KELOMPOK 9 KELOMPOK 10
Ananda Hanny Anjani Widyasintia
Asmiladita Pridilla Ardhea Pramesti
Fasya Athalia Theda Tanujaya
Maxius Gunawan Silviana Rezki Umami
Putri Alvi Aisyah Theresia Thiofani
Solita Yuki Charisa Diah Iswari
Hormon Tiroid
• Kelenjar tiroid terletak di atas trakea tepat
di bawah laring yang berbentuk seperti
dasi pita sehingga kelenjar ini terlihat
seperti kupu-kupu.
b.Kardiovaskular
c.Thermogenesis
• Menghasilkan panas
• Obligatory thermogenesis terjadi akibat adanya peningkatan BMR yang
diakibatkan peningkatan jumlah T3 dalam peredaran darah.
• Facultative thermogenesis merupakan panas yang dihasilkan akibat paparan
suhu dingin
d.Pertumbuhan
• efeknya pada hormon pertumbuhan (GH) dan IGF-I. Selain reseptor TSH, tirosit
mengekspresikan reseptor untuk IGF-I, EGF, dan faktor pertumbuhan lainnya.
• Setelah diambil oleh kelenjar tiroid, iodida mengalami
serangkaian reaksi enzimatik yang menggabungkannya
•
ke dalam hormon tiroid aktif
Langkah pertama adalah transportasi iodida ke dalam
Sintesis
kelenjar tiroid oleh protein membran dasar sel folikel
intrinsik yang disebut sodium / iodide symporter (NIS). Hormon
Proses ini dapat dihambat oleh anion seperti tiosianat
(SCN¯), pertechnetate (TcO₄¯), dan perklorat (ClO₄¯). Tiroid
• Pada membran sel apikal, iodida dioksidasi oleh
peroksidase tiroid menjadi iodin, yang membentuknya
dengan cepat iodinisasi residu tirosin dalam molekul
tiroglobulin untuk membentuk monoiodotyrosine (MIT)
dan diiodotyrosine (DIT)
• Peroksidase tiroidal secara sementara terhambat oleh
iodida intrathyroidal yang tinggi dan diblokir oleh obat-
obatan thioamide.
• Dua molekul DIT bergabung dalam molekul tiroglobulin
untuk membentuk L-tiroksin (T4). Satu molekul MIT dan
satu molekul DIT bergabung membentuk T3
• Tiroksin, T3, MIT, dan DIT dilepaskan dari tiroglobulin
oleh eksositosis dan proteolisis tiroglobulin di
perbatasan koloid apikal. Katzung, B. G. 2001. Basic and Clinical
• Rasio T4 ke T3 dalam thyroglobulin adalah sekitar 5:1, Pharmacology 8th edition. The McGraw Hill
sehingga sebagian besar hormon yang dilepaskan Companies : San Fransisco
adalah tiroksin. Sebagian besar T3 yang beredar dalam
darah berasal dari metabolisme perifer tiroksin
• Dari hipotalamussintesis
TRHrangsang hipofisis
anteriorTSHstimulasi
REGULASI
tiroidhormon tiroid
Diet
Faktor Risiko Gangguan Tiroid
Hipertiroid Hipotiroid
Jenis kelamin (perempuan lebih beresiko Usia dan jenis kelamin ( Perempuan di
dibanding laki-laki) usia diatas 60 tahun beresiko tinggi)
Genetic atau riwayat pribadi dari penyakit Genetik atau riwayat penyakit pribadi
autoimun. Misalnya rheumatoid arthritis, yang berkaitan dengan penyakit
lupus, atau penyakit celiac autoimun seperti diabetes tipe 1 atau
celiac,
Sedang atau mulai hamil Rewayat keluarga dari penyakit
Hashimoto’s tiroiditis atau penyakit
autoimun lainnya
Trauma yang diakibatkan kelenjar tiroid Kelainan kelenjar pituitary
Kekurangan vitamin D dan selenium Wanita hamil atau setelah melahirkan
beresiko tinggi
Mengonsumsi obat dengan jumlah yang Terlalu banyak mengonsumsi atau
tinggi seperti lithium, yang berfungsi sebagai terlalu sedikit mengonsumsi iodine.
penstabil mood) dan golongan iodine
• TSH serum merupakan tes awal yang terbaik untuk pengecekan fungsi tiroid. Pada kadar
TSH 0,5-4,0 mU/L merupakan fungsi tiroid normal.
• Pengukuran TSH ini banyak dilakukan karena
1. TSH adalah pusat dari sistem umpan balik negatif
2. Perubahan kecil dalam fungsi tiroid serum menyebabkan amplifikasi logaritmik dalam sekresi
TSH
3. Tes TSH Chemiluminescent (generasi ketiga) dapat mendeteksi kenaikan level TSH secara
signifikan, dan dapat mengukur nilai <0,1mU/L, sehingga membantu deteksi tirotoksikosis
subklinis
• TSH yang tinggi menunjukkan bahwa kerusakan fungsi kelenjar tiroid secara langsung
mempengaruhi hormon tiroid (hipotiroidisme primer).
• TSH tinggi (> 5,0 mU / L) diperlukan pengujian lebih lanjut, seperti penentuan T4 bebas
(FT4) atau indeks tiroksin bebas (FTI). Sedangkan TSH yang rendah, menunjukkan bahwa
tiroid yang terlalu aktif yang menghasilkan terlalu banyak hormon tiroid
(hipertiroidisme), namun juga dapat terjadi akibat kelainan pada kelenjar hipofisis, yang
mencegah TSH untuk merangsang hormon tiroid (hipotiroidisme sekunder).
Tes Total T4
Thyrotoxcosis
• Jaringan terpapar T4, T3, atau kedua hormon tersebut dalam jumlah yang tinggi
• TSH tidak dapat merespon terhadap feedback normal akibat adanya tumor pada
pituitari
• Tumor dapat mengeluarkan prolaktin dan hormon pertumbuhan
• Tumor amenorrhea, galactorrhea, atau menunjukkan gejala akromegali
Grave’s disease
• Limfosit T menstimulasi Limfosit B untuk mensintesis antibodi terhadap antigen
tiroid
• TSAb langsung bekerja melawan reseptor tirotropin pada permukaan membran
sel tiroid stimulasi pertumbuhan dan aktivitas biosintetik sel tiroid
• Immunoglobulin + reseptor cAMP aktif
Patofisiologi Hipertiroidisme
Toxic adenoma
• Massa tiroid tidak bergantung pada kontrol dari pituitari
• Ditandai dengan nodul yang membesar (diameter >3cm)
Multinodular goiter
• FT4 normal atau sedikit meningkat, FT3 dan T3 sangat meningkat
• Folikel otonom menghasilkan lebih banyak hormon tiroid dari pada
jumlah yang dibutuhkan
Painless thyroiditis
• Termasuk silent, lymphocytic, dan postpartum thyroiditis
• Etiologi belum diketahui secara mendalam, tetapi beberapa kasus
berkaitan dengan autoimun
Patofisiologi Hipertiroidisme
Thyrotoxicosis factitia
• Disebabkan karena konsumsi hormon tiroid
• Hormon tiroid digunakan untuk indikasi yang tidak tepat, dosis
berlebihan, konsumsi tidak disengaja, atau digunakan secara diam - diam
Amiodaron
• 2 tipe Iodine-induced (Tipe I) dan Inflammatroy thyroiditis (Tipe II)
• Iodine-induced : Pada pasien dengan penyakit tiroid
• Inflammatory thyroiditis : Kebocoran hormon tiroid ke dalam sirkulasi
• Mengintervensi 5’-deiodinase tipe I konversi T4 menjadi T3 berkurang
• Iodida dari obat juga mempengaruhi pengeluaran Iodium
• Menyebabkan tiroid destruktif dengan hilangnya tiroglobulin dan hormon
tiroid
Komplikasi
Komplikasi Stroke
Fibrilasi
kardiovaskul atrium emboli
ar sekunder
Thryrotoxic Kelainan reproduksi
(gynaecomastia,
periodic Osteoporosis penurunan fertilitas,
menstruasi ireguler)
paralysis
Leo, S. De, Lee, S. Y., & Braverman, L. E. (2016). Hyperthyroidism. Thyroid Disorders: Basic
Science and Clinical Practice,
Pengaruh Kalsitonin
terhadap Osteoporosis
Athalia Theda Tanujaya
1606924146
Sumber utama
• Parafollicular atau sel C pada kelenjar tiroid
• Disintesis juga pada jaringan lain, seperti paru – paru dan
saluran cerna
Fungsi
• Menurunkan kadar kalsium dalam darah
Mekanisme Kalsitonin Menurunkan
Kadar Kalsium
Menginhibisi absorbsi kalsium
terionisasi dari usus
Wang, C. (2013). The Relationship between Type 2 Diabetes Mellitus and Related Thyroid Diseases. Journal of Diabetes Research, 2013, 1-9.
doi:10.1155/2013/390534
Terapi Nonfarmakologi dan
Terapi Farmakologi
Hipertiroid
Ananda Hanny (1606924404)
Charisa Diah Iswari (1606875011)
Putri Alvi Aisyah ( 1606833091 )
Theresia Thiofani (1606896142)
TERAPI NONFARMAKOLOGI HIPERTIROID
Terapi Nonfarmakologi Hipertiroid
Thyroidectomy
Dipiro JT et al. 2008. Pharmacotherapy a Pathophysiologic Approach(7th ed). New York : McGraw-Hill
Neal, M.J. 2016. Medical Pharmacology at a Glance 8th ed. New Jersey: Wiley-Blackwell.
Terapi Farmakologi
Menghalangi
Menghambat
pelepasan
Sintesis
hormon dari
Hormon Tiroid
folikel
1. HIPERTIROID NEONATAL
• Pilihan terapi adalah methimazole (MMI) dengan dosis 0.2-0.5 mg/ kgBB/hari dibagi 1 sampai 3
dosis.
• Durasi terapi 2-4 minggu tapi bisa sampai 3 bulan.
• Jika MMI tidak tersedia atau terdapat efek samping terhadap MMI, maka bisa diberikan PTU hanya
untuk jangka pendek.
• Lugol iodine 1-3 tetes /hari bisa ditambahkan dalam kasus yang berat untuk menghambat sekresi
hormone tiroid.
• Jika terdapat gejala hiperaktivitas simpatetis seperti takikardi, hipertensi, kesulitan minum, maka
ditambahkan propranolol 2mg/kgBB/hari.
• Perawatan NICU diperlukan jika terdapat ketidakstabilan hemodinamik, gagal jantung atau gagal
nafas. Dalam kondisi ini bisa ditambahkan prednisolone 2 mg/kgBB dibagi 1-2 dosis terbagi.
• Pemberian terapi harus dititrasi sampai tercapai kondisi eutiroid.
• Pemberian Air susu ibu (ASI) tetap disarankan.
Yati, N.P., dkk. 2017. Diagnosis dan Tata Laksana Hipertiroid. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
2. HIPERTIROID PADA ANAK (GRAVE’s DISEASE)
• Obat antitiroid diberikan sebagai terapi pilihan utama pada anak dengan PG.
Methimazole (MMI): dosis 0,2 – 0,5 mg/kg hari dalam jangka waktu 1-2 tahun
Titrasi dosis dengan pedoman fungsi tiroid.
Sebelum pemberian obat anti-tiroid, periksa darah tepi lengkap, fungsi hepar
(bilirubin, transaminase dan alkali fosfatase).
Hentikan obat jika anak mengalami demam, atralgia, luka-luka di mulut,
faringitis atau malaise, dan dilakukan pengukuran hitung lekosit.
• Apabila tidak mengalami remisi dalam 2 tahun lakukan dievaluasi terhadap
kepatuhan pengobatan, efek samping obat, dan dievaluasi kembali pengobatan
yang diberikan. Dapat dipertimbangkan untuk dilakukan tiroidektomi.
• Jika dalam keadaan tidak tersedia MMI, maka bisa diberikan PTU dengan dosis
awal 5-7mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis dengan pengawasan ketat terutama terkait
dengan fungsi hati.
• PTU harus dihentikan jika kadar transaminase meningkat 2-3 kali lipat di atas kadar
normal dan gagal membaik dalam 1 minggu setelah diulang tes tersebut.
Yati, N.P., dkk. 2017. Diagnosis dan Tata Laksana Hipertiroid. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Tatalaksana Hipertiroid pada Ibu Hamil
dan Menyusui
• Obat yang direkomendasikan untuk ibu hamil adalah obat golongan thioamides.
RAI kontra indikasi dengan ibu hamil
• Propilthiourasil direkomendasikan selama trimester pertama kehamilan tetapi
dosis terapi harus dikurangi pada trimester ke-3 kehamilan
• Selama kehamilan umumnya dosis obat diturunkan atau penggunaan antitiroid
dihentikan untuk menjaga indeks serum free T4 berada sedikit diatas rentang
normal.
• Namun seiring dengan bertambahnya usia kehamilan penyakit Graves juga
semakin parah. Sehingga harus dimonitor fungsi tiroid pasien untuk menurunkan
kemungkinan fetal hyperthyroidism.
• Untuk ibu menyusui methimazol lebih direkomendasikan karena, PTU terdistribusi
di ASI.
Brunton, L., Chabner, B., & Knollman, B. (2011). Goodman & Gilman’s: The Pharmacological Basis of Therapeutics. United States:
The McGraw-Hill Companies, Inc.
Hipotiroid
Hipotiroidisme
• Hipotiroid adalah suatu sindrom klinis yang
terjadi akibat kurangnya produksi hormon
tiroid sehingga tidak dapat membuat hormon
tiroid yang cukup untuk menjaga tubuh
berjalan normal
• Orang mengalami hipotiroidisme jika mereka
memiliki terlalu sedikit kadar dari hormon
tiroid dalam aliran darah.
Prevalensi Hipotiroidisme
• Hipotiroid dapat terjadi pada perempuan dengan
prevalensi sekitar 1,5 % sampai 2 % serta pada laki-laki
sekitar 0,2 % dan dapat meningkat seiring
bertambahnya usia. (Dipiro, 2008).
• Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 melakukan
pemeriksaan kadar TSH, yang merupakan salah satu
penunjang diagnostik gangguan tiroid dan didapatkan
hasil bahwa 2,7% laki-laki dan 2,2% perempuan
memiliki kadar TSH tinggi yang menunjukkan
kecurigaan adaya hipotiroid. (kemenkes, 2015).
• Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional
(NHANES), prevalensi hipotiroidisme adalah 0,33-1%.
Clinical Presentation
• Hipotiroidisme dapat menyebabkan berbagai efek end-
organ dengan berbagai tingkat keparahan, mulai dari
individu yang sepenuhnya asimtomatik hingga pasien
yang koma dengan kegagalan multisistem.
• Pada orang dewasa manifestasinya bervariasi dan tidak
spesifik
• Pada anak-anak dapat menyebabkan keterbelakangan
pertumbuhan atau intelektual
• Tanda fisik : kulit dan rambut yang kasar, kulit dingin
atau kering, periorbital puffiness, bradikardia, dan
bicara lambat atau serak.
• Objective weakness (dengan otot proksimal lebih
terpengaruh dibanding otot distal) dan relaksasi
lambat dari reflex tendon dalam umum terjadi.
• Sebagian besar pasien dengan hipotiroidisme
sekunder akibat produksi TSH inadekuat memiliki
tanda-tanda klinis insufisiensi hipofisis
• Myxedema coma adalah konsekuensi langka dari
hipotiroidisme dekompensasi yang
dimanifestasikan oleh hipotermia
Gejala
Intoleransi Penambahan
Kulit kering Konstipasi
dingin berat badan
Kehilangan
Kekakuan ambisi atau
energi.
Kulit Pucat, dingin, bengkak, kuku dan rambut yang rapuh (aliran darah ke
ekstremitas tubuh berkurang)
Mata, muka Periobital edema, penurunan lipatan mata bagian atas (drooping
eyelids)
Sistem Peningkatan resistensi vascular perifer, detak jantung melambat,
kardiovaskuler aritmia (brakikardi), efusi pericardial (akumulasi cairan di rongga
pericardial)
Sistem Pleural effusion (air di dalam paru-paru), hipoventilasi, retensi CO2
respiratori
Sistem Penurunan nafu makan, berkurangnya frekuensi pergerakan bowel,
gastrointestinal ascites (penumpukan cairan yang abnormal di perut)
CNS Letargik, peambatan proses mental, neuropati
Sistem Kekakuan dan muscle fatigue, peningkatan alkalin phosphatase
muskuloskeletal
Sistem renal Ekskresi air yang terganggu, penurunan aliran darah renal, penurunan
laju filtrasi glomerulus
Sistem Penurunan eritropoiesis, anemia (normokromik, hiperkromik,
hematopoietic hipokromik) dapat terjadi karena penurunan produksi, kekurangan zzat
besi, penurunan absorbs asam folat
Sistem Hipermenorrhea, penurunan metabolism gonadal steroid, infertilitas,
reproduksi impotensi (penurunan tiroid dapat menurunkan level sex hormone-
binding globulin (SHBG) yang menyebabkan infertilitas, siklus
menstruasi irregular,dan fluid retention (kebanyakan hormone
testosterone pada laki-laki))
Sistem Penurunan laju metabolism basal, penundaan degradasi insulin dengan
metabolik sedikit peningkatan sensitivitas, kadar kolestrol dan trigliserida
meningkat, penurunan metabolism obat
Ardhea Pramesti -1606923912
PATOGENESIS HIPOTIROID
Patogenesis hipotiroid
• Secara umum, penyebab
hipotiroid ada tiga yaitu
– Hipotiroid primer
terdapat destruksi dan
inflamasi di kelenjar tiroid
– Hipotiroid sekunder
terjadi disfungsi di kelenjar
pituitary sehingga produksi
TSH menurun
– Hipotiroid tersier terjadi
disfungsi kelenjar hipofisis
yang tidk mampu
membentuk hormone TRH
Patogenesis
hipotiroid
• Hipotiroidise yang disebabkan
Primer malfungsi kelenjar tiroid : kadar
TH rendah, TSH dan TRH tinggi
Enzimatic
Thyroidectomy
Defect
Hashimoto thyroiditis
• Hashimoto thyroiditis adalah gangguan imunologi pada
individu yang memiliki predisposisi genetik. Dalam kondisi
ini, terdapat imunitas humoral dengan adanya antibodi
antitiroid dan sensitisasi limfosit terhadap antigen tiroid.
• Gejala klinis nya yaitu Hashimoto thyroiditis dapat
menghasilkan hipotiroidisme dengan atau tanpa gondok.
Beberapa pasien mungkin mengeluhkan perasaan sesak
atau merasa penuh pada leher.
• Indikator hashimoto thyroiditis adalah adanya autoantibodi
spesifik tiroid dalam serum. Tiga target utama untuk
antibodi tiroid adalah tiroglobulin (protein pembawa untuk
hormon tiroid), antigen mikrosomal tiroid (juga disebut
tiroid peroksidase) dan reseptor thyroid-stimulating
hormone (TSH
Patofisiol
ogi
Beberapa mekanisme yang memediasi
rusaknya tyrocyte :
• D8+ cytotoxic T cell–mediated cell death
: CD8 + sitotoksik Sel T dapat
menyebabkan kerusakan tyrocyte.
• Cytokine-mediated cell death: Aktivasi
sel T yang berlebihan menyebabkan
produksi sitokin inflamasi seperti
interferon-γ di kelenjar tiroid, dengan
perekrutan yang dihasilkan dan aktivasi
makrofag dan kerusakan folikel.
• Sel plasma : Penghasilan antibodi
Sistem autoimun
antitiroid. Mengikatnya antibodi
antitiroid (antithyroglob lin, dan
antitiroid peroksidase antibodi), diikuti
oleh antibodydependent cell–mediated
cytotoxicity
Defisiensi enzim
Nutrisi/diet
• Pasien harus menghindari makan sayuran Brassica yang mengandung
goitrogen tinggi (misal kol, lobak, kubis Brussel, rutabaga, brokoli,
bunga kol, bok choy). Millet, persik, kacang tanah, kacang pinus,
stroberi, bayam, dan akar singkong memiliki kadar goitrogen juga.
TERAPI FARMAKOLOGI HIPOTIROID
Tujuan dari pengobatan
Mengembalikan
konsentrasi
Meredakan gejala
hormon tiroid
normal di jaringan
Membalikkan
Mencegah defisit
biokimia abnormal
neurologis pada
pada
bayi baru lahir
hipotiroidisme
Terapi Famakologis Hipotiroid
1. Alami
– Thyroid USP (Amour Thyroid)
2. Sintetis
– Levothyroxine
– Liotyronine
– Liotrix
Levothyroxine Liothyronine
Liotrix
Levothyroxine (T4; L-thyroxine)
• Sintetik T4
• Stabil secara kimia, relatif murah, dan
bebas dari antigenitas, serta memiliki
potensi beragam obat pilihan
• Disebut juga sebagai prohormone siap
dan konsisten diubah menjadi T3
• Waktu paruhnya sekitar 7 hari sehingga
dapat diberikan dosis sekali sehari
• Dikonsumsi saat perut kosong karena
Cholestyramine, kalsium karbonat, sukralfat,
aluminium hidroksida, besi sulfat, formula kedelai,
suplemen serat makanan, dan kopi espresso
menurunkan absorpsinya.
• Obat-obat seperti rifampisin, phenytoin, dan
karbamazepin dapat meningkatkan metabolisme
dan memperpendek durasi aksinya.
Mekanisme Kerja
• Levothyroxine merupakan senyawa
tiroxin sintetis dalam bentuk garam
yang akan terhidrolisis menjadi tiroxin
sehingga obat ini digunakan untuk
terapi penyakit hipotiroidisme.
• Tiroxin T4 dalam bentuk bebas dapat
memasuki sel dengan cara difusi. Pada
jaringan perifer T4 dikonversi menjadi T3
oleh 5’deiodinase yang memiliki
aktivitas biologi yang lebih tinggi yang
kemudian akan berikatan dengan
reseptor tiroid yang berada dalam
nukleus sehingga memicu transkripsi
gen yang.
• Terjadinya transkripsi gen tersebut
berpengaruh pada berbagai jaringan.
Farmakokinetik
• Waktu paruh sekitar 7 hari
• Absorpsi kebanyakan di usus halus. Waktu
absorpsi maksimal 2 jam. Penyakit mukosa dapat
mengganggu dan mengurangi penyerapan
• Distribusi 11-15 L ekivalen dengan volume CES
tubuh
• Bioavailabilitas 80%
• Rifampisin, carbamazepine, dan mungkin fenitoin
dapat meningkatkan klirens T4
Dosis
• Dosis pemeliharaan rata-rata orang dewasa mendekati 125 mcg/hari
• Dosis awal tergantung individu, sebagian besar membutuhkan 1,7
mch/hari
– Pasien muda berpenyakit jangka panjang dan pasien >45 tahun tanya
penyakit jantung dimulai dari 50 mcg setiap hari dan meningkat 100
mcg setelah satu bulan
– Pasien yang lebih tua dan ada penyakit jantung 25 mcg perhari dititrsai
ke atas dengan peningkatan 25 mcg interval perbulan untuk mencegah
stress pada sistem kardiovaskular
Liothyronine (T3)
• Secara kimia murni dengan potensi yang diketahui
• Memiliki waktu paruh lebih pendek 1,5 hari
• Kelemahan : terdapat insiden cardiac adverse effect
yang tinggi, harga mahal, dan kesulitan dalam
monitoring dengan tes laboratorium konvensional.
• Dosis relatif : 15 – 37,5 mcg perhari
• Jika dikombinasikan dengan Levothyroxine tidak lebih
baik dibandingkan dengan penggunaan Levothyroxine
saja
Liotrix
• Kombinasi T4 dan T3 sintesis dalam rasio 4:1 yang
mencoba meniru sekresi hormone alami.
• Kelemahan : mahal, serta kurangnya therapeutic
rationanle karena 35% T4 dikonversi menjadi T3 di
perifer.
• Kombinasi kedua hormon belum terbukti lebih
baik dari pemberian levothyroxine tunggal. Maka
dari itu, penggunaan levothyroxine tunggal masih
menjadi pilihan utama.
ALGORITMA TERAPI HIPOTIROID
Algoritma
Terapi
Hipotiroidi
sme
Kondisi Khusus – Myxedema Coma
• Terapi segera dan agresif dengan IV bolus
Levothyroxine, 300 hingga 500 mcg
• Berikan terapi glukokortikoid dengan IV
Hidrokortison 100 mg setiap 8 jam sampai
tidak ada penekanan adrenal.
• Dosis pemeliharaan Levothyroxine biasanya IV
75 hingga 100 mcg sampai pasien stabil dan
terapi oral dimulai.
Kondisi Khusus – Congenital
Hypothyroidsm
• Terapi pemelihaan dilakukan sejak dini untuk
meningkatkan prognosis perkembangan
mental dan fisik.
• Terapi Levothyroxine penting pada 45 hari
setelah kelahiran dengan dosis awal 10 hingga
15 mcg/kg/hari
• Tujuan : menjaga konsentrasi T4 sekitar 10
mcg/dL dalam 30 hari setelah memulai terapi
Kondisi Khusus – Saat Kehamilan
• Levothyroxine sebagai obat pilihan
• Tujuan : menurunkan TSH menjadi 1 unit/mL dan
mempertahankan konsentrasi T4 bebas dalam
kisaran normal
• Dosis rata-rata Levothyroxine harus ditingkatkan
sebesar 36 mcg/hari
• Setelah melahirkan, Levothyroxine perlu
dikurangi berdasarkan konsentrasi T3 dan
pengukuran TSH, biasanya sekitar 6 hingga 8
minggu setelah melahirkan.
Referensi
• Bowen, R. (2017). Calcitonin. Retrieved from
http://www.vivo.colostate.edu/hbooks/pathphys/endocrine
/thyroid/calcitonin.html
• Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B.
G., & Posey, L. M. (2008). Pharmacotherapy: A
Pathophysiologic Approach. Pharmacotherapy (Seventh
Ed). United States: The McGraw-Hill Companies, Inc.
• Katzung, B. G., Masters, S. B., & Trevor, A. J. (2012). Basic &
Clinical Pharmacology (12th Editi). United States: The
McGraw-Hill Companies, Inc.
• Leo, S. De, Lee, S. Y., & Braverman, L. E. (2016).
Hyperthyroidism. Thyroid Disorders: Basic Science and
Clinical Practice, 147–168. https://doi.org/10.1007/978-3-
319-25871-3_8
Referensi
• American Thyroid Association. (2014) ‘Thyroid Function Tests’.
• Choksi, N. Y. et al. (2003) ‘Role of Thyroid Hormones in Human and Laboratory Animal
Reproductive Health’, 491(September), pp. 479–491. doi: 10.1002/bdrb.10045.
• Gunder, L. M. and Haddow, S. (2009) ‘of thyroid function THYROID FUNCTION’, (December), pp.
0–4.
• Joshi, S. R. (2011) ‘Laboratory Evaluation of Thyroid Function’, 59(January), pp. 14–20.
• Pearce, E. N. et al. (2017) ‘2017 Guidelines of the American Thyroid Association’, 27(3). doi:
10.1089/thy.2016.0457.
• Mullur, Rashmi, Yan-Yun Liu, Gregory A. Brent. (2014). Thyroid Hormone Regulation of
Metabolism. Physiol Rev 94: 355–382, 2014
doi:10.1152/physrev.00030.2013
• Pitt-Rivers, R. (2006). SOME FACTORS THAT AFFECT THYROID HORMONE SYNTHESIS. Annals of
the New York Academy of Sciences, 86(2), pp.362-372.
• Tortora, G. and Derrickson, B. (2009). Principles of anatomy and physiology. Hoboken, N.J.:
Wiley.
• Sherwood, L. (2010). Human physiology. [Pacific Grove (Calif.)]: Brooks/Cole.