Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL PENELITIAN

PERAN BIMBINGAN KONSELING BAGI SISWA KELAS IX UNTUK


MELANJUTKAN PENDIDIKAN

Dosen pengampu :
Abdurrohim,M.Pd.I.

DISUSUN OLEH :
JAMIATUL HASANAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM AL- QOLAM

GONDANGLEGI MALANG

2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan manusia yang
harus di penuhi. Tanpa pendidikan mustahil manusia dapat berkembang secara
baik. Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode
tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara
bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Pendidikan adalah usaha dasar
untuk mengembangkan kepribadian anak, baik diluar dan didalam sekolah yang
berlangsung seumur hidup.
Dalam kegiatan pendidikan terjadi proses kegiatan belajar mengajar.
Mengajar sebagai suatu proses tidak sekedar menyerap informasi dari guru, tetapi
melibatkan berbagai kegiatan dan tindakan yang harus dilakukan. Dalam
menjalankan proses belajar mengajar tidak lepas dari berbagai perbedaan
individual peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Misalnya ada yang rajin
dan ada pula yang malas, ada yang kreatif dan lain sebagainya. Untuk mengatasi
hal-hal yang terjadi pada siswa maka diperlukan suatu pendekatan atau bimbingan
dari guru, kepala sekolah, dan orangtua siswa. Untuk kegiatan bimbingan yang
ada di sekolah lebih dikenal dengan sebutan bimbingan dan konseling atau BK.
Guru BK adalah sebagai pelaksana program bimbingan konseling yang
sudah direncanakan sebelumnya memulai jalur tertentu seperti mengumpulkan
data mengenai siswa melalui berbagai pendekatan, memberi saran-saran kepada
kepala sekolah dan menyelenggarakan bimbingan kepada para siswa yang
mengalami masalah dan aktifitas belajarnya. Walaupun para guru bidang studi
sudah berusaha membantu siswa supaya mengikuti pelajaran dengan baik, namun
tidak terlepas dari kesulitan belajar siswa dimana masih ditemukan minat belajar
yang kurang dari diri siswa sehingga membutuhkan bimbingan belajar. Kurangya
niat belajar ini menyebabkan siswa kurang mampu dalam memahami maupun
menguasai materi yang diajarkan oleh guru. Kondisi ini akan membuat hubungan
antara guru dan siswa kurang baik. Sehingga siswa mengalami kesulitan dalam
memahami pelajaran dan sering mengalami kebingungan. Selain itu, diantara
siswa ada yang tidak tahu bagaimana kelanjutan pendidikan yang akan dipilih.
Alasan memilih MTS al Musholliyah karena masih banyak siswa yang
tidak melanjutkan sekolah setelah tamat dari MTS. Dikarenakan para siswa masih
belum mengetahui kemampuan bakat dan minatnya. Ada juga siswa yang
mempunyai pilihan masih ragu apakah pendidikan lanjutan yang dipilih cocok,
ada juga siswa yang mengikuti temannya kemana lanjut pendidikannya, dan ada

1
2

juga siswa yang sudah mantap dengan pilihan pendidikannya karena bakat
dan minatnya ada disitu. Dalam memilih lanjutan studi para siswa tidak begitu
saja memilih lanjutan studi melainkan melakukan suatu proses pengambilan
keputusan. Merekan harus siap dalam mengambil keputusan yang sangat penting
dan sulit, yaitu suatu keputusan yang harus menentukan masa depan siswa
berhubungan dengan karir dan cita-citanya. Siswa membutuhkan bantuan dan
bimbingan dari guru BK yang ada di sekolah, untuk memperoleh pengalaman dan
pemahaman yang menandai tentang berbagai kondisi dan diri.
Banyak ditemukan siswa siswi yang menyatakan tamat MTS mereka tidak
tahu dan masih bingung untuk memilih sekolah lanjutan. Beberapa diantara
mereka dibingungkan atas perbedaan pendapat antara mereka dan orang tua
mereka yaitu perbedaan minat dan saran orang tua yang berbanding terbalik.
Kebanyakan dari mereka melanjutkan studi ke MAN karena menurut kebanyakan
orang tua pendidikan di sekolah agama lebih penting dibandingkan pendidikan di
sekolah umum. Tetapi permasalahan yang terjadi di kalangan siswa dalam
memilih studi lanjut belum bisa dituntaskan, yang berarti layanan yang di lakukan
itu kurang efektif. Banyak sikap siswa yang masih bingung menentukan mau
masuk SMA, SMK, dan MAN yang akan dipilih.
Bagi siswa yang akan melanjutkan pendidikan, mereka mencari
pendidikan lanjut yang cocok dengan minat, kemampuan serta potensi yang ada
pada diri siswa tersebut. Dalam pemilihan pendidikan lanjut tentunya harus
disesuaikan dengan minat dan kemampuan dari siswa itu sendiri. Selain itu ada
beberapa hal yang mempengaruhi proses pemilihan pendidikan lanjut, seperti
kepribadian diri siswa, keterampilan yang di miliki serta kemampuannya. Serta
faktor sosial ekonomi keluarga, jika kemampuan guru pembimbing di sekolah
dalam memberikan informasi dan pemahaman kepada siswa pada kelanjutan
pendidikan siswa. Pelaksanaan bimbingan dan konseling yang masih kurang
menentu, terutama kemampuan guru BK dalam mengarahkan siswa juga menjadi
faktor penting bagi kelangsungan pendidikan siswa di sekolah.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah.
1. Bagaimana peran guru BK di sekolah dalam mengarahkan siswa kelas IX
untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi di MTS al Musholliyah
Tamanasri.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan pelaksanan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui peran guru BK di sekolah dalam mengarahkan siswa
kelas IX untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi di MTS al
Musholliyah Tamanasri.

D. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan atau manfaat yang di peroleh dari hasil pelaksanaan penelitian
ini adalah sebagai berikut :
a. Manfaat Teoritis

1. Secara teoritis diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah


wawasan dan memberikan ilmu pengetahuan khususnya dalam
penelusuran dalam meningkatkan kemampuan memilih lanjutan studi.

b. Manfaat Praktis

1. Bagi kalangan akademisi IAI Al-Qolam

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan,


informasi dan referensi berupa bacaan ilmiah

2. Bagi Peneliti:

Memberikan pengetahuan dan pemahaman dalam melakukan penelitian


peran guru BK bagi siswa.

3. Bagi Siswa:

Untuk meningkatkan pemahaman kepada siswa bahwa pendidikan yang di


sertai bimbingan konseling yang ada di sekolah penting untuk
mengarahkan siswa melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.

4. Bagi Guru di Sekolah:


Supaya mengetahui dan memahami pengembangan kreativitas siswa yang
dapat dalam pelayanan konseling dapat menghasilkan generasi muda yang
kreatif.

3
4

E. Batasan Istilah
Penulis menafsirkan beberapa penggunaan kata pada judul dalam
penelitian ini, berikut ini merupakan pengertian dari kata-kata yang
tercantum pada setiap variabel judul antara lain:
1. Bimbingan konseling

a. Pengertian bimbingan konseling


Bimbingan konseling adalah proses pemberian bantuan yang
dilakukan melalui wawancara konseling (face to face) oleh seorang ahli
(disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu
masalah (disebut konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang
dihadapi konseli serta dapat memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki
dan sarana yang ada, sehingga individu atau kelompok individu itu dapat
memahami dirinya sendiri untuk mencapai perkembangan yang optimal,
mandiri serta dapat merencanakan masa depan yang lebih baik untuk
mencapai kesejahteraan hidup.
b. Definisi bimbingan konseling
Menurut Prayitno dan Erman Amti, bimbingan adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang
atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, atau orang dewasa,
agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya
sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana
yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang
berlaku.
Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka
antarab dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan
kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi
belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri,
keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang
dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi
untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli
dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan
kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.
F. Penelitian Terdahulu
Nama Original
Judul/tahun Persamaan Perbedaan
peneliti peneliti
Pengaruh
Penerapan
Metode Dalam
bimbingan penelitian
Uliyah hikmah Objek
konseling Ada ini, Uliyah
jurusan penelitian
Terhadap pengaruh hikmah
pendidikan Uliyah
Peningkatan terhadap menyoroti
agama islam hikmah
Kreativitas peningktan persepsi
Universitas menekankan
Belajar kreativitas bimbingan
IAIN Sunan pada
Siswa siswa dalam konseling
Ampel kreativitas
di belajar dalam
Surabaya,2010 belajar siswa
SMP Bangsa kreativitas
siswa
Surabaya

G. Sistematika Pembahasan

Dalam penulisan penelitian ini memiliki sitematika pembahasan sebagai berikut.


BAB I : dalam bab ini membahas pendahuluan yang meliputi latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah,
penelitian terdahulu dan sistematika pembahasan.
BAB II : pada bab ini berisi tentang kajian pustaka yang meliputi pengertian
bimbingan konseling dan guru BK.
BAB III : pada bab ini berisi tentang metodologi penelitian yang meliputi jenis
penelitian dan pendekatan peneliti, teknik pengumpulan data, sumber data, teknik
analisis data, teknik dan pengecekan keabsahan data.
BAB IV : pada bab ini membahas tentang paparan data dan hasil penelitian atau
uraian yang terdiri atas gambaran mengenai objek penelitian dan penyajian data
yang membahas tentang hasil penelitian.

5
6

1
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Bimbingan dan Konseling di Sekolah

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling


Bimbingan dan konseling merupakan terjemah dari “Guidance” dan
“Counseling” dalam bahasa inggris. Secara harfiyah istilah “Guidance” dan akar
kata “Guide” berarti mengarahkan (to direct), memandu (to pilot), mengelola (to
manage), dan menyetir (to steer).2 Lebih lanjut pengertian bimbingan dan
konseling di kemukakan oleh Abu Bakar M. Luddin :“Bimbingan sebagai suatu
proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan supaya individu tersebut dapat paham akan dirinya dan dapat
bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan kehidupan pada umumnya.
Sehingga dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan
sumbangan yang berarti kepada ke hidupan masyarakat pada umumnya”.3
Sunaryo Kartadinata mengartikannya sebagai “Proses membantu individu untuk
mencapai perkembangan optimal”.4 Sementara menurut Abu Bakar M. Luddin
mengartikan: “Bimbingan adalah proses untuk membantu individu memahami
dirinya dan dunia di sekelilingnya supaya ia dapat menggunakan kemampuan dan
bakat yang ada dengan optimal”.5 Mohammad Surya mengatakan bahwa
bimbingan adalah Suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dari
pembimbing kepada yang di bimbingnya agar terdapat ke mandirian dalam
pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan dan perwujutan diri dalam
mencapai tingkatan perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan
lingkungan.6

1
Prayitno dan Erman Amti., Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta : Rineka Cipta,
2004), hal. 94

2 Ahmad Juntika Nurihsan,(2006),Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar


Kehidupan,Bandung:PT,Refika Aditama,Hal.15

3 Abu Bakar M. Luddin, (2009), Kinerja Sekolah dalam Kegiatan Bimbingan dan
Konseling, Bandung: Cita Pusaka Media Perintis, Hal. 10

4 Sunaryo Kartadinata,(1998), Bimbingan di Sekolah Dasar, Bandung: Maulana, Hal. 3

5 Ibid, Abu Bakar M. Luddin, (2009), Hal.9

6 M. Surya, (2006), Dasar-dasar Konseling Pendidikan, Teori dan Konsep, Yogyakarta,Hal, 64


Selanjutnya Bimo Walgito dalam bukunya bimbingan dan konseling juga
menegaskan bahwa bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan
pada individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam
hidupnya untuk mengembangkan agar individu dapat memecahkan masalahnya
sendiri dan dapat mengadakan penyesuaian dengan baik untuk kesejahteraan
hidupnya. Pendapat ahli tentang bimbingan, dapat di pahami 2bahwa bimbingan
adalah suatu proses untuk membantu individu dalam mengembangkan diri,
sehingga individu tersebut dapat mencapai kemampuan untuk dapat memahami
dirinya, kemampuan untuk dapat menerima dirinya dan kemampuan untuk
merealisasikan dirinya sesuai dengan potensi atau kemampuan dalam mencapai
penyesuaian dirinya dengan lingkungan, baik keluarga, masyarakat dan kehidupan
pada umumnya.7
Slameto menjelaskan bimbingan di sekolah adalah “Proses memberikan
bantuan kepada siswa agar ia sebagai pribadi memiliki pemahaman yang benar
diri pribadinya dan akan dunia sekitarnya, mengambil keputusan untuk melangkah
maju secara optimal dalam perkembangannya dan dapat menolong dirinya sendiri
menghadapi serta memecahkan masalah-masalah yang ada, semuanya demi
tercapainya penyesuaian yang sehat dan memajukan kesejahteraan mentalnya”.8
2. Fungsi Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Pelayanan bimbingan mengembangkan sejumlah fungsi yang hendak di
penuhi melalui pelaksanaan kegiatan bimbingan. Fungsi bimbingan tersebut
terdiri dari fungsi pemahaman, pencegahan, pengentasan, pemeliharaan dan
pengembangan. Untuk lebih jelasnya fungsi bimbingan di kemukakan oleh
Tarmizi sebagai berikut:
a. Fungsi Pemahaman : yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan
menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai
dengan kepentingan pengembangan peserta didik, pemahaman itu
meliputi:
1) Pemahaman tentang diri peserta didik.
2) Pemahaman tentang lingkungan peserta didik.
3) Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas.
b. Fungsi Pencegahan: yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan
menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai
gaangguan yang mungkin timbul, yang akan dapat mengganggu,
menghambat atau menimbulkan kesulitan dan kerugian-kerugian tertentu
dalam proses perkembangannya.
27
Slameto, (2005), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, Hal.
34

8 Tarmizi, (2011), Pengantar Bimbingan dan konseling, Medan: Perdana Publishing, Hal.44-45

7
8

c. Fungsi Pengentasan: yaitu bimbingan dan konseling yang akan


menghasilkan teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh
peserta didik.
d. Fungsi Pemeliharaan dan pengembangan : yaitu fungsi bimbingan dan
konseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan berkembangnya
berbagai potensi dan kondisi peserta didik dalam rangka perkembangan
dirinya secara mantap dan berkelanjutan.9
Menurut pendapat di atas, maka penulis dapat memahami bahwa fungsi
bimbingan itu pada intinya memiliki tujuan yang sama yaitu membantu
perkembangan diri individu secara optimal dan dinamis baik tentang dirinya,
karir, dan hubungan sosialnya. Dalam islam fungsi bimbingan konseling adalah
mencegah perbuatan manusia dari yang tidak baik menjadi baik dalam istilah
dikenal dengan amar ma‟ruf nahi mungkar.
Dengan penjelasan fungsi bimbingan sebagaimana di atas terdapat pula
beberapa prinsip yang perlu di perhatikan agar upaya bimbingan konseling dapat
mencapai tujuannya. Prinsip-prinsip tersebut adalah prinsip-prinsip yang
berkenaan dengan sasaran layanan, 34prinsip-prinsip yang berkenaan dengan
permasalahan individu, prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program layanan,
dan prinsip-prinsip yang berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan layanan. 10
Untuk lebih memahami beberapa prinsip-prinsip di atas
selanjutnya dapat di kemukakan penjelasan sebagai berikut :
a. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan :
1) Bimbingan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur,
jenis kelamin, suku dan agama serta status sosial ekonomi.
2) Bimbingan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu
yang unik dan dinamis.
3) Bimbingan konseling memperhatikan sepenuhnya terhadap berbagai aspek
perkembangan individu.
4) Bimbingan konseling memberikan perhatian umum kepada perbedaan
individu yang menjadi orientasi pokok pelayanannya.

b. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan permaslahan individu :


1) Bimbingan konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut
pengaruh kondisi mental/fisik individu terhadap penyesuaian diri.

3
9Tarmizi, (2011), Pengantar Bimbingan dan konseling, Medan: Perdana Publishing, Hal.45-47
1
0 Soepraoto, (1972), Bimbingan dan Penyuluhan, Jakarta: Renika Cipta, Hal. 25

4
2) Kesenjangan sosial ekonomi dan budaya merupakan faktor timbulnya
masalah pada individu yang kesemuanya menjadi perhatian utama
pelayanan bimbingan konseling.

c. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program layanan :


1) Bimbingan konseling merupakan bagian integral dari upaya pendidik dan
pengembangan individu, oleh karena itu bimbingan dan konseling harus
diselaraskan dan dipadukan dengan program pendidikan serta
pengembangan peserta didik.
2) Program bimbingan konseling harus fleksibel dan disesuaikan dengan
kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi lembaga.
3) Program bimbingan konseling di susun secara berkelanjutan dari jenjang
pendidikan yang terendah sampai yang tertinggi.

d. Prinsip-prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan


pelayanan :
1) Bimbingan konseling harus diarahkan untuk pengembangan individu yang
akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi
permasalahannya.
2) Dalam proses bimbingan konseling ke putusan yang di ambil dan akan
dilakukan oleh individu hendaknya atas kemauan individu itu sendiri,
bukan karena kemauan dan desakan dari pembimbing atau pihak lain.

3. Guru BK

Guru BK adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan


kehidupan bangsa anak didik. Pribadi susila yang cakap adalah yang
diharapkan ada pada diri setiap anak didik. Tidak ada seorang guru BK
pun yang mengharapkan anak didiknya menjadi sampah masyarakat.
Untuk itu lah guru BK dengan penuh di kasih dan loyalitas berusaha
membimbing dan membina anak didik agar di masa mendatang menjadi
orang yang berguna bagi nusa dan bangsa. Setiap hari guru BK
meluangkan waktu demi ke pentingan anak didik. Bila suatu ketika ada
anak didik yang tidak hadir di sekolah, guru BK menanyakan kepada
anak-anak yang hadir, apa sebabnya dia tidak hadir ke sekolah. Anak didik
yang sakit, tidak bergairah belajar, terlambat masuk sekolah, belum
menguasai bahan pelajaran, berbuat yang tidak baik, terlambat membayar
uang sekolah, tak punya pakaian seragam, dan sebagiannya, semuanya
menjadi perharian guru BK.
Masalah siswa sering terjadi di kalangan para siswa di sekolah
ataupun di luar sekolah dalam proses belajar siswa sehingga perlu
mendapat perhatian. Kesulitan belajar tersebut sering menjadi masalah
dalam proses pendidikan yang berlangsung di lembaga-lembaga sekolah
9
10

juga menjadi hambatan terhadap kesuksesan pendidikan. Untuk itu perlu


suatu upaya mengatasi masalah siswa tersebut, salah satu diantara
komponen pendidikan itu adalah pembimbing yang diharapkan tampil
untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar yang timbul
dalam proses pendidikan siswa.

4. Tugas Guru BK

Adapun peranan guru BK menurut konseling islam adalah sebagai


pendamping yang bertugas mengingatkan individu yang di bimbing agar
mengikuti petunjuk Allah SWT dalam mengharungi ke hidupan. Individu
perlu di ingatkan karena menurut Anwar Sutoyo dalam Erham Wilda
mengemukakan:
a. Pada dasarnya individu telah memiliki iman, jika iman yang ada pada
individu tidak tumbuh, di duga karena individu lupa merawatnya, lupa
memberi pupuk, atau di serang suatu penyakit, akibatnya iman tidak
tumbuh dan tidak berfungsi baik.
b. Allah Swt telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa kitab suci Al-
Qur’an sebagai pedoman hidup, jika ada individu yang kebingungan atau
salah jalan diduga belum memahami petunjuk hidup yang ada pada Al-
Qur’an .

Adapun peranan yang di lakukan guru BK seperti yang dinyatakan oleh


Djumhur dan Moh. Surya bertujuan sebagai berikut :

1) Membantu siswa utnuk mengembangkan pemahaman diri


sesuai dengan ke cakapan, minat pribadi, hasil belajar serta ke
sempatan yang ada.
2) Membantu proses sosialisasi sensitifitas ke pada ke butuhan
orang lain.
3) Membantu siswa untuk mengembangkan motif-motif intrinsic
dalam belajar sehingga tercapai peningkatan pengajaran yang
berarti dan bertujuan.
4) Memberikan dorongan di dalam pengarahan diri, pemecahan
masalah, pengambilan ke putusan dan terlibatan dalam proses
pendidikan.
5) Mengembangkan nilai dan sikap secara menyeluruh serta
perasaan sesuai dan penerimaan diri.
6) Membantu dalam memahami tingkah laku manusia.
7) Membantu siswa untuk memperoleh ke puasan pribadi dalam
penyesuaian diri secara maksimum terhadap masyarakat di
dalam kehidupan.
8) Membantu siswa untuk hidup di dalam kehidupan yang
seimbang dalam berbagai aspek fisik, mental, dan sosial. 11

5
Guru BK adalah Figure seorang pemimpin. Guru BK adalah sosok
arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru BK
mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadian anak didik
menjadi seorang yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Guru BK bertugas
mempersiapkan manusia susila yang cakap yang dapat di harapkan membangun
dirinya dan membangun bangsa dan negara.
Berkaitan dengan ke sulitan belajar, upaya mengatasinya, tidak dapat di
pisahkan dari faktor-faktor kesulitan belajar sebagai bagaimana yang di uraikan di
atas. Karena itu, mencari sumber penyebab utama dari sumber-sumber penyebab
peserta lainnya adalah menjadi mutlak adanya dalam rangka mengatasi kesulitan
belajar.
Muhibbin menjelaskan alternative yang di ambil guru BK dalam
mengatasi ke sulitan belajar siswa adalah dengan melakukan beberapa langkah
penting, meliputi:
a) Menganalisis hasil diagnosis, yakin menelaah bagian-bagian
masalah dan hubungan antara bagian tersebut untuk memperoleh
pengertian yang benar mengenai ke sulitan belajar yang di hadapi
siswa.
b) Mengidentifikasi dan menentukan bidang ke cakapan tertentu yang
memerlukan perbaikan.
c) Menyusun program perbaikan, khususnya program remedial
teaching (pengajaran perbaikan).12

Setelah langkah-langkah diatas selesai, barulah pembimbing


melaksanakan langkah selanjutnya, yakni melaksanakan program perbaikan.
Dalam proses belajar mengajar, guru BK memiliki tugas untuk mendorong,
membimbing dan membantu siswa untuk mencapai tujuannya di dalam belajar.
6
Pembimbing mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang
terjadi di lingkungan anak didik untuk membantu perkembangan anak. Secara
rinci tugas pembimbing dalam peranannya membantu siswa mengatasi kesulitan
belajar adalah:
a) Memberikan arahan dan motivasi untuk mencapai tujuan tentang belajar
yang baik dan cara mengatasi kesulitan belajar pada siswa.

51
1 Muhibbin Syah, (2007), Psikologi Belajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Hal. 187

12 Abu Ahmadi, Widodo, Hal. 104-105

11
12

b) Memberikan bimbingan dan melaksanakan layanan tentang kesulitan


belajar pada siswa.
c) Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan
penyesuaian diri anak di dalam proses belajar. 13

7
5. Kajian Tentang Sekolah Lanjutan di Tingkat Pertama/Sederajat
(SMP)

Sekolah lanjutan dari sekolah menengah pertama (SMP) adalah sekolah


menengah atas (SMA), atau biasanya disebut dengan sekolah pendidikan
menengah. Pendidikan menengah adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta
didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan
hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial budaya, dan alam sekitar, serta
dapat mengembangkan kemampuan lebbih lanjut dalam dunia kerja atau
pendidikan tinggi.14
Pendidikan menengah yang lamanya 3 tahun sesudah pendidikan dasar, di
selenggarakan di SMP (sekolah menengah pertama) atau satuan pendidikan yang
sederajat. Pendidikan menengah dalam hubungan kebawah berfungsi sebagai
lanjutan dan perluasan pendidikan dasar, dan dalam hubungan ke atas
mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan tinggi ataupun
memasuki lapangan kerja.15 Adapun untuk lebih jelasnya penulis uraikan satu per
satu yaitu:

a. Pendidikan Umum

Pendidikan umum adalah pendidikan yang mengutamakan perluasan


pengetahuan dan keterampilan peserta didik dengan penghususan yang
diwujudkan pada tingkat-tingkat akhir masa pendidikan. Pendidikan umum
berfungsi sebagai acuan umum bagi jenis pendidikan lainnya. Yang termasuk
pendidikan umum adalah SD, SMP, SMU dan Universitas.
Sekolah menengah umum (SMU) adalah bentuk satuan pendidikan menegah
yang menyelenggarakan program pendidikan tiga tahun setelah sekolah menengah
pertama (SMP). Peserta didik di SMU adalah mereka yang telah menamatkan
sekolah dasar dan sekolah lanjutan tingkat pertama. Siswa pada umumnya sedang
menjalani tahap transisi perkembangan, dari perkembangan masa anak-anak
kemasa remaja awal. Tujuan pendidikan SMU adalah:

71
3 Faud Ihsan, (1996), Dasar-dasar Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, Hal. 23

14 Umar Tirtaraharja & La Sula, (2000), Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta,Hal. 225

15 Ibid, Hal. 268


1) Meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan
pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri
sejalan dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan kesenian.

2) Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat


dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan
sosial, budaya, dan alam sekitarnya.16

8
b. Sekolah Menengah Atas (SMA)

Sekolah menengah atas (SMA) adalah jenjang pendidikan menengah pada


pendidikan formal di Indonesia, setara dengan Madrasah Aliyah yang
mengelolanya dilakukan oleh kementerian Agama Indonesia. Pendidikan
madrasah aliyah ditempuh dalam waktu tiga tahun, mulai dari kelas X-XII.17

c. Pendidikan Kejuruan
Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta
didik untuk dapat bekerja pada bidang pekerjaan tertentu, seperti bidang
teknik, tataboga, dan busana, perhotelan, kerajinan, administrasi
perkantoran, dan lain-9lain. Salah satu lembaga pendidikannya adalah
SMK. Sekolah menengah 10kejuruan (SMK) adalah satu bentuk satuan
pendidikan. Menengah yangmenyelenggarakan program pendidikan tiga
tahun setelah sekolah menengah pertama (SMP). Tujuan pendidikan SMK
adalah :18

81
6 https://id. Wikipedia.org/wiki/Madrasah_Aliyah, diakses pada hari Rabu,10 Maret 2017, Pkl
10.05 WIB

17 Umar Tirtahardja & La Sula, Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, Hal. 208

18 rayitno, (1997), Sari pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di


Sekolah
(SPPBKS), Buku IV, Jakarta: Bina Sumber Daya MIPA, Hal. 59

10

13
14

1) Mempersiapkan siswa untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang


lebih tinggi dan meluaskan pendidikan dasar.
2) Meningkatkan kemampun siswa sebagai anggota masyarakat dalam
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya,
dan alam sekitar.
3) Meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat mengembangkan diri
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.
4) Menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan pengembangan
sikap profesional.
BAB III
METODE PENELITIAN

1. Jenis penelitian dan pendekatan


Berdasarkan latar belakang penelitian, maka jenis penelitian ini adalah
kualitatif yang bersifat deskriptif. Jenis penelitian ini termasuk dalam kategori
penelitian kualitatif karena penelitiannya dilakukan dalam kondisi yang alamiah.
Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif.
Peneliatian ini,menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Adapun alasan menggunakan metode
ini karena ingin menggali, mengamati atau mencari data-data yang lebih akurat
terkait dengan penelitian tersebut. Dalam jenis penelitian lapangan, penelitian
yang penulis lakukan ini masuk pada penelitian studi kasus, artinya penelitian
yang mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan
interaksi lingkungan sesuatu unit sosial, individu, kelompok, lembaga atau
masyarakat. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui secara jelas
dan mendalam tentang pentingnya bimbingan konseling bagi siswa kelas IX untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di MTS al Musholliyah
Tamanasri Ampelgading.
2. Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai
berikut.
a. Wawancara
Teknik wawancara adalah teknik yang digunakan oleh peneliti untuk
menggali informasi kepada narasumber dengan cara mengajukan pertanyaan.
Kemudian narasumber menjawab pertanyaan tersebut. Wawancara adalah suatu
percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) dan
yang diwawancarai (interviewce) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
b. Observasi
Metode ini bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan
sistematis atas fenomena-fenomena yang diteliti. Obsevasi juga bisa diartikan
sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala-gejala yang
tampak pada objek penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode
observasi langsung. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil penelitian yang
lebih objektif. Peneliti menggunakan teknik ini pada Observasi atau pengamatan
juga amat sering digunakan dalam penelitian pentingnya bimbingan konseling

15
16

bagi siswa kelas IX untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih


tinggi di MTS al Musholliyah Tamanasri Ampelgading.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode yang mencari data mengenai hal-hal
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah dan lain sebagainya.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pendokumentasian terhadap kegiatan
pelaksanaan bimbingan dan konseling di MTS al Musholliyah Tamanasri.
3. Sumber data
Data merupakan keterangan-keterangan mengenai suatu keadaan atau
masalah dalam bentuk angka (golongan) seperti angka maupun bentuk kategori
dan sebagainya. Dalam penelitian ini data yang akan peneliti gunakan adalah data
kualitatif karena data kualitatif dijelaskan dengan bentuk kategori. Perolehan
sumber data dalam penelitian ini adalah :
A . Data Primer

11
Adalah data yang diperoleh langsung dari sumber penelitian dengan
menggunakan alat pengambil data langsung pada subjek sebagai sumber
informasi. Dalam penelitian ini meneliti sumber utama nya adalah Siswa,
dan Guru MTS al Musholliyah Tamanasri.

B . Data sekunder

Adalah data yang diperoleh dari pihak lain, yang tidak langsung diambil
dari subjek penelitian. Data ini diambil dari dokumen atau data laporan
yang ada di MTS al Musholliyah Tamanasri.

4. Teknik analisis data


Analisis data kualitatif menurut bogdan yang dikutip oleh sugiyono adalah
proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan bahan- bahan lain, sehingga mudah dapat
dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.19 Analisis data
dilakukan sepanjang penelitian berlangsung dengan melakukan pengamatan
terhadap objek penelitian secara berulang-ulang, mempelajari kajian yang
berhubungan dengan penelitian, dan melakukan konsultasi dengan dosen
pembimbing. Hal tersebut dilakukan untuk menjamin signifikansi hasil penelitian.
Dalam penelitian ini data berwujud kalimat yang dinyatakan dalam bentuk narasi
111
9 Bogdan.dan Sugiyono.1993.”Kualitatif (Dasar-dasar Penelitian)”.Penterjemah A.Khozin
Afandi.Surabaya,Penerbit Usaha Nasional.Hlm30.
bersifat deslriptif mengenai data yang diperoleh. Teknis analisis data yang
yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan tiga cara yaitu :
a. Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabsahan dan transformasi data mentah atau data kasar
yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal –hal yang
penting dan dicari tema polanya. Tahap reduksi data dalam penelitian ini
adalah pentingnya bimbingan konseling bagi siswa kelas IX untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di MTS al Musholliyah
Tamanasri. Data tersebut diklasifikasikan ke dalam pragmatik. Dan kemudian
diklasifikasikan kembali berdasarkan faktor penyebab penghambat dan
pendukungnya.
b. Penyajian data adalah proses penyusunan informasi yang kompleks dalam
bentuk sistematis, sehingga menjadi sederhana selektif, serta dapat dipahami
maknanya. Penyajian data dimaksud untuk menentukan pola – pola yang
bermakna, serta memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan.
Penyajian data dalam penelitian ini berupa tabel pragmatik yang sesuai dengan
kategori nya.
c. Penarikan kesimpulan adalah langkah akhir setelah melalui proses analisis
data baik selama pengumpulan data maupun sesudahnya. Kegitan ini
dimaksud agar makna yang munul dari data harus diuji kebenaran, kekuatan
dan kecocokan yang merupakan Validitas data. Dalam penarikan kesimpulan
dapat diambil selama proses analisis data dan diungkapkan dengan kalimat
yang singkat, padat, dan mudah dipahami. Data yang sudah dianalisis,
diklasifikasikan dan disajikan, selanjutnya dapat disimpulkan oleh peneliti.
Adapun langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: (1) peneliti mengumpulkan hasil catatan yang sudah didapat, (2)
peneliti membaca data utuk dianalisis, (3) peneliti mengelompokkan data, (4)
peneliti menganalisis data yang telah didapat dengan teori yang ada, dan (5)
peneliti menyimpulkan hasil analisis data.

5. Teknik dan pengecekan keabsahan data


Dalam uji keabsahan temuan maka peneliti kualitatif meliputi tiga uji
yakni:
a. Credibility (kredibilitas)
Dalam uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif maka dapat dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan
ketekunan dalam penelitian, trigulasi, diskusi dengan teman, analisis kasus
negative, dan member check.

b. Transbility (transbilitas)

17
18

Dalam uji transbilitas data terhadap penelitian kualitatif maka dapat dilakukan
suatu pekerjaan mendeskripsikan konteks penelitian dan asumsi-asumsi yang
menjadi sentral pada penelitian tersebut.
c. Konfirmability (konfirmabilitas)
Dalam uji konfirmabilitas data terhadap penelitian kualitatif maka berarti
menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil
penelitiannya merupakan fungsi dari penelitian yang dilakukan maka penelitian
tersebut telah memenuhi standar konfirmabilitas.

Data siswa kelas IX MTs Al musholliyah tahun 2021


No. NISN Nama Siswa Jenis Kelamin Tempat Lahir
1 0044170544 Achmad Faizal L Malang
2 0049690476 Alya Devi Saputri P Malang
3 0051739566 ANGGEL EKA SESILIA SAFARA P Malang
4 0069829735 ANWAIL ILMA P Malang
5 0053843950 AULIA FITRI ROMADONI P Malang
6 0049873789 Dwiki Widiyanto L Malang,
7 0063941657 FATHUL AFANDI L Malang
8 0067166819 FINDA IMELIA P Malang
9 0059249721 ILMIATUL AMALIA P Malang
10 0049737670 Irfan Afandi L Malang
11 0056935051 Jefri Mahendra L Malang
12 0063899078 Miatus Sholiha P Malang
13 0063698462 Miftahul Ulum P Malang
14 0057799801 Moch Faisol L Malang
15 0066165454 MUHAMMAD KAMIL L Malang
16 3051167081 Muhammad Irsyadul Fadly L Malang
17 0057306452 Nadia Agustina P Bakan
18 0067729761 Nadia Yahya P Malang
19 0064723038 Nafilatul Ainiya P Malang
20 0065714707 Nor Ihsan L Malang
21 0059816105 Riati Puspitasari P Malang
22 9987046461 Ridho Adi Pratama L Malang
23 0067479736 Rina Fitriani P Malang
24 0068670358 Rina Rahmawati P Malang
25 0008767780 Riska P Malang
26 0061935392 sehroh P Bekasi
27 0057418378 Septyan Ardyansah L Malang
28 0048820350 Thomy Mawanto L Malang
29 0059504626 Yasinta Puspita Dewi P Malang
30 0051295094 Yunita Kusdiana P Malang
31 9987571327 Zainal Abidin L Malang

Dari data diatas terdapat 5 siswa yang tidak melanjutkan pendidikan, yaitu:
1. Anwail Ilma
2. Irfan Afandi
3. Jefri Mahendra
4. Nadia Yahya
5. Thomy Mawanto

Selain dari nama yang disebutkan diatas semuanya melanjutkan pendidikan ke


jenjang selanjutnya.

19
20

BAB IV
PEMBAHASAN

1. Temuan data

a. Pentingnya bimbingan konseling bagi siswa kelas IX untuk melanjutkan


pendidikan kejenjang yang lebih tinggi

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara tentang pentingnya bimbingan


konseling bagi siswa kelas IX untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih
tinggi menjelaskan bahwa di MTS al Musholliyah Tamanasri masih belum
menerapkan adanya bimbingan konseling dibuktikan dari hasil observasi sebagai
berikut:
“belum di adakannya bimbingan konseling di MTS al Musholliyah karena kurang
memadai perlengkapan sarana dan fasilitas yang dapat membantu dalam
kelancaran tugas guru BK. Tanpa dukungan ketersediaan sarana dan fasilitas
tentunya akan dapat menimbulkan masalah terutama dalam memproses segala
macam masalah dari siswa,baik itu masalah internal maupun eksternal.”
Berdasarkan pernyataan diatas dapat dipahami bahwa pelaksaan layanan
bimbingan konseling di MTS al Musholliyah membutuhkan sarana dan fasilitas
pendukung yang dianggap membantu keberhasilan dalam memproses dan
menuntaskan masalah yang dialami siswa. Pelaksanaan bimbingan konseling
terutama untuk melakukan layanan bimbingan konseling dalam membantu
menuntaskan masalah yang dialami oleh siswa tidak dapat hanya mengandalkan
pengetahuan dan keterampilan saja,akan tetapi perlunya dukungan ketersediaan
sarana dan fasilitas pendukung yang disesuaikan dengan jenis masalah siswa yang
akan diatasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan
keterampilan guru bimbingan konseling sejalan dengan sarana dan fasilitas.
b. Upaya yang dilakukan pihak sekolah dalam mengarahkan siswa untuk
melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara sebagai berikut:
“para guru disini hanya memberikan motivasi kepada para siswa dalam aktifitas
belajarnya yakni dengan membantunya dalam memahami apa tujuan dan
manfaat pendidikan bagi dirinya, memberikan semangat belajar dan mau
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dengan melakukan pendekatan kepada
siswa, dan memberikan bimbingan juga dengan motivasi kepada diri siswa
sehingga dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa. Dimana tumbuhnya rasa
21

percaya diri ini mendukung siswa untuk lebih memahami dan mengenal potensi
dirinya, sehingga
ia mampu mempersiapkan diri dengan belajar termasuk berusaha untuk
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.”
Berdasarkan pernyataan diatas dapat dipahami bahwa dalam membantu
siswa untuk pemilihan pendidikan, terutama untuk melanjutkan pendidikan yang
lebih tinggi maka berupaya dalam memberikan motivasi kepada siswa untuk
menumbuhkan rasa percaya diri siswa dalam menghadapi masalahnya terutama
dengan plihan untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Motivasi
menjadi faktor penting dalam diri siswa untuk dapat membantu menumbuhkan
rasa percaya diri. Rasa percaya diri ini menjadi faktor membantu siswa untuk
memahami dirinya, mengenal, dan mengembangkan kemampuan dirinya.
Kepercayaan dalam diri dapat mengarahkan siswa untuk mengembangkan
kemampuan, bakat, minat yang ada dalam dirinya.
Upaya yang dilakukan oleh para guru tersebut membantu siswa agar
mampu dan membiasakan diri memiliki cara belajar yang baik. Jika siswa mampu
membiasakan diri melakukan cara-cara belajar yang baik tentu akan mendukung
keaktifannya dalam belajar dan membantu siswa dalam meningkatkan prestasi
belajar.
2. Analisis data

a. Pelaksanaan bimbingan dan konseling di MTS al Musholliyah masih


belum diterapkan dikarenakan kurang memadai sarana dan fasilitas belajar
siswa.
b. Upaya guru dalam mengarahkan siswa yaitu dengan memberikan motivasi
kepada siswa sehingga dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa.
Menumbuhkan keyakinan dan rasa percaya diri mendukung siswa untuk
memahami dan mengenal potensi dirinya, sehingga siswa mampu
mempersiapkan diri dengan belajar dan melanjutkan pendidikan.
c. Guru juga memiliki peran penting dalam mengarahkan sekolah lanjutan
bagi siswa MTS al Musholliyah. Guru sudah meyakinkan siswa untuk
dapat melanjutkan pendidikan guna untuk memperoleh masa depan yang
baik.

21
22

DAFTAR PUSTAKA

Erman Amti dan Prayitno., Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta :


Rineka Cipta, 2004),
Ahmad Juntika Nurihsan,(2006),Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar
Kehidupan,Bandung:PT,Refika Aditama,
Abu Bakar M. Luddin, (2009), Kinerja Sekolah dalam Kegiatan Bimbingan dan
Konseling, Bandung: Cita Pusaka Media Perintis,
Sunaryo Kartadinata,(1998), Bimbingan di Sekolah Dasar, Bandung: Maulana,
Ibid, Abu Bakar M. Luddin, (2009),
M. Surya, (2006), Dasar-dasar Konseling Pendidikan, Teori dan Konsep,
Yogyakarta,
Slameto, (2005), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta:
Rineka Cipta,
Tarmizi, (2011), Pengantar Bimbingan dan konseling, Medan: Perdana
Publishing,
Ibid., Hal.45-47
Soepraoto, (1972), Bimbingan dan Penyuluhan, Jakarta: Renika Cipta,
Muhibbin Syah, (2007), Psikologi Belajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
Abu Ahmadi, Widodo, Hal. 104-105
Faud Ihsan, (1996), Dasar-dasar Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, Hal. 23
La Sula & Umar Tirtaraharja, (2000), Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka
Cipta,Hal. 225
Ibid, Hal. 268
https://id. Wikipedia.org/wiki/Madrasah_Aliyah, diakses pada hari Rabu,10 Maret
2017, Pkl 10.05 WIB
La Sula & Umar Tirtaraharja, Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, Hal.
208
rayitno, (1997), Sari pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
(SPPBKS), Buku IV, Jakarta: Bina Sumber Daya MIPA, Hal. 59
Sugiyono dan Bogdan.1993.”Kualitatif (Dasar-dasar Penelitian)”.Penterjemah
A.Khozin Afandi.Surabaya,Penerbit Usaha Nasional.

Anda mungkin juga menyukai