Anda di halaman 1dari 5

Nama: Maimanatul Muflihat

NIM: 1971042045
Kelas D

KASUS
Fakta Anak Bunuh Ayah Kandung yang Jasadnya Dikubur di Septic Tank
dan Dicor.
Kompas.com - 31/10/2019, 16:53 WIB
Editor: Candra Setia Budi

KOMPAS.com - Warga Desa Kendayakan, Kecamatan Warureja, Kabupaten


Tegal, Jawa Tengah, dihebohkan dengan Rahadi (55) yang tewas dibunuh
anaknya sendiri bernama Wahudin (28), Selasa (29/10/2019). Setelah membunuh
ayahnya dengan sebilah kapak, Wahudin pun coba menghilangkan jejak dengan
membuang jasad ayahnya ke dalam septic tank dan menutupnya dengan adukan
semen. Mayat Rahadi ditemukan pertama kali oleh Sariah (56) tak lain adalah
istrinya.
Kapolsek Warureja Iptu Nugroho Santoso mengatakan, Wahudin pelaku
pembunuh ayah kandungnya sendiri diduga mengalami gangguan jiwa. Hal itu
berdasarkan keterangan warga, di mana pelaku kerap bolak-balik ke rumah sakit
untuk pemeriksaan kejiwaan. Berikut ini fakta selengkapnya:
1. Mayat ditemukan istri korban
Sariah mengatakan, ia menemukan jasad suaminya sudah dalam keadaan
terbungkus tikar di dalam septi tank di samping rumahnya. Diceritakan Sariah,
sebelum menemukan jasad suaminya. Ia berkunjung ke rumah anaknya lainnya.
Saat pulang ke rumah, sambungnya, ia terkejut melihat ceceran darah di dalam
rumah.
Karena curiga, ia mencoba menelusuri hingga menemukan suaminya di dalam
septic tank. Melihat itu, dirinya histeris hingga memancing warga lainnya untuk
datang. “Kaget, saya tidak menyangka sama sekali,” ungkap Sariah, Rabu
(30/10/2019). Oleh warga, temuan itu kemudian dilaporkan ke Polsek Warureja,
Polres Tegal. Petugas yang datang kemudian langsung mengevakuasi jasad
korban di bawa ke RSUD Suradadi.

2. Polisi amankan senjata tajam


Kasatreskrim Polres Tegal AKP Gunawan Wibisono mengungkapkan, setelah
mendapat laporan dari warga. Pihaknya langsung datang dan telah melakukan
olah tempat kejadian perkara (TKP) serta meminta keterangan para saksi. Dari
olah TKP, lanjutnya. Sebilah senjata tajam yang sempat dibuang pelaku juga turut
diamankan sebagai barang bukti. Gunawan menjelaskan, korban meninggal
setelah mengalami luka sayatan di leher dan dadanya. Pelaku sempat
menghilangkan jejak dengan memplester dengan adukan semen untuk menutup
lubang septic tank. Hingga kini, pelaku masih menjalani pemeriksaan intensif di
Polsek Warureja. Polisi akan mendatangkan psikiater untuk mengetahui kondisi
kejiwaan pelaku Wahudin.

3. Diduga alami gangguan jiwa


Kapolsek Warureja Iptu Nugroho Santoso mengatakan, Wahudin, pelaku
pembunuhan ayah kandungnya Rahadi dengan menggunakan kapak dan
mengubur jasadnya di septic tank dan dicor di rumahnya di Desa Kendayakan,
Jawa Tengah, diduga mengalami gangguan jiwa. Masih dikatakan Santoso, pelaku
kerap bolak-balik ke rumah sakit untuk pemeriksaan kejiwaan. "Pelaku itu diduga
mengalami gangguan jiwa. Bolak-balik ke rumah sakit untuk periksa kejiwaan,"
kata Nugroho saat mengamankan jalannya otopsi jenazah Rahadi oleh Tim DVI
Polda Jateng di makam desa setempat, Kamis (31/10/2019). Meski demikian, saat
berkomunikasi, Wahudin seperti layaknya orang normal.

4. Pernah berobat tiga kali di RS Mitra Siaga Sementara itu, Kepala Desa
Kendayakan, Rasiun mengatakan, informasi dari tetangga sekitar dan keluarga,
pelaku pernah berobat sampai tiga kali di RS Mitra Siaga, Tegal. Meski demikian,
keseharian pelaku yang pernah menjadi anak buah kapal (ABK) ini layaknya
orang normal saat berinteraksi. "Kalau diajak komunikasi nyambung kaya orang
normal," kata dia.

ANALISIS KASUS
Pada kasus diatas, diketahui pelaku yang membunuh ayahnya sendiri
menggunakan kapak lalu memasukkan jasad ayahnya kedalam septic tank dan
kemudian dicor itu mengalami gangguan jiwa. Pelaku yang diduga mengalami
gangguan jiwa tersebut rupanya kerap kali bolak-balik ke rumah sakit untuk
pemeriksaan kejiwaan. Dengan terjadinya hal ini terhadap pelaku maka polisi
menunda untuk menindak lanjuti kasus ini dan polisi akan segera mendatangkan
psikiater untuk mengetahui kondisi kejiwaan pelaku.

Sistem Peradilan Pidana Terpadu dalam Kitab Undang-Undang Hukum


Acara Pidana (KUHAP) merupakan dasar bagi terselenggaranya proses peradilan
pidana yang benar-benar bekerja dengan baik. Sistem Peradilan Pidana yang
dianut oleh Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana terdiri dari sub-sistem
yang merupakan tahapan proses jalannya penyelesaian perkara.
Untuk mengantisipasi orang yang melakukan tindak pidana/tindak
kekerasan, maka apabila orang tersebut terbukti mengalami gangguan jiwa,
maka dalam hal ini sangat berkaitan dengan Pasal 44 sebagaimana diatur
didalam pasal 44 Ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Dimana pada
pasal 44 Ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana menjelaskan bahwa
barangsiapa melakukan perbuatan yang tidak dapat dipertanggungkan kepadanya
karena jiwanya cacat dalam pertumbuhan atau terganggu karena penyakit, tidak
dipidana.
Pada dasarnya setiap tindak pidana kejahatan pembunuhan yang
dilakukan oleh setiap orang, baik yang memiliki gangguan kejiwaan atau
tidak, dapat dikenakan hukuman dengan pertimbangan-pertimbangan yang
meringankan bagi tersangka/terdakwa, yaitu karena keadaan tersangka yang tidak
mampu bertanggungjawab, termasuk psikopat, namun hukuman tersebut disertai
dengan keterangan saksi ahli dan proses pemeriksaan.
Berkenan dengan kondisis kejiwaan terdakwa maka kembali lagi kepada
hakim, hakimlah yang berkuasa memutuskan tentang dapat atau tidaknya
terdakwa dipertanggungjawabkan atas perbuatannya itu, meskipun dapat pula
meminta nasihat dari dokter penyakit jiwa. Jika hakim berpendapat bahwa orang
itu betul tidak dipertanggungjawabkan atas perbuatannya, maka orang itu
dibebaskan dari segala tuntutan pidana. Tetapi, untuk mencegah terjadinya hal
serupa yang membahayakan baik keselamatan orang gila tersebut maupun
masyarakat, hakim dapat memerintahkan agar orang tersebut dimasukkan ke
dalam rumah sakit jiwa selama masa percobaan maksimum satu tahun untuk
dilindungi dan diperiksa.
DAFTAR PUSTAKA
https://regional.kompas.com/read/2019/10/31/16533961/fakta-anak-bunuh-ayah-
kandung-yang-jasadnya-dikubur-di-septic-tank-dan-dicor?page=1 Diakses pada
tanggal 21 Maret 2020.

Yona, A. (2019). Proses Penanganan Orang Dengan Masalah Kejiwaan (Odmk)


Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Terhadap Ibu Kandung (Studi Kasus
di Polres Kota Bandar Lampung). Hal. 1-11. Pada tanggal 22 Maret 2020.

Ahmad, E., S., H. (2016). Kepastian Hukum Penanganan Perkara Terhadap


Pelaku Yang Mengalami Gangguan Jiwa. Hal. 1-34. Pada tanggal 22 Maret 2020.

Anda mungkin juga menyukai