DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
Irwin Ardiansah Fakar (016.06.0004)
Farrah Cahya Ramadhani (016.06.0037)
Sugiarti Rizki Utami (018.06.0046)
K. Laksmi Anggadewi (018.06.0058)
Dinda Novita Magfiroh (018.06.0060)
Gusti Putu Satya Diva Pradana (018.06.0072)
Ahmad Tristan Amartya (018.06.0074)
Dewa Ayu Kade Veren Pramesti (018.06.0080)
Restu Kurniawan (018.06.0082)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya dan dengan kemampuan yang kami miliki, penyusunan makalah SGD
(Small Group Discussion) LBM 1 yang berjudul ‘KAKIKU NYERI’ dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini membahas mengenai hasil SGD lembar belajar mahasiswa
(LBM) 1 yang berjudul ‘KAKIKU NYERI’ meliputi seven jumps step yang dibagi
menjadi dua sesi diskusi. Penyusunan makalah ini tidak akan berjalan lancar tanpa
bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terimakasih kepada:
1. dr. Sukandriani Utami,S.Ked Sebagai dosen fasilitator kelompok SGD 6
yang senantiasa memberikan saran serta bimbingan dalam pelaksanaan
SGD.
2. Sumber literatur dan jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi kami
dalam berdiskusi.
3. Keluarga yang kami cintai yang senantiasa memberikan dorongan dan
motivasi.
Mengingat pengetahuan dan pengalaman kami yang terbatas untuk
menyusun makalah ini, maka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Skenario LMB 1 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pembahasan Permasalahan pada Skenario 2
2.2. Pembahasan Diagnosa Banding 4
2.3. Pembahasan Diagnosa Kerja 5
2.3.1. Pendahuluan dari Osteomyelitis 10
2.3.2. Epidimiologi dari Osteomyelitis 10
2.3.3. Patofisiologi dari Osteomyelitis 10
2.3.4. Pemeriksaan Fisik dari Osteomyelitis 11
2.3.5. Pemeriksaan Penunjang dari Osteomyelitis 12
2.3.6. Tatalaksana dari Osteomyelitis 14
2.3.7. Prognosis dari Osteomyelitis 15
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan 16
DAFTAR PUSTAKA 17
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang :
1
BAB 2
PEMBAHASAN
Pada skenario didapatkan keluhan utama dari pasien adalah tungkai bawah
nyeri, bengkak, dan mengeluarkan nanah. Jika dikaitkan dengan tungkai bawah,
maka yang masuk ke pikiran kita adalah bagian ekstremitas bawah setelah lutut
(otot dan tulang serta jaringan sekitarnya). Kemudian dari anamnesis didapatkan
pasien memiliki ada riwayat trauma yang menyebabkan kita untuk memikirkan
bahwa nyeri yang ditimbulakn ini disebabkan oleh trauma tersebut, dan salah satu
hal yang dapat terjadi akibat trauma adalah dislokasi, fraktur, cidera otot, cidera
vaskular, dam cidera saraf.
2
Inflamasi merupakan salah satu cara dari sistem imun manusia untuk
melindungi dirinya. Inflamasi terjadi karena benda asing yang masuk ke dalam
tubuh tersebut akan menstimulasi sel darah putih seperti neutrofil, makrofag, dan
sel mast, untuk mensekresikan faktor-faktor inflmasi, salah satunya adalah
prostaglandin, histamin, leukotrins, dan sitokinin. Akibatnya bukan hanya
menimbulkan rasa sakit, tapi juga akan meninkatkan permeabilitas dan diameter
dari pembuluh darah di daerah yang terdapat benda asing tersebut, sehingga
menyebabkan aliran darah pada lokasi tersebut akan meningkat, dan
menyebabkan hiperemi (warna kulit akan tampak lebih merah. Dengan
meningkatnya permeabilitas pembuluh darah di lokasi tersebut menyebabkan
cairan akan menumpuk di lokasi tersebut sehingga lokasi tersebut akan tampat
bengkak. (Abbas, 2015)
Nanah atau yang dikatan sebagai pus, merupakan hasil nekrotisasi dari
jaringan yang diakibatkan oleh infeksi dan kerja imun tubuh manusia, Ketika
terjadi infeksi maka patogen yang menyebakan infeksi akan menyerang jaringan
tubuh manusia, jaringan yang terserang akan menyelami cidera jaringan, dan jika
jaringan tersebut mengalami cidera yang cukup besar dan irreversible, makan
besar kemungkiannya untuk membuat jaringan tersebut mengalami nekrotisasi,
makan jika jaringan yang mengakami nekrotisasi ini diakumulasikan akan
menjadi nanah atasu pus. (Robbins. 2016)
3
dimiliki oleh pasienlah yang menyebabkan fraktur tersebut. Namun, riwayat
trauma tersebut terjadi sejak 7 bulan yang lalu, sedangkan penyembuhan tulang
pada umumnya berdurasi sekitar 2-3 bulan, maka hal inilah yang membuat
mengganjal apalagi ditambah lagi dengan masih adanya inflamasi pada tungkai
bawah pasien. Pada umumnya fase penyembuhan tulang dengan callus memiliki
fase yaitu, hematoma, inflamasi, soft callus, hard callus, dan remodelling.
Inflamasi pada penyembuhan tulang seharunya terjadi pada 2-3 minggu setelah
fraktur terjadi. Maka ada hal yang menyebabkan inflamasi tetap terjadi. Hal ini
mugnkin berkaitan dengan adanya luka terbuka dari pasien yang mungkin
menandakan bahwa pasien pernah mengalami fraktur terbuka sebelumnya, dan
sekarang fraktur terbuka tersebut menyebabkan komplikasi yaitu adanya infeksi
pada tulang. (Guyton. 2016.)
4
disebabkan oleh parasite, jamur dan demam, dan kaku.
mikroorganisme bakteri tetapi yang Osteomyelitis kronik :
yang bersifat paling sering Nyeri yang tidak spesifik
infeksisus karena infeksi dan tidak berhubungan
bakteri piogenik dengan aktivitas,
tertentu. bengkak dengan
Staphylococcus didapatkan sedikit
aureus penyebab meningkat suhunya,
tersering dari nyeri lokal, sinus yang
osteomyelitis aktif mengeluarkan
dengan kultur cairan, abses jaringan
positif lunak atau jaringan parut
dari pembedahan atau
luka sebelumnya, dan
malaise.
Diagnosa yang kami ambil berdasarkan data yang diperoleh dari skenario,
kami menetapkan bahwa kelompok kami memilih diagnosa kerja pasien adalah
Ostemyelitis Kronis. Kami memilih karena keluhan, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang dari skenario lebih mengarah ke osteomyelitis.
Osteomyelitis ini terjadi di tungkai bawah dari pasien berikut penjabaran anatomi
dari tungkai bawah
ANATOMI
5
Tulang Pendek (Ossa Brevia), contohnya Ossa Carpalia dan Ossa Tarsalia
Tulang pipih (Ossa Plana), contohnya iga (Costae), Sternum, Scapula,
Pelvis , dan tulang tulang tengkorak.
Tulang Berisi Udara (Ossa Pneumatika), contohnya Os Frontale, Os
ethmoidhale, Maxilla, os spenoidhale
Tulang tak beraturan (ossa irregularia, tidak dapat di golongkan ke dalam
tulang jenis lain ) contohnya vertebrae, mandibular
Tulang sesamoid (Ossa sesamoidea, tulang – tulang yang menempel di
tendon), misalnya patella, os piriformis
Tulang- Tulang asesori
(Sobotta, 2012)
Secara anatomis, bagian proksimal dari tungkai bawah antara pelvis dan
patella adalah paha (femur); bagian antara lutut dan pergelangan kaki adalah
tungkai (Crus).
6
a. Femur
Caput femoris
Collum femoris
Trochanter major
Trochanter minor
Corpus femoris
Epicondylus lateralis
Epicondylus medialis
Facies patelaris
Fossa intercondylaris
b. Tibia
Condylus lateralis
Condylus medialis
Tuberositas tibiae
Corpus tibiae
7
Malleolus medialis
Margo anterior
Margo posterior
c. Fibula
Caput fibulae
Collum fibulae
Corpus fibulae
Malleolus lateralis
Facies lateralis
Crista medialis
8
d. Tulang Kaki
Calcaneus
Os naviculare
Os cuneiforme mediale
Os metatarsi
Os phalanx
9
2.3.1 Pendahuluan dari Osteomyelitis
10
penyakit primer dari pasien, kondisi sistem imun pasien, lokasi, dan kondisi
pembuluh darah pada tulang. (Gross et al. 2017)
11
Pada pemeriksaan fisik dilakukan tiga hal penting, yakni inspeksi / look:
deformitas (angulasi, rotasi, pemendekan, pemanjangan), bengkak. Palpasi / feel
(nyeri tekan, krepitasi). Status neurologis dan vaskuler di bagian distalnya juga
diperiksa. Lakukan palpasi pada daerah ekstremitas tempat fraktur tersebut,
meliputi persendian diatas dan dibawah cedera, daerah yang mengalami nyeri,
efusi, dan krepitasi. Neurovaskularisasi bagian distal fraktur meliputi : pulsasi
arteri, warna kulit, pengembalian cairan kapiler, sensasi. Pemeriksaan gerakan /
moving dinilai apakah adanya keterbatasan pada pergerakan sendi yang
berdekatan dengan lokasi fraktur. (Apley, 2013)
12
pemasanangan prostesis dan implan karena gambaran yang
kurang jelas akibat mekanisme scattered.(Michno et al, 2018)
MRI : merupakan suatu pemeriksaan tunggal yang paling
efektif untuk menemukan infeksi pada tulang. ( Sudoyo, 2016)
Radionuklir (bone scan) : Biasanya ditujukan terutama untuk
osteomielitis yang bersifat multifokal,dengan sensitivitas lebih
dari 98% dan spesifisitas mencapai lebih dari 70%. Pada
pemeriksaan bone scan dapat terlihat adanya peningkatan
uptake yang biasanya dapat disimpulkan adanya inflamasi.
Peningkatan uptake ini tidak hanya terjadi pada proses
inflamasi, namun dapat terjadi juga pada lempeng epifisis
sebagai lempeng pertumbuhan sehingga sukar untuk
membedakan proses inflamasi dan fisiologis dari epifisis itu
sendiri. (Mans N et al, 2018)
b. Histopatologi
Mikroorganisme penyebab osteomielitis dapat diketahui dengan
melakukan pemeriksaan kultur dan histopatologi yang berasal dari
tulang yang terkena. Biopsi dan kultur untuk osteomielitis harus
mencakup tulang yang terkena, dan tidak melalui daerah sinus atau
ulkus karena rawan terkontaminasi bakteri flora normal kulit. Hal ini
juga berlaku untuk luka neuropati pada kaki osteomielitis. (Mans N et
al, 2018)
Pada sebagian jaringan dilakukan pemeriksaan pewarnaan gram dan
Ziehl Nielssen untuk memberikan hasil yang lebih cepat dan
menyingkirkan penyebab mycobacterium. Pemeriksaan kultur yang
dilakukan adalah pemeriksaan aerob dan anaerob, dan bila tidak
ditemukan koloni kuman tumbuh, pemeriksaan dilanjutkan dengan
kultur mycobacterium dan fungus yang membutuhkan waktu lebih
lama. ( Apley, 2013)
13
2.3.6 Tatalaksana dari Osteomyelitis
14
jaringan lunak dan kulit yang terinfeksi ditutup dengan kombinasi
osteomusculocutaneous flap. (McBrigde S at el, 2018)
1.3.5 Prognosis
Prognosis dari Osteomielitis kronis adalah Dubia ad Malam, karena dalam
scenario frakturnya terbuka dan apabila fraktur terbuka tersebut tidak di berikan
penanganan yang baik maka akan menimbulkan banyak komplikasi komplikasi
yang akan memperburuk kondisi. (Rianti, 2016)
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan keluhan, hasil pemeriksaan fisik dan penunjang yang terdapat
di dalam skenario, ditambah dengan pembahasan diagnosa banding, epidemiologi,
patofisiologi kami mendiagnosa bahwa pasien menderita osteomyelitis kronis dan
harus mendapatkan penatalaksanaan yang baik dan benar sesuai yang ada pada
makalah ini.
16
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, A.K., Lichtman, A.H., Pillai, S., 2015. Imunologi Dasar Abbas : Fungsi
dan Kelainan Sistem Immun, Ed. 5., Jakarta : Elseiver Saunder
Appley, G.A & Salmon, Louis. 2013. Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. Jakarta:
Widya Medika
Guyton, C. Arthur & Jhon, E. Hall. 2016. Guyton and Hall : Textbook of Medical
Physiology, Ed.13. Jakarta : ECG
Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. 2016. Buku Ajar Patofisiologi Robbins, Ed.9.
Jakarta : Elseiver Saunders
Sobbota., 2012. Sobbota Atlas Anatomi Manusia. Edisi 23. Jakarta : ECG
17
Sudoyo AW, Setiohadi B, Alwi, Simadibrata M, Setiati S. 2014. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Edisi VI. Jakarta : Interna Publishing.
18