Anda di halaman 1dari 110

GANGGUAN TIROID

KELOMPOK 9 KELOMPOK 10
Ananda Hanny Anjani Widyasintia
Asmiladita Pridilla Ardhea Pramesti
Fasya Athalia Theda Tanujaya
Maxius Gunawan Silviana Rezki Umami
Putri Alvi Aisyah Theresia Thiofani
Solita Yuki Charisa Diah Iswari
Hormon Tiroid
• Kelenjar tiroid terletak di atas trakea tepat
di bawah laring yang berbentuk seperti
dasi pita sehingga kelenjar ini terlihat
seperti kupu-kupu.

• Terdapat dua hormon tiroid , yaitu


tetraiodotironin (T4,tiroksin) dan
triiodotironin (T3) yang diproduksi oleh
sel folikuler pada kelenjar tiroid
Fungsi Regulator penting bagi laju metabolisme basal
keseluruhan dan penting untuk pertumbuhan dan
Hormon Tiroid perkembangan tubuh serta fungsi sistem saraf.
a.Metabolic
effect
• meningkatkan kecepatan metabolisme basal (Basal Metabolic Rate / BMR).
Peningkatan BMR akan memicu peningkatan dari metabolism karbohidrat,
lipid dan protein. Dan juga menstimulasi lipolisis

b.Kardiovaskular

• meningkatkan respons jantung terhadap katekolamin yang bersirkulasi. Dan


meningkatkan respon target katekolamin (efek simpatomimetik)

c.Thermogenesis
• Menghasilkan panas
• Obligatory thermogenesis terjadi akibat adanya peningkatan BMR yang
diakibatkan peningkatan jumlah T3 dalam peredaran darah.
• Facultative thermogenesis merupakan panas yang dihasilkan akibat paparan
suhu dingin
d.Pertumbuhan
• efeknya pada hormon pertumbuhan (GH) dan IGF-I. Selain reseptor TSH, tirosit
mengekspresikan reseptor untuk IGF-I, EGF, dan faktor pertumbuhan lainnya.
• Setelah diambil oleh kelenjar tiroid, iodida mengalami
serangkaian reaksi enzimatik yang menggabungkannya


ke dalam hormon tiroid aktif
Langkah pertama adalah transportasi iodida ke dalam
Sintesis
kelenjar tiroid oleh protein membran dasar sel folikel
intrinsik yang disebut sodium / iodide symporter (NIS). Hormon
Proses ini dapat dihambat oleh anion seperti tiosianat
(SCN¯), pertechnetate (TcO₄¯), dan perklorat (ClO₄¯). Tiroid
• Pada membran sel apikal, iodida dioksidasi oleh
peroksidase tiroid menjadi iodin, yang membentuknya
dengan cepat iodinisasi residu tirosin dalam molekul
tiroglobulin untuk membentuk monoiodotyrosine (MIT)
dan diiodotyrosine (DIT)
• Peroksidase tiroidal secara sementara terhambat oleh
iodida intrathyroidal yang tinggi dan diblokir oleh obat-
obatan thioamide.
• Dua molekul DIT bergabung dalam molekul tiroglobulin
untuk membentuk L-tiroksin (T4). Satu molekul MIT dan
satu molekul DIT bergabung membentuk T3
• Tiroksin, T3, MIT, dan DIT dilepaskan dari tiroglobulin
oleh eksositosis dan proteolisis tiroglobulin di
perbatasan koloid apikal. Katzung, B. G. 2001. Basic and Clinical
• Rasio T4 ke T3 dalam thyroglobulin adalah sekitar 5:1, Pharmacology 8th edition. The McGraw Hill
sehingga sebagian besar hormon yang dilepaskan Companies : San Fransisco
adalah tiroksin. Sebagian besar T3 yang beredar dalam
darah berasal dari metabolisme perifer tiroksin
• Dari hipotalamussintesis
TRHrangsang hipofisis
anteriorTSHstimulasi
REGULASI
tiroidhormon tiroid

• Terdapat 2 hambatan umpan


SEKRESI
balik:
• lengkung pendek: langsung
HORMON
hambat hipofisia/anterior
pituitary
• lengkung panjang: langsung
TIROID
hambat hipotalamus
Kalsitonin
• Terdapat sel C (clear) pada kelenjar tiroid yang
juga merupakan sel sekretori. Sel ini
mensekresikan hormon peptida kalsitonin.
• Kalsitonin berperan dalam metabolisme
kalsium dan tidak memiliki hubungan
fungsional dengan kedua hormon tiroid.
• Kalsitonin mempunyai dua efek pada tulang
yang sama-sama menurunkan kadar Ca2+
plama, yaitu:
1. Jangka pendek mengurangi perpindahan
Ca2+ dari cairan tulang menuju plasma.
2. Jangka panjang menurunkan resorpsi
tulang dengan menghambat aktivitas
osteoklas.
• Penekanan resorpsi tulang menurunkan
kadar PO4 3- plasma dan konsentrasi
ca2+ plasma.
• kalsitonin juga menghambat reabsorpsi
ca2+ dan PO4 3-dari tubulus ginjal
selama pembentukkan urin, yang
selanjutnya akan memperkuat efek
hypocalcemic and hypophosphatemic.
• Kasitonin tidak mempunyai efek pada
usus halus.
• Regulator utama pada penghasilan
kalsitonin adalah konsentrasi ca2+
bebas.
• Meningkatnya kadar ca2+ di plasma
akan menstimulasi sekresi kalsitonin
dan sebaliknya.
• Kalsitonin juga memiliki peran dalam
menjaga ketangguhan skeletal ketika
banyak dibutuhkan ca2+, terutama saat
hamil dan menyusui.
Faktor Resiko Gangguan Kelenjar Tiroid

Jenis Kelamin Usia Stres

Riwayat Keluarga Penyakit Pembedahan tiroid

Paparan radiasi Kehamilan Merokok

Diet
Faktor Risiko Gangguan Tiroid
Hipertiroid Hipotiroid
Jenis kelamin (perempuan lebih beresiko Usia dan jenis kelamin ( Perempuan di
dibanding laki-laki) usia diatas 60 tahun beresiko tinggi)
Genetic atau riwayat pribadi dari penyakit Genetik atau riwayat penyakit pribadi
autoimun. Misalnya rheumatoid arthritis, yang berkaitan dengan penyakit
lupus, atau penyakit celiac autoimun seperti diabetes tipe 1 atau
celiac,
Sedang atau mulai hamil Rewayat keluarga dari penyakit
Hashimoto’s tiroiditis atau penyakit
autoimun lainnya
Trauma yang diakibatkan kelenjar tiroid Kelainan kelenjar pituitary
Kekurangan vitamin D dan selenium Wanita hamil atau setelah melahirkan
beresiko tinggi
Mengonsumsi obat dengan jumlah yang Terlalu banyak mengonsumsi atau
tinggi seperti lithium, yang berfungsi sebagai terlalu sedikit mengonsumsi iodine.
penstabil mood) dan golongan iodine

Menjalani operasi tiroid


Faktor Gaya Hidup
• Merokok, alcohol (lebih beresiko terkena
hipertiroid)
• Stress secara psikologi
• Sakit atau trauma pada tiroid
• Mengonsumsi obat dengan jumlah yang tinggi
seperti lithium, yang berfungsi menstabilkan
mood) dan golongan iodine
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Laboraturium

Test Range Normal


TSH 0.5 -4.7mU/L
T3 0.92-2.78nmol/L
FT3 0.22-6.78 pmol/L
T4 58-140 nmol/L
FT4 10.3-35pmol/L
Test TSH

• TSH serum merupakan tes awal yang terbaik untuk pengecekan fungsi tiroid. Pada kadar
TSH 0,5-4,0 mU/L merupakan fungsi tiroid normal.
• Pengukuran TSH ini banyak dilakukan karena
1. TSH adalah pusat dari sistem umpan balik negatif
2. Perubahan kecil dalam fungsi tiroid serum menyebabkan amplifikasi logaritmik dalam sekresi
TSH
3. Tes TSH Chemiluminescent (generasi ketiga) dapat mendeteksi kenaikan level TSH secara
signifikan, dan dapat mengukur nilai <0,1mU/L, sehingga membantu deteksi tirotoksikosis
subklinis
• TSH yang tinggi menunjukkan bahwa kerusakan fungsi kelenjar tiroid secara langsung
mempengaruhi hormon tiroid (hipotiroidisme primer).
• TSH tinggi (> 5,0 mU / L) diperlukan pengujian lebih lanjut, seperti penentuan T4 bebas
(FT4) atau indeks tiroksin bebas (FTI). Sedangkan TSH yang rendah, menunjukkan bahwa
tiroid yang terlalu aktif yang menghasilkan terlalu banyak hormon tiroid
(hipertiroidisme), namun juga dapat terjadi akibat kelainan pada kelenjar hipofisis, yang
mencegah TSH untuk merangsang hormon tiroid (hipotiroidisme sekunder).
Tes Total T4

• Secara umum, T4 serum mewakili sekitar 90% dari sirkulasi


hormon tiroid. T4 bersirkulasi dalam darah dalam dua bentuk:
• T4 terikat pada protein yang mencegah masuknya hormon ke
berbagai jaringan yang membutuhkannya
• FT4 (tidak terikat dengan protein), yang memasuki berbagai
jaringan target dan memberikan efeknya.
• Fraksi FT4 hanya mewakili sekitar 5% dari total T4 tetapi paling
penting untuk menentukan bagaimana tiroid berfungsi karena
merupakan bentuk hormon aktif secara metabolik.
• Level protein normal dapat memiliki efek signifikan pada total
T4. Sebagai contoh, peningkatan TBG akan meningkatkan level
total T4, sementara penurunan TBG akan menurunkan total T4.
Tes T3

• Tes T3 sering berguna untuk menentukan tingkat keparahan


hipertiroidisme.
• Pasien yang hipertiroid akan memiliki level T3 yang tinggi.
• Pada beberapa individu dengan TSH rendah, hanya T3 yang meningkat
dan FT4 normal.
• Pengujian T3 jarang membantu pasien hipotiroid, karena ini adalah tes
terakhir untuk menjadi abnormal. Pasien dapat sangat hipotiroid
dengan TSH tinggi dan FT4 rendah, tetapi memiliki T3 normal.
• Pada beberapa situasi, seperti selama kehamilan atau saat
mengonsumsi pil KB, kadar T4 dan T3 total yang tinggi dapat terjadi. Ini
karena estrogen meningkatkan level mengikat protein. Pada kondisi ini,
untuk evaluasi tiroid dapat menggunakan TSH dan FT4.
Tes Antibodi Tiroid

• Pada banyak pasien dengan hipotiroidisme atau hipertiroidisme,


limfosit membuat antibodi melawan tiroid mereka yang merangsang
atau merusak kelenjar.
• Dua antibodi umum yang menyebabkan masalah tiroid (diarahkan
melawan protein sel tiroid) adalah tiroid peroksidase dan tiroglobulin.
• Autoantibodi tiroid peroksidase (TPOAb) dideteksi sebagai antibodi
mikrosomal tiroid secara semi kuantitatif fiksasi komplemen dan
hemaglutinasi eritrosit dan diberi label sebagai antibodi
antimikrosomal (AMA).
• Antigen utama dalam mikrosom tiroid ini ditemukan sebagai enzim
tiroid peroksidase (TPO), 100kD protein terglikosilasi. Antibodi TPO
dalam jaringan sebagai agen sitotoksik terlibat dalam proses destruktif
yang terkait dengan hipotiroidisme diamati pada tiroiditis Hashimoto.
Tiroglobulin (Tg)
• Tiroglobulin (Tg) adalah protein yang diproduksi
oleh sel normal tiroid dan juga sel kanker tiroid.
Namun, Tg bukan ukuran dari fungsi tiroid dan
tidak didiagnosis sebagai kanker tiroid saat
kelenjar tiroid masih ada.
• Tg paling sering digunakan pada pasien yang telah
menjalani operasi kanker tiroid untuk memantau
mereka setelah perawatan. Tg bukan yang utama
ukuran fungsi hormon tiroid.
Radioactive Iodine Uptake
• T4 mengandung banyak Iodium, sehingga kelenjar tiroid
menarik sejumlah besar Iodium keluar dari aliran darah
agar kelenjar membuat T4 dalam jumlah yang tepat. Karena
itu, Radioactive Iodine Uptake ini dapat diukur dengan
meminta seseorang menelan sejumlah kecil Iodium
radioaktif. Radioaktivitas memungkinkan untuk melacak
kemana molekul Iodium pergi. Dengan mengukur jumlah
radioaktivitas yang diambil oleh kelenjar tiroid,
(pengambilan Iodium radioaktif, RAIU), dapat ditentukan
apakah kelenjar berfungsi normal. RAIU sangat tinggi
terlihat pada individu yang memiliki kelenjar tiroid terlalu
aktif (hipertiroidisme), sementara RAIU rendah terlihat
ketika kelenjar tiroid kurang aktif (hipotiroidisme).
Faktor yang mempengaruhi
Faktor yang mempengaruhi kadar TSH
TSH rendah dapat disebabkan oleh adanya
• Hipertiroidisme primer
• Penyakit hipofisis / hipotalamus dengan hipotiroidisme sentral
• Supresi sel tirotrof setelah hipertiroidisme pada pasien euthyroid atau hipotiroid
• Usia tua
• Obat-obatan, mis., Glukokortikoid, dopamin
• Masalah dengan T4 pengobatan: Overdosis dalam pengobatan untuk kelelahan
atau kelebihan berat badan, perubahan penyerapan gastrointestinal karena obat
atau
• penyakit, Perubahan klirens T4 karena obat, kepatuhan pasienmasalah, kesalahan
resep, Pengujian terlalu cepat setelah penurunan dosis T4
• Banyak penyakit sistemik yang parah (Sick Enthyrid State)
• Kombinasi sekresi TSH pulsatile dan batas presisi analitik
• Stres
• ACTH tinggi
Faktor yang mempengaruhi kadar TSH
TSH tinggi dapat disebabkan oleh adanya • Fase pemulihan setelah penyakit sistemik yang parah
(Sick Enthyrid State)
• Hipotiroidisme primer / level hormon tiroid yang
• Kombinasi sekresi TSH pulsatile dan batas presisi
rendah analitik
• Adenoma tirotrof hipofisis; Resistensi hipofisis • Antibodi dalam serum pasien terhadap antibodi
terhadap hormon hormon (hipertiroidisme sentral) dalam uji TSH, menyebabkan analytical artefact
• • Kehamilan
Resistensi hormon tiroid menyeluruh
• Laju metabolisme yang rendah
• Tirotoksikosis akibat perubahan yang terlalu cepat • Tinggal di dataran tinggi
pada hipotiroidisme dengan T4 parenteral • Kedinginan pada bayi yang baru lahir
• Usia tua • Kadar leptin meningkat pada hipotiroidisme yang
• Obat-obatan, mis., Amiodaron berkorelasi dengan BMI dan dengan level TSH. Leptin,
disekresikan di jaringan perifer, memerantai feedback
• Masalah dengan T4 perawatan: Underdosis pada Paraventricular nucleus of the hypothlamus
berdasarkan Total T4 tinggi, Penyerapan (PVN). Leptin menstimulasi STAT3 (signal transducer
gastrointestinal yang berubah karena obat atau and activator of transcription) menjadi STAT3-P*, yang
menstimulasi langsung ekspresi TRH dan mengatur
penyakit, Perubahan klirens T4 karena obat, transkripsi prepro-TRH.
kepatuhan pasien masalah, kesalahan resep,
Pengujian terlalu cepat setelah peningkatan dosis T4
Faktor yang dapat menurunkan T3 dan
T4
• Kurang asupan makanan yang mengandung iodine
• Manusia yang menderita anoreksia atau menjalani
pembatasan kalori yang parah menunjukkan penurunan TH,
yang kemungkinan berfungsi untuk melindungi cadangan
energi.
• Kelebihan iodida secara akut menghambat sintesis hormon
tiroid, efek Wolff Chaikoff, tampaknya dengan menghambat
pembentukan H2O2, dan karenanya, menghambat iodinasi
tiroglobulin.
• Konsumsi obat anti-tiroid seperti propylthiouracil dan
methimazole.
• RAI ablation
• Operasi pengangkatan tiroid (tiroidektomi)
Faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan level T3
• Catecholamines meningkatkan konversi T4 ke T3,
dengan menstimulasi aktivitas deubiquitinase
spesifik yang bekerja pada protein D2,
meningkatkan aktivitas D2, dan meningkatkan
kadar T3 dalam nukleus.
• Puasa dapat menurunkan level T3 perifer, namun
dalam hipotalamus puasa dapat meningkatkan T3
hipotamalus dengan peningkatan sinyal
orexigenic, yang pada gilirannya bertindak pada
nukleus paraventrikular untuk mengurangi
produksi TRH.
Hipertiroid
Definisi
• Produksi hormone tiroid yang berlebihan oleh
kelenjar tiroid
• Hipertiroid merupakan salah satu penyebab
Thyrotoxicosis
• Thyrotoxicosis terjadi ketika jaringan terpapar
pada kadar T4, T3 yang berlebihan, atau
keduanya dalam jangka panjang
Prevalensi
• Menurut National Health and Nutrition Examination Survey
(NHANES) III, 0,7% dari mereka yang disurvei yang tidak
minum obat tiroid dan tidak memiliki riwayat penyakit
tiroid memiliki hipertiroidisme subklinis, dan 0,5% memiliki
hipertiroidisme "signifikan secara klinis"
• Prevalensi nilai TSH yang ditekan mencapai puncak pada
orang berusia 20 hingga 39 tahun, menurun pada mereka
yang berusia 40 hingga 79 tahun, dan meningkat lagi pada
mereka yang berusia 80 tahun atau lebih.
• Nilai TSH abnormal lebih umum ditemukan pada
perempuan daripada laki-laki
Prevalensi penyakit hipertiroid di
Indonesia
• menurut Riskesdas 2013, prevalensi penderita
hipertiroid pada penduduk yang berusia 15
tahun atau lebih, adalah sebagai berikut:
Manifestasi klinis

• Tirotoksikosis ditandai oleh peningkatan laju


metabolisme
• Pada lansia, terdapat tanda dan gejala gangguan
kardiovaskular: fibrilasi atrium, dapat mengalami
gagal jantung kongestif.
• Manifestasi ekstrathyroidal dari penyakit Graves
paling sering adalah oftalmopati karena
peradangan dan perluasan isi orbit, diplopia,
bahkan kebutaan.
• Gangguan kulit pada penyakit Graves: penebalan
kulit pretibial (myxoedema), onikolisis
(pemisahan kuku dari dasar kuku) dan acropachy.
Kulit Hangat, kulit lembab, tidak tahan panas (berkeringat), rambut tipis,
plummer’s nail
Mata, muka Mata menonjol (exophthalmos), edema periorbital
Sistem Penurunan resistensi vascular perifer, detak jantung meningkat, aritmia,
kardiovaskuler angina
Sistem Dispnea (sesak nafas), penurunan kapasitas vital
respiratori
Sistem Peningkatan nafsu makan, peningkatan gerakan bowel,
gastrointestinal hypoproteinemia
CNS Gelisah, hyperkinesia (laju metabolism meningkat), labilnya emosi
Sistem Muscle fatigue, peningkatan reflex tendon, hiperkalsemia,
muskuloskeletal osteopororsis (tiroid hormone meningkatkan remodeling tulang)
Sistem renal Peningkatan aliran darah renal, peningkatan laju filtrasi glomerulus,
polyuria ringan (urinasi dalam waktu yang lebih sering dan peningkatan
volume urin)
Sistem Peningkatan eritropoiesis, anemia (normokromik (kadar haemoglobin
hematopoietic dalam RBC normal tetapi jumlah RBC di bawah normal), disebabkan oleh
peningkatan RBC turn over)
Sistem Siklus menstruasi irregular (peningkatan tiroid dapat meningkatkan sex
reproduksi hormone-binding globulin (SHBG), penurunan fertilitas, peningkatan
metabolism gonadal steroid
Sistem Peningkatan laju metabolism basal, hiperglisemia (penurunan half-life
metabolik insulin, peningkatan laju degradasi dan peningkatan pelepasan
prekursor insulin yang tidak aktif secara biologis), kadar kolestrol dan
trigliserida renda, peningkatan metabolism obat
Etiologi, Patofisiologi, dan
Komplikasi Hipertiroid
Ananda Hanny C 1606924404
Athalia Theda Tanujaya 1606924146
Klasifikasi
Hipertiroid
Berdasarkan
Penyebabnya
Patofisiologi Hipertiroidisme

Thyrotoxcosis
• Jaringan terpapar T4, T3, atau kedua hormon tersebut dalam jumlah yang tinggi
• TSH tidak dapat merespon terhadap feedback normal akibat adanya tumor pada
pituitari
• Tumor dapat mengeluarkan prolaktin dan hormon pertumbuhan
• Tumor  amenorrhea, galactorrhea, atau menunjukkan gejala akromegali

Grave’s disease
• Limfosit T menstimulasi Limfosit B untuk mensintesis antibodi terhadap antigen
tiroid
• TSAb langsung bekerja melawan reseptor tirotropin pada permukaan membran
sel tiroid  stimulasi pertumbuhan dan aktivitas biosintetik sel tiroid
• Immunoglobulin + reseptor  cAMP aktif
Patofisiologi Hipertiroidisme
Toxic adenoma
• Massa tiroid tidak bergantung pada kontrol dari pituitari
• Ditandai dengan nodul yang membesar (diameter >3cm)

Multinodular goiter
• FT4 normal atau sedikit meningkat, FT3 dan T3 sangat meningkat
• Folikel otonom menghasilkan lebih banyak hormon tiroid dari pada
jumlah yang dibutuhkan

Painless thyroiditis
• Termasuk silent, lymphocytic, dan postpartum thyroiditis
• Etiologi belum diketahui secara mendalam, tetapi beberapa kasus
berkaitan dengan autoimun
Patofisiologi Hipertiroidisme
Thyrotoxicosis factitia
• Disebabkan karena konsumsi hormon tiroid
• Hormon tiroid digunakan untuk indikasi yang tidak tepat, dosis
berlebihan, konsumsi tidak disengaja, atau digunakan secara diam - diam

Amiodaron
• 2 tipe  Iodine-induced (Tipe I) dan Inflammatroy thyroiditis (Tipe II)
• Iodine-induced : Pada pasien dengan penyakit tiroid
• Inflammatory thyroiditis : Kebocoran hormon tiroid ke dalam sirkulasi
• Mengintervensi 5’-deiodinase tipe I  konversi T4 menjadi T3 berkurang
• Iodida dari obat juga mempengaruhi pengeluaran Iodium
• Menyebabkan tiroid destruktif dengan hilangnya tiroglobulin dan hormon
tiroid
Komplikasi

Komplikasi Stroke
Fibrilasi
kardiovaskul atrium emboli
ar sekunder
Thryrotoxic Kelainan reproduksi
(gynaecomastia,
periodic Osteoporosis penurunan fertilitas,
menstruasi ireguler)
paralysis

Leo, S. De, Lee, S. Y., & Braverman, L. E. (2016). Hyperthyroidism. Thyroid Disorders: Basic
Science and Clinical Practice,
Pengaruh Kalsitonin
terhadap Osteoporosis
Athalia Theda Tanujaya
1606924146

Sumber : Bowen, R. (2017). Calcitonin.


Kalsitonin
Merupakan
• Hormon yang terlibat dalam metabolisme kalsium dan fosfor
• Peptida yang terdiri dari 32 asam amino
• Mengandung satu ikatan disulfida

Sumber utama
• Parafollicular atau sel C pada kelenjar tiroid
• Disintesis juga pada jaringan lain, seperti paru – paru dan
saluran cerna

Fungsi
• Menurunkan kadar kalsium dalam darah
Mekanisme Kalsitonin Menurunkan
Kadar Kalsium
Menginhibisi absorbsi kalsium
terionisasi dari usus

Menginhibisi reabsorbsi kalsium dari


tubulus ginjal

Menekan resorpsi tulang 


menginhibisi aktivitas osteoklas
Osteoporosis
Merupakan
• Acquired disease of bone
• Terjadi karena ketidakseimbangan antara laju
pembentukan tulang (kerja osteoblast)
dengan laju resorpsi tulang (kerja osteoclast)
• Laju osteoclast lebih besar dari laju
osteoblast
Hubungan antara Kalsitonin dengan
Osteoporosis
• Kalsitonin dapat menekan resorpsi tulang dengan cara
menginhibisi aktivitas dari osteoclast
• Osteoclast merupakan sel yang “memakan” matriks tulang
dan melepaskan kalsium serta fosfor ke dalam darah
• Kurangnya kalsium dalam matriks tulang dapat
menyebabkan tulang rapuh (osteoporosis)
• Apabila kerja dari osteoclast diinhibisi oleh kalsitonin,
maka kadar kalsium dalam matriks tulang akan
meningkat, sehingga osteoporosis dapat dihambat
Pengaruh Gangguan Tiroid pada
Metabolisme Tulang
• Kelebihan hormon tiroid di masa kanak-kanak dapat
menyebabkan pertambahan prematur lempeng
pertumbuhan dan jahitan kranial dan akhirnya bertubuh
pendek dan kraniosinostosis.
• Pada orang dewasa, hipertiroidisme mengarah pada
percepatan pergantian tulang dan hilangnya kepadatan
mineral pada 10-20%, terutama pada tulang kortikal. Siklus
remodeling tulang dipersingkat dalam hampir 50% (dari 200
menjadi 113 hari), dan proporsi antara pembentukan tulang
dan resorpsi tulang terganggu. Fase pembentukan tulang
berkurang pada 2/3, yang berdampak pada hilangnya lebih
dari 10% tulang mineral pada satu siklus. Akibatnya
tirotoksikosis menyebabkan peningkatan risiko patah tulang.
Tuchendler, D., & Bolanowski, M. (2014). The influence of thyroid
dysfunction on bone metabolism. Thyroid research, 7(1), 12.
doi:10.1186/s13044-014-0012-0
• Konsentrasi serum IL-6 yang meningkat
diamati pada orang dengan hipertiroidisme.
• IL-6 merangsang produksi osteoklas dan
dapat menjadi mediator hormon paratiroid
pada jaringan tulang.
• Perubahan yang merugikan pada
metabolisme tulang yang terlihat pada
hipertiroidisme berhubungan dengan
keseimbangan kalsium negatif, hiperkalsemia,
dan hiperkalsururia.
Tuchendler, D., & Bolanowski, M. (2014). The influence of thyroid
dysfunction on bone metabolism. Thyroid research, 7(1), 12.
doi:10.1186/s13044-014-0012-0
Pengaruh Gangguan Tiroid pada
Homeostasis Glukosa

Wang, C. (2013). The Relationship between Type 2 Diabetes Mellitus and Related Thyroid Diseases. Journal of Diabetes Research, 2013, 1-9.
doi:10.1155/2013/390534
Terapi Nonfarmakologi dan
Terapi Farmakologi
Hipertiroid
Ananda Hanny (1606924404)
Charisa Diah Iswari (1606875011)
Putri Alvi Aisyah ( 1606833091 )
Theresia Thiofani (1606896142)
TERAPI NONFARMAKOLOGI HIPERTIROID
Terapi Nonfarmakologi Hipertiroid

Thyroidectomy

Diet iodin yang cukup dan seimbang


Thyroidectomy
• Operasi ini dapat bersifat parsial atau total. Operasi tiroidektomi total
diharuskan mengonsumsi obat-obatan seumur hidup untuk mengatasi
hilangnya fungsi kelenjar tiroid di dalam tubuh.
• Thyroidectomy ini ditujukan untuk pasien dengan kelenjar tiroid yang
besar (> 80 g), ophthalmopathy berat, atau pemberian obat sudah tidak
efektif lagi.
• Tindakan operasi ini biasanya dilakukan pada penderita kanker tiroid dan
merupakan pengobatan pilihan
untuk pasien muda dengan gondok multinodul kompresif.
• Sebelum operasi : PTU atau MMI umumnya diberikan selama 6-8 minggu,
diikuti dengan penambahan iodida (500 mg / hari) selama 10 hingga 14
hari sebelum operasi untuk mengurangi vaskularisasi pada pasien.
• Setelah operasi: Diberikan propranolol selama 7-10 hari. Selain itu bisa
juga diberikan potassium iodide selama 10-14 hari
TERAPI FARMAKOLOGI HIPERTIROID
Tujuan Terapi

Menghilangkan kelebihan hormon tiroid

Meminimalkan gejala dan konsekuensi jangka


panjang dari hipertiroidisme

Mempersiapkan terapi individual berdasarkan tipe dan


keparahan penyakit, umur dan gender pasien, adanya
kondisi nontiroidal, dan respon pada terapi sebelumnya

Dipiro JT et al. 2008. Pharmacotherapy a Pathophysiologic Approach(7th ed). New York : McGraw-Hill
Neal, M.J. 2016. Medical Pharmacology at a Glance 8th ed. New Jersey: Wiley-Blackwell.
Terapi Farmakologi
Menghalangi
Menghambat
pelepasan
Sintesis
hormon dari
Hormon Tiroid
folikel

Menghilangkan Terapi Farmakologi


Sebagian atau Tambahan (Inhibitor
Seluruh Ionik, Adrenergik
Blockers)
Kelenjar Tiroid
Menghambat Sintesis Hormon Tiroid
• Obat-obat yang termasuk
golongan ini adalah
thionamide.
• Obat yang sering dipakai
dari golongan thionamide
adalah propylthiouracyl
(PTU), 1 - methyl - 2
mercaptoimidazole
(methimazole, tapazole,
MMI), carbimazole.
Mekanisme Kerja
• Menghambat sintesis hormon tetapi tidak
menghambat sekresinya, yaitu dengan menghambat
terbentuknya monoiodotyrosine (MIT) dan
diiodotyrosine (DIT), serta menghambat coupling
diiodotyrosine sehingga menjadi hormon yang aktif.
• Menghambat proses oksidatif
– Menghambat oksidasi I- menjadi unsur dengan valensi
yang tinggi sehingga tidak terjadi iodinasi. Hal ini dapat
mencegah penggabungan iodin menjadi iodotirosin.
• Propilthiourasil (PTU) menghambat perubahan T4
menjadi T3 di jaringan tepi
Menghambat Sintesis Hormon Tiroid
• Secara farmakologi terdapat perbedaan antara PTU dengan
MMI/CBZ, antara lain adalah :
1. MMI mempunyai waktu paruh dan akumulasi obat yang
lebih lama dibanding PTU di clalam kelenjar tiroid. Waktu
paruh MMI ± 6 jam sedangkan PTU + 1 1/2 jam
2. Penelitian lain menunjukkan MMI lebih efektif dan kurang
toksik dibanding PTU.
3. MMI tidak terikat albumin serum sedangkan PTU hampir
80% terikat pada albumin serum, sehingga MMI lebih bebas
menembus barier plasenta dan air susu, sehingga untuk ibu
hamil dan menyusui PTU lebih dianjurkan.
Contoh Sediaan: Propiltiourasil

• Dosis awal: 300-600 mg setiap hari (dalam 3


atau 4 dosis)
• Dosis pemeliharaan harian: PTU 50-300 mg
• Dosis diturunkan secara berangsur-angsur
sampai mencapai dosis pemeliharaan 50-150
mg/hari
• Indikasi: hipertiroidism.
• Efek Samping: leukopenia, cutaneous
vasculitis, trombositopenia, anemia aplastik,
hipoprotrombinemia, hepatitis, enselopati,
nekrosis hati, nefritis, gejala seperti lupus
eritematosus.
Menghalangi pelepasan hormon dari
folikel
• Mekanisme Iodida:
–Menghambat biosintesis hormone tiroid
dengan menurunkan transportasi iodida dan
oksidasi di sel folikular
–Memblok pelepasan homon tiroid
–Mengurangi ukuran dan vaskularisasi
kelenjar sehingga digunakan sebelum
operasi tiroidektomi
Brunton, L., Chabner, B., & Knollman, B. (2011). Goodman & Gilman’s: The Pharmacological Basis of
Therapeutics. United States: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Menghilangkan Sebagian atau Seluruh
Kelenjar Tiroid
RAI / Radioactive Iodine / 131I
• Iodine memiliki beberapa isotop radioaktif, namun
yang paling efektif digunakan untuk terapi
hipertiroidisme adalah 131I
• Tujuan Terapi RAI / Radioactive Iodine / 131I
Dosis tunggal 4.000 -
8.000 rad menghasilkan
keadaan eutiroid pada
Menghancurkan sel-sel 60% pasien pada 6 bulan
tiroid yang terlalu aktif atau kurang. 40% sisanya
menjadi euthyroid dalam
1 tahun, membutuhkan
dua atau lebih dosis
RAI / Radioactive Iodine / 131I
• RAI adalah agen pilihan untuk penyakit Graves,
nodul otonom toksik, dan goiter multinodular
toksik.
• Kehamilan adalah kontraindikasi absolut untuk
penggunaan RAI.
• Pasien dengan penyakit jantung dan pasien lanjut
usia sering diobati dengan thionamide sebelum
ablasi RAI karena kadar hormon tiroid meningkat
secara sementara setelah pengobatan RAI karena
pelepasan hormon tiroid yang telah terbentuk
sebelumnya.
RAI / Radioactive Iodine / 131I
– Dengan dosis yang tepat, memungkinkan Contoh Sediaan:
untuk menghancurkan kelejar tiroid Sodium iodide
sepenuhnya tanpa cedera yang terdeteksi 131I (IODOTOPE
pada jaringan yang berdekatan
– Efek radiasi tergantung pada dosis yang THERAPEUTIC)
diberikan
– Farmakokinetika:
• Waktu paruh 8 hari  lebih dari 99%
radiasinya dikeluarkan dalam 56 hari
• Emisi radioaktifnya mencakup partikel
sinar γ dan partikel β dengan kisaran
penetrasi 400-2000 μm
Terapi Farmakologi Tambahan:
Inhibitor Ionik
Mekanisme Kerja:
• Inhibitor ionik merupakan zat yang menghambat
pengambilan iodida oleh kelenjar melalui penghambatan
kompetitif mekanisme transportasi iodida.
• Agen yang efektif adalah anion yang menyerupai iodida:
tiosianat, perklorat, dan fluoroborat, semua monovalen anion
terhidrasi dengan ukuran yang sama dengan iodida.
• Contoh obat :
– Thiocyanate (SCN-) yang dalam konsentrasi besar dapat
menginhibisi ogranifikasi iodin
– Perchlorate (ClO4-) yang sepuluh kali lebih aktif dibandingkan
thiocyanate bekerja dengan memblok masuknya iodide ke kel.
tiroid dengan menginhibisi secara kompetitif NIS. Perklorat 10 kali
lebih aktif dari thiocyanate dengan daily dose 750mg.
Terapi Farmakologi Tambahan: Adrenergik
Blockers
• Menifestasi hipertirodisme banyak dimediasi oleh
reseptor β-adrenergic seperti jantung berdebar,
cemas, tremor, dan intoleransi panas.
• β-blocker tanpa aktivitas simpatomimetik
intrinsik telah digunakan secara luas untuk
memperbaiki gejala tirotoksik
• Propranolol dan Nadolol memblokir beberapa
konversi dari T4 ke T3, tetapi kontribusi ini hanya
memberikan efek keseluruhan yang kecil
Contoh Sediaan
• Dosis awal 20-40 mg per oral empat kali
sehari efektif untuk sebagian besar pasien
(denyut jantung <90 denyut / menit).
Pasien yang lebih muda atau lebih toksik
mungkin perlu 240 hingga 480 mg / hari.
• Kontraindikasi: asma, gagal jantung yang
tak terkendali, bradikardi yang nyata,
hipotensi, sindrom penyakit sinus, blok AV
derajat dua atau tiga, syok kardiogenik;
feokromositoma.
• Efek Samping: bradikardi, gagal jantung,
hipotensi, gangguan konduksi,
bronkospasme, vasokonstriksi perifer,
gangguan saluran cerna, fatigue, gangguan
tidur, jarang ruam kulit dan mata kering
(reversibel bila obat dihentikan),
eksaserbasi psoriasis.
Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., & Posey, L. M. (2008). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic
Approach. Pharmacotherapy (Seventh Ed). United States: The McGraw-Hill Companies, Inc.
ALGORITMA TERAPI HIPERTIROID
Tatalaksana Hipertiroid pada Anak

1. HIPERTIROID NEONATAL
• Pilihan terapi adalah methimazole (MMI) dengan dosis 0.2-0.5 mg/ kgBB/hari dibagi 1 sampai 3
dosis.
• Durasi terapi 2-4 minggu tapi bisa sampai 3 bulan.
• Jika MMI tidak tersedia atau terdapat efek samping terhadap MMI, maka bisa diberikan PTU hanya
untuk jangka pendek.
• Lugol iodine 1-3 tetes /hari bisa ditambahkan dalam kasus yang berat untuk menghambat sekresi
hormone tiroid.
• Jika terdapat gejala hiperaktivitas simpatetis seperti takikardi, hipertensi, kesulitan minum, maka
ditambahkan propranolol 2mg/kgBB/hari.
• Perawatan NICU diperlukan jika terdapat ketidakstabilan hemodinamik, gagal jantung atau gagal
nafas. Dalam kondisi ini bisa ditambahkan prednisolone 2 mg/kgBB dibagi 1-2 dosis terbagi.
• Pemberian terapi harus dititrasi sampai tercapai kondisi eutiroid.
• Pemberian Air susu ibu (ASI) tetap disarankan.

Yati, N.P., dkk. 2017. Diagnosis dan Tata Laksana Hipertiroid. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
2. HIPERTIROID PADA ANAK (GRAVE’s DISEASE)
• Obat antitiroid diberikan sebagai terapi pilihan utama pada anak dengan PG.
 Methimazole (MMI): dosis 0,2 – 0,5 mg/kg hari dalam jangka waktu 1-2 tahun
 Titrasi dosis dengan pedoman fungsi tiroid.
 Sebelum pemberian obat anti-tiroid, periksa darah tepi lengkap, fungsi hepar
(bilirubin, transaminase dan alkali fosfatase).
 Hentikan obat jika anak mengalami demam, atralgia, luka-luka di mulut,
faringitis atau malaise, dan dilakukan pengukuran hitung lekosit.
• Apabila tidak mengalami remisi dalam 2 tahun lakukan dievaluasi terhadap
kepatuhan pengobatan, efek samping obat, dan dievaluasi kembali pengobatan
yang diberikan. Dapat dipertimbangkan untuk dilakukan tiroidektomi.
• Jika dalam keadaan tidak tersedia MMI, maka bisa diberikan PTU dengan dosis
awal 5-7mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis dengan pengawasan ketat terutama terkait
dengan fungsi hati.
• PTU harus dihentikan jika kadar transaminase meningkat 2-3 kali lipat di atas kadar
normal dan gagal membaik dalam 1 minggu setelah diulang tes tersebut.

Yati, N.P., dkk. 2017. Diagnosis dan Tata Laksana Hipertiroid. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Tatalaksana Hipertiroid pada Ibu Hamil
dan Menyusui

• Obat yang direkomendasikan untuk ibu hamil adalah obat golongan thioamides.
RAI kontra indikasi dengan ibu hamil
• Propilthiourasil direkomendasikan selama trimester pertama kehamilan tetapi
dosis terapi harus dikurangi pada trimester ke-3 kehamilan
• Selama kehamilan umumnya dosis obat diturunkan atau penggunaan antitiroid
dihentikan untuk menjaga indeks serum free T4 berada sedikit diatas rentang
normal.
• Namun seiring dengan bertambahnya usia kehamilan penyakit Graves juga
semakin parah. Sehingga harus dimonitor fungsi tiroid pasien untuk menurunkan
kemungkinan fetal hyperthyroidism.
• Untuk ibu menyusui methimazol lebih direkomendasikan karena, PTU terdistribusi
di ASI.

Brunton, L., Chabner, B., & Knollman, B. (2011). Goodman & Gilman’s: The Pharmacological Basis of Therapeutics. United States:
The McGraw-Hill Companies, Inc.
Hipotiroid
Hipotiroidisme
• Hipotiroid adalah suatu sindrom klinis yang
terjadi akibat kurangnya produksi hormon
tiroid sehingga tidak dapat membuat hormon
tiroid yang cukup untuk menjaga tubuh
berjalan normal
• Orang mengalami hipotiroidisme jika mereka
memiliki terlalu sedikit kadar dari hormon
tiroid dalam aliran darah.
Prevalensi Hipotiroidisme
• Hipotiroid dapat terjadi pada perempuan dengan
prevalensi sekitar 1,5 % sampai 2 % serta pada laki-laki
sekitar 0,2 % dan dapat meningkat seiring
bertambahnya usia. (Dipiro, 2008).
• Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 melakukan
pemeriksaan kadar TSH, yang merupakan salah satu
penunjang diagnostik gangguan tiroid dan didapatkan
hasil bahwa 2,7% laki-laki dan 2,2% perempuan
memiliki kadar TSH tinggi yang menunjukkan
kecurigaan adaya hipotiroid. (kemenkes, 2015).
• Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional
(NHANES), prevalensi hipotiroidisme adalah 0,33-1%.
Clinical Presentation
• Hipotiroidisme dapat menyebabkan berbagai efek end-
organ dengan berbagai tingkat keparahan, mulai dari
individu yang sepenuhnya asimtomatik hingga pasien
yang koma dengan kegagalan multisistem.
• Pada orang dewasa manifestasinya bervariasi dan tidak
spesifik
• Pada anak-anak dapat menyebabkan keterbelakangan
pertumbuhan atau intelektual
• Tanda fisik : kulit dan rambut yang kasar, kulit dingin
atau kering, periorbital puffiness, bradikardia, dan
bicara lambat atau serak.
• Objective weakness (dengan otot proksimal lebih
terpengaruh dibanding otot distal) dan relaksasi
lambat dari reflex tendon dalam umum terjadi.
• Sebagian besar pasien dengan hipotiroidisme
sekunder akibat produksi TSH inadekuat memiliki
tanda-tanda klinis insufisiensi hipofisis
• Myxedema coma adalah konsekuensi langka dari
hipotiroidisme dekompensasi yang
dimanifestasikan oleh hipotermia
Gejala

Intoleransi Penambahan
Kulit kering Konstipasi
dingin berat badan

Weakness Kelelahan Kram otot Myalgia

Kehilangan
Kekakuan ambisi atau
energi.
Kulit Pucat, dingin, bengkak, kuku dan rambut yang rapuh (aliran darah ke
ekstremitas tubuh berkurang)
Mata, muka Periobital edema, penurunan lipatan mata bagian atas (drooping
eyelids)
Sistem Peningkatan resistensi vascular perifer, detak jantung melambat,
kardiovaskuler aritmia (brakikardi), efusi pericardial (akumulasi cairan di rongga
pericardial)
Sistem Pleural effusion (air di dalam paru-paru), hipoventilasi, retensi CO2
respiratori
Sistem Penurunan nafu makan, berkurangnya frekuensi pergerakan bowel,
gastrointestinal ascites (penumpukan cairan yang abnormal di perut)
CNS Letargik, peambatan proses mental, neuropati
Sistem Kekakuan dan muscle fatigue, peningkatan alkalin phosphatase
muskuloskeletal
Sistem renal Ekskresi air yang terganggu, penurunan aliran darah renal, penurunan
laju filtrasi glomerulus
Sistem Penurunan eritropoiesis, anemia (normokromik, hiperkromik,
hematopoietic hipokromik) dapat terjadi karena penurunan produksi, kekurangan zzat
besi, penurunan absorbs asam folat
Sistem Hipermenorrhea, penurunan metabolism gonadal steroid, infertilitas,
reproduksi impotensi (penurunan tiroid dapat menurunkan level sex hormone-
binding globulin (SHBG) yang menyebabkan infertilitas, siklus
menstruasi irregular,dan fluid retention (kebanyakan hormone
testosterone pada laki-laki))
Sistem Penurunan laju metabolism basal, penundaan degradasi insulin dengan
metabolik sedikit peningkatan sensitivitas, kadar kolestrol dan trigliserida
meningkat, penurunan metabolism obat
Ardhea Pramesti -1606923912

PATOGENESIS HIPOTIROID
Patogenesis hipotiroid
• Secara umum, penyebab
hipotiroid ada tiga yaitu
– Hipotiroid primer 
terdapat destruksi dan
inflamasi di kelenjar tiroid
– Hipotiroid sekunder 
terjadi disfungsi di kelenjar
pituitary sehingga produksi
TSH menurun
– Hipotiroid tersier  terjadi
disfungsi kelenjar hipofisis
yang tidk mampu
membentuk hormone TRH
Patogenesis
hipotiroid
• Hipotiroidise yang disebabkan
Primer malfungsi kelenjar tiroid : kadar
TH rendah, TSH dan TRH tinggi

• Hipotiroidisme yang disebabkan


Sekunder malfungsi hipofisis : TH rendah,
TSH rendah sedangkan TRH tinggi

• Hipotiroidisme yang disebabkan


Tersier malfungsi hipotalamus: TH, TSH
dan TRH rendah.
Hipotiroid Primer

Hashimoto Hipotiroid Tera


disease kongenital ant

Enzimatic
Thyroidectomy
Defect
Hashimoto thyroiditis
• Hashimoto thyroiditis adalah gangguan imunologi pada
individu yang memiliki predisposisi genetik. Dalam kondisi
ini, terdapat imunitas humoral dengan adanya antibodi
antitiroid dan sensitisasi limfosit terhadap antigen tiroid.
• Gejala klinis nya yaitu Hashimoto thyroiditis dapat
menghasilkan hipotiroidisme dengan atau tanpa gondok.
Beberapa pasien mungkin mengeluhkan perasaan sesak
atau merasa penuh pada leher.
• Indikator hashimoto thyroiditis adalah adanya autoantibodi
spesifik tiroid dalam serum. Tiga target utama untuk
antibodi tiroid adalah tiroglobulin (protein pembawa untuk
hormon tiroid), antigen mikrosomal tiroid (juga disebut
tiroid peroksidase) dan reseptor thyroid-stimulating
hormone (TSH
Patofisiol
ogi
Beberapa mekanisme yang memediasi
rusaknya tyrocyte :
• D8+ cytotoxic T cell–mediated cell death
: CD8 + sitotoksik Sel T dapat
menyebabkan kerusakan tyrocyte.
• Cytokine-mediated cell death: Aktivasi
sel T yang berlebihan menyebabkan
produksi sitokin inflamasi seperti
interferon-γ di kelenjar tiroid, dengan
perekrutan yang dihasilkan dan aktivasi
makrofag dan kerusakan folikel.
• Sel plasma : Penghasilan antibodi
Sistem autoimun
antitiroid. Mengikatnya antibodi
antitiroid (antithyroglob lin, dan
antitiroid peroksidase antibodi), diikuti
oleh antibodydependent cell–mediated
cytotoxicity
Defisiensi enzim

– Defek pada biosintesis : Defek iodin trapping pada kelenjar


tiroid, ditunjukkan tidak adanya akumulasi radioiodine yang
signifikan di daerah tiroid. Pada pasien dengan trapping defect
ini kelenjar saliva nya juga akan ikut tidak berfungsi.
– Defek organifikasi dan utilisasi iodine menjadi bentuk
monoiodotirosin (MIT) dan diiodotirosin (DIT)
– Defek coupling MIT dan DIT menjadi bentuk T3 dan T4
– Defek deiodonasi MIT dan DIT (defisiensi iodotirosin deiodinase)
– Defek protein tiroglobulin dengan adanya pembentukan protein
iodinasi yang abnormal
– Defek proteolysis tiroglobulin b
Hipotiroid sekunder dan tersier
Kerusakan Kelenjar Pituitary Hypothalamic Hypothyroidism
• TSH diperlukan untuk sekresi • Hipotiroid yang disebebkan
tiroid secara normal. Tiroid oleh defisiensi TRH,
atropi dan menurunnya menyebabkan defisiensi TSH,
sekresi tiroid diikuti oleh berlanjut pada defisiensi
kerusakan kelenjar pituitary. hormone tiroid. Pada anak-
• Jika terjadi kerusakan kelenjar anak maupun orang dewasa
pituiari, maka akan terjadi hal ini dapat terjadi akibat
gangguan dalam cranial irradiation, trauma,
pembentukkan TSH sehingga infiltrative disease, neoplastic
produksi hormone tiroid juga disease.
ikut menurun.
KOMPLIKASI
HIPOTIROID
Terapi Nonfarmakologi dan
Terapi Farmakologi
Hipotiroid
Ananda Hanny ()
Charisa Diah Iswari (1606875011)
Putri Alvi Aisyah ( 1606833091)
Theresia Thiofani (1606896142)
TERAPI NONFARMAKOLOGI HIPOTIROID
Terapi Nonfarmakologi Hipotiroid
Aktivitas fisik/olahraga
• Olahraga sangat penting bagi pasien hipotiroid untuk mempertahankan
berat badan yang sehat (atau menghentikan kenaikan berat badan),
meningkatkan suasana hati, memodifikasi resiko jantung, dan
meningkatkan kepadatan tulang, terutama dalam menghadapi
penurunan tingkat metabolisme.

Nutrisi/diet
• Pasien harus menghindari makan sayuran Brassica yang mengandung
goitrogen tinggi (misal kol, lobak, kubis Brussel, rutabaga, brokoli,
bunga kol, bok choy). Millet, persik, kacang tanah, kacang pinus,
stroberi, bayam, dan akar singkong memiliki kadar goitrogen juga.
TERAPI FARMAKOLOGI HIPOTIROID
Tujuan dari pengobatan

Mengembalikan
konsentrasi
Meredakan gejala
hormon tiroid
normal di jaringan

Membalikkan
Mencegah defisit
biokimia abnormal
neurologis pada
pada
bayi baru lahir
hipotiroidisme
Terapi Famakologis Hipotiroid
1. Alami
– Thyroid USP (Amour Thyroid)
2. Sintetis
– Levothyroxine
– Liotyronine
– Liotrix

• Obat hormone replacement therapy mempunyai


mekanisme aksi dengan cara mengaktivasikan reseptor
nuclear yang berakibat terhadap gene expression
dengan formasi RNA dan sintesis protein.
Mekanisme kerja dari obat hipotiroid

1. T4 dibawa oleh carrier protein


menuju sel target kemudian
dideiodinasi menajdi T3.
2. T3 berikatan dengan globulin dan
ditranspor masuk kedalam
nukleus.
3. Didalam nukleus T3 berikatan
dengan thyroid receptor protein,
kemudian proses sintesis protein
berlanjut.
4. Terjadi respons kerja hormon
tiroid.
Natural Thyroid Hormones
• Desiccated thyroid (tiroid kering) berasal dari kelenjar
tiroid babi, meskipun sapi dan domba juga digunakan.
• Menurut USP, mengandung 0,17% hingga 0,23% iodin
organik  syarat yang kurang ketat
• Dapat menimbulkan reaksi alergi terhadap protein
hewani
• Stabilitas hormonal yang tidak dapat diprediksi akibat
penyerapan T3 yang lebih cepat dibanding T4 
tirotoksik ringan pada beberapa pasien
• Merek generik yang lebih murah mungkin tidak
bioekivalen
Synthetic Thyroid Hormones

Levothyroxine Liothyronine

Liotrix
Levothyroxine (T4; L-thyroxine)
• Sintetik T4
• Stabil secara kimia, relatif murah, dan
bebas dari antigenitas, serta memiliki
potensi beragam  obat pilihan
• Disebut juga sebagai prohormone  siap
dan konsisten diubah menjadi T3
• Waktu paruhnya sekitar 7 hari sehingga
dapat diberikan dosis sekali sehari
• Dikonsumsi saat perut kosong karena
Cholestyramine, kalsium karbonat, sukralfat,
aluminium hidroksida, besi sulfat, formula kedelai,
suplemen serat makanan, dan kopi espresso
menurunkan absorpsinya.
• Obat-obat seperti rifampisin, phenytoin, dan
karbamazepin dapat meningkatkan metabolisme
dan memperpendek durasi aksinya.
Mekanisme Kerja
• Levothyroxine merupakan senyawa
tiroxin sintetis dalam bentuk garam
yang akan terhidrolisis menjadi tiroxin
sehingga obat ini digunakan untuk
terapi penyakit hipotiroidisme.
• Tiroxin T4 dalam bentuk bebas dapat
memasuki sel dengan cara difusi. Pada
jaringan perifer T4 dikonversi menjadi T3
oleh 5’deiodinase yang memiliki
aktivitas biologi yang lebih tinggi yang
kemudian akan berikatan dengan
reseptor tiroid yang berada dalam
nukleus sehingga memicu transkripsi
gen yang.
• Terjadinya transkripsi gen tersebut
berpengaruh pada berbagai jaringan.
Farmakokinetik
• Waktu paruh  sekitar 7 hari
• Absorpsi kebanyakan di usus halus. Waktu
absorpsi maksimal 2 jam. Penyakit mukosa dapat
mengganggu dan mengurangi penyerapan
• Distribusi 11-15 L  ekivalen dengan volume CES
tubuh
• Bioavailabilitas 80%
• Rifampisin, carbamazepine, dan mungkin fenitoin
dapat meningkatkan klirens T4
Dosis
• Dosis pemeliharaan rata-rata orang dewasa mendekati 125 mcg/hari
• Dosis awal tergantung individu, sebagian besar membutuhkan 1,7
mch/hari
– Pasien muda berpenyakit jangka panjang dan pasien >45 tahun tanya
penyakit jantung  dimulai dari 50 mcg setiap hari dan meningkat 100
mcg setelah satu bulan
– Pasien yang lebih tua dan ada penyakit jantung  25 mcg perhari dititrsai
ke atas dengan peningkatan 25 mcg interval perbulan untuk mencegah
stress pada sistem kardiovaskular
Liothyronine (T3)
• Secara kimia murni dengan potensi yang diketahui
• Memiliki waktu paruh lebih pendek 1,5 hari
• Kelemahan : terdapat insiden cardiac adverse effect
yang tinggi, harga mahal, dan kesulitan dalam
monitoring dengan tes laboratorium konvensional.
• Dosis relatif : 15 – 37,5 mcg perhari
• Jika dikombinasikan dengan Levothyroxine tidak lebih
baik dibandingkan dengan penggunaan Levothyroxine
saja
Liotrix
• Kombinasi T4 dan T3 sintesis dalam rasio 4:1 yang
mencoba meniru sekresi hormone alami.
• Kelemahan : mahal, serta kurangnya therapeutic
rationanle karena 35% T4 dikonversi menjadi T3 di
perifer.
• Kombinasi kedua hormon belum terbukti lebih
baik dari pemberian levothyroxine tunggal. Maka
dari itu, penggunaan levothyroxine tunggal masih
menjadi pilihan utama.
ALGORITMA TERAPI HIPOTIROID
Algoritma
Terapi
Hipotiroidi
sme
Kondisi Khusus – Myxedema Coma
• Terapi segera dan agresif dengan IV bolus
Levothyroxine, 300 hingga 500 mcg
• Berikan terapi glukokortikoid dengan IV
Hidrokortison 100 mg setiap 8 jam sampai
tidak ada penekanan adrenal.
• Dosis pemeliharaan Levothyroxine biasanya IV
75 hingga 100 mcg sampai pasien stabil dan
terapi oral dimulai.
Kondisi Khusus – Congenital
Hypothyroidsm
• Terapi pemelihaan dilakukan sejak dini untuk
meningkatkan prognosis perkembangan
mental dan fisik.
• Terapi Levothyroxine penting pada 45 hari
setelah kelahiran dengan dosis awal 10 hingga
15 mcg/kg/hari
• Tujuan : menjaga konsentrasi T4 sekitar 10
mcg/dL dalam 30 hari setelah memulai terapi
Kondisi Khusus – Saat Kehamilan
• Levothyroxine sebagai obat pilihan
• Tujuan : menurunkan TSH menjadi 1 unit/mL dan
mempertahankan konsentrasi T4 bebas dalam
kisaran normal
• Dosis rata-rata Levothyroxine harus ditingkatkan
sebesar 36 mcg/hari
• Setelah melahirkan, Levothyroxine perlu
dikurangi berdasarkan konsentrasi T3 dan
pengukuran TSH, biasanya sekitar 6 hingga 8
minggu setelah melahirkan.
Referensi
• Bowen, R. (2017). Calcitonin. Retrieved from
http://www.vivo.colostate.edu/hbooks/pathphys/endocrine
/thyroid/calcitonin.html
• Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B.
G., & Posey, L. M. (2008). Pharmacotherapy: A
Pathophysiologic Approach. Pharmacotherapy (Seventh
Ed). United States: The McGraw-Hill Companies, Inc.
• Katzung, B. G., Masters, S. B., & Trevor, A. J. (2012). Basic &
Clinical Pharmacology (12th Editi). United States: The
McGraw-Hill Companies, Inc.
• Leo, S. De, Lee, S. Y., & Braverman, L. E. (2016).
Hyperthyroidism. Thyroid Disorders: Basic Science and
Clinical Practice, 147–168. https://doi.org/10.1007/978-3-
319-25871-3_8
Referensi
• American Thyroid Association. (2014) ‘Thyroid Function Tests’.
• Choksi, N. Y. et al. (2003) ‘Role of Thyroid Hormones in Human and Laboratory Animal
Reproductive Health’, 491(September), pp. 479–491. doi: 10.1002/bdrb.10045.
• Gunder, L. M. and Haddow, S. (2009) ‘of thyroid function THYROID FUNCTION’, (December), pp.
0–4.
• Joshi, S. R. (2011) ‘Laboratory Evaluation of Thyroid Function’, 59(January), pp. 14–20.
• Pearce, E. N. et al. (2017) ‘2017 Guidelines of the American Thyroid Association’, 27(3). doi:
10.1089/thy.2016.0457.
• Mullur, Rashmi, Yan-Yun Liu, Gregory A. Brent. (2014). Thyroid Hormone Regulation of
Metabolism. Physiol Rev 94: 355–382, 2014
doi:10.1152/physrev.00030.2013
• Pitt-Rivers, R. (2006). SOME FACTORS THAT AFFECT THYROID HORMONE SYNTHESIS. Annals of
the New York Academy of Sciences, 86(2), pp.362-372.
• Tortora, G. and Derrickson, B. (2009). Principles of anatomy and physiology. Hoboken, N.J.:
Wiley.
• Sherwood, L. (2010). Human physiology. [Pacific Grove (Calif.)]: Brooks/Cole.

Anda mungkin juga menyukai