Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang patut`kita ucapkan untuk mengawali langkah ini kecuali ucapan puji dan
syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayat, taufiq, dan karunia-Nya sebagai
penulisan makalak ini bisa berjalan dan dapat selesai sebagaimana jadwal yang ada. Sekalipun
masih ada kekurangan dan kesalahan di sana sini.
Sholawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada revolusioner kita yakni Nabi
Muhammad SAW, sang pejuang yang patut dijadikan figur perjuangan umat manusia.
Penulisan makalah ini dilaksanakan sebagai salah satu tugas mata kuliah Psikologi
Kognitif Dengan judul Sensasi, Persepsi dan Atensi. Dalam menyelesaikan studi dan
penyusunan makalah ini sudah barang tentu banyak kendala yang menghalangi tekad penulis,
namun berkat bantuan, dukungan, dan masukan dari beberapa pihak akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan juga. Oleh karenanya penulis menyampaikan banyak terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada Zaki N. Fahmawati, M.Psi selaku Dosen Pengampu.
Dan akhirnya, teriring doa semoga makalah ini dapat berperan sebagai jalan bagi penulis
untuk lebih mencintai Allah SWT, penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua, semoga makalah ini mendapat ridho dan inayah-Nya dari Allah SWT.

Surabaya, 04 Oktober 2016

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................................i


Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Otak Komputasional
B. Sensasi
C. Persepsi
D. Penyimpanan Ikonik & Echoik
E. Kapasitas Pemrosesan & Atensi Selektif
F. Pemrosesan Otomatis
G. Pandangan Neurosains Kognitif tentang Atensi
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam komunikasi interpersonal, agar terjadi suatu proses komunikasi yang efektif antara
komunikator (penyampai pesan) dengan komunikan (penerima pesan) haruslah mampu
menciptakan suatu interaksi sebagai suatu bentuk hubungan antara kedua belah pihak untuk
saling mempengaruhi agar menghasilkan suatu persepsi yang sesuai dengan sensasi indra yang
menerimanya, agar komunikan menaruh respon positif terhadap suatu pesan yang diterimanya.
Peristiwa yang sama bisa ditanggapi dengan berbeda-beda, sesuai dengan keadaan
peribadi seseorang itu sendiri. Dengan demikian secara psikologis setiap orang akan
mempersepsi stimuli dengan karektristik personalnya. Dalam ilmu komunikasi apabila kita
berkata tentang sesuatu, pesan diberi makna berlainan oleh orang yang berbeda. Words dont
mean people mean (kata-kata tidak mempunyai makna, oranglah yang memberi makna).
Dalam memahami tentang persoalan bagaimana orang menerima informasi, sangat erat
kaitannya dengan persepsi. Karena itu sangatlah penting untuk mengetahui persepsi.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

B. Rumusan Masalah
Apa pengertian Otak Komputasional?
Apa pengertian Sensasi?
Apa pengertian Persepsi?
Apa pengertian Penyimpana Ikonik & Penyimpanan Echoik?
Apa itu Kapasitas Pemrosesan & Atensi Selektif?
Apa itu Pemrosesan Otomatis?
Bagaimana Pandangan Neurosains Kognitif tentang Atensi?

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

C. Tujuan
Untuk mengetahui pengertian Otak Komputasional.
Untuk mengetahui pengertian Sensasi.
Untuk mengetahui pengertian Persepsi.
Untuk mengetahui pengertian Penyimpana Ikonik & Penyimpanan Echoik.
Untuk mengetahui Kapasitas Pemrosesan & Atensi Selektif.
Untuk mengetahui Pemrosesan Otomatis.
Untuk mengetahui Pandangan Neurosains Kognitif tentang Atensi.

BAB II
PEMBAHASAN
Pada bagin ini kita akan mempelajari tentang bagaimana manusia menggunakan otak
komputasional untuk mempersepsi informasi mengensi lingkungannya, memahami dunianya,
dan memproses informasi. Otak adalah pusat dari seluruh proses kognisi, karena otak mengolah
dan memaknai informasi yang diterima dari sistem syaraf perifer (peripheral nervous system).
A. Otak Komputasional
Pikiran (mind) adalah sebuah sistem yang terdiri dari organ-organ komputasional, yang
didesain oleh seleksi alam untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi oleh nenek
moyang kita selama masa hidup mereka sebagai pemburu-peramu, khususnya untuk memahami
objek-objek seperti bintang, tumbuhan dan manusia lain.
Konsep otak komputasional didasarkan pada ide bahwa pikiran adalah apapun yang
dilakukan otak, yakni pemrosesan informasi. Tahapan pemrosesan informasi dimulai dari adanya
energi fisik yang menstimulasi sistem sensorik, dan tertransduksi (diubah ke energi neural oleh
organ-organ sensorik). Energi neural ini disimpan sesaat di penyimpanan sensorik, dan
selanjutnya diproses oleh sistem syaraf pusat (CNS-central nervous system), dan disandikan, dan
mungkin dikirim ke sistem memori untuk diproses lebih lanjut. Hasilnya dapat memicu
serangkaian respons yang diproses lebih lanjut sebagai bagian medan stimulus.
Tahapan diatas hanyalah sebuah model tahap-tahap hipotetik mengenai pemrosesan
informasi. Otak tidak memroses informasi persis seperti tahapan tersebut, namun model tersebut
membantu dalam konseptualisasi visual mengenai bermaca-macam tahap pemrosesan informasi
yang dipostulatkan dalam ilmu psikologi kognitif. Para psikolog kognitif meyakini bahwa otak
diaktifkan saat informasi sedang diproses.
B. Sensasi
Sensasi pada dasarnya merupakan tahap awal dalam penerimaan informasi. Sensasi atau
dalam bahasa inggrisnya sensation, berasal dari kata latin, sensatus, yang artinya dianugrahi
dengan indra, atau intelek. Secara lebih luas, sensasi dapat diartikan sebagai aspek kedasaran
yang paling sederhana yang dihasilkan oleh indra kita, seperti temperatur tunggi, warna hijau,
2

rasa nikmatnya sebatang coklat. Sebuah sensasi dipandang sebagai kandungan atau objek
kesadaran puncak yang privat dan spontan. Benyamin B. Wolman (1973, dalam Rakhmat,1994)
menyebut sensasi sebagai pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan
penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan
alat indra.
Apapun definisi sensasi, fungsi alat indra dalam menerima informasi dari lingkungan
sangat penting. Melalui alat indra, menusia dapat memahami kualitas fisik lingkungannya. Lebih
dari itu, melalui alat indralah, manusia memperoleh pengetahuan dan semua kemampuan untuk
berinteraksi dengan dunianya. Tanpa alat indra, manusia sama, bahkan mungkin rendah lebih
dari rumput-rumputan, karena rumput juga mengindra cahaya dan humiditas. Sensasi mengacu
pada pendeteksian dini terhadap energy dari dunia fisik. Studi terhadap sensasi umumnya
berkaitan dengan struktur dan proses mekanisme sensorik. Beserta stimuli yang mempengaruhi
mekanisme-mekanisme tersebut.
Panca Indera
Indera
Penglihatan
Pendengaran
Perasa/Pengecap
Penciuman
Peraba

Struktur
Mata
Telinga
Lidah
Hidung
Kulit

Stimulus
Gelombang cahaya
Gelombang suara
Senyawa kimia
Senyawa kimia
Tekanan

Reseptor
Sel batang & Sel kerucut
Sel-sel rambut
Ujung saraf perasa
Sel-sel rambut
Sel-sel saraf

Sensasi sering dibedakan dari persepsi, yang melibatkan penilain, inferensi, interpretasi,
bias, atau prakonseptualisasi, sehingga bisa salah, sensasi dipandang sebagai pasti, ditentukan
sebagai mendasar, fakta kasar. Menurut beberapa pendapat, sensasi lebih berkonotasi pada
sebuah hubungan dengan perasaan (tetapi bukan dengan emosi), sedangkan persepsi lebih
berhubungan dengan kognisi. Sensasi sering digunakan secara sinonim dengan kesan indrawi,
sense datum, sensum, dan sensibilium. Karena pada dasarnya sensasi mengacu pada
pendeteksian dini terhadap stimuli.
C. Persepsi
Dalam psikologi kognitif, kita mengacu pada dunia fisik (eksternal), sekaligus dunia
mental (internal). Sensasi, merupakan pendeteksian dini terhadap energi dari dunia fisik,
berkaitan dengan stuktur dan proses mekanisme sensorik. Persepsi, melibatkan kognisi tingkat
3

tinggi dalam penginterpretasian terhadap informasi sensorik. Persepsi juga mengacu pada
interpretasi hal-hal yang kita indera. Ketika kita membaca buku, mendengarkan music, dipijit
orang, mencium parfum atau mencicipi mie instan, kita mengalami lebih dari sekedar stimulasi
sensorik. Kejadian-kejadian sensorik tersebut diproses sesuai pengetahuan kita tentang dunia,
sesuai budaya, pengharapan, bahkan disesuaikan dengan orang yang bersama kita saat itu. Halhal tersebut memberikan makna terhadap pengalaman sensorik sederhana, itulah persepsi.
a. Penglihatan
Penglihatan (vision), merupakan pendeteksian sebuah bagian kecil gelombang
elektromagnetik (cahaya). Berkas cahaya memasuki mata melalui kornea dan lensa, yang
mengarahkan berkas citra ke retina. Pengenalan pola, baik hitam-putih dua dimensi,
maupun bentuk tiga dimensi yang rumit dan berwarna, senantiasa ditampilkan di retina
dalam bentuk dua dimensi. Berdasarkan representasi dua dimensi di retina tersebut,
persepsi tingkat tinggi, termasuk kemampuan mengenali bentuk tiga dimensi, diaktifkan
ketika impuls-impuls tersebut ditransfer melalui jalur saraf penglihatan ke korteks visual,
dan kemudian dikombinasikan dengan pengetahuan yang telah ada, akhirnya
menghasilkan pengenalan (recognition). Seperti, pada saat kita mengenali nenek kita
ketika kita melihat beliau.
Mata manusia memiliki sekitar 7 juta sel kerucut, yang peka terhadap stimuli terang dan
memiliki sekitar 125 juta sel batang, yang peka terhadap stimuli terang.
b. Ilusi
Studi yang mempelajari hubungan antara perubahan-perubahan fisik di dunia dengan
pengalaman-pengalaman psikologis akibat perubahan tersebut, disebut psikofisika
(psychophysics).
Terkadang realitas dan persepsi tidak sama, sebagaimana yang terjadi dalam kasus ilusi
persepsi. Terjadinya ilusi ini sebagian mungkin disebabkan karena pengalaman masa lalu
kita, yang mengajarkan kita bahwa bentuk-bentuk tertentu mungkin menunjukkan bahwa
objek terletak di kejauhan, sedangkan bentuk-bentuk yang lain menunjukkan bahwa suatu
objek terletak dekat dengan kita.
Ilusi tidak menunjukkan kegagalan kemampuan manusia untuk mempersepsi, melainkan
karena ilusu justru menyediakan wawasan untuk memahami cara kerja sisitem persepsi
kita.
c. Pengetahuan sebelumnya
Hubungan antara persepsi dan pengatahuan sebelumnya tentang dunia dimanivestasikan
tidak hanya dalam wujud ilusi geometri sederhana, melainkan dalam penginterpretasian
4

data-data ilmiah. Persepsi dipengaruhi oleh pengetahuan kita, hipotesis yang kita susun,
dan prasangka-prasangka, serta tentu saja dipengaruhi oleh sinyal-sinyal sensorik.
Cara kita mengolah informasi primer dari dunia sangat dipengaruhi oleh struktur sistem
sensori dan struktur otak kita diprogram untuk memahami dunia dalam cara tertentu,
dan juga dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman kita, yang memberikan makna bagi
stimuli.
d. Predisposisi sensorik-otak
Sistem sensorik tersusun oleh reseptor-reseptor dan neuron-neuron penghubung dari
kelima indra. Observasi langsung terhadap otak umumnya melibatkan pembuatan lubang
pada tengkorak kepala pasien, atau melalui pemeriksaan postmortem (pasca kematian).
Studi-studi tersebut mengindikasikan bahwa otak memililki beberapa karakteristik
umum, seperti adanya prinsip kontralateralitas pada otak (yakni prinsip menyatakan
bahwa kerusakan serebral disebuah hemisfer akan menyebabkan gangguan atau defisiensi
dibagian tubuh yang berlawanan). Dengan bantuan teknologi modern para ilmuwan
kognitif telah mampu mengobservasi proses-proses sensorik, perseptual, dan kognitif di
otak tanpa harus membongkar tempurung kepala seseorang. Teknik ini meliputi data-data
behavioral, seperti eksperimen waktu-reaksi dan teknologi pencitraan (PET,CT,MRI).
Teknologi modern memungkinkan para peneliti mengamati cara kerja otak, saat otak
mengolah informasi tentang dunia dan bagaimana persepsi-persepsi tersebut ditransfer
melalui labirin neural melalui otak.
e. Segala sesuatu yang kita ketahui adalah keliru
Sistem sensorik kita memiliki keterbatasan kemampuan menerima sensasi, sehingga
dengan sendirinya pengetahuan kita tentang dunia pun terbatas. Karena kita harus
memahami realita melalui saluran-saluran yang sedemikian terbatas, kita terpaksa
menyimpulkan bahwa segala sesuatu yang kita ketahui adalah keliru. Kunci pemrosesan
informasi sensorik dan interpretasi kognitif terletak pada proses pengabstraksian
informasi.
Pandangan kita mengenai dunia ditentukan oleh gabungan dari apa yang kita ketahui
dengan apa yang kita indra.
D. Penyimpanan Ikonik dan Penyimpanan Echoik
Neisser (1967, dalam Solso, 2008) menamai kemampuan kesan-kesan visual untuk
menetap selama jangka waktu singkat disebut sebagai memori ikonik. Bagi banyak psikolog

kognitif, istilah memori menyiratkan adanya penyandian (coding) dan penyimpanan (storage)
informasi, yang melibatkan proses-proses kognitif tingkat tinggi. Meskipun memori ikonik
memang melibatkan penyimpanan, penemuan-penemuan terbaru menunjukkan bahwa memori
ikonik terpisah dari proses-proses kognitif tingkan tinggi (atensi). Banyak peneliti menemukan
informasi yang di indra direpresentasikan dengan akurat dalam memori ikonik, namun
menghilang dengan cepat jika tidak dikirim ke tahap pemrosesan selanjutnya.
Banyak peneliti menemukan bahwa informasi yang diindera direpresentasikan dengan
akurat dalam memori ikonik, namun menghilang dengan cepat (sekitar 250 milidetik hingga 4
detik) jikalau tidak dikirimkan ke tahap-tahap pemrosesan selanjutnya. Hal itu menimbulkan
pertanyaan: apakah partisipan kehilangan sejumlah informasi saat ia membuat laporan verbal,
yakni membaca informasi visual dari register sensoriknya yang memudar dengan cepat. Jika
seandainya hal itu yang terjadi, maka jumlah informasi yang dilaporkan disimpan dalam rentang
perseptual hanyalah jumlah informasi yang dilaporkan sebelum ingatan ikonik memudar.
Jika kita mampu melihat setelah stimuli visual lenyap, dan kita juga mampu
mendengar setelah stimuli auditorik lenyap, demikianlah Neisser (1967, dalam Solso, 2008)
menyebutnya memori echoik. Penyimpanan echoik serupa dengan penyimpanan ikonik dalam
dua hal:
1) Informasi sensorik mentah disimpan dalam ruang penyimpanan (agar informasi mentah
tersebut dapat diolah lebih lanjut).
2) Jangka waktu penyimpanannya sangatlah singkat (sama dengan memori ikonik, yakni
250 milidetik hingga 4 detik).
Seperti penyimpanan ikonik yang berfungsi menyediakan waktu tambahan untuk
mengamati stimuli yang menghilang dari penglihatan, penyimpanan echoik memberikan waktu
tambahan bagi kita untuk mendengarkan pesan. Kegunaan penyimpanan ekhoik menjadi jelas
apabila kita mempertimbangkan kerumitan proses dalam memahami sebuah pembicaraan
sederhana. Informasi yang terkandung dalam satu bagian kecil percakapan, musik, tidak akan
bermakana kecuali ditempatkan dalam kontek yang tepat bersama suara-suara yang lain.
Penyimpanan ekhoik berfungsi sebagai lem yang secara singkat menyimpan informasi auditorik
sehingga seluruh informasi auditorik dapat dipahami.
Fungsi penyimpanan sensorik

Informasi sensorik yang terus menerus menstimulasi sistem saraf kita jumlahnya jauh
melebihi kemampuan sistem kognitif tingkat tinggi untuk memproses informasi, sehingga hanya
sedikit informasi, sehingga hanya sedikit isyarat sensorik yang dapat dipilih untuk pembrosesan
lebih lanjut.
Penting bagi sistem sensorik untuk menyimpan informasi selama beberapa saat sehingga
pemrosesan lebih lanjut terhadap item-item yang berhubungan dapat dilaksanakan. Misalnya
dalam membaca kesan yang akurat terhadap huruf dan kata-kata diperlukan untuk pemahaman,
dan dalam mendengar. Mulai dari memahami percakapan hingga mengapresiasi musik, proses
kognitif melibatkan perekaman sinyal-sinyal auditorik yang sesuai aslinya.
Penyimpanan informasi sensorik lainnya memberikan kita kesempatan untuk memilih
hanya informasi yang akan diproses lebih lanjut. Penyimpanan sensorik memberikan kita waktu
untuk memilih hanya stimuli terpenting yang akan diproses lebih lanjut, sehingga akhirnya kita
bisa mengambil tindakan nyata.
ATENSI
Pemusatan pikiran, dalam bentuk yang jernih dan gamblang, terhadap sejumlah objek
simultan atau sekelompok pikiran. Pemusatan kesadaran adalah intisari atensi. Atensi
mengimplikasikan adanya pengabaian objek-objek lain agar kita sanggup menangani objekobjek tertentu secara efektif. Pandangan para psikolog kognitif masa kini, mengacu pada sebuah
proses kognitif yang menyeleksi informasi penting dari dunia di sekeliling kita (melalui panca
indera), sehingga otak kita tidak secara berlebihan dipenuhi oleh informasi yang tidak terbatas
jumlahnya.
Kapasitas neurologis kita terlalu terbatas untuk mendeteksi jutaan stimuli eksternal, dan
seandainya pun seluruh stimuli tersebut dapat terdeteksi, otak kita tidak akan sanggup
memproses jutaan stimuli, sebab kapasitas pemrosesan informasi pun terbatas. Lima isu terkait
atensi diilustrasikan sebagai berikut:
1. Kapasitas pembrosesan dan selektifitas. Kita dapat memperhatikan sejumlah stimuli
eksternal, namun kita tidak dapat memperhatikan seluruh stumuli yang ada.
2. Kendali. Kita memiliki kendali terhadap pilihan stimuli yang kita perhatikan.
3. Pemrosesan otomatis. Sejumlah besar proses rutin telah menjadi proses yang amat
familiar sehingga memerlukan hanya sedikit atensi sadar dan dapat dilakukan saecara
otomatis.
7

4. Neurosains kognitif. Otak dan sistem saraf pusat adalah pendukung anatomis bagi atensi,
sebagaimana kognisi.
5. Kesadaran. Atensi membawa peristiwa-peristiwa ke alam kesadaran.
Beberapa bidang penting terkait atensi:
a) Kesadaran
Kesadaran mempengaruhi pikiran dan persepsi, sedangkan ketidaksadaran mempengaruhi
ketakutan dan hasrat tidak senonoh.
b) Persepsi subliminal
Sublimal artinya di bawah ambang batas sensorik, atau tidak dapat diindra. Persepsi
subliminal sering kali mengacu pada stimuli yang berada diatas limen (artinya dapat
dideteksi oleh indra), namun tidak memasuki kesadaran.
c) Lokasi filter
Model-model atensi kontemporer berfokus pada tempat informasi diseleksi dalam proses
kognitif. Teori-teori filter umumnya berisi gagasan bahwa manusia tidak menyadari
keberadaan sinyal-sinyal pada tahap-tahap awal pemrosesan informasi, namun setelah
melalui sejumlah keputusan atau penyeleksian, sejumlah sinyal dikirimkan ketahap
pemrosesan selanjutnya.
E. Kapasitas Pemrosesan dan Atensi Selektif
Fakta bahwa kita secara selektif memilih hanya sebagian kecil stimuli dari seluruh stimuli
yang ada di sekeliling kita. Selektifitas ini dipandang sebagai akibat kurangnya kapasitas saluran,
yakni ketidakmampuan kita memproses seluruh stimuli sensorik secara bersamaan. Gagasan ini
menyarankan bahwa terdapat suatu kondisi kemacetan (bottleneck) pada suatu tahap
pemrosesan informasi, yang sebagian diakibatkan oleh keterbatasan neurolog.
Atensi selektif yaitu mengarahkan atensi kita, memproses informasi yang paling kita
perhatikan, dan mengabaikan informasi yang lain. Mengingat jumlah informasi yang diolah dan
diingat, tampaknya kekuatan kognitif menunjukkan semacam ketidakleluasaan dalam limitasi
sensorik tersebut. Dengan demikian, atensi memproses informasi yang paling diperhatikan, dan
mengabaikan (atau kurang memperhatikan) informasi yang lain.
Sinyal-sinyal Auditori
Berbeda dengan mata yang mengirimkan informasi ke kedua hemisfer kontralateral
(telinga kiri menyampaikan informasi ke hemisfer kanan dan sebaliknya). Meskipun kedua
8

telinga kita menerima informasi secara bersamaan, otak secara otomatis menyesuaikan
perbedaan tentang rentang waktu tersebut dengan menggabungkan keduan input pendengaran
tersebut menjadi sebuah sinyal tunggal.
Kebutuhan untuk memusatkan perhatian pada satu pesan adalah kebutuhan yang kuat,
dan dengan kecualian pesan-pesan yang spesial, orang umumnya memusatkan perhatian hanya
pada satu pesan dan mengabaikan pesan lainnya. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa
kedua telinga tidak mendapatkan stimulasi seimbang dalam tataran sensorik(kedua telinga
memiliki kemampuan yang seimbang dalam menerima sinyal-sinyal sensorik)
Model-Model Atensi Selektif
a. Penyaringan: broadbent
Model penyaringan ini berhubungan dengan teori saluran tunggal yang menyatakan
bahwa pemrosesan informasi dibatasi oleh kapasitas saluran yang tersedia. Broadbent
memberikan argumen bahwa pesan-pesan yang dikirimkan melalui saraf tertentu di bedakan
berdasarkan:
1. Serabut saraf yang distimulasi.
2. Jumlah inpuls syaraf yang dihasilkan.
Broadbent dan rekan-rekanya berjasa mengembangkan konsep tentang memori. Kita
semua menyimpan memori tentang peristiwa-peristiwa masa lalu misalnya ingatan tentang
anggota keluarga, pengalaman masa lalu dan sebagainya. Meskipun demikian, dalm setiap waktu
kita hnaya mampu mengingat sebagian kecil memori tersebut.
b. Atenuasi: treisman
Treismant mengajukan gagasan bahwa dalam kamus partisipan (penyimpanan kata
dalam memori), beberapa data atau kalimat memiliki ambang aktifasi yang lebih rendah.
Beberapa kata atau bunyi penting, seperti nama diri sendiri atau tangisan anak, dapat dikenali
jauh lebih mudah daripada sinyal-sinyal yang kurang penting.
Penyaringan tingkat pertama mengevaluasi sinyal berdasarkan karakteristik fisik kasar
dan selanjutnya penyaringan-penyaringan yang lebih canggih mengevaluasi sinyal berdasarkan
makna.

Atensi Visual
Treismant dan julesz mengajukan hipotesis bahwa dua proses yang berbeda bekerja
dalam atensi visual. Dalam tahap pertama, terdapat proses awal, proses praatentive yang
memindai medan penglihatan dan dengan cepat mendeteksi ciri-ciri utama objek, seperti ukuran,
warna, aurentasi (arah), gerakan. Kemudian, menurut treismant ciri-ciri yang berbeda tersebut
disandikan dalam peta fiktur yang terletak di area-area berbeda di korteks.
F. Pemrosesan Otomatis
Setiap orang menghadapi stimuli tak terhitung jumlahnya saat secara bersamaan
melakukan beberapa tugas sekaligus. Aktivitas-aktivitas yang telah kita latih (sering kita
lakukan) akhirnya menjadi otomatis sehingga memerlukan sedikit atensi.
Pemrosesan informasi secara otomatis diteliti oleh posner dan Snyder yang menyebutkan
3 karakteristiknya:
1. Pemrosesan otomatis terjadi tanpa ada niat sadar.
2. Pemrosesan otomatis tersembunyi dari kesadaran.
3. Pemrosesan otomatis menggunakan hanya sedikit/ bahkan tidak ada sumber daya sadar.
Studi-studi tentang otomatisitas penting karena mengajarkan bahwa dalam aktifitas
kognitif yang rumit, terdapat suatu proses yang berlangsung di luar pengalaman sadar.
Keterampilan seperti mengetik, menyelam, memainkan bola, mengemudikan mobil, bermain
tenis dan bahkan menggunakan bahasa yang tepat dan membuat penilaian sosial tentang orang
lain adalah aktifitas-aktifitas yang terlatih dengan baik, sehingga dapat berlangsung secara
otomatis.
G. Pandangan Neurosains kognitif tentang atensi
Atensi dan Otak Manusia
Hubungan antara atensi dan otak manusia pada mulanya diselidiki melalui studi terhadap
defenisi atensi yang terjadi karena cidera otak. Lebih jauh lagi, terdapat sejumlah teknik yang
dapat dipilih oleh psikologi kognitif dan ilmu otak, yang tidak mengharuskan subjek
penelitiannya berada dalam keadaan tidak bernyawa dsb. Fokus dari upaya modern tersebut
berada di bidang penelitian dan diagnosis.
1) Ada upaya menemukan korelasi antara struktur biografi otak dan proses-proses atensi.

10

2) Teknik-teknik yang dikembangkan di laboratorium kognitif digunakan sebagai alat uji


diagnostik dan digunakan untuk menyelidiki senyawa farmakologis yang berperan
mempengaruhi proses atensi.
Otak tampaknya memiliki sistem-sistem yang secara anatomis terpisah, yang
mengendalikan atensi dan sistem-sistem lain seperti system pemrosesan data, yang melakukan
kinerja pada input-input tertentu sekalipun atensi kita diarahkan ke tempat lain (Posner, 1992
dalam Solso, 2008). Dapat dikatakan bahwa system atensi memiliki kemiripan dengan systemsistem lain (seperti system motoric dan sensorik), yakni bahwa system tersebut berinteraksi
dengan sejumah besar bagian otak yang lain, namun tetap mempertahankan ciri khasnya.

11

BAB III
KESIMPULAN
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak akan luput dengan yang namanya sensasi dan
persepsi, dimana keduanya sangat berperan dan tidak bisa di tinggalkan. Keduanya juga saling
berhubungan, sensasi-sansasi itu dantang dan kemudian diteruskan untuk menjadi persepsi yang
baru yang nantinya akan menjadi pengalaman, dan akan menjadi rujukan dalam berpersepsi yang
baru.
Sensasi yang kita rasakan dalam kehidupan ini pastinya memiliki batas yang akan
menentukan seberapa stumulus yang akan kita terima. Tidak semua stimulus mampu kita terima,
dan pastinya itu menurut pada kuat tidaknya atimulus itu untuk bersaing dengan yang lainnya
dalam mendapat perhatian pancaindra. Meskipun stimulus itu sudah sangat menarik panca indra
pada dasarnya, namun Karena terlalu seringnya stimulus itu akan menjadikan pancaindra
terbiasa, sehingga akan kalah bersaing lagi dengan stimulus yang baru.
Dan pada akhirnya akan menjadi persepsi-persepsi baru yang banyak. Persepsi seorang
ternyata berbeda dengan seorang yang lainnya, karena adanya factor-faktor tertentu seperti
pengalaman.

12

DAFTAR PUSTAKA
Sternberg, R.J.(2008). Psikologi Kognitif edisi keempat. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Solso, R. L, dkk. 2008. Psikologi Kognitif. Jakarta : Erlangga.

13

Anda mungkin juga menyukai