Anda di halaman 1dari 10

Ulric Neisser

Biografi Ulric Neisser

Ulric Neisser adalah seorang psikolog Jerman-Amerika yang membantu memicu "Revolusi
Kognitif" dalam psikologi. Dia disebut "Father of Cognitive Psychology" karena Ia
mempresentasikan teori kognitif terpadu pertama pada tahun 1967. Penelitian Neisser berpusat
pada persepsi, memori, pembelajaran, dan kecerdasan manusia dan dia menyatakan bahwa
tujuannya adalah untuk mendorong psikologi ke arah yang benar. Sebuah survei empiris yang
dilakukan oleh jurnal ilmiah Review of General Psychology mendaftarkan Neisser sebagai
psikolog paling terkemuka ke-32 di abad ke-20.

Kehidupan Awal Ulric Neisser

Ulrich Gustav Neisser lahir pada tanggal 8 Desember 1928 di Kiel, Jerman. Ia adalah anak kedua
dari pasangan Hans dan Charlotte Neisser. Adiknya, Marianne, empat tahun lebih tua darinya.
Ayah Neisser, Hans, berasal dari keluarga Yahudi terkemuka. Dia mengajar ekonomi di
University of Kiel dan merupakan peneliti terkemuka di Kiel Institute for the World Economy.
Ibu Neisser, Charlotte, adalah seorang Katolik dan memegang gelar dalam sosiologi. Dia juga
terlibat aktif dengan German Women’s Movement (Gerakan Perempuan Jerman).

Pada 1930-an, ayah Neisser memperkirakan peningkatan fokus militer ketika Nazisme menjadi
lebih populer di Jerman. Keadaan ini serta tawaran untuk melayani sebagai profesor teori
moneter di Wharton School di University of Pennsylvania memotivasi dia untuk meninggalkan
Jerman selagi dia masih bisa. Dia tiba di Inggris pada tahun 1933 dan keluarganya bergabung
dengannya beberapa bulan kemudian. Seluruh keluarga Neisser kemudian meninggalkan Inggris
dengan kapal penumpang dan turun di Amerika Serikat pada tanggal 15 September 1933.

Setelah menetap di Swarthmore, Pennsylvania, Neisser menjadi penggemar berat bisbol. Dia
juga memutuskan untuk mengubah nama depannya dari "Ulrich" menjadi "Ulric." Alasan utama
untuk ini adalah bahwa teman-temannya tidak bisa mengucapkan namanya dengan benar dan dia
ingin namanya terdengar kurang Jerman dan lebih Amerika.
Sebagai seorang profesor universitas yang dihormati, Hans Neisser memiliki harapan besar untuk
putranya yang masih kecil. Mimpinya adalah bahwa Ulric akan menjadi ilmuwan terkemuka,
jadi dia memberinya satu set peralatan kimia saat dia masih kecil. Neisser melaporkan bahwa dia
tidak pernah menggunakan set peralatan kimia, meskipun ada dorongan yang dia terima dari
ayahnya. Meski begitu, Ia meninggalkan sekolah menengah sebagai seorang pemuda yang
terpesona oleh dunia sains.

Latar Belakang Pendidikan dan Profesional

Ulric Neisser memasuki Universitas Harvard pada tahun 1946 dengan tujuan belajar fisika.
Namun, Ia segera mengembangkan minat dalam psikologi, mungkin karena pengaruh penasihat
akademisnya George Miller. Neisser terkena berbagai cabang psikologi, termasuk parapsikologi,
behaviorisme, psikoanalisis, dan psikologi Gestalt. Dia menjadi sangat tertarik pada psikologi
Gestalt dan memperoleh gelar sarjana di bidang psikologi pada tahun 1950.

Setelah lulus dari Harvard, Neisser mendaftar untuk program master di Swarthmore College.
Tujuannya adalah untuk belajar dengan Wolfgang Kohler - salah satu pendiri psikologi Gestalt -
yang berada di fakultas di Swarthmore pada saat itu. Namun, Neisser hanya mampu bekerja
dengan asisten Kohler Hans Wallach. Dia memperoleh gelar master dari Swarthmore pada tahun
1952.

Neisser memutuskan untuk pindah ke Massachusetts Institute of Technology setelah mantan


penasihatnya George Miller pindah ke sana. Namun, Ia segera pindah kembali ke Swarthmore
setelah Ia ditawari posisi mengajar selama satu tahun. Neisser kemudian kembali ke Harvard
untuk mendaftar di program doktor universitas. Dia menerima gelar doktor dalam psikologi
eksperimental pada tahun 1956.

Neisser mengajar di Harvard selama satu tahun, sebelum menerima posisi di Departemen
Psikologi di Brandeis University. Pada saat itu, ketua departemen psikologi adalah Abraham
Maslow - salah satu pendiri psikologi humanistik. Di Brandeis University, Neisser dikatakan
telah memperluas cakrawala psikologisnya.
Orang berikutnya yang memiliki pengaruh besar pada Neisser adalah seorang ilmuwan komputer
muda di MIT bernama Oliver Selfridge. Selfridge adalah seorang pendukung pembelajaran
mesin. Setelah mereka menjadi teman, Neisser menjabat sebagai konsultan paruh waktu di
laboratorium Selfridge saat mereka mengerjakan sebuah program bersama. Pada tahun 1960,
mereka menerbitkan sebuah artikel di jurnal Scientific American dan menggambarkan model
pandemonium pengenalan pola yang telah mereka kembangkan. Karya Neisser dengan Selfridge
menyebabkan dia menerima beberapa hibah dan dia melakukan penelitian di bidang lain yang
terkait dengan pemikiran manusia. Dia segera pindah ke University of Pennsylvania, di mana dia
menerbitkan bukunya Cognitive Psychology pada tahun 1967.

Neisser menerima posisi sebagai profesor penuh di Cornell University tak lama setelah bukunya
dirilis. Selama waktunya di Cornell, Neisser melakukan sejumlah eksperimen cerdas pada
persepsi manusia dan memperdalam penyelidikannya terhadap ingatan manusia. Namun ia
meninggalkan Cornell untuk Emory University pada tahun 1983. Sementara di Emory, Neisser
melakukan eksperimen memori Challenger yang terkenal dan mendirikan Proyek Kognisi
Emory. Dia kembali ke Cornell pada tahun 1996 dan tetap di sana sampai pensiun.

Teori Psikologi Kognitif Neisser

Neisser tidak pernah menjadi penggemar behaviorisme karena Ia percaya asumsi dasar dari
pendekatan itu tidak benar. Sebagai contoh, Ia tidak setuju dengan fokus ketat behaviorisme
hanya pada peristiwa eksternal dan Ia menolak gagasan bahwa perilaku manusia yang kompleks
dapat sepenuhnya dijelaskan oleh proses pengkondisian. Menurut Neisser, metode behavioris
membatasi apa yang bisa dipelajari psikolog tentang sifat manusia.

Dalam bukunya tahun 1967 Cognitive Psychology, Neisser menguraikan penelitian saat ini
tentang perhatian, pemecahan masalah, pengenalan pola, persepsi, dan memori. Dia juga
menekankan konsep pengolahan informasi dan pemrosesan yang konstruktif. Neisser
menciptakan istilah "Psikologi Kognitif" dan mempresentasikan pendekatan baru ini sebagai
alternatif behaviorisme. Ketika Ia mengumpulkan ide-ide dari berbagai peneliti untuk
membentuk teori terpadu, Neisser sering disebut sebagai "Bapak Psikologi Kognitif."
Apa itu Psikologi Kognitif?
Psikologi kognitif menggunakan metode ilmiah untuk mempelajari pikiran manusia sebagai
pengolah informasi. Para peneliti membangun model kognitif untuk menjelaskan proses mental
seperti persepsi, perhatian, memori, pemikiran, kreativitas, dan bahasa. Banyak psikolog tertarik
pada proses mental sebelum Neisser menyarankan pendekatan kognitif. Namun, itu adalah
kedatangan komputer digital yang memberi para peneliti seperti Neisser konsep, petunjuk, dan
arah yang mereka butuhkan untuk mengeksplorasi pikiran manusia.

Komputer dapat menerima, kode, menyimpan, menggunakan, dan mengambil informasi.


Psikolog kognitif mencoba menjelaskan bagaimana manusia memproses informasi dengan
membandingkan pikiran manusia dengan cara kerja komputer. Sementara kognisi manusia bisa
sangat kompleks, cara komputer memproses informasi jauh lebih mudah dipahami. Model
pemrosesan informasi mengklaim bahwa manusia memproses informasi yang mereka terima dari
lingkungan secara internal. Hal ini berbeda dengan behaviorisme yang menunjukkan bahwa
manusia hanya merespon rangsangan eksternal.

Model pengolahan informasi memiliki sejumlah asumsi. Sebagai contoh, ia mengasumsikan


bahwa manusia memproses informasi dalam serangkaian tahap yang mirip dengan komputer.
Pemrosesan ini mengikuti urutan yang jelas seperti yang diuraikan di bawah ini :

1. Input - Selama tahap ini orang perlu menerima dan menyandingkan informasi dari
lingkungan dan kemudian memprosesnya sebelum mereka dapat menanggapi informasi
dengan cara yang tepat. Sejumlah proses mental terlibat seperti persepsi, perhatian, dan
memori jangka pendek. Misalnya, seorang individu dapat menerima informasi dari indranya
(persepsi), tetapi hanya informasi yang difokuskan pada (perhatian) yang dipindahkan ke
memori kerjanya sehingga ia dapat menanggapi lingkungannya dengan cepat.
2. Storage - Selama tahap ini informasi diubah oleh sistem pemrosesan pikiran dan disimpan
dalam memori jangka panjang. Ini diambil, diproses dan digunakan oleh memori jangka
pendek sesuai kebutuhan. Misalnya, informasi dari persepsi dan memori dapat digunakan
untuk alasan dan membuat keputusan.
3. Output - Tahap ini berfokus pada menghasilkan respon yang tepat terhadap informasi yang
diterima. Misalnya, setelah pemikiran terjadi, keputusan perlu diungkapkan melalui
berbicara, menulis, atau bentuk komunikasi lainnya.
Psikologi Kognitif dan Perilaku Manusia
Psikolog kognitif percaya proses mental internal dan struktur otak yang mendasarinya harus
diperiksa jika perilaku manusia harus dipahami dengan benar. Hal ini karena pendekatan kognitif
mengasumsikan bahwa kognisi manusia dapat mempengaruhi perilaku. Beberapa behavioris
setia menyangkal keberadaan pikiran manusia karena mereka mengklaim itu tidak dapat diamati
atau diukur secara objektif. Namun, psikolog kognitif percaya bahwa kesimpulan obyektif dapat
dibuat jika mereka mempelajari pikiran manusia menggunakan metode ilmiah dalam pengaturan
terkontrol.

Sementara behavioris percaya asosiasi stimulus-respon sederhana dapat menjelaskan perilaku


manusia, psikolog kognitif menekankan pentingnya proses mediasi. Proses-proses ini dikenal
sebagai "mediasi" karena mereka menengahi atau pergi antara stimulus dari lingkungan dan
respon dari individu. Persepsi, perhatian, memori, dan pemecahan masalah adalah semua proses
mediasi. Mereka terjadi setelah stimulus diterima tetapi sebelum respon diberikan.

Pengaruh Skema
Psikologi kognitif menunjukkan bahwa cara seseorang memproses informasi dapat dipengaruhi
oleh skemanya. Skema adalah kerangka mental yang berkembang dari pengalaman masa lalu
seseorang dan membantunya mengatur kategori informasi dan hubungan di antara mereka. Ada
banyak jenis skema, seperti :

a. Skema diri - apa yang diketahui seseorang tentang dirinya sendiri dan apa yang dia pikirkan
tentang dirinya di masa depan
b. Skema objek - apa yang diketahui seseorang tentang penampilan objek, dari mana asalnya,
dan untuk apa itu digunakan
c. Skema orang - apa yang diketahui seseorang tentang penampilan, kepribadian, perilaku, dan
preferensi orang lain
d. Skema sosial - apa yang seseorang tahu dia harus mengatakan atau melakukan dalam situasi
sosial tertentu
Skema membantu orang untuk memproses dan memahami informasi dengan cepat tanpa
kewalahan oleh sejumlah besar rangsangan dari lingkungan. Namun, skema dapat mempengaruhi
apa yang orang perhatikan dan bagaimana mereka menafsirkan informasi itu. Penelitian kognitif
menunjukkan bahwa orang lebih memperhatikan informasi yang cocok dengan skema yang
sudah mereka miliki. Jika mereka menerima informasi baru yang bertentangan dengan apa yang
mereka harapkan, orang lebih cenderung mengabaikan, salah menafsirkan, atau mendistorsi
informasi baru itu.

Untuk mendapatkan ide yang lebih baik tentang bagaimana skema dapat mempengaruhi
pemrosesan informasi, pertimbangkan seorang anak kecil yang telah mengembangkan skema
untuk anjing berdasarkan pengalaman masa lalunya dengan anjing peliharaannya sendiri di
rumah. Skema itu mungkin termasuk fakta-fakta seperti (1) anjing berbulu, (2) anjing memiliki
ekor, dan (3) anjing berjalan dengan empat kaki. Jika anak pergi ke sirkus atau kebun binatang
dan melihat singa untuk pertama kalinya, singa mungkin sesuai dengan skema anak tentang apa
itu anjing. Oleh karena itu anak mungkin salah menyimpulkan bahwa singa tidak lebih dari
anjing raksasa yang mungkin ingin dibelai.

Penelitian Neisser tentang Persepsi


Dari tahun 1975 hingga 1979, Neisser melakukan sejumlah penelitian tentang persepsi. Dalam
satu set studi, ia mengatur agar subjek menonton sekelompok orang dengan kemeja hitam dan
sekelompok orang dengan kemeja putih melewati bola basket terus menerus dari satu orang ke
orang lain. Setiap kelompok difilmkan secara terpisah dan kemudian video digabungkan. Subjek
diminta untuk menghitung jumlah pass antara salah satu dari dua kelompok.

Pada titik tertentu selama film, Neisser melapisi rekaman seorang wanita yang membawa payung
terbuka, yang berjalan dari satu sisi layar ke sisi lain. Terlepas dari kenyataan bahwa wanita itu
berbagi ruang yang sama dengan para pemain bola basket dan terlihat jelas untuk jangka waktu
yang lama, beberapa pengamat memperhatikannya. Neisser menggambarkan fenomena ini
sebagai "tampilan selektif" (juga disebut inattentional blindness atau kebutaan kurangnya
perhatian oleh peneliti lain). Neisser menunjukkan bahwa peristiwa tak terduga yang mendapat
sedikit perhatian tidak mungkin dilihat oleh orang-orang bahkan jika mereka terjadi tepat di
depan mata mereka.

Penelitian Neisser tentang Memori


Neisser adalah salah satu peneliti pertama yang memberikan bukti bahwa ingatan manusia
melibatkan rekonstruksi masa lalu secara aktif daripada secara pasif mengingat snapshot akurat
dari peristiwa masa lalu. Pada tahun 1981, ia menerbitkan sebuah laporan analitis yang
membandingkan kesaksian skandal Watergate John Dean dengan rekaman percakapan yang
direkam antara Dean dan Presiden Nixon. Intinya, laporan itu membandingkan ingatan Dean
tentang peristiwa masa lalu dengan percakapan yang direkam. Meskipun kesaksian Dean
umumnya didukung oleh kaset, Neisser menemukan bahwa kenangan Dean mengandung
sejumlah kesalahan dan bahwa Dean kadang-kadang menggabungkan peristiwa terpisah menjadi
satu memori.

Pada tahun 1986, Neisser melakukan eksperimen memori untuk menguji teori "flashbulb
memories". Konsep ini menunjukkan bahwa peristiwa yang berdampak dan sangat emosional
dapat menyebabkan orang memiliki ingatan yang sangat jelas dan sangat akurat tentang peristiwa
tersebut. Satu hari setelah Space Shuttle Challenger meledak pada tanggal 28 Januari 1986,
Neisser memberikan sejumlah mahasiswa baru kuesioner yang meminta mereka untuk
menuliskan pengalaman langsung mereka setelah mereka mendengar tentang bencana. Para
siswa mencatat informasi seperti bagaimana mereka pertama kali mendengar berita, di mana
mereka berada, apa yang mereka lakukan, dengan siapa mereka bersama, dan bagaimana
perasaan mereka. Tiga tahun kemudian, Neisser meminta siswa yang sama untuk mengingat
kembali pengalaman itu lagi. Meskipun para siswa sangat yakin bahwa akun mereka sama
seperti sebelumnya, sekitar 50% berbeda, 25% sangat berbeda, dan kurang dari 10% memiliki
semua rincian yang benar. Percobaan ini menantang gagasan bahwa ingatan flashbulb bebas dari
kesalahan.

Studi Neisser tentang flashbulb memories berlanjut pada tahun 1989 tak lama setelah gempa
bumi Loma Prieta yang berdampak pada bagian California. Neisser mengatur tiga kelompok
orang - dua di California, dan satu di Atlanta, Georgia - untuk mengingat pengalaman mereka
segera setelah gempa dimulai. Lebih dari delapan belas bulan kemudian, dia mengatur agar
orang yang sama mengingat pengalaman mereka lagi. Neisser menemukan bahwa (1) orang di
California memiliki ingatan yang lebih akurat tentang acara tersebut, dan (2) penduduk Atlanta
yang memiliki keluarga di daerah yang terkena dampak memiliki daya ingat yang lebih baik
daripada mereka yang tidak. Temuan Neisser menunjukkan bahwa keterlibatan pribadi
memainkan peran dalam meningkatkan daya ingat. Namun, karena banyak orang California
melaporkan bahwa mereka tidak merasa stres selama gempa bumi, Neisser menyimpulkan
bahwa peningkatan penarikan mungkin karena latihan naratif berulang daripada gairah
emosional.

Selain karyanya tentang persepsi dan memori, Neisser melakukan penelitian tentang kecerdasan
manusia. Kemudian dalam karirnya, ia berfokus pada ilmu pengetahuan dan politik pengujian
IQ.

Kritik terhadap Psikologi Kognitif


Seperti semua aliran pemikiran psikologis lainnya, psikologi kognitif telah menerima kritik
untuk keterbatasan pendekatan tertentu yang dirasakan. Menariknya, salah satu kritikus paling
awal dan paling vokal dari pendekatan ini adalah "Father of Cognitive Psychology" sendiri, Ulric
Neisser. Pada tahun 1976, Neisser menerbitkan buku Cognition and Reality, di mana ia
mempertanyakan validitas ekologis dari bidang yang muncul. Menurut Neisser, psikologi
kognitif mengabaikan situasi dunia nyata dan perilaku manusia sehari-hari untuk fokus pada
pengukuran yang tidak relevan yang diambil di laboratorium.

Model pemrosesan informasi juga telah dikritik keras selama bertahun-tahun. Meskipun tentu
saja ada beberapa kesamaan antara pikiran manusia dan operasi komputer, beberapa orang
percaya bahwa psikologi kognitif menempatkan terlalu banyak penekanan pada perbandingan.
Mereka berpendapat bahwa kognisi manusia lebih dari sekadar menerima input, memproses
informasi, menyimpan data, dan menghasilkan output. Misalnya, pengaruh emosi, kreativitas,
dan motivasi manusia pada bagaimana manusia berpikir tidak cukup ditangani oleh model
pemrosesan informasi.
Sementara psikolog kognitif mengklaim bahwa studi laboratorium memungkinkan mereka untuk
membuat kesimpulan obyektif tentang proses mental internal, behavioris seperti B.F. Skinner
mengklaim bahwa tidak satu pun dari mekanisme internal ini sedang diamati atau diukur secara
langsung. Akibatnya, behavioris berpendapat bahwa pendekatan kognitif bersifat subjektif dan
tidak ilmiah.

Referensi

1) Cutting, J. E. (2012). Ulric Neisser (1928-2012). American Psychologist, 67(6), 492.


2) Cutting, J., Finlay, B., & Krumhansl, C. (n.d.). Ulric “Dick” Neisser. Retrieved from
3) Dr. Hans P. Neisser, economist, 79, dies. (1975). The New York Times. Retrieved from
4) In memory of Ulric Neisser. (n.d.). Retrieved from https://fabbs.org/our_scientists/ulric-
neisser-phd/
5) Lowery, G. (2012). Ulric Neisser, a founder of cognitive psychology, dies at 83.
Retrieved from https://news.cornell.edu/stories/2012/02/ulric-neisser-professor-emeritus-
psychology-dies
6) Martin, D. (2012). Ulric Neisser is dead at 83; reshaped study of the mind. The New
York Times. Retrieved from https://www.nytimes.com/2012/02/26/us/ulric-neisser-who-
reshaped-thinking-on-the-mind-dies-at-83.html
7) Neisser, U. (2014). Cognitive psychology. New York: Psychology Press.
8) Parvin, P. (2012). Ulric Neisser, cognitive psychology pioneer, dies. Retrieved from
http://news.emory.edu/stories/2012/02/er_ulric_neisser_psychology/campus.html
9) Remembering the father of cognitive psychology. (2012). Retrieved from
https://www.psychologicalscience.org/observer/remembering-the-father-of-cognitive-
psychology

Anda mungkin juga menyukai