Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

“BASAL METABOLIC RATE”

Oleh :

Nama : Baiq hayya inas fatrany (020.06.0008)


Berlian dwi arini oktafianingsih (020.06.0011)
Dimas arya sentana(020.06.0019)

Kelas :A
Kelompok Tutor
:2
: dr. Dian Rahadianti S.Ked, M.Biomed Siti Ruqayyah, S.Si, M.Sc.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
2021

1
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Cover...................................................................................................................1
Daftar Isi.............................................................................................................................2
Topik 1 “Metabolisme dan Hormon Tiroid”.................................................................3
Pendahuluan........................................................................................................................3
Tujuan Pembelajaran..........................................................................................................5
Alat dan Bahan....................................................................................................................5
Cara Kerja...........................................................................................................................6
Hasil Pengamatan...............................................................................................................11
Pembahasan........................................................................................................................11

Referensi.............................................................................................................................17

2
PRAKTIKUM FISIOLOGI
BLOK SISTEM ENDOKRIN DAN METABOLISME

Topik 1 “ Metabolisme dan Hormon Tiroid”


Pendahuluan
Metabolisme merupakan sejumlah reaksi biokimiawi yang berlangsung di dalam tubuh.
Metabolisme meliputi proses anabolisme dan katabolisme. Anabolisme adalah pembentukan
molekul-molekul kecil menjadi struktur molekul kompleks melalui reaksi enzimatik. Energi
tersimpan dalam ikatan kimia ketika molekul kompleks yang lebih besar terbentuk.
Katabolisme merupakan pemecahan molekul-molekul kompleks menjadi molekul yang
lebih kecil melalui reaksi enzimatik. Pemecahan ikatan kimia pada katabolisme akan melepaskan
energi yang digunakan sel untuk sejumlah aktivitas seperti membentuk ATP. Sel tidak
menggunakan semua energi hasil pemecahan ikatan. Kebanyakan energi dilepaskan dalam bentuk
panas untuk mempertahankan kestabilan suhu tubuh khususnya pada manusia. Manusia adalah
organisme homeotermik yang membutuhkan suhu tubuh normal untuk mempertahankan aktivitas
berbagai jalur metabolik dalam tubuh.
Hormon yang penting bagi metabolisme dan pertahanan panas tubuh adalah tiroksin
(hormon tiroid), yang juga dikenal sebagai tetraiodotironin atau T4. Tiroksin disekresikan oleh
kelenjar tiroid yang terletak di area leher (lihat Gambar 1).

Gambar 1. Kelenjar tiroid yang berbentuk seperti dasi kupu-kupu di area leher

3
Produksi tiroksin diatur oleh kelenjar hipofisis anterior yang mensekresikan thyroid
stimulating hormone (TSH). Darah membawa TSH menuju jaringan target yaitu kelenjar tiroid,
yang kemudian akan membesar dan mensekresikan tiroksin ke sirkulasi. Jika konsentrasi TSH

4
terlalu tinggi maka kelenjar tiroid akan membesar. Pembesaran kelenjar pada leher ini disebut
goiter.
Hipotalamus juga berperan penting dalam produksi TSH dan tiroksin. Hipotalamus
sebagai kelenjar endokrin primer mensekresikan sejumlah hormon yang mempengaruhi hipofisis.
Thyrotropin releasing hormone (TRH) secara langsung berhubungan dengan sekresi TSH dan
tiroksin. TRH dari hipotalamus menstimulasi hipofisis anterior untuk memproduksi TSH, yang
kemudian merangsang tiroid memproduksi tiroksin.
Peristiwa ini merupakan bagian dari mekanisme umpan balik negatif. Ketika kadar
tiroksin sirkulasi rendah, hipotalamus mensekresikan lebih banyak TRH untuk menstimulasi
hipofisis anterior mensekresikan lebih banyak TSH. Peningkatan TSH selanjutnya merangsang
sekresi tiroksin dari kelenjar tiroid. Kadar tiroksin yang meningkat akan mempengaruhi
hipotalamus untuk mereduksi produksi TRH.
TRH bergerak dari hipotalamus menuju kelenjar hipofisis melalui sistem portal
hipotalamik-hipofisis. Susunan pembuluh darah terspesialisasi ini terdiri dari vena portal tunggal
yang menghubungkan dua capillary beds. Sistem portal hipotalamik-hipofisis membawa banyak
hormon lainnya dari hipotalamus menuju kelenjar hipofisis. Hipotalamus secara umum
mensekresikan hormon-hormon tropik yang menstimulasi sekresi hormon lainnya. TRH
merupakan salah satu contoh hormon tropik karena merangsang pelepasan TSH dari kelenjar
hipofisis. TSH sendiri juga merupakan hormon tropik karena menstimulasi produksi tiroksin
(lihat Gambar 2).

Gambar 2. Peran dari hormon-hormon tropik

5
Pada aktivitas ini, kalian akan mengamati pengaruh tiroksin dan TSH pada laju metabolik
tikus. Laju metabolik ditentukan oleh jumlah oksigen yang dikonsumsi tikus per waktu per massa
tubuh. Kalian akan melakukan empat percobaan pada tiga ekor tikus, yaitu tikus normal, tikus
yang mengalami tiroidektomi (kelenjar tiroid sudah diangkat), dan tikus yang mengalami
hipofisektomi (kelenjar hipofisis sudah diangkat). Kalian akan menentukan (1) laju metabolik
basal tikus, (2) laju metabolik tikus setelah diinjeksikan tiroksin, (3) laju metabolik tikus setelah
diinjeksikan TSH, dan (4) laju metabolik tikus setelah diinjeksikan propiltiourasil, yaitu obat
yang menghambat produksi tiroksin.

Tujuan Pembelajaran
1. Untuk memahami istilah metabolisme, laju metabolik basal (BMR), thyroid stimulating
hormone (TSH), tiroksin, goiter, hipotiroidisme, hipertiroidisme, tiroidektomi, dan
hipofisektomi
2. Untuk mengamati bagaimana mekanisme umpan balik negatif meregulasi pelepasan hormon
3. Untuk memahami peran tiroksin dalam mempertahankan laju metabolik basal
4. Untuk memahami pengaruh TSH pada laju metabolik basal
5. Untuk memahami peran hipotalamus dalam regulasi sekresi tiroksin dan TSH

Alat dan Bahan


1. Tiga spuit isi ulang – digunakan untuk injeksi tikus dengan propiltiourasil (suatu obat
yang menghambat produksi tiroksin dengan cara blocking penggabungan iodin ke
molekul prekursor hormon), TSH, dan tiroksin
2. Ruang gelas dengan sirkulasi udara yang ketat – menyediakan suatu sistem terisolasi dan
tertutup untuk mengukur jumlah konsumsi oksigen tikus per satuan waktu
3. Soda lime (terdapat pada dasar ruang gelas) – absorbsi karbon dioksida yang dikeluarkan
tikus
4. Manometer – tabung berbentuk U yang mengandung cairan (ketika tikus mengkonsumsi
oksigen dalam sistem tertutup, cairan ini akan naik pada sisi kiri dari tabung U dan
menurun pada sisi kanan tabung)

6
5. Spuit – digunakan untuk menginjeksi udara ke dalam tabung dan mengukur jumlah udara
yang diperlukan untuk mengembalikan kolom cairan pada manometer ke level awal
6. Timbangan hewan – digunakan untuk mengukur massa tubuh
7. Tiga ekor tikus putih – seekor tikus normal, seekor tikus tiroidektomi (Tx), dan seekor
tikus hipofisektomi (Hypox)

Cara Kerja
Bagian 1: Menentukan Laju Metabolik Basal (BMR)
1. Pindahkan tikus normal ke dalam ruang gelas untuk menentukan laju metabolik basalnya,
seperti tampak pada Gambar 3.

Gambar 3. Praktikum Simulasi Topik 1 Bagian 1


2. Tekan ‘weigh’ untuk menentukan massa tubuh tikus.
3. Tekan penjepit pada tabung kiri (bagian atas dari ruang gelas) untuk menutupnya. Hal ini
akan mencegah udara dari luar masuk ke dalam ruang gelas dan memastikan bahwa tikus
bernapas hanya menggunakan oksigen yang terdapat dalam sistem tertutup tersebut.
4. Atur timer menjadi 1 (satu) menit menggunakan tombol + dan –. Tekan ‘start’ yang
terletak di bawah timer untuk mengukur jumlah konsumsi oksigen tikus dalam satu menit
pada ruang tertutup. Catat apa yang terjadi pada kadar air dalam manometer ketika waktu
berjalan.
5. Tekan tombol T-konektor untuk menghubungkan manometer dan spuit berisi oksigen.

7
6. Tekan penjepit pada tabung kiri (bagian atas dari ruang gelas) untuk membuka sehingga
tikus dapat bernapas kembali dengan udara luar.
7. Amati perbedaan yang terjadi antara kadar pada lengan kiri dan lengan kanan manometer.
Estimasi volume O2 yang dibutuhkan untuk injeksi sehingga kadar cairan setara antar sisi
lengan. Volume ini akan ekuivalen dengan jumlah oksigen yang dikonsumsi tikus selama
semenit dalam ruang tertutup.
Tekan tombol + di sisi kanan tampilan ml O2 hingga mencapai volume yang
diestimasikan. Selanjutnya, tekan ‘inject’ dan perhatikan apa yang terjadi pada cairan
dalam kedua lengan. Jika tingkatan volume telah sama, kata ‘Level’ akan muncul dan
tetap bertahan pada layar.
• Jika oksigen yang diinjeksikan tidak cukup banyak, kata ‘Level’ tidak akan muncul.
Tekan + untuk meningkatkan volume dan kemudian tekan ‘inject’ kembali.
• Jika oksigen yang diinjeksikan terlalu banyak, kata ‘Level’ akan tampak sekilas dan
berikutnya menghilang. Tekan tombol – untuk mengurangi volume dan kemudian
tekan ‘inject’ kembali.
8. Hitung konsumsi oksigen per jam untuk tikus menggunakan rumus berikut ini.
Masukkan hasil perhitungan konsumsi oksigen per jam ke dalam kotak kosong yang telah
ml O2 yang dikonsumsi/1 menit x 60 menit/jam = ml O2/jam
disediakan dan tekan ‘submit data’ untuk menampilkan hasil pada laporan.
9. Hitung laju metabolik per kg berat badan menggunakan rumus berikut ini.

Laju metabolik (ml O2/kg/jam) = (ml O2/jam)/massa dalam


kg
Masukkan hasil perhitungan laju metabolik ke dalam kotak kosong yang telah disediakan
dan tekan ‘submit data’ untuk menampilkan hasil pada laporan.
10. Tekan ‘palpate thyroid’ untuk melakukan simulasi pengecekan secara manual ukuran
tiroid dan apakah terdapat goiter atau tidak. Setelah menyelesaikan seluruh proses, tekan
‘record data’ untuk menampilkan hasil dalam tabel.
11. Pindahkan tikus dari ruang gelas kembali ke kandangnya, selanjutnya tekan ‘restore’ (di
bawah palpate thyroid) untuk mengembalikan apparatus ke kondisi awal.
12. Ulangi Langkah 1-11 untuk masing-masing tikus tiroidektomi (Tx) dan tikus
hipofisektomi (Hypox).

8
Bagian 2: Menentukan Pengaruh Tiroksin pada Laju Metabolik
13. Injeksikan spuit berisi tiroksin pada tikus normal di daerah bagian kaki belakang dan
pinggang (lihat Gambar 4). Pada percobaan ini, efek injeksi terjadi serta merta (pada lab
basah, injeksi tiroksin pada tikus harus dilakukan setiap hari selama 1-2 minggu).

Gambar 4. Praktikum Simulasi Topik 1 Bagian 2


14. Ulangi Langkah 1-10 untuk pengukuran massa tubuh, konsumsi oksigen per jam, dan laju
metabolik per kg berat badan.
15. Pindahkan tikus dari ruang gelas kembali ke kandangnya, selanjutnya tekan ‘clean’ untuk
membersihkan sisa tiroksin dari tikus dan spuit. Pada percobaan ini, tiroksin dibersihkan
secara instan (pada lab basah, clearance membutuhkan waktu mingguan untuk diproses).
16. Injeksikan spuit berisi tiroksin pada tikus tiroidektomi (Tx) di daerah bagian kaki
belakang dan pinggang.
17. Ulangi Langkah 1-10 untuk pengukuran massa tubuh, konsumsi oksigen per jam, dan laju
metabolik per kg berat badan.
18. Pindahkan tikus dari ruang gelas kembali ke kandangnya, selanjutnya tekan ‘clean’ untuk
membersihkan sisa tiroksin dari tikus dan spuit.
19. Injeksikan spuit berisi tiroksin pada tikus hipofisektomi (Hypox) di daerah bagian kaki
belakang dan pinggang.
20. Ulangi Langkah 1-10 untuk pengukuran massa tubuh, konsumsi oksigen per jam, dan laju
metabolik per kg berat badan.

9
21. Pindahkan tikus dari ruang gelas kembali ke kandangnya, selanjutnya tekan ‘clean’ untuk
membersihkan sisa tiroksin dari tikus dan spuit.
Bagian 3: Menentukan Pengaruh TSH pada Laju Metabolik
22. Injeksikan spuit berisi TSH pada tikus normal di daerah bagian kaki belakang dan
pinggang (lihat Gambar 5). Pada percobaan ini, efek injeksi terjadi serta merta (pada lab
basah, injeksi TSH pada tikus harus dilakukan setiap hari selama 1-2 minggu).

Gambar 5. Praktikum Simulasi Topik 1 Bagian 3


23. Ulangi Langkah 1-10 untuk pengukuran massa tubuh, konsumsi oksigen per jam, dan laju
metabolik per kg berat badan.
24. Pindahkan tikus dari ruang gelas kembali ke kandangnya, selanjutnya tekan ‘clean’ untuk
membersihkan sisa TSH dari tikus dan spuit. Pada percobaan ini, TSH dibersihkan secara
instan (pada lab basah, clearance membutuhkan waktu mingguan untuk diproses).
25. Injeksikan spuit berisi TSH pada tikus tiroidektomi (Tx) di daerah bagian kaki belakang
dan pinggang.
26. Ulangi Langkah 1-10 untuk pengukuran massa tubuh, konsumsi oksigen per jam, dan laju
metabolik per kg berat badan.
27. Pindahkan tikus dari ruang gelas kembali ke kandangnya, selanjutnya tekan ‘clean’ untuk
membersihkan sisa TSH dari tikus dan spuit.
28. Injeksikan spuit berisi TSH pada tikus hipofisektomi (Hypox) di daerah bagian kaki
belakang dan pinggang.

10
29. Ulangi Langkah 1-10 untuk pengukuran massa tubuh, konsumsi oksigen per jam, dan laju
metabolik per kg berat badan.
30. Pindahkan tikus dari ruang gelas kembali ke kandangnya, selanjutnya tekan ‘clean’ untuk
membersihkan sisa TSH dari tikus dan spuit.
Bagian 4: Menentukan Pengaruh Propiltiourasil pada Laju Metabolik
31. Injeksikan spuit berisi propiltiourasil pada tikus normal di daerah bagian kaki belakang
dan pinggang (lihat Gambar 6). Pada percobaan ini, efek injeksi terjadi serta merta (pada
lab basah, injeksi propiltiourasil pada tikus harus dilakukan setiap hari selama 1-2
minggu).

Gambar 6. Praktikum Simulasi Topik 1 Bagian 4


32. Ulangi Langkah 1-10 untuk pengukuran massa tubuh, konsumsi oksigen per jam, dan laju
metabolik per kg berat badan.
33. Pindahkan tikus dari ruang gelas kembali ke kandangnya, selanjutnya tekan ‘clean’ untuk
membersihkan sisa propiltiourasil dari tikus dan spuit. Pada percobaan ini, propiltiourasil
dibersihkan secara instan (pada lab basah, clearance membutuhkan waktu mingguan
untuk diproses).
34. Injeksikan spuit berisi propiltiourasil pada tikus tiroidektomi (Tx) di daerah bagian kaki
belakang dan pinggang.
35. Ulangi Langkah 1-10 untuk pengukuran massa tubuh, konsumsi oksigen per jam, dan laju
metabolik per kg berat badan.
36. Pindahkan tikus dari ruang gelas kembali ke kandangnya, selanjutnya tekan ‘clean’ untuk

11
membersihkan sisa propiltiourasil dari tikus dan spuit.

12
37. Injeksikan spuit berisi propiltiourasil pada tikus hipofisektomi (Hypox) di daerah bagian
kaki belakang dan pinggang.
38. Ulangi Langkah 1-10 untuk pengukuran massa tubuh, konsumsi oksigen per jam, dan laju
metabolik per kg berat badan.
39. Pindahkan tikus dari ruang gelas kembali ke kandangnya, selanjutnya tekan ‘clean’ untuk
membersihkan sisa propiltiourasil dari tikus dan spuit.

Hasil Pengamatan
1. Tabel Data Metabolisme dan Hormon Tiroid
Massa ml ml BMR (ml
No Tikus Palpasi Injeksi
(gr) O2/menit O2/jam O2/kg/jam)
1 Normal 251 7.0 420.00 1673.31 No Mass Tidak ada
2 Tx 244 6.2 372.00 1524.59 No Mass Tidak ada
3 Hypox 245 6.3 378.00 1542.86 No Mass Tidak ada
4 Normal 251 8.3 498.00 1984.06 No Mass Tiroksin
5 Tx 244 7.8 468.00 1918.03 No Mass Tiroksin
6 Hypox 245 7.7 462.00 1885.71 No Mass Tiroksin
7 Normal 251 7.9 474.00 1888.45 Mass TSH
8 Tx 244 6.3 378.00 1549.18 No Mass TSH
9 Hypox 245 7.8 468.00 1910.20 Mass TSH
10 Normal 251 6.2 372.00 1482.07 Mass Ptu
11 Tx 244 6.4 384.00 1573.77 No Mass Ptu
12 Hypox 245 6.3 378.00 1542.86 No Mass Ptu

Pembahasan

1. Manakah tikus yang memiliki BMR tercepat? Mengapa?


Dari hasil percobaan diatas, didapatkan tikus yang memiliki BMR tercepat adalah tikus
yang normal yaitu 1673,31 ml O2/kg/hr. Hal ini dikarenakan pada tikus normal kelenjar tiroid dan
hipofisis masih berfungsi dengan normal sehingga dapat memproduksi hormone tiroksin. Hormon
ini memiliki fungsi meningkatkan laju metabolic basal atau BMR ( Basal Metabolic Rate).
Hormoon tiroid atau tiroksin ini dapat meningkatkan aktivitas metabolisme hampir diselur

13
jaringan

14
tubuh. Sehingga apbila sekresi hormon ini banyak, maka laju metabolisme basal akan meningkat
hingga 60-100% diatas nilai normal. Pada tikus normal stimulasi TRH oleh hipotalamus tetap
dapat merangsang Hipofisis untuk mengeluarkan hormon TSH yang berfungsi untuk
mengaktifkan sekresi hormon tiroid pada kelenjar tiroid. Sehingga apabila Hormon tiroid
diproduksi dalam jumlah yang banyak maka BMR akan semakin cepat.

2. Mengapa terdapat perbedaan antara laju metabolik tikus normal dan tikus
yang mengalami tindakan pengangkatan organ?

Karena pada tikus normal masih dihasilkanya tiroksin oleh kelenjar tiroid. Yang dimana
hormon ini memiliki fungsi dalam meningkatkan laju metabolik dan produksi panas pada
tubuh. Sekresi hormon tiroid dimulai dari adanya rangsangan stress maupun aklimatisasi yang
akan merangsang hipotalamus untuk mensekresikan hormon TRH. Hormon TRH ini akan
berfungsi dalam pengaktifan hipofisis anterior dalam menyekresikan TSH, yakni hormon yang
berfungsi dalam menjaga kestabilan struktur integral sel dan berfungsi dalam merangsang
pengeluaran hormon-hormon tiroid. Lalu hormon tiroid yang dihasilkan akan menginhibisi
hipotalamus maupun hipofisis anterior sebagai mekanisme negative feedback.
Pada tikus Tx yaitu tikus yang telah mengalami tiroidektomi (pengangkatan kelenjar
tiroid) laju metabolik basal (BMR) lebih rendah dari tikus normal 1524,59 mlO2/kg/hr. Hal ini
dikarenakan kelenjar thyroid yang diangkat, yang dimana kelenjar tersebut merupakan kelenjar
yang menghasilkan hormon thyroid yaitu tiroksin. Sehingga apabila kelenjar tiroid diangkat,
maka hormon tiroid yang diproduksi akan sangat rendah, yang berakibat pada penurunan basal
metabolik rate (BMR).
Kemudian pada tikus Hypox yaitu tikus yang telah mengalami hipofisektomi
(pengangkatan kelenjar hipofisis) juga memiliki laju metabolic basal yang rendah yaitu 1542,
59 ml O2/kg/hr. Hal ini dikarenakan kelenjar hipofisis ini merupakan tempat bagi TRH (
Thyroid Releasing Hormone) untuk menyekresikan hormon TSH ( Thyroid Stimulating
Hormone). TSH bekerja dengan merangsang sintesis dan pelepasan hormon thyroid. Oleh
karena, apabila kelenjar hipofisis tikus tersebut telah diangkat, maka sintesis hormon tiroid
akan semakin menurun karena tidak adanya hormon TSH yang dilepaskan oleh kelenjar
hipofisis, sehingga akan terjadi penurunan BMR. Dengan dilakukannya pengangkatan organ
pada kedua tikus tersebut maka besar kemungkinan kedua tikus tersebut mengalami kondisi
hipotiroidisme (penurunan kadar hormon tiroid) pada saat pengujian tanpa injeksi hormon.
15
3. Apa pengaruh injeksi tiroksin pada BMR tikus normal?

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, hormon tiroksin yang merupakan hormon tiroid
yang memiliki fungsi dalam mengatur metabolisme sel, merangsang konsumsi O2 pada sebagian
besar sel di tubuh, membantu mengatur metabolisme lemak dan karbohidrat, dan memiliki efek
penting dalam pertumbuhan. Sebelum tikus normal diberikan injeksi tiroksin, tikus tersebut sudah
memiliki laju metabolic yang tinggi (normal) daripada tikus yang lain karena tidak terdapat
adanya pengangkatan pada kelenjar thyroid maupun pada hipofisisnya, yang dimana hormon
tiroksin masih dihasilkan sesuai kebutuhan. Untuk itu, pada saat tikus normal tersebut diberikan
injeksi tiroksin, maka laju metaboliknya akan menjadi lebih tinggi lagi karena tiroksin akan
meningkatkan metabolisme seluler karbohidrat, lipid, dan protein yang dimana BMR juga akan
meningkat. Sehingga, apabila tikus normal terus diberikan injeksi hormon tiroksin dengan dosis
yang tinggi maka akan menyebabkan terjadinya hipertiroidisme.

4. Apa pengaruh injeksi tiroksin pada BMR tikus tiroidektomi? Apakah dosis tiroksin lebih
tinggi, sama, atau lebih rendah, jika dibandingkan dengan tikus normal?

Sebelumnya tikus yang kelenjar thyroidnya diangkat memiliki BMR yang rendah yakni
1524.59 ml O2/kg/hr. Pada tikus tiroidektomi hormon tiroksin berfungsi untuk menutupi
kekurangan tubuh dalam metabolisme makanan sehingga akan terjadi peningkatan BMR. Karena
TSH menemukan reseptornya yaitu hormon tiroksin. Pada awalnya tikus ini mengalami
hipotiroidisme, namun setelah diinjeksi dengan hormon tiroksin tikus ini menjadi hipertiroidisme.
Untuk dosis pemberian tiroksin pada tikus ini sama dengan tikus yang normal, namun apabila
dosis yang diberikan sangat tinggi maka kemungkinan akan menyebabkan terjadinya
hipertiroidisme karena dosis yang diberikan terlalu banyak dari yang dibutuhkan. Dan pada tikus
tiroidektomi ini setelah diinjeksi tiroksin tidak terdapat goiter karena injeksi tiroksin menyebabkan
peningkatan tiroksin namun kelebihan tersebut merangsang umpan balik di hipofisis.

5. Apa pengaruh injeksi tiroksin pada BMR tikus hipofisektomi? Apakah dosis tiroksin
lebih tinggi, sama, atau lebih rendah, jika dibandingkan dengan tikus normal?

Pada tikus dengan kondisi hipofisektomi akan mengalami kekurangan hormon tiroksin. Hal
ini disebabkan oleh hilangnya organ hipofisis yang berfungsi dalam pengeluaran hormon TSH
untuk
16
merangsang pengeluaran hormon tiroksin oleh kelenjar tiroid. Injeksi dari tiroksin akan menutupi
kekurangan hormon tiroksin akibat dari kekurangan sekresi hormon TSH, sehingga injeksi
hormon tiroksin ini akan meningkatkan laju BMR. Untuk dosis pemberian tiroksin pada tikus ini
sama dengan tikus yang normal, namun apabila dosis yang diberikan sangat tinggi maka
kemungkinan akan menyebabkan terjadinya hipertiroidisme karena dosis yang diberikan terlalu
banyak dari yang dibutuhkan. Dan pada tikus hipofisektomi ini setelah diinjeksi tiroksin tidak
terdapat goiter karena injeksi tiroksin menyebabkan peningkatan tiroksin namun kelebihan
tersebut merangsang umpan balik di hipofisis.

6. Apa pengaruh injeksi TSH pada BMR tikus normal?

Injeksi hormon TSH pada tikus normal akan merangsang sekresi dari hormon tiroid yang
mengakibatkan kenaikan angka BMR dari angka semula. Saat dilakukan palpasi, akan teraba
adanya massa pada kelenjar tiroid. Hal ini dapat terjadi karena penambahan dari TSH yang
dimasukkan ke dalam tikus akan membuat TSH yang ada akan bertambah terlebih lagi tikus yang
diinjeksikan merupakan tikus normal yang secara fisiologis masih dapat mengeluarkan TSH karena
kelenjar thyroid dan kelejar hipofisisnya masih berfungsi.

7. Apa pengaruh injeksi TSH pada BMR tikus tiroidektomi? Apakah dosis TSH lebih tinggi,
sama, atau lebih rendah, jika dibandingkan dengan tikus normal?

Penginjeksian hormon TSH pada tikus tiroidektomi tidak menunjukkan kenaikan angka
BMR yang signifikan dan tetap tidak mampu menghilangkan kondisi hipotiroidisme pada tikus.
Karena pada tikus tiroidektomi tidak memiliki kelenjar thyroid yang dapat menghasilkan hormon
tiroksin sehingga pemberian TSH tidak akan berpengaruh karena TSH yang diinjeksikan tidak
dapat menemukan reseptornya sehingga TSH tersebut tidak berfungsi.

8. Apa pengaruh injeksi TSH pada BMR tikus hipofisektomi? Apakah dosis TSH lebih
tinggi, sama, atau lebih rendah, jika dibandingkan dengan tikus normal?

Hormon TSH dihasilkan oleh hipofisis anterior yang nantinya akan berfungsi untuk
meningkatkan aktivitas kerja dari sel folikular kelenjar tiroid termasuk sekresi hormon tiroid.
Pemberian hormon TSH pada tikus hipofisektomi menyebabkan kenaikan angka pada BMR yang
melebihi angka BMR pada tikus normal. Namun, pada tikus hipofisektomi yang diinjeksikan TSH
17
menunjukkan adanya massa pada saat dilakukan palpasi. Hal ini dapat disebabkan oleh TSH yang
diberikan akan menstimulasi hormon tiroid untuk diproduksi sehingga jumlahnya akan berlebih.
Kelebihan hormon TSH yang menyebabkan terjadinya penambahan massa pada kelenjar tiroid.
Dosis yang diberikan pada tikus hipofisektomi harus lebih tinggi daripada tikus normal karena
tikus dengan kondisi hipofisektomi tidak dapat menghasilkan hormon TSH sejumlah tikus normal.

9. Apa pengaruh injeksi propiltiourasil pada BMR tikus normal, tikus tiroidektomi, dan
tikus hipofisektomi?

Propiltiourasil (PTU) merupakan obat antitiroid atau obat yang menghambat produksi
tiroksin. Komponen utama dalam pembentukan hormon tiroid adalah terjadinya pengikatan iodida
oleh sel folikular kelenjar tiroid. Namun Propiltiourasil bekerja menghambat enzim peroksidase
sehingga mencegah pengikatan iodium pada tirosin. Propiltiourasil yang diinjeksikan pada tikus
yang diuji cobakan dengan berbagai kondisi akan membuat iodida tidak terikat pada sel folikular
sehingga otomatis hormon tiroid tidak akan terbentuk. Propiltiourasil merupakan suatu obat yang
diberikan kepada pasien dengan kondisi hipertiroid sehingga hormon tiroid yang dikeluarkan
dapat dikontrol.
Pada tikus normal, injeksi propiltiourasil menunjukkan hasil penurunan BMR sehingga
tikus normal dalam hal ini mengalami kondisi hipotiroidisme dan teraba massa pada kelenjar
tiroidnya. Sedangkan Pada tikus tiroidektomi tidak didapatkan hasil yang signifikan. Hal ini
dikarenakan Propiltiourasil bekerja dengan menghambat sintesis hormon tiroksin, sedangkan pada
tikus tiroidektomi kelenjar thyroidnya sudah tidak ada yang berperan sebagai tempat sekresi
tiroksin. Sehingga tikus ini tetap dalam keadaan hipotiroidisme sama seperti pada saat tidak
diinjeksikan zat apapun. Pada tikus hipofisektomi juga mengalami kondisi yang sama dengan tikus
tiroidektomi. Hal ini karena hilangnya organ hipofisis yang berfungsi dalam pengeluaran hormon
TSH untuk merangsang pengeluaran hormon tiroksin oleh kelenjar tiroid. Yang artinya
seberapapun jumlah tiroksin yang dihasilkan oleh kelenjar thyroid, tidak mempengaruhi laju
metabolisme karena tidak adanya hormon tiroksin yang dilepaskan oleh kelenjar tiroid akibat dari
tidak dihasilkannya hormon yang menstimulasi kelejar thyroid yaitu TSH oleh hipofisis.

10. Mengapa goiter dapat muncul pada percobaan jika dikaitkan dengan pemberian
perlakuan injeksi?

18
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, setelah dilakukan injeksi ada 3 tikus yang
terdapat massa (goiter) pada kelanjar tiroidnya. 3 tikus tersebut adalah tikus normal yang diinjeksi
TSH, tikus hipofisektomi yang di injeksi TSH, dan tikus normal yang di injeksi propiltiourasil.
Pada tikus normal yang diinjeksikan TSH terjadi hipertiroid dan terdapat goiter saat dipalpasi.
Goiter tersebut muncul karena pada tubuh tikus normal sudah terdapat TSH, jadi saat diinjeksikan
TSH maka akan kelebihan sehingga terjadi goiter. Sekresi TSH yang berlebihan akan jelas disertai
oleh gondok dan sekresi berlebihan T3 dan T4 karena stimulasi pertumbuhan tiroid yang
berlebihan. Karena kelenjar tiroid dalam situasi ini juga mampu berespons terhadap kelebihan
TSH disertai peningkatan sekresi hormone maka pada gondok ini terjadi hipertiroidisme.
Pada tikus hipofisektomi terjadi hipertiroid, pada tubuhnya tidak terdapat produksi TSH
sehingga saat diinjeksikan TSH, BMR akan meningkat, ada goiter karena di tubuh tikus
hipofisektomi masih terdapat kelenjar tiroid sehingga ketika diinjeksikan TSH maka terjadi
kelebihan TSH sehingga memaksa tiroid untuk menghasilkan tiroksin akibatnya terjadi hipertrofi
kelenjar tiroid. “TSH bekerja pada tiroid untuk meningkatkan laju sekresi mereka. Jika sel tiroid
tidak dapat mengeluarkan hormon karena kurangnya enzim esensial atau iodium, seberapapun
jumlah TSH tidak akan mampu menginduksi sel-sel ini untuk mengeluarkan T3 dan T4. Namun,
TSH tetap dapat menyebabkan hipertrofi dan hiperplasia tiroid, dengan konsekuensi terjadinya
pembesaran paradoks kelenjar (yaitu, goiter) meskipun produksi kelenjar tetap kurang”.
Pada tikus normal mengalami hipotiroid setelah pemberian PTU karena PTU menghambat
konversi T4 menjadi T3. Propiltiouracil selain mengurangi sintesis hormon, juga menghambat
deiodinisasi tiroksin menjadi triiodotironin di perifer. Sehingga tubuh akan kekurangan tiroksin
Gagalnya tiroid memproduksi hormone tiroid yang cukup menyebabkan hipotiroidisme. Pada
tikus normal terdapat goiter karena goiter terjadi karena kadar hormon tiroid dalam darah
sedemikian rendah sehingga tidak terdapat inhibisi umpan-balik negatif di hipofisis anterior dan
karenanya sekresi TSH meningkat. TSH bekerja pada tiroid untuk meningkatkan laju sekresinya.
Jika sel teroid tidak dapat mengeluarkan hormon karena kurangnya enzim esensial atau iodium,
seberapapun jumlah TSH tidak akan mampu menginduksi sel-sel ini untuk mengeluarkan T3 dan
T4. Namun, TSH tetap dapat menyebabkan hipertrofi dan hiperplasia tiroid, dengan konsekuensi
terjadinya pembesaran paradoks kelenjar (yaitu, goiter) meskipun produksi kelenjar tetap kurang.

19
REFERENSI

Tortora, Gerard J., 2014 ,Dasar Anatomi & Fisiologi, Edisi 13, EGC : Jakarta.

Sherrwood, L .2013, Atlas Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, Edisi 8, EGC: Jakarta.

Guyton & Hall. 2014. Fisiologi Kedokteran. Ed-12. Jakarta: EGC.

Decroli,Eva & Alexander Kam. 2017. Dampak Klinis Thyroid Stimulating Hormone. Bagian
Penyakit dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang.

Imawati , Nurul & Dr.drh. Claude Mona Airin,MP. Efek Induksi Hipotiroid dengan
Propilthyouracil. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Dr.dr. Made Wardhana, Sp.KK (K). 2016. Pengantar Psikoneuroimunologi, Vaikuntha


International Publication, Bali.

20

Anda mungkin juga menyukai