Anda di halaman 1dari 8

EL SYAFIRA SARAGIH

17410106

PSIKOLOGI F

REVIEW MATERI SENSASI, PERSEPSI DAN ATENSI

Sesuatu terkadang tidak se-simple yang kita bayangkan dan juga tidak serumit yang
kita takutkan. Lalu, bagaimana dengan otak kita. Benarkah dia serumit yang dikatakan para
peneliti atau sesungguhnya dia memiliki cara kerja yang cukup simple hanya saja dengan
banyak cabang dan rahasia yang harus kita buka tabirnya terlebih dulu. Seperti apa otak kita
berkerja? Bagaimana dia bisa membuat kita merasakan sensasi, mengundang persepsi dan
fokus pada satu titik atensi?

OTAK KOMPUTASIONAL

Sepanjang perkembangannya otak telah melalui banyak metafora. Abad ke-17 ada
Descartes dengan mesin hidrolik dan Leibniz dengan penggilingan. Abad ke-20 awal ada
Sherrington dengan telegraf, pertengahan abad ke-20 ada papan telepon, akhir abad ke-20 ada
komputer digital, tahun 1989 ada Penrose dengan quantum teleponnya dan terakhir pada abad
ke-21 dengan convolutional neural network.

Mari kita berbicara tentang computational brain, di mana otak disamakan dengan
komputer digital. Mungkin beberapa di antara kalian merasa tidak senang dengan metafora ini.
Beberapa di antara kalian mungkin seorang idealis yang menganggap manusia lebih dari
sekedar komputer/robot, atau mungkin fisikalis karena tidak mungkin komputer bisa
menghasilkan kesadaran sebagaimana hati menghasilkan empedu, atau mungkin seorang
fungsionalis yang beranggapan kalau semua adalah algoritma. Siapapun Anda, mari kita
kesampingkang hal itu.

Pengertian komputasional berasal dari revolusi industri (Van Gelder, 1995).


Komputer digital akan menerima input, memerosesnya dan baru kemudian mengeluarkan
output. Input seringkali dinamakan informasi sehingga sebuah komputer dijuluki pemroses
informasi. Seorang manusia disamakan dengan sebuah komputer digital sehingga manusia juga
mendapat julukan sang pemroses informasi.
Konsep ‘otak komputasional’ didasarkan pada ide bahwa pikiran adalah apapun
yang dilakukan oak – yakni pemrosesan informasi. Seperti ketika kita berpikir maka kita
sedang melakukan suatu jenis komputasi.

Energi fisik menstimulasi sistem sensori, dan tertransduksi. Energi neural ini disimpan
sesaat di penyimpanan sensorik dan selanjutnya diproses oleh sistemsaraf pusat dan disandikan,
dan disandikan, dan mungkin dikirim ke sistem memori untuk diproses lebih lanjut. Hasilnya
dapat memicu serangkaian respons yang diproses lebih lanjut sebagian bagian medan stimulus.

Jika benar otak itu seperti komputer, software atau algoritma seperti apa yang
digunakannya?
Sule Yidirim dan Ronald L. Beachell menjelaskan tampaknya mungkin bahwa
beberapa fungsi otak manusia melibatkan pelaksanaan dan mengingat algoritma non-simbolis,
yaitu urutan langkah untuk melakukan tugas atau mencapai tujuan. Ini adalah kemungkinan
yang didukung oleh studi psikologi baru-baru ini yang dirujuk dalam makalahnya. Selain itu,
studi koneksionis menunjukkan kemungkinan menghasilkan solusi untuk tugas navigasi yang
diberikan oleh kemunculannnya. Namun, mereka belum menemukan penelitian yang
memberikan bukti bahwa munculnya dapat menghasilkan solusi untuk tugas yang lebih rumit.
Untuk alasan itu, mereka percaya bahwa algoritma non-simbolik mungkin merupakan jawaban
untuk menyelesaikan tugas yang lebih rumit.

Pandangan yang berlaku selama ini proses kognisi memakai konsep representasional
dan komputasional, namun dewasa ini berkembang pandangan bahwa tubuh ragawi, proses
mental serta lingkungan merupakan sebuah sistem dinamis yang berhubungan secara timbal-
balik. Perlu dicatat sanggahan dari psikologi kognitif ortodok bahwa generalisasi yang dibuat
sudut pandang baru mengenai kognisi dinilai terlalu luas serta terburu-buru sebab belum
didukung bukti yang kuat dan luas (Osbeck, 2009).
SENSASI DAN PERSEPSI

Sensasi mengacu pada pendeteksian dini terhadap energi dari dunia fisik. Studi
terhadap sensasi umumnya berkaitan dengan struktur dan proses mekanisme sensorik beserta
stimuli yang memengaruhi mekanisme-mekanisme tersebut. Sedangkan, persepsi melibatkan
kognisi tingat tinggi dalam penginterpretasian terhadap infromasi sensorik.

Kita tidak bisa melupakan peran penting pengelihatan ketika berbicara sensasi dan
persepsi.

Indra yang menyediakan infromasi paling penting adalah indra penglihatan.


Penglihatan, yakni pendeteksian sebuah bagian kecil gelombang elektromagnetik (cahaya),
dimungkinkan terjadi karena mata kita memiliki struktur yang unik. Berkas cahaya memasuki
mata melalui kornea dan lensa, yang mengarahkan berkasa citra ke retina. Pengenalan pola,
baik hitam-putih dua dimensi, maupun bentuk tiga dimensi yang rumit dan bewarna, senantiasa
ditampilkan di retina dalam bentuk dua dimensi. Berdasarkan representasi dua-dimesi di retina
tersebut, persepsi tingkat tinggi – termasuk kemampuan mengenali bentuk tiga dimesi-
diaktifkan ketika implus-implus tersebut ditransfer melalui jalur saraf penglihatan ke korteks
visual, dan ketika dikombinasikan dengan pengetahuan yang telah ada, akhirnya menghasilkan
pengenalan.

Sistem visual adalah salah satu sistem yang paling rumit dari seluruh sistem sensorik.
Mata manusia memiliki sekitar 7 juta sel kerucut(cones), yang peka terhadp stimuli terang dan
memiliki sekitar 125 juta sel batang(rods) , yang peka terhadap stimuli gelap. Sel kerucut
banyak didapati di fovea, dan berperan dalam mengenali warna dan objek dalam cahaya terang.
Sel batang menyebar menjauhi fovea, bahkan tidak ada sel batang di dalam fovea.

Gelombang elektromagnetik ditransduksikan menjadi sinyal-sinyal elektrokimiawi,


yang merupakan “bahasa” otak. Sinyal-sinyal tersebut dikirim menembus tiga lapisan sel yang
terletak di depan retina, yang menghalangi
sejumlah cahaya mencapai retina. Lapisan-lapisan
tersebut terdiri dari beberapa jenis sel: sel
horisontal, sel biopolar, sel amakrin, dan sel
ganglion. Sel ganglion memilki akson-akson yang
cukup panjang, yang berbentuk seperti jalinan dan
terhubung dengan sbeuah “stasiun transfer”
bernaman nukleus genikulat lateral (lateral
geniculate nucleus;LGN) melalui sebuah lubangan di dalam retina. Lubang yang dilalui sel
ganglion tersebut disbeut titik buta. LGN menerima sebagaian besar infromasi dari retina dan
mengirimkan sebagian besar informasi ke korteks visual. Saat sinyal mencapai korteks visual,
sinyal tersbeut direduki menjadi unit-unit kecil seperti garis-garis. Unit-unit kecil ini kemudian
dikirmkan dari korteks visual ke korteks serebral melalui jalur-jalur khusus dan dikirimkan ke
lokasi yang berbeda-beda tergantung bagaimana sinyal-sinyal tersbeut akan diinterpretasi.

Berdasarkan teori trikromatik (Yong-Helmholtz), persepsi warna dimuali dari


adanya panjang gelombang tertentu yang menstimulasi respons tiga tipe sel kerucut dalam rasio
yang berbeda.

Berdasarkan teori proses bertentangan, peningkatan dan penurunan aktivitas sistem


neuron di bahwa reseptor mengindikasikan warna yang saling bertentangan. Tiga pasang warna
yang salng bertentangana adalah merah dan hijau, kuning dan biru serta putih dan hitam.

Berdasarkan teori retineks, korteks otak membandingkan respons yang


merepresentasikan bagian retina yang berbeda untuk menentukan kecerahan dan warna pada
tiap bagian retina tersebut.

Pengalaman-pengalaman kita di dunia menuntun persepsi kita, namun demikian juga


dengan kekuatan-kekuatan yang mengarahkan perkembangan sistem-sitem biologis dan
kognitif. Persepsi kita tidak akan berubah. Proses pengodean informasi visual atau auditori
tidak tergantung pada lokasi fisik dalam otak. Artinya, apabila kita melhat sesuatu “di atas”
atau “di kiri” tergantung pada neuron mana yang aktif dan buka pada lokasi fisik neuron
tersebut.

ILUSI

Ilusi tercipta ketika persepsi seseorang berbeda dengan relita. Ilusi seringkali tercipta
karena adanya ekspektasi berdasarkan pengalaman masa silam. sebuah ilusi yang sangat
terkenal adalah ilusi Müller-Lyer. Dalam ilusi tersebut, kedua garas seolah memiliki panjang
berbeda, meskipun panjangnya sama. Terjadinya ilusi ini sebagian
mungkin disebabkan karena pengalaman masa lalu kita, yang
mengajarkan kita bahwa bentuk-bentuk tertentu mungkin
menunjukkan bahwa objek terletak di kejauhan, sedangkan bentuk-
bentuk lain menunjukkan bahwa suatu objek terletak dekat dengan
kita.
Ilusi dianggap penting bagi para ilmuawan psikofisikam bukan karena ilusi
menunjukkan kegagalan kemampuan manusia untuk mempresepsi, melainkan karena ilui
justru menyediakan wawasan untuk memahami cara kerja sistem presepsi kita.

Contoh-contoh ilusi yang lain:

PENYIMPANAN IKONIK DAN PENYIMPANAN EKHONIK

Neisser (1967) menamai kemampuan kesan-kesan visual ntuk menetap selama jangka
waktu singkat (sehingga dapat diproses lebih lanjut) sebagai memori ikonik (iconic memory).
Berdasarkan penelitian Sperling, jangka waktu penyimpanan memori ikonik adalah sebesar 20
milidetik (1/4 detik)2.

Sedangkan, memori ekhoik untuk informasi auditorial, durasi 1-2 detik.

Penyimpanan ekhonik serupa dengan penyimpanan ikonik dalam dia hal:

1. Informasi sensorik mentah disimpan dalam ruang penyimpanan (agar


informasi mentah tersebut dapat diolah lebih lanjut).
2. Jangka waktu penyimpanannya sangatlah singkat.
KAPASITAS PEMROSESAN DAN ATENSI SELEKTIF

Atensi adalah pemusatan upaya mental pada kejadian-kejadian sensorik atau kejadian-
kejadian mental. Sejumlah besar gagasan kontemporer tentang atensi dibuat berdasarkan
premis bahwa kapasitas sistem pemrosesan informasi untuk mengolah aliran input ditentukan
oleh keterbataan sistem tersebut.

Keterbatasan kapasitas dan atensi selektif mengimplikasikan adanya kemacetan


(bottleneck) struktural daam pemrosesan informasi. Sebuah modek menempatkan kemacetan
itu pada, atai persis sebelumnya, analisi perseptual (model Broadbent).

Aktivitas-aktivitas yang telah dilatih denganaik ata sering dilakukan akhirnya menjadi
otomatis sehingga emmerlukan lebih sedikit atensi dibandingkan melakukan aktivitas yang
baru, atua yang belum Anda kuasai.

Pemrosesan informasi secara otomatis diteliti secara mendalam ileh Posner dan
Snyder (1974, 1975), yang menyebutkan tiga karakteristik pemrosesan otomatis.

1. Pemrosesan otomatis terjadi tanpa ada niat sadar.


2. Pemrosesan otomatis tersembunyi dalam kesadaran.
3. Pemrosesan otomatis menggunakan hanya sedikit sumber daya sadar (atau
bahkan tidak menggunakan sumber daya sadar sama sekali).

PANDANGAN NEUROSAINS KOGNITIF TENTANG ATENSI

Tindakan mempelajari atensi dari sudut pandang neurosains kognitif memberikan kita
kesempatan untuk menemukan lokasi dari berbagai proses-proses terkait atensi yang
berlangsung dalam otak.

Atensi erat kaitannya dengan fungsi otak. Bagian otak yang memproses atensi terletak
pada anterior di dalam frontal lobe yang aktif pada proses atensi terkendali dan pada posterior
di dalam parietal lobe. Atensi juga melibatkan aktivitas saraf pada korteks penginderaan,
terutama visual dan motorik.

Ditemukan bahwa sistem atensi berinteraksi dengan sejumlah besar bagian otak lain,
namun tetap mempertahankan ciri khasnya. Neurosains kognitif. Otak dan sistem saraf pusat
adalah pendukung anatomis bagi atensi, sebagaimana kognisi.

Hubungan antara atensi dan otak manusia pada mulanya diselidiki melalui studi
terhadap defenisi atensi yang terjadi karena cidera otak. Lebih jauh lagi, terdapat sejumlah
teknik yang dapat dipilih oleh psikologi kognitif dan ilmu otak, yang tidak mengharuskan
subjek penelitianya berada dalam keadaan tidak bernyawa dan sebagainya. Fokus dari upaya
modern tersebut berada di bidang penelitian dan diagnosis.

Penelitian terbaru dalam neurosains kognitif telah mempelajari atensi dan telah
mencari korelasi antara bagian-bagian otak dengan mekanisme pengelolahan atensi.

(Solso, Maclin, & Maclin, 1979) (Kalat, 2014) (Hastjarjo, 2018) (Yulidirim &
Beachell, 2018) (Willow, 2018) (Yusdianti, 2018) (Surabaya, 2018)
REFERENSI

Hastjarjo, T. D. (2018, September 10). Beberapa Cara Pandang Baru Mengenai Psikologi
Kognitif. Retrieved from dickyh.staff.ugm.ac.id: http://dickyh.staff.ugm.ac.id/wp/wp-
content/uploads/eksperimen/Beberapa%20cara%20pandang%20baru%20mengenai%
20psikologi%20kognitif.pdf
Kalat, J. W. (2014). Biopsikologi. Surabaya: Salemba Humanika.
Solso, R. L., Maclin, O. H., & Maclin, M. K. (1979). Psikologi Kognitif. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Surabaya, U. (2018, September 10). Emotional Courage Theraphy (ECT) dan Atensi
Berkerja. Retrieved from digilib.uinsby.ac.id:
http://digilib.uinsby.ac.id/12572/5/Bab%202.pdf
Willow, J. (2018, September 10). The Computational Brain. Retrieved from
http://pillowlab.princeton.edu:
http://pillowlab.princeton.edu/teaching/mathtools16/slides/lec01_mathtools_Intro.pdf
Yulidirim, S., & Beachell, R. L. (2018, September 10). Does the Human Brain has
Algorithms? Retrieved from pdfs.semanticscholar.org:
https://pdfs.semanticscholar.org/16cf/a47cb22e99d1cd190e2538343f8024f9a0d4.pdf
Yusdianti, D. (2018, September 9). Lap.KTI Bab 2 Tinjauan Pustaka. Retrieved from
eprints.undip.ac.id:
http://eprints.undip.ac.id/55175/3/Ditha_Yusdiyanti_22010113130163_Lap.KTI_Bab
2.pdf

Anda mungkin juga menyukai