Anda di halaman 1dari 14

Mata Kuliah : Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif

Dosen : 1. Ns. Risal Faizal, S.Kep., M.Kes

2. Ns. Dedi Sadarmei S.Kep

MAKALAH

KONSEP PSIKONEUROIMUNOLOGI

PADA KEPERAWATAN PALIATIF

Disusun Oleh :

Nama : Sintia Duela Kanony

Nim : 121441919

Semeste r : V

Program Studi S1 Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Famika Makasssar

2020/2021
KATA PENGANTAR

`Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya
yang memberikan kesehatan dan kelapangan waktu bagi penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas pengetahuan tentang “KONSEP


PSIKONEUROIMUNOLOGI PADA KEPERAWATAN PALIATIF”. Makalah ini disusun
oleh penulis dengan berbagai rintangan. Baik yang datang dari diri penulis maupun yang
datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan Yang
Maha Esa, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis dengan senang hati akan menerima segala bentuk kritikan yang bersifat
membangun dan saran-saran yang akhirnya dapat memberikan manfaat bagi makalah ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Makassar, 30 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................... i

DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 1

A. Latar Belakang................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 3

A. Pengertian Psikoneuroimunologi....................................................................... 3
B. Konsep Stress Dalam Psikoneuroimunologi..................................................... 3
C. Hubungan Sistem Imun Dan Sistem Saraf........................................................ 6
D. Faktor Psikososial Yang Memperkuat Dan Melemahkan Imunitas Tubuh....... 7
E. Psikoneuroimunitas Dalam Proses Keperawatan.............................................. 8
F. Pendekatan Psikoneuroimunologi..................................................................... 8
G. Pentingnya Psikoneuroimunologi Dalam Keperawatan.................................... 9

BAB III PENUTUP......................................................................................................... 10

A. Kesimpulan........................................................................................................ 10
B. Saran.................................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kondisi sehat dapat dipertahankan karena individu mempunyai ketahanan
tubuh yang baik. Stres terjadi karena tidak adekuatnya kebutuhan dasar manusia yang
akan dapat bermanifes pada  perubahan fungsi fisiologis, kognitif, emosi dan perilaku.
Paradigma yang banyak dianut pada saat  ini adalah memfokuskan pada hubungan
antara perilaku, sistem saraf pusat (SSP), fungsi endokrin  dan imunitas.
Responsivitas sistem imun terhadap stres menjadi konsep dasar psikoneuro-
imunologi. Mekanisme hubungan tersebut diperantarai oleh mediator kimiawi seperti
glukokortikoid, zat golongan amin dan berbagai polipeptida melalui aksis limbik
hipotalamus-hipofisis-adrenal yang dapat menurunkan respon imun seperti aktifitas
sel natural killer (NK), interleukin (IL-2R mRNA), TNF-dan produksi interferon
gama (IFN). Kata kunci: Psikoneuroimmunologi stres stresor - sistem imun –
glukokortikoid.
Stres merupakan sebuah terminologi yang sangat populer dalam percakapan
sehari-hari. Stres adalah salah satu dampak perubahan sosial dan akibat dari suatu
proses modernisasi yang biasanya diikuti oleh proliferasi teknologi, perubahan tatanan
hidup serta kompetisi antar individu yang makin berat.
Para ahli perilaku mempelajari hubungan perilaku dengan sistem kekebalan
tubuh yang sangat kompleks dan salah satu isu menarik adalah hubungan antara stres
dengan sistem kekebalan tubuh. Akhir-akhir ini berkembang penelitian tentang
hubungan antara perilaku, kerja saraf, fungsi endokrin dan imunitas. Penelitian-
penelitian tersebut telah mendorong munculnya konsep baru yaitu
psikoneuroimunologi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan psikoneuroimunologi ?
2. Bagaimana konsep stress dalam psikoneuroimunologi ?
3. Bagaimana hubungan antara sistem imun dan sistem saraf ?
4. Apa saja faktor-faktor psikososial yang memperkuat dan melemahkan imunitas
tubuh ?
5. Bagaimana psikoneuroimunologi dalam proses keperawatan ?

1
6. Bagaimana pendekatan yang dilakukan perawat dalam psikoneuroimunologi ?
7. Apakah psikoneuroimunologi penting dalam keperawatan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan psikoneuroimunologi.
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep stress dalam psikoneuroimunologi.
3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara sistem imun dan sistem saraf.
4. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor psikososial yang memperkuat dan
melemahkan imunitas tubuh.
5. Untuk mengetahui bagaimana psikoneuroimunologi dalam proses keperawatan.
6. Untuk mengetahui bagaimana pendekatan yang dilakukan perawat dalam
psikoneuroimunologi.
7. Untuk mengetahui apakah psikoneuroimunologi penting dalam keperawatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Psikoneuroimunologi
Istilah psikoneuroimunologi dipopulerkan oleh Robert Ader pada tahun
1975,namun baru pada tahun 2001 diterima sebagai istilah ilmiah di bidang
imunologi. Psikoneuroimunologi pada awalnya dipahami sebagai gabungan dari tiga suku
katapsiko, neuro, dan imunologi. Pemahaman berdasarkan ketiga paradigma keilmuantersebut
menjadikan psikoneuroimunologi hanya sebagai field of study yang sulitdigunakan untuk
menyelesaikan masalah penelitian guna pengembangan ilmu. Oleh karena itu,
pemahaman terhadap istilah tersebut selanjutnya berkembang berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Robert Ader dan Nicholas Cohen pada tahun 1975
yangmembuktikan bahwa kinerja imunoregulasi tidak sepenuhnya otonom,
melainkandipengaruhi oleh kerja otak. Hal inilah yang selanjutnya memberikan
pemikiran bahwa psikoneuroimunologi merupakan istilah yang berfokus
pada imunoregulasi dan merupakan disiplin keilmuan tersendiri. Ader mendefinisikan
psikoneuroimunologi sebagai ilmu yang mempelajari interaksi antara perilaku
(behavior ), fungsi neuro endokrin, dan proses sistem imun (Putra, 2011).

B. Konsep Stress Dalam Psikoneuroimunologi


Konsep stress dalam paradigma psikoneuroimunologi mengalami
perkembangan. Padaawalnya stres dimaknai sebagaimana konsep yang dikemukakan Hans
Selye, bahwa stres merupakan sebuah sindrom spesifik, berisi semua perubahan sistem
biologis yangnonspesifik atau merupakan kondisi spesifik yang didasari oleh
perubahan biologisyang nonspesifik. Seseorang dapat memberikan respon berbeda
terhadap stressor yangsama, kadang juga memberikan respon sama terhadap stresor
yang berbeda. Hal inidikarenakan imunoregulasi merupakan perubahan biologis,
namun penggambaransindrom spesifik yang didasari oleh perubahan biologis dari
sistem imun tersebut belumteraktualisasi dengan jelas. Selanjutnya konsep tersebut
disempurnakan oleh Weitendan Cox, dengan menambahkan konsep perilaku
sebagai penyempurnaan konsepyang dikemukakan Watson, bahwa psikologi adalah ilmu yang
mempelajari perilakudan semua perubahan yang mendasari, seperti perubahan kognisi

3
dan fisiologis. Coxmenyatakan bahwa proses pembelajaran akan menghasilkan
persepsi, maka manusiasebagai individu yang berakal dan beremosi mempunyai
keunikan yang sangat variatif.
Berdasarkan perpaduan berbagai konsep di atas, maka konsep stres dalam
psikoneuroimunologi mengalami penyempurnaan. Konsep stres
selanjutnyadikemukakan oleh Dhabbar-McEwen yang menyatakan bahwa stres terdiri dari
stress perception dan stress response. Stress perception merupakan hasil proses
pembelajaranuntuk menyeleksi, mengorganisasi, menginterpretasi, dan mengartikan
stresor secarabenar. Sedangkan stress response merupakan bentuk perubahan perilaku
sebagairespons terhadap stress perception (Putra & Asnar, 2011).
Stresor terdapat dalam berbagai macam bentuk, diantaranya berupa
stresorpsikologis, fisik, biologis, kemis, dan semua kejadian dalam hidup yang
dialami olehmanusia. Setiap stresor yang diterima oleh individu akan dipelajari
dengan seksamauntuk mendapatkan persepsi yang benar. Pembentukan persepsi
tersebut dipengaruhioleh kognisi, budaya, dan kualitas spiritual (agama) masing-
masing individu. Selain itu,dalam prosesnya stress perception juga melibatkan akal,
pengalaman, dan emosi untukmembentuk persepsi. Selanjutnya persepsi yang
telah terbentuk akan digunakan untukmerespons stresor sehingga mencapai
keseimbangan baru (eustress) atau menyebabkangangguan keseimbangan (distress). Putra &
Asnar (2011) juga menyatakan bahwapembentukan persepsi yang benar akan berpengaruh
terhadap pembentukan stress responsse yang benar pula. Selain itu, stress
perception dianggap mampu mencerminkanperubahan kognisi sedangkan stress
responsse merupakan gambaran dari perubahanfisiologis atau biologis.

4
Gambar 1.1 Stress Persepsi Dan Stress Respons Dalam Proses Pemulihan

Ketika tubuh mengalami stres, baik berasal dari biologis, psikologis,


sosial,maupun spiritual, maka tubuh akan membangun sistem keseimbangan melaui
responpsikologis dan fisiologis. Respon psikologis diperlukan untuk membangun
persepsiterhadap stres yang terjadi, coping yang akan digunakan, kemampuan
mengendalikankeadaan, untuk mengembangkan pengalaman, dukungan,
dan pembelajaran terhadapstres yang terjadi. Respon fisiologis berkembang untuk
membangun keseimbanganfisiologis melalui berbagai respon hormonal, seluluer,
immunologis, sampai di tingkatsistem organ untuk mendapatkan kondisi psiko-
fisiologis yang seimbang. Dalamproses penyembuhan tampak dari tingkat immunitas
seseorang, sehingga diperoleh perlindungan aktif atau kurang terjaganya status
kesehatan.

5
C. Hubungan Sistem Imun Dan Sistem Saraf
Terdapat sejumlah cara pendekatan untuk mengungkapkan adanya hubungan
fungsional antara sistem saraf dan sistem imun, antara lain :
a. Melakukan perusakan pusat tertentu pada susunan saraf pusat dengan pengamatan
perubahan yang terjadi pada sistem imun.
b. Melakukan percobaan imunologi dengan pengamatan dampaknya pada susunan
sarat pusat.
c. Mengungkapkan peran berbagai mediator yang terlibat dalam komunikasi antara
sistem imun dan sistem saraf.

Beberapa dekade yang lalu, sistem imun dianggap terpisah dari sistem saraf.
Pandangan ini didasarkan pada dua hal yang berbeda. Hal pertama merupakan
kenyataan bahwa sistem imun dan sistem saraf masing-masing menempati letak yang
berbeda. Hal kedua didasarkan pada pandangan adanya perbedaan fungsi antara
sistem imun dan sistem saraf. Sistem imun dipandang mempunyai fungsi melindungi,
sedang sistem saraf mempunyai fungsi memproses informasi.

Pandangan tradisional tersebut kini telah berubah dengan adanya paradigma


dan konsep baru. Konsep pengganti konsep tradisional mengakui bahwa sistem imun
dan sistem saraf tidak terpisah, melainkan berinteraksi secara terkoordinasi. Konsep
ini diperkuat dengan adanya mekanisme kedua sistem yang memiliki banyak
persamaan prinsip, baik pada tingkat seluler maupun tingkat molekuler.

1. Tingkat Sistem
Untuk beberapa tahun telah diketahui bahwa tekanan psikologi memberikan
dampak supresi sistem imun. Kenyataan ini didukung dari hasil beberapa
penelitian, diantaranya penelitian pada orang-orang yang menderita kesedihan
karena ditinggal orang yang mereka cintai atau orang-orang yang menderita
depresi yang sangat mendalam. Pada orang-orang tersebut didapatkan hambatan
proliferasi sel-sel limfosit yang merupakan sel-sel yang dibutuhkan dalam respons
imun terhadap antigen.
Bagaimanakah mekanisme jalur interaksi dalam kondisi psikologi dan perilaku
tersebut sehingga memberikan dampak terhadap respons imun? Secara umum
telah disepakati bahwa mekanisme jalur utama interaksi kedua sistem tersebut

6
diawali dari hipotalamus. Kesepakatan ini didasarkan atas bukti-bukti percobaan
pada hewan yang dirusak jaringan hipotalamusnya akan mengalami terjadinya
hambatan proliferasi limfosit dalam respons imunnya apabila dalam tubuhnya
disuntikkan antigen. Sebaliknya kerusakan di daerah lain, yaitu daerah sistem
limbik akan memberikan dampak peningkatan jumlah limfosit.
2. Tingkat Seluler

Komunikasi antar sel diperantarai oleh molekul-molekul yang berinteraksi


dengan reseptor, baik yang ada pada permukaan sel maupun di dalam sel.
Demikian pula interaksi antar sel-sel sistem imun dan sistem saraf melalui
mekanisme demikian. Membran sel dari sel imun dilengkapi molekul reseptor
yang akan mengikat molekul-molekul berbagai jenis sitokin secara spesifik. Selain
jenis reseptor ini, terdapat reseptor yang dapat mengikat molekul kortikosteroid
yang tergolong dalam sistem neuroendokrin. Limfosit juga memiliki reseptor
untuk molekul ACTH dan endorfin, sehingga hal ini menunjukkan adanya
interaksi langsung antara hipotalamus dan hipofisis dengan sel-sel limfosit.

Mediator yang dihasilkan oleh susunan saraf agaknya mempunyai


pengaruh terhadap sistem imun juga. Hal ini terungkap dari penelitian yang
menemukan bahwa NGF (nerve growth factor) yang dibutuhkan untuk
diferensiasi sel-sel saraf juga merangsang proliferasi sel-sel limfosit.

Vasoactive Intestinal Peptide (VIP) adalah neuropeptid yang diketemukan


pada berbagai jenis sel-sel saraf di seluruh tubuh. VIP juga mempunyai efek
terhadap sel-sel limfoid, misalnya meningkatkan migrasi sel-sel limfosit sehingga
VIP dianggap mempunyai peran penting dalam mengatur respon imun.

D. Faktor Psikososial Yang Memperkuat Dan Melemahkan Imunitas Tubuh


Ada beberapa macam faktor Psikososial Yang Memperkuat Dan Melemahkan
Imunitas Tubuh, diantaranya yaotu :
1. Umur
2. Kelainan genetik
3. Penyakit menular
4. Nutrisi

7
5. Kemoterapi
6. Iradiasi
7. Alergi
8. Tegangan = fokus PNI

E. Psikoneutroimunologi Dalam Proses Keperawatan

Dalam keperawatan psikoneutroimunologi sangat penting untuk membantu


mengatasi berbagai macam masalah yang berkaitan dengan sistem saraf dan sistem
imun. Berikut ini adalah psikoneutroimunologi dalam proses keperawatan , yaitu :

1. Pengkajian dg dasar caring akan menimbulkan kesan diterimanya pasien/klien


2. Diagnose keperawatan akan menjembatani aplikasi profesional
3. Intervensi lebih memantapkan dalam pelaksanaan tindakan kpd klien/pasien
4. Tindakan keperawatan scr langsung memberikan sentuhan dan upaya
meminimalkan stressor yg negatif
5. Evaluasi untuk mengetahui proses HPA-axis terjadi dan timbul kesembuhan

F. Pendekatan Psikoneuroimunologi
Ada beberapa proses pendekatan yang harus diperhatikan oleh perawat dalam
melakukan tindakan kepada seorang pasien karena bisa mempengaruhi proses
penyembuhan dari pasien, antara lain :
1. Sikap perawat akan mempengaruhi persepsi klien
2. CRF akan menginduksi pituitari menghasilkan ACTH dan meningkat
3. Kelenjar adrenal akibat ACTH menghasilkan cortisol dalam jumlah banyak
4. Perilaku perawat yang otoriter dan cenderung sadisme merupakan tindakan yang
dapat menimbulkan penyakit baru / tidak terjadi kesembuhan
5. Perlu ada perubahan sikap perawat menjadi :
 Sikap Caring
 Altruistik
 Profesional

8
G. Pentingnya Psikoneuroimunologi Dalam Keperawatan
Sebagai perawat Psikoneuroimunologi sangat penting bagi seorang perawat untuk
melakukan tindakan kepada pasien agar dapat membantu pasien dalam proses
penyembuhan. Tindakan yang harus dilakukan perawat, yaitu diantaranya :
1. Perawat potensi sbg stressor
2. Dimana klien kehilangan fungsi fisiologis
3. Emosi klien / pasien sangat labil
4. Interaksi perawat dg klien akan memicu proses adaptasi dari kemampuan koping
yg telah di kelola oleh perawat.
5. Proses adaptasi akan memicu perbaikan sistem ketahanan tubuh

9
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Telah diuraikan bukti-bukti yang mendukung adanya interaksi dan hubungan
antara saraf dan sistem imun. Beberapa fenomena menunjukkan bahwa sistem saraf
mengontrol sistem imun, dan sebaliknya. Sensitivitas sistem imun terhadap stres
merupakan konsekuensi tidak langsung dari proses pengaturan interaksi saraf pusat
dengan sistem imun. Sistem imun menerima sinyal dari otak dan sistem
neuroendokrin melalui sistem saraf autonom dan hormon, sebaliknya mengirim
informasi ke otak lewat sitokin. Bukti yang sudah jelas di antaranya adalah penurunan
respon limfoproliferatif terhadap mitogen (PHA, Con-A), aktifitas sel natural killer
(NK), Interleukin (IL-2R mRNA), TNF-dan produksi interferon gama (IFN-).
Pendekatan psikoneuroimunologi akan sangat bermanfat untuk mengungkap
patogenesis, dan memperbaiki prognosis suatu penyakit.

B. Saran

Sebagai seorang perawat kita harus bisa melakukan dan memberikan yang
terbaik untuk pasien. Oleh karena itu, kita harus bisa menguasai konsep
psikoneuroimunologi dimana sangat penting bagi kita sebagai dalam melakukan
tindakan kepada pasien yang mengalami stress dan butuh dukungan dari kita. Jadi kita
sebagai seorang perawat harus bisa selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada
pasien dalam membantu proses penyembuhannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://medicalworkshop.blogspot.com/2011/06/psikoneuroimunologi.html

Besedowsky, Hugo O., Introduction, dalam: Psychoneuroimmunology – an overview, New


York, Toronto: Higrefend Huber Publ. Lewistin.. 2002: 13-19.

Ader, R., 2007,Psychoneuroimmunology, Edition 4 th, New York, Elsevier.

Putra, S.T., 2011, Psikoneuroimunologi Kedokteran, Edisi 2 Surabaya, AirlanggaUniversity Press

Putra, S.T., Asnar, E.S, 2011, Paradigma Psikoneoroimmunologi Menuju ke DisiplinesHybrid, dalam
Prikoneurologi Kedokteran, Surabaya, Airlangga University Press

iii

Anda mungkin juga menyukai