lain.
 Asam sulfat
- dengan klorat , perklorat , permanganat dan air.
 Asetilen
- dengan tembaga , halogen , perak , air raksa dan ikatan yang mengandung
komponen tersebut.
 Aseton
- dengan campuran asam sulfat dan asam nitrat pekat
 Brom
- dengan ammonia , asetilen , butadien , butan , hidrogen , natrium karbida ,
terpentin , logam.
 Cairan mudah terbakar
- dengan amonium nitrat , asam kromat , hidrogen peroksida , asam nitrat , natrium
peroksida , asam nitrat , natrium peroksida dan halogen.
 Fosfor pentoksida
- dengan air
 Hidrokarbon
Dengan fluorin , klorin , formin , asam kromat dan natrium peroksida.
 Hidrogen Peroksida
- dengan krom , tembaga besi , logam lain , garam logam , cairan mudah terbakar
dan produk yang mudah terbakar , anilin dan nitrometan.
 Hidrogen sulfida
- dengan uap asam nitrat dan gas oksidan
 Kalium permanganat
- dengan gliserol , etilen glikol , benzaldehit dan asam sulfat
 Karbon ( diaktifkan oleh kalsium hipoklorit )
40
- dengan semua zat oksidan.
 Klorat
- dengan garam amonium , asam , bubuk logam , sulfur , zat mudah terbakar ,
karbon.
 Klorin
- dengan ammonia , asetilen , butadien , benzen dan komponen minyak bumi lain ,
hidrogen , natrium karbida , terpentin dan logam
 Klorin dioksida
- dengan ammonia , metan , fosfin , hidrogen sulfida.
 Logam alkali ( kalsium , kalium dan natrium )
- dengan air , karbondioksida , karbon tetraklorida dan hidrokarbon yang
mengandung klor.
 Merkuri
- dengan asetilen , asam fulminat , hidrogen.
 Natrium
- dengan karbon tetraklorida , karbondioksida dan air.
 Natrium azida
- dengan timbal , tembaga dan logam lain. Bahan kimia ini umumnya digunakan
sebagai pengawet , tetapi jika berikatan dengan logam dapat membentuk ikatan
yang tidak stabil dan mudah meledak. Jika campuran ini dibuang melalui wastafel ,
komponen logam akan terperangkap dan pipa air dapat meledak pada saat pipa tadi
diperbaiki oleh tukang ledeng.
 Natrium peroksida
- dengan zat oksidan seperti metanol , asam asetat glacial , asetat anhidrat ,
benzaldehid , karbon disulfida , gliserol , etil asetat dan furfural.
 Oksigen
- dengan minyak , lemak , hidrogen , cairan / zat padat / gas yang mudah terbakar.
 Perak
- Perak dengan asetilen , asam oksalat , asam tartrat dan ikatan amonium.
 Sianida
- dengan asam dan alkali
 Tembaga
- dengan asetilen , azida dan hidrogen peroksida
 Yodium
- dengan asetilen dan ammonia

4. Bahan Kimia dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan

41
Bahan Kimia Pengaruh terhadap kesehatan
Akut Kronik
Air raksa Muntah , diare , sakit kepala Gangguan sistem saraf
, mual , sakit mata. pusat , gusi bengkak dan
gigi tanggal

Akrolin Keluar air mata , iritasi -


saluran nafas

Amoniak Iritasi mata Edema paru


Anilin Sianosis karena -
(aminobenzen , methomoglobinemia,
fenilamin narkose ringan , paralisis
saluran nafas

Asetaldehid Iritasi mata dan saluran Bronkitis , kerusakan hati


(aldehid asetat , nafas , narkose
ethanal ) (menurunkan kesadaran)

Asetat anhidrat Iritasi kuat pada mata dan -


fasetil oksida , saluran nafas , efek korosif
ethanoik anhidrat
Aseton ( dimetil Iritasi ringan pada mata , -
keton , 2- hidung dan tenggorokan ,
propanon) narkose

Asetonital (metil Iritasi saluran pernafasan ,


stanida) keracunan sianida

Bahan Kimia Pengaruh terhadap kesehatan


Akut Kronik
Benzen Narkose Leukimia , kerusakan hati ,
anemia plastik.

Benzidin Sakit perut , mual , iritasi Karsinogenesis


kulit

Dietil eter Muntah , iritasi mata , Kecanduan


42
narkose

Dioksen Narkose Kerusakan hati dan ginjal ,


karsinogenesis

Fenol Sakit perut , muntah , diare , Gangguan sistem saraf


iritasi kulit , sakit mata , pusat , koma
efek korosif

Formalidenid Iritasi saluran nafas , kulit Edema paru


(formalin) dan membran mukosa

Glutaral Iritasi saluran nafas dan -


membran mukosa

Karbon Sakit kepala , mual , ikterik Kerusakan hati dan ginjal


tetraklorida ringan , hilang nafsu gangguan saluran cerna
(tetraklorometan) makan , narkose

Bahan Kimia Pengaruh terhadap kesehatan


Akut Kronik
Kloroform Idem -
(triklorometan)

43
Metanol (metil Narkose , iritasi , mukosa Kerusakan retina dan saraf
alkohol) optic

a-Maftilamin - Diduga karsinogen


B-Maftilamin - Karsinogenesis
Mitrobenzen Sianosis karena Anemia , tekanan darah
(nitrobenzol) methemoglobinemia, menurun ,
narkose ringan methemoglobinemia
dengan sianosis , iritasi
kandung kemih ,
kerusakan hati

Piridin Kerusakan hati dan ginjal Kerusakan saraf


Selenium Kulit terbakar , sakit mata , Gangguan sistem saraf
batuk pusat , teratogenesis

Sianogen bromida Sakit perut , mual , diare , Edema paru


gangguan penglihatan

Sitokalasin - Mutagenesis

Bahan Kimia Pengaruh terhadap kesehatan


Akut Kronik
Tetrahidrofuran Narkose , kerusakan hati -
(dietil oksida , dan ginjal , iritasi mata dan
tetrametil oksida) saluran nafas

Thallium Sakit perut , muntah , mual , Gangguan saraf ,


diare gangguan penglihatan ,
kelemahan otot , ataksia

44
O-Tolidin - Karsinogenesis
Teluen (metil Narkose Gangguan saraf tidak
benzene , fenil spesifik , mungkin
benzene , toluol) kecanduan

Trikloroetilen Narkose Kerusakan hati , gangguan


(etinil triklorida) saraf non spesifik

a-Xylene (1,2 Narkose , sakit kepala , Gangguan saraf tidak


dimetilbenzen) lelah , kurang waspada , spesifik
mual

O-Xylene (1,3 Idem Idem


dimetilbenzen)

P-Xylene (1,4 Idem Idem


dimetilbenzen)

5. Penyimpanan bahan kimia


Stok bahan kimia harus disimpan dalam ruang khusus berlantai beton. Bahan kimia
yang mudah terbakar harus disimpan dalam ruang terpisah dari ruangan lain. Untuk
mencegah timbulnya kebakaran dan ledakan dari uap karena terkena bunga api dari alat
listrik , tombol lampu untuk ruang penyimpanan harus berada diluar ruang dan lampu
dilengkapi dengan kap lampu. Jangan menyimpan bahan kimia berdasarkan urutan
abjad. Hal ini menyebabkan bahan yang seharusnya tidak tercampur (incompatible
chemicals) terletak berdekatan satu sama lain.
Mengabaikan sifat fisik dan kimia dari bahan yang disimpan mengandung bahaya sebagai
berikut :
a. Kebakaran;
b. Ledakan;
c. Keluarnya gas beracun , uap dan debu;
d. Kombinasi dari hal diatas

Untuk menghindari hal tersebut maka penyimpanan bahan kimia perlu memperhatikan
kemungkinan di bawah ini :
a. Pengaruh panas / api
Kenaikan suhu akan menyebabkan terjadinya reaksi atau perubahan kimia. Disamping itu ,
percikan api memungkinkan terbakarnya bahan yang mudah terbakar.
b. Pengaruh kelembaban
45
Zat hidroskopis mudah menyerap uap air dari udara dan reaksi hidrasi yang eksotermis
akan menimbulkan panas di dalam ruang penyimpanan.
c. Interaksi dengan wadah
Bahan kimia tertentu dapat berinteraksi dengan wadahnya dan akan menimbulkan
kebocoran kerusakan.
d. Interaksi antar bahan
Kemungkinan interaksi antar bahan dapat menimbulkan ledakan , kebakaran , atau
timbulnya gas yang berbahaya.

Dengan mempertimbangkan faktor tersebut , maka beberapa syarat penyimpanan bahan


kimia secara singkat adalah sebagai berikut :

a. Bahan beracun
Syarat penyimpanan :
 Ruangannya dingin dan berventilasi;
 Jauhkan dari bahaya kebakaran;
 Jauhkan dari bahan yang mungkin bereaksi;
 Di tempat penyimpanan disediakan alat pelindung diri , misalnya pakaian kerja ,
masker , dan sarung tangan.
Contoh : sianida , arsenide , dan fosfor

b. Bahan Korosif
Syarat penyimpanan :
 Ruangannya dingin dan berventilasi;
 Wadahnya tertutup dan berlabel;
 Jauhkan dari bahan beracun.
Zat tersebut dapat merusak wadah dan bereaksi dengan zat beracun, menghasilkan uap /
gas beracun.
Contoh : asam , anhidrida , asam , dan alkali

c. Bahan mudah terbakar


Syarat penyimpanan :
 Ruangannya dingin dan berventilasi;
 Jauhkan dari sumber api atau panas , termasuk loncatan api listrik dan bara rokok.
 Di tempat penyimpanan tersedia alat pemadam kebakaran;
 Jauhkan dari bahan oksidator

d. Bahan mudah meledak


Syarat penyimpanan :
 Ruangannya dingin dan berventilasi;

46
 Jauhkan dari panas dan api;
 Jauhkan dari bahan yang mudah terbakar;
 Hindarkan dari gesekan atau tumbukan mekanis.
Contoh : amoniumnitrat , nitrogliserin , Trinitrotoluen (TNT) , natrium azida , asam
perklorat.

e. Bahan Oksidator
Syarat penyimpanan :
 Ruangannya dingin dan berventilasi;
 Jauhkan dari sumber api dan panas , termasuk loncatan api listrik dan bara rokok;
 Jauhkan dari bahan cair mudah terbakar atau zat reduktor.
Catatan : pemadam kebakaran kurang bermanfaat karena zat oksidator dapat menghasilkan
oksigen sendiri.
Contoh : perklorat , permanganat , perosida organik.

f. Bahan Reaktif Terhadap Air


Syarat penyimpanan :
 Ruangannya dingin , kering dan berventilasi;
 Jauhkan dari sumber nyala api dan panas;
 Bangunannya kedap air;
 Tersedia pemadam kebakaran tanpa air , misalnya CO2
Contoh : natrium , hibrida , karbit , nitrida.

g. Bahan Reaktif terhadap Asam


Syarat penyimpanan :
 Ruangannya dingin dan berventilasi;
 Jauhkan dari sumber api , panas dan asam;
 Ruang penyimpanan perlu dirancang agar tidak memungkinkan terbentuknya kantung
hidrogen;
 Tersedia alat pelindung diri seperti kacamata , pakaian kerja , dan sarung tangan.
Contoh : natrium , hibrida , dan sianida.
Pada umumnya gas tersebut dengan asam akan menghasilkan gas yang mudah terbakar
atau beracun.

h. Gas bertekanan
Syarat penyimpanan :
 Disimpan dalam keadaan tegak dan terikat;

47
 Ruangannya dingin dan tidak terkena sinar matahari langsung;
 Jauhkan dari api dan panas;
 Jauhkan dari bahan korosif yang dapat merusak kran dan katup;
 Pisahkan gas mudah terbakar dari gas bersifat oksidator.
Contoh : gas nitrogen , asetilen , hidrogen klor , yang disimpan dalam silinder.

6. Penyimpanan cairan mudah terbakar


 Wadah cairan tersebut dari bahan tahan api
 Lemari / rak penyimpanan terbuat dari bahan yang kuat dan diberi label MUDAH
TERBAKAR , HINDARKAN DARI API;
 Ruang penyimpanan dilengkapi dengan sistem ventilasi yang baik dan mempunyai
alat pemadam kebakaran serta dipasang label DILARANG MEROKOK.

7. Gas bertekanan dan gas dalam bentuk cair


 Semua wadah gas diberi label yang jelas;
 Tabung gas bertekanan disimpan dengan baik dan diperiksa secara berkala;
 Tabung gas bertekanan dilengkapi dengan katup pengaman dan katup pelepas
tekanan
 Tabung gas bertekanan disimpan dengan baik dan diperiksa secara berkala;
 Tabung gas bertekanan dilengkapi dengan katup pengaman dan katup pelepas
tekanan

8. Zat Radioaktif
 Monitor radioaktif harus digunakan oleh petugas yang bekerja dengan bahan
radioaktif. Paparan radioaktif harus dalam ambang batas keamanan dan kadar
paparan radioaktif diperiksa secara periodik.
 Semua petugas di ruang radioaktif harus memahami keamanan , upaya pencegahan
dan alat untuk memperkecil risiko paparan;
 Limbah radioaktif disimpan dan dikumpulkan dalam lemari dengan perlindungan
khusus sampai melewati waktu paruh atau sampai kekuatan radiasinya minimal;
 Wadah penyimpanan bahan radioaktif diberi label , tanggal , macam radioaktif dan
kekuatan radiasinya;
 Setiap ruangan tempat bekerja dengan radioaktif harus diberi label radioaktif dan
selalu dalam keadaan terkunci;
 Sediakan peralatan untuk membersihkan tumpahan bahan radioaktif;
 Petugas dilatih untuk menangani tumpahan bahan radioaktif.

48
9. Sanitasi Lingkungan
 Semua ruangan harus bersih , kering dan higienis;
 Sediakan tempat sampah yang sebelah dalamnya dilapisi dengan kantong plastik;
 Tata ruang instalasi harus baik sehingga tidak dapat dimasuki / menjadi sarang
serangga atau binatang mengerat;
 Sediakan tempat cuci tangan yang dibersihkan secara teratur;
 Sediakan ruang khusus untuk makan dan minum bagi petugas.
 Sediakan ruang ganti pakaian dengan lemari / rak yang terpisah untuk pakaian
pelindung dan pakaian sehari-hari.

10. Pakaian Pelindung Diri


 Pakaian pelindung harus disediakan dan digunakan bila diperlukan.
 Gunakan pelindung mata jika bekerja dengan alat yang dapat menimbulkan bahaya
pecahan , percikan atau radiasi gelombang perusak mata.

C. Pelaporan dan investigasi dari tumpahan, paparan (exposure) dan insiden lainnya;

1. Tumpahan Bahan Kimia


 Informasi penanganan tumpahan bahan kimia hendaknya dibuat dalam bentuk
bagan yang sederhana dan dipasang pada dinding instalasi.
 Peralatan yang harus disediakan :
1. Pakaian pelindung diri , sarung tangan karet , sepatu bot karet.
2. Sekop dan pengumpul debu.
3. Forsep untuk mengambil pecahan gelas.
4. Bulu ayam , kain lap dan kertas pembersih.
5. Ember.
6. Abu soda atau natrium bikarbonat untuk menetralkan asam.
7. Pasir.
8. Deterjen yang tidak mudah terbakar.

49
 Tindakan yang harus dilakukan jika terdapat tumpahan bahan kimia berbahaya :
1. Beritahu tim K-3 dan jauhkan petugas yang tidak berkepentingan dari lokasi
tumpahan.
2. Upayakan pertolongan bagi petugas yang cedera.
3. Jika bahan kimia yang tumpah adalah bahan mudah terbakar segera matikan
semua api , gas dalam ruangan instalasi dan ruangan yang berdekatan.
Matikan peralatan listrik yang mungkin mengeluarkan bunga api.
4. Jika terjadi tumpahan asam dan bahan korosif netralkan dengan abu soda atau
natrium bikarbonat.
5. Jika terjadi tumpahan zat alkalis , taburkan pasir diatasnya.
6. Jangan menghirup bau dari bahan yang tumpah.
7. Nyalakan kipas angin penghisap ( exhaust fan ) jika aman untuk dilakukan.

2. Perlakuan Terhadap Petugas yang Terkontaminasi Zat Radioaktif

Resiko kontaminasi radioaktif dapat terjadi jika :


 Tertumpah oleh larutan zat radioaktif
 Debu radioaktif terhirup

Petugas harus bekerja sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan , termasuk
menggunakan pakaian pelindung diri yang sesuai , untuk mencegah masuknya zat
radioaktif ke dalam tubuhnya karena zat radioaktif sangat sulit dikeluarkan dari dalam
tubuh dengan cepat.

Jika terjadi kontaminasi radioaktif , lakukan hal dibawah ini :


 Periksa apakah petugas terluka , bila terluka , segera berikan pertolongan pertama.
 Hilangkan kontaminasi :
- Cari lokasi kontaminasi pada permukaan tubuh dengan monitor radiasi.
- Cuci bagian tubuh tersebut sebaik mungkin dengan sabun.
- Cucilah rambut yang terkontaminasi di bak cuci agar zat radioaktif tidak
masuk ke dalam mulut.
- Lakukan pemeriksaan ulang untuk melihat ada tidaknya residu kontaminan
yang tertinggal , jika masih ada residu , pencucian diulangi.
- Jika seluruh tubuh terkontaminasi , didahului buka pakaian pelindung dan
cuci rambut di bak cuci lalu cuci seluruh tubuh dengan sabun dibawah
pancuran air dan selanjutnya pantau residu kontaminan , jika masih ada residu
pencucian diulang sampai bersih.

50
3. Pengamanan pada Keadaan Darurat
Jenis kecelakaan dapat terjadi :
a. Kebakaran
b. Sengatan listrik
c. Ledakan
d. Tumpahan
e. Kecelakaan jenis lainnya

Kebakaran dapat terjadi karena :


a. Beban listrik yang terlalu besar.
b. Pemeliharaan jaringan dan alat listrik yang kurang baik.
c. Tabung gas yang terlalu panjang.
d. Peralatan api ditinggalkan dalam keadaan menyala.
e. Api yang terbuka.
f. Tabung gas dan pipa yang sudah rusak.
g. Pemakaian korek api yang tidak pada tempatnya.
h. Kurang hati-hati menangani bahan yang mudah terbakar.
i. Bahan kimia yang mudah terbakar dan eksplosif disimpan dalam pendingin biasa.

Sengatan listrik dapat terjadi karena :


a. Permukaan basah dekat alat listrik.
b. Kabel listrik yang terlalu panjang.
c. Isolasi kabel yang rusak.
d. Beban sirkuit yang terlalu berat pada satu stop kontak listrik akibat penggunaan
adaptor.
e. Alat listrik yang dapat menimbulkan bunga api terletak dekat dengan uap atau
bahan yang mudah terbakar.
f. Alat listrik ditinggalkan dalam keadaan menyala.
g. Penggunaan zat pemadam api yang salah (air atau busa dan bukan CO 2 atau BCF
terhadap api listrik).

Ledakan dapat terjadi karena :


a. Tercampurnya bahan kimia yang seharusnya tidak dicampur
b. Adanya kisaran udara kuat di dalam ruangan

Prosedur darurat umum untuk membatasi kerusakan akibat kecelakaan :


a. Memberikan pertolongan pertama pada orang yang terkena. Orang tersebut
dipindahkan ke tempat lain , kecuali jika pemindahan dapat menyebabkan
keadaan yang lebih buruk;

51
b. Pemutusan aliran listrik bila diperlukan;
c. Memberi peringatan pada orang yang berada di sekitar lokasi kejadian;
d. Pada kasus kebakaran yang diperkirakan tidak dapat diatasi pemadam kebakaran
yang ada di instalasi , hubungi segera pemadam kebakaran kota / wilayah;
e. Jika terdapat bahan yang tumpah , maka tumpahan dan wadahnya segera ditutupi
dengan kain yang dibasahi desinfektan dan diamankan sebagaimana mestinya
sesuai dengan pedoman keamanan. Jika wadah terbuat dari logam , desinfektan
yang bersifat korosif jangan digunakan;
f. Pada ancaman bahaya besar karena aerosol , daerah yang terkena harus segera
dikosongkan;
g. Pada bahaya tumpahan radioaktif , harus diingat bahwa prinsip penanganannya
sama seperti terhadap bahan infektif dengan beberapa tambahan terhadap bahan
radioaktif. Harus pula diingat bahwa hipoklorit dapat menyebabkan zat yodium
radioaktif mudah menyebar;
h. Jika terjadi banjir atau gempa bumi , hanya orang yang terlatih untuk keadaan
tersebut yang boleh memasuki ruangan.

Hal-hal yang harus ada untuk menghadapi keadaan darurat :


a. Sistem tanda bahaya;
b. Sistem evakuasi;
c. Perlengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K);
d. Alat komunikasi darurat baik di dalam atau keluar instalasi ;
e. Sistem informasi darurat;
f. Pelatihan khusus berkala tentang penanganan keadaan darurat;
g. Alat pemadam kebakaran , masker , pasir dan sumber air terletak pada lokasi yang
mudah dicapai;
h. Alat seperti kampak , palu , obeng , tangga dan tali;
i. Alat pengukur kekuatan radioaktif;
j. Nomor telepon ambulans , pemadam kebakaran dan polisi di setiap instalasi.

4. Hal Lain Yang Perlu Diperhatikan


a. Pencegahan Kebakaran
 Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik pada semua
ruangan. Alat dan lokasi alat pemadam kebakaran diberi label MERAH
supaya mudah terlihat.
 Ada pintu keluar darurat yang : (1) bebas halangan , (2) dapat dibuka dengan
mudah , (3) mengarah ke jalan , (4) ditandai dengan jelas dan diberi
penerangan , (5) diberi petunjuk arah yang tidak terhalang oleh apapun jika
tidak langsung terlihat;
 Gang atau koridor harus memungkinkan orang lewat dengan leluasa;
52
 Dipasang label DILARANG MEROKOK pada tempat yang berbahaya;
 Dilakukan pelatihan pemadaman kebakaran secara teratur oleh petugas
instalasi dengan bimbingan dari petugas pemadam kebakaran setempat.

b. Pencegahan Bahaya Listrik

 Instalasi listrik dipasang sesuai dengan ketentuan yang ada;


 Sistem kabel interior mempunyai arde (konduktor yang ditanam) dan kondisi
kabel dalam keadaan baik;
 Satu stop kontak listrik digunakan hanya untuk satu alat;
 Panel pemutus aliran listrik ditempatkan pada lokasi yang mudah dijangkau
dan tombolnya diberi tanda yang mudah dikenali.

5. Alur Pelaporan dan tindak lanjutnya


Jika terjadi bahaya akibat pekerjaan di instalasi / unit, petugas di instalasi/unit
memberitahukan kepada Kepala Ruangan Instalasi / Unit untuk segera dilaporkan
kepada Kepala Instalasi/Unit. Kepala Ruangan harus mencatat secara rinci setiap
kecelakaan yang terjadi di instalasi/unit (jenis bahan, identifikasi pasien dan petugas
yang mengalami kecelakaan, apa yang ditemukan, cara terjadinya kecelakaan kerja
dan upaya / tindakan pengamanan yang dilakukan).

D. Pembuangan limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) yang benar;

1. Limbah Medis Padat


Seperti ; Botol-botol infus, spuit injeksi, ampul obat, flacon injeksi, infus set, hands
choen, kain kasa bekas gv, pampers, pembalut, kapas cebok, catheter bekas dan urine
bag, masker, kapas alkohol bekas, bag darah transfusi, nald, three way bekas.

a. Minimisasi Limbah
1. Menyeleksi bahan-bahan yang kurang menghasilkan limbah sebelum membelinya.
2. Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia.
3. Mengutamakan metode pembersihan secara fisik dari pada kimiawi.
4. Mencegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah seperti dalam kegiatan perawatan
dan kebersihan.
5. Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku sampai menjadi limbah
bahan berbahaya dan beracun.
53
6. Memesan bahan –bahan sesuai kebutuhan
7. Menggunakan bahan-bahan yang diproduksi lebih awal untuk menghindari
kadaluarsa.
8. Menghabiskan bahan dari setiap kemasan.
9. Mengecek tanggal kadaluarsa bahan-bahan pada saat diantar oleh distributor.

b. Pemilahan , Pewadahan , Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang


1. Dilakukan pemilahan jenis limbah medis padat mulai dari sumber yang terdiri dari
limbah infeksius , limbah patologi , limbah benda tajam , limbah farmasi , limbah
sitotoksis , limbah kimiawi , limbah radioaktif , limbah kontainer bertekanan , dan
limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.
2. Tempat pewadahan limbah medis padat :
 Terbuat dari bahan yang kuat , cukup ringan , tahan karat , kedap air dan
mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya , misalnya fiberglass.
 Disetiapsumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat pewadahan yang
terpisah dengan limbah padat non medis.
 Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3 bagian telah
terisi limbah.
 Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada tempat khusus (safety box)
seperti botol atau karton yang aman.
 Tempat pewadahan limbah medis padat infeksius dan sitotoksik yang tidak
langsung kontak dengan limbah harus segera dibersihkan dengan larutan
desinfektan apabila akan dipergunakan kembali , sedangkan untuk kantong plastik
yang telah dipakai dan kontak langsung dengan limbah tersebut tidak boleh
digunakan lagi.
3. Bahan atau alat yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui sterilisasi meliputi
pisau bedah ( scalpel ) , jarum hipodermik , syringes , botol gelas dan kontainer.
4. Alat-alat lain yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui sterilisasi adalah
radionukleida yang telah diatur tahan lama untuk radioterapi seperti pins , needles ,
atau seeds.
5. Apabila sterilisasi yang dilakukan adalah sterilisasi dengan ethylene oxide , maka
tanki reactor harus dikeringkan sebelum dilakukan injeksi ethylene oxide . Oleh
karena gas tersebut sangat berbahaya maka sterilisasi harus dilakukan oleh petugas
yang terlatih. Sedangkan sterilisasi dengan glutaradehyde lebih aman dalam
pengoperasiannya tetapi kurang efektif secara mikrobiologi.
6. Upaya khusus harus dilakukan apabila terbukti ada kasus pencemaran spongiform
encephalopathies.

54
c. Tempat Penampungan Sementara
1. Bagi Rumah Sakit yang mempunyai insinerator dilingkungannya harus membakar
limbahnya selambat-lambatnya 24 jam.
2. Bagi Rumah Sakit yang tidak mempunyai insinerator , maka limbah medis padatnya
harus dimusnahkan melalui kerjasama dengan Rumah Sakit lain atau pihak lain yang
mempunyai insinerator untuk dilakukan pemusnahan selambat-lambatnya 24 jam
apabila disimpan pada suhu ruang.
d. Transportasi
1. Kantong limbah medis padat sebelum dimasukkan ke kendaraan pengangkut harus
diletakkan dalam kontainer yang kuat dan tertutup.
2. Kantong limbah medis padat harus aman dari jangkauan manusia maupun binatang.

3. Petugas yang menangani limbah , harus menggunakan alat pelindung diri yang terdiri:
a. Topi / helm ;
b. Masker ;
c. Pelindung mata ;
d. Pakaian panjang ( coverall ) ;
e. Apron untuk industri :
f. Pelindung kaki / sepatu bot ; dan
g. Sarung tangan khusus ( disposable gloves atau heavy duty gloves ).

e. Pengolahan , Pemusnahan dan Pembuangan Akhir Limbah Padat

1. Limbah Infeksius dan Benda Tajam


a. Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan persediaan agen infeksius dan
laboratorium harus disterilisasi dengan pengolahan panas dan basah seperti auto

55
clave sedini mungkin. Untuk limbah infeksius yang lain cukup dengan cara
disinfeksi.
b. Benda tajam harus diolah dengan insinerator bila memungkinkan , dan dapat
diolah bersama dengan limbah infeksius lainnya. Kapsulisasi juga cocok untuk
benda tajam.
c. Setelah insinerasi atau disinfeksi , residunya dapat dibuang ke tempat
pembuangan B3 atau dibuang ke landfill jika residunya sudah aman.

2. Limbah Farmasi
a. Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan insinerator pirolitik
( pyrolytic incinerator ) , rotary klin , dikubur secara aman , sanitary landfill ,
dibuang ke sarana air limbah atau inersisasi. Tetapi dalam jumlah besar harus
menggunakan fasilitas pengolahan yang khusus seperti rotary klin , kapsulisasi
dalam drum logam , dan inersisasi.
b. Limbah padat farmasi dalam jumlah besar harus dikembalikan kepada distributor ,
sedangkan bila dalam jumlah sedikit dan tidak memungkinkan dikembalikan ,
supaya dimusnahkan melalui insinerator pada suhu ditas 10000 C.

3. Limbah Sitotoksis
a. Limbah sitotoksis sangat berbahaya dan tidak boleh dibuang dengan penimbunan
( landfill ) atau kesaluran limbah umum.
b. Pembuangan yang dianjurkan adalah dikembalikan ke perusahaan penghasil atau
distributornya , insinerasi pada suhu tinggi dan degradasi kimia. Bahan yang
belum dipakai dan kemasannya belum masih utuh karena kadaluarsa harus
dikembalikan ke distributor apabila tidak ada insinerator dan diberi keterangan
bahwa obat tersebut sudah kadaluarsa atau tidak dipakai lagi.
c. Insinerasi pada suhu tinggi sekitar 1.200 0 C dibutuhkan untuk menghancurkan
semua bahan sitotoksik . Insinerasi pada suhu rendah dapat menghasilkan uap
sitotoksik yang berbahaya ke udara.
d. Insinerator pirolitik dengan 2 ( dua ) tungku pembakaran pada suhu 1200 0C
dengan minimum waktu tinggal 2 detik atau suhu 1000 0 C dengan waktu tinggal 5
detik di tungku kedua sangat cocok untuk bahan ini dan dilengkapi dengan
penyaring debu.
e. Insinerator juga harus dilengkapi dengan peralatan pembersih gas. Insinerasi juga
memungkinkan dengan rotary kiln yang didesain untuk dekomposisi panas limbah
kimiawi yang beroperasi dengan baik pada suhu diatas 8500 C.
f. Insinerator dengan satu tungku atau pembakaran terbuka tidak tepat untuk
pembuangan limbah sitotoksis.

56
g. Metode degradasi kimia yang mengubah senyawa sitotoksik menjadi senyawa
tidak beracun dapat digunakan tidak hanya untuk residu obat tapi juga untuk
pencucian tempat urin , tumpahan dan pakaian pelindung.
h. Cara kimia relatif mudah dan aman meliputi oksidasi oleh kalium permanganat
( KMnO4 ) atau asam sulfat ( H2SO4 ), penghilangan nitrogen dengan asam
bromida , atau reduksi dengan nikel dan aluminium.
i. Insinerasi maupun degradasi kimia tidak merupakan solusi yang sempurna untuk
pengolahan limbah , tumpahan atrau cairan biologis yang terkontaminasi agen
antineoplastik. Oleh karena itu , Rumah Sakit harus berhati-hati dalam menangani
obat sitotoksik.
j. Apabila cara insinerasi maupun degradasi kimia tidak tersedia , kapsulisasi atau
inersisasi dapat dipertimbangkan sebagai cara yang dapat dipilih.

4. Limbah Bahan Kimia


a. Pembuangan Limbah Kimia Biasa
Limbah kimia biasa yang tidak bisa didaur ulang seperti gula , asam amino dan
garam tertentu dapat dibuang ke saluran air kotor. Namun demikian , pembuangan
tersebut harus memenuhi persyaratan konsentrasi bahan pencemar yang ada
seperti bahan melayang , suhu dan pH.

b. Pembuangan Limbah Kimia Berbahaya Dalam Jumlah Kecil


Limbah bahan berbahaya dalam jumlah kecil seperti residu yang terdapat dalam
kemasan sebaiknya dibuang dengan insinerasi pirolitik , kapsulisasi , atau
ditimbun ( landfill ).

c. Pembuangan Limbah Kimia Berbahaya Dalam Jumlah Besar


Tidak ada cara pembuangan yang aman dan sekaligus murah untuk limbah
berbahaya. Pembuangannya lebih ditentukan kepada sifat bahaya yang dikandung
oleh limbah tersebut. Limbah tertentu yang bisa dibakar seperti banyak bahan
pelarut dapat diinsinerasi. Namun bahan pelarut dalam jumlah besar seperti
pelarut halogenida yang mengandung klorin atau florin tidak boleh diinsinerasi
kecuali insineratornya dilengkapi dengan alat pembersih gas.

d. Cara lain adalah dengan mengembalikan bahan kimia berbahaya tersebut ke


distributornya yang akan menanganinya dengan aman , atau dikirim ke negara
lain yang mempunyai peralatan yang cocok untuk mengolahnya.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan limbah kimia


berbahaya :

57
Limbah berbahaya yang komposisinya berbeda harus dipisahkan untuk
menghindari reaksi kimia yang tidak diinginkan.
Limbah kimia berbahaya dalam jumlah besar tidak boleh ditimbun karena dapat
mencemari air tanah.
Limbah kimia disinfektan dalam jumlah besar tidak boleh dikapsulisasi karena
sifatnya yang korosif dan mudah terbakar.
Limbah padat bahan kimia berbahaya cara pembuangannya harus
dikonsultasikan terlebih dahulu kepada instansi yang berwenang.

5. Limbah dengan Kandungan Logam Berat Tinggi


a. Limbah dengan kandungan mercuri atau kadmium tidak boleh dibakar atau
diinsinerasi karena berisiko mencemari udara dengan uap beracun dan tidak boleh
dibuang ke landfill karena dapat mencemari air tanah.
b. Cara yang disarankan adalah dikirim ke negara yang mempunyai fasilitas
pengolah limbah dengan kandungan logam berat tinggi. Bila tidak memungkinkan
, limbah dibuang ke tempat penyimpanan yang aman sebagai pembuangan akhir
untuk limbah industri yang berbahaya. Cara lain yang paling sederhana adalah
dengan kapsulisasi kemudian dilanjutkan dengan landfill. Bila hanya dalam
jumlah kecil dapat dibuang dengan limbah biasa.

6. Kontainer Bertekanan

a. Cara yang terbaik untuk menangani limbah kontainer bertekanan adalah dengan
daur ulang atau penggunaan kembali. Apabila masih dalam kondisi utuh dapat
dikembalikan ke distributor untuk pengisian ulang gas. Agen halogenida dalam
bentuk cair dan dikemas dalam botol harus diperlakukan sebagai limbah bahan
kimia berbahaya untuk pembuangannya.

b. Cara pembuangan yang tidak diperbolehkan adalah pembakaran atau insinerasi


karena dapat meledak.
 Kontainer yang masih utuh
Kontainer-kontainer yang harus dikembalikan ke penjualnya adalah :
 Tabung atau silinder nitrogen dioksida yang biasanya disatukan dengan
peralatan anestesi.
 Tabung atau silinder etilin oksida yang biasanya disatukan dengan
peralatan sterilisasi
 Tabung bertekanan untuk gas lain seperti oksigen , nitrogen , karbon
dioksida , udara bertekanan , siklopropana , hidrogen , gas elpiji , dan
asetilin.

58
 Kontainer yang sudah rusak
Kontainer yang rusak tidak dapat diisi ulang harus dihancurkan setelah
dikosongkan kemudian baru dibuang ke landfill.

 Kaleng aerosol
Kaleng aerosol kecil harus dikumpulkan dan dibuang bersama dengann
limbah biasa dalam kantong plastik hitam dan tidak untuk dibakar atau
diinsinerasi . Limbah ini tidak boleh dimasukkan ke dalam kantong kuning
karena akan dikirim ke insinerator . Kaleng aerosol dalam jumlah banyak
sebaiknya dikembalikan ke penjualnya atau ke instalasi daur ulang bila ada.

7. Limbah Radioaktif
a. Pengelolaan limbah radioaktif yang aman harus diatur dalam kebijakan dan
strategi nasional yang menyangkut peraturan , infrastruktur , organisasi pelaksana
dan tenaga yang terlatih.
b. Setiap Rumah Sakit yang menggunakan sumber radioaktif yang terbuka untuk
keperluan diagnosa , terapi atau penelitian harus menyiapkan tenaga khusus yang
terlatih khusus dibidang radiasi.
c. Tenaga tersebut bertanggung jawab dalam pemakaian bahan radioktif yang aman
dan melakukan pencatatan.
d. Instrumen kalibrasi yang tepat harus tersedia untuk monitoring dosis dan
kontaminasi. Sistem pencatatan yang baik akan menjamin pelacakan limbah
radioaktif dalam pengiriman maupun pembuangannya dan selalu diperbaharui
datanya setiap waktu.

e. Limbah radioaktif harus dikategorikan dan dipilah berdasarkan ketersediaan


pilihan cara pengolahan , pengkondisian , penyimpanan , dan pembuangan .
kategori yang memungkinkan adalah :
 Umur paruh ( half-life ) seperti umur pendek ( short-lived ) . ( misalnya umur
paruh < 100 hari ) , cocok untuk penyimpanan pelapukan ,
 Aktifitas dan kandungan radionuklida ,
 Bentuk fisika dan kimia ,
 Cair : berair dan organic ,
 Tidak homogen ( seperti mengandung lumpur atau padatan yang melayang ) ,
 Padat : mudah terbakar / tidak mudah terbakar ( bila ada ) dan dapat
dipadatkan / tidak mudah dipadatkan ( bila ada ) ,
 Sumber tertutup atau terbuka seperti sumber tertutup yang dihabiskan ,

59
 Kandungan limbah seperti limbah yang mengandung bahan berbahaya
( patogen , infeksius , beracun ).

f. Setelah pemilahan , setiap kategori harus disimpan terpisah dalam kontainer , dan
kontainer limbah tersebut harus :
 Secara jelas diidentifikasi ,
 Ada simbol radioaktif ketika sedang digunakan
 Sesuai dengan kandungan limbah ,
 Dapat diisi dan dikosongkan dengan aman ,
Kuat dan saniter

g. Informasi yang harus dicatat pada setiap kontainer limbah :


 Nomor identifikasi ,
 Radionuklida ,
 Aktifitas ( jika diukur atau diperkirakan ) dan tanggal pengukuran ,
 Asal limbah ( ruangan , laboratorium , atau tempat lain ) ,
 Angka dosis permukaan dan tanggal pengukuran ,
 Orang yang bertanggung jawab.

h. Kontainer untuk limbah padat harus dibungkus dengan kantong plastik transparan
yang dapat ditutup dengan isolasi plastik.

i. Limbah padat radioaktif dibuang sesuai dengan persyaratan teknis dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku ( PP Nomor 27 Tahun 2002 ) dan kemudian
diserahkan kepada BATAN untuk penanganan lebih lanjut atau dikembalikan
kepada negara distributor. Semua jenis limbah medis termasuk limbah radioaktif
tidak boleh dibuang ke tempat pembuangan akhir sampah domestik ( landfill )
sebelum dilakukan pengolahan terlebih dahulu sampai memenuhi persyaratan.
2. Limbah Padat Non Medis
Seperti ; Plastik-plastik infus, koran-koran bekas , kertas berkas dan kardus, bungkus-
bungkus nasi, kulit buah-buahan.
a. Pemilahan Limbah Padat Non Medis
1. Dilakukan pemilahan limbah padat non medis antara limbah yang dapat dimanfaatkan
dengan limbah yang tidak dapat dimanfaatkan kembali.
2. Dilakukan pemilahan limbah padat non medis antara limbah basah dan limbah kering

b. Tempat Pewadahan Limbah Padat Non Medis


1. Terbuat dari bahan yang kuat , cukup ringan , tahan karat , kedap air , dan mempunyai
permukaan yang mudah dibersihkan pada bagian dalamnya , misalnya fiberglass.
2. Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan.

60
3. Terdapat minimal 1 ( satu ) buah untuk setiap kamar atau sesuai dengan kebutuhan.
4. Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3x24 jam atau apabila 2/3
bagian kantong sudah terisi oleh limbah , maka harus diangkut supaya tidak menjadi
perindukan vektor penyakit atau binatang pengganggu.

c. Pengangkutan
Pengangkutan limbah padat domestik dari setiap ruangan ketempat penampungan
sementara menggunakan troli tertutup.

d. Tempat Penampungan Limbah Padat Non Medis Sementara


1. Tersedia tempat penampungan limbah padat non medis sementara dipisahkan antara
limbah yang dapat dimanfaatkan dengan limbah yang tidak dapat dimanfaatkan
kembali. Tempat tersebut tidak merupakan sumber bau , dan lalat bagi lingkungan
sekitarnya dilengkapi saluran untuk cairan lindi.
2. Tempat penampungan sementara limbah padat harus kedap air , bertutup dan selalu
dalam keadaan tertutup bila sedang tidak diisi serta mudah mudah dibersihkan.
3. Terletak pada lokasi yang mudah dijangkau kendaraan pengangkut limbah padat.
4. Dikosongkan dan dibersihkan sekurang-kurangnya 1 x 24 jam.

e. Pengolahan Limbah Padat


Upaya untuk mengurangi volume , merubah bentuk atau memusnahkan limbah padat
dilakukan pada sumbernya . Limbah yang masih dapat dimanfaatkan kembali untuk
limbah padat organik dapat diolah menjadi pupuk.

f. Lokasi Pembuangan Limbah Padat Akhir.


Limbah padat umum ( domestik ) dibuang kelokasi pembuangan akhir yang dikelola oleh
pemerintah daerah ( Pemda ) , atau badan lain sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
3. Limbah Cair
Pengertian:
Limbah Cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan Rumah
Sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme , bahan kimia beracun dan radioaktif
yang berbahaya bagi kesehatan.
Limbah Cair harus dikumpulkan dalam kontainer yang sesuai dengan karakteristik bahan
kimia dan radiologi , volume dan prosedur penanganan dan penyimpanannya.
a. Saluran pembuangan limbah harus menggunakan sistem saluran tertutup , kedap air dan
limbah harus mengalir dengan lancar , serta terpisah dengan saluran air hujan.
b. Rumah Sakit harus memiliki instalasi pengolahan limbah cair sendiri atau bersama-sama
secara kolektif dengan bangunan sekitarnya yang memenuhi persyaratan tehnis , apabila
belum ada atau tidak terjangkau sistem pengolahan air limbah perkotaan.

61
c. Perlu dipasang alat pengukur debit limbah cair untuk mengetahui debit harian limbah
yang dihasilkan.
d. Air limbah dari dapur harus dilengkapi penangkap lemak dan saluran air limbah harus
dilengkapi / ditutup dengan grill.
e. Air limbah yang berasal dari laboratorius harus diolah di Instalasi Pengolahan Air
Limbah ( IPAL ) , bila tidak mempunyai IPAL harus dikelola sesuai ketentuan yang
berlaku melalui kerjasama dengan pihak lain atau pihak yang berwenang.
f. Frekuensi pemeriksaan kualitas limbah cair terolah ( effluent ) dilakukan setiap hari
untuk swapantau dan 3 bulan sekali uji petik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
g. Rumah Sakit yang menghasilkan limbah cair yang mengandung atau terkena zat
radioaktif , pengelolanya dilakukan sesuai ketentuan.
h. Parameter radioaktif diberlakukan bagi Rumah Sakit sesuai dengan bahan radioaktif yang
dipergunakan oleh Rumah Sakit yang bersangkutan.

4. Limbah Gas
Pengertian
Limbah Gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan pembakaran
di Rumah Sakit seperti insinerator , dapur , perlengkapan generator ,anestesi dan pembuatan
obat sitotoksis.

Limbah Gas :
a. Monitoring limbah gas berupa NO2 , SO2 , logam berat , dan dioksin dilakukan minimal
satu kali setahun.
b. Suhu pembakaran minimum 10000 C untuk pemusnahan bakteri patogen , virus , dioksin
dan mengurangi jelaga.
c. Dilengkapi alat untuk mengurangi emisi gas dan debu.
d. Melakukan penghijauan dengan menanam pohon yang banyak , memproduksi gas
oksigen dan dapat menyerap debu.

E. Peralatan dan prosedur perlindungan yang benar pada saat penggunaan, ada
tumpahan (spill) atau paparan (exposure);

1. Pakaian Pelindung Diri


 Pakaian pelindung harus disediakan dan digunakan bila diperlukan.
 Gunakan pelindung mata jika bekerja dengan alat yang dapat menimbulkan bahaya
pecahan , percikan atau radiasi gelombang perusak mata.

2. Tumpahan Bahan Kimia


Peralatan yang harus disediakan :
62
 Pakaian pelindung diri , sarung tangan karet , sepatu bot karet.
 Sekop dan pengumpul debu.
 Forsep untuk mengambil pecahan gelas.
 Bulu ayam , kain lap dan kertas pembersih.
 Ember.
 Abu soda atau natrium bikarbonat untuk menetralkan asam.
 Pasir.
 Deterjen yang tidak mudah terbakar.

3. Peralatan Spill Kit


 Baju pelindung
 Sarung tangan
 Tutup Kepala
 Masker
 Emergency kit :
- 500 ml larutan NaCl 0,9 %
- 30 ml larutan pencuci mata steril
- 120 ml air sabun
- 500 ml larutan chlorin 5 %
- 500 ml H2O2 3 %
 Format laporan kecelakaan

F. Pendokumentasian, meliputi setiap izin dan perizinan/lisensi atau ketentuan


persyaratan lainnya;

63
64
Lembaran MSDS dari Situs MSDS Secara Umum ‘’Schulke’’

65
66
Lembar Data Keselamatan Bahan/Material Safety Data Sheet (MSDS)
Menurut Peraturan Pemerintrah Nomor 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun berisi :
a. Merek dagang
b. Rumus kimia Bahan Berbahaya dan Beracun
c. Jenis Bahan Berbahaya dan Beracun
d. Klasifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun
e. Teknik penyimpanan
f. Tata cara penanganan bila terjadi kecelakaan

G. Pemasangan label pada Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) dan limbahnya;

67
Karsinogenik, Mutagenik, Iritasi Gas Bertekanan
Teratogenik Berbahaya

H. Unit independen mematuhi rencana penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
dan limbahnya;
- Sub Bagian URT/Logistik
- Unit Gawat Darurat
- Unit Rawat Jalan
- Unit Rawat Inap
- Unit Kamar Bersalin
- Unit Unit Kamar Operasi
- Unit Rawat Intensif
- Unit Radiologi

68
- Unit Laboratorium
- Unit Farmasi
- Unit Fisioterapi
- Unit Gizi dan Dapur
- Unit Linen dan Laundry
- Unit PSP2RS
- Unit Sanitasi
- Unit Kamar jenazah
- Unit Ambulance

BAB IV
DOKUMENTASI

Semua Proses Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dimulai dari Identifikasi
dan pemukhtahiran inventarisasi Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) dan limbahnya;
Penanganan, penyimpanan dan penggunaan yang aman terhadap Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3); Pelaporan dan investigasi dari tumpahan, paparan (exposure) dan insiden lainnya;
Pembuangan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang benar; Peralatan dan prosedur
perlindungan yang benar pada saat penggunaan, ada tumpahan (spill) atau paparan (exposure);
Pendokumentasian, meliputi setiap izin dan perizinan/lisensi atau ketentuan persyaratan lainnya;
Pemasangan label pada Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan limbahnya; dan tentang unit

69
independen yang mematuhi rencana penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan
limbahnya; harus dikumpulkan dan didokumentasikan untuk proses manajemen risiko di Rumah
Sakit XXX.

................., Tgl Bln Thn


Direktur Rumah Sakit XXX, Kepala Unit PSP2RS,

Nama Jelas Nama Jelas

70

Anda mungkin juga menyukai