Anda di halaman 1dari 9

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS NEGARA BATIN
Jl. H.Ujairi Komplek Kec. Kotaagung Barat, Kab. Tanggamus Kode Pos (35384)
No. Telp / HP (081220741279) Email : negarabatinpuskesmas22@gmail.com

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS NEGARA BATIN

NOMOR : 440/140/25/2023

TENTANG

PENYELENGGARAAN MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK)

DI UPTD PUSKESMAS NEGARA BATIN


KEPALA UPTD PUSKESMAS NEGARA BATIN,

Menimbang : a. bahwa Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama


yang memberikan pelayanan kepada masyarakat mempunyai
kewajiban untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan yang terkait dengan bangunan, prasarana, peralatan
Puskesmas dan menyediakan lingkungan yang aman bagi pasien,
pengunjung, petugas dan masyarakat;
b. bahwa sebagai fasilitas yang memberikan pelayanan kesehatan,
Puskesmas perlu menyusun program Manajemen Fasilitas dan
keselamatan (MFK) untuk mengelola fasilitas Puskesmas (fisik,
medis dan peralatan lainnya) di Puskesmas secara efektif dan
efisien untuk mengurangi dan mengendalikan bahaya/resiko,
mencegah kecelakaan/cedera dan menyediakan lingkungan yang
aman;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huruf b perlu menetapkan Keputusan Kepala UPTD
Puskesmas Negara Batin tentang Penyelenggaraan Manajemen
Fasilitas dan Keselamatan (MFK) di UPTD Puskesmas Negara
Batin;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;

2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan


Bencana;
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
-2-

4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2018


tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana Dalam
Keadaan Tertentu;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2016 tentang
Penggunaan Gas Medik dan Vakum Medik Pada Fasilitas
Pelayanan Kesehatan;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2016 tentang
Pedoman Manajemen Puskesmas;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 52 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas Kesehatan;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2019 tentang
Penerapan Manajemen Resiko Terintegrasi di Lingkungan
Kementerian Kesehatan;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 18 Tahun 2020 tentang
Pengelolaan Limbah Medis Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Berbasis Wilayah;
12. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 6
Tahun 2021 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS NEGARA BATIN


TENTANG PENYELENGGARAAN MANAJEMEN FASILITAS DAN
KESELAMATAN (MFK) DI UPTD PUSKESMAS NEGARA BATIN

Kesatu : Manajemen Fasilitas dan Keselamatan adalah pengelolaan fasilitas


dan keselamatan untuk menjamin berfungsinya, kenyamanan,
keamanan, keselamatan dan efisiensi dari fasilitas dan lingkungan
bagi pasien, pengunjung, petugas dan masyarakat.
Kedua : Lingkup penyelenggaraan Manajemen Fasilitas dan Keselamatan
mencakup:
a. Manajemen Keselamatan dan Keamanan Fasilitas;
b. Manajemen Bahan Berbahaya Beracun (B3) dan Limbah B3;
-3-

c. Manajemen Kedaruratan dan Bencana;


d. Manajemen Pengamanan Kebakaran;
e. Manajemen Alat Kesehatan;
f. Manajemen Sistem Utilitas (Sistem pendukung);
g. Pendidikan MFK.
Ketiga : Program MFK disusun setiap tahun dan diterapkan.
Keempat : Penyelenggaraan Manajemen Fasilitas dan Keselamatan
dilaksanakan oleh Tim Bangunan, Prasarana dan Peralatan
Kelima : Penyelenggaraan Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)
sebagaimana tercantum dalam lampiran merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Surat Keputusan ini.
Keenam : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan perbaikan /
perubahan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Negara Batin


Pada tanggal : 04 Januari 2023
KEPALA UPTD PUSKESMAS NEGARA BATIN,

PONIAH, S.Tr.Keb.
NIP 197103051992012001
-4-

Lampiran : Keputusan Kepala UPTD Puskesmas


Negara Batin

Nomor : 440/140/25/2023

Tanggal : 04 Januari 2023

Tanggal : Penyelenggaraan Manajemen Fasilitas Dan


Keselamatan (Mfk)

LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS NEGARA BATIN


NOMOR : 440/140/25/2023
TANGGAL : 04 Januari 2023
TENTANG : PENYELENGGARAAN MANAJEMEN FASILITAS
DAN KESELAMATAN (MFK)

PENYELENGGARAAN MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN


(MFK) DI UPTD PUSKESMAS NEGARA BATIN

I. MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KEAMANAN FASILITAS

A. Keselamatan fasilitas adalah suatu keadaan tertentu pada bangunan,


halaman, prasarana, peralatan yang tidak menimbulkan bahaya atau
risiko bagi pengguna layanan, pengunjung, petugas dan masyarakat.
Keamanan fasilitas adalah perlindungan terhadap kehilangan,
pengrusakan dan kerusakan, atau penggunaan akses oleh mereka yang
tidak berwenang.
B. Manajemen keselamatan dan keamanan fasilitas dirancang untuk
mencegah terjadinya cedera pada pengguna layanan, pengunjung,
petugas dan masyarakat, seperti tertusuk jarum, tertimpa bangunan
atau gedung roboh, dan tersengat listrik.
C. Manajemen keselamatan dan keamanan fasilitas dengan menyediakan
lingkungan fisik yang aman bagi pasien, petugas, dan pengunjung, perlu
direncanakan untuk mencegah terjadinya kejadian kekerasan fisik
maupun cedera akibat lingkungan fisik yang tidak aman seperti
penculikan bayi, pencurian, dan kekerasan pada petugas.
D. Agar dapat berjalan dengan baik, maka manajemen keselamatan dan
keamanan fasilitas tersebut juga didukung dengan penyediaan
anggaran, penyediaan fasilitas untuk mendukung keamanan fasilitas
seperti penyediaan closed circuit television (CCTV), alarm, alat
pemadam api ringan (APAR), jalur evakuasi, titik kumpul, rambu-rambu
-5-

mengenai keselamatan dan tanda-tanda pintu darurat.


E. Area yang berisiko keamanan dan kekerasan fisik perlu diindentifikasi
dan dibuatkan peta untuk pemantauan dan meminimalkan terjadinya
insiden dan kekerasan fisik pada pengguna layanan, pengunjung,
petugas, dan masyarakat.
F. Pemberian tanda pengenal untuk pengunjung, petugas serta pekerja
alih daya merupakan upaya untuk menyediakan lingkungan yang aman.
G. Kode darurat yang diperlukan ditetapkan dan diterapkan, minimal:

1. Kode merah atau alarm untuk pemberitahuan darurat kebakaran

2. Kode biru untuk pemberitahuan telah terjadi kegawatdaruratan medik.

H. Dilakukan inspeksi fasilitas untuk menjamin keamanan dan


keselamatan.

I. Apabila terdapat renovasi maka dipastikan tidak mengganggu


pelayanan dan mencegah penyebaran infeksi

II. MANAJEMEN BAHAN BERBAHAYA BERACUN (B3) DAN LIMBAH B3


Bahan berbahaya harus dikendalikan dan limbah bahan berbahaya harus
dibuang secara aman. Manajemen B3 dan limbah B3 meliputi:
A. Bahan berbahaya beracun (B3) dan limbah B3 perlu diidentifikasi dan
dikendalikan secara aman.
B. Identifikasi bahan berbahaya dan beracun serta limbahnya dengan
kategori sebagai berikut: infeksius, patologis dan anatomi, farmasi,
bahan kimia, logam berat, kontainer bertekanan, benda tajam,
genotoksik/sitotoksik, dan radioaktif.
C. Puskesmas perlu menginventarisasi B3 yang meliputi lokasi, jenis, dan
jumlah B3 serta limbahnya yang disimpan. Daftar inventaris ini selalu
dimutakhirkan sesuai dengan perubahan yang terjadi di tempat
penyimpanan.
D. Pengelolaan limbah B3 sesuai standar, mencakup pemilahan,
pewadahan dan penyimpanan/tempat penampungan sementara,
transportasi serta pengolahan akhir.
E. Dalam pengelolaan limbah B3, Puskesmas dapat bekerja sama dengan
pihak ketiga sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
F. Tersedia instalasi pengolahan air limbah (IPAL) sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
G. Penggunaan alat pelindung diri (APD) harus sesuai ketentuan peraturan.
-6-

III. MANAJEMEN KEDARURATAN DAN BENCANA

A. Manajemen kedaruratan dan bencana adalah tanggap terhadap wabah,


bencana dan keadaan kegawatdaruratan akibat bencana.
B. Manajemen kedaruratan dan bencana direncanakan dan efektif.

C. Manajemen kedaruratan dan bencana perlu disusun dalam upaya


menanggapi kejadian bencana, baik internal maupun eksternal yang
meliputi:
1. Identifikasi jenis, kemungkinan, dan akibat dari bencana yang
mungkin terjadi menggunakan Hazard Vulnerability Assessment
(HVA)
2. Menentukan peran Puskesmas dalam kejadian bencana

3. Strategi komunikasi jika terjadi bencana

4. Manajemen sumber daya

5. Penyediaan pelayanan dan alternatifnya

6. Identifikasi peran dan tanggung jawab tiap pegawai serta manajemen


konflik yang mungkin terjadi pada saat bencana, dan

7. Peran Puskesmas dalam tim terkoordinasi dengan sumber daya


masyarakat yang tersedia.

D. Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) ikut


berperan aktif dalam upaya mitigasi dan penanggulangan bila terjadi
bencana, baik internal maupun eksternal.
E. Strategi untuk menghadapi bencana perlu disusun sesuai dengan
potensi bencana yang mungkin terjadi berdasarkan hasil penilaian
kerentanan bahaya (HVA)
F. Kesiapan menghadapi bencana disusun dan disimulasikan setiap tahun
secara internal atau melibatkan komunitas secara luas, terutama
ditujukan untuk menilai kesiapan sistem.
G. Setiap pegawai wajib mengikuti pelatihan/lokakarya dan simulasi
pelaksanaan manajemen kedaruratan dan bencana yang
diselenggarakan minimal setahun sekali agar siap jika sewaktu-waktu
terjadi bencana.
H. Debriefing adalah sebuah reviu yang dilakukan setelah simulasi
bersama peserta simulasi dan observer yang bertujuan untuk
menindaklanjuti hasil dari simulasi.
I. Hasil dari kegiatan debriefing didokumentasikan.
-7-

IV. MANAJEMEN PENANGANAN KEBAKARAN

A. Manajemen pengamanan kebakaran berarti Puskesmas wajib


melindungi properti dan penghuni dari kebakaran dan asap.
B. Manajemen pengamanan kebakaran perlu disusun sebagai wujud
kesiagaan Puskesmas terhadap terjadinya kebakaran. Jika terjadi
kebakaran, pengguna layanan, petugas, dan pengunjung harus
dievakuasi dan dijaga keselamatannya
C. Manajemen pengamanan kebakaran secara umum meliputi pencegahan
terjadinya kebakaran dengan melakukan identifikasi area berisiko
bahaya kebakaran dan ledakan, penyimpanan dan pengelolaan bahan-
bahan yang mudah terbakar, penyediaan proteksi kebakaran aktif dan
pasif. Secara khusus, manajemen pengamanan kebakaran akan berisi:
1. Frekuensi inspeksi, pengujian, dan pemeliharaan sistem proteksi dan
penanggulangan kebakaran secara periodik sesuai peraturan yang
berlaku.
2. Jalur evakuasi yang aman dari api, asap dan bebas hambatan

3. Proses pengujian sistem proteksi dan penanggulangan kebakaran


dilakukan selama kurun waktu 12 bulan. Yang dimaksud dengan
sistem proteksi adalah penyediaan proteksi kebakaran baik secara
aktif maupun pasif. Proteksi kebakaran secara aktif, contohnya
APAR, sprinkler, detektor panas, dan detektor asap, sedangkan
proteksi

kebakaran secara pasif, contohnya: jalur evakuasi, pintu darurat,


tangga darurat, dan tempat titik kumpul aman
4. Merokok di fasilitas pelayanan kesehatan dapat menjadi sumber
terjadinya kebakaran. Puskesmas menetapkan larangan merokok di
lingkungan Puskesmas, baik bagi petugas, pengguna layanan,
maupun pengunjung. Larangan merokok wajib dipatuhi oleh petugas,
pengguna layanan, dan pengunjung. Pelaksanaan larangan ini harus
dipantau
5. Edukasi kepada staf terkait sistem proteksi dan cara evakuasi
pengguna layanan yang efektif pada situasi
V. MANAJEMEN ALAT KESEHATAN

A. Manajemen alat kesehatan ini berguna untuk mengurangi risiko


ketidaktersediaan dan kegagalan fungsi alat kesehatan. Alat kesehatan
harus dipilih, dipelihara, dan digunakan sesuai dengan ketentuan.
B. Manajemen alat kesehatan ditujukan untuk:
-8-

1. Memastikan bahwa semua alat kesehatan tersedia dan dilakukan


kegiatan pemeliharaan dan kalibrasi secara berkala agar semua alat
kesehatan berfungsi dengan baik.
2. Memastikan bahwa individu yang melakukan pengelolaan alat
kesehatan memiliki kualifikasi yang sesuai dan kompeten.
3. memastikan operator yang mengoperasikan alat kesehatan tertentu
telah terlatih sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan.
C. Penggunaan Aplikasi Sarana, Prasarana, dan Alat Kesehatan (ASPAK)
oleh Puskesmas dilakukan untuk memastikan pemenuhan terhadap
standar sarana, prasarana, dan alat kesehatan.
D. Data sarana, prasarana, dan alat kesehatan di Puskesmas harus diinput
dalam ASPAK dan divalidasi oleh dinas kesehatan daerah
kabupaten/kota untuk menjamin kebenarannya
E. Agar tidak terjadi keterlambatan atau gangguan dalam pelayanan, alat
kesehatan harus tersedia, berfungsi dengan baik, dan siap digunakan
saat diperlukan. Manajemen alat kesehatan yang dimaksud meliputi
kegiatan pemeriksaan dan kalibrasi secara berkala, sesuai dengan
panduan produk tiap alat kesehatan.
F. Pemeriksaan alat kesehatan yang dilakukan petugas meliputi: kondisi
alat, ada tidaknya kerusakan, kebersihan, status kalibrasi, dan fungsi
alat.
G. Pelaksanaan kalibrasi dilakukan oleh pihak yang kompeten sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
VI. MANAJEMEN SISTEM UTILITAS

A. Manajemen sistem utilitas perlu disusun untuk menjamin ketersediaan


dan keamanan dalam menunjang kegiatan pelayanan Puskesmas

B. Sistem utilitas meliputi air, listrik, gas medik, dan sistem penunjang
lainnya seperti genset, panel listrik, perpipaan air, dan lainnya.
C. Sumber air adalah sumber air bersih dan air minum.

D. Sumber air dan listrik cadangan perlu disediakan untuk pengganti jika
terjadi kegagalan air dan/atau listrik.
E. Dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pengguna layanan,
dibutuhkan ketersediaan listrik, air, dan gas medik, serta sistem
penunjang lainnya, seperti genset, panel listrik, perpipaan air, ventilasi,
sistem jaringan dan teknologi informasi, sistem deteksi dini kebakaran
yang sesuai dengan kebutuhan Puskesmas.
F. Penggunaan gas medik dan vakum medik di fasilitas pelayanan
kesehatan dilakukan melalui:
-9-

a. Sistem gas medik

b. Tabung gas medik

c. Oksigen konsentrator portable

G. Sistem air, listrik, gas medik, dan sistem penunjang lainnya, seperti
genset, perpipaan air, panel listrik, perlu diperiksa dan dipelihara untuk
menjaga ketersediaannya dalam mendukung kegiatan pelayanan.
H. Puskesmas harus menyediakan sumber air, listrik dan gas medik
beserta cadangannya selama 7 hari 24 jam.
I. Air bersih perlu dilakukan pemeriksaan seperti, uji kualitas air secara
periodik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
VII. PENDIDIKAN MFK

A. Dalam rangka meningkatkan pemahaman, kemampuan, dan


keterampilan dalam pelaksanaan manajemen fasilitas dan keselamatan
(MFK) perlu dilakukan pendidikan petugas agar dapat menjalankan
peran mereka dalam menyediakan lingkungan yang aman bagi pasien,
petugas, dan masyarakat.
B. Pendidikan petugas dapat berupa edukasi, pelatihan, dan in house
training/workshop/lokakarya.
C. Pendidikan petugas sebagaimana dimaksud tertuang dalam rencana
pendidikan manajemen fasilitas dan keselamatan

KEPALA UPTD PUSKESMAS NEGARA BATIN,

PONIAH, S.Tr.Keb
NIP 197103051992012001

Anda mungkin juga menyukai