TENTANG
Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan kegiatan, rumah sakit harus menyediakan fasilitas yang aman, berfungsi, dan
suportif bagi pasien, keluarga, staf, dan pengunjung guna mengendalikan bahaya dan risiko, mencegah kecelakaan/cedera dan
b. bahwa untuk tersedianya fasilitas yang aman di rumah sakit, fasilitas fisik, peralatan medis, dan peralatan lainnya
harus dikelola dengan manajemen yang efektif dan melibatkan multi disiplin dalam perencanaan, pendidikan, dan pemantauan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana pada huruf a dan b, perlu mengeluarkan Peraturan Direktur ……..
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen K3
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
10. Peraturan Presiden Republik Indonesia No 47 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan
11. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pemberian
12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan
13. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009 tentang Tata Cara Perizinan
14. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2013 tentang Simbol dan Label
15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan Kalibrasi Alat
Kesehatan
16. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2016 tentang Penggunaan Gas Medik dan Vakum
17. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan
18. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
19. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
20. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2018 tentang Kewajiban Rumah Sakit dan
Kewajiban Pasien
21. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan lingkungan
22. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah
Sakit
23. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 tentang Akreditasi Rumah Sakit
24. Pedoman Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Rujukan, Rumah Sakit Darurat dan Puskesmas yang Menangani
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR UTAMA ……… TENTANG MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN DI RUMAH
SAKIT ……...
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Definisi
1. Keselamatan adalah keadaan tertentu karena gedung, lantai, halaman, dan peralatan Rumah Sakit tidak
2. Keamanan adalah perlindungan terhadap kehilangan, pengrusakan dan kerusakan, atau penggunaan akses oleh
3. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) serta Limbahnya meliputi penanganan, penyimpanan, dan penggunaan seluruh
jenis bahan berbahaya dan beracun. Serta limbah bahan berbahaya harus dibuang secara aman.
4. Manajemen Penanggulangan Bencana meliputi identifikasi risiko bencana, respon bila terjadi wabah, serta
penanganan bencana dan keadaan emergensi dengan efektif termasuk evaluasi lingkungan pasien secara terintegrasi.
5. Sistem Proteksi Kebakaran meliputi perlindungan bagi properti dan personel dari kebakaran dan asap.
6. Peralatan Medis meliputi pemilihan, pemeliharaan, dan penggunaan alat medis sedemikian rupa untuk mengurangi
risiko.
7. Sistem penunjang / utilitas meliputi listrik, air, dan sistem pendukung lainnya dipelihara untuk meminimalkan
Pasal 2
(1) Direksi Rumah Sakit dan Manager Penunjang Umum memahami perundang-undangan dan persyaratan lainnya
yang berlaku bagi fasilitas Rumah Sakit baik yang merupakan regulasi di tingkat nasional maupun tingkat daerah.
(2) Direktur Rumah Sakit menerapkan persyaratan teknis bangunan dan prasarana Rumah Sakit sesuai dengan
f. Izin Radiologi
k. Izin Lift
m. Izin Lingkungan
(4) Manager Penunjang Umum membuat daftar rekapitulasi hasil pemeriksaan fasilitas yang dilakukan oleh badan
external dari luar RS baik secara langsung dengan menerapkan protokol kesehatan ataupun secara virtual meeting, melengkapi
dokumen bukti pemeriksaan berupa berita acara pemeriksaan, laporan hasil pemeriksaan dan dokumentasi
(5) Direktur RS memastikan rumah sakit memenuhi kondisi seperti hasil pemeriksaan fasilitas yang dilakukan otoritas
setempat melalui laporan hasil pemeriksaan, berita acara foto – foto fasilitas yang sudah ditindak lanjuti dan anggaran yang
Pasal 3
(1) Manager Penunjang Umum menyusun program induk manajemen risiko fasilitas dan lingkungan setiap tahun yang
menggambarkan proses pengelolaan risiko yang dapat terjadi pada pasien, keluarga, pengunjung dan staf
e. Peralatan Medis
sekurang-kurangnya setahun sekali atau bila terjadi perubahan lingkungan rumah sakit untuk menggambarkan kondisi
(4) Bila tidak terjadi perubahan lingkungan Rumah Sakit review program manajemen risiko dilakukan pembahasan
melalui rapat baik secara langsung dengan menerapkan protokol kesehatan ataupun secara virtual meeting yang diadakan setiap
3 bulan
(5) Tenant / penyewa lahan yang ada dilingkungan rumah sakit harus patuh terhadap program manajemen risiko
(6) Manager penunjang umum beserta Tim K3RS melakukan audit kepatuhan tenant untuk memastikan kepatuhannya
(7) Ketentuan mengenai program manajemen risiko fasilitas dan lingkungan dijelaskan lebih lanjut dalam Panduan
(8) Ketentuan mengenai tenant dijelaskan lebih lanjut dalam Panduan Tenant
Pasal 4
(1) Tim K3RS bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program manajemen
(2) Tim K3RS menyusun program pengawasan terhadap manajemen risiko fasilitas dan lingkungan setiap tahun dan
membuat laporan evaluasi program setiap 3 bulan yang diserahkan kepada Direktur Rumah Sakit
(3) Ketua Tim K3RS yang ditunjuk harus sudah mengikuti pelatihan K3RS secara eksternal yang diadakan oleh badan
(4) Anggota Tim K3RS mengikuti pelatihan K3RS secara internal dengan narasumber yang sudah memiliki sertifikasi
BAB III
Pasal 5
(1) Manager Penunjang Umum menyusun program keselamatan dan keamanan fasilitas dan lingkungan setiap tahun
a. Asesmen risiko secara komprehensif dan proaktif untuk mengidentifikasi bangunan, ruangan/area, peralatan,
b. Melakukan pemeriksaan fasilitas secara berkala dan terdokumentasi agar rumah sakit dapat melakukan perbaikan
dan menyediakan anggaran untuk melakukan perbaikan
c. Melakukan asesmen risiko prakonstruksi (pra construction risk assessment / PCRA) setiap ada konstruksi,
d. Merencanakan dan melakukan pencegahan dengan menyediakan fasilitas pendukung yang aman
e. Menciptakan lingkungan yang aman dengan penggunaan kartu identitas oleh seluruh staf dan semua individu yang
bekerja di rumah sakit serta pemberian identitas pada pasien rawat inap, penunggu pasien, tenant/penyew lahan, pengunjung
f. Melindungi dari kejahatan perorangan, kehilangan, kerusakan atau pengrusakan barang milik pribadi dan tindak
kekerasan
g. Melakukan monitoring dengan memasang kamera CCTV yang dapat dipantau diruang security dengan ketentuan:
1) Lokasi pemasangan CCTV pada daerah terbatas atau disesuaikan dengan hasil grading risiko keselamatan dan
2) Pemasangan kamera CCTV tidak diperbolehkan diruangan pasien dan tetap harus memperhatikan privacy pasien
3) Pengecualian untuk diruang perawatan pasien jiwa yang gaduh gelisah pemasangan dapat dikamar pasien dengan
(2) Urusan Prasarana Rumah Sakit dan Urusan Pelayanan Umum bertanggung jawab dalam melakukan pengelolaan
(3) Tim K3RS bersama – sama dengan Bagian Penunjang Umum melakukan identifikasi risiko keselamatan dan
Keamanan setiap tahun dengan hasil identifikasi risiko dan dibuatkan kedalam risk register
(4) Petugas Security melakukan pencatatan saat pemberian identitas pada penunggu pasien, tamu, staf rumah sakit,
pegawai kontrak dan semua yang bekerja dirumah sakit dan melakukan monitoring kepatuhan penggunaan kartu identitas pada
saat patroli
(5) Petugas Security melakukan skrining kepada semua pengunjung/ tamu / penunggu pasien dipintu masuk ke area
a. Menganjurkan cuci tangan dengan fasilitas cuci tangan yang telah tersedia di area pintu masuk Rumah Sakit
c. Melakukan pengukuran suhu dengan menggunakan thermogun/ thermoscan yang diarahkan ke dahi pasien dengan
d. Memastikan tamu/pengunjung dengan suhu >38°C tidak diperkenankan untuk masuk area Rumah Sakit
e. Informasikan kepada tamu/pengunjung dan penunggu pasien agar menggunakan masker dan cuci tangan selama
(6) Kaur PSRS dan pelaksana PSRS melakukan pemeriksaan fasilitas sesuai jadwal dan membuat rencana perbaikan
(7) PSRS melakukan pemasangan CCTV pada area terbatas berdasarkan hasil identifikasi risiko keselamatan dan
keamanan, dengan penempatan monitor CCTV berada diruang security untuk dilakukan pemantauan dan hasil pemantauan
didokumentasikan
(8) Ketentuan mengenai keselamatan dan keamanan lebih lanjut dijelaskan dalam Panduan Keselamatan dan
Keamanan
Pasal 6
(1) Asesmen risiko pra konstruksi (PCRA) dilakukan pada waktu merencanakan pembangunan/ konstruksi,
pembongkaran atau renovasi untuk mengurangi risiko terhadap dampak konstruksi, renovasi, dan demolisis yang meliputi:
kualitas udara, pengendalian infeksi (ICRA), utilitas, kebisingan, getaran, bahan berbahaya, layanan darurat (respon terhadap
(2) Asesmen risiko PCRA dilakukan dengan melibatkan semua Instalasi/ urusan yang terkena dampak konstruksi,
konsultan perencana proyek, kontraktor bangunan, Tim K3RS, Tim / Komite PPI, Manager Penunjang Umum, IT, dan Urusan
UPSRS
(3) Tim K3RS, Manager Penunjang Umum, PSRS, Tim / Komite PPI dan Instalasi/Urusan yang berhubungan dengan
PCRA melaksanakan tindaklanjut PCRA berdasarkan hasil asesmen untuk meminimalkan risiko pembongkaran selama renovasi
dan konstruksi
(4) Tim KRS, PSRS dan Tim / Komite PPI bersama – sama melakukan audit kepatuhan kontraktor terhadap
(5) Anggaran perbaikan, penggantian, peningkatan, dan perizinan sehingga bangunan, properti, fasilitas, serta
komponen – komponen lainnya termasuk anggaran penerapan PCRA dan ICRA tercantum dalam Rencana Kegiatan dan
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai Asesmen Risiko Pra Konstruksi (PCRA) akan dijelaskan lebih lanjut dalam
BAB IV
Pasal 7
(1) Petugas Kesling mengidentifikasi dan menginventarisasi B3 serta limbahnya dengan mengacu kepada kategori B3
dan limbah B3 berdasarkan WHO, yang terdiri dari: infeksius, patologis dan anatomi, farmasi, bahan kimia, logam berat,
(2) Petugas Kesling membuat regulasi B3, daftar inventaris B3 dan Limbah B3 meliputi jenis, lokasi dan jumlah yang
ditetapkan dalam SK Direktur, diupdate setiap tahun atau bila ada perubahan yang terjadi dan di distribusikan ke
(3) Pengadaan/ pembelian B3 harus disertai dengan MSDS (Material Safety Data Sheet) dilampirkan dari pemasok
(4) Alat Pelindung Diri harus tersedia ditempat penyimpanan B3 untuk digunakan oleh petugas untuk penanganan B3
dan limbah B3
(5) Eyewasher harus tersedia di tempat penyimpanan B3 cair dalam jumlah banyak seperti : TPS B3, Laundry,
Laboratorium dan CSSU (Central Sterilized Suppply Unit)
(6) Setiap tempat penyimpanan B3 dan B3 harus dilengkapi dengan label B3 sesuai dengan karakteristik B3 yang
disimpan
(7) Staf di unit membuat laporan kejadian tumpahan, paparan/ pajanan (exposure) dan insiden lain terkait B3 yang
(8) Petugas Kesling membuat rekapan kejadian tumpahan, paparan/ pajanan ( exposure) setiap 3 bulan yang dilengkapi
(9) Rumah Sakit harus memiliki Izin IPAL/IPLC yang masih berlaku, Izin TPS B3 yang masih berlaku, Perjanjian
Kerjasama dengan pihak ketiga, izin transporter dan izin pengolah B3 pihak ketiga bila pengolahan B3 dilakukan oleh pihak
lain
Pasal 8
a. Lantai kedap (impermeable), berlantai beton/ semen dengan sistem drainase yang baik, mudah dibersihkan, dan
dilakukan desinfeksi.
b. Tersedia sumber air/ kran air dan sabun untuk pembersihan tangan.
d. Dapat dikunci untuk menghindari akses oleh pihak yang tidak berkepentingan.
f. Terlindungi dari sinar matahari, hujan, angin kencang, banjir, dan faktor lain yang berpotensi menimbulkan
j. Peralatan pembersihan, alat pelindung diri, antara lain: masker, sarung tangan, penutup kepala, google, sepatu boot,
pakaian pelindung, dan wadah/kantong limbah harus diletakkan sedekat mungkin dengan lokasi fasilitas penyimpanan.
k. Dinding, lantai, dan langit-langit fasilitas penyimpanan senantiasa dalam keadaan bersih, termasuk pembersihan
a. Pengolahan air limbah yang dilakukan yaitu semua air buangan termasuk tinja, berasal dari kegiatan penanganan
pasien COVID-19 yang kemungkinan mengandung mikroorganisme khususnya virus corona, bahan kimia beracun, darah dan
cairan tubuh lain serta cairan yang digunakan dalam kegiatan isolasi pasien meliputi cairan dari mulut dan/ atau hidung atau air
kumur pasien dan air cucian alat kerja, alat makan dan minum pasien dan/ atau cucian linen, yang berbahaya bagi kesehatan
bersumber dari kegiatan pasien isolasi COVID – 19, ruang perawatan, ruang pemeriksaan, ruang laboratorium, ruang pencucian
b. Petugas Kesling harus memastikan semua pipa penyalur air limbah harus tertutup dengan diameter yang memadai
dan semua unit operasi dan unit proses IPAL bekerja optimal
c. Petugas Kesling harus melakukan pemeriksaan instalasi penyaluran setiap hari dan didokumentasikan
d. Unit proses IPAL meliputi proses sedimentasi awal, proses biologi (aerob dan/atau anerob), sedimentasi akhir,
penanganan lumpur, dan desinfeksi dengan klorinasi (sisa klor 0,1 – 0,2mg/l)
e. Lakukan pengukuran kualitas air limbah untuk memastikan semua parameter hasil pengolahan memenuhi baku
a. Limbah medis padat dapat berupa barang atau bahan sisa hasil kegiatan yang tidak digunakan kembali yang
berpotensi terkontaminasi oleh zat yang bersifat infeksius atau kontak dengan pasien dan/ atau petugas di Fasyankes yang
b. Dilakukan penyimpanan di TPS limbah B3 dan melakukan desinfeksi dengan menyemprotkan desinfektan (Klorin
c. Limbah B3 medis padat yang telah diikat dilakukan desinfeksi menggunakan klorin 0,5% bila akan dilakukan
d. Melakukan desinfeksi dengan desinfektan dengan klroin 0,5% pada TPS Limbah B3 secara menyeluruh setiap hari
f. Bila limbah B3 Medis tidak langsung dilakukan pengolahan maka dalam waktu 2x24 jam, maka RS harus
menyediakan freezer/cold storage yang diatur suhunya dibawah 0 derajat didalam TPS
i. Pengolahan limbah B3 yang dilakukan dengan pihak ke–3 dilengkapi perjanjian kerja sama, dengan persyaratan
j. Melakukan pelaporan pada Kementrian Lingkungan Hidup dan kehuatanan terkait jumlah limbah B3 Medis yag
(10) Pengelolaan Limbah Padat Domestik yang berasal dari kegiatan kerumah tanggaan atau sampah sejenis seperti sisa
makanan, kardus, kertas baik organik maupun anorganik disimpan ditempat penyimpanan sementara limbah pada domestik
paling lama 1 x 24 jam untuk dilakukan pengambilan oleh pihak ke – 3 kemudian tempat penyimpanan sementara limbah
(11) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan B3 dan Limbah B3 akan dijelaskan lebih lanjut dalam Pedoman
Pengelolaan B3 dan Limbah B3
BAB V
PENANGGULANGAN BENCANA
Pasal 9
(1) Program Kesiapan Menghadapi Bencana disusun setiap tahun secara kolaboratif antara Bagian Penunjang Umum,
Tim K3RS dan Tim Kesiapan penanggulangan bencana dengan rincian kegiatan:
a. Menentukan jenis, kemungkinan terjadi, dan konsekuensi bahaya, ancaman, dan kejadian.
b. Menentukan integritas struktural di lingkungan pelayanan pasien yang ada, dan apabila terjadi bencana.
f. Mengelola kegiatan klinis selama kejadian, termasuk tempat pelayanan alternatif pada waktu kejadian.
g. Mengidentifikasi dan menetapkan peran dan tanggung jawab staf selama kejadian.
h. Mengelola keadaan darurat ketika terjadi konflik antara tanggung jawab pribadi staf dengan tanggung jawab rumah
(2) Bagian Penunjang Umum, Tim K3RS dan Tim Kesiapan penanggulangan bencana melakukan identifikasi risiko
bencana internal dan eksternal termasuk wabah/ pandemi setiap tahun berupa hasil Hazard and Vulnerability Asesmen (HVA)
(3) Bagian Penunjang Umum, Tim K3RS, Tim Kesiapan Penanggulangan Bencana dan Komite / Tim PPI melakukan
identifikasi risiko bencana wabah/pandemi dengan menggunakan Hazzard and Vulnerability Asesmen (HVA), membuat
a. Mitigation ( Mitigasi)
Tindakan yang dilakukan untuk mereduksi probabilitas, kegawatan dan atau dampak dari potensi emergensi, upaya yang
dilakukan :
2) Melakukan self asesmen kesiapan bencana secara umum dengan menggunakan hospital safety indeks (HSI)
3) Melakukan self asesmen kesiapan bencana khusus COVID dengan menggunakan Instrumen Comprehensive
b. Preparedness (Kesiapsiagaan)
Rumah Sakit mengidentifikasi dan menyiapkan sumber daya yang akan digunakan jika terjadi kondisi kedaruratan wabah besar/
pandemik.
2) Menyiapkan fasilitas yang dilengkapi sarana dan prasana untuk bencana COVID
b) Menyediakan APD
e) Menyediakan asupan gizi dan pemberian makanan tambahan bagi tenaga kesehatan
Rumah Sakit perlu mengembangkan dan menerapkan proses untuk menangani lonjakan mendadak (outbreak) penyakit infeksi
2) Menyiapkan ruangan IGD khusus, OK Khusus, ruang perawatan khusus (isolasi covid)
3) Melakukan edukasi staf tentang pengelolaan pasien infeksius jika terjadi outbreak penyakit infeksi airbone
4) Melakukan strategi komunikasi saat terjadi bencana baik komunikasi eksternal dan komunikasi internal
d. Recovery (Pemulihan)
Rumah Sakit melakukan perencanaan unutk mengoptimalkan fase pemulihan yang meliputi: kebijakan penunjang, pembagian
tugas dan system komando bencana, system komunikasi dan informasi, pelaporan data, fasilitas penunjang serta sistem evaluasi
a. Ruangan ditempatkan di sisi depan/luar ruang gawat darurat, terpisah dengan ruang gawat darurat.
e. Konstruksi dinding tahan terhadap air sampai dengan ketinggian 120 cm dari permukaan lantai.
(5) Rumah Sakit harus melakukan simulasi kesiapan menghadapi kedaruratan, wabah dan bencana setiap tahun secara
internal maupun eksternal dengan peserta simulasi semua pegawai/ staf Rumah Sakit, pegawai kontrak dan pegawai
tenant/penyewa lahan
(6) Rumah sakit harus melakukan simulasi sesuai dengan skenario penempatan pasien bila terjadi wabah / pandemik
dengan penyakit infeksi airbone dengan peserta simulasi seluruh staf yang terkait dengan pelayanan di RS
(7) Bukti pelaksanaan simulasi kesiapan menghadapi bencana harus dilengkapi dengan bukti debriefing (pelaksanaan
diskusi) yang dilaksanakan diakhir simulasi dan bukti daftar peserta simulasi
(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai Penanganan Disaster RS akan dijelaskan lebih lanjut dalam Pedoman Hospital
Disaster
BAB VI
PROTEKSI KEBAKARAN
Pasal 10
(1) Program proteksi kebakaran disusun setiap tahun secara kolaboratif antara Bagian Penunjang Umum dan Tim
b. Penanganan bahaya kebakaran yang terkait dengan konstruksi apapun, di atau yang berdekatan dengan bangunan
c. Penyediaan sarana jalan keluar yang aman dan tidak terhalangi bila terjadi kebakaran
d. Penyediaan sistem peringatan dini, deteksi dini diantaranya detektor asap, alarm kebakaran, dan patroli kebakaran
(fire patrols)
e. Penyediaan mekanisme pemadaman api diantaranya selang air, bahan kimia pemadam api (chemical suppressants),
(2) Manager Penunjang Umum bersama – sama dengan Urusan PSRS dan Tim K3RS melakukan asesmen risiko
kebakaran/ fire safety risk asesmen (FRSA) setiap tahun dan menetapkan tindak lanjut berdasarkan hasil asesmen risiko
c. Daerah berbahaya (dan ruang di atas langit-langit di seluruh area) seperti kamar linen kotor, tempat pengumpulan
(4) Rumah Sakit harus memiliki sistem deteksi dini yang terdiri dari: smoke detector dan heat detector dan fire alarm
(5) Rumah Sakit harus mempunyai sistem kebakaran aktif yang meliputi sprinkle, APAR, hydrant dan pompa
kebakaran
(6) Rumah Sakit harus memiliki jalur evakuasi yang aman dan bebas hambatan bila terjadi kebakaran dan kedaruratan
bukan kebakaran
(7) Semua staf wajib mengikuti pelatihan penanggulanagan penanggulangan kebakaran minimal 1 (satu) kali dalam
(8) Pelaksana PSRS melakukan pemeriksaan,uji coba dan pemeliharaan peralatan pemadaman kebakaran sesuai jadwal
yang telah ditetapkan
(9) Ketentuan lebih lanjut mengenai penanganan kebakaran di Rumah Sakit dijelaskan dalam Panduan Penanganan
Kebakaran
Pasal 11
(1) Rumah sakit merupakan kawasan tanpa rokok dan asap rokok termasuk larangan menjual rokok yang berlaku
(2) Petugas security melakukan monitoring pelaksanaan larangan merokok di RS dengan cara patroli keseluruh area
RS, hasil monitoring disampaikan kepada Manager Penunjang Umum dan dilaporkan kepada Direktur RS
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Kawasan tanpa asap rokok dijelaskan dalam Panduan Kawasan Tanpa Asap
Rokok
BAB VII
PERALATAN MEDIS
Pasal 12
(1) Teknisi Elektromedik menyusun program pemeliharaan preventif dan kalibrasi setiap tahun yang meliputi:
a. Inventarisasi peralatan medis yang meliputi peralatan medis milik rumah sakit, peralatan medis kerja sama
b. Melakukan uji fungsi peralatan medis sesuai penggunaan dan ketentuan pabrik
(2) Teknisi Elektromedik membuat daftar inventaris yang dilengkapi dengan identifikasi risiko dan strategi
menurunkan risiko, laporan kejadian KTD semua peralatan medis dan alat KSO yang digunakan di RS
(3) Teknisi Elektromedik melakukan pemeriksaan peralatan medis disetiap unit dan hasil pemeriksaan
didokumentasikan
(4) Semua peralatan medis dilakukan uji fungsi sejak baru, sesuai umur dan sesuai rekomendasi pabrik dengan hasil
(5) Semua peralatan medis dilakukan pemeliharaan preventif oleh Petugas Teknisi Elektromedik / Atem, petugas di
(6) Semua peralatan medis dilakukan kalibrasi sesuai jadwal oleh pihak ke 3 yang telah ditetapkan oleh RS seperti
(7) Kegiatan pemeriksaan, uji coba dan pemeliharaan peralatan medis dilakukan oleh Teknisi Elektromedik yang
sudah memiliki Ijazah, perizinan dan sertifikat pelatihan
Pasal 13
(1) Bila ditemukan peralatan medis yang berbahaya, peralatan medis yang harus direcall, insiden peralatan medis dan
masalah kegagalan peralatan medis maka dilakukan rapat pembahasan antara Manager Penunjang Medis, Teknisi Elektromedik,
Kepala Instalasi yang terkait, Staf yang terkait dengan kejadian tersebut
(2) Insiden Keselamatan Pasien yang berhubungan dengan peralatan medis dilaporkan secara internal ke Tim KPRS,
secara eksternal ke Komite Nasional Keselamatan Pasien melalui website dan KARS melalui SISMADAK
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan peralatan medis di jelaskan dalam Pedoman Manajemen Peralatan
Medis
BAB VIII
SISTEM UTILITAS
Pasal 14
(1) Urusan PSRS menyusun program manajemen utilitas setiap tahun untuk melaksanakan pemeliharaan, pemeriksaan
(2) Urusan PSRS menyusun daftar inventaris sistem utilitas serta pendistribusiannya yang ditetapkan dalam SK
(3) Sistem utilitas yang ada di RS meliputi: jaringan listrik, air,ventilasi dan aliran udara, gas medik, perpipaan,
(4) Sistem utilitas utama di RS meliputi : jaringan listrik, air, sistem komunikasi dan data IT
(5) Petugas PSRS melakukan pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan semua sistem utilitas sesuai jadwal dengan
(6) Petugas PSRS melakukan pemasangan label pada tuas – tuas control sistem utilitas untuk membantu pemadaman
(7) Petugas PSRS dan petugas Kesling melakukan identifikasi risiko kegagalan listrik dan air setiap tahun dan
(8) Unit SIMRS melakukan identifikasi risiko kegagalan teknologi informasi setiap tahun dan dilakukan pembaharuan
(9) Rumah Sakit memiliki sumber alternatif air bersih bila terjadi gangguan yang ditetapkan dalam perjanjian
(10) Rumah Sakit memiiki sumber listrik alternatif dalam bentuk genset, UPS (Uninterruptible Power Supply) pada alat
– alat tertentu seperti pada alat bantu napas dan server sentral
(11) Rumah sakit memiliki sistem pengaman teknologi informasi yang digunakan untuk menanggulangi kegagalam
(12) Sumber air bersih dan listrik alternatif dilakukan uji coba untuk meminimalisasi risiko kegagalan sistem utilitas di
(13) Petugas Kesehatan Lingkungan melakukan pemeriksaan air bersih dan air limbah dilaboratorium yang sudah
a. Pemeriksaan air untuk keperluan higiene sanitasi untuk parameter kimia dilaksanakan setiap 6 (enam) bulan sekali dan untuk
parameter biologi setiap 1 (satu) bulan sekali
sekali, atau pada awal disain dan jika ada penggantian media karbon.
2) Pemeriksaan khlorin dilakukan pada saat penggunaan alat baru dan setiap pergantian shift dialysis.
3) Pemeriksaan bakteria (jumlah kuman) dilakukan pada saat penggunaan alat baru dan setiap bulan sekali.
4) Pemeriksaan endotoksin (jumlah endotoksin) dilakukan pada saat penggunaan alat baru dan setiap 1 bulan sekali
5) Pemeriksaan kimia dan logam berat pada saat penggunaan alat baru, setiap 6 bulan atau saat perubahan reverse
osmosis (RO)
c.Pemeriksaan limbah cair dilakukan dilakukan setiap bulan, hasil pemeriksaan didokumentasikan
d.Pemeriksaan tahunan untuk menilai kontaminasi zat kimia, hasil pemeriksaan didokumentasikan
(14) Petugas Kesling melakukan monitoring dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan mutu air yang bermasalah
(15) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan sistem utilitas dijelaskan dalam Panduan Sistem Uitlitas
BAB IX
Pasal 15
(1)Pelaporan insiden keselamatan terkait manajemen risiko fasilitas dan lingkungan yang berhubungan dengan staf RS dilaporkan
kepada Tim K3RS, dilakukan analisis insiden dan tindaklanjut
(2)Pelaporan insiden keselamatan terkait manajemen risiko fasilitas dan lingkungan yang berhubungan dengan pasien dilaporkan
secara internal kepada Tim KPRS, dilakukan analisis insiden dan tindak lanjut
BAB IX
PENDIDIKAN STAF
Pasal 16
(1)Program diklat Manajemen Fasilitas dan Keselamatan dilaksanakan untuk semua staf di RS termasuk pengunjung, supplier,
pekerja kontrak/ outsourcing
(2)Program diklat Manajemen Fasilitas dan Keselamatan dilaksanakan meliputi materi:
a. Peranan staf dalam menghadapi kebakaran
(3)Urusan Diklat mendokumentasikan bukti pelatihan manajemen risiko fasilitas dan keselamatan dalam bentuk TOR, undangan,
materi, absensi, hasil pre test dan post test, laporan pelaksanaan diklat dan sertifikat
Pasal 28
BAB X
PENUTUP
Pasal 29
Pencabutan Regulasi
1. Keputusan Direktur Utama …… Hospital Group Nomor 3844/SK-DIR/singkatan rs/X/2010 tentang Standar
2. Keputusan Direktur Utama …….Hospital Group Nomor 561 /KEP-DIR/singakatan rs/X/2012 tentang Kebijakan
Pasal 30
Penetapan
Ditetapkan di : Manado
DIREKTUR,
Nama direktur rs