ISI
2.1.1 Pendahuluan
Penyakit jantung bawaan atau congenital heart disease adalah kelainan pada
struktur jantung yang dialami sejak lahir. Kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan pada
aliran darah dari dan ke jantung, baik yang tergolong ringan ataupun kompleks, sehingga
berpotensi membahayakan nyawa. Penderita penyakit jantung bawaan disarankan untuk
memantau kondisi jantungnya seumur hidup, walaupun sudah pernah diobati saat masih
kecil. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi jika terdapat gejala atau tanda-tanda yang
membahayakan sejak dini. Penyakit jantung bawaan terjadi karena adanya gangguan pada
proses pembentukan dan perkembangan jantung saat janin berada di dalam kandungan.
Perbaikan cacat genetik atau terapi gen dapat memberikan pengobatan yang
diperlukan untuk penyakit jantung bawaan pada anak-anak, remaja, dan orang
dewasa. Langkah pertama untuk studi genetik adalah mengekstraksi DNA dari
sampel darah dengan metode presipitasi garam untuk mempelajari urutan
DNA dalam sampel darah normal versus berpenyakit, dan mengamati cacat
gen dalam sekuens nukleotida untai DNA. Studi gen sebelumnya melaporkan
adanya cacat gen pada kromosom 1 untuk penyakit jantung bawaan.
b. Analisis Kromosom
Sebelum adanya teknik sitogenetik yang lebih baik seperti FISH, digunakan
analisis kromosom standar untuk memeriksa perubahan abnormal pada
kromosom. Kariotipe metaphase (450-550 bands) merupakan diagnostik untuk
banyak penyakit kromosomal. Namun kariotipe prometafase (550-850 bands)
lebih baik dalam mendefinisikan kelainan struktural kromosom seperti
duplikasi, translokasi antar kromosom, dan penghapusan interstitial atau
terminal. Kromosom dapat dianalisis dari sejumlah sumber, termasuk limfosit
darah perifer, fibroblas kulit, cairan ketuban, dan sumsum tulang darah
perifer (tepi) paling sering digunakan.
c. FISH Technology
d. Gene Discovery
Strategi awal gene discovery adalah mengisolasi protein yang diminati,
melakukan sequencing, dan kemudian mengkloning gen yang menghasilkan
protein tersebut. Pendekatan ini bekerja dengan baik pada abnormalitas yang
fungsi protein targetnya jelas. Namun saat ini penemuan gen penyakit dapat
dilakukan dengan positional cloning, atau dapat juga disebut sebagai reverse
genetics. Peneliti mempelajari keluarga pada individu yang mengalami
abnormalitas untuk mengidentifikasi posisi dari gen penyakit terkait pada
kromosom. Gen penyakit tersebut kemudian diidentifikasi dengan
memanfaatkan teknik kloning.
Ketika darah tidak mengalir secara normal melalui pembuluh darah, maka akan
terdengar bunyi murmur yaitu suara tiupan atau desingan yang muncul ketika aliran darah
bergerak melalui jantung atau pembuluh darah. Biasanya bunyi ini menandakan adanya
ketidaknormalan jantung ataupun kemungkinan adanya turbulensi.
1. Ekokardiogram Janin
Merupakan pemeriksaan yang spesifik dilakukan pada janin yang masih ada
di dalam kandungan. Pemeriksaan ini umumnya dilakukan kepada Ibu hamil
yang memiliki riwayat penyakit jantung atau berpotensi tinggi menurunkan
kelainan jantung kepada janinnya.
Tes ini bertujuan untuk mendeteksi cacat jantung sebelum kelahiran
sehingga memudahkan rencana perawatan yang lebih baik bagi janin. Tes ini
dapat dilakukan ketika kehamilan telah memasuki usia 17-18 minggu.
Ada dua cara untuk melakukan ekokardiogram janin yaitu,
o USG Perut
Ini adalah bentuk ultrasound yang paling umum untuk
mengevaluasi jantung bayi. Ada gel yang dioleskan ke perut ibu,
pemeriksaan ultrasound dengan lembut diletakkan di perut ibu dan gambar
diambil. Tes ini tidak menyakitkan dan tidak membahayakan bayi. Tes
memakan waktu rata-rata 45-120 menit tergantung pada kompleksitas hati
bayi.
o USG endovaginal
Pemeriksaan ultrasound ini biasanya digunakan pada awal
kehamilan. Transduser ultrasound kecil dimasukkan ke dalam vagina dan
terletak di bagian belakang vagina.
Gambar Pemeriksaan Kardiogram Janin
2. Ekokardiogram
Ekokardiografi (USG jantung) adalah sebuah metode pemeriksaan dengan
menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk menangkap gambar
struktur organ jantung. Ekokardiografi biasanya dibantu oleh teknologi Doppler di
mana teknologi ini dapat membantu mengukur kecepatan dan arah aliran darah.
3. Elektrokardiogram
Pemeriksaan Elektrokardiogram adalah pemeriksaan jantung untuk
mendeteksi kelainan dengan mengukur aktivitas listrik yang dihasilkan oleh
jantung, sebagaimana jantung berkontraksi.
4. X-Ray
Rontgen pada dada penting dilakukan untuk melihat apakah jantung
membesar, atau apakah paru-paru memiliki darah tambahan atau cairan lain di
dalamnya yang dapat menyebabkan gagal jantung. Kelemahan pemeriksaan ini
yaitu tidak dapat dilakukan oleh wanita hamil.
Jantung terlihat normal dalam ukuran dan bentuk, serta jaringan jantung
terlihat normal. Pembuluh darah dari dan yang mengarah ke jantung juga
normal baik dalam ukuran, bentuk, dan tampilan.
Pemeriksaan X-ray ini menjadi salah satu pemeriksaan yang penting
dilakukan untuk memonitor apakah terjadi pembesaran pada jantung atau tidak.
Jika terjadi pembesaran pada jantung (kardiomegali) maka cenderung erat
kaitannya dengan terjadinya iskemia.
5. Pulse Oximetry
Tes ini bertujuan untuk mengukur berapa banyak oksigen dalam darah.
Sebuah sensor ditempatkan di ujung jari untuk mencatat jumlah oksigen dalam
darah. Oksigen rendah dalam darah menunjukkan bahwa seseorang memiliki
masalah jantung.
Pulse oximeter umumnya dipasang pada pasien :
a. Gagal jantung
b. PPOK
c. Selama atau setelah operasi
d. Untuk melihat efektivitas obat-obatan terutama untuk paru-
paru
e. Melihat efektivitas ventilator
Gambar Macam-macam Alat Pulse Oximeter
6. Kateterisasi Jantung
Kateterisasi jantung adalah prosedur medis yang bertujuan untuk
mendeteksi kondisi jantung, serta mengatasi berbagai penyakit jantung dengan
menggunakan kateter, yaitu sebuah alat menyerupai selang tipis berukuran
panjang yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah, kemudian diarahkan
menuju jantung.
Melalui kateterisasi jantung yang dibantu dengan foto Rontgen dan zat
pewarna (kontras), dapat diamati pembuluh darah jantung (koroner), sehingga
dapat diketahui bila terdapat sumbatan atau plak di dalam pembuluh darah koroner.
Tindakan ini dinamakan angiografi koroner, yaitu salah satu jenis tindakan
kateterisasi jantung yang paling sering dilakukan. Selain foto Rontgen, kateterisasi
jantung juga dapat dikombinasikan dengan USG.
HF adalah sindrom klinis yang dihasilkan dari gangguan jantung terkait struktural
atau fungsional yang mengganggu kemampuan ventrikel untuk mengisi atau mengeluarkan
darah. Ketika sisi kiri dari jantung tidak mampu untuk memompa → akan terjadi
akumulasi cairan di paru-paru → edema paru-paru dan mengurangi output darah ke
sirkulasi sistemik. Ginjal merespons dengan menahan cairan berlebih, membuat HF makin
memburuk. Ketika sisi kanan dari jantung tidak mampu untuk memompa → cairan
akan terakumulasi di sirkulasi sistemik dan umumnya akan terjadi edema.
Gambar 1.Sirkulasi Darah
Gejala gagal jantung dapat terjadi dengan fraksi ejeksi yang dipertahankan atau
dikurangi (gagal jantung sistolik atau diastolik) . Pertimbangan penting dlm
mengkategorikan HF adalah apakah fraksi ejeksi ventrikel kiri (LVEF) dipertahankan atau
dikurangi (<50%).
Sebanyak 40-50% pasien dgn gagal jantung mengalami gagal jantung diastolik
dengan fungsi ventrikel kiri yang dipertahankan
Sistem klasifikasi New York Heart Association mencanangakan metode paling sederhana
& paling banyak digunakan untuk mengukur tingkat keparahan gejala (Tabel)
Kelas Dekrispsi
Penyebab dari gagal jantung sangat beragam, akan tetapi secara garis besar terbagi menjadi
penyebab umum dan penyebab yang jarang. Penyebab tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah
:
Gambar 2.Penyebab HF, Kelebihan Volume dan Dekompensasi HF(King, Kingery & Casey,
2012)
2.2.1 Evaluasi dan Diagnosis Gagal Jantung
Secara klinikal, rekomendasi / evaluasi awal pada pasien dengan dugaan gagal jantung
harus mencakup : (1) Anamnesis dan pemeriksaan fisik, (2) Penilaian Laboratorium,(3) Radiografi
Dada, (4) Elektrokardiografi. Jika dibutuhkan, Ekokardiografi dapat dilakukan untuk
mengkonfirmasi diagnosis.
(1) A displaced cardiac apex (DCA) → Denyut apeks adalah impuls jantung yang teraba,
jauh dari sternum dan terjauh di dinding dada, biasanya disebabkan oleh LV dan
terletak dekat garis midclavicular (MCL) di ruang intercostal kelima.
(2) A third heart sound (S3/Bunyi jantung ketiga) → getaran singkat berfrekuensi rendah
yang terjadi pada diastole awal pada akhir periode pengisian diastolik cepat pada
ventrikel kanan atau kiri.
Gambar 4.Fonokardiogram empat saluran diambil pada kecepatan kertas
100mm/detik. Sebuah ventricular gallop (VG) /S3 (Bunyi jantung ketiga) yang
menonjol direkam 0,16 detik setelah bunyi jantung kedua. Perhatikan bahwa
rekaman ini paling baik direkam pada saluran frekuensi rendah.
(3)Radiografi dada untuk menemukan kongesti vena paru atau edema interstitial.
Meskipun bunyi jantung ketiga dan displayed cardiac apex jarang ditemukan, keduanya
merupakan prediktor kuat terhadap disfungsi ventrikel kiri dan efektif dalam menegakkan
diagnosis gagal jantung sistolik. Gagal Jantung Sistolik dapat secara efektif disingkirkan
ketika B-type natriuretic peptide (BNP) atau N-terminal pro-B-type peptide level berada dalam
rentang normal, dan/atau ketika kriteria Framingham tidak terpenuhi (perlu diingat bahwa Sistolik
terkait dengan kemampuan jantung untuk memompa darah ke jaringan-jaringan (kontraksi
jantung), oleh karena itu, jika BNP normalnya, menandakan tidak ada kerusakan pada jantung,
sehingga jantung ventrikel kiri jantung tetap dapat memompa darah bersih (kaya O2)
meninggalkan jantung dengan kerja normal).
Gambar 5.Algoritma evaluasi dan diagnosis HF(King, Kingery & Casey, 2012)
Pada algoritma menjelaskan beberapa hal, yaitu : (1) Ketika pasien dengan adanya
“Gejala Gagal Jantung”, evaluasi awal (initial evaluation) dilakukan untuk mengindentifikasi
penyebab alternatif atau reversibel dari HF dan mengkonfirmasi HF, (2) Jika kriteria Framingham
tidak dipenuhi atau jika kadar BNP normal, gagal jantung sistolik secara efektif dapat disingkirkan,
(3)Ekokardiografi harus dilakukan untuk menilai LVEF (left ventricular ejection fraction) ketika
diduga HF atau jika gagal jantung diastolik masih dipertimbangkan ketika gagal jantung sistolik
disingkirkan, (4) Pilihan pengobatan dipandu oleh hasil akhir diagnosis dan ekokardiografi,
dengan pertimbangan untuk mengevaluasi CAD.
Evaluasi awal ini merupakan tahap awal dalam melakukan tindakan pemeriksaan
lebih lanjut, dapat dilihat berbagai gejala seperti edema, intoleransi dalam beraktivitas,
ortopnea, dll. Pemeriksaan dapat dilakukan juga dengan melihat keadaan fisiknya, terkait
dengan bagian abdomen,ekstremitas (kaki dan tangan), jantung, paru-paru, leher, dan kulit
.
2. Tes Laboratorium dan tes kadar BNP
Gambar 7.Tes Laboratorium (King, Kingery & Casey, 2012)
Dapat dilihat di gambar atas, bahwa evaluasi awal dalam tes laboratorium untuk
menegakkan diagnosis dan mencari penyebabnya sangat bervariasi, contohnya
ketidakseimbangan elektrolit dapat menyebabkan hipertensi yang menjadi salah satu
penyebab gagal jantung. Evaluasi untuk penyakit jantung iskemik diperlukan pada pasien
dengan gagal jantung, terutama jika terdapat angina, mengingat bahwa CAD adalah
penyebab paling umum dari gagal jantung.
BNP dikeluarkan oleh atrium dan ventrikel Sebagai respons terhadap peregangan
atau peningkatan ketegangan dinding. Kadar BNP adalah prediktor kuat mortalitas pada
2-3 bulan dan kejadian kardiovaskular pada gagal jantung akut (khususnya ketika kadar
BNP > 200 pg per mL (200 ng per L) atau kadar N-terminal pro-BNP > 5,180 pg per
mL (5.180 ng per L). Tingkat cutoff rata” untuk gagal jantung (batas aman terhindar
dari gagala jantung) adalah BNP 95 pg/ml atau N-terminal pro-BNP 642 pg/ml. Perlu
diperhatikan bahwa kadar BNP meningkat seiring bertambahnya usia, lebih tinggi pada
wanita dan kulit hitam, dan dapat meningkat pada pasien dengan gagal ginjal.
3. Radiografi Dada
Radiografi Dada dapat mengindentifikasi paru-paru penyebab dispnea (mis :
pneumonia, pneumotoraks, massa). Radiografi dada (pada pasien dengan dispnea) dapat
untuk menentukan kongesti vena paru dan edema interstitial sehingga membuat diagnosis
gagal jantung lebih mungkin . Selain itu, dapat juga mengetahui ada atau tidaknya efusi
pleura atau kardiomegali, tetapi ini hanya memiliki pengaruh sedikit dalam meningkatkan
/ mengurangi kemungkinan gagal jantung.
B. Kriteria Framingham
1. Ekokardiografi
Ekokardiografi dapat membantu dalam mendiagnosis gagal jantung diastolik jika
tekanan atrium kiri meningkat, gangguan relaksasi ventrikel kiri, dan penurunan
kepatuhan.
Gambar 12.Echocardiogram
Otot jantung relatif sangat resisten terhadap iskemia, dibandingkan dengan sel lain seperti
neuron dan sel epitel tubular ginjal, yang dengan durasi singkat iskemia dapat menyebabkan
kematian sel. Semakin lama durasi iskemia, persentase kerusakan sel semakin tinggi sehingga
dapat menyebabkan kerusakan sel, iskemia selam 3 jam meningkatkan risiko kematian sel
sebesar 80%, dan 6 jam iskemia menyebabkan 100% risiko kematian sel. Dengan demikian,
diagnosis awal iskemia persisten dan intervensi untuk memperbaiki aliran darah diperlukan
untuk meminimalkan kematian sel. Pemulihan aliran darah biasanya dilakukan dengan
manipulasi plak (biasanya dengan inflating balon) via pemasukan kateter ke dalam pembuluh
vena perifer dan mengalir ke dalam sirkulasi koroner (PCI/ percutaneous coronary
intervention). Mesh tube atau stent dapat dimasukkan pada waktu yang sama untuk menjaga
arteri koroner. Ketika aliran darah terhambat pada beberapa situs, mungkin dibutuhkan
cangkok coronary artery bypasss (Bishop et al., 2010).
Algoritma Diagnosis ACS
Tes utama untuk mendiagnosis ACS adalah elektrokardiografi (EKG) dan kemudian
pengukuran marker biokimia jantung. Pengambilan keputusan awal, yang idealnya harus
dilakukan dalam waktu 10 menit dari kedatangan pasien di UGD, didasarkan pada riwayat,
pemeriksaan fisik, dan EKG. EKG dapat menegakkan diagnosis STEMI, di mana titik pasien
adalah membutuhkan intervensi segera untuk memulihkan aliran darah coroner (McPherson
& Pincus, 2017).
Pemeriksaan darah di laboratorium dilakukan untuk memeriksa marker biokimia terhadap
kerusakan jantung. Marker biokimia memainkan peran sekunder dalam pengelolaan awal
pasien yang diduga ACS. Hasil marker biokimia tidak diperlukan sebelum intervensi EKG,
dan bahkan cenderung negatif pada saat awal ini. Jika EKG awal adalah negatif untuk STEMI,
penanda biokimia berasumsi semakin penting. Pilihan marker dan titik waktu untuk pengujian
bervariasi, tetapi umumnya Troponin adalah penanda yang disukai (McPherson & Pincus,
2017).
2.4 Aritmia
Istilah aritmia mengacu pada perubahan dari mekanisme penjalaran impuls listrik
jantung yang menyebabkan gangguan irama denyut jantung. 2 bentuk mendasar dari
aritmia adalah :
Takikardi , jika denyut jantung >100x/menit
c. Ventrikel Fibrilasi
e. Bradikardi
Bradikardi adalah gangguan irama jantung di mana jantung berdenyut lebih
lambat dari normal, yaitu 60x/menit. Bradikardi disebabkan karena adanya gangguan
pada nodus SA, gangguan sistem konduksi jantung, gangguan metabolik
(hipotiroidisme), dan kerusakan pada jantung akibat serangan jantung atau penyakit
jantung. Gejala yang timbul bervariasi, dari asimtomatik hingga muncul gejala
sinkop/hampir sinkop, dispneu, nyeri dada, lemah, dan pusing.
2.4.1 Diagnosis Aritmia
A. Pemeriksaan Umum
B. Pemeriksaan Biomarker
Jantung sebagai salah satu organ penting pada tubuh manusia juga dapat
mengalami infeksi oleh bakteri, virus, dan jamur. Terdapat berbagai jenis infeksi jantung
seperti penyakit reumatik jantung, infeksi endokarditis, dan perikarditis.
Tabel. Agen penyebab infeksi jantung
Penyakit reumatik jantung Infeksi endokarditis Perikarditis
β-hemolitik streptococci Tococcus viridans Mycoplasma pneumoniae
Streptococcus faecalis Chlamydia trachomatis
Staphylococcus aureus Mycobacterium tuberculosis
Histoplasma species Streptococcus pneumoniae
Staphylococcus epidermidis Staphylococcus aureus
Candida species Enterobacteriaceae
Brucella species Coxsackievirus A and B
Coxiella burnetii Echovirus
Aspergillus species Adenovirus Influenza
Coccidioides immitis
Aspergillus species
Candida species
Cryptococcus neoformans
Histoplasma capsulatum
Trypanosoma cruzi
1. Penyakit Reumatik Jantung
Penyakit reumatik jantung merupakan respon autoimun yang disebabkan oleh
demam reumatik. Hal ini biasa disebabkan oleh infeksi bakteri terutama bakteri β-hemolitik
streptococci. Kondisi penyakit ini berbahaya dan dapat menyebabkan komplikasi seperti
pancarditis (inflamasi pada jantung) termasuk insufisiensi katup, gagal jantung,
perikarditis, dan kematian.
Diagnosis penyakit reumatik jantung biasa menggunakan metode john yaitu
berdasarkan kriteria major dan minor, serta bukti pendukung. Sebagai syarat diperlukan 2
kriteria major atau 1 kriteria major dan 2 kriteria minor, serta diperlukan bukti infeksi
streptococcal untuk mendiagnosis sebagai penyakit reumatik jantung.
Diagnosis penyakit jantung reumatik dapat menggunakan beberapa metode yaitu:
a) Pemeriksaan fisik, C-reaktif protein (CRP), peningkatan leukosit, peningkatan
sedimentasi eritrosit, perpanjangan interval P-R pada EKG
b) Kultur darah positif β-hemolitik streptococci, peningkatan anti streptolisin O atau
antibodi streptococcal lainnya, antigen streptococci
c) Echokardiografi untuk melihat daerah inflamasi yang terinfeksi serta melihat anatomi
jantung
d) Myocardial biopsy digunakan untuk mengambil sampel spesifik pada jaringan jantung
yang kemudian dapat dikultur untuk identifikasi lebih lanjut
e) Radionuclide imaging untuk melihat anatomi jantung
2. Infeksi Endokarditis
Infeksi endokarditis menandakan infeksi pada permukaan
endokardial jantung. Infeksi ini dapat disebabkan oleh beberapa
mikroorganisme seperti bakteri Streptococci dan staphylococciare
serta jamur. Mikroorganisme tersebut menempel pada dinding
endokardial dan membentuk koloni. Infeksi endokardial dapat
bersifat akut dan sub akut. Pada kondisis akut waktu onsetnya
pendek, mengalami demam tinggi, menggigil, dan kelelahan.
Sementara pada sub akut gejala tidak terlalu tampak jelas seperti demam rendah, pegal, anoreksia,
dan splenomegali.
3. Infeksi Perikarditis
Infeksi perikarditis merupakan kondisi inflamasi
perikardium yaitu membran yang menyelimuti jantung. Infeksi ini
dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, autoimun, dan
sebagainya. Gejalanya ditandai dengan peningkatan cairan antara
pada lapisan perikardium yang normalnya 20 mL. Kondisis cairan
dapat digunakan untuk mengidentifikasi sumber penyebab.
Kondisis cairan yang eksudat purulent menandakan infeksi bakteri
yang dapat uji lebih lanjut dengan kultur. Kondisis cairan yang
jernih menandakan adanya infeksi virus. Sementara cairan eksudat yang mengandung
serofibrinous menandakan kerusakan serius terkait penyakit jantung reumatik.
Diagnosis pada tahap awal dilakukan dengan melihat kondisi anatomi jantung
menggunakan echocardiography. Setelah terlihat anatomi dengan kondisi jantung yang tidak
normal (pembesaran membran pericardium) maka dapat di curigai pasien mengalami perikarditis.
Kemudian untuk mengetahui agen penyebab dan pengobatan yang sesuai dapat dilakukan
pengambilan sampel dari carian perikardial menggunakan jarum suntik oleh ahli medis. Cairan
kemudian dianalisis untuk melihat penyebab.
Kesimpulan
Terdapat berbagai penyakit yang terkait dengan jantung seperti Penyakit jantung kongnital,
Gagal jantung, Sindrom koroner akut, Penyakit jantung hipertensif, Aritmia jantung, dan Infeksi
jantung. Penyakit jantung yang paling sering adalah sindrom koroner akut yang penyebab
utamanya adalah aterosklerosis. Sehingga hal yang sering diperhatikan dalam penyakit jantung
adalah pemeriksaan kolesterol seperti HDL dan LDL.
Diagnosis penyakit jantung ada berbagai metode yang dapat dibedakan menjadi
pemeriksaan fisik atau anatomi, pemeriksaan listrik jantung, dan pemeriksaan kimia yang
berhubngan dengan marker. Pemilihan metode pemeriksaan yang digunakan disesuaikan dengan
kemungkinan penyakit dan dilihat dari gejala penyakit. Hal ini karena tidak semua pemeriksaan
diperlukan.
Pemeriksaan genetik terdiri dari fluorescence in situ hybridization (FISH), analisis
kromosom, gene discovery, dan DNA mutation analysis. Pemeriksaan marker terdiri dari
Troponin, CK – MB, Mioglobin, Brain Natriuretic Peptide & NT-pro-BNP, Cathepsins, Copeptin,
Cystatin C, Iskemia-Modified Albumin, Pregnancy-associated plasma protein-A (PAPP-A),
Marker inflamasi: C-Reaktif Protein (CRP) & Myeloperoxidase (MPO). Pemeriksaan
menggunakan alat seperti tensimeter (tekanan sistolik dan diastolik jantung), Ekokardiogram
Janin, Ekokardiogram, Ekektrokardiogram, X-Ray, Pulse Oximetry, Kateterisasi Jantung,
Radiografi dada, Anginografi koroner. Serta pemeriksaan kultur khusus untuk diduga infeksi
jantung.