Anda di halaman 1dari 19

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS WINONG KEMIRI
Alamat : Desa Winong, Kec. Kemiri, Kab. Purworejo 54262
Telp. 02756451616 Email : puskesmaswinong@gmail.com

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS WINONG KEMIRI


Nomor : 440.1/ /2022

TENTANG
PROGRAM MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

KEPALA PUSKESMAS WINONG KEMIRI,

Menimbang : a. bahwa Puskesmas Winong Kemiri sebagai fasilitas


Kesehatan Tingkat Pertama yang memberikan
pelayanan kepada masyarakat mempunyai
kewajiban untuk mematuhi peraturan
perundangan yang terkait dengan bangunan,
prasarana, peralatan Puskesmas dan menyediakan
lingkungan yang aman bagi pasien, pengunjung,
pertugas, dan masyarakat ;

b. bahwa Puskesmas Winong Kemiri perlu menyusun


program manajemen fasilitas dan keselamatan
untuk menyediakan lingkungan yang aman bagi
pasien, petugas, dan masyarakat;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud pada huruf a dan b perlu menetapkan
Keputusan Kepala Puskesmas Winong Kemiri
tentang Program Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36


Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
2. Undang-undang RI no. 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja;
3. Undang-undang RI no. 24 tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana;
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun
2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia Nomor :
P.56/Menlhk-Setjen/2015 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan
Kesehatan;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan
pasien;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 31 Tahun
2018 Tentang Aplikasi Sarana, Prasarana, dan Alat
Kesehatan;
8. Peraturan Presiden Republik Indonesia No.17
tahun 2018 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana Dalam Keadaan
Tertentu;
9. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor KEP-
186/MEN/1999 Tentang Unit Penanggulangan
Kebakaran di Tempat Kerja;
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
11. Peraturan Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam
Negeri Nomor 188/MENKES/PB/I/2011 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pengendalian
Penularan Penyakit;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 52 Tahun 2018 tentang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS WINONG KEMIRI
TENTANG PROGRAM MANAJEMEN FASILITAS DAN
KESELAMATAN

KESATU : Kebijakan dalam dalam program Manajemen Fasilitas


dan Keselamatan disusun setiap tahun dan di
terapkan sebagaimana erlampir dalam Lampiran
Keputusan ini yang meliputi :
a. Manajemen Keselamatan dan Keamanan;
b. Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya dan
Beracun (B3);
c. Manajemen kedaruratan bencana/disaster
d. Manajemen Pengamanan Kebakaran
e. Manajemen Peralatan Kesehatan
f. Manajemen Sistem Utilitas
g. Diklat MFK
KEDUA : Kebijakan Program Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan (MFK) sebagaimana ditetapkan dalam
diktum KESATU agar dipahami dan dimengerti serta
dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab
oleh semua petugas yang ada.

KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan


bisa ditinjau kembali sesuai kondisi dan peraturan
yang berlaku.

Ditetapkan di : Purworejo
pada tanggal : 5 Januari 2022

KEPALA
PUSKESMAS WINONG KEMIRI

Fahrudin, SKM.M.Kes
Pembina
NIP. 196407271987031017
LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA
PUSKESMAS WINONG KEMIRI
NOMOR : 440.1/ /2022
TENTANG PROGRAM
MANAJEMEN FASILITAS DAN
KEAMANAN

A. MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KEAMANAN


1. Tim MFK merencanakan dan melaksanakan program untuk
memberikan keselamatan dan keamanan lingkungan fisik ;
2. Tim MFK melakukan pemeriksaan seluruh gedung pelayanan pasien
dan mempunyai rencana untuk mengurangi risiko yang nyata serta
menyediakan fasilitas fisik aman bagi pasien, keluarga, staf dan
pengunjung ;
3. Untuk menjamin keamanan, semua staf, pengunjung,
vendor/pedagang dan lainnya di Puskesmas diidentifikasi dan diberi
tanda pengenal (badge) yang sementara atau tetap atau langkah
identifikasi lain, juga seluruh area yang seharusnya aman, dan
dipantau;
4. Puskesmas merencanakan dan menganggarkan untuk meningkatkan
atau mengganti sistem, bangunan atau komponen berdasarkan hasil
inspeksi terhadap fasilitas dan tetap mematuhi peraturan
perundangan;
5. Tim MFK menganalisa situasi, dengan melihat sumber daya yang kita
miliki, sumber dana yang tersedia dan bahan potensial apa yang
mengancam keselamatan dan keamanan bekerja di Puskesmas;
6. Memonitor, mengendalikan , mengevaluasi dan merencanakan
pengembangan K3 Puskesmas;
7. Melaksanakan sosialisasi keselamatan dan keamanan kerja kepada
seluruh karyawan dalam bentuk pelatihan, leaflet, poster,
penyuluhan dan lain – lain;
8. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi
ketentuan dalam K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), termasuk
penggunaan alat pelindung diri (APD), serta selalu mengacu pada
pencegahan dan pengendalian infeksi;
9. Seluruh staf Puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar profesi,
pedoman/panduan dan standar prosedur opersional yang berlaku,
serta sesuai dengan etika profesi dan etika Puskesmas yang berlaku;

B. MANAJEMEN BAHAN LIMBAH BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)


1. Puskesmas mempunyai rencana tentang inventaris, penanganan,
penyimpanan dan penggunaan bahan berbahaya serta pengendalian
dan pembuangan bahan dan limbah berbahaya;
2. Puskesmas mengidentifikasi dan mengendalikan secara aman
bahan dan limbah berbahaya sesuai rencana
3. Identifikasi dan pengendalian bahan berbahaya dan limbah diproses
untuk :
a. Inventarisasi bahan dan limbah berbahaya,
b. Penanganan, penyimpanan dan penggunaan bahan berbahaya,
c. Pelaporan dan investigasi dari tumpahan, paparan (exporuse) dan
insiden lainnya
d. Pembuangan limbah berbahaya yang benar sesuai dengan SPO
yang ada,
e. Peralatan dan prosedur perlindungan yang benar pada saat
penggunaaan, ada tumpahan (spill) atau paparan (exposure).
f. Pendokumentasian meliputi izin dan perizinan/lisensi atau
ketentuan persyaratan lainnya.
g. Pemasangan label yang benar pada bahan dan limbah berbahaya.
4. Puskesmas memastikan bahwa setiap badan usaha yang
menggunakan bahan – bahan berbahaya harus mempunyai lembar
data pengaman;
5. Setiap bahan berbahaya dan beracun (B3) pada wadah atau
kemasan harus dicantumkan penandaan yang meliputi nama
dagang, bahan aktif, isi berat netto, kalimat peringatan dan tanda
atau simbol bahaya;
6. Puskesmas memastikan bahwa bahan berbahaya dan beracun
tersebut terpisah dari bahan – bahan lain dan jauh dari api;
7. Puskesmas harus mengetahui sifat dan karakteristik dari
penanganan, penyimpanan dan penggunaan B3 tersebut yang
meliputi :
a. Identifikasi Potensial Bahaya
1) Identifikasi dan penilaian resiko dilaksanakan oleh petugas
yang berkompeten (Petugas terkait, Gudang, Laboratorium,
radiologi dan Apotik).
2) Penentuan penanganan bahan / material dilaksanakan
secara manual atau mekanis ditetapkan berdasarkan hasil
identifikasi.
b. Sistem Pengangkutan, Penyimpanan Dan Pembuangan
1) Sistem pengangkutan bahan material yang diterima untuk
pemindahan dari pengangkutan ke dalam gudang dilakukan
secara manual yang dilaksanakan dengan perlakuan yang
benar guna menghindari tumpahan atau ceceran.
2) Pemindahan ini dilakukan dengan tenaga manusia dengan
mempergunakan alat bantu troli. Pemindahan secara
mekanis pada umumnya tidak dilakukan mengingat berat
bahan yang diangkut tidaklah terlalu berat.
3) Penyimpanan
- Untuk penyimpanan bahan kimia harus dipersiapkan
tempat khusus menurut spesifikasi (jenis)
- Penyimpanan Bahan – bahan kimia tidak dibenarkan
dicampur dengan bahan lainnya (Gudang / penempatan
harus terpisah dari bahan lain) dilengkapi dengan label
B3 dan MSDS yang sesuai
- Setiap bahan material yang disimpan didalam gudang
diberi label yang jelas sesuai dengan spesifikasi, khusus
dengan bahan–bahan B3 harus diberi label peringatan
yang jelas untuk diketahui bahaya dari masing – masing
bahan dan cara penanganan.
c. Pemindahan dan Penggunaan
1) Dalam pengambilan bahan material dari gudang untuk
dipergunakan di lokasi kerja harus memperhatikan aspek K3
(menghindari tumpahan, kebocoran, ceceran dan kerusakan)
sesuai dengan petunjuk pedoman teknis yang berlaku
2) Petugas pelaksana yang menangani pemindahan dan
penggunaan harus memperhatikan aspek K3 dan harus
mengenakan APD, alat bantu yang memadai dan apabila
terjadi tumpahan atau ceceran pada saat pemindahan harus
ditangani sesuai dengan instruksi kerja dan pedoman kerja
yang berlaku.
d. Pengendalian Barang – Barang Rusak Dan kadaluwarsa
Bahan – bahan yang diindentifikasi telah mengalami
kerusakan dan kadaluwarsa ditempatkan di tempat yang aman
secara khusus, tidak dapat dipergunakan, tercatat dan
penanganannya harus sesuai dengan instruksi kerja
e. Pembuangan dan Penyimpanan Barang bekas yang dinyatakan
tidak dapat dipergunakan lagi harus disimpan sesuai ketentuan
yang berlaku, ditempatkan secara khusus dan tercatat agar tidak
dipergunakan lagi.

1) Khusus wadah bekas bahan B3 harus di beri label dengan jelas


sesuai sifat bahan tersebut (beracun, iritasi, korosif dan lain–
lain)
2) Wadah bekas bahan kimia cair disimpan dan tidak dibenarkan
dipakai untuk kegiatan lain
3) Penanganan limbah padat dan limbah cair sesuai dengan
Peraturan Perundangan yang berlaku (Peraturan Lingkungan
Hidup).
4) Melaksanakan sosialisasi penanganan, penyimpanan dan
penggunaan bahan berbahaya dan beracun (B3) kepada
seluruh karyawan dalam bentuk pelatihan, penyuluhan dan
lain–lain;
5) Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi
ketentuan dalam K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja),
termasuk penggunaan alat pelindung diri (APD), serta selalu
mengacu pada pencegahan dan pengendalian infeksi;
6) Seluruh staf Puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar
profesi, pedoman/panduan dan standar prosedur opersional
yang berlaku, serta sesuai dengan etika profesi, visi misi,
komitmen dan tata nilai Puskesmas Kampus.
C. MANAJEMEN KEDARURATAN BENCANA / DISASTER
1. Puskesmas membuat rencana dan program penanganan
kedaruratan dan program menanggapi bila terjadi kedaruratan
komunitas, wabah dan bencana alam atau bencana lainnya.
Rencana tersebut berisikan proses untuk :
a. Menetapkan jenis, kemungkinan dan konsekuensi dari bahaya,
ancaman dan kejadian
b. Menetapkan peran Puskesmas dalam kejadian tersebut
c. Strategi komunikasi pada kejadian
d. Pengelolaan sumber daya pada waktu kejadian, termasuk
alternatif tempat pelayanan
e. Pengelolaan kejadian klinis pada waktu kejadian, termasuk
alternatif tempat pelayanan
f. Identifikasi dan penugasan peran dan tanggungjawab staf pada
waktu kejadian
g. Proses untuk mengelola keadaan darurat/kedaruratan bila
terjadi pertentangan antara tanggungjawab staf secara pribadi
dengan tanggungjawab puskesmas dalam hal penugasan staf
untuk pelayanan pasien.
2. Puskesmas melakukan uji coba/simulasi penanganan/menanggapi
kedaruratan, wabah dan bencana.
Rencana kesiapan menghadapi bencana diujicoba melalui :

a. Uji coba tahunan seluruh rencana penanggulangan bencana


baik secara internal maupun sebagai bagian dan dilakukan
bersama dengan masyarakat atau
b. Uji coba sepanjang tahun terhadap elemen kritis dari c) sampai
dengan g) dari rencana tersebut
3. Bila Puskesmas mengalami bencana secara nyata, mengaktifasi
rencana yang ada, dan setelah itu diberi pengarahan yang tepat,
dan situasi ini digambarkan setara dengan uji coba tahunan.
D. MANAJEMEN PENGAMANAN KEBAKARAN
1. Puskesmas melaksanakan program untuk memastikan bahwa
seluruh penghuni di puskesmas aman dari kebakaran, asap dan
kedaruratan lainnya ;
2. Puskesmas menjamin penghuni Puskesmas tetap aman sekalipun
terjadi kebakaran atau asap dengan melaksanakan program
antara lain :
a. Pencegahan kebakaran melalui pengurangan risiko
kebakaran, seperti penyimpanan dan penanganan secara
aman bahan mudah terbakar, termasuk gas medik, seperti
oksigen - Bahaya yang terkait dengan setiap pembangunan
didalam atau berdekatan dengan bangunan yang dihuni
pasien
b. Jalan keluar yang aman dan tidak terhalang bila terjadi
kebakaran
c. Sistem peringatan dini, sistem deteksi dini, seperti, deteksi
asap (smoke detector), alarm kebakaran, dan patroli
kebakaran,
d. Mekanisme penghentian/supresi (suppression) seperti selang
air, supresan kimia (chemical suppressants) atau sistem
penyeburan (spinkler).
3. Puskesmas secara teratur melakukan uji coba pengamanan
kebakaran dan asap, meliputi setiap peralatan yang terkait
untuk deteksi dini dan penghentian (suppression) dan
mendokumentasikan hasilnya ;
4. Rencana pengamanan kebakaran Puskesmas mengidentifikasi :
a. Frekuensi pemeriksaan, uji coba dan pemeliharaan sistem
perlindungan dan pengamanan kebakaran, sesuai ketentuan
b. Rencana evakuasi yang aman dari fasilitas bila terjadi
kebakaran atau ada asap.
c. Proses untuk melakukan uji coba semua bagian dari rencana,
dalam jangka waktu 12 bulan
d. Pendidikan yang perlu bagi staf untuk dapat melindungi
secara efektif dan mengevakuasi pasien bila terjadi
kedaruratan dan
e. Partisipasi semua staf dalam uji coba pengamanan kebakaran
sekurang-kurangnya setahun sekali.
5. Seluruh pemeriksaan, uji coba dan pemeriksaan
didokumentasikan;
a. LARANGAN MEROKOK
1) Puskesmas membuat larangan merokok dengan
menggunakan stiker – stiker disetiap ruangan dan
membuat larangan merokok diperaturan Puskesmas;
2) Puskesmas menyusun dan mengimplenmentasikan
kebijakan larangan merokok terhadap pasien, keluarga,
staf dan pengunjung tanpa terkecuali;
3) Puskesmas secara teratur melakukan monitoring larangan
merokok kepada setiap pasien, keluarga, staf dan
pengunjung yang kedapatan merokok disekitar lingkungan
Puskesmas. Lingkungan Puskesmas adalah semua Ruang
Unit Kerja yang ada didalam batas Pagar Puskesmas;
4) Bagi pasien, keluarga, staf dan pengunjung yang
kedapatan merokok akan diberikan pengarahan dan
masukan oleh tim MFK ;
5) Puskesmas melindungi kesehatan masyarakat, sudah
seharusnya bebas dari asap rokok karena asap rokok
dapat menimbulkan penyakit yang fatal dan penyakit yang
dapat menurunkan kualitas hidup akibat penggunaan
rokok;
6) Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup
atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja
bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk
keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau
sumber-sumber bahaya.
E. MANAJEMEN ALAT KESEHATAN
1. Pengadaan Alat Kesehatan
a. Puskesmas merencanakan dan mengimplementasikan
program untuk pengadaan alat medis untuk menjamin
ketersediaan dan berfungsi/layak pakainya peralatan medis
tersebut;
b. Fasilitas yang rusak atau sudah tidak dapat diperbaiki
kembali segera dimutasi kebagian logistik dan dibuat berita
acara pergantian barang oleh bagian teknisi medis;
c. Untuk penambahan (pengadaan) alat medis baru disebabkan
oleh :
1) Adanya alat baru yang diperlukan pada pelayanan medis
2) Kurangnya fasilitas alat medis yang diperlukan, sehingga
mengajukan penambahan alat medis yang baru kepada
Ka TU. Ka TU melakukan koordinasi dengan unit kerja
untuk menentukan spesifikasi alat yang ingin diadakan.
3) Ka TU mengajukan permohonan Puskesmas melalui Adm
& Keuangan untuk pengadaan alat medis yang baru.
d. Untuk penggantian alat yang lama :
1) Pergantian alat medis harus diajukan oleh pengguna
kepada Ka TU yang menyatakan bahwa alat tersebut
sudah tidak layak pakai tidak dapat dipergunakan lagi.
2) Mengajukan permohonan pergantian alat yang lama oleh
pengguna kepada Kepala Puskesmas melalui adm &
keuangan.
e. Setiap pergantian dan pengadaan barang yang dilakukan
pencatatan ke inventaris alat masing – masing bagian.
2. Pemeliharaan Alat Kesehatan
a. Puskesmas merencanakan dan mengimplementasikan program
untuk pemeriksaan, uji coba dan pemeliharaan peralatan
Kesehatan dan mendokumentasikan hasilnya. Untuk menjamin
ketersediaan dan berfungsi / layak pakainya peralatan medis,

- Melakukan inventarisasi peralatan medis


- Melakukan pemeriksaan peralatan medis secara teratur
- Melakukan uji coba peralatan medis sesuai dengan
penggunaan dan ketentuaannya
- Melaksanakan pemeliharaan preventif.
b. Puskesmas mengumpulkan data hasil monitoring terhadap
program manajemen peralatan medis. Data tersebut digunakan
dalam menyusun rencana kebutuhan jangka panjang
Puskesmas untuk peningkatan dan penggantian peralatan;
c. Setiap kerusakan pada fasilitas Puskesmas segera dibuat memo
permintaan perbaikan barang atau memo permintaan
pergantian barang;
d. Fasilitas yang sudah tidak dapat diperbaiki kembali segera
dimutasi kebagian logistik dan dibuat berita acara pergantian
barang;
e. Pemeriksaan hasil uji coba dan setiap kali pemeliharaan
didokumentasikan.
f. Pengadaan dan pergantian alat medis dilaksanakan oleh bagian
logistik, bekerja sama dengan bagian teknisi medis;
g. Setiap pergantian dan pengadaan barang yang dilakukan
pencatatan ke inventaris alat masing – masing bagian;
h. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib
dilaksanakan rapat rutin bulanan minimal satu bulan sekali;
i. Laporan intern dan ekstern dilakukan setiap bulan
3. Penggunaan Produk dan Peralatan yang dalam proses penarikan
a. Puskesmas mempunyai sistem penarikan kembali
produk/peralatan;
b. Puskesmas mempunyai proses identifikasi, penarikan dan
pengembalikan atau pemusnahan produk dan peralatan medis
yang ditarik oleh pihak pabrik atau supplair;
c. Puskesmas membuat prosedur yang mengatur penggunaan
setiap produk atau peralatan yang ditarik kembali; 4.
Pengendalian dalam penggunaan barang -barang rusak dan
kadaluarsa harus diidentifikasi secara benar, barang yang
sudah rusak atau kadaluarsa disimpan ditempat yang aman
secara khusus, tidak dipergunakan, tercatat dan
penanganannya harus sesuai dengan instruksi kerja;
d. Pemeliharaan alat medis merupakan suatu upaya yang
dilakukan agar peralatan kesehatan tersebut dapat bertahan
lebih lama;
e. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib
dilaksanakan rapat rutin bulanan minimal satu bulan sekali;
f. Laporan intern dan ekstern dilakukan setiap bulan.
F. MANAJEMEN SISTEM UTILITI (SISTEM PENDUKUNG)

1. Air minum dan listrik yang tersedia 24 jam sehari, tujuh hari
seminggu, melalui sumber reguler atau alternatif, untuk
memenuhi kebutuhan;

2. Puskesmas memiliki proses emergensi untuk melindungi penghuni


Puskesmas dari kejadian terganggunya, terkontaminasi atau
kegagalan sistem pengadaan air minum dan listrik

3. Puskesmas melakukan uji coba sistem emergensi dari air minum


dan listrik secara teratur sesuai dengan sistem dan hasilnya
didokumentasikan untuk menghadapi keadaan emergensi
tersebut, puskesmas :

a. Mengidentifikasi peralatan, sistem dan tempat yang potensial


menimbulkan risiko tertinggi terhadap pasien dan staf
(sebagai contoh, mengidentifikasi area yang memerlukan
pencahayaan, pendinginan, dan air bersih untuk
membersihkan dan mensterilkan perbekalan)
b. Melakukan asesmen dan meminimalisasi risiko dari kegagalan
sistem pendukung di tempat-tempat tersebut
c. Merencanakan sumber darurat listrik dan air bersih untuk
tempat tersebut dan kebutuhannya
d. Melakukan uji coba ketersediaan dan keandalan sumber
darurat listrik dan air
e. Mendokumentasikan hasil uji coba
f. Memastikan bahwa pengujian alternatif sumber air dan listrik
dilakukan minimal/sekurang-kurangnya setiap tahun atau
lebih sering jika diharuskan oleh peraturan perundangan atau
kondisi sumber listrik dan air. Kondisi sumber listrik dan air
yang mengharuskan peningkatan frekuensi pengujian
meliputi :
1) Perbaikan berulang dari sistem air
2) Seringnnya kontaminasi terhadap sumber air
3) Jaringan listrik yang tidak bisa diandalkan dan
4) Padamnya listrik yang tak terduga dan berulang
4. Puskesmas melakukan identifikais sistem listrik, limbah, ventilasi,
gas medis dan sistem kunci lainnya secara teratur diperiksa,
dipelihara, dan bila perlu ditingkatkan untuk menghindari bahaya.

5. Puskesmas mempunyai proses sistem pemeriksaan yang teratur


dan melakukan pencegahan dan pemeliharaan lainnya. Selama uji
coba, perhatian ditujukan pada komponen kritis (sebagai contoh,
swiches dan relays) dari sistem tersebut.

6. Sumber listrik emergensi dan cadangan diuji coba dalam


lingkungan yang direncanakan dan mensimulasikan beban aktual
yang dibutuhkan. Peningkatan dilakukan sesuai kebutuhan,
misalnya penambahan pelayanan listrik diarea yang punya
peralatan baru.

7. Petugas atau otoritas yang ditetapkan memonitor mutu air secara


teratur

a. Puskesmas menyusun proses pemantauan kualitas air secara


teratur, meliputi pemeriksaan biologis/biological air yang
digunakan untuk hemodialis.

b. Pemantauan dapat dilakukan oleh staf yang ditunjuk oleh


Kepala Puskesmas, seperti staf dari Kesling.

8. Puskesmas mengumpulkan data hasil monitoring program


manajemen sistem utiliti/pendukung.

a. Data tersebut digunakan untuk merencanakan kebutuhan


jangka panjang puskesmas untuk peningkatan atau
penggantian sistem utiliti/pendukung.

b. Pemantauan sistem yang esensial/penting membantu


Puskesmas mencegah terjadinya masalah dan menyediakan
informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan dalam
perbaikan sistem dan dalam merencanakan peningkatan atau
penggantian sistem utiliti/pendukung. Data hasil monitoring
didokumentasikan.
G. PENDIDIKAN STAF
1. PERENCANAAN
a. Puskesmas Winong Kemiri menetapkan Sumber Daya
Manusia dengan berbagai kompetensi.
b. Puskesmas menetapkan pendidikan, keterampilan,
pengetahuan dan persyaratan lain bagi seluruh staf atau
dalam menetapkan jumlah staf atau perpaduan staf yang
mendukung Visi, Misi, Tujuan, Nilai – Nilai serta Komitmen
Puskesmas Kampus.
2. ORIENTASI DAN PENDIDIKAN
a. Puskesmas merencanakan pelatihan bagi staf yang sudah
ditunjuk dalam hal mengoperasikan peralatan medis dan
sistem utiliti, menghadapi bencana,kebakaran, penanganan
limbah, gas medis,emergensi air dan listrik.
b. Puskesmas melakukan self assesmen terhadap peran
emergensi utiliti dengan menanyakan, memperagakan, dan
hasilnyadidokumentasikan untuk peningkatan.
PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN – MFK
PUSKESMAS WINONG KEMIRI
TAHUN 2022

Bulan
No. Kegiatan Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Keselamatan dan Keamanan
SK. Kepala
a. Menyiapkan SDM yang terlatih
Puskesmas
b. Mengidentifikasi bangunan dan fasilitas TIM ASPAK
puskesmas
c. Melakukan simulasi kode darurat TIM K3
d. Memantau pekerjaan konstruksi terkait TIM K3
keamanan dan pencegahan penyebaran
infeksi
e. Memantau penggunaan APD TIM K3
f. Membuat laporan
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
2.
dan Limbah B3
SK.Kepala
a. Menyiapkan SDM yang terlatih
Puskesmas
Farmasi dan
b. Melakukan identifikasi B3
Laborat
c. Melakukan penyimpanan B3 sesuai Farmasi dan
prosedur Laborat
Farmasi dan
d. Melakukan distribusi B3 sesuai prosedur
Laborat
e. Melakukan penyimpanan Limbah B3 sesuai Sanitarian
prosedur
f. Melakukan pemusnahan Limbah B3 sesuai Sanitarian
prosedur
g. Melakukan pemeriksaan limbah cair di IPAL
h. Melaporkan analisa dan tindak lanjut
penanganan tumpahan, paparan/ pajanan
B3
3. Tanggap Kedarurat Bencana/ Disaster
SK.Kepala
a. Menyiapkan SDM yang terlatih
Puskesmas
b. Melakukan identifikasi risiko bencana
internal dan eksternal
c. Membuat HVA
d. Melakukan debriefing edukasi dan simulasi
tanggap darurat bencana
e. Melakukan edukasi dan simulasi tanggap
darurat bencana
f. Melakukan evaluasi dan laporan simulasi
kesiapan menghadapi bencana
Program Pencegahan dan Penanggulangan
4.
Kebakaran
SK.Kepala
a. Menyiapkan SDM yang terlatih
Puskesmas
b. Melakukan identifikasi risiko kebakaran
c. Melakukan inspeksi pengujian dan
pemeliharaan system proteksi kebakaran
d. Melakukan simulasi kebakaran
e. Melakukan evaluasi dan dokumentasi
simulasi
f. Melatih staf dan karyawan menghadapi
situasi tanggap darurat bencana
g. Melakukan evaluasi kepatuhan terhadap
larangan merokok
Program Jaminan Ketersediaan Alat
5.
Kesehatan
a. Membuat dokumen ASPAK
b. Melakukan Inspeksi dan pengujian
c. Melakukan pemeliharaan dan kalibrasi
6. Program Ketersediaan Utilitas
a. Melakukan inventarisasi system utilitas
dengan ASPAK
KEPALA
PUSKESMAS WINONG KEMIRI

Fahrudin, SKM.M.Kes
Pembina
NIP. 196407271987031017

Anda mungkin juga menyukai