Anda di halaman 1dari 17

Hormon Tiroid

Oleh : - Mazida Zulfah Alfit (006) - Putriyanny Ratnasari (029)


- Pravyanti Suci Syahphira (008) - Sonia Maria Yustisia Gultom (039)
- Nurin Shabrina (022)
1. Biokimia Hormon Tiroid

Produk sekresi sel asinar tiroid adalah


Tetra-iodotironin (tiroksin, T4) dan
Triiodotironin ( T3).

Fungsi kelenjar tiroid dikontrol oleh


hormon tropik TSH (thyroid stimulating
hormone) yang disekresikan oleh
kelenjar hipofisis anterior.
1. Biokimia Hormon Tiroid

Hormon utama kelenjar tiroid yaitu tiroksin yang berupa tetraiodotironin


(T4), dan triiodotironin (T3). Kedua hormon itu merupakan senyawa yang
berasal dari asam amino tirosin. Hormone ini mengandung iodin dimana
iodine (I) merupakan bahan mentah yang esensial yang berupa iodida untuk
sintesis hormon tiroid. Iodida yang diserap diubah menjadi iodine.
Hormone tiroksin yang dihasilkan adalah hasil iodinisasi molekul tirosin
yang terikat pada tiroglobulin. Untuk dapat melakukan iodinisasi, diperlukan
molekul iodium yang aktif.
Molekul iodium aktif berasal dari iodide yang diambil melalui proses
transport aktif yang memerlukan energi. Proses pengambilan iodida secara
aktif tersebut dikenal dengan proses idodida trapping.
1. Biokimia Hormon Tiroid

Iodide yang telah ditangkap akan dioksidasi oleh enzim peroksida


menjadi iodium aktif sebelum berkonjugasi dengan gugus terminal tirosin-
tiroglobulin. Proses ini menggunakan suatu simporter atau pompa iodida
yang disebut simporter NA+/I (NIS) yang mengangkut Na+ dan I ke dalam sel
melawan gradient elektrokimia untuk I. NIS merupakan protein membran
yang mempunyai 12 segmen yang menembus membran, dan yang gugus
amino dan gugus karboksilnya berada di dalam sel. Iodium esensial untuk
fungsi normal tiroid, tetapi baik defisiensi maupun kelebihan Iodium dapat
menghambat fungsi tiroid.
1. Biokimia Hormon Tiroid

Sintesis Hormon Tiroid


Di dalam koloid terdapat molekul tiroglobulin yang mengandung 123 gugus
tirosin. Hanya 4- 8 gugus tirosin saja yang nantinya bereaksi membentuk hormon
tiroid.
Setelah dimasukkan ke dalam koloid sebagian melalui protein pendrin yang
merupakam Cl-/I- exchanger, iodide dioksidasi menjadi iodine dan diikat oleh
tirosin yang merupakan bagian dari molekul tiroglobulin pada posisi karbon 3.
Tiroglobulin dibentuk di dalam sel-sel tiroid (thyrocytes) dan disekresi melalui
proses eksositosis dalam bentuk granule yang juga berisi thyroid peroxidase,
suatu enzim yang mengoksidasi dan mengikatkan iodine pada tirosin.
1. Biokimia Hormon Tiroid

Hormon tiroid yang terbentuk tetap menjadi bagian tiroglobulin sampai


disekresikan. Sebelum disekresikan, maka koloid akan direabsorpsi oleh sel tiroid
melalui endositosis, ikatan peptide akan ihidrolisis, dan T4 dan T3 bebas
dikeluarkan ke kapiler.
Dalam proses sintesis hormone tiroid, produk yang paling awal yaitu
monoiodotirosin (MIT). Kemudian MIT mengalami iodinasi pada karbon 5 menjadi
diiodotirosin (DIT). Kemudian terjadi oksidasi kondensasi DIT yang menghasilkan
T4. Sedangkan T3 mungkin terbentuk oleh kondensasi MIT dan DIT. Pada kelenjar
tiroid manusia, distribusi rata-rata senyawa iodine yaitu 23% MIT, 33% DIT, 35%
T4, dan 7% T3.
Ion iodide (I-) dari darah masuk ek sel
folicullar tiroid melalui protein
integral NIS (Natrium-Iodide
Symporter).
Ion iodide (I-) akan dibawa ke
membrane apical untuk bereaksi
dengan tiroksin peroksidase dan Tgb
(protein thyroglobulin) dengan
transporter pendrin (PD).
Anion iodide ini akan mengalami
oksidasi menjadi ion I+ dengan
katalis tiroid peroksidase.
Ion I+ dengan protein thyroglobulin
akan mengalami penguraian menjadi
MIT (Monoiodotyrrosine) dan DIT
(Diiodotyrosine).
MIT dan DIT akan bergabung
menjadi residu T3 dan T4.
Residu T3 dan T4 ini akan disimpan
kembali pada Tgb yang nantinya akan
dilepas dengan rangsangan dari TSH
(Tyroid stimulating hormone) melalui
pinositosis.
1. Biokimia Hormon Tiroid

Ratio T4:T3 sekitar 13:1. normalnya, kelenjar tiroid mensekresi sekitar 80 hingga 100 g T4
dan sekitar 5 g T3 per hari.
T3 lebih utama daripada T4 sebagai bentuk aktif dari hormone tiroid dalam tubuh.
Plasma half-life dari T4 sekitar 7 hari danT3 sekitar 1 sampai 1,5 hari. Plasma half-life ini
realtif lama karena ikatan T3 dan T4 untuk beberapa transport protein pada darah.
Thyroid-binding globulin (TGB) memiliki afinitas terbesar untuk hormone dan membawa
sekitar 70% ikatan T3 dan T4. hanya 0,03% dari total T4 dan 0,3% dari total T3 dalam
keadaan ikatan bebas. Ikatan bebas ini yang memiliki aktivitas karena hanya bentuk ini
yang mampu berdifusi melewati membrane sel target untuk berinteraksi dengan reseptor
intraseluler.
Hormon tiroid terdegradasi di hati, ginjal, otot dan jaringan lainnya oleh deiodinasi yang
menghasilkan komponen tanpa aktivitas bilogi.
2. Sekresi Hormon Thyroid

T3 dan T4 dilepaskan dari Tgb yang dikontrol oleh TSH dari hipofisis anterior. TSH
menstimulasi endositosis dari Tgb menuju vesikel endositosis dalam sel acinar
tiroid. Lisosom melebur bersama vesikel dan lisosom protease menghidrolisis Tgb,
membebaskan T4 dan T3 bebas ke dalam darah dengan rasio 10:1.

Sekresi TSH terjadi pada pola circadaian, gelombang mulai sore hari dan
memuncak sebelum mulai tidur dan juga disekresikan dengan cara berdenyut.
2. Sekresi Hormon Thyroid

TSH merangsang semua fase sintesis hormon tiroid (perangkap iodida, organisasi
iodida, kopling MIT dan DIT, endositosis Tgb, dan proteolisis Tgb untuk
melepaskan T3 dan T4)

Mekanisme aksi utama dari TSH dimediasi dengan mengikat TSH ke G protein-
coupled receptor -> meningkatkan aktivasi CAMP dan Ca2 + -> aktivasi fosfolipase
C -> jalur MAP kinase
2. Sekresi Hormon Thyroid

Protein besar Tgb yang mengandung T3 dan T4 di sambungan peptida akan


disimpan secara ekstraseluler di koloid yang mengisi ruang utama dari setiap
tiroid folikel. Setiap rekasi biologi akan membebaskan dan akhirnya mensekresi
T3 dan T4 yang mengarah ke pembentukan di Tgbs.
2. Sekresi Hormon Thyroid

Sekresi TSH menghalangi tingkat T3 bebas dalam sistem sirkulasi yang turun
hanya mencapai kritikal sel, kemudian sinyalakan melepaskan TSH. Mekanisme
feedback akan menjamin suplay yang tidak terputus dari T3 yang secara biologis
aktif bebas di darah. Level tinggi dari T3 akan menghalangi pelepasan TRH dari
hipotalamus.
3. Efek Fisiologis Hormon Tiroid

A. Efek hormon tiroid pada hati


Beberapa kerja hormon tiroid mempengaruhi metabolisme karbohidrat dan lipid di hati.
Hormon tiroid meningkatkan sintesis kolesterol dan glikolisis dan juga meningkatkan
perubahan kolesterol menjadi garam empedu. Karena meningkatkan sensitivitas
hepatosit terhadap tindakan glukoneogenik dan glikogenolitik dari ephinephine, secara
tidak langsung juga meningkatkan produksi glukosa hepar.
B. Efek hormon tiroid pada adiposit
T3 memperkuat efek dan kerja lipolitik dari efinerfin pada sel lemak. Tiroid juga memiliki
efek bipolar pada penyimpanan lipid karena itu meningkatkan ketersediaan glukosa pada
sel lemak. Hal yang penting dalam tingkat lipogenesis bukan T3 melainkan jumlah
glukosa dan insulin yang tersedia untuk sintesis triasilgliserol.
3. Efek Fisiologis Hormon Tiroid

C. Efek hormon tiroid pada otot


Dalam konsentrasi fisiologis, T3 meningkatkan penyerapan glukosa oleh sel otot. Juga
menstimulasi sintesis protein dan karena itu terjadi pertumbuhan otot melalui ekspresi
gen. hormon tiroid memberikan kepekaan sel otot pada kerja glikogenolitik dari efinerfin.
D. Efek hormon tiroid pada pankreas
Hormon tiroid meningkatkan sensitivitas dari beta sel pankreas pada stimulus yang
mendukung pelepasan insulin dan ini penitng agar sekresi insulin optimal.
4. Efek kalorigenik dari Hormon Tiroid

Proses oksidasi bahan bakar tubuh mengubah sekitar 25% energi potensial yang ada
dalam makanan yang dikonsumsi manusia ke ATP (adenosine triphosphate).
Proses dalam tubuh manusia yang relatif tidak efisien ini memicu produksi panas sebagai
konsekuensi dari penggunaan pangan sebagai bahan bakar
Ketidakefisienan ini, sebagian, memungkinkan hewan homeoterm untuk
mempertahankan suhu tubuh tetap konstan meskipun kondisi lingkungan berubah
dengan cepat.
Respon akut terhadap paparan dingin adalah menggigil, yang mungkin merupakan akibat
meningkatnya aktivitas sistem saraf simpatik sebagai respon terhadap stimulus yang
extrem.
4. Efek kalorigenik dari Hormon Tiroid

Hormon thyroid berpartisipasi dalam respon akut tersebut dengan cara meningkatkan
sensitivitas (kepekaan) sistem saraf simpatis terhadap efek stimulasi dari paparan dingin
Kemampuan yang dimiliki T3 untuk meningkatkan produksi panas berkaitan dengan
kerjanya di jalur oksidasi bahan bakar, yang keduanya berefek menghasilkan ATP dan
melepaskan energi sebagai panas
Efek dari T3 pada sistem saraf simpatis salah satunyaadalah meningkatkan penglepasan
norepinephrine
Norepinephrine merangsang protein thermogenin yang tidak tersusun (uncoupling) dalam
jaringan adiposa coklat (Brown Adipose Tissue (BAT)), sehingga menghasilkan peningkatan
produksi panas dari pembentukan fosforilasi oksidatif
Sangat sedikit residu brown fat yang tetap ada pada manusia dewasa normal.
4. Efek kalorigenik dari Hormon Tiroid

Noerepinehrine juga meningkatkan permeabilitas Na+ di BAT dan otot rangka.


Karena peningkatan jumlah Na+ dalam sel berpotensi beracun untuk sel, maka Na-, K+
ATPase dirangsang untuk mentransport Na+ keluar dari sel sebagai ganti K+
peningkatan hidrolisis ATP oleh Na+, K+ ATPase merangsang lebih banyak oksidasi
bahan bakar dan regenerasi ATP dan juga panas dari fosforilasi oksidatif.
Dalam kurun waktu yang lebih lama, hormon tiroid juga meningkatkan kadar Na+, K-
ATPase dan banyak enzim oksidasi bahan bakar. Karena, bahkan, pada suhu kamar
normal, ATP yang digunakan oleh Na+, K+ ATPase menyumbang 20% atau lebih dari
tingkat metabolisme basal (BMR)kita, perubahan aktivitasnya dapat menyebabkan
peningkatan produksi panas yang relatif besar.

Anda mungkin juga menyukai