Anda di halaman 1dari 16

TEORI KEPRIBADIAN EDWARD O.

WILSON &
PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
TIMUR

OLEH

MAIMANATUL MUFLIHAT
1971042045
IVONE FORTUNA ACHMAR RAMSIDAR
1971041005
KELAS D

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2019/2020
TEORI KEPRIBADIAN EDWARD O. WILSON

ASAL MULA NATURALIS


Edward Osborne "E. O." Wilson lahir tanggal 10 Juni 1929 merupakan
seorang biolog, peneliti, dan pengarang AS. Keahlian biologisnya adalah
bidang mirmekologi atau ilmu yang mempelajari semut, dan dalam bidang
tersebut ia dianggap sebagai ahli terkemuka dunia. Wilson dikenal sebagai
"bapak sosiobiologi". Ia juga merupakan pendukung pelestarian lingkungan
hidup dan gagasan humanisme sekuler dan deisme.
Wilson pernah menjabat sebagai profesor entomologi di Universitas Harvard.
Ia dua kali memenangkan Hadiah Pulitzer untuk bukunya yang berjudul On
Human Nature (1979) dan The Ants (1991, ditulis bersama Bert Hölldobler).
Menurut Wilson, sosiobiologi adalah studi ilmiah dan sistematik mengenai
dasar biologis semua bentuk perilaku sosial pada semua jenis organisme.
Sosiobiologi memadukan pengetahuan etologi, ekologi, dan genetika untuk
merumuskan prinsip-prinsip umum mengenai ciri-ciri biologis seluruh
masyarakat.
Wilson menggunakan sosiobiologi dan prinsip-prinsip evolusi untuk
menjelaskan perilaku serangga sosial dan kemudian memahami perilaku sosial
hewan lain, termasuk manusia, dan dengan demikian membuat sosiobiologi
sebagai disiplin ilmu baru. Dia berpendapat bahwa semua perilaku hewan,
termasuk manusia, merupakan hasil dari hereditas, rangsangan dari lingkungan,
dan pengalaman, dan ia tidak mengakui adanya kehendak bebas. Pandangan
sosiobiologis ini menyatakan bahwa semua perilaku sosial hewan diatur oleh
kaidah-kaidah epigenetik yang dihasilkan dari hukum evolusi. Teori dan
penelitian ini merupakan pelopor dan berpengaruh, tetapi juga kontroversial.
Kontroversi sosiobiologi berkaitan dengan penerapannya pada manusia. Teori
ini menimbulkan argumen ilmiah yang menolak doktrin umum tabula rasa, yaitu
pandangan bahwa manusia dilahirkan tanpa muatan mental serta bahwa
kebudayaan berfungsi untuk meningkatkan pengetahuan manusia dan membantu
untuk bertahan hidup dan berhasil. Pada bab terakhir buku Sociobiology dan di
seluruh buku On Human Nature, Wilson menyatakan pendapatnya bahwa benak
manusia dibentuk oleh warisan genetik maupun oleh kebudayaan. Ada batasan
sejauh mana pengaruh faktor sosial dan lingkungan dapat mengubah perilaku
manusia.

PSIKOLOGI EVOLUSIONER
Psikologi evolusi atau sosiobiologi manusia adalah suatu pendekatan untuk
perilaku atau yang memandang perilaku manusia (termasuk kognisi dan emosi)
dalam kaitannya dengan asal-usul mereka yang telah diperhitungkan dalam proses
evolusi. Beberapa prinsip utama dari psikologi evolusioner atau sosiobiologi
manusia adalah:

 Proses seleksi alam yang ditemukan oleh Charles Darwin berlaku tidak
hanya pada fitur fisik organisme tetapi juga untuk pengembangan naluri,
atau kecenderungan untuk berperilaku dalam cara-cara circumstences
tertentu.
 Manusia serta anggota dari spesies lain juga memiliki naluri seperti itu
 Banyak pola perilaku kita saat ini, pemikiran, dan emosi yang muncul
karena signifikansi adaptif mereka dalam sejarah evolusi kita
 Psikologi evolusioner telah memeriksa sejumlah tipe tertentu dari perilaku
dalam teori psikologi evousioner. Termasuk perilaku altruistik pola
bonding, tabu inses, agresi, pemilihan pasangan, dan daya Tarik.
 Salah satu mekanisme penting dari seleksi alam adalah seleksi seksual,
yang melibatkan kedua kompetisi untuk pasangan dan pemilihan
pasangan. Seleksi seksual adalah faktor utama yang menentukan sejauh
mana suatu organisme melewati gen ke generasi berikutnya.
 Selain pemilihan organisme yang paling cocok melalui seleksi alam juga
bisa dengan cara seleksi inklusif kebugaran atau seleksi keluarga sejauh
mana suatu organisme meningkatkan kelangsungan hidup keluarga yang
memiliki beberapa genetic yang identik.
 Banyak dari perilaku kita dapat dipahami dalam hal lingkungan dari
kemampuan beradaptasi evolusi (EEA) dimana nenek moyang hominid
hidup selama jutaan tahun.
 Konsep modularitas mental, dimana otak terlihat seperti memiliki banyak
program adaptif adalah daerah baru teori dan penelitian dalam psikologi
evolusioner
 Psikologi evolusioner memberikan perspektif baru untuk
mempertimbangkan jenis psikopatologi

KONSEP EVOLUSIONER DALAM TEORI KEPRIBADIAN KLASIK


Psikolog evolusi modern bukan yang pertama untuk mengambil teori evolusi
ke akun eksplorasi mereka dari perilaku manusia. Banyak teori kepribadian klasik
juga dianggap proses evolusi biologis yang relevan dengan pekerjaan mereka.
Mereka menarik berbagai elemen teori evolusi dan diterapkan dengan cara yang
berbeda. Kebanyakan dari mereka menyelesaikan teori-teori mereka sebelum
pengembangan konsep inclusive fitness Hamilton.
Freud akrab dengan teori Darwin, dia sering menyebutnya dalam karya-
karyanya, dan memiliki perpustakaan yang luas dari tulisan-tulisan Darwin
(Ritvo, 1990). Teori freud ini sangat banyak berkaitan dengan instictual makeup
of human. Idenya dari naluri seksual dan agresif didasarkan lebih dari membaca
ide Darwin tentang seleksi of the fittest sebagai pengamatan klinis. Id Freud
terkandung drive biologis, yang telah berevolusi melalui proses seleksi alam. Ia
mengerti altruisme dan pantang dari perilaku menyakiti orang lain sebagai fungsi
superego, yang bisa dipahami bukan sebagai kecenderungan berdasarkan biologi,
tetapi sebagai bentuk belajar perilaku.

MENGAPA LINGKUNGAN ADAPTASI EVOLUSIONER SANGAT


PENTING
Lingkungan terhadap adaptasi evolusioner ini dianggap sebagai lingkungan
yang di mana leluhur hominid kita hidup selama 7 juta tahun. Peralihan ke
pertanian sebagai sumber makanan dianggap telah terjadi secara acak 10.000
tahun terakhir. Leluhur kita adalah pemburu – pengumpul dan tekanan selektif
dari lingkungan mereka yang sulit selama jutaan tahun telah membentuk banyak
perilaku kita yang mungkin cocok atau tidak cocok dengan kehidupan kita didunia
modern dan industri.
Sebagai contoh dampak dari EEA adalah kesukaan kita terhadap makanan
manis dan kecintaan terhadap gula, juga kesukaan terhadap daging berlemak.
Pada masa EEA yang menyukai makanan manis dan dan menginginkan makanan
manis sangat membantu dalam meningkatkan asupan kalori leluhur kita. Hominid
yang menyukai makanan manis dan menginginkan makanan manis cenderung
untuk mencari daun, batang, bunga, dan tanaman dengan nilai kalori yang tinggi.
Kesukaan terhadap daging berlemak juga akan membantu asupan kalori yang
cukup.
Dalam kondisi masyarakat saat ini, dengan makanan olahan dan persediaan
yang berlimpah, kecenderungan untuk makan makanan manis dan daging
berlemak akan berdampak pada obesitas, penyakit, dan kematian. Makan
makanan manis dan daging berlemak adalah faktor yang beresiko menyebabkan
penyakit yang dapat mengancam jiwa termasuk penyakit jantung dan diabetes.
Semakin banyak yang berubah semakin banyak kesamaan yang berusaha
dipertahankan. Kita mungkin menganggap perilaku manusia tidak hanya
mencakup perilaku altruistik, tetapi juga taktik dan strategi untuk berurusan
dengan orang lain.

MASALAH MENGENAI TEORI EEA (ENVIRONMENT OF


EVOLUTIONARY ADAPTEDNESS)
EEA memiliki beberapa keterbatasan, pertama kita masih meragukan seberapa
akurat pengetahuan kita tentang EEA yang sebenarnya. Sekitar tujuh juta tahun
yang lalu kita tidak dapat mengamati perilaku nenek moyang, kita hanya dapat
melakukan eksplorasi perilaku mereka melalui studi kontemporer dan temuan
arkeologi. EEA juga memiliki rentang waktu yang cukup lama.
Bagaimana kita menjelaskan kenyataan bahwa nenek moyang kita telah hidup
pada periode masa yang berbeda. Setiap perubahan yang terjadi akan meyebabkan
pula perubahan pada gen kita. Perilaku yang berbeda bisa saja memiliki asal-usul
dalam periode yang berbeda dari adaptasi evolusioner.

Reciprocal, Soft-Core Altruism


Konsep altruisme yang dikemukakan oleh Robert Trivers menyebutkan bahwa
altruisme melibatkan pembepemilihanrian dan penerimaan bantuan dari orang lain
tanpa memikirkan diri sendiri. Teori ini beranggapan bahwa sikap individualis
menunjukkan perilaku yang dipilih berdasarkan seleksi alam.

Modularitas of Mind
Pendatang baru yang relatif terhadap teori-teori yang digunakan oleh para
psikolog evolusi adalah gagasan tentang modularitas pikiran. Versi modern dari
gagasan kemampuan mental diusulkan oleh Jerry Fodor (1983), yang
mengusulkan bahwa pikiran juga terdiri dari proses sentral tujuan umum. Leta
Cosmides dan John Tooby (2003) telah mengurangi penekanan proses sentral
Fodor dan menekankan bahwa otak terdiri dari banyak (ratusan atau ribuan) sub-
organ atau modul yang lebih kecil, yang masing-masing berevolusi untuk tujuan
tertentu. Mereka menyinggung model mereka sebagai model pisau otak Swiss
Army. Beberapa modul ini, relatif tidak berubah, memiliki sejarah evolusi yang
berusia jutaan tahun.
Kami secara tradisional telah melihat kecenderungan perilaku seperti itu tanpa
memikirkan modul mental atau kabel saraf yang mendasari mereka. Bahkan cara
lain untuk memandang naluri adalah dengan menganggapnya sebagai hasil dari
bagian genom yang diwarisi yang bertanggung jawab untuk pengembangan pola-
pola otak yang mengarah pada aktivitas mental tertentu.

Exaptation: One Means Of Evolution


Salah satu aspek dari teori evolusi saat ini adalah gagasan tentang bagaimana
fitur atau perilaku baru dapat muncul. Dalam proses ini. fitur atau perilaku yang
awalnya tidak dipilih dapat muncul (Wilson, 1978, hlm. 71-97). Istilah exaptation
menunjukkan bahwa karakteristik yang dipilih dalam suatu lingkungan tertentu
dapat terbukti berharga dalam lingkungan yang berbeda, dan untuk alasan baru.
Sebagai contoh, bulu burung dianggap telah muncul untuk tujuan suction dan
hanya jutaan tahun kemudian dikembangkan untuk tujuan meluncur dan
kemudian terbang (Tattersall. 1998)
Beberapa kapasitas, meskipun pada awalnya tidak dipilih, sehingga dapat menjadi
adaptif. Sebuah contoh yang terkait dengan manusia adalah bahwa otak manusia
yang kompleks pada awalnya tidak berevolusi untuk membaca atau untuk
melakukan pemrograman komputer. Membaca dan pemrograman komputer
adalah fungsi exaptations atau muncul dari sistem saraf yang tidak berkembang
awalnya untuk dapat membaca atau melakukan pemrograman.

Facultative Adaptation
Banyak sifat yang fakultatif, yaitu ekspresinya tergantung pada kondisi
lingkungan. Di bidang karakteristik fisik, seseorang yang sering menggunakan
alat atau perkakas dapat mengembangkan terjadinya kapalan. Pengembangan
kapalan ini adalah adaptasi fakultatif, potensi genetik yang diekspresikan hanya
dengan melalui penggunaan alat atau perkakas. Seseorang yang tidak pernah
menggunakan tangannya untuk melakukan pekerjaan berat tentunya tidak akan
mungkin untuk terkena kapalan.
Demikian juga, seseorang yang menjalani pelatihan intensif untuk terlibat dalam
operasi tempur khusus cenderung menunjukkan tingkat kewaspadaan dan
kesiapan untuk melakukan tindakan yang tidak sering terlihat di kalangan warga
sipil. Tingkat kewaspadaan, kesiapan untuk bertarung, dan aktivitas hormon yang
terkait berbeda dari orang sipil yang tidak banyak bergerak. Akibatnya, spesies
manusia dapat membedakan "manusia tentara" dan "manusia pekerja". Tidak
seperti koloni semut, jenis ini tidak mewakili kasta yang terpisah tetapi
merupakan penyesuaian fakultatif terhadap persyaratan lingkungan yang berbeda.

PSIKOLOGI EVOLUSI DARI PERSPEKTIF YANG LEBIH LUAS DAN


OBJEKTIF
Jika hewan mempunyai latar belakang genetik dan evolusi dimana bukan
hanya sekedar pengalaman tetapi juga pengetahuan, manusiapun seperti itu yaitu
latar belakang genetik dan evolutionarinya menjadikan kenaikan menyeluruh pada
perkembangan emosional dan penguatan lingkungan selanjutnya. Seorang
manusia dibentuk oleh pengalaman sejak bayi. Psikologi evolusioner memberikan
gambaran kenyataan bahwa anda adalah manusia dan perilaku-perilaku yang
berkembang dalam nenek moyang anda yang memungkinkan mereka untuk
meneruskan gen mereka kepada anda.
Berbeda dengan pandangan Lamarckian atau jungian yang menyatakan bahwa
tidak ada yang menunjukkan bahwa pengalaman nenek moyang anda di
reproduksi dalam diri anda atau perilaku mereka yang diteruskan kepada anda.
Apa yang ditunjukkan adalah bahwa dari beragam makhluk humanoid yang ada di
masa lalu hanya mereka yang memiliki kecenderungan untuk berperilaku
(termasuk thinking dan feeling) dengan cara tertentu yang dapat menruskan gen
mereka dalam urutan lingkungan yang mereka hadapi, dan kita sekarang
merupakan keturunan mereka. Penjelasan dari contoh diatas adalah perbedaan
implikasi teori Lamarck terhadap warisan karakteristik yang diperoleh dan
membandingkan dinamika seleksi alam.

KESALAHAN TENTANG PSIKOLOGI EVOLUSIONER

David M. Buss merangkum dari kesalahpahaman yang sering terjadi tentang


psikologi evolusioner :

1. Beberapa anggapan keliru bahwa teori evolusioner mengusulkan


determinisme genetik tanpa masukan dari lingkungan. Buss menunjukkan
bahwa banyak perilaku yang ditentukan secara evolusioner adalah
tanggapan terhadap lingkungan spesifik. Adaptasi seperti itu dalam
menanggapi kondisi spesifik seperti yang telah kita bahas, disebut perilaku
fakultatif. Contoh psikologi sederhana dari respons fakultatif adalah bahwa
kapalan berkembang karena respons terhadap penggunaan alat
berat/perkakas.
2. Keyakinan salah lainnya adalah bahwa kita manusia tidak dapat mengubah
perilaku kita, bahwa hal itu sepenuhnya ditentukan oleh evolusi dan oleh
gen kita. Paling tidak, pengetahuan kita tentang mekanisme evolusioner
dapat membawa pada perilaku kita. Kita bisa belajar, misalnya kita
memiliki kecenderungan takut yang kuat untuk berada ditempat yang
tertutup/gelap. Kita dapat mengatasi fobia semacam itu melalui terapi
perilaku seperti desentisasi.
3. Anggapan palsu adalah bahwa kita telah dirancang secara optimal oleh
evolusi. Buss menunjukkan jeda waktu, bahwa dalam banyak kasus kita
lebih baik menyesuaikan diri dengan lingkungan sebelumnya daripada pada
dunia kita saat ini. Jika kita menyesuaikan diri dengan lingkungan kita saat
ini, maka semuanya akan mudah seperti belajar membaca, berbicara atau
berkomunikasi.
4. Asumsi lain adalah bahwa kita berusaha secara sadar memaksimalkan
jumlah gen yang masih ada di generasi berikutnya. Kita mungkin
menunjukkan kecenderungan genetis untuk meneruskan gen kita ke generasi
berikutnya, namun ini belum tentu tujuan sadar kita.

PSIKOLOGI EVOLUSIONER DAN PSIKOPATOLOGI


Ada sejumlah cara utuk memahami psikopatologi dalam hal psikologi
evolusioner. Mungkin dengan pendekatan yang paling sederhana adalah
mempertimbangkan EEA. Hal ini jelas terjadi pada banyak hewan tertawan/
tertangkap, khususnya yang memiliki penjaga yang bermukim jarak jauh.
Disimpan dalam kondisi tertawan/tertangkap, bahkan dengan perawatan terbaik
hewan dari banyak spesies mungkin menunjukkan tanda-tanda depresi atau tidak
bereproduksi.
Orang-orang yang bertempat tinggal di kota yang terlalu ramai dan memiliki
tingkat kebisingan tinggi mungkin juga menunjukkan gejala kecemasan dan
gangguan terkait stress.
ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER (ADHD) Or
VERY ALERT VERY ACTIVE PATTERN (VAVAP)?
ADHD adalah diagnosis yang sering ditemukan pada anak-anak usia sekolah
di Amerika Serikat. Ini mengacu pada pola perilaku impulsive yang maladaptive,
dan kesulitan memusatkan perhatian, berkonsentrasi dan duduk diam (APA, 2000,
hlm. 85-93). Ada komponen genetik atau keturunan yang besar untuk gangguan
ini. Hanya dalam beberapa tahun terakhir manusia muda diharuskan mencurahkan
sebagian besar waktunya untuk berkonsentrasi pada studi mereka. Dalam
lingkungan manusia purba dan hominid, seorang anak dengan label ADHD
mungkin telah beradaptasi dengan baik atau lebih baik dari pada anak yang
menetap di satu tempat. Dia mungkin akan lebih waspada terhadap predator atau
menghadapi situasi tertentu dengan demikian akan bermanfaat bagi kelangsungan
hidup kelompok hominid awal untuk memiliki beberapa individu dengan pola
perilaku waspada yang sangat aktif (VAVAP).
Dari sudut pandang teori praevolusi, kita dengan cepat menarik kesimpulan
bahwa ADHD adalah patologis. Dengan mempertimbangkan EEA, kita bisa lebih
terbuka terhadap kemungkinan bahwa banyak anak muda yang hiperaktif
mewakili varian normal yang ditentukan secara genetik, tanpa cacat khusus,
masalah keluarga, atau masalah emosional.
Sepanjang garis ini, kita mungkin mempertimbangkan untuk menyediakan lebih
banyak aktivitas fisik di sekolah dan istirahat lebih sering untuk mengakomodasi
kegelisahan anak ADHD yang harus duduk berjam-jam.

KATA TERAKHIR MENGENAI PSIKOLOGI EVOLUSIONER

Bidang psikologi evolusioner adalah bidang teori dan penelitian yang


menjanjikan dan berkembang pesat. Psikologi evolusioner mempengaruhi
pemikiran tidak hanya dibidang teori kepribadian tetapi juga dibidang psikologi
lainnya seperti kognitif, persepsi, sensasi, psikologi sosial, neuropsikologi, dan
psikopatologi. Hal itu adalah sudut pandang pemersatu yang membantu
menjelaskan banyak fenomena yang ada dan mengarah pada saran heuristik
tentang temuan lain di bidang psikologi.
Karena proses perkembangan psikologi evolusioner yang pesat, belum
memungkinkan untuk memprediksi status akhir atau membuat evolusi terakhir.
Para pendukung teori ini meminimalkan adanya perbedaan budaya yang luas
antara kelompok manusia atau fleksibilitas perilaku individu. Tidak jelas bahwa
sistem etika atau moralitas yang memuaskan dapat didasarkan pada pemikiran
evolusioner. Kita dapat melihat ke depan dan di tahun-tahun ke depan untuk
melanjutkan dialog antara pendukung psikologi evolusioner dan pendukung
menyeluruh lainnya dari berbagai pendekatan yang berbeda untuk
mengkonseptualisasikan dan mengurangi perilaku manusia.
KONSEP PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TIMUR
Sebenarnya agama timur banyak berisi psikologi. Sebagai contoh ajaran
Budha banyak berisi psikologi. Buddhisme diajarkan oleh Budha Gautama 536 –
483 SM di India. Sesudah Buddha Gautama wafat lalu terjadilah aliran-aliran
Buddhisme, misalnya Mahayana dan Hinayana.
Beberapa ajaran Buddhisme di luar India antara lain ialah”
1. Di Asia Tenggara berkembanglah aliran The-ravada.
2. Buddhisme di Cina bernama Cha’an atau Jen.
3. Buddhisme Jepang dan Korea disebut Zen.
4. Di Tibet disebut Sekti.
5. Di Indonesia disebut Buddha.
Tujuan psikologi timur adalah mengubah kesadaran seseorang agar mampu
melampaui batasan yang diciptakan oleh kebiasaan-kebiasaan yang membentuk
kepribadian orang itu.

A. Teori Kepribadian Abhidhamma


Teori kepribadian Abhidhamma merupakan wawasan dari Buddha Gautama
yang kemudian terbagi menjadi dua aliran, yaitu aliran Mahayana dan
Hinayanana. Menurut Abhidhamma bahwa tidak ada diri yang bersifat kekal atau
abadi yang ada hanyalah sekumpulan proses impersonal yang timbul dan
menghilang.
Objek psikologi Abhidhamma adalah:
1. Pengindraan dari panca indera
2. Pemikiran yang dianngap sebagai indera keenam
3. Setiap keadaan jiwa yang terdiri dari sekumpulan sifat jiwa. Sifat jiwa
tersebut misalnya cinta benci, dan sosial.
Faktor-faktor jiwa dalam Abhidamma juga terbagi menjadi dua macam yaitu
Kusula yang berarti murni, baik, sehat dan Akusula yang berarti tidak murni, tidak
baik, tidak sehat.
Tipe-tipe manusia menurut Visudhimagga (pedoman untuk meditasi sesuai
dengan ajaran Abhidhamma), yaitu:
1. Tipe orang suka kenikmatan misalnya berpenampilan menarik, sopan dan
menjawab dengan hormat bila disapa, dan mengerjakan tugas dengan seni,
rapi, serta sangat berhati-hati.
2. Tipe orang pembenci misalnya berpakain dengan ketat dan tidak rapi, pada
saat bekerja mereka cenderung kasar dan semberono, dan senang pada
makanan asam dan pedas.
Tipe orang delusi dapat diekspresikan dengan berpakaian compang-camping,
benangnya berselawiran, kasar dan tidak enak dipakai, sebagai pekerja mereka
tidak terampil, jotok, dan sering berkelakuan malas serta mudah menyerah.

B. Teori Kepribadian Jen dari Hsu


Teori ini dikemukakan oleh Francis L.K. Hsu seorang warga negara USA
yang berketurunan Cina yang dimana teorinya disebut teori kepribadian Jen dari
sastra Cina, yang berarti manusia yang berjiwa selaras, manusia yang
berkepribadian. Struktur kepribadian dan jiwa manusia Timur digambarkan
sebagai lingkaran yang konsentris dimana dari setiap lingkaran tersebut
menggambarkan suatu alam kehidupan jiwa manusia dengan berbagai macam isi
seperti perspektif, pengetahuan, ingatan, sampai pada keinginan dan nafsu
manusia.
Menurut Hsu lingkaran alam kehidupan jiwa atau kepribadian manusia terdiri
dari tujuh lingkaran yang konsentris.
Keterangan Gambar:
7. Lingkaran lapisan tidak sadar
6. Lingkaran lapisan bawah sadar
5. Lingkaran lapisan kesadaran yang tidak dinyatakan
4. Lingkaran lapisan kesadaran yang dinyatakan
3. Lingkaran lapisan hubungan akrab atau karib
2. Lingkaran lapisan hubungan berguna, yang memiliki manfaat.
1. Lingkaran lapisan hubungan jauh
0. Lingkaran dunia luar

Selayang Pandang Gerakan Kebatinan Indonesia


Gerakan kebatinan Indonesia adalah gerakan mesu budi, maksudnya adalah
gerakan yang melatih budi pekerti manusia untuk membangun pikiran dan
perasaan yang halus sehingga hidup menjadi lebih tentram dan bahagia.
Sifat-sifat gerakan kebatinan:
1. Sifat batin yaitu rasa yang terdapat dalam pikiran dan perasaan yang
dalam dari diri manusia.
2. Sifat rasa yaitu pengalaman rohani yang bersifat subjektif.
3. Sifat asli sebagai reaksi terhadap keterasingan manusia dari dirinya
sendiri. Dalam hal ini gerakan kebatinan Indonesia lebih menekankan dan
memprtahankan gaya hidup serta tata krama timur.
4. Sifat keakraban atau hubungan erat antar anggota, dengan adanya
kesamaan pandangan hidup antar anggota maka akan terjadi hubungan
yang erat rasa persatuan antar anggota.
5. Sifat akhlak sosial, maksudnya adalah gerakan ini dibentuk untuk
melawan kemerosotan moral akibat arus barat yang menggerogoti tata
krama timur.
6. Gerakan kebatianan percaya adanya daya-daya gaib yang supranatural,
misalnya jimat, sakti, mantra, keramat dan mimpi.
C. Teori Kepribadian Kramadangsa
Teori ini merupakan aliran dari kebatianan Kawruh Begja yang di pimpin
oleh Ageng Suryomentaram. Pengetahuan tentang diri atau kepribadian manusia
dalam bahasa jawa yang dipakai oleh Ageng Suryomentaram adalah pangawikan
pribadi. Adapun manfaat pangawikan pribadi adalah:
1. Memahami kehidupan jiwanya sendiri dan orang lain.
2. Memahami rasa diri sendiri dan rasa orang lain.
3. Untuk melaksanakn pola hidup yang tepat dan benar sehingga dapat
dipertanggung jawabkan.
4. Untuk mengatasi konflik yang terjadi, sehingga pangawikan dapat disebut
revolusi jiwa sehat.
5. Dengan adanya revolusi jiwa yang sehat maka manusia dapat mencapai
rasa bebas yaitu pembebasan batin atau jiwa manusia.
6. Dengan tercapainya kebebasan batin sebagai tujuan utama maka dapat
membangun hidup yang tentram dan damai.
7. Sebagai pengembangan akal budi yang realistis, dan rasional.
Secara garis besar struktur kejiwaan manusia menurut Ageng Suryomentaram
adalah sebagai berikut:
1. Keinginan
2. Rasa hidup, yang menjadi pendorong semua tindakan manusia
3. Manusia dengan Rasa Aku Kramadangsa melakukan pengembangan akal
budi dalam bidang: rasa senang dan susah, rasa sama, dan rasa damai
4. Rasa tabah
5. Rasa iri dan sombong
6. Rasa sesal dan khawatir
7. Rasa bebas.
Daftar Pustaka

Sollod, R.N & Monte, C.F. 2003. Beneath The Mask. United states Of America.
John wiley & Sons.Papalia, D.E., et.al. (2000).

Fudayanto, Ki. 2003. Psikologi KepribadianTimur. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai