Anda di halaman 1dari 45

PEDOMAN

PENGELOLAAN PERBEKALAN RADIOLOGI

LOGO RS

RUMAH SAKIT XXX


JL. XXX Telp : XXX fax : XXX
MEDAN – INDONESIA
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat – Nya
sehingga Buku Pedoman Pengelolaan Perbekalan Radiologi Rumah Sakit XXX ini dapat
tersusun.
Buku Pedoman Pengelolaan Perbekalan Radiologi Rumah Sakit XXX ini disusun dengan
tujuan untuk menjadi pedoman bagi tenaga kesehatan profesional lainnya (staf radiologi) dalam
rangka mengetahui semua perbekalan penting yang ada di unit radiologi.
Sangat disadari bahwa Buku Pedoman Pengelolaan Perbekalan Radiologi Rumah Sakit
XXX ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, perbaikan akan dilakukan secara berkala
untuk mendukung visi Rumah Sakit XXX.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga Buku
Pedoman Pengelolaan Perbekalan Radiologi Rumah Sakit XXX ini dapat tersusun.

..................., Tgl Bln Thn


Kepala Unit Radiologi

Nama Jelas

i
TIM PENYUSUN

PEDOMAN
PELAYANAN UNIT RADIOLOGI
RUMAH SAKIT XXX

KETUA : dr. Hendriyo, Sp. Rad (K) Onk.Rad

SEKRETARIS : dr. R.Firman Vensary Ng

ANGGOTA :1 Dewi Puspa T. AMR


2. Omi Imelda Pasaribu
3. Laura Akhirria
4. Yuli Indriani
5. Adriana Ginting
6. Nurija Marwah Munthe
7. Halimatusakdiah Lubis
8. Marlina

ii
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar.............................................................................................................. i
Tim Penyusun............................................................................................................... ii
Daftar Isi....................................................................................................................... iii
Pedoman Pengelolaan Perbekalan Radiologi Rumah Sakit XXX
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................................ 1
B. Tujuan Pedoman .................................................................................................... 1
C. Ruang Lingkup ...................................................................................................... 2
D. Batasan Operasional............................................................................................... 2
E. Landasan Hukum.................................................................................................... 7
BAB II. STANDAR KETENAGAAN......................................................................... 9
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia (SDM) ........................................................... 9
B. Distribusi Ketenagaan............................................................................................ 11
C. Pengaturan Jaga ..................................................................................................... 12
BAB III. STANDAR FASILITAS............................................................................... 13
A. Denah Ruang.......................................................................................................... 13
B. Standar Fasilitas ..................................................................................................... 15
BAB IV. TATA LAKSANA ....................................................................................... 20
A. X-ray Film ............................................................................................................. 20
B. Kontras .................................................................................................................. 23
C. Peralatan Proteksi Radiasi ..................................................................................... 31
D. Perlengkapan Proteksi Radiasi .............................................................................. 32
E. Emergency Kit ....................................................................................................... 32
BAB V. LOGISTIK .................................................................................................... 34
BAB VI. KESELAMATAN PASIEN ......................................................................... 36
A. Pengertian .............................................................................................................. 36
B. Tujuan .................................................................................................................... 36
C. Tata laksana keselamatan pasien ........................................................................... 36
BAB VII. KESELAMATAN KERJA ......................................................................... 37
BAB VIII. PENGENDALIAN MUTU ....................................................................... 38
BAB IX. PENUTUP .................................................................................................... 39

iii
KOP SURAT
_____________________________________________________________
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT XXX
NOMOR : 000 / KODE / SK / DIR / BLN / THN

TENTANG

PEDOMAN PENGELOLAAN PERBEKALAN RADIOLOGI


RUMAH SAKIT XXX

DIREKTUR RUMAH SAKIT XXX,

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan radiologi rumah


sakit, maka x-ray film, kontras dan semua perbekalan penting yang
diperlukan sehari-hari harus tersedia dan dievaluasi untuk
memastikan akurasi dan presisi hasil;
b. bahwa berdasarkan butir a, maka dipandang perlu untuk menetapkan
Pedoman Pengelolaan Perbekalan Radiologi Rumah Sakit XXX
dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit XXX.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tertanggal 06 Oktober 2004


tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tertanggal 13 Oktober 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tertanggal 28 Oktober 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 411 /
MENKES / PER / III / 2010 tertanggal 25 Maret 2010 tentang
Laboratorium Klinik;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012
tertanggal 15 Maret 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit;
6. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor
HK.02.04 / I / 2790 / 11 tertanggal 1 Januari 2012 tentang Standar
Akreditasi Rumah Sakit.
7. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PT. Cinta Damai
Nomor 57 tertanggal 25 Maret 2013 dihadapan Notaris Cipto
Soenaryo, S.H berkedudukan di Medan;
8. Keputusan Direktur Utama PT. Cinta Damai Nomor 1 / V / 2012
tentang Pengangkatan Direktur Rumah Sakit Umum Deli.
MEMUTUSKAN

Menetapkan :
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT XXX TENTANG PEDOMAN
PENGELOLAAN PERBEKALAN RADIOLOGI RUMAH SAKIT XXX.
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan apabila di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di ...............
Pada Tanggal .....................
Direktur Rumah Sakit
XXX,

Nama Jelas
PEDOMAN

PENGELOLAAN PERBEKALAN RADIOLOGI

RUMAH SAKIT XXX

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan radiologi merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diperlukan
untuk menunjang upaya peningkatan kesehatan, pencegahan dan pengobatan penyakit, serta
pemulihan kesehatan.
Pelayanan radiologi diagnostik di Rumah Sakit XXX pada saat ini diselenggarakan oleh unit
radiologi yang hanya mencakup pelayanan radiodiagnostik dan pelayanan imejing diagnostik.
Hasil pemeriksaan radiologi digunakan untuk penetapan diagnosis, pemberian pengobatan
dan pemantauan hasil pengobatan, serta penentuan prognosis. Hal ini menjadikan pelayanan
radiologi sebagai komponen penting dalam pelayanan kesehatan. Oleh karena itu hasil
pemeriksaan radiologi harus terjamin mutunya.
Dalam rangka meningkatkan mutu hasil pemeriksaan radiologi di unit radiologi Rumah
Sakit XXX, rumah sakit menetapkan x-ray film, kontras dan semua perbekalan penting yang
selalu harus ada untuk pelayanan radiologi bagi pasien. Diperlukan suatu proses yang efektif
untuk pemesanan atau menjamin ketersediaan x-ray film, kontras dan semua perbekalan penting
yang diperlukan. Semua x-ray film, kontras dan semua perbekalan penting disimpan dan
didistribusikan sesuai standar prosedur operasional yang ditetapkan. Evaluasi periodik semua x-
ray film, kontras dan semua perbekalan penting untuk memastikan akurasi dan presisi hasil
pemeriksaan, dan memastikan pemberian label yang lengkap dan akurat untuk x-ray film,
kontras dan semua perbekalan penting.
Atas dasar pertimbangan yang dikemukakan di atas disusunlah Pedoman Pengelolaan
Perbekalan Radiologi Rumah Sakit XXX, dan diharapkan para petugas radiologi dapat
menggunakan pedoman ini dalam melaksanakan tugas sehari-hari sesuai dengan kondisi Rumah
Sakit XXX.

B. Tujuan Pedoman

1. Meningkatkan kemampuan petugas radiologi dalam hal :


a. Menetapkan x-ray film, kontras dan semua perbekalan penting.
b. X-ray film, kontras dan semua perbekalan penting tersedia, dan ada proses untuk
menyatakan kapan x-ray film, kontras dan semua perbekalan penting tidak tersedia.

1
c. Penyimpanan dan distribusi semua x-ray film, kontras dan semua perbekalan
penting sesuai pedoman dari distribusi atau instruksi pada kemasannya.
d. Semua x-ray film, kontras dan semua perbekalan penting diberi label secara lengkap
dan akurat.
2. Meningkatkan pemahaman petugas radiologi bahwa ada Pedoman Pengelolaan
Perbekalan Radiologi Rumah Sakit XXX dan untuk pelaksanaannya dibutuhkan
evaluasi semua x-ray film, kontras dan semua perbekalan penting agar memberikan
hasil yang akurat dan presisi.

C. Ruang Lingkup

1. Ketetapan daftar logistik yang dikelola (x-ray film, kontras, peralatan proteksi radiasi,
perlengkapan proteksi radiasi, dan emergency kit).
2. 4 langkah dasar pengelolaan logistik (pengecekan stok, proses permintaan, proses
suplai, dan proses terima-simpan.
3. SPO pengelolaan logistik.
4. Audit logistik menyangkut 4 elemen (penyimpanan, label, kadaluarsa, dan fisik)
5. Telusur dan bukti pelaksanaan.

D. Batasan Operasional

1. Keselamatan Radiasi Pengion di bidang medik yang selanjutnya disebut


Keselamatan Radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk melindungi pasien,
pekerja, anggota masyarakat, dan lingkungan hidup dari bahaya radiasi.
2. Keamanan Sumber Radioaktif adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah akses
tidak sah, perusakan, kehilangan, pencurian, dan/atau pemindahan tidak sah Sumber
Radioaktif.
3. Proteksi Radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi pengaruh radiasi
yang merusak akibat paparan radiasi.
4. Pemanfaatan adalah kegiatan yang berkaitan dengan tenaga nuklir yang meliputi
penelitian, pengembangan, penyimpanan, pengalihan, ekspor, impor, penggunaan,
dekomisioning, dan pengelolaan limbah radioaktif untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat.
5. Tenaga Nuklir adalah tenaga dalam bentuk apapun yang dibebaskan dalam proses
transformasi inti termasuk tenaga yang berasal dari sumber radiasi pengion.
6. Radiasi Pengion yang Selanjutnya disebut Radiasi adalah gelombang
elektromagnetik dan partikel bermuatan yang karena energi yang dimilikinya mampu
mengionisasi media yang dilaluinya.
7. Sumber Radiasi yang Selanjutnya disebut Sumber adalah segala sesuatu yang dapat
menyebabkan paparan radiasi, meliputi zat radioaktif dan peralatan yang mengandung

2
zat radioaktif atau memproduksi radiasi, dan fasilitas atau instalasi yang di dalamnya
terdapat zat radioaktif atau peralatan yang menghasilkan radiasi.
8. Sumber Radiasi Pengion adalah zat radioaktif terbungkus dan terbuka beserts
fasilitasnya, dan pembangkit radiasi pengion.
9. Bahan Nuklir adalah bahan yang dapat menghasilkan reaksi pembelahan berantai atau
bahan yang dapat diubah menjadi bahan yang dapat menghasilkan reaksi pembelahan
berantai.
10. Program Proteksi Radiasi adalah tindakan sistematis dan terencana untuk melindungi
pekerja, anggota masyarakat, dan lingkungan hidup dari bahaya radiasi.
11. Sumber Radioaktif adalah zat radioaktif berbentuk padat yang terbungkus secara
permanen dalam kapsul yang terkait kuat.
12. Budaya Keselamatan adalah panduan sifat dari sikap organisasi dan individu dalam
organisasi yang memberikan perhatian dan prioritas utama pada masalah-masalah
keselamatan radiasi.
13. Paparan Radiasi adalah penyinaran radiasi yang diterima oleh manusia atau materi,
baik disengaja atau tidak, yang berasal dari radiasi interna maupun eksterna.
14. Paparan Normal adalah paparan yang diperkirakan akan diterima dalam kondisi
pengoperasian normal suatu fasilitas atau instalasi, termasuk kecelakaan minor yang
dapat dikendalikan.
15. Paparan Potensial adalah paparan yang tidak diharapkan atau diperkirakan tetapi
mempunyai kemungkinan terjadi akibat kcelakaan sumber atau karena suatu kejadian
atau rangkaian kejadian yang mungkin terjadi termasuk kegagalan peralatan atau
kesalahan operasional.
16. Paparan Kerja adalah paparan yang diterima oleh pekerja radiasi.
17. Paparan Medik adalah paparan yang diterima oleh pasien sebagai bagian dari
diagnosis atau pengobatan medik, dan orang lain sebagai sukarelawan yang membantu
pasien.
18. Paparan Masyarakat adalah paparan yang berasal dari sumber radiasi yang diterima
oleh anggota masyarakat, termasuk paparan yang berasal dari sumber dan pemanfaatan
yang telah memperoleh izin dan situasi intervensi, tetapi tidak termasuk paparan kerja
atau paparan medik, dan radiasi latar setempat yang normal.
19. Paparan Darurat adalah paparan yang diakibatkan terjadinya kondisi darurat nuklir
atau radiologik.
20. Intervensi adalah setiap tindakan untuk mengurangi atau menghindari paparan atau
kemungkinan terjadinya paparan kronik dan paparan darurat.
21. Tingkat Intervensi adalah tingkat dosis yang dapat dihindari dengan melakukan
tindakan protektif atau remedial untuk situasi paparan kronik atau paparan darurat.
22. Naturally Occurring Radioactive Material yang Selanjutnya Disingkat NORM
adalah zat radioaktif yang secara alami terdapat di alam.

3
23. Technologically Enhanced Naturally Occurring Radioaktive Material Selanjutnya
Disingkat TENORM adalah zat radioaktif alam yang dikarenakan kegiatan manusia
atau proses teknologi terjadi peningkatan paparan potensial jika dibandingkan dengan
keadaan awal.
24. Dosis Radiasi yang Selanjutnya Disebut Dosis adalah jumlah radiasi yang terdapat
dalam medan radiasi atau jumlah energi radiasi yang diserap atau diterima oleh menteri
yang dilaluinya.
25. Dosis Radiasi (menurut Buku Pedoman Penanggulangan Medik Pada Kecelakaan
Radiasi Tahun 2000) adalah besarnya energi yang diterima oleh seseorang akibat dari
paparan radiasi pengion.
26. Rekaman adalah dokumen yang menyatakan hasil yang dicapai atau memberi bukti
pelaksanaan kegiatan dalam pemanfaatan tenaga nuklir.
27. Nilai Batas Dosis adalah dosis terbesar yang diizinkan oleh BAPETEN yang dapat
diterima oleh pekerja radiasi dan anggota masyarakat dalam jangka waktu tertentu tanpa
menimbulkan efek genetik dan somatik yang berarti akibat pemanfaatan tenaga nuklir.
28. Badan Pengawas Tenaga Nuklir yang Selanjutnya Disebut BAPETEN adalah
instansi yang bertugas melaksanakan pengawasan melalui peraturan, perizinan, dan
inspeksi terhadap segala kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir.
29. Badan Pengawas (menurut Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2002) adalah
badan ang bertugas melaksanakan pengawasan terhadap segala kegiatan pemanfaatan
tenaga nuklir.
30. Petugas Proteksi Radiasi adalah petugas yang ditunjuk oleh pemegang izin dan oleh
BAPETEN dinyatakan mampu melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan
proteksi radiasi.
31. Pekerja Radiasi adalah setiap orang yang bekerja di instalasi nuklir atau instalasi
radiasi pengion yang diperkirakan menerima dosis tahunan melebihi dosis untuk
masyarakat umum.
32. Inspeksi (menurut Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007) adalah salah satu
unsur pengawasan pemanfaatan tenaga nuklir yang dilaksanakan oleh inspektur
keselamatan nuklir untuk memastikan ditaatinya peraturan perundang-undangan
ketenaganukliran.
33. Inspeksi (menurut Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2008) salah satu unsur
pengawasan pemanfaatan sumber pengion dan bahan nuklir yang dilaksanakan oleh
inspektur keselamatan nuklir untuk memastikan ditaatinya peraturan perundang-
undangan ketenaganukliran.
34. Inspektur Keselamatan Nuklir adalah pegawai BAPETEN yang diberi kewenangan
oleh kepala BAPETEN untuk melaksanakan inspeksi.
35. Pemegang Izin adalah orang atau badan yang telah menerima izin pemanfaatan tenaga
nuklir dari BAPETEN.

4
36. Program Jaminan Mutu Dalam Pemanfaatan Tenaga Nuklir yang Selanjutnya
Disebut Program Jaminan Mutu adalah tindakan sistematik dan terencana untuk
memastikan tercapainya tujuan keselamatan radiasi.
37. Radiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan penggunaan
semua modalitas yang menggunakan radiasi untuk diagnosis dan prosedur terapi dengan
menggunakan panduan radiologi termasuk teknik pencitraan dan penggunaan radiasi
dengan sinar-X dan zat radioaktif.
38. Radiologi Diagnostik adalah kegiatan yang berhubungan dengan penggunaan fasilitas
untuk keperluan diagnostik.
39. Penggunaan adalah semua kegiatan yang terkait dengan pelaksanaan layanan Radiologi
Diagnostik dan Intervensional.
40. Pesawat Sinar-X Terpasang Tetap adalah pesawat sinar-X yang terpasang secara
tetap dalam ruangan yang digunakan untuk pemeriksaan umum secara rutin.
41. Pesawat Sinar-X Mobile dalam ruangan adalah pesawat sinar-X yang dilengkapi
dengan atau tanpa baterai charger dan roda sehingga mudah digerakan yang dapat
dibawa ke beberapa ruangan untuk pemeriksaan umum secara rutin.
42. Pesawat Sinar-X Tomografi adalah pesawat sinar-X yang menggunakan metode
pencitraan tomografi untuk mengetahui gambaran obyek dalam potongan irisan (slice
per slice).
43. Pesawat Sinar-X CT-Scan adalah pesawat sinar-X yang menggunakan metode
pencitraan tomografi dengan proses digital yang dapat membuat gambar 3 (tiga)
dimensi organ internal tubuh dari pencitraan sinar-X 2 (dua) dimensi yang dihasilkan
dari sejumlah data dasar yang dapat dimanipilasi sesuai pencitraannya.
44. Citra Radiografi adalah gambar yang diperoleh dari pemeriksaan tubuh pasien pada
media perekam radiografi dengan menggunakan pesawat sinar-X.
45. Media Perekam Radiografi adalah suatu alat atau bahan yang digunakan untuk
merekam hasil pencitraan radiografi, seperti film, kertas khusus, dan sistem komputer.
46. Dosis Ekuivalen adalah besaran dosis yang khusus digunakan dalam proteksi radiasi
untuk menyatakan besarnya tingkat kerusakan pada jaringan tubuh akibat terserapnya
sejumlah energi radiasi dengan memperhatikan faktor yang mempengaruhinya (dosis
dan jenis radiasi serta faktor lain).
47. Dosis Efektif adalah besaran dosis yang khusus digunakan dalam proteksi radiasi yang
nilainya adalah jumlah perkalian dosis ekuivalen yang diterima jaringan dengan faktor
bobot jaringan.
48. Dokter Spesialis Radiologi adalah dokter dengan spesialisasi di bidang radiologi, yang
menggunakan radiasi pengion dan non pengion untuk membuat diagnosis dan
melakukan terapi intervensi.
49. Tenaga Ahli (Qualified Expert) adalah tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
dalam bidang fisika medik klinik lanjut, telah mengikuti clinical residence, dan telah
bekerja di instalasi radiologi paling kurang 7 (tujuh) tahun.

5
50. Fisikawan Medis adalah tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dalam bidang
fisika medik klinik dasar.
51. Radiografer adalah tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dengan diberikan
tugas, wewenang, dan tanggung jawab secara penuh untuk melakukan kegiatan
radiologi diagnostik dan intervensional.
52. Kecelakaan Radiasi (menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir
Nomor 8 Tahun 2011) adalah kejadian yang tidak direncanakan termasuk kesalahan
operasi, kerusakan ataupun kegagalan fungsi alat, atau kejadian lain yang menimbulkan
akibat atau potensi akibat yang tidak dapat diabaikan dari aspek proteksi atau
keselamatan radiasi.
53. Kecelakaan radiasi (menurut Buku Pedoman Penanggulangan Medik Pada
Kecelakaan Radiasi Tahun 2000) adalah setiap kejadian atau rangkaian kejadian yang
dapat menimbulkan kematian, cacat, cedera atau sakit yang ditimbulkan oleh radiasi
atau gabungan radiasi dengan bahaya lainnya.
54. Paparan eksterna adalah radiasi pengion yang berasal dari sumber radiasi diluar tubuh
manusia.
55. Paparan Interna adalah paparan radiasi, pengion yang berasal dari bahan (sumber)
radiasi yang berada/masuk kedalam tubuh.
56. Bahaya Radiasi Interna adalah bahaya radiasi yang diterima sesorang dari sumber
radiai yang beradaa didalam tubuh.
57. Bahaya Radiasi Eksterna adalah bahaya radiasi yang diterima sesorang dari sumber
radiai yang beradaa diluar tubuh.
58. Kontaminasi adalah tercemarnya sesorang oleh bahan radioaktif yang terlepas dari
pembungkusnya.
59. Dekontaminasi adalah suatu kegiatan untuk menghilangkan cemaran bahan radioaktif
baik dari permukaan maupun dan tubuh seseorang.
60. Korban Kecelakaan Radiasi adalah seseorang yang mengalami kematian, cacat,
cedera atau sakit yang diakibatkan oleh radiasi atau gabungan radiasi dengan bahaya
lainnya.
61. Peralatan Deteksi Radiasi adalah alat yang dapat mengetahui besarnya radiasi.
62. Peralatan Radiografi Industri yang Selanjutnya Disebut Peralatan Radiografi
adalah peralatan yang digunakan untuk pemeriksaan struktur dan/atau kualitas bahan
dengan metode uji tak rusak dengan zat radioaktif dan/atau pembangkit radiasi pengion.
63. Kit Dekontaminasi adalah alat yang digunakan untuk melakukan dekontaminasi.
64. Efek Biologi Radiasi Pengion adalah efek dari radiasi pengion yang dapat merusak sel
dan jaringan tubuh.
65. Pembangkit Radiasi Pengion adalah sumber radiasi dalam bentuk pesawat sinar-X
dengan energi di bawah 1 (satu) MeV dan pesawat energi tinggi dengan energi sama
atau di atas 1 (satu) MeV.

6
66. Ahli Radiografi yang Selanjutnya Disingkat AR adalah orang yang berwenang
melakukan pekerjaan radiografi dengan menggunakan zat radioaktif dan/atau
pembangkit radiasi pengion, yang memiliki paling kurang sertifikat keahlian uji tak
rusak level II, dan bertanggung jawab kepada pemegang izin.
67. Operator Radiografi yang Selanjutnya Disingkat OR adalah orang yang berwenang
melakukan pekerjaan radiografi dengan menggunakan zat radioaktif dan/atau
pembangkit radiasi pengion, yang memiliki sertifkat keahlian paling kurang uji tak
rusak level I, dan bekerja di bawah pengawasan AR.
68. Fasilitas Terbuka adalah tempat kegiatan radiografi industri dengan peralatan
radiografi tidak terpasang secara tetap di mana zat radioaktif dan/atau pembangkit
radiasi pengion dapat dicapai dari berbagai akses.
69. Fasilitas Tertutup adalah tempat kegiatan radiografi industri dengan peralatan
radiografi terpasang tetap di mana zat radioaktif dan/atau pembangkit radiasi pengion
hanya dapat dicapai melalui suatu akses berupa pintu.
70. Kawasan adalah tempat di mana kegiatan radiografi industri dilakukan dengan kondisi
yang mudah dicapai menggunakan moda transportasi darat, dengan radius 5 km (lima
kilometer) yang dikelola dalam satu manajemen.

E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tertanggal 15 Oktober 2004
tentang Pemerintahan Daerah;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tertanggal 13 Oktober 2009
tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tertanggal 28 Oktober 2009
tentang Rumah Sakit;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2014 tertanggal 17 Oktober 2014
tentang Tenaga Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.269/ Menkes / Per / III / 2008
tertanggal 12 Maret 2008 tentang Rekam Medis;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.411/ Menkes / Per / III / 2010
tertanggal 25 Maret 2010 tentang Laboratorium Klinik;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012 tertanggal 15 Maret 2012
tentang Akreditasi Rumah Sakit;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.370/ Menkes / SK / XII / 2007
tertanggal 27 Maret 2007 tentang Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium
Kesehatan;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.432 / Menkes / SK / IV / 2007
tertanggal 10 April 2007 tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) di Rumah Sakit;

7
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1014/ Menkes / SK / XI / 2008
tertanggal 03 November 2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di
Sarana Pelayanan Kesehatan;
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1087/ Menkes / SK / VIII / 2010
tertanggal 10 Agustus 2010 tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
Rumah Sakit;
12. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor HK.02.04 / I / 2790 / 11
tertanggal 1 Januari 2012 tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit;
13. Pedoman Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Kesehatan, Depkes, 2001;
14. Pedoman Praktik Laboratorium Kesehatan Yang Benar, Depkes, 2008;
15. Pedoman Pengelolaan Peralatan Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Direktorat
Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina
Upaya Kesehatan, 2015.

BAB II

STANDAR KETENAGAAN

8
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia (SDM)

Dalam unit pelayanan radiologi diagnostik ada struktur organisasi yang mengatur jalur
komando dan jalur koordinasi dalam penyelenggaraan dan pelaksanaan pelayanan radiologi
diagnostik. Struktur organisasi bertujuan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam
upaya manajemen pelayanan radiologi diagnostik.

Komponen yang ada dalam struktur organisasi adalah :

1. Kepala instalasi/unit radiologi atau radiologi diagnostik dijabat oleh Dokter Spesialis
Radiologi.
2. Wakil kepala instalasi/unit radiologi atau radiologi diagnostik dijabat oleh dokter umum
yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan radiologi diagnostik dan imejing diagnostik.
3. Kepala Ruangan instalasi/unit radiologi atau radiologi diagnostik dijabat oleh lulusan ATRO
yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan proteksi radiasi medik.
4. Staf fungsional instalasi/unit radiologi atau radiologi diagnostik dijabat oleh lulusan ATRO.
5. Tenaga administrasi instalasi/unit radiologi atau radiologi diagnostik dijabat oleh lulusan
SMA.

Dalam melaksanakan tugasnya, kepala instalasi/unit dapat dibantu oleh wakil kepala
disesuaikan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan tanpa meninggalkan unsur efisiensi dan
efektivitas.

Setiap tenaga yang berada dalam unit tersebut mempunyai uraian tugas yang ditetapkan
atau disahkan oleh Kepala instalasi/unit radiologi. Bagan dan atau struktur organisasi dan uraian
tugas masing-masing tenaga ditetapkan atau disahkan oleh Direktur rumah sakit.

Standar ketenagaan ditentukan berdasarkan pada beberapa hal, yaitu :

1. Jenis sarana kesehatan.


2. Kemampuan/kompetensi.
3. Beban kerja.
4. Jumlah pesawat.

Jenis dan jumlah tenaga yang dibutuhkan dalam instalasi radiologi diagnostik digolongkan
berdasarkan jenis sarana pelayanan kesehatan, yaitu :

1. Rumah Saki kelas A atau setara.


2. Rumah Saki kelas B atau setara.

9
3. Rumah Saki kelas C atau setara.
4. Rumah Saki kelas D atau setara.
5. Puskesmas Perawatan Plus dan Sarana Kesehatan lain selain Rumah Sakit.

RUMAH SAKIT KELAS C atau setara

JUMLAH TENAGA PERSYARATAN JUMLAH

1. Spesialis Radiologi Memiliki SIP 1 Orang

2. Radiografer D III Teknik Radiologi 2 Orang/Alat


Memiliki SIKR

3. Petugas Proteksi Radiasi Tingkat II Memiliki SIB 1 Orang


(PPR) Medik

4. Fisikawan Medik D IV/S 1 1 Orang

5. Tenaga Elektromedis DIII ATEM 1 Orang/Sarana


Yankes

6. Perawat D III Keperawatan Memiliki 1 Orang


SIP

7. Tenaga Administrasi dan SMU/Sederajat 2 Orang


Kamar Gelap

10
B. Distribusi Ketenagaan

Kualifikasi Jumlah
No. Nama Jabatan
Pendidikan Masa Kerja Sertifikat Kebutuhan
Dr.Hendriyo, Sp. Rad
1. Kepala Unit Dokter Spesialis Radiologi ± 30 Tahun 1
(K) Onk.Rad
2. dr. R. Firman V Wakil Kepala Unit Dokter Umum ± 18 Tahun 1
Kepala Ruangan Unit
3. Dewi Puspa T. AMR D III ATRO ± 16 Tahun
Radiologi
Petugas Pelaksana
4. Omi Imelda Pasaribu DIII Komputer ± 17 Tahun
Radiologi
Petugas Pelaksana
5. Laura Akhirria D III Akbid ± 4 Tahun
Radiologi
Petugas Pelaksana
6. Yuli Indriani D III Akbid ± 3 Tahun
Radiologi 9
Petugas Pelaksana
7. Adriana Ginting D III ATRO ± 3 Tahun
Radiologi
Nurija Marwah Petugas Pelaksana
8. D III ATRO ± 2 Bulan
Munthe Radiologi
Halimatusakdiah Petugas Pelaksana
9. SMA ± 22 Tahun
Lubis Radiologi
10. Marlina Administrasi D III Perawat ± 1 Tahun

11
C. Pengaturan Jaga

Pengaturan jaga di setiap unit kerja disusun oleh kepala unit dan kepala ruangan dengan
memperhatikan hak cuti, hak libur, dan beban kerja sesuai dengan standar ketenagaan yang
berlaku di Rumah Sakit XXX.

Petugas IT dan staf administrasi keuangan hanya bekerja pada jam kerja, yakni pukul 08.00 –
17.00.

12
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

Pendekatan yang dipakai dalam menetapkan jenis dan luas ruangan adalah :

1. Fungsi ruangan/jenis kegiatan.


2. Proteksi terhadap bahaya radiasi bagi petugas, pasien, lingkungan.
3. Efisiensi.

Persyaratan ruangan :

1. Letak unit/instalasi radiologi hendaknya mudah dijangkau dari ruangan gawat darurat,
perawatan intensive care, kamar bedah dan ruangan lainnya.
2. Disetiap instalasi radiologi dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran dan alarm sesuai
dengan kebutuhan.
3. Suhu ruang pemeriksaan 20-24○C dan kelembaban 40-60 %.
4. Suhu untuk alat sesuai dengan kebutuhan alat tersebut.

Persyaratan ruangan, meliputi jenis, kelengkapan dan ukuran/luas ruangan yang dibutuhkan
sebagai berikut :

1. Ketebalan Dinding

Bata merah dengan ketebalan 25 cm (dua puluh lima sentimeter) dan kerapatan jenis 2,2
g/cm3 (dua koma dua gram per sentimeter kubik), atau beton dengan ketebalan 20 cm (dua
puluh sentimeter) atau setara dengan 2 mm (dua milimeter) timah hitam (Pb), sehingga
tingkat Radiasi di sekitar ruangan Pesawat Sinar-X tidak melampaui Nilai Batas Dosis 1
mSv/tahun (satu milisievert per tahun).

2. Pintu dan Ventilasi


- Pintu ruangan Pesawat Sinar-X dilapisi dengan timah hitam dengan ketebalan tertentu
sehingga tingkat Radiasi di sekitar ruangan Pesawat Sinar-X tidak melampaui Nilai
Batas Dosis 1 mSv/tahun (satu milisievert per tahun).
- Ventilasi setinggi 2 (dua) meter dari lantai sebelah luar agar orang di luar tidak terkena
radiasi.
- Diatas pintu masuk ruang pemeriksaan dipasang lampu merah yang menyala pada saat
pesawat dihidupkan sebagai tanda sedang dilakukan penyinaran (lampu peringatan tanda
bahaya radiasi).
3. Ruangan dilengkapi dengan sistem pengaturan udara sesuai dengan kebutuhan.
4. Pada tiap-tiap sambungan Pb, dibuat tumpang tindih/overlapping.

13
5. Jenis dan ukuran ruangan :
a. Ruang Penyinaran/Ruang X-ray
- Ukuran ruangan: sesuai kebutuhan/besarnya alat.
- Ruang X-ray tanpa fluoroskopi, minimal :
 Alat dengan kekuatan s/d 125 KV: 4 m (p) x 3 m (l) x 2,8 m (t).
 Alat dengan kekuatan > 125 KV: 6,5 m (p) x 4 m (l) x 2,8 m (t).
b. Ruang CT Scan :
- Ukuran: 6 m (p) x 4 m (l) x 3 m (t).
- Dilengkapi dengan :
 Ruang operator.
 Ruang mesin.
 Ruang AHU/Chiller.
c. Ruang Ultra SonoGrafi/USG
- Ukuran: 4 m (p) x 3 m (l) x 2,7 m (t).
- Dinding: Terbuat dari batu bata, tanpa Pb.
- Perlengkapan: Meja/tempat tidur pemeriksaan, kursi pasien.
d. Ruang Baca dan Konsultasi Dokter
- Terpisah dengan ruang pemeriksaan.
- Luas: Disesuaikan dengan kebutuhan, minimal 2 m (p) x 2 m (l) x 2,7 m (t)/dokter
spesialis radiologi dan dapat menampung :
 1 buah meja kerja.
 2 buah kursi.
 1 buah lemari.
- Perlengkapan: Light box.
e. Ruang CR
- Ukuran: Minimal 3 m (p) x 3 m (l) x 2,8 m (t).
- Dapat menampung
 Tempat printer.
 Tempat processing.
 Tempat rekam medik elektronik.
- Dilengkapi dengan AC. Suhu dan kelembaban disesuaikan dengan kebutuhan alat.
f. Ruang ganti pakaian
- Ada disetiap ruang pemeriksaan.
- Luas: Disesuaikan dengan kebutuhan, minimal 1 m (p) x 1,5 m (l) x 2,7 m (t) dan
dilengkapi dengan lemari baju/locker.
g. WC
- Ada di ruang radiologi.
- Ukuran: Minimal 1,5 m (p) x 1 m (l) x 2,7 m (t).

14
h. Gudang untuk film dan non film
Ukuran, suhu dan kelembaban disesuaikan dengan kebutuhan.
i. Kamar gelap
Tidak berfungsi lagi karena memakai pemroses film thermal.
j. Ruang lain

Ruang tunggu pasien ada di semua jenis sarana pelayanan kesehatan.

B. Standar Fasilitas

Pendekatan yang dipakai dalam penentuan standar peralatan adalah :

1. Pengembangan pelayanan radiologi diagnostik di sarana pelayanan kesehatan tersebut.


2. Cara kerja peralatan radiologi diagnostik.
3. Kelengkapan/peralatan dasar yang tersedia.

1. Jenis Peralatan

Berdasarkan jenis sarana pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan


radiologi diagnostik, jenis, kelengkapan alat dan jumlah untuk setiap jenis sarana pelayanan
kesehatan adalah :

15
16
17
18
2. Pemeliharaan dan perawatan peralatan radiologi
Pemeliharaan dan perawatan peralatan radiologi mengacu pada pedoman dari pabrikan
yang dilakukan secara berkala dan berkelanjutan oleh radiographer, fisikawan medis,
teknisi elektromedis dan teknisi pabrikan untuk menjamin mutu alat yang dipakai
sehingga pelayanan tidak terganggu.

BAB IV

19
TATA LAKSANA

A. X-ray Film
 Uji optimasi film radiografi

Tujuan
Untuk menjamin bahwa film radiografi yang digunakan untuk pemeriksaan masih
dapat menunjukkan kualitas radiografi yang optimal guna menegakkan diagnosa.

Alat dan bahan


1. Termostat (yang mampu mengukur suhu dan kelembaban).
2. Meteran.
3. Masker pelindung dari gas.
4. Kertas kerja dan alat tulis.

Cara kerja
Catatlah ketentuan yang dipersyaratkan untuk film radiografi yang terdiri dari
temperatur, kelembaban, ventilasi, jarak kisi antar rak, tata letak film radiografi,
managemen film radiografi.

Penilaian dan penyimpanan film evaluasi


Ketentuan penyimpanan film yang belum diexpose adalah sebagai berikut (Depkes
1999) :
1. Temperatur: 20-25○C (pakai AC selama 24 jam).
2. Kelembaban: 50-60%.
3. Ventilasi: Sirkulasi udara harus baik.
4. Jarak antara rak atas dengan rak di bawahnya cukup lapang.
5. Tata letak kotak film tidak ditumpuk satu sama lain (berdiri tegak dan berjejer
kesamping).
6. Tidak terkena cahaya matahari.
7. Tidak bercampur dengan penyimpanan bahan kimia.
8. Aman dari radiasi sinar-X.
9. Pemakaian didahulukan pada film yang mempunyai waktu kadaluarsa yang hampir
habis.
Penyimpanan film yang belum diekspose atau diproses, harus terhindar dari :
1. Kelembaban relatif yang tinggi
Kelembaban relatif yang tinggi pada penyimpanan film dapat merusak film, dan
untuk melindungi material film maka produk dibungkus dalam keadaan tertutup.
Film dikemas dibawah pengawasan kondisi kelembaban relatif antara 40-60%
(WHO, 2001). Kelembaban yang tinggi lebih dapat merusak film dibandingkan
dengan suhu yang tinggi. Kelembaban dan suhu yang sedang lebih baik dari pada

20
suhu rendah dengan kelembaban tinggi, contoh penyimpanan pada 16 ○C (60○F)
dengan 80% kelembaban.
Film yang tidak tertutup bisanya tersimpan dalam hopper di kamar gelap. Masalah
suhu dan kelembaban yang tinggi dapat dijumpai khususnya jika kamar gelap berisi
prosessing otomatis tanpa saluran pipa dan udara panas dari sistem pengeringan
film sehingga perlu ventilasi.
2. Suhu yang tinggi
Maksimum periode penyimpanan film yaitu sekitar 1 ½ bulan. Film yang disimpan
pada suhu lebih dari 21○C (70○C) selama lebih dari empat minggu, maka akan
mengalami perubahan-perubahan pada speed, kontras dan fog level. Film harus
tersimpan pada kondisi yang dingin, kering dan ventilasi yang baik serta tidak
bersebelahan dengan pipa uap. Jika tempat penyimpanan film terdapat jendela,
maka jendela tidak boleh menghadap ke selatan karena efek dari sinar matahari
dapat meningkatkan dan mempengaruhi suhu film.
Menurut WHO (2001) film harus disimpan pada suhu dibawah 24 ○C (75○F) atau
lebih baik lagi antara 15-21○C (60-70○F). Menurut DEPKES RI (1999) suhu ideal
penyimpanan film yaitu sekitar 20-25○C.
3. Bahan radioaktif dan sinar-X
Film high speed didesain khusus untuk pencahayaan sinar-X, dan dicurigai dapat
menghasilkan fog ketika radiasi pada intensitas rendah, yaitu sekitar 10-200 µR/h.
Menurut Chesney’s (1981;82) radiasi tersebut tidak boleh lebih dari 10 µR/h. Jika
film terkena radiasi 10 µR/h maka fog level film akan naik 0.3 di atas nilai standar
setelah kira-kira 2 tahun penyimpanan. Jika pada penyimpanan film terkena radiasi
sebesar 40 µR/h, akan menghasilkan fog level yang sama pada film yang sama
dalam periode 6 bulan penyimpanan. Jika dalam penyimpanan memungkinkan
terjadinya fog film dari eksposure radiasi sinar-X atau beberapa sumber radioaktif,
maka langkah yang harus diambil yaitu memastikan bahwa dinding-dinding ruang
penyimpanan film memiliki konstruksi yang layak untuk mencegah kemungkinan
terjadinya fog karena radiasi pada stok film.
Solusi untuk mencegah terjadinya penyerapan radiasi dari dinding, antara lain :
b. Melapisi dinding dengan campuran barium pada ketebalan yang layak.
c. Menggunakan lokasi yang berbeda untuk penyimpanan film.
d. Ketebalan dinding yang layak yaitu 2 mm Pb.
e. Pintu untuk penyimpanan film juga terhindar dari kebocoran radiasi seperti
adanya celah kecil di sekeliling pintu.
4. Gas yang berbahaya
Masalah lain yang dapat timbul di bagian radiologi walaupun jarang dijumpai
adalah timbulnya gas-gas tertentu yang dapat merusak film, diantaranya
formaldehida, sulfid hidrogen, amoniak dan uap-uap yang berasal dari beberapa
bahan pelarut dan bersih.

21
5. Kerusakan fisik
Kerusakan film dapat disebabkan oleh adanya tekanan. Ukuran box yang sama dari
film dengan tipe yang sama harus disimpan bersama-sama dan ukuran terbesar
harus ditempatkan di rak bagian bawah, sedangkan ukuran terkecil harus
ditempatkan pada rak teratas, ini merupakan usaha untuk mengurangi risiko
penekanan pada box film.
Jarak antara rak satu dengan rak yang lain harus dapat memudahkan penyediaan
dan pemindahan film tanpa harus menggunakan tangga. Tinggi rak di atas lantai
harus antara 30-160 cm.

Pengaturan Stok Film


Ketentuan pengaturan film yaitu :
a. Film dapat dengan mudah terlihat dan mudah dikenali.
b. Pemasukan dan pengeluaran film dicatat dan diatur menurut system FIFO (First In
First Out).
Kadaluarsa suatu film tergantung pada kondisi penyimpanan film. Umumnya
penyimpanan film dilakukan kurang sempurna, sehingga pencantuman tanggal
kadaluarsa film merupakan hal yang sangat diperlukan. Karena tanggal kadaluarsa yang
tertera pada box film dari dua film yang datang secara berurutan dapat sama, maka perlu
digunakan suatu sistem identifikasi untuk memastikan penggunaan film dalam
perputaran yang jelas.
Misalnya, beri nomor pada sisi masing-masing box kemuadian box film tersebut
ditempatkan pada masing-masing rak dengan sisi box yang telah ditandai dapat terlihat.
Nomor yang ditulis sesuai dengan bulan saat film datang. Box dengan nomor kecil
harus dipergunakan terlebih dahulu.
Stok kontrol pengadaan film
1. Jumlah tetap dan waktu bervariasi
Prinsip dari pengendalian stok film yaitu untuk menentukan atau memperbaiki
kuantitas dari masing-masing ukuran film sebagai tindakan pemicu agar dapat
memesan kembali. Untuk pemesanan kembali biasanya jumlah yang diperlukan
untuk memenuhi permintaan maksimum yaitu antara waktu pemesanan dan batas
waktu penyerahan, ditambah dengan faktor keamanan dari penyediaan dalam satu
minggu.
Metode ini bukanlah sesuatu yang mudah untuk diatur, karena membutuhkan
proporsi yang besar pada waktu membeli. Tetapi metode ini adalah cara yang
efisiensi dan ekonomis.

2. Jumlah dan waktu tetap

22
Jumlah dan waktu tetap ini adalah metode yang paling mudah tetapi paling sedikit
keakuratan untuk beroperasi. Tingkat persediaan maksimum tidak pernah yang
diketahui dengan pasti, tetapi itu perlu dipertimbangkan sebagai suatu metode
komparatip. Semua itu diperlukan untuk memperoleh nomor rata-rata dari tiap
ukuran dan jenis film yang digunakan per bulan atau sebelumnya.
3. Jumlah bervariasi dan waktu tetap
Digunakan perhitungan statistik untuk penentuan jumlah film yang akan dipesan.
Penggunaan merode ini mempunyai nilai penaksiran yang akurat dan layak.
4. Kapasitas penyimpanan film maksimum yang diperlukan yaitu penyediaan film
selama enam minggu.
5. Film-film dengan ukuran dan tipe berbeda akan lebih banyak digunakan.

Frekuensi uji
Setiap kali dilakukan pembelian.

B. Kontras
 Tinjauan umum tentang kontras media
1. Pendahuluan
Penggunaan kontras media untuk pemeriksaan diagnostik radiologi sudah dimulai
hampir bersamaan dengan ditemukannya sinar X oleh W.C. Roentgen. Kontras
digunakan untuk melihat bagian-bagian yang tidak terlihat dengan pemeriksaan sinar X,
misalnya usus, ginjal, pembuluh darah dan lain-lain. Prinsip dasar dari penggunaan
kontras adalah bahan yang digunakan dari luar tubuh untuk meningkatkan nilai
diagnostik. Berbagai jenis kontras media yang dipergunakan :

1. Kontras media yang bersifat kontras negatif; udara dan CO2.

2. Kontras media yang bersifat kontras positif: barium sulfat dan kontras yodium.

Pada tulisan ini dibahas mengenai kontras media positif yang mengandung yodium
dan larut dalam air dan dibahas kontras MRI.

2. Klasifikasi kontras media

23
Klasifikasi kontras media :

Kontras negatif Kontras positif

Udara dan CO2 Barium sulfat dan yodium

Larut dalam air Larut dalam minyak

Derivat triiodobenzoat

Jenis-jenis kontras media :

Monomer Ionik Dimer Ionik

Oral kolegrafi Uro/Angio Iv kolegrafi Angio

Lopodate Lothalamat Lodipamic acid Loxaglic acid


Locetamide acid diatrizoat Lodoxamic acid
Loxithalamat Lotroxic acid
Loglicic acid,
Lodamic acid

Monomer Non Ionik Dimer Non Ionik

Urografi-Angiografi Myelografi

Lopamidol Lotrolan
Lohexol
Lopromide
Loversol
Lopentol

Belakangan ini juga dikembangkan dimer non ionik untuk angiografi.

3. Penggunaan kontras media

24
Kontras media cukup luas digunakan dalam bidang radiologi. Seperti untuk mengisi
lumen dengan kontras opak untuk memperlihatkan struktur lambung dan usus.
Pengisian lumen pembuluh darah seperti pada pemeriksaan angiografi. Memperlihatkan
struktur morfologi organ dan fungsi ekskresinya seperti pada traktus urinarius, kandung
empedu dan memperlihatkan penyangatan kontras seperti pada pemeriksaan CT scan
dan sebagainya. Dengan pemberian kontas maka beberapa kondisi yang tidak terlihat
dengan pemeriksaan polos, misalnya batu lusen dan tumor akan dapat diperjelas.
Pemilihan kontras media yang digunakan adalah berdasarkan: aman untuk digunakan
dan sifatnya yang kurang toksik.

4. Jenis kontras media

Kontras media larut air yang pertama kali dipergunakan (kira-kira tahun 1953)
adalah derivat diatrizoat. Struktur kontras ini terdiri dari 1 (satu) atom benzene dengan 3
(tiga) atom yodium sebagai dasar pengembangan kontras kemudian.

Bahan kontras ini berkembang menjadi kontras ionik dan non ionik. Adapun yang
dimaksud dengan kontras ionik adalah kontras yang mengandung ion, adapun kationnya
atau ion positifnya adalah natrium atau meglumine dan ion negatifnya adalah derivat
benzene dengan 3 (tiga) atom yodium dan grup carboxyl (COO-). Kontras non ionik
adalah kontras yang terdiri dari atom benzene dengan 3 (tiga) yodium dan terikat
dengan grup hydroxyl (OH). Kontras ini kemudian berkembang dan dikenal sebutan
monomer yaitu yang terdiri dari 3 (tiga) atom yodium dan 1 (satu) ikatan benzene serta
dimer yaitu terdiri dari 2 (dua) ikatan benzene dengan 6 (enam) atom yodium. Baik
kontras ionik maupun non ionik dikenal dalam 2 (dua) bentuk tersebut. Hal yang cukup
penting untuk diperhatikan dari berbagai macam kontras media yang ada adalah
osmolalitasnya. Kontras ionik pada umumnya mempunyai osmolalitas yang tinggi dan
sebaliknya kontras non ionik pada umumnya mempunyai osmolalitas yang rendah.
Dosis pemberian :
Anak-anak pada umumnya lebih rentan terhadap dosis yang diberikan.

Dosis rekomendasi untuk pemeriksaan :


1. Mielografi sebaiknya tidak lebih dari 3 gram yodium pada orang dewasa.
2. IVP sebaiknya menggunakan dosis tidak lebih dari 600 mg yodium/kg BB.
3. Angiografi sebaiknya tidak melebihi 1000 mg yodium/kg BB.

Beberapa contoh kontras media yang dapat ditemukan dipasaran

25
No Jenis Kontras Nama Generik Nama Dagang Osmolalitas

1 Ionik Monomer Lothalamate Conray-Vasoray 1500-1600


Metrizoat Isopaque
Amidotrizoate Urografin-
Angiografin
Loxithalamate Gastrografin
Telebrix

2 Ionik Dimer Loxaglat Hexabrix 600

3 Non Ionik Lohexol Omnipaque 500-700


Monomer Lopamidol Lopamiro
Lopromide Ultravist
Loversol Optiray

4 Non Ionik Lodixanol Visipaque 300


Dimer Lotrolan Isovist

Mekanisme toksik kontras media


Dawson membagi efek toksik kontras media ini terutama atas 3 (tiga) bagian :
1. Osmolalitasnya
Hiperosmolalitasnya dari kontras media akan menyebabkan peningkatan volume
plasma secara akut, terjadinya vasodilatasi, pelepasan histamin-cedera pada endotel
pembuluh darah yang dapat menyebabkan tromboflebitis, dan rasa nyeri dan panas
apada arteriografi.
Semakin kurang osmolalitasnya maka semakin kurang pula toksisitasnya.
2. Kemotoksisitas
Efek kemotoksisitas ini berhubungan dengan molekul kontras media yang
berinteraksi dengan makromolekul tubuh seperti membran sel protein plasma. Efek
toksik ini berkaitan erat dengan gugus karboksil dalam kontras ionik.
Sebagai contoh kontras media ionik bersifat neurotoksik dalam subaraknoid. Oleh
sebab itu jangan pergunakan kontras ionik untuk mielografi.
3. Balans ion
Bila kontras disuntikkan ke dalam pembuluh darah, maka apabila konsentrasi ion
terlalu tinggi atau terlalu rendah, akan mengakibatkan efek samping seperti:
fibrilasi vertikel, misalnya pada arteriografi koroner.

Efek samping umumnya dapat dibagi atas :


1. Efek samping umum seperti: mual atau muntah, reaksi alergik sampai syok.
2. Efek yang ditimbulkan oleh perbedaanosmolalitasnya seperti: nyeri, panas,
bradikardi, atau vasodilatasi.
Selain itu efek samping dapat dibagi atas :

26
1. Efek samping ringan seperti urtikaria, mual, muntah.
2. Efek samping sedang seperti sesak nafas.
3. Efek samping berat: syok, edema laring dan kejang-kejang.
Sebagian besar efek samping ini terjadi pada 5 (lima) menit pertama setelah
penyuntikan.

Efek samping lambat :


Beberapa efek samping yang terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari pasca
pemberian kontras adalah misalnya timbulnya eritema dan parotitis.
Secara keseluruhan efek samping terhadap kontras media bervariasi. Menurut
beberapa peneliti dengan ribuan kasus dan penelitian multi senter adalah sebagai
berikut :

Beberapa penelitian mengenai efek samping kontras media

Penelitian % Efek Samping % Efek Samping Berat

Nama Tahun Ionik Non Ionik Ionik Non Ionik


Palmer 1988 3,8 1,2 0,1 0,01
Wolf 1989 4,1 0,7 0,4 0,0
Katayama 1990 12,7 3,1 0,22 0,04
Laroche 1998 0,04

Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut terlihat jelas bahwa ditemukan angka-


angka efek samping yang lebih rendah pada penggunaan kontras media non ionik
dibandingkan dengan kontras media ionik.

5. Profilaksis dan premedikasi


Sering timbul pertanyaan apakah profilaksis dan premedikasi membuat
pemeriksaan menjadi lebih aman ?
Meskipun menurut Clauss dan Taenzer tes kulit tidak menjamin terjadinya
rekasi alergi. Perhimpunan dokter spesialis radiologi Jerman dan Jepang
menggunakan tes ini untuk melindungi dari aspek medikolegal.
Tindakan premedikasi meskipun tidak menghilangkan kemungkinan terjadinya
reaksi alergi tetap dianjurkan terutama untuk mereka dengan riwayat alergi atau
pernah alergi.
Terhadap pemberian kontras orang-orang tua (75 th) dan mereka dengan
riwayat gangguan fungsi hati, jantung dan pernafasan, dianjurkan untuk diberikan
premedikasi.
Tauber menganjurkan pemberian antagonis terhadap reseptor H1 dan H2 10
sampai 15 meni sebelum pemberian kontras.

27
H1 antagonis yang dipakai adalah Fenistil 4 mg dan H2 antagonis adalah
simetidin (Tagamet) dengan dosis 200 mg, untuk BB antara 40-60 kg.
Lasser menganjurkan pemberian kortikosteroid oral 32 mg metilprednisolon
(Medrol), 12 jam dan 2 jam sebelum pemberian kontras serta Clemastin 2 ml i.m 1
jam sebelum pemeriksaan.

6. Tindakan pengobatan
Efek samping tidak dapat diramalkan, dapat terjadi begitu saja meskipun
persiapan dilakukan dengan matang. Tes kulit meskipun dikatakan tidak tidak
menjamin harus dilakukan dan pemberian informed consent sebelum pemeriksaan
juga harus dilakukan demi hukum.
Klinik radiologi atau rumah sakit yang melakukan pemeriksaan dengan kontras
sudah seharusnya menyediakan obat-obatan dan saran untuk melakukan tindakan
pertolongan bila terjadi efek samping.
Sesuai dengan standar prosedur operasional radiologi, perlu disediakan alat-alat
resusitasi sederhana, tangki oksigen serta obat-obatan untuk keadaan darurat medik
seperti adrenalin, antihistamin, dan hidrokortison sebelum melakukan pemberian
kontras.
Sebaiknya obat-obatan dalam bentuk injeksi iv sehingga efeknya lebih cepat.
Untuk efek samping ringan sering tidak perlu diberikan tindakan pengobatan.
Untuk efek samping berat perlu tindakan pngobatan terutama pemberian adrenalin
subkutan 0,3 ml, kortikosteroid dan pemberian oksigen. Pemberian adrenalin dan
steroid dapat diulangi bila perlu.

7. Kesimpulan
Pemakaian bahan kontras dalam bidang radiologi diperlukan untuk
meningkatkan nilai diagnostik. Kontras media dapat bersifat negatif seperti udara
dan dapat bersifat positif seperti barium atau yodium. Kontras media yodium yang
pertama adalah derivat diatrizoat yaitu 3 (tiga) atom yodium dalam ikatan benzene.
Perkembangannya kontras media dapat bersifat monomer atau dimer serta sifat
ionik dan non ionik. Efek samping dari kontras media terutama disebabkan oleh
efek komotoksisitas, osmolalitas dan balans ion. Tindakan preventif seperti skin test
tetap diperlukan untuk aspek medikolegal sedangkan tindakan premedikasi dapat
menurunkan efek samping yang timbul.
Klinik atau rumah sakit yang melakukan pemeriksaan radiologi dengan kontras
sudah seharusnya mempunyai peralatan oksigen dan obat-obatan pada keadaan
darurat serta mempunyai tenaga yang mempunyai pengetahuan mengenai efek
samping kontras dan pertolongan yang harus diberikan.

 Aplikasi kontras media pada MRI

28
1. Pendahuluan
 MRI menggunakan medan magnet.
 Diferensiasi jaringan lunak sangat baik.
 Kontras: meningkatkan nilai diagnostik dan memperlihatkan detail kelainan
morfologi.

2. Kontras media dalam bidang radiologi


 Kontras negatif: CO2 dan udara.
 Kontras positif: barium, kontras yodium intravaskuler, intratekal.
 Microbubbles untuk pemeriksaan USG.

3. Sejarah
 In vitro: Bloch, Hansen dan Packard tahun 1946.
 Pemberian ferum nitrit memperpendek waktu relaksasi TI.
 Dilanjutkan Bloembergen dan Solomon.
 Penggunaan kontras dengan MRI pertama kali oleh Lauterbur, Mendoca, Diaz
dan Rudin (1978).
 Penggunaan pada manusia pertama kali menggunakan Gadolinium DTPA
(Magnevist).
 Penelitian lanjutan: kontras cukup amna, dapat ditoleransi organ.
 Efek samping lebih sedikit dibandingkan non ionik.

4. Prinsip dasar kontras MRI


 Mempengaruhi waktu relaksasi proton T1 dan T2.
 Sinyal akan berbeda.

5. Jenis kontras
 Paramagnetik.
 Superparamagnetik.
 Paramagnetik.
- Gadolinium.
- Chrominium.
- Mangan.
- Nikel.

6. Pengaruh kontras pada intensitas

7. Paramagnetik kontras

29
 Sifat-sifat kontras: larut dalam air.
 Diekskresi ginjal 3 jam (75%, 24 jam (100%).
 Dapat digunakan untuk kasus insufisiensi renal.
 Dosis: 0,1-0,2 mmol/KgBB.
 Lethal dose: 8 mmol/KgBB.
 Kontras tidak menembus BBB.
 “Menyala” pada T1W1.
 Efek samping kadang-kadang :
- Sakit kepala
- Rasa panas

8. Superparamagnetik kontras
 Bentuk suspensi.
 Setelah melalui vaskular terjadi efek fagosit.
 Nama dagang: Resovist (Schering) dan Endoderm (Guerbet).

9. Penggunaan kontras media dalam klinik


 Tumor.
 Infeksi.
 Lain-lain :
- Demielinisasi.
- MRA.
o Kontras IV.
o Tes bolus 1 cc.
o Menggunakan software canggih :
 Smart prep (GE)
 Bolus track (Philips)
o Non invasif.
o Tanpa kontras/kontras yodium dan radiasi.
o Dahulu 2D TOF.

10. Prospek kontras MRI di masa datang


 Kontras khusus.
 Label antibodi.
 Melihat keganasan.
 Metastasis kelenjar.
 Infark miokard.

11. Kesimpulan
 Kontras meningkatkan nilai diagnostik.

30
 Memperpendek waktu relaksasi T1-T2.
 Jenis kontras umum: Gadolinium.
 Dosis: 0,1-0,2 mmol/KgBB.
 Masa datang dapat dilabel dengan antibodi untuk organ tertentu.
 Pemeriksaan ini mahal, hendaknya dipergunakan secara selektif.

C. Peralatan Proteksi Radiasi

1. Apron
Apron yang setara dengan 0,2 mm (nol koma dua milimeter) Pb, atau 0,25 mm (nol
koma duapuluh lima milimeter) Pb untuk Penggunaan pesawat sinar-X Radiologi
Diagnostik, dan 0,35 mm (nol koma tiga puluh lima milimeter) Pb, atau 0,5 mm (nol koma
lima milimeter) Pb untuk pesawat sinar-X Radiologi Intervensional. Tebal kesetaran timah
hitam harus diberi tanda secara permanen dan jelas pada apron tersebut.

2. Pelindung Gonad
Pelindung gonad yang setara dengan 0,2 mm (nol koma dua milimeter) Pb, atau 0,25
mm (nol koma duapuluh lima milimeter) Pb untuk Penggunaan pesawat sinar-X Radiologi
Diagnostik, dan 0,35 mm (nol koma tiga puluh lima milimeter) Pb, atau 0,5 mm (nol koma
lima milimeter) Pb untuk pesawat sinar-X Radiologi Intervensional. Tebal kesetaran Pb
harus diberi tanda secara permanen dan jelas pada apron tersebut. Proteksi ini harus dengan
ukuran dan bentuk yang sesuai untuk mencegah gonad secara keseluruhan dari paparan
berkas utama.

3. Pelindung Tiroid
Pelindung tiroid yang terbuat dari bahan yang setara dengan 1 mm (satu milimeter) Pb.

4. Sarung Tangan
Sarung tangan proteksi yang digunakan untuk fluoroskopi harus memberikan kesetaraan
atenuasi paling kurang 0,25 mm (nol koma duapuluhlima milimeter) Pb pada 150 kVp
(seratus limapuluh kilovoltage peak). Proteksi ini harus dapat melindungi secara
keseluruhan, mencakup jari dan pergelangan tangan.

5. Kaca Mata
Kaca mata yang terbuat dari bahan yang setara dengan 1 mm (satu milimeter) Pb.

6. Tabir
Tabir yang digunakan oleh Radiografer harus dilapisi dengan bahan yang setara dengan
1 mm (satu milimeter) Pb. Ukuran tabir adalah sebagai berikut: tinggi 2 m (dua meter), dan
lebar 1 m (satu meter), yang dilengkapi dengan kaca intip Pb yang setara dengan 1 mm (satu
milimeter) Pb.

D. Perlengkapan Proteksi Radiasi

31
1. Film Badge

Film badge yang disediakan oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK)-
Departemen Kesehatan atau Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi
(PTKMR)-Badan Tenaga Nuklir Nasional.

2. Termoluminisensi Dosimeter (TLD)

TLD yang disediakan oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK)-Departemen


Kesehatan atau Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) – Badan
Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).

3. Peralatan dosimeter perorangan pembacaan langsung secara analog atau digital.

E. Emergency Kit
Rumah Sakit menjamin Pengelolaan Obat Emergensi berupa :
1. Jumlah dan jenis Obat sesuai dengan daftar Obat emergensi yang telah ditetapkan;
2. Tidak boleh bercampur dengan persediaan Obat untuk kebutuhan lain;
3. Bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti;
4. Dicek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa; dan
5. Dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain.

KOP SURAT

32
DAFTAR OBAT DAN ALKES EMERGENCY

UNIT :
TANGGAL :

PEMERIKSA PEMERIKSA
NO NAMA OBAT JUMLAH KET
1 2
1 Asering 1
2 Cortidex 2
3 Dextrose 40 % 5
4 Dextrose 5 % ( 100 cc ) 1
5 Epineprin 5
6 Nacl 0,9 % ( 100 cc ) 1
7 Nacl 0,9 % ( 500 cc ) 1
8 RL 1
9 Stesolid injeksi 2
10 Sulfas Atropine 10
11 Vascon 1

NAMA ALKES
1 Abocath no. 20 1
2 Abocath no. 22 1
3 Abocath no. 24 1
4 Foley chateter no.16 1
5 Guedel 1
6 Infuset makro 1
7 Infuset makro 1
8 NGT no. 8 1
9 NGT no. 16 1
10 Selang oksigen nasal 1
(A)
11 Selang oksigen 1
sungkup ( A )
12 Selang oksigen nasal 1
(D)
13 Selang oksigen 1
sungkup ( D )
14 Selang suction no.12 1
15 Set syringe pump 1
16 Spuit 3 cc 2
17 Spuit 5 cc 2
18 Spuit 10 cc 2
19 Spuit 50 cc 2
20 Spuit 100 cc 1
21 Tongue spatel 1
22 Triway 1
23 Urine bag 1

BAB V
LOGISTIK

33
Pengelolaan logistik pelayanan radiologi diagnostik imajing berupa :
A. Ketetapan daftar logistik yang dikelola : X-ray Film, Kontras, Peralatan Proteksi Radiasi,
Perlengkapan Proteksi Radiasi, dan Emergency Kit.
B. Langkah-langkah pengelolaan logistik pelayanan radiologi diagnostik imajing :
1. Pengecekan stok
a. X-ray Film.
b. Kontras.
c. Peralatan Proteksi Radiasi.
d. Perlengkapan Proteksi Radiasi.
e. Emergency Kit.
2. Proses permintaan.
a. X-ray Film.
b. Kontras.
c. Peralatan Proteksi Radiasi.
d. Perlengkapan Proteksi Radiasi.
e. Emergency Kit.
3. Proses suplay.
a. X-ray Film.
b. Kontras.
c. Peralatan Proteksi Radiasi.
d. Perlengkapan Proteksi Radiasi.
e. Emergency Kit.
4. Proses terima-simpan.
a. X-ray Film.
b. Kontras.
c. Peralatan Proteksi Radiasi.
d. Perlengkapan Proteksi Radiasi.
e. Emergency Kit.
C. Audit secara periodik (bulanan) X-ray Film, Kontras, Peralatan Proteksi Radiasi,
Perlengkapan Proteksi Radiasi, dan Emergency Kit.

KOP SURAT

34
FORMULIR AUDIT .............
TANGGAL : ..............

Daftar 1 2 3 4 Keterangan
Penyimpanan Label Kadaluarsa Fisik
X-ray Film
Kontras
Peralatan Proteksi
Radiasi
Perlengkapan
Proteksi Radiasi
Emergency Kit

BAB VI

35
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan pasien di radiologi merupakan suatu proses pemberian pelayanan radiologi
terhadap pasien yang lebih aman.

B. Tujuan
Mencegah kejadian tidak diharapkan (KTD), kejadian nyaris cedera (KNC), dan kejadian
sentinel pada pasien akibat pelayanan radiologi.

C. Tata laksana keselamatan pasien


- Proses pengenalan risiko dimulai dari pendaftaran pasien, persiapan pemeriksaan, dan
pelaksanaan pemeriksaan terutama pada setiap tindakan yang dapat menimbulkan risiko
contohnya pemberian kontras terhadap pasien.
- Suatu kejadian yang ditemukan dalam setiap kegiatan tersebut didokumentasikan dalam
laporan harian yang kemudain direkap sebagai laporan bulanan.
- Laporan kejadian dengan band biru dan hijau dianalisis di radiologi dan dilaporkan ke
Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) Rumah Sakit XXX.
- Laporan kejadian dengan band kuning dan merah dianalisis di tingkat Panitia Mutu dan
Keselamatan Pasien (PMKP) Rumah Sakit XXX. Monitoring dan evaluasi dilakukan
terhadap frekuensi kejadian.

BAB VII

36
KESELAMATAN KERJA

Unit Radiologi Rumah Sakit XXX yang menyelenggarakan pengelolaan perbekalan


radiologi dalam rangka menjamin tersedianya film, kontras dan perbekalan penting lain
berlangsung efektif. Keselamatan kerja kaitannya dalam pengelolaan perbekalan radiologi sangat
penting, oleh karena itu petugas radiologi harus mengetahui daftar logistik yang harus siap sedia,
langkah-langkah pengelolaan logistik yang sesuai standar, dan proses audit secara berkala untuk
mempersiapkan segala sesuatu dalam proses pelayanan radiologi dan diagnostik imejing berjalan
dengan lancar. Adanya kendala dari sisi pengelolaan perbekalan radiologi akan menyebabkan
mutu pelayanan radilogi dan diagnostik imejing menurun dan dampaknya merugikan pasien dan
petugas radiologi.

BAB VIII

37
PENGENDALIAN MUTU

1. Tim terdiri dari dokter spesialis radiologi, dokter umum yang terlatih, fisikawan medik,
radiografer senior (kepala ruangan), dan radiografer, dan perwakilan dari Teknisi (Inhouse
X-Ray service atau Engineering) memiliki peran dalam pengelolaan perbekalan radiologi.
2. Tim secara berkala melalukan audit terhadap perbekalan radiologi.
3. Untuk keperluan evaluasi perbekalan radiologi dilakukan Audit berupa penyimpanan, label,
kadaluarsa dan fisik dari X-ray Film, Kontras, Peralatan Proteksi Radiasi, Perlengkapan
Proteksi Radiasi, dan Emergency Kit.
4. Laporan disampaikan secara berkala kepada Direktur Rumah Sakit XXX sesuai kebijakan
sarana pelayanan kesehatan tersebut.

BAB IX

38
PENUTUP

Pelayanan radiologi dan diagnostik imejing merupakan bagian integral dari pelayanan medik
yang perlu mendapat perhatian khusus karena selain bermanfaat dalam menegakkan diagnosa,
juga sangat berbaha ya baik bagi pasien, petugas maupun lingkungan sekitarnya bila tidak
diselenggarakan secara benar. Dalam upaya mencapai pelayanan radiologi dan diagnostik
imejing yang bermutu dan aman, diperlukan pengelolaan manajemen dan teknis yang prima yang
didukung oleh sarana/prasarana, sumber daya manusia dan peralatan yang baik pula.

Agar Rumah Sakit XXX mempunyai mutu yang sama dalam menyelenggarakan pelayanan
radiologi dan diagnostik imejing, maka diperlukan Pedoman Pengelolaan Perbekalan Radiologi
Rumah Sakit XXX yang dapat dipakai sebagai acuan dalam menyelenggarakan perbekalan
radiologi dan diagnostik imejing.

Diketahui oleh, ............, Tgl Bln Thn


Direktur Rumah Sakit XXX, Kepala Unit Radiologi,

Nama Jelas Nama Jelas

39

Anda mungkin juga menyukai