Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MATA KULIAH PSIKOLOGI KEPRIBADIAN

TEORI OPERAN KONDISIONING

(SKINNER)

DOSEN PENGAMPU:

Nanik Kholifah, S.Psi.,M.Si.

DISUSUN OLEH :

Alifiatur rivana (201969110009)

Putri mustika sari (201969110016)

Atika maslihatul ummah (201969110029)

Radion hendrik kuncoro (201969110052)

Abirotuz zuhur (201969110061)

Hanifatul hasanah (201969110081)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS YUDHARTA PASURUAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul teori operan kondisioning
(skinner). Dengan adanya matakuliah ini kita dapat menerima tugas ini dengan sepenuh hati dan
keseriusan dalam mengerjkan tugas ini.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas psikologi
kepribadian. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang teori
operan kondisioning bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada ibu Nanik Kholifah, S.Psi.,M.Si. selaku
dosen psikologi kepribadian II yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengatuhan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kita tekuni.

Pasuruan, 27 september 2020

Kelompok 9

Page | i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3

2.1 Latar Belakang Teori Operant Conditioning....................................................... 3

2.2 Prinsip Teori Skinner .......................................................................................... 4

2.3 Klasifikasi T.L Menurut Skinner......................................................................... 6

2.4 Dinamika Kepribadian ....................................................................................... 6

2.5 Perkembangan Kepribadian ................................................................................8

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 15

3.1 Kesimpulan........................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 16

Page | ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyak teori tentang belajar yang telah berkembang mulai abad ke 19 sampai
sekarang ini. Pada awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang pesat dan memberi
banyak sumbangan terhadap para ahli psikologi adalah teori belajar tingkah laku
(behaviorisme) yang awal mulanya dikembangkan oleh psikolog Rusia Ivan Pavlav (tahun
1900-an) dengan teorinya yang dikenal dengan istilah pengkondisian klasik (classical
conditioning) dan kemudian teori belajar tingkah laku ini dikembangkan oleh beberapa ahli
psikologi yang lain seperti Edward Thorndike, B.F Skinner dan Gestalt.

Teori belajar behaviorisme ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.
Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi
kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah
terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat
penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi
atau Penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Dalam teori belajar ini guru tidak banyak
memberikan ceramah,tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh baik dilakukan sendiri
maupun melalui simulasi.

Salah satu teori dari aliran behaviorisme adalah teori operant conditioning. Ini
merupakan teori belajar yang berusia paling muda dan masihberpengaruh dikalangan para
ahli psikologi belajar masa kini.Pencipta teori ini bernama Burrhus Frederic Skinner (lahir
tahun 1904), seorang penganut behaviorism yang dianggap kontroversal. Tema pokok yang
mewarnai karya-karyanya adalah bahwa tinggkah laku itu terbentuk oleh konsekuensi-
konsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri.

Page | 1
1.2. Rumusan Masalah

1. Apa saja 3 asumsi dasar Skinner?


2. Apa saja prinsip teori Skinner?
3. Apaklasifikasi t.l menurut skinner?
4. Apa yang dimaksud dengan dinamika kepribadian dan perkembangan kepribadian?
5. Apa yang dimaksud dengan Schedule of Reinforcement dan Apa saja Proses dalam
Pengkondisian Operant

Page | 2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Teori Operant Conditioning

Dasar dari pengkondisian operan (operant conditioning) dikemukakan oleh E.L.


Thorndike pada tahun 1911, yakni beberapa waktu sesudah munculnya teori
classicalconditioning yang dikemukakan oleh Pavlov. Pada saat itu thorndike
mempelajaripemecahan masalah pada binatang yang diletakkan di dalam sebuah “kotak
teka-teki”.Dimana setelah beberapa kali percobaan, binatang itu mampu meloloskan diri
semakin cepat dari perobaan percobakan sebelumnya. Thorndike kemudian
mengemukakanhipotesis“ apabila suatu respon berakibat menyenangkan, ada kemungkinan
respon yang lain dalam keadaan yang sama” yang dikenal dengan hukum akibat“ low of
effect.”

Dari teori yang dikemukakan thorndike, skinner telah mengemukakan pendapatnya


sendiri dengan memasukkan unsure penguatan kedalam hokum akibat tersebut, yakni
perilaku yang dapat menguatkan cenderung di ulangi kemunculanya, sedangkan perilaku
yang tidak dapat menguatkan cenderung untuk menghilang atau terhapus. Oleh karena itu
Skinner dianggap sebagai bapak operant conditioning.

Dalam Teori Operan Kondisioning, Skinner membuat tiga asumsi dasar :

1. Perilaku itu terjadi menurut hukum tertentu (behavior is lawful). Walaupun mengakui
bahwa perilaku manusia adalah organisme yang berperasaan dan berpikir, namun
Skinner tidak mencari penyebab perilaku di dalam jiwa manusia dan menolak alasan-
alasan penjelasan dengan mengendalikan keadaan pikiran (mind) atau motif-motif
internal.
2. Perilaku dapat diramalkan (behavior can be predicted). Perilaku manusia
(kepribadiannya) menurut Skinner ditentukan oleh kejadian-kejadian di masa lalu dan
sekarang dalam dunia objektif dimana individu tersebut mengambil bagian.
3. Perilaku manusia sapat dikontrol (behavior can be controlled). Perilaku dapat dijelaskan
hanya berkenaan dengan kejadian atau situas-situasi antaseden yang dapat

Page | 3
diamati.Bahwa kondisi sosial dan fisik di lingkungan sangat penting dalam menentukan
perilaku.

Perlu disadari bahwa Skinner tidak menolak adanya peranan faktor-faktor bawaan
dan turunan dalam perilaku, seperti pembawaan genetis (genetic endowment) yang
menentukan rentang umum dari respon-respon yang dapat dilakukan dan juga
mempengaruhi akibat-akibat yang menguatkan perilaku yang dilakukannya.Namun
dijelaskan oleh Skinner bahwa lingkungan perlu dipertimbangkan untuk mejelaskan tentang
pembawaan genetis tersebut. Skinner menunjukkan bahwa contingencies of survival
menentukan apa yang diturukan bagi suatu spesies yaitu bahwa lingkungan menyeleksi
perilaku-perilaku yang menunjang untuk hidup terus.

Bagi Skinner, perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran dianggap sebagai akibat


pembawaan genetis dan pengalaman individu daripada sebagai penyebab tindakan. Berpikir
adalah berperilaku bila menurut pandangan Skinner. Dan ia percaya bahwa pengetahuan
yang penuh tentang faktor genetis, lingkungan manusia dan manipulasi lingkungan adalah
kunci untuk meningkatkan perilaku manusia. Menurut Skinner, penyelidikan tentang
kepribadian melibatkan pengamatan yang sistematis dan sejarah belajar yang khas serta latar
belakang genetis yang unik dari individu.

2.2. Prinsip Teori Skinner

1. Tentang otonomi manusia

Skinner menolak seluruh penguraian tingkah laku yang didasarkan pada


keberadaan agen hipotesis yang terdapat dan menentukan diri manusia seperti self, ego
dan sebagainya.Menurut Skinner mekanisme mentalistik dan intrapsikis seperti itu
bersumber pada pemikiran animisme.Skinner menentang anggapan mengenai adanya
“agen internal” dalam diri manusia yang menjadikan manusia memiliki otonomi atau
kemandirian dalam bertingkah laku. Keberadaan manusia otonom itu bergantung pada
pengetahuan kita, dan dengan sendirinya akan kehilangan status dan tidak diperlukan lagi
apabila kita mengetahui lebih banyak tentang tingkah laku. Skinner berpendapat bahwa
kita tidak perlu mencoba untuk menemukan apa itu kepribadian, keadaan jiwa, perasaan,

Page | 4
sifat-sifat, rencana, tujuan, sasaran atau prasyarat-prasyarat lain dari manusia otonom
dalam rangka memperoleh pemahaman mengenai tingkah laku manusia.

2. Penolakan atas penguraian fisiologis-genetik

Skinner tidak percaya bahwa jawaban akhir dari pertanyaan-pertanyaan psikologi


akan bisa ditemukan dalam laboratorium ahli fisiologi. Penolakan Skinner atas
penguraian atau konsepsi-konsepsi fisiologis-genetik dari tingkah laku itu sebagian besar
berlandaskan alasan bahwa penguraian semacam itu tidak memungkinkan kontrol tingkah
laku.

3. Psikologi sebagai ilmu pengetahuan tingkah laku

Skinner beranggapan bahwa seluruh tingkah laku ditentukan oleh aturan-aturan,


bisa diramalkan dan bisa dibawa kedalam kontrol lingkungan atau bisa dikendalikan.
Menurut Skinner, ilmu pengetauan tentang tingkah laku manusia, yakni psikologi, pada
dasarnya tidak berbeda dengan ilmu pengetahuan lainnya yang berorientasi kepada data
yang bertujuan untuk meramalkan dan mengendalikan fenomena yang dipelajari (dalam
psikologi Skinner, fenomena yang dipelajari adalah tingkah laku).

4. Kepribadian menurut perspektif behaviorisme

Menurut Skinner, individu adalah organisme yang memperoleh perbendaharaan


tingkah lakunya melalui belajar. Dia bukanlah agen penyebab tingkah laku, melainkan
tempat kedudukan atau suatu point dimana factor-faktor lingkungan dan bawaan yang
khas secara bersama menghasilkan akibat atau tingkah laku yang khas pula pada individu
tersebut. Bagi Skinner, studi tentang kepribadian ditujukan kepada penemuan pola yang
khas dari kaitan antara tingkah laku organisme dan konsekuensi-konsekuensi yang
diperkuatnya.

Page | 5
2.3 Klasifikasi T.L Menurut Skinner

Skinner membedakan dua jenis perilaku, yaitu:


1. Respondent Behavior (Perilaku Responden)
Yaitu perilaku yang ditimbulkan oleh suatu stimulus yang dikenali, contohnya adalah
semua gerak reflek.
2. Operant Behavior (Perilaku Operan)
Yaitu perilaku yang tidak di akibatkan oleh stimulus yang dikenal tetapi dilakukan sendiri
oleh organism. Karena perilaku ini pada awalnya tidak berkorelasi dengan stimuli yang
dikenali, maka ia nampak spontan. Contohnya ketika hendak bersiul, berdiri lalu berjalan.
Kebanyakan dari aktivitas kita adalah perilaku operan.

Dengan dibaginya dua macam perilaku tersebut, maka ada dua jenis pengkondisian, yaitu:
1. Respondent Conditioning (Pengkondisian Responden) atau biasa disebut dengan
pengkondisian tipe S. pengkondisian ini menekankan arti penting stimulus dalam
menimbulkan respon yang diiginkan.
2. Operant Conditioning (Pengkondisian Operan) atau biasa disebut dengan pengkondisian
tipe R. dalam pengkondisian ini, penguatan pengkondisianya ditunjukkan dengan tingkat
respon.

2.4 DINAMIKA KEPRIBADIAN


Dalam sebuah buku dituliskan bahwa menurut skinner, pengkondisian operan terdiri dari
dua konsep utama yaitu:
a. Penguatan (Reinforcement)
Adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan
terjadi. Penguatan boleh jadi kompleks. Penguatan berarti memperkuat. Skinner membagi
penguatan ini menjadi dua bagian:
1. Penguatan positif
Adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat karena
diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif
adalah berupa hadiah, perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk
tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan(nilai A, Juara 1 dsb)

Page | 6
2. Penguatan negatif
Adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena
diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-
bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan
tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut,
muka kecewa dll).

Satu cara untuk mengingat perbedaan antara Penguatan Positif dan Penguatan Negatif
adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. Dalam
penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di hilangkan. Adalah mudah
mengacaukan penguatan negatif dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu, ingat
bahwa penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu prilaku, sedangkan
hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku. Berikut ini disajikan contoh dari
konsep penguatan positif, negatif, dan hukuman (J.W Santrock, 274).

b. Hukuman (Punishment)
Adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku atau apa
saja yang menyebabkan sesuatu respon atau tingkahlaku menjadi berkurang atau bahkan
langsung dihapuskan atau ditinggalkan. Dalam bahasa sehari-hari kita dapat mengatakan
bahwa hukuman adalah menegah pemberian seasuatu yang diharapkan organism, atau
member seseuatu yang tidak diinginnya.Namuun menurut skinner hukuman tidak
menurunkan probabilitas respon,

walupun hukuman bisa menekan suatu respon selama hukuman itu diterapkan,
manun hukuman tidak akan melemahkan kebiasaan. Skinner juga berpendapat bahwa
hukuman dalam jangka panjang tidak akan efektif, tampak bahwa hukumman hanya
menekan perilaku, dan ketika ancaman dihilangkan, tingkat perilaku akan ke level
semula.

Page | 7
2.5.PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN

1. Schedule Of Reinforcement

Reinforcement memang manjur dalam menguatkan perilaku, tapi ada satu hal lain
yang juga memengaruhi efektivitasnya. Misalnya orang yang kerja karena berharap digaji.
Kalo ternyata gaji (reinforcement) nggak dikasih, apa dia masih bakal masuk kerja?
Menghilangnya perilaku yang diharapkan ini disebut kepunahan. Behaviourists
menemukan bahwa penjadwalan reinforcement punya dampak pada seberapa cepat
pengondisian terjadi, dan seberapa cepat pengondisian punah. Ferster dan Skinner (1957)
menemukan bahwa perbedaan timing dalam memberikan reinforcement akan
menghasilkan dampak yang berbeda pula.

Ada dua macam perlakuan reinforcement yang dilakukan. Namanya adalah:

 Penguatan Berkelanjutan (Continuous Reinforcement)


 Penguatan Parsial (Partial Reinforcement)

Di dalam Penguatan Parsial ini ada pembagiannya lagi:


 Penguatan Rasio Tetap (Fixed Ratio Reinforcement)
 Penguatan Rasio Variabel (Variable Ratio Reinforcement)
 Penguatan Interval Tetap (Fixed Interval Reinforcement)
 Penguatan Interval Variabel (Variable Interval Reinforcement)

Ada juga yang nggak pake istilah penguatan parsial. Jadi langsung menyebut lima
macam penguatan. Ada yang bilang dua, parsial dan berkelanjutan, terus parsialnya ada
empat macam. Setiap penjadwalan reinforcement punya perbedaan di konsistensi waktu
dan pemberiannya, dan ini punya dampak pada seberapa cepat perilaku “menancap” di
otak subyek, dan seberapa cepat perilaku terlupakan.

 Penguatan Berkelanjutan
Tikus dikasi reinforcement positif segera setiap kali perilaku terjadi. Misalnya kalo
di Skinner, tiap kali tikus menekan tuas, makanan akan dikirim. Contoh lain adalah

Page | 8
pelatih sirkus yang selalu ngasih makanan setiap hewannya berhasil melakukan trik.
Kalo hewan melakukan trik (perilaku) beberapa kali tapi ternyata berhenti dikasi
makanan (nggak dikasi reinforcement), maka hewan nggak nurut lagi (kepunahan).
Penguatan selalu muncul setelah perilaku.
 Tingkat responsnya lambat (Susah jadi kebiasaan)
 Tingkat kepunahan cepat (Cepet terabaikan)
 
 Penguatan Parsial
Bagian ini mungkin mulai susah dihafal dan dipahami. Supaya lebih gampang
dimengerti, mungkin kita mulai dari definisi super singkatnya:
 Rasio maksudnya dikasih reinforcement atau nggak.
 Interval maksudnya pasti dikasih reinforcement tapi waktunya kapan.
 Tetap berarti konsisten.
 Variabel berarti berubah-ubah.
Penguatan Rasio berarti dikasih reinforcement atau tidak.Kalo rasio tetap berarti:
setiap beberapa perilaku pasti dikasih reinforcement, rasio variabel berarti setiap
beberapa kali perilaku belum tentu dapet reinforcement.Kalo interval berarti pasti
dikasih, tapi kapan.
 
 Penguatan Rasio Tetap
Penguatan diberikan setelah perilaku terjadi beberapa kali. Misalnya, satu
penguatan setiap lima kali respons yang benar.Contohnya, seorang sales hape yang
dapat bonus setiap berhasil menjual sepuluh hape. Meskipun katakanlah dia hari ini
gagal menjual hape (perilaku nggak mendapat reinforcement), besok dia akan
mencoba menjual lagi (perilaku tetap dilakukan). Penguatan muncul setelah perilaku
dilakukan beberapa kali.
 Tingkat responsnya cepat
 Tingkat kepunahannya menengah

Page | 9
 
 Penguatan Rasio Variabel
Perilaku mendapat penguatan secara tak terduga setelah beberapa kali
percobaan.Contohnya judi.Setelah mencoba judi beberapa kali dan kalah (perilaku tidak
mendapat penguatan), akhirnya di percobaan keempat kamu berhasil menang
(penguatan).Ini bikin kamu penasaran dan mencoba judi lagi (perilaku diulang).
Perilaku dilakukan terus menerus, penguatannya muncul secara acak.
 Tingkat responsnya cepat
 Tingkat kepunahannya lamban
 
 Penguatan Interval Tetap
Reinforcement diberikan setiap kali perilaku terjadi, tapi dengan interval waktu
tertentu.Misalnya orang kerja tiap hari, tapi gajinya baru dibayar setiap awal bulan.
Perilaku harus teratur, penguatannya baru muncul setelah beberapa waktu.
 Tingkat responsnya menengah
 Tingkat kepunahan menengah
 
 Penguatan Interval Variabel
Penguatan pasti dikasih, tapi waktunya random. Contohnya, kuis dadakan, yang
kalo nilainya bagus maka akan nambah nilai (reinforcement) di semesteran. Kuisnya
dadakan (interval random), maka mahasiswa kudu belajar terus (perilaku) biar selalu
siap.
 Tingkat responsnya cepat
 Tingkat kepunahan lamban
Skinner menemukanbahwa jenis reinforcement yang tingkat kepunahannya
paling lambat adalah reinforcement berbasis variabel-rasio. Kalo kepunahan (extinction)
lambat, maka orang akan tetap mengulangi perilaku selama beberapa waktu, sebelum
kemudian dia menyerah. Contoh lebih banyak akan kita bahas di bagian bawah ya.

Page | 10
2. Proses Dalam Pengkondisian Operant

A. Extinction (pemadaman)

Meskipun sudah dipelajari, respons masih dapat padam karena empat alasan
berikut :

1. Respons bisa dilupakkan dalam beberapa waktu


2. Respons dapathilang jika ada campur tangan dari proes pembelajaran lain sebelum
atausesudahnya
3. Respon dapat hilang akibat penghukuman
4. Kecenderungan respon yang sudah diperoleh sebelumnyauntuk menjadi progresif
dan melemahkan respon sesudahnya yang sudah tidak lagimendapatkan penguatan

Prinsip dari extinction dalampengkondisian operan adalah penahanan pemberian


reinforcement ataupenghentian pemberian reinforcement, artinya bila respon yang
diinginkanterjadi, maka respon tersebut tidak diikuti dengan pemberian
reinforcement.Pada percobaan Skinner diatas, penekanan tuas tidak lagidiikuti dengan
munculnya makanan, maka secara bertahap perilaku menekan tuaspada tikus akan
hilang.

B. Shaping (pembentukan) Perilaku dengan Reinforcement Positif

Prinsip dari shapingadalah pembentukan respon.Dalam pengkondisian operan,


individu bebas untukmelakukan respon. Oleh karena itu dalam pengkondisian operan
perilakudapat "dibentuk" (shaping) melalui penggunaan reinforcementyang tepat.
Eksperimenter yang ahli dapat "membentuk" perilaku denganreinforcer yang
seminimal mungkin dan dalam waktu yang singkat. Jadi halyang utama dalam shaping
adalah mengarahkan individu untuk melakukanrespon yang diinginkan melalui
rangkaian proses belajar yang sederhana sampaikepada respon yang ingin dicapai, atau
dapat juga dikatakan bahwa individudapat melakukan aproksimasi respon akhir
melalui rangkaian suksesif. Oleh karenaitu teknik shaping disebut juga dengan metode
successiveapproximations.

Page | 11
Penerapan metodeshaping ini dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya dalam halpengasuhan anak.Dalam melatih anaknya agar dapat memakai
pakaiannya sendirisecara keseluruhan dengan lengkap.Orangtua harus membagi-bagi
peilaku kompleksberpakaian menjadi beberapa langkah sedehana.Pertama, orangtua
memberi anaksebuah hadiah, katakanlah permen, jika si anak sanggup menekuk siku
kiri denganbenar ke arah lengan baju kiri.Sekali perilaku ini sudah cukup
mendapatkanpenguatan beberapa kali, orang tua bisa menahan secara bertahap untuk
tidakmemberikan hadiah sampai si anak dapat memasukkan dengan benar tangan kiri
ituke lengan bajunya tanpa mengharapkan hadiah.Kemudian orang tua
dapatmemberikannya hadiah sesekali hanya jika dia memasukkan seluruh lengan
kirinyake lengan baju sebelah kiri dengan cepat dan benar. Dengan cara yang sama
orangtua dapat menuntun anaknya memasukkan lengan kanan kearah lengan baju
sebelahkanan, kemudian mengancing baju, mengenakan celana, mengenakan kaos
kaki, danakhirnya sepatu. Setelah anak dapat belajar mengenakan baju dengan
lengkap,penguatan ini mesti diberikan setiap kali dia berhasil melakukkannya.
Padatitik ini, kemampuan mengenakkan pakainnya sendiri secara keseluruhan
sudahmenjadi hadiah tersendiri.Yang jelas bahwa, anak baru dapat mencapai
perilakufinal yang ditargetkan setelah orangtua memecah-mecahkan perilaku
kompleksmenjadi bagian-bagian kecil dan kemudian memperkuat pendekatan bertahap
setiapresponnya.

C. Pengendalian perilaku melalui stimulus aversif

Kita telah mengungkapkan, bagaimana respon operan diperoleh dan


dipertahankan melalui pemberian perkuatab berupa stimulus yang positif seperti
makanan, uang dan pemerkuat sosial lainya.Disamping stimulus-stimulus tersebut,
Skinner menyebutkan bahwa respon atau tingkah laku itu juga bisa dikendalikan
melalui penggunaan stimulus-stimulus yang aversif.Stimulus aversif adalah stimulus
yang tidak menyenangkan, tidak diharapkan dan selalu di hindari oleh
organisme.Skinner menyebutkan ada dua metode yang berbeda sehubungan dengan
penggunaan stimulus aversif ini, yakni pemberian hukumam (funishment) dan
perkuatan negatif.

Page | 12
Hukumam menunjukan kepada stimulus aversif yang diberikan sebagai akibat
dan tergantung pada kemunculan suatu respons.Sebagai contoh; anak nakal dipukul,
dan seorang yang mencuri dipenjarakan.Sedangkan perkuatan negatif menunjukan
kepada stimulus yang mendorong organisme untuk melarika diri daripadanya dalam
upaya mengatasi keadaan yang tidak menyenangkan yang ditimbulkan dari stimulus
aversif tersebut. Sebagai contoh; jika suatu hari kita kehujanan maka akan berteduh
dibawah pohon yang rindang, maka dilain waktu dalam uapaya menghindarkan diri
dari curahan hujan maka kita akan kembali berteduh pada pohon rindang yang sama.

Berdasakan kedua contoh penerapan penggunaan kedua stimulus di atas,


bagaimanapun Skinner sangat menentang pengendalian tingkah laku yang dilandaskan
semata-mata pada pemberian stimulus aversif. Menrutnya hal ini disebabkan sifat
menghambatnya taktik menghukum tingkah laku yang tidak diharapkan kemungkinan
akan menghasilkan efek sampingan emosional dan sosial, diantaranya dengan
munculnya axiety dan tingkah laku yang menyimpang atau anti sosial. Pendek kata,
penghapusan tingkah laku yang buruk melalui stimulus aversif akan mendorong
individu untuk mengembangkan pola-pola perilaku yang lebih buruk dari tingkahlaku
semula yang dihukum.

D. Generalisasi Stimulus

Unconditional Response dalampengkondisian klasikal, cenderung untuk muncul


bila dihadapkan pada US (UnconditionedStimulus) yang mirip. Demikian jugahalnya
dengan Pengkondisian Operan. Bila stimulus atau event yang mengawalisuatu respon
itu mirip, maka perilaku (respon) yang sama cenderung untukmuncul. Contohnya
dapat kita lihat dalam penelitian Skinner terhadap seekorburung merpati dalam
kotak.Dalam kotak tersebut ada "kunci" yangdapat diterangi oleh lampu. Saat lampu
dinyalakan (dan menerangi"kunci") burung mematuk "kunci" tersebut, maka makanan
akanmengalir dari lubang di bawah kunci. Untuk kepentingan penelitian
generalisasistimulus, lampu yang menerangi "kunci" diubah-ubah intensitasnya.Besar
kecilnya peningkatan tergantung dari kedekatan atau kemiripan stimulusatau situasi
yang menimbulkan respon.

Page | 13
E. Stimulus Diskriminasi

Diskriminasistimulus bertujuan agar subjek dapat melakukan perbedaan


terhadap stimulus atausituasi yang dihadirkan agar subjek hanya melakukan respon
terhadap stimulusatau situasi yang sesuai.Dalam pengkondisian operan, diskriminasi
stimulusdilakukan dengan pemberian reinforcement terhadap respon yangdiinginkan
dalam suatu situasi atau stimulus yang sesuai dan tidakmemberikan reinforcement bila
respon tersebut muncul dalamsituasi yang tidak sesuai.Contohnya pada percobaan
burung merpati tadi.Makanan sebagai reinforcer hanya diberikan bila yang
menyalalampu hijau.Sedangkan bila yang menyala lampu merah, reinforcer
tidakdiberikan. Pemasangan lampu merah dan hijau ini dilakukan secaraberturut-turut,
hijau-merah-hijau-merah, dst, atau makanan-tidakada-makanan-tidak ada, dst. Oleh
karena itu teknik ini disebut dengan prosesdikriminasi "go-no-go".

F. Perilaku Takhayul

Menurut prinsip pengkondisian operan, kita dapat memperkirakan bahwa


perilaku yang dilakukan hewan ketika mekanisme memberi makan diaktifkan dan
diperkuat, dan hewan akan cenderung mengulangi perilaku yang diperkuat itu. Setelah
beberapa saat, perilaku yang diperkuat akan muncul lagi saat mekanisme pemberi
makan aktif lagi, dan responnya akan semakin kuat. Jadi hewan bisa mengembangkan
respon ritualistik yang aneh; ia mungkin menyerudukkan kepalanya, atau berputar-
putar, berdiri dengan kaki belakang, atau melakukan sederetan tindakan lain yang
pernah dilakukannya ketika mekanisme pemberian makan mendadak aktif.

Perilaku ritualistik ini disebut sebagai takhayul (superstitious) karena hewan itu
sepertinya percaya bahwa apa yang dilakukannya akan menyebabkan datangnya
makanan. Karena penguat dalam situasi ini tidak bergantung pada perilaku hewan,
maka ia dinamakan noncontingent reinforcement (penguatan nonkontingen).

Page | 14
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. Pada dasarnya teori operant conditioning Skinner akan terjadi bila respons terhadap
sebuah stimulus diperkuat. Teori operant conditioning Skinner merupakan sistem
umpan balik sederhana: bila reward atau penguatan mengikuti respons terhadap sebuah
stimulus, maka respon itu akan lebih sering atau mungkin muncul lagi dimasa yang
akan datang. Karena hadiah atau hukuman merupakan bagian penting dalam
pembahasan teori belajar ini.
2. Prinsip-prinsip teori belajar perilaku menurut Skinner ada tiga, yaitu prinsip
konsekuensi yang terdiri dari reinforser dan hukuman, prinsip kesegeraan konsekuensi,
dan prinsip pembentukan atau shaping.

Page | 15
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/ATIKA/Downloads/Materi%2003%20-%20OperanKondisioning.pdf

https://psikologihore.com/operant-conditioning-teori-skinner/

http://ranah-berbagi.blogspot.com/2010/08/isi-latarbelakang-teori-skinner-seorang.html

http://luke-ferdinand.blogspot.com/2015/12/kepribadian-menurut-paradigma.html

https://binham.wordpress.com/2012/04/18/teori-kepribadian-behavioristik/

Page | 16

Anda mungkin juga menyukai