Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Strategi Pembelajaran PAI
Dosen Pengampu :
Dr. Noer Rohmah, M.Pdi
Oleh :
Lutfiya Humairo’
Ila Mufarrohah
Syukur Alhamdulillah, kami haturkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat, taufik
serta hidayah-Nya sehingga tugas kolektif yang berbentuk makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada baginda kita Nabi Muhammad
SAW kepada para sahabat dan keluarga yang telah memperjuangkan Agama islam.
Makalah ini disusun sebagai bahan diskusi yang akan kami presentasikan dan merupakan
implementasi dari program belajar aktif oleh Dosen pengajar mata kuliah Model dan Strategi
Pembelajaran PAI
Kemudian dari pada itu, kami sadar bahwa dalam menyusun makalah ini banyak yang
membantu terhadap usaha kami, mengingat hal itu dengan segala hormat kami sampaikan rasa
terima kasih yang sedalam - dalamnya kepada:
1. Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini Ibu
Dr. Noer Rohmah, M.pdi
2. Teman-teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam penyelesaian makalah.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini, dapat menambah khazanah keilmuan dalam
mempelajari Model dan Strategi Pembelajaran PAI dan memberikan manfaat bagi pembacanya.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih banyak kesalahan dan kekhilafan di
dalamnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan demi
penyempurnaan makalah berikutnya.
HALAMAN JUDUL…………………………………….
KATA PENGANTAR……………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN………………………………..
A. Latar belakang…………………………………
B. Rumusan masalah……………………………..
C. Tujuan pembahasan……………………………
BAB II PEMBAHASAN………………………………..
A. Kesimpulan…………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak dapat dipisahkan dari
upaya peningkatan kualitas pendidikan yang sekarang ini sedang menjadi sorotan dan
harapan banyak orang di Indonesia.Wujud dari proses pendidikan yang paling riil terjadi
dilapangan dan bersentuhan langsung dengan sasaran adalah berupa kegiatan belajar mengajar
pada tingkat satuan pendidikan. Kualitas kegiatan belajar mengajar atau sering disebut dengan
proses pembelajaran tentu saja akan berpengaruh terhadap mutu pendidikan yang output -nya
berupa SDM
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Hakikat pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar yang bukan saja
terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang
efektif mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan
mutu serta dapat memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan
mereka. Pembelajaran efektif akan melatih dan menanamkan sikap demokratis bagi siswa,
serta dapat meciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehinggamemberikan
kreatifitas siswa untuk mampu belajar dengan potensi yang sudah merekamiliki yaitu dengan
memberikan kebebasan dalam melaksanakan pembelajaran dengan cara belajarnya sendiri. Di
dalam menempuh dan mewujudkan tujuan pembelajaran yang efektif
maka perlu dilakukan sebuah cara agar proses pembelajaran yang diinginkan tercapai yaitu
dengan cara belajar efektif. Untuk meningkatkan cara belajar yang efektif perlu adanya
bimbingan dari guru.
B. MODEL DAN LANGKAH PEMBELAJARAN EFEKTIF
Menurut Rusman (2018, hlm. 223) Model pembelajaran make a match merupakan salah
satu jenis dari model pembelajaran kooperatif, yakni bentuk pembelajaran dengan cara siswa
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri
dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Heterogen tentunya mengacu pada latarbelakang siswa yang beragam, baik itu kulit
hitam, etnis Jawa, dsb. Hal tersebut menyikapi permasalahan rasisme di Amerika Serikat yang
hingga kini masih menjadi isu yang cukup besar. Dengan demikian struktur kelompok heterogen
tersebut amatlah baik diaplikasikan di negara Indonesia yang terhitung beranekaragam pula
untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan.
Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran make a match adalah salah satu model
pembelajaran kooperatif yang menuntut siswa untuk mencari pasangan kartu soal dan jawaban
yang telah dibuat oleh pendidik sebelumnya, dengan batas waktu yang telah ditentukan agar
tercipta kerjasama antarsiswa untuk menyelesaikannya secara kooperatif.
Tipe make a match atau mencari pasangan ini dapat menjadi salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang dapat digunakan guru dalam mengembangkan kemampuan siswa. Pembelajaran
di kelas dengan menggunakan make a match ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran
dan untuk semua tingkat usia anak didik.
Model pembelajaran make a match adalah salah satu cara untuk mengimplementasikan
pembelajaran kooperatif. Model kooperatif tipe make a match atau “membuat pasangan” ini
dikembangkan oleh Lorna Curran pada tahun 1994. Dalam model pembelajaran make a match,
siswa diperintahkan untuk mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sebelum
batas waktu yang ditentukan, siswa yang berhasil mencocokkan kartunya diberi poin.
Tipe make a match atau mencari pasangan ini dapat menjadi salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang dapat digunakan guru dalam mengembangkan kemampuan siswa. Pembelajaran
di kelas dengan menggunakan make a match ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran
dan untuk semua tingkat usia anak didik.
Pembelajaran make a match merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif. Oleh
karena itu, setiap langkah-langkahnya haruslah disesuaikan dengan tujuan pembelajaran
kooperatif. Menurut Rusman (2018, hlm. 203) langkah-langkah model pembelajaran make a
match adalah sebagai berikut.
1. Guru menyiapkan kartu yang berisi beberapa konsep yang cocok untuk sesi review, salah
satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2. Masing-massing siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal atau jawaban dan
memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.
3. Masing-masing siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.
4. Masing-masing siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu, diberi
poin.
5. Apabila siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan temannya akan mendapatkan
hukuman yang telah disepakati bersama.
6. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari
sebelumnya, demikian seterusnya.
7. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pembelajaran.
Bermain peran atau role playing adalah metode pembelajaran yang di dalamnya terdapat
perilaku pura-pura (berakting) dari siswa sesuai dengan peran yang telah ditentukan, dimana
siswa menirukan situasi dari tokoh-tokoh sedemikian rupa dengan tujuan mendramatisasikan
dan mengekspresikan tingkah laku, ungkapan, gerak-gerik seseorang dalam hubungan sosial
antar manusia.
Model pembelajaran bermain peran penekanannya terletak pada keterlibatan emosional dan
pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara nyata dihadapi. Murid
diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik
berbahasa (bertanya dan menjawab) bersama teman-temannya pada situasi tertentu.
Menurut Uno (2007), terdapat tujuh langkah dalam pelaksanaan model pembelajaran
bermain peran, yaitu sebagai berikut:
Group investigation merupakan model pembelajaran yang dilakukan dengan pengaturan siswa
bekerja dalam kelompok kecil menggunaan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan
dan proyek kooperatif (Slavin dalam Sutirman, 2013). Melalui model group investigation ini siswa diberi
kebebasan untuk membuat kelompok dengan jumlah anggota dua sampai enam orang. Selanjutnya
masing-masing kelompok memilih topik materi yang telah dipelajari, dan membagi topik-topik tersebut
menjadi tugas pribadi. Hasil dari pekerjaan tugas pribadi anggota dipersiapkan untuk menyusun laporan
kelompok. Laporan setiap kelompok disajikan di depan kelas. Group Investigation lebih menekankan
pada pilihan dan kontrol siswa daripada menerapkan teknik-teknik pengajaran di ruang kelas. Selain itu
juga memadukan prinsip belajar demokratis di mana siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran, baik dari tahap awal sampai akhir pembelajaran termasuk di dalamnya siswa mempunyai
kebebasan untuk memilih materi yang akan dipelajari sesuai dengan topik yang sedang dibahas.
Suprijono (dalam Shoimin. A, 2014: 80) mengemukakan bahwa dalam penggunaan model Group
Investigation, setiap kelompok akan bekerja melakukan investigasi sesuai dengan masalah yang mereka
pilih. Sesuai dengan pengertian-pengertian tersebut diketahui bahwa model Group Investigation adalah
pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa sehingga tentu akan membangkitkan semangat serta
motivasi mereka untuk belajar. Di antara model-model pembelajaran yang tercipta, Group Investigation
merupakan salah satu model pembelajaran yang bersifat demokratif karena siswa menjadi aktif belajar
dan melatih kemandirian dalam belajar.
Model Pembelajaran Talking Stick – Salah satu model pembelajaranyang didasarkan pada
pandangan kontruktivisme adalah pembelajaran kooperatif. Menurut Kagan (2000:1), belajar kooperatif
adalah suatu istilah yang digunakan dalam prosedur pembelajaran interaktif, dimana siswa belajar
bersama-sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan berbagai masalah. Setiap siswa tidak
hanya menyelesaikan tugas individunya, tetapi juga berkewajiban membantu tugas teman kelompoknya,
sampai semua anggota kelompok memahami suatu konsep.
Talking adalah sebuah kata yang diambil dari bahasa inggris yang berarti berbicara. Talking
Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika
untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan
antar suku). Talking Stick (tongkat berbicara) telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku
Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak.
Langkah Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick
A. Tahap persiapan
Pada tahap persiapan ini ada beberapa hal yang harus dilakukan antara lain:
1. Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh peserta didik setelah proses demonstrasi
berakhir. Tujuan ini meliputi beberapa aspek seperti aspek pengetahuan dan keterampilan
tertentu.
2. Persiapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan. Hal ini
dilakukan untuk menghindari kegagalan.
3. Lakukan uji coba demonstrasi. Uji coba meliputi segala peralatan yang diperlukan.
B. Tahap pelaksanaan
Langkah pembukaan sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus dilakukan
antara lain:
1. Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua peserta didik dapat melihat dengan
jelas apa yang didemonstrasikan.
2. Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai peserta didik.
3. Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh peserta didik, misalnya
ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang penting dari pelaksanaan demonstrasi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hakikat pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar yang bukan saja
terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang
efektif mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan
mutu serta dapat memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan
mereka. Keefektifan komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar ini sangat tergantung dari
kedua belah pihak.