Anda di halaman 1dari 6

A.

Pengertian Aminoglikosida
Aminoglikosida adalah sekelompok antibiotik bersifat bakterisid yang

berasal dari berbagai spesies Streptomyces dan mempunyai sifat kimiawi,

antimikroba, farmakologi dan efek toksik yang sama (Jawetz et al., 2008).

Aminoglikosida merupakan senyawa yang terdiri dari dua atau lebih gugus

gula amino yang terikat lewat ikatan glikosidik pada inti heksosa

(Ganiswarna, 1999).

Aminoglikosida merupakan first-line terapi untuk penyakit-penyakit

tertentu yang spesifik, biasanya infeksi-infeksi yang dulunya terkenal,

misalnya penyakit pes, tularemia, dan tuberkulosis; obat-obat ini juga sering

digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri aerobik

gram-negatif. Tidak seperti kebanyakan obat-obat yang menghambat sintesis

protein mikroba, yang merupakan bakteriostatik, aminoglikosida merupakan

bakterisid (Brunton, et.al., 2008).

B. Beberapa Antibiotik yang Tergolong Aminoglikosida


1. Sreptomisin dari Streptomyces griseus (1943)
2. Neomisin Streptomyces fradiae (1949)
3. Framisetin Streptomyces lavandulae (1953)
4. Kanamisin Streptomyces kanamyceticus (1957)
5. Paromomisin Streptomyces rimosus (1959)
6. Gentamisin Micromonospora purpurea (1963)
7. Tobramisin Streptomyces tenebrarius (1968)
8. Amikasin Asilasi kanamisin A (1972)
C. Mekanisme Kerja Aminoglikosida
Aminoglikosida bekerja dengan tiga cara, yaitu (1) penghambatan sintesis

protein dari bakteri. Setelah memasuki sel aminoglikosida akan mengikatkan

diri dengan reseptor pada 30s ribosom bakteri, kemudian menghambat

pengikatan dari aminoasil-tRNA dan mengakibatkan kesalahan pembacaan


mRNA, sehingga protein yang tidak berfungsi yang disintesis; (2)

mengganggu kompleks awal pembentukan peptida; dan (3) menyebabkan

suatu pemecahan polisom menjadi monosom yang tidak berfungsi (Katzung,

1998).
Antibiotik aminoglikosida merupakan bakterisid yang kerjanya cepat.

Pembunuhan bakteri tergantung pada konsentrasi, tetapi aktivitas bakterisid

residual masih ada walaupun konsentrasi serum telah menurun di bawah

konsentrasi penghambatan minimum (Brunton, et.al., 2008).


Diatur oleh potensial elektrik membran, aminoglikosida berdifusi melalui

saluran-saluran encer yang dibentuk oleh protein porin pada membran terluar

dari bakteri gram negatif dan memasuki ruang periplasma. Proses yang

kecepatannya terbatas ini dapat diblok atau dihambat dengan penurunan pada

pH atau kondisi anaerobik, seperti pada bisul. Sekali berada di dalam sel,

aminoglikosida mengikat polysome dan mengganggu sintesis protein dengan

menyebabkan kesalahan pembacaan dan terminasi prematur dari translasi

mRNA. Protein abnormal yang dihasilkan mungkin dimasukkan ke dalam

membran sel, mengubah permeabilitas dan kemudian menstimulasi transpor

aminoglikosida (Brunton, et.al., 2008).


D. Efek Samping Aminoglikosida
Reaksi toksik dapat terjadi pada SSP berupa:
1. Efek Ototoksik
Efek ototoksik terjadi pada saraf otak ke 8 (nervus auditorius) yang

mengenai komponen vestibular dan akustik.Setiap aminoglikosida

berpotensi menyebabkan dua efek toksik dalam derajat yang berbeda.—

Streptomisin dan gentamisin lebih mempengaruhi vestibular. Neomisin,


kanamisin, amikasin dan dihidrostreptomisin lebih mempengaruhi

akustik.Tobramisin mempengaruhi akustik dan vestibular.


a) Gangguan vestibular:
Gejala:
sakit kepala, pusing, mual, muntah gangguan keseimbangan
Pemulihan :
12-18 bulan ada yang menetap, dapat meluas ke ujung serabut saraf

kohlea.
Dosis toksik:
2 g sehari selama 60-120 hari kejadian toksik sampai 75%
1 g sehari selama 60-120 harikejadian toksik sampai 25 %
b) Gangguan akustik:
Gangguan tidak langsung di kedua telinga sekaligus ttp bertahap.

Dapat berkembang jadi tuli saraf.Kerusakan berupa degenarasi sel

rambut organ corti.Gangguan akustik terjadi pada anak-anak.


Gejala awal : tinnitu
Frekuensi kejadian:
-Streptomisin 4-15%
-Gentamisin, amikasin, tobramisin 25 %
-Kanamisin 30%
Neomisin paling sering menimbulkan tuli saraf.
Neomisin topikal 5% juga dapat menimbulkan tuli saraf.
2. Efek Nefrotoksik
Gejala lain pada SSP adalah gangguan pernafasan. Kadar plasma yang

menimbulkan efek toksik tidak jauh dari kadar yang dibutuhkan untuk

efek terapi. Penyesuaian dosis dapat dilakukan dengan memperpanjang

interval pemberian atau mengurangi dosis, atau keduanya.


Gejala:
-Kemampuan ginjal menurun
-Protein uria ringan
-Filtrasi glomerulus menurun
-Nekrosis tubuli berat ditandai dengan kenaikan
-kreatinin, hipokalemia, hipokalsemia.
-Gangguan terjasi reversibel
Nefrotoksik
Terkuat : Neomisin
Terlemah : Streptomisin
Efek neurotoksik lain: Streptomisin i.p menyebabkan gangguan

pernafasan.
E. Interaksi Dengan Obat Lain

Menembus dinding
Aminoglikosida Berikatan dengan Keduanya memiliki
sel bakteri dan
(Amikasin, Antijamur ergosterol pada efek nefrotoksik
mengikatkan diri pada
1. Gentamisin, (Amphoterisin B, membrane sel yang sehingga dapat terjadi Adi
ribosom bakteri
Tobramisin) Imipenem) mempunyai gugus adisi efek nefrotoksik.
sehingga sintesis
sterol. Amphoterisin B
protein terganggu
menurunkan klirens
aminoglikosida.

Ototoksisitas -
diuretik dapat
menyebabkan
kerusakan pada
Menembus dinding
Aminoglikosida telinga dan gangguan
Diuretik sel bakteri dan Menghambat
(Kanamisin, pendengaran, tapak
(Asam etakrinat, mengikatkan diri pada reabsorpsi ion Na, K
2. Streptomisin, kerja aminoglikosida Adi
Bumetanid, ribosom bakteri dan Cl serta air di
Gentamisin, pada jaringan sel
Furosemid) sehingga sintesis lengkung henle
Neomisin) rambut pada telinga
protein terganggu
memudahkan
penetrasi diuretik
pada jaringan
cochlear.
Menembus dinding Memblok otot
sel bakteri dan pernafasan –
Menekan pengeluaran
Aminoglikosida Preeclampsia mengikatkan diri pada aminoglikosida dan
3. asetilkolin pada motor Adi
(Gentamisin) (Magnesium sulfat) ribosom bakteri ion magnesium punya
endplate
sehingga sintesis aktivitas pemblok
protein terganggu neuromuskular.
Menembus dinding Menekan secara
sel bakteri dan langsung sel T helper
Imunosupresan mengikatkan diri pada subsets dan menekan Adi
4. Aminoglikosida Nefrotoksik
(Siklosporin) ribosom bakteri secara umum gis
sehingga sintesis produksi limfokin-
protein terganggu limfokin
5. Aminoglikosida Gallium Menembus dinding - Nefrotoksik Adi
sel bakteri dan
mengikatkan diri pada
ribosom bakteri
sehingga sintesis
protein terganggu
Menembus dinding
sel bakteri dan
mengikatkan diri pada Menghambat kerja Kemungkinan depresi
6. Aminoglikosida Malathion Adi
ribosom bakteri kolinesterase terhadap pernafasan
sehingga sintesis asetilkolin
protein terganggu
Menembus dinding
sel bakteri dan
Menghambat
Agen pemblok mengikatkan diri pada Peningkatan pemblok
7. Aminoglikosida pengikatan dan efek Adi
neuromuskular ribosom bakteri neuromuskular
dari ACh ke reseptor
sehingga sintesis
protein terganggu
Menembus dinding
sel bakteri dan Merusak membran
Nefrotoksisitas;
mengikatkan diri pada dalam dan membran
8. Aminoglikosida Polimiksin peningkatan pemblok Adi
ribosom bakteri luar dari bakteri gram
neuromuskular
sehingga sintesis negatif
protein terganggu
Aktivitas pemblok
9. Gentamisin Pancuronium Relaksan otot Depresi pernafasan Adi
neuromuskular
Menghambat sintesa
Menembus dinding
dinding sel bakteri
sel bakteri dan
dengan mengganggu Nefrotoksik-
mengikatkan diri pada
10. Gentamisin Cephalothin cross-linking akhir mekanisme belum Adi
ribosom bakteri
peptidoglikan dan dapat dipastikan.
sehingga sintesis
mengaktifkan enzim
protein terganggu
otolitik dinding sel.
Menembus dinding Menghambat sintesis
sel bakteri dan DNA virus dengan
mengikatkan diri pada memperlambat
11. Kanamisin Cidofovir Nefrotoksik Adi
ribosom bakteri kemudian
sehingga sintesis menghentikan
protein terganggu perpanjangan rantai
Menembus dinding
sel bakteri dan
Menghambat Depolarisasi dan non-
mengikatkan diri pada
12. Kanamisin Atracurium transmisi depolarisasi relaksan Adi
ribosom bakteri
neuromuskular otot
sehingga sintesis
protein terganggu

Menembus dinding
sel bakteri dan
Mencegah sintesis
Mesalamine/ mengikatkan diri pada
13. Kanamisin histamine seperti Nefrotoksik Adi
apriso ribosom bakteri
prostaglandin dll
sehingga sintesis
protein terganggu

14. Aminoglikosida NSAID Menembus dinding Menghambat enzim Peningkatan kadar Pote
(Amikasin, (Indometasin, sel bakteri dan cyclooxygenase aminoglikosida –
Gentamisin) Ibuprofen) mengikatkan diri pada (COXs) NSAID menghambat
ribosom bakteri
filtrasi glomerulus
sehingga sintesis
aminoglikosida.
protein terganggu
Menembus dinding
sel bakteri dan
Kemungkinan
mengikatkan diri pada Menghambat sintesis
15. Aminoglikosida Vankomisin nefrotoksisitas dan Pote
ribosom bakteri dinding sel
ototoksisitas
sehingga sintesis
protein terganggu

E. Daftar Pustaka
Brunton, L., Parker, K., Blumenthal, D., and Buxton, I. (2008). Goodman & Gilman’s

Manual of Pharmacology and Therapeutics. USA: The McGraw-Hill Companies,

Inc. Pages 751, 753


Ganiswarna, S.G. (1999). Farmakologi dan Terapi. Edisi V. Bagian Farmakologi

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Halaman 661


Jawetz, E., Melnick, J.L. and Adelberg, E.A.. (2008). Medical Microbiology, 23rd Ed.

The McGraw-Hill Companies, Inc


Katzung, B. G. (1998). Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi VI. Penerbit buku

kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai