Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ILMIAH

TRADISI BAU NYALE (Menangkap cacing laut)

MASYARAKAT SUKU SASAK (Masyarakat Lombok)

Dibuat Untuk Melengkapi Tugas Individu Mata Kuliah Indigenous Psikologi

Dosen Pengampu : Sulistyo Budiarto, S.Psi., M.A

Disusun oleh

Muh Irfan Saprianto

2019011151

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA

YOGYAKARTA

2020
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………i

DAFTAR ISI…………………………………………………...............................................ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………..1

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………II

1. Pengertian tradisi bau nyale…………………………………………………………..2

2. Teori Budaya dan Kebudayaan………………………………………………………..2

3. Dinamika psikologi……………………………………………………………………7

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………….14

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………16
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah kami yang
berjudul “Tradisi Bau Nyale Masyarakat Lombok”.
Kami menyadari bahwa laporan kami ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam pembuatan makalah ini dari awal sampai akhir
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau, dimana
masing-masing pulau memiliki karakteristik yang berbeda-beda, terutama dalam hal
tradisi dan kebudayaan. Kebudayaan di setiap pulau-pulau ini terbentuk berdasarkan
kebudayaan dan kepercayaan. Perbedaan ini tidak hanya dipengaruhi oleh perbedaan
pulau, namun juga kebudayaan serta kepercayaan masyarakat terjadi di masing-masing
daerah, dimana nantinya masing-masing perbedaan di suatu daerah dijadikan sebuah
kelompok dalam suatu komunitas.
Komunitas-komuitas yang ada termasuk komunitas masyarakat lokal (tradisional)
memiliki kebudayaan dan kepercayaan beraneka ragam dan berbeda-beda dengan
masyarakat lainnya. Meskipun zaman sudah berubah. namun budaya dan adat di
lingkungan masyarakat tetap dipertahankan. Disaat ini masyarakat tradisonal menjadikan
budaya sebagai bagian dari kearifan lokal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan
sehari-hari masyrakat, kearifan lokal masyarakat tradisional ini dijadikan suatu identitas
dari suatu budaya yang tidak boleh diabaikan dan ditinggalkan.
Kebudayaan dari suatu komunitas lahir akibat adanya tradisi leluhur yang
dijadikan sebuah kebiasaan dalam kehidupan, tradisi dan budaya memiliki peran penting
dalam membangun komunitas etnis suatu daerah. Terkait dengan hal tersebut maka
kebudayaan di lingkungan masyarakat akan terus berkembang seiring dengan
berkembangnya tradisi-tradisi yang menjadi penguat identitas etnis suatu suku/golongan,
salah satu bentuk gambaran terkait dengan berkembangnya komunitas di suatu daerah
akibat dari adanya tradisi-tradisi yang dijadikan sebuah identitas etnis suatu daerah yakni
pada tradisi kegiatan menangkap cacing masyarakat Lombok.
Tradisi ini merupakan tradisi yang sangat kental di masyarakat Lombok serta
perkembanganya sangat pesat, dimana awalnya tradisi ini hanya dilakukan oleh
masyarakat sekitar pesisir pantai selatan Lombok ataupun masyarakat sekitar tempat
berlangsungnya upacara kegitan dari tradisi ini. Namun seiring dengan berjalanya waktu
tradisi ini tidak hanya di jalankan oleh masyarak pesisir saja namun hampir semua
masyarakat Lombok ikut dalam meriahkan kegiatan ini, selain itu juga banyak juga
warga asing yang penasaran serta ikut dalam meriahkan tradisi menangkap cacing ini.
Pada tradisi kegiatan bau nyale (Menangkap Cacing Laut) masyarakat suku Sasak
(masyarakat Lombok). Masyarakat suku sasak menjadikan tradisi bau nyale sebagai
bagian dari kebudayaan sekaligus identitas etnis dari suku Sasak yang tidak terlepas dari
kepercayaan leluhur yang berkaitan dengan cerita-cerita yang sudah melegenda
dikalangan masyarakat Lombok, cerita ini menceritakan bahwa kemunculan nyale
(cacing laut) yang keluar di pantai selatan lombok ini merupakan jelmaan dari putri
mandalika (Seorang putri kerajaan).

B. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa itu Tradisi bau nyale
b. Untuk mengetahui teori budaya yang ada

C. Manfaat Pembahasan
Memahami dan mengetahui asal usul dari tradisi bau nyale masyarakat Lombok
serta mengetahui unsur apa saja yang ada didalam tradisi tersebut. Sehingga kedepannya
kita bisa lebih mengenal dari adat bau nyale yang ada di lombok
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tradisi Bau Nyale


Dalam tradisi masyarakat Lombok,bau Nyale merupakan sebuah pesta atau
upacara yang dikenal dengan istilah bau nyale. Kata Bau berasal dari bahasa sasak yang
berarti menangkap sedangkan kata nyale berarti cacing laut yang hidup di lubang-lubang
batu karang dibawah permukaan laut.
Tradisi Bau Nyale merupakan tradisi masyarakat Sasak, khususnya di Kecamatan
Pujut Lombok Tengah. Bau Nyale merupakan tradisi berburu cacing laut yang hanya
keluar di tepi pantai pada waktu tertentu saja. Bau nyale diselenggarakan setiap pada
tanggal 20 bulan 10 berdasarkan penanggalan sasak, biasanya jatuh pada bulan Februari
atau Maret. Tradisi ini sekarang telah dijadikan sebagai tradisi kegiatan tahunan yang
sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat Sasak dan sekitarnya.
1) Sejarah dan Perkembangannya
Tradisi ini bermula dari kepercayaan warga Lombok yang mempercayai
adanya kerajaan Sekar Kuning yang dipimpin oleh raja Beberu. Raja ini memiliki
seorang putri yang cantik parasnya dan baik budinya bernama Mandalika. Banyak
pangeran dari penjuru negeri ingin meminangnya. Hal ini menjadikan Mandalika
bimbang karena ia memikirkan akibat yang ditimbulkan jika ia memilih salah satu
diantara mereka.
Singkat cerita, ia memutuskan untuk mengumpulkan seluruh warga
Lombok disebuah bukit Batu Angkus. Disana ia akan mengumumkan keputusan
yang telah ia ambil. Pada hari yang telah ditetapkan, ia berseru dengan suara yang
lantang di atas bukit tersebut. “Wahai para pangeran dan rakyatku, aku tidak akan
memilih salah satu dari para pangeran yang melamarku. Demi kebaikan bersama,
demi kebaikan negeri ini, aku tidak memilih seorang pun dari kalian. Aku akan
menjadi milik semua orang, jika kalian mencintaiku, temui aku ditempat ini
tanggal 20 bulan 10 setiap purnama tiba”.
Tak lama setelah itu, Mandalika menceburkan dirinya ke laut. Seluruh
rakyat yang hadir terkejut dan segera terjun ke laut untuk menyelamatkan sang
putri, namun mereka tidak menemukannya, justru keluar cacing berwarna-warni
yang cukup banyak. Hingga saat ini mereka mempercayai bahwa cacing-cacing
tersebut merupakan jelmaan dari putri Mandalika.
2) Proses Penangkapan Nyale (cacing laut)
Penangkapan nyale biasanya dilakukan pada pukul 04:00 sampai pagi hari,
masyarakat yang datang menangkap nyale rela membuat tenda dan menginap di
sepanjang pesisir pantai. Penangkapan nyale terjadi hanya 2 hari saja sehingga
banyak masyarakat yang memilih untuk tinggal di tenda mereka selama 2 hari 2
malam. Proses penangkapan nyale dilakukan dengan menggunakan jaring khusus
yang dimana jaring ini memiliki lubang yang sangat kecil, ini dikarenakan bentuk
nyale yang kecil dan licin juga dibantu dengan alat-alat lain seperti senter yang
berfungsi untuk menyenteri dasar laut sehingga nyale bisa terlihat. Nyale biasanya
banyak ditemukan pada saat jam 4 pagi sedangkan jika sudah jam 7 nyale akan
berkurang.
B. Teori Budaya dan kebudayaan
Menurut EB taylor, kebudayaan adalah keseluruhan yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, seni, moral, hukum, adat, serta kemampuan dan kebiasaan lainnya yang
diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Menurut Ki Hadjar Dewantara, Kebudayaan adalah keseluruhan yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adapt, serta kemampuan dan kebiasaan
lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
1. Aspek-aspek psikologi
a) Manusia Sebagai Makhluk Budaya. Manusia pada dasarnya hidup sebagai
makhluk budaya yang memiliki akal, budi dan daya untuk dapat
membuahkan suatu gagasan dan hasil karya yang berupa seni, moral,
hukum, kepercayaan yang terus dilakukan dan pada akhirnya membentuk
suatu kebiasaan atau adat istiadat yang kemudian diakumulasikan dan
ditransmisikan secara sosial atau kemasyarakatan.
b) Manusia Memiliki Akal dan Budi. Akal adalah kemampuan pikir manusia
sebagai kodrat alami yang dimiliki manusia. Berpikir adalah perbuatan
operasional yang mendorong untuk aktif berbuat demi kepentingan dan
peningkatan hidup manusia. Fungsi akal adalah untuk berfikir,
kemampuan berfikir manusia mempunyai fungsi mengingat kembali apa
yang telah diketahui sebagai tugas dasarnya untuk memecahkan masalah
dan akhirnya membentuk tingkah laku.
Budi adalah akal yang merupakan unsur rohani dalam kebudayaan. Budi
diartikan sebagai batin manusia, panduan akal dan perasaan yang dapat
menimbang baik buruk segala sesuatu.
c) . Manusia Sebagai Animal Simbolicum Simbol : segala sesuatu (benda,
peritiwa, kelakuan, tindakan manusia, ucapan) yang telah ditempati suatu
arti tertentu menurut kebudayaannya adalah komponen utama perwujudan
kebudayaan karena setiap hal yang dilihat dan dialami, diolah menjadi
simbol, dan kebudayaan itu sendiri merupakan pengetahuan yang
mengorganisasi simbol-simbol.
C. Dinamika Psikologi
Tradisi Bau Nyale merupakan tradisi yang dilakukan 1 kali dalam setahun banyak
hal yang terjadi dalam proses menangkap nyale, baik dalam segi kebersamaan dan
keakraban dengan masyarakat luar. Sehingga prilaku dan pola pikir seseorang bisa
berubah karena factor kebersamaan. Contohnya seperti saling membantu saat sedang
menangkap nyale di laut, dan saling menjaga saat air laut pasang.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tradisi Bau Nyale merupakan tradisi masyarakat Sasak, khususnya di Kecamatan Pujut
Lombok Tengah. Bau Nyale merupakan tradisi berburu cacing laut yang hanya keluar di
tepi pantai pada waktu tertentu saja. Bau nyale diselenggarakan setiap pada tanggal 20
bulan 10 berdasarkan penanggalan sasak, biasanya jatuh pada bulan Februari atau Maret.
Tradisi ini sekarang telah dijadikan sebagai tradisi kegiatan tahunan yang sangat
ditunggu-tunggu oleh masyarakat Sasak dan sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA

  Adibrata, I Dw. Kt. Anom. 1990. Upacara Bau Nyale dan Fungsinya bagi masyarakat


sasak. skripsi Denpasar: Jurusan Antropologi, Faksas Unu.

Harris, Marvin, “Culture, People, Nature; An Introduction to General Anthropology”,


New York, Harper and Row Publishers, 1988. Richardson, Miles, “Anthropologist-the
Myth Teller,” American Ethnologist, 2, no.3 (August 1975).

Purnama, I Made. 2018.“ Bau nyale: tradisi bernilai multikulturalisme dan pluralismen

Anda mungkin juga menyukai