Anda di halaman 1dari 98

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN

MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ANAK


TUNAGRAHITA RINGAN KELAS V SLBN BUNGO JAMBI

SKRIPSI

Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

AGUS MUS THOFA


NIM 21003256

DEPARTEMEN PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
ABSTRAK
Agus Mus Thofa, 2023.”Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman
Melalui Model Problem Based Learning untuk Anak Tunagrahita Ringan
Kelas V SLBN Bungo Jambi”. Skripsi. Padang: Departemen Pendidikan Luar
Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang.

Penelitian ini dilatarbelakangi dari hasil observasi dan wawancara dengan guru
kelas V SLBN Bungo Jambi, terdapat permasalahan kemampuan membaca siswa
belum terkonsep secara baik secara pemahaman. Guru mengalami kesulitan dalam
melaksanakan KBM pada topik membaca pemahaman. Guru melaksanakan
pembelajaran hanya berfokus pada satu buku sumber yaitu Buku Pegangan Guru
dan sangat jarang sekali menerapkan model-model pembelajaran karena menurut
beliau metode ceramahlah yang lebih praktis dan efisien untuk diterapkan. Dari
hasil interview ternyata beliau juga memang jarang memvariasikan pembelajaran,
kartu bergambar dan tutor sebaya yang pernah beliau terapkan di kelas. Dalam
upaya mengatasi permasalahan tersebut, peneliti dan guru kelas berkolaborasi
untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman melalui penerapan Model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini bertujuan
untuk menggambarkan bagaimana kemampuan membaca pemahaman siswa
tunagrahita ringan di kelas V SLBN Bungo Jambi dapat meningkat dengan
menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning. Penelitian tindakan
kelas dilakukan pada anak tunagrahita sedang di kelas V SLBN Bungo Jambi,
dengan jumlah siswa dua orang. Teknik pengumpulan data meliputi observasi dan
dokumentasi. Pendekatan analisis data penelitian ini adalah statistik deskriptif yang
didasarkan pada analisis refleksi pada siklus.
Hasil penelitian ini pada siklus I, aktivitas guru menunjukkan 79% kemudian
pada siklus II meningkat menjadi 96%. Aktivitas anak pada siklus I sebesar 83%
dan meningkat menjadi 98%. Nilai rata-rata kemampuan membaca pemahaman
pada siklus I 47,5% meningkat menjadi 79% pada siklus II. Berdasarkan uraian
yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca pemahaman
mengalami peningkatan pada siswa tunagrahita ringan kelas V SLBN Bungo
Jambi dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dalam
pembelajaran membaca materi teks narasi sederhana.
Kata kunci : membaca pemahaman, siswa ATG Ringan, model pembelajaran Problem
BasedLearning

i
ABSTRACT

Agus Mus Thofa, 2023.”Improving Reading Comprehension Through Problem


Based Learning Models for Middle Class Children SLBN Bungo Jambi”.
Thesis. Padang: Departement of Special Education, Faculty of Education,
Padang State University.

The background of this research is from the results of observations and


interviews with teachers of class V SLBN Bungo Jambi, there are problems in
students' reading abilities that have not been well conceptualized in terms of
understanding. Teachers experience difficulties in implementing teaching and
learning on the topic of reading comprehension. Teachers carrying out learning
only focus on one source book, namely the Teacher's Handbook and very rarely
apply learning models because according to him the lecture method is more
practical and efficient to apply. From the results of the interviews it turned out that
he also rarely varied learning, picture cards and peer tutoring that he had used in
class. In an effort to overcome these problems, researchers and class teachers
collaborate to improve reading comprehension skills through the application of the
Problem Based Learning (PBL) Learning Model.
This type of research is classroom action research. This study aims to describe
how the reading comprehension ability of mild mentally retarded students in class
V SLBN Bungo Jambi can improve by applying the Problem Based Learning
learning model. Classroom action research was conducted on moderately mentally
retarded children in class V SLBN Bungo Jambi, with two students. Data collection
techniques include observation and documentation. The data analysis approach for
this research is descriptive statistics based on reflection analysis on cycles.
The results of this study in cycle I, teacher activity showed 79% then in cycle
II it increased to 96%. Children's activity in cycle I was 83% and increased to 98%.
The average value of reading comprehension skills in the first cycle was 47.5%,
increasing to 79% in the second cycle. Based on the description given, it can be
concluded that the ability to read comprehension has increased in fifth grade
students at SLBN Bungo Jambi by applying the learning models of Problem Based
Learning in learning to read simple narrative text material.

Keywords: reading comprehension, mild ATG students, learning model of problem based
learning

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena dengan Rahmat

dan kehendak-Nyalah penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang

berjudul “Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui Model

Problem Based Learning untuk Anak Tunagrahita Ringan Kelas V SLBN

Bungo Jambi”.

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, yakni: BAB I berupa

pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, perumusan dan

pemecahan, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. BAB II berupa kajian

pustaka yang meliputi kemampuan membaca pemahaman, model

pembelajaran PBL, konsep anak tunagrahita, kerangka berpikir. BAB III

berupa metode penelitian yang meliputi jenis penelitian, setting penelitian,

prosedur penelitian, teknik analisis data, kriteria keberhasilan. BAB IV berupa

hasil penelitian dan pembahasan yang berisi kondisi awal penelitian, deskripsi

penelitian, siklus I, siklus II, pembahasan antar siklus. BAB V berupa simpulan

dan saran.

Dalam menyelesaikan skripsi ini peneliti mendapatkan banyak bimbingan,

arahan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua penulis,

dosen pembimbing akademik, dan semua pihak yang telah mendoakan serta

membantu penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih memiliki

iii
kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari berbagai pihak untuk memperbaiki proposal peneilitian ini

menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis terkhususnya

dan bagi pembaca umumnya.

Jambi, April 2023

Penulis,

iv
UCAPAN TERIMAKASIH

Segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas limpahan

rahmat, hidayah serta kehendak-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Salawat beriringkan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Muhammad

SAW beserta keluarga dan sahabatnya, semoga kita mendapat syafaatnya di hari

akhir kelak. Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam memperoleh gelar S1

Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Padang. Penulis menyadari bahwa selama proses penyelesaian skripsi ini banyak

mendapatkan bimbingan, arahan, bantuan, do’a serta dukungan dari berbagai pihak

yang diberikan kepada penulis. Oleh karena itu dalam kesempatan kali ini, penulis

ingin menyampaikan ucapan terimakasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Teruntuk Ibu Dr. Nurhastuti, M.Pd. selaku Kepala Departemen PLB FIP UNP

sekaligus dosen pembimbing saya, terimakasih atas segala kemudahan,

dukungan, waktu, arahan dan bimbingannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dra. Zulmiyetri, M.Pd dan Ns. Setia Budi, M.Kep. selaku dosen penguji,

terimakasih untuk semua masukan dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.

3. Bapak dan ibu dosen serta staff di Jurusan Pendidikan Luar Biasa Universitas

Negeri Padang, terimakasih untuk semua ilmu, pengalaman serta saran yang

telah diberikan dan kemudahan selama masa perkuliahan begitu juga dalam

proses penyelesaian skripsi ini.

4. Teruntuk istri dan anak-anak saya, terimakasih untuk segala dukungan,

kerjasama, pengorbanan waktu dan pengertiannya selama saya menyelesaikan

penyusunan skripsi ini. Terimakasih telah menjadi support system terbaik.

v
5. Terkhusus kepada kedua orang tua ku, bapak dan ibuk yang saya cintai dan

sayangi. Terimakasih telah memberikan kasih sayang dan tulus membesarkan

saya tanpa batas dan balas.

6. Terimakasih untuk semua pihak yang terlibat baik secara langsung maupun

tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu.

vi
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK .............................................................................................................. i

ABSTRACT ........................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

UCAPAN TERIMAKASIH.................................................................................. v

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x

DAFTAR GRAFIK .............................................................................................. xi

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5

D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 8

A. Konsep Dasar Membaca ................................................................... 8

B. Model Pembelajaran Problem Based Learning .............................. 13

C. Konsep Anak Tunagrahita............................................................... 20

D. Kerangka Berpikir ........................................................................... 27

vii
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 29

A. Jenis Penelitian ................................................................................ 29

B. Setting Penelitian ............................................................................ 30

C. Prosedur Penelitian.......................................................................... 28

D. Teknik Analisis Data ....................................................................... 35

E. Kriteria Keberhasilan ...................................................................... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................... 36

A. Kondisi Awal .................................................................................. 36

B. Deskripsi Penelitian ........................................................................ 36

C. Siklus I ............................................................................................ 38

D. Siklus II ........................................................................................... 42

E. Pembahasan Antar Siklus................................................................ 51

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 56

A. Kesimpulan ..................................................................................... 56

B. Saran ................................................................................................ 56

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 58

LAMPIRAN 1 LEMBAR WAWANCARA ...................................................... 60

LAMPIRAN 2 KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN ............................... 62

LAMPIRAN 3 INSTRUMEN TES .................................................................... 63

LAMPIRAN 4 INSTRUMEN OBSERVASI GURU ....................................... 65

viii
LAMPIRAN 5 RPP ............................................................................................. 67

LAMPIRAN 6 INSTRUMEN ONSERVASI SISWA ...................................... 73

LAMPIRAN 7 LKS ............................................................................................. 75

LAMPIRAN 8 DOKUMENTASI ...................................................................... 79

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir. .......................................................................... 28

Gambar 3.1. Model Siklus pemberian tindakan Arikunto. .................................. 30

x
DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

Grafik 4.1. Grafik I Hasil Kemampuan Awal Siswa. .......................................... 37


Grafik 4.2 Hasil Tes Siswa ATG Ringan Siklus I. .............................................. 45
Grafik 4.3 Hasil Tes Siswa ATG Ringan Siklus II. ............................................. 50
Grafik 4.4 Rekapitulasi Hasil Tes Siswa.............................................................. 53

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek, meliputi empat aspek,

diantaranya adalah keterampilan membaca, menyimak, menulis, dan berbicara.

Dalam keterampilan berbahasa ini, keterampilan membaca menjadi salah satu

keterampilan yang harus siswa kuasai selama proses belajar. Keterampilan

membaca merupakan kemampuan untuk memahami dan menginterpretasikan

informasi yang tertulis pada berbagai jenis teks.

Keterampilan membaca dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu

faktor intelektual, faktor psikologi, faktor lingkungan, dan faktor fisiologis

(Irma, 2020). Faktor fisiologis meliputi jenis kelamin dan kesehatan jasmani.

Gangguan pada alat pendengaran, alat bicara, dan alat penglihatan dapat

menghambat siswa dalam aktivitas membaca. Faktor intelektual berkaitan

dengan kemampuan dalam berfikir. Orang yang memiliki daya serap yang baik

dapat lebih mudah memahami dan menginterpretasikan teks daripada mereka

yang memiliki daya serap yang rendah. Lingkungan sekolah dan rumah

termasuk ke dalam faktor lingkungan. Selain itu, faktor lain yang dapat

mempengaruhi kemajuan siswa dalam membaca adalah faktor psikologis, yaitu

minat siswa dan motivasi. Motivasi sangat dibutuhkan dalam mendrong siswa

untuk melakukan suatu kegiatan atau aktivitas, sedangkan minat berdasarkan

kamus bahasa Indonesia memiliki arti kecendrungan hati seseorang yang tinggi

terhadap sesuatu.

1
2

Terdapat beberapa jenis membaca salah satunya yaitu membaca sastra.

Dari sekian banyak karya sastra saat ini adalah teks narasi. Teks narasi

merupakan teks yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa dengan

berurutan, biasanya dengan menggunakan waktu lampau atau sekarang. Tujuan

utama dari teks narasi adalah untuk menghibur, memberikan informasi, atau

mengajarkan pembaca atau pendengar tentang suatu hal (Nandito, 2016).

Teks narasi dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain narasi fiksi, narasi

non-fiksi, narasi autobiografi, narasi biografi, dan narasi legenda. Tujuan dari

teks narasi adalah untuk menghibur, memberikan informasi, atau mengajarkan

pembaca atau pendengar tentang suatu hal. Melalui cerita atau kisah yang

diisahkan dalam teks narasi, pembaca atau pendengar dapat memperoleh

hiburan, pemahaman tentang suatu hal, atau pembelajaran dari pengalaman

orang lain (Kurniawan, 2017). Dalam teks narasi, pengarang biasanya

menggunakan bahasa yang deskriptif dan imajinatif untuk membangun suasana

dan atmosfer yang sesuai dengan cerita yang diinginkan. Teknik-teknik naratif

seperti tokoh, latar, konflik, dan plot digunakan untuk membantu membangun

cerita dan menarik perhatian pembaca atau pendengar.

Anak tunagrahita memiliki kesulitan dalam membayangkan atau

memvisualisasikan sebuah cerita sehingga dapat mempengaruhi pemahaman

mereka tentang penokohan maupun pertanyaan yang berhubungan denga isi

teks cerita narasi sederhana (Rozaliana, 2019). Namun demikian, hal ini tidak

selalu berlaku untuk setiap anak tunagrahita, mereka memiliki kebutuhan

belajar dan kemampuan yang tidak sama antara satu dengan lainnya.
3

Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki kecerdasan di bawah rata-

rata. Kesulitan-kesulitan spesifik yang dialami anak tunagrahita diantaranya

rentang perhatian, memori, dan generalisasi (Nurmeliawati, 2016). Seseorang

dengan gangguan intelektual memiliki kemampuan fokus yang rendah dalam

mengamati dan memahami sesuatu. Mereka membutuhkan pengulangan

berulangkali agar dapat mengerti terhadap apa yang sedang mereka pelajari.

Dalam hal ini artinya semakin rendah intelektual seseorang maka akan semakin

banyak membutuhkan latihan dan pengulangan terhadap suatu hal yang mereka

pelajari.

Peneliti telah melakukan kegiatan observasi dan wawancara awal dengan

guru kelas terhadap proses, motivasi dan hasil pembelajaran yang di

laksanakan selama ini. Tujuan dari observasi dan wawancara awal yaitu

mengetahui permasalahan yang terjadi di kelas V.C SLB Bungo terutama

pada pembelajaran membaca. Setelah ditemukan permasalahan, langkah

selanjutnya yaitu perencanaan tindakan kelas untuk perbaikan atau

meningkatkan kualitas pembelajaran berikutnya dengan langkah yang tepat.

Studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti di Kelas V.C SLB

Bungo diperoleh data berdasarkan kemampuan awal siswa diketahui bahwa

dalam kemampuan membaca siswa belum terkonsep secara baik secara

pemahaman. Guru mengalami kesulitan dalam melaksanakan KBM pada topik

membaca pemahaman. Guru melaksanakan pembelajaran hanya berfokus pada

satu buku sumber yaitu Buku Pegangan Guru dan sangat jarang sekali

menerapkan model-model pembelajaran karena menurut beliau metode


4

ceramahlah yang lebih praktis dan efisien untuk diterapkan. Dari hasil

interview ternyata beliau juga memang jarang memvariasikan pembelajaran,

kartu bergambar dan tutor sebaya yang pernah beliau terapkan di kelas. Dalam

upaya mengatasi permasalahan tersebut, peneliti dan guru kelas berkolaborasi

untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman melalui penerapan

Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

Model Pembelajaran Problem Based Learning bagi siswa tunagrahita

dapat mengarahkan siswa menyusun strategi-strategi untuk memecahkan

masalah tentunya dengan bimbingan guru dan meningkatkan kepercayaan diri

dalam berinteraksi dengan orang lain. Model Pembelajaran PBL ini merupakan

model pembelajaran yang menghadapkan anak tunagrahita terhadap situasi

yang nyata sehingga diharapkan mereka akan lebih mudah untuk terfokus

dalam pembelajaran dan mudah dalam memahami bacaan yang mereka baca.

Dalam penerapan model pembelajaran PBL ini perlu inovasi dan kreativitas

guru. Guru dapat menggunakan media seperti gambar, animasi, video, audio

ataupun media lain yang dapat membawa siswa ke dalam situasi nyata.

Membawa siswa untuk belajar di luar ruangan menjadi salah satu ide yang

cukup bagus, seperti mengajak siswa untuk belajar di taman sekolah. Dalam

hal ini, seorang pengajar atau pendamping anak tunagrahita perlu memberikan

pendekatan belajar yang tepat, seperti menggunakan gambar atau benda-benda

konkret sebagai media visualisasi latar cerita. Dengan begitu, anak tunagrahita

dapat lebih mudah memahami unsur intrinsik cerpen yang terkait dengan latar,

sehingga dapat lebih memahami cerita secara keseluruhan.


5

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, peneliti

bermaksud untuk melakukan penelitian tentang “Meningkatan Kemampuan

Membaca Pemahaman melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based

Learning untuk Anak Tunagrahita Ringan di Kelas V SLBN Bungo Jambi”.

B. Perumusan dan Pemecahan Masalah

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dari permasalahan yang telah diuraikan di

atas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana proses meningkatkan kemampuan membaca pemahaman

melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning untuk

anak tunagrahita ringan di kelas V SLBN Bungo Jambi?

2. Bagaimana hasil meningkatkan kemampuan membaca pemahaman

melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning untuk

anak tunagrahita ringan di kelas V SLBN Bungo Jambi?

2. Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah diberikan dalam penelitian yaitu melalui model

pembelajaran Problem Based Learning merupakan salah satu model

pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman

anak tunagrahita ringan di kelas V SLBN Bungo, Jambi.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran menggunakan model

Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan membaca


6

pemahaman untuk anak tunagrahita ringan di Kelas V SLB Bungo Jambi.

2. Untuk mengetahui bagaimana hasil pembelajaran menggunakan model

Problem Based Learning untuk meningkatkan kemampuan membaca

pemahaman untuk anak tunagrahita ringan di Kelas V SLB Bungo Jambi.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat,

sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis model pembelajaran ini dapat digunakan oleh guru dalam

meningkatkan pembelajaran membaca pemahaman bagi anak

tunagrahita maupun anak lain. Selain itu dapat juga dipakai untuk

meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan ataupun pembelajaran

untuk anak tunagrahita ringan maupun anak lainnya yang

membutuhkan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti untuk memperoleh data tentang kegiatan guru dalam

pelaksanaan pembelajaran membaca pemahaman untuk

mengidentifikasi unsur-unsur insterinstik yang berhubungan dengan

isi teks narasai sederhana pada anak tunagrahita ringan di kelas V.C

SLB Bungo.

b. Bagi peneliti untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa

dalam mengidentifikasi tokoh serta menjawab pertanyaan yang

berhubungan dengan isi teks narasai sederhana pada anak


7

tunagrahita ringan di kelas V.C SLB Bungo.

c. Bagi guru sebagai bahan referensi dalam mengajarkan materi

membaca dan memahami isi teks narasai sederhana pada anak

tunagrahita ringan di kelas V.C SLB Bungo.

d. Bagi anak dapat membantu untuk lebih bisa semangat lagi dalam

belajar dan dapat sebagai cara belajar yang menyenangkan.

e. Bagi sekolah dapat dijadikan sebagai bahan kajian bagi para guru

tentang langkah-langkah pembelajaran dalam mengidentifikasi

tokoh serta menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan isi teks

narasai sederhana pada anak tunagrahita ringan di SLB Bungo.

f. Bagi orangtua dapat memberikan informasi atau masukan bagi

orangtua dalam belajar anak tentang cara memahami suatu bacaan.


BAB II
KAJIAN TEORI

A. Konsep Dasar Membaca Pemahaman

1. Pengertian Membaca

Membaca merupakan suatu kegiatan yang melibatkan keterampilan dan

strategi dalam memahami informasi yang terdapat pada teks tertulis. Proses

membaca ini sangat penting dalam mengembangkan kemampuan berbahasa

dan berpikir kritis (Supriyadi, 2018). Membaca adalah kegiatan untuk

memperoleh pemahaman dari teks tertulis. Proses membaca melibatkan

penggunaan keterampilan bahasa, pengetahuan tentang teks, dan strategi

yang digunakan untuk memahami makna teks yang dibaca (Alma, 2011).

Selama aktivitas membaca terjadi proses berfikir kritis-kreatif untuk

mengolah informasi apa yang mereka baca. Pemahaman bacaan tersebut

dilakukan secara menyeluruh agar nantinya seseorang dapat mengetahui

nilai, fungsi, keadaan, dan dampak dari bacaan tersebut (Nurhadi, 2016).

Menurut Ana Widyastuti (2017) “Dalam kegiatan membaca melibatkan

indera pendengaran (audio) dan Indera penglihatan (visual). Kemampuan

membaca telah dimiliki seseorang sejak dini dengan cara membolak-

balikkan buku. Hal ini mereka lakukan untuk menunjukkan ketertarikannya

terhadap buku yang mereka pegang.

2. Pembelajaran Membaca

Pembelajaran membaca merupakan proses pembelajaran dengan tujuan

untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa, yang meliputi

8
9

keterampilan teknis membaca, pemahaman bacaan, dan pengembangan

minat membaca (Nasution, 2017). Pembelajaran membaca bukan hanya

sekadar proses mengajarkan teknik membaca, melainkan juga proses

pembentukan karakter dan kecerdasan siswa dalam menghadapi berbagai

situasi dan kondisi di masa depan (Santoso, 2016).

Pembelajaran membaca adalah proses pengajaran dan pembelajaran

keterampilan membaca untuk mendapatkan pemahaman yang baik terhadap

teks yang dibaca. Tujuannya adalah untuk mengembangkan kemampuan

siswa dalam memahami dan menginterpretasikan teks serta

mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh dari teks tersebut.

Pembelajaran membaca melibatkan pengajaran keterampilan dekoding,

pemahaman, dan motivasi membaca, serta memberikan kesempatan bagi

siswa untuk berlatih membaca secara terstruktur dan melalui interaksi sosial

dengan guru dan teman sebaya. Pendidikannya harus berfokus pada

bagaimana membaca untuk memahami, memperkaya kosakata,

meningkatkan pemahaman struktur bahasa, memperluas wawasan dan

pengetahuan, dan mengembangkan keterampilan analitis dan kritis.

3. Jenis-Jenis Membaca

Jenis-jenis membaca berdasarkan terdengar atau tidaknya dapat

dikategorikan ke dalam membaca nyaring dan membaca dalam hati

(Suparni: 2015). Jenis-jenis membaca juga dapat dikategorikan ke dalam

membaca tidak bersuara dan membaca bersuara (Prana: 2014). Aktivitas

yang termasuk ke dalam membaca bersuara meliputi membaca nyaring,


10

membaca, indah, dan membaca teknik. Sedangkan yang termasuk ke dalam

membaca tidak bersuara (membaca diam) diantaranya membaca

pemahaman, membaca teliti, membaca ide, membaca kritis, menelaah suatu

bahasa, membaca sekilas dan cepat. Berdasarkan pendapat dua ahli di atas

dapat disimpulkan bahwa terdapat jenis-jenis membaca didasarkan pada

terdengar atau tidaknya suara kita oleh oranglain ketika membaca. Jika kita

bersuara Ketika membaca maka disebut dengan membaca nyaring namun

jika tidak terdengar oleh oranglain suara kita disebut dengan membaca

dalam hati.

4. Teknik Membaca

Terdapat empat teknik membaca menurut Aini, dkk (2019) yaitu

skimming, scanning, selecting, dan skipping.

1) Skimming

Skimming adalah teknik membaca cepat yang dilakukan oleh seseorang.

Dalam teknik membaca ini hanya diambil point-poin penting atau inti

sari bacaan yang sekiranya membuat pembaca tertarik untuk mengetahui

lebih dalam terhadap informasi yang ada dalam bacaan tersebut. Namun

tidak semua orang dapat menggunakan teknik ini, biasanya teknik ini

bisa dilakukan oleh seseorang yang terbiasa membaca. Untuk seseorang

yang jarang membaca membutuhkan waktu yang lama untuk

memahaminya karena seringkali kehilangan fokus dan terkadang tidak

hanya satu kali membaca.


11

2) Scanning

Dalam teknik membaca scanning ini sama halnya dengan dengan teknik

membaca scimming. Namun pada teknik membaca scanning

membutuhkan ketelitian lebih tinggi untuk mendapatkan informasi

penting atau ide pokok suatu bacaan.

3) Selecting

Selecting yang berarti memilih dalam bahasa inggris, yaitu teknik

membaca dengan cara memilih-milih teks yang akan dibaca sehingga

tidak semua kalimat akan dibaca.

4) Skipping

Dalam teknik membaca ini yaitu mengabaikan bacaan yang sekiranya

tidak pembaca perlukan untuk dibaca atau pembaca tidak memerlukakan

inti sari daripada teks bacaan yang dilompati.

Dari jenis-jenis teknik membaca yang telah diuraikan di atas dapat

disimpulakn bahwa dengan menerapkan teknik apapun yang paling

terpenting dalam membaca adalah memahami isi dari teks atau bacaan

tersebut.

5. Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman menurut Tarigan (2008) merupakan jenis

membaca yang memiliki tujuan untuk dapat memahami norma dalam

kesastraan, drama tulis, pola-pola fiksi, dan resensi kritis. Sedangkan

menurut Somadayo (2011) dalam membaca pemahaman terjadi pengkaitan

antara pengeahuan yang dimiliki pembaca dengan pengalaman yang pernah


12

dialami. Dalam membaca pemahaman memiliki tiga point penting yaitu a)

pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki pembaca terkait teks yang akan

dibaca; b) menghubungkan pengetahuan dan pengalaman dengan teks yang

akan dibaca; c) suatu proses dalam mendapatkan ide pokok dari teks yang

dibaca sesuai dengan pendapat si pembaca.

Membaca pemahaman merupakan kegiatan membaca dengan tujuan

agar si pembaca paham betul terhadap apa yang ia baca. Dalam hal ini

pembaca dapat menyampaiakn terhadap oranglain terkait isi dari teks

bacaan baik secara tersirat maupun tersirat. Dengan memahami suatu

bacaan akan bertambah informasi maupun wawasan seseorang akan suatu

hal. Hal ini sesuai dengan pendapat Iskandarwassid (2008) yang

menyatakan bahwa membaca merupakan suatu kegiatan yang sangat

penting yang bertujuan untuk membangun pengetahuan. Seseorang

dikatakan berwawasan apabila sering melakukan kegiatan membaca.

Menurut Abdurrahman (2017) bahwasanya kemampuan membaca

merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang siswa.

Kemampuan membaca sangat dibutuhkan dalam memahami suatu materi

atau pelajaran sehingga dapat dikatakan kemampuan membaca dapat

menentukan keberhasilan seseorang dalam belajar. Sedangkan berdasarkan

pendapat dari Somadayo (2011), tidak semua orang memiliki kemampuan

membaca yang sama. Ada seseorang dengan kemampuan membaca tingkat

tinggi. Namun demikian hal ini tidak dapat menjamin bahwasanya orang

tersebut dengan kemampuan membaca tingkat tinggi dapat memahami


13

bacaan dengan baik. Mereka belum tentu dapat menangkap makna tersirat

yang diungkapkan oleh penulis melalui tulisannya.

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai kemampuan membaca yang

telah diuraikan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwasanya kemampuan

membaca seseorang tidak sama. Kemampuan membaca merupakan

kemampuan seseorang dalam memahami makna dan informasi baik yang

diungkapkan secara tersurat maupun secaa tersirat oleh penulis.

Kemampuan membaca dapat dihubungkan antara pengetahuan yang

dimiliki si pembaca dengan pengalaman yang telah dimilikinya.

Kemampuan membaca ini merupakan kunci keberhasilan seorang siswa

dalam belajarnya.

B. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

1. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Menurut Kamdi (2007), “Problem Based Learning (PBL) merupakan

model kurikulum yang berhubungan dengan masalah dunia nyata siswa.

Masalah yang diseleksi mempunyai dua karakteristik penting, pertama

masalah harus autentik yang berhubungan dengan kontek social siswa,

kedua masalah harus berakar pada materi subjek dari kurikulum”.

Model pembelajaran Problem based learning memiliki 3 ciri utama.

Pertama, model pembelajaran PBL merupakan suatu rangkaian aktivitas

belajar yang dirancang sedemikian rupa untuk menciptakan suasana belajar

yang aktiv. Dalam hal ini, guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber ilmu,

siswa berperan aktif dalam mencari dan mengolah informasi, berfikir kritis,
14

berkolaborasi untuk membuat kesimpulan. ke dua, orientasi pembelajaran

dihadapkan pada masalah yang artinya masalah menjadi kunci dalam model

pembelajan ini. Siswa dituntut untuk mencari, mengolah informasi dengan

berdiskusi untuk dapat menyelesaikan masalah yang telah disajikan di awal

pembelajaran. Yang ke tiga, siswa menentukan sendiri tujuan belajarnya.

Menurut Nurhadi (2004) “Problem based learning adalah kegiatan

interaksi antara stimulus atau respons, merupakan hubungan antara dua arah

belajar dan lingkungan”. Dalam model pembelajaran PBL, masalah menjadi

kata kunci dalam pembelajaran. Masalah yang diajukan berupa masalah

konstektual artinya masalah tersebut sangat erat dengan kehidupan nyata

siswa. Adapun tujuannya adalah untuk memotivasi siswa dalam belajar,

menumbuhkan rasa ingin tahu dan membuat siswa tertarik untuk

menyelesaikan permasalahan tersebut.

Dari penjelasan mengenai model pembelajaran PBL di atas dapat

disimpulkan bahwa, dalam penerapannya model pembelajaran ini

menghadapkan siswa pada masalah dunia nyata (real world) untuk memulai

pembelajaran. Masalah diberikan kepada siswa, sebelum siswa mempelajari

konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan.

Dengan demikian untuk memecahkan masalah tersebut siswa akan

mengetahui bahwa mereka membutuhkan pengetahuan baru yang harus

dipelajari untuk memecahkan masalah yang diberikan.

2. Karakteristik Model Problem Based Learning (PBL)

Menurut Abidin (2014) model PBL memiliki karakteristik sebagai berikut:


15

a. Masalah disajikan kepada siswa di awal pembelajaran.

b. Masalah bersifat konstektual yang sangat erat dengan kehidupan dan

aktivitas siswa sehari-hari. Selain itu masalah yang disajikan bersifat

otentik, artinya masalah tersebut asli dan dapat dipercaya.

c. Masalah dapat menstimulasi siswa untuk dapat berfikir dari berbagai

sudut pandang.

d. Masalah yang digunkan dapat mengembangkan pengetahuan, sikap, dan

keterampilan serta kompetensi siswa.

e. Model PBL menuntut siswa untuk dapat belajar mandiri.

f. Dalam proses pemecahan masalah, siswa dapat menggunakan berbagai

sumber untuk mendapatkan data dan informasi.

g. Aktivitas kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Sangat ditekankan

kepada siswa selama proses pemecahan masalah.

h. Model PBL menekankan pentingnya pemerolehan keterampilan

meneliti, memecahkan masalah, dan penguasaan pengetahuan.

3. Langkah-langkah Model Problem Based Learning (PBL)

1. Orientasi Siswa pada Masalah

Dalam tahap ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru

menyajikan masalah yang harus siswa pecahkan serta memotivasi siswa

untuk aktif selama proses pemecahan masalah tersebut.

2. Mengorganisasi Siswa untuk Belajar

Guru menyampaikan apa yang harus siswa lakukan selama

pembelajaran atau proses pemecahan masalah.


16

3. Membimbing Penyelidikan Individual dan Kelompok

Dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator. Guru hadir apabila ada

siswa yang tidak memahami data ataupun informasi yang diperoleh.

4. Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya

Dalam tahap ini, guru membantu siswa dalam rangka menyajikan hasil

belajar. Siswa menyajikan hasil karya secara berkelompok dan siswa

lainnya dapat memberikan tanggapan ataupun masukan kepada apa

yang telah kelompok tersebut sampaikan.

5. Menganalisis dan Mengevaluasi

Kegiatan ini adalah Langkah terakhir dalam model pembelajaran PBL.

Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses

pembelajaran yang telah dilewati.

4. Tujuan Model Problem Based Learning (PBL)

Terrdapat beberapa tujuan dari model pembelajaran problem based lea

rning menurut Rohman (2011), yaitu:

1) Mendorong kerjasama antar siswa dalam proses pemecahan masalah

2) Mendorong siswa untuk melakukan pengamatan dan diskusi dengan

kelompok belajarnya.

3) Siswa terlibat aktif selama proses penyelidikan. Siswa diberi kebebasan

untuk mencari, mengolah informasi serta menyajikan solusi dari

masalah tersebut.

4) Siswa dapat mengembangkan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor

secara seimbang.
17

5) Dapat membangun kepercayaan terhadap siswa bahwasanya masalah

merupakan suatu hal yang menarik untuk diselesaikan dan tidak

seharusnya masalah itu dihindari.

Dari pendapat para ahli yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan

bahwasanya model pembelajaran Problem Based Learning sama halnya

dengan model pembelajaran lain yang disarankan dalam kurikulum 2013

yaitu bertujuan untuk membuat siswa dapat belajar secara aktif dan mandiri

untuk memperoleh pengetahuannya sendiri. Menuntut siswa untuk

berkolaborasi selama proses pemecahan masalah. Dari serangkaian

aktivitas belajar tersebut yang nantinya akan berakhir pada peningkatan

hasil belajar.

5. Kelebihan Model Problem Based Learning (PBL)

Model pembelajaran PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang

memiliki keunggulan dibandingkan model pembelajaran lain seperti yang

diungkapkan oleh Kemendikbud (2013) dalam (Abidin, 2014) yaitu:

a. Dengan menerapkan model pembelajaran PBL maka pembelajaran akan

lebih bermakna. Siswa dapat menggunakan pengetahuan yang mereka

miliki dan keterampilan dalam proses pemecahan masalah untuk

diterapkan dalam konteks dan situasi yang relevan.

b. Di awal pembelajaran guru memotivasi siswa untuk belajar. Siswa

disajikan dengan masalah dunia nyata yang membangkitkan rasa ingin

tahu siswa sehingga mendorong siswa untuk mau mempelajarinya dan


18

belajar mandiri. Selama proses pemecahan masalah, siswa dilatih untuk

dapat berfikir kritis.

Menurut Sudrajat (2011), terdapat beberapa keunggulan dari model

pembelajaran Problem Based Learning diantaranya:

a. Siswa dilatih untuk memiliki kemampuan berpikir kritis dalam

menghadapi suatu permasalahan.

b. Siswa dilatih untuk dapat belajar mandiri, tidak tergantung pada

oranglain dalam hal ini yang dimaksud adalah guru. Menemukan

sendiri pengetahuan atau inti dari suatu pembelajaran.

c. Siswa menjadi lebih paham terhadap apa yang mereka pelajari karena

mereka menemukan sendiri pengetahuannya, dengan cara mereka

sendiri.

d. Pembelajaran yang siswa peroleh menjadi lebih bermakna karena

pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang mereka miliki.

e. Manfaat pembelajaran dapat dirasakan oleh siswa sendiri sebab

masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata.

Hal ini dapat meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa terhadap

bahan yang dipelajari.

f. Dalam model pembelajaran PBL siswa bekerja secara berkelompok,

saling berinteraksi dan berkolaborasi sehingga ketuntasan belajar siswa

kelas tersebut dapat tercapai. Selain itu kreativitas siswa secara individu

maupun secara berkelompok dapat dikembangkan dengan baik.


19

6. Kekurangan Model Problem Based Learning (PBL)

Dalam setiap model pembelajaran disamping memiliki keunggulan pasti

juga terdapat kekurangannya. Adapun kelemahan dari model pembelajaran

PBL ini diantaranya:

a. Memerlukan waktu yang cukup lama baik selama proses pembelajaran

berlangsung maupun dari segi persiapannya.

b. Sering terjadi miskonsepsi antara masalah yang disajikan kepada siswa

dengan tujuan pembelajaran.

c. Tidak mudah untuk mencari permasalahan yang relevan dengan konsep

materi yang akan dipelajari.

d. Membutuhkan persiapan yang cukup matang dikarenakan persiapan

pembelajaran (masalah, media, alat, dan konsep) yang cukup kompleks.

(Edriani, 2011).

Sedangkan menurut Abidin (2014) kelemahan dalam model Problem

Based Learning adalah sebagai berikut:

a. Memerlukan penyesuaian belajar siswa karena selama ini siswa terbiasa

memperoleh pengetahuan dengan cara penyampaian secara langsung

oleh guru (metode ceramah). Siswa terbiasa nyaman memperoleh ilmu

dengan cara langsung tbukan mencari sendiri ilmu pengetahuan sehingga

dalam hal ini memerlukan usaha guru yang lebih untuk memotivasi siswa

belajar secara mandiri.

b. Siswa akan ragu-ragu untuk mengatasi kesulitan jika mereka tidak

percaya bahwa masalah yang diperiksa sulit untuk dipecahkan.


20

c. Siswa tidak akan mempelajari apa yang ingin mereka pelajari sampai

mereka mengerti alas an mereka menyelesaikan masalah tentang topik

yang sedang dipelajari.

C. Konsep Dasar Anak Tunagrahita

1. Pengertian Anak Tunagrahita

Anak tunagrahita memiliki IQ yang jauh lebih rendah dari anak normal

pada umumnya, serta kesulitan menyesuaikan diri dengan keadaannya.

Anak-anak tunagrahita mengalami defisit seumur hidup di semua bidang.

Rentang ingatan yang pendek, terutama di bidang akademik, membuat sulit

untuk berpikir secara abstrak dan kompleks (Apriyanto, 2012).

Menurut beberapa ahli dalam bidang psikologi dan pendidikan,

tunagrahita atau keterbelakangan mental adalah kondisi di mana seseorang

mengalami keterbatasan dalam perkembangan intelektual, kemampuan

sosial, dan adaptasi lingkungan (Fajar, 2018). Mereka memiliki kecerdasan

di bawah rata-rata, sulit menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dan

kurang mahir berpikir abstrak, oleh karena itu mereka memerlukan

pelayanan dan pengawasan khusus dari seorang guru atau pembimbing.

Anak-anak yang mengalami keterbelakangan mental memerlukan

perhatian khusus dalam hal pendidikan dan pembinaan (Yusuf, 2018).

Pendidikan anak berkebutuhan khusus (ABK) termasuk pendidikan anak

tunagrahita, di mana pendidikan tersebut harus dilakukan secara individual

dan konsisten, dengan metode yang tepat dan lingkungan yang kondusif.

Tujuan utama dari pendidikan anak tunagrahita adalah untuk membantu


21

mereka mencapai potensi maksimal mereka dan mengembangkan

keterampilan yang dapat membantu mereka beradaptasi dalam lingkungan

sekitar.

Berdasarkan pengertian diatas maka anak tunagrahita yang mengalami

hambatan dalam intelegensi yang dibawah rata-rata sehingga berdampak

pada hasil akademik yaitu membaca, menulis, dan berhitung. Anak

tunagrahita juga mengalami hambatan pada prilakunya dalam bina diri yang

meliputi kemampuan mengurus diri, kemampuan menolong diri. Selain itu,

anak tunagrahita mengalami kesulitan menyesuaikan diri dengan

keadaannya.

2. Klasifikasi Anak Tunagrahita

Pengklasifikasian anak tunagrahita yang dikenal sebagai Debil untuk

yang ringan, Imbesil untuk yang sedang, dan Idiot untuk yang berat dan

sangat berat. Pengklasifikasian anak tunagrahita dilakukan untuk membantu

memudahkan menyusun program dan memberikan bantuan agar sesuai

dengan kebutuhan anak, serta melaksanakan layanan pendidikan yang

sebik-baiknya. Pengelompokan ini pun terdapat beberapa perbedaan dari

sudut pandang dan kepentingan masing-masing ahli yang mengemukakan

Klasifikasi anak tunagrahita dikemukakan oleh American Association on

Mental Deficiency (AAMD) dalam Moh. Amin (1995) sebagai berikut:

a. Anak Tunagrahita Ringan

Anak tunagrahita ringan memiliki tingkat kecerdasan IQ 50-70,

memiliki kemampuan berkembang dalam mata pelajaran akademik,


22

dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, tidak hanya dalam

lingkungan berbasis terapi tetapi juga dalam lingkungan berbasis luas,

dan dapat melakukan pekerjaan semi terampil dan sederhana.

b. Anak Tunagrahita Sedang

Anak tunagrahita memiliki tingkat intelektual 30-50, dapat

mempelajari keterampilan sekolah karena alasan fungsional, dan dapat

melakukan keterampilan merawat diri (self-help). Kelompok tunagrahita

ini secara keseluruhan memiliki kemampuan intelektual dan tingkah laku

yang lebih rendah dibandingkan anak tunagrahita ringan.

c. Anak Tunagrahita Berat dan Sangat Berat

Anak-anak tunagrahita berat dan sangat berat memiliki skor kognitif

IQ kurang dari 30. Anak-anak dalam kategori ini memiliki kapasitas yang

sangat kecil untuk diajari merawat diri sendiri, beradaptasi dengan

lingkungan yang sangat terbatas, bersosialisasi, atau bekerja.

Berdasarkan ukuran tingkat kecerdasan IQ anak tunagrahita dari

pengertian diatas diklasifikasikan tunagrahita ringan, tunagrahita sedang,

tunagrahita berat dan tunagrahita sangat berat, yang bertujuan untuk

membantu memudahkan menyusun program dan memberikan bantuan

pelayanan agar sesuai dengan kebutuhan anak.

3. Karakteristik Anak Tunagrahita

Ada beberapa karakteristik umum tunagrahita (Nyoman, 2014):

1) Defisit kecerdasan, Kecerdasan adalah sebuah fungsi cukup rumit yang

dapat didefinisikan sebagai kapasitas untuk memperoleh pengetahuan


23

dan kemampuan untuk beradaptasi dengan tantangan dan situasi baru,

belajar dari pengalaman, berpikir abstrak, kreatif, kritis, dan mengatasi

hambatan. Kemampuan belajar anak tunagrahita sebagian besar bersifat

abstrak, seperti belajar dan berhitung; namun demikian, kemampuan

membaca dan menulis juga berkurang. Kemampuan belajar yang

mereka miliki adalah menirukan.

2) Selain memiliki kemampuan yang kurang baik, anak tunagrahita

mengalami kesulitan dalam merawat diri di masyarakat. Anak

tunagrahita lebih suka berteman dengan anak yang lebih kecil, sangat

bergantung pada orang tua, dan sulit bersosialisasi, sehingga

membutuhkan pengawasan dan pengarahan yang memadai. Mereka juga

sering bertindak tanpa berpikir dan tanpa mempertimbangkan implikasi

dari tindakan mereka.

3) Fungsi mental lainnya yang terbatas. Anak-anak dengan retardasi

mental membutuhkan lebih banyak waktu untuk menanggapi

pengaturan baru yang mereka kenali. Mereka merespons ketika hal-hal

dilakukan secara rutin dan konsisten. Anak-anak tunagrahita juga tidak

dapat melakukan aktivitas atau tugas untuk waktu yang lama. Karena

pada hakikatnya anak tunagrahita sama dengan anak berkebutuhan

khusus (ABK) lainnya, mereka cepat bosan dan segala sesuatu harus

dilakukan sesuai dengan mood atau keinginan anak..


24

Berdasarkan penjelasan diatas tersebut, dapat disimpulkan bahwa anak

tunagrahita memiliki ciri-ciri dalam aspek kognitif, sosial, dan proses

mental lainnya, keinginan dan emosi, kepribadian, dan organisme.

4. Model Layanan Pendidikan Untuk Anak Tunagrahita

Menurut Kemis dan Rosnawati (2013), layanan pendidikan untuk anak

tunagrahita meliputi:

a. Occupational Therapy (Terapi Gerak). Terapi gerakan adalah jenis

pembinaan untuk anak-anak tunagrahita yang melibatkan melakukan

gerakan normal dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

b. Play Therapy (Terapi Bermain). Terapi bermain adalah salah satu jenis

pembinaan bagi anak tunagrahita yang melibatkan permainan game

untuk belajar.

c. Activity Daily Living (ADL) atau kemampuan merawat diri.

Kemampuan merawat diri sendiri merupakan salah satu bentuk

pengajaran dan pembinaan bagi anak tunagrahita agar mampu merawat

dirinya sendiri tanpa bergantung pada orang lain dalam menjalankan

tugas sehari-hari.

d. Life Skill (Keterampilan Hidup). Keterampilan hidup merupakan bentuk

pelatihan dan pembinaan terhadap anak tunagrahita supaya memiliki

keterampilan hidup yang dapat dipergunakan untuk memenuhi

kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari.


25

e. Vocational Therapy (Terapi Bekerja). Pelatihan dan pembinaan

kecakapan hidup adalah jenis pelatihan dan pembinaan bagi anak

tunagrahita untuk mengembangkan kecakapan hidup yang dapat

dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhannya dalam kehidupan sehari-

hari.

Pelayanan bagi anak tunagrahita harus memiliki lokasitempat

tertentu agar dapat memberikan pelayanan pendidikan yang efektif.

Menurut Kemis dan Rosnawati (2013), bentuk layanan pendidikan dapat

berupa:

a) Kelas Transisi (Kelas Khusus)

Kelas transisi adalah kelas khusus anak tunagrahita di sekolah biasa

yang berfungsi sebagai persiapan dan pengantar pengajaran dengan

menggunakan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan anak

tunagrahita.

b) Sekolah Khusus (Sekolah Luar Biasa)

Sekolah luar biasa adalah sekolah yang dirancang khusus untuk

kebutuhan anak tunagrahita dan anak berkebutuhan khusus lainnya.

Anak tunagrahita ringan dapat bersekolah di SLB-C, sedangkan

anak tunagrahita berat dapat bersekolah di SLB-C1.

c) Pendidikan Terpadu

Di sekolah umum, pendidikan terpadu adalah kegiatan pembelajaran

yang berlangsungbagi anak tunagrahita bersama siswa biasa dalam

satu kelas di bawah pengawasan guru. Jika anak tunagrahita


26

bermasalah, mereka akan dibimbing oleh Guru Pembimbing Khusus

(GPK) dari SLB terdekat..

d) Program Sekolah di Rumah

Program home school dirancang untuk anak tunagrahita yang tidak

dapat mengikuti sekolah luar biasa karena kendala seperti penyakit

yang dialami anak tunagrahita.

e) Pendidikan Inklusif (Lembaga Pendidikan atau Sekolah Inklusif)

Pendidikan inklusif adalah jenis pendidikan yang berlangsung di

ruang kelas biasa. Anak tunagrahita belajar bersama siswa normal di

kelas yang sama dengan guru/pembimbing yang sama.

f) Panti (Griya) Rehabilitasi

Panti rehabilitasi adalah untuk anak-anak dengan tingkat gangguan

parah dan sangat parah dengan kemampuan yang sangat buruk.

Anak tunagrahita pada umumnya memiliki berbagai kelainan, antara

lain gangguan penglihatan, pendengaran, dan motorik..

Dalam penelitian ini, layanan pendidikan diberikan melalui program

pendidikan inklusi yang diselenggarakan di sekolah dasar. Di sekolah dasar

inklusi, pembelajaran berlangsung di kelas khusus yang dikhususkan hanya

untuk siswa berkebutuhan khusus. Untuk mengoptimalkan proses

pembelajaran bagi anak-anak berkebutuhan khusus dalam program-

program khusus tersebut..


27

D. Kerangka Berpikir

Pembelajaran peningkatan kemampuan membaca pemahaman bagi siswa

tunagrahita menjadi bagian sangat penting dalam peningkatan pembelajaran

anak agar dapat memahami suatu bacaan teks narasi sederhana yang dibuktikan

dengan kemampuan dalam menjawab pertanyaan seperti tokoh, latar, dan

konflik dalam suatu teks narasi yang dibaca. Model pembelajaran menjadi faktor

utama dalam peningkatkan pembelajaran siswa selain karena lebih menarik

dengan adanya model pembelajaran akan membuat siswa menjadi lebih

semangat dan menjawab pertanyaan berkaitan dengan teks narasi tersebut.

Pemberian pembelajaran yang dilakukan secara verbal saja terlihat kurang

menarik dan terlalu monoton sehingga siswa terlihat tidak antusias dan

cencerung menolak ketika guru memberikan instruksi /materi sehingga hal ini

dapat menyebabkan materi pelajaran sulit untuk tersampaikan dan prestasi

belajar siswa tidak tuntas sesuai KKM. Penerapan model pembelajaran dalam

pengajaran sebagai salah satu variasi dalam mengajarkan komunikasi pada siswa

tunagrahita ringan. Penerapan model pembelajaran dalam kemampuan bahasa

membaca pemahaman dapat memberikan pembelajaran secara nyata dan

langsung karena teks narasi yang dibuat berhubungan langsung dengan

kehidupan siswa sehari-hari.


28

Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman


melalui Model Problem Based Learning
untuk Anak Tunagrahita Ringan Kelas V SLB Bungo Jambi

Kondisi Awal:
Anak kesulitan dalam memahami bacaan teks narasi sederhana, Guru
tidak menerapkan model pembelajaran yang dapat menarik anak
untuk belajar, anak tidak antusias mengikuti pelajaran, siswa tidak
tuntas KKM pada materi membaca teks narasi sederhana

Tindakan:
Penerapan model PBL dalam pembelajaran
membaca pemahaman teks narasi sederhana

Prosedur Penelitian:
1.Perencanaan 2. Pelaksanaan tidakan
3. Observasi & evaluasi 4. Refleksi

Pelaksanaan Tindakan:
Dengan menggunakan minimal dua siklus yang
setiap siklusnya terdiri dari 4 pertemuan

Observasi

Refleksi

Hasil penelitian
Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui
Model PBL untuk Anak Tunagrahita Ringan Kelas V SLB
Bungo Jambi

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk meningkatkan kemampuan

membaca pemahaman anak tunagrahita dalam pembelajaran bahasa Indonesia

dengan menerapkan model pembelajaran PBL maka jenis penelitian ini adalah

Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Hamzah B. Uno (2012) penelitian

tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya

sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya

sebagai guru, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

Penelitian tindakan kelas adalah pemberian tindakan tertentu seperti

strategi, pendekatan, model, metode, teknik dan cara-cara yang dipilih untuk

memperbaiki atau meningkatkan hasil pembelajaran siswa dikelas yang

dilaksanakan oleh guru dan peneliti dalam hal merancang dan merefleksikan

tindakan secara kolaboratif saat pembelajaran. PTK diawali dengan adanya

permasalahan yang dirasakan oleh guru dalam proses pembelajaran dikelas.

Agar masalah tersebut dapat terselesaikan dengan lebih komprehensif, PTK ini

dilaksanakan peneliti dengan melakukan kolaborasi bersama guru kelas.

B. Setting Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah Guru Kelas kelas V.C SLB Bungo Jambi.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas V.C SLB Bungo.

29
30

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan dilakukan selama 1 bulan, satu kali

pertemuan setiap minggunya pada akhir semester 2 sampai libur semester

2 tahun ajaran 2022/2023. Penentuan waktu penelitian mengacu pada

kalender akademik sekolah dan dilakukan dengan berkolaborasi bersama

dengan guru kelas V tunagrahita di SLB Bungo.

C. Prosedur Penelitian

Pola pelaksanaan pemberian tindakan ini menggunakan “model siklus”.

Siklus ini terdiri dari empat komponen, yaitu:

1. Perencanaan Tindakan (Planing)

2. Tindakan (Action)

3. Pengamatan (Observasi)

4. Refleksi (Reflection)

Gambar 3.1. Model Siklus pemberian tindakan Arikunto (2006:16)


31

Siklus I

a. Perencanaan

Penting juga untuk memiliki rencana aksi/kegiatan yang maksimal agar

penelitian ini dapat berfungsi dengan baik. Berikut rangkaian

kegiatannya:

1) Menyususn RPP

2) Menyusun perangkat mengajar berupa LKPD berbasis PBL

3) Membuat lembar obsevasi untuk setiap pertemuan yang akan di

akumulasi pada satu siklus.

b. Tindakan

Setiap siklus diadakan 2 kali pertemuan. Pada setiap pertemuan

diakhiri dengan evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah

diberikan tindakan. Hasil penilaian yang didapat dijadikan dasar bagi

perbaikan-perbaikan kegiatan pembelajaran selanjutnya. Hal ini

dilakukan untuk menunjang tercapainya hasil tiap-tiap siklus yaitu

peningkatan kemampuan anak dalam membaca pemahaman pada mata

pelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan model pembelajaran

PBL.

Prosedur yang dilakukan pada proses pelaksanaan tindakan adalah

sebagai berikut :

1) Menyapa siswa dengan salam

2) Berdoa sebelum memulai pembelajaran


32

3) Mengecek kehadiran siswa

4) Mengatur tempat duduk siswa ke dalam kelompok, 1 kelompok

terdiri dari 2 orang

5) Mulai memasuki tahap inti pembelajaran sesuai dengan model

pembelajaran PBL.

Orientasi Siswa pada Masalah

Pertama-tama, guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan

perlengkapan yang dibutuhkan, dan memotivasi siswa untuk aktif

memecahkan masalah yang dipilih.

Mengorganisasi Siswa untuk Belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasi tugas

belajar yang berhubungan dengan masalah yang dipilih. Dalam

tahap ini guru membagikan LKPD. Guru menggunakan in focus

dalam pembelajaran untuk menampilkan LKPD. Setelah itu, siswa

dengan bimbingan guru mengisi pertanyaan di LKPD.

Membimbing Penyelidikan Individual dan Kelompok

Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya

Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah

c. Observasi

Kegiatan mengenali dan mengamati semua indikator perubahan

yang terjadi, dan hasil akhir yang dicapai sebagai hasil dari kegiatan

yang dilakukan dicirikan sebagai pengamatan. Tahap ini terjadi

bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan atau proses belajar


33

mengajar. Selama kegiatan pembelajaran dilakukan, guru yang

mengajar dibantu oleh guru kelas mengamati aktivitas siswa berupa

jumlah siswa yang melakukan kegiatan sesuai dengan indikator

aktivitas belajar siswa. Selain itu, semua kegiatan yang terjadi

tercatat oleh peneliti, baik dengan mengisi pedoman observasi

ataupun membuat catatan lainnya atas kejadian yang perlu

didiskusikan dengan guru.

d. Refleksi

Tahapan ini bertujuan untuk mengkaji secara menyeluruh

tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah

terkumpul, kemudian dilakukan refleksi/ perenungan. Melalui

refleksi dapat ditemukan beberapa kelebihan dan kekurangan

pelaksanaan tindakan pada siklus pertama, yang nantinya akan

dijadikan sebagai dasar untuk menyusun rencana tindakan pada

siklus berikutnya.

Siklus II

Prosedur penelitian pada siklus II adalah:

a. Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, dilakukan identifikasi

masalah berdasarkan kekurangan dan kendala yang dihadapi dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu materi KD. 3.2.1 dan KD

3.2.2 pada Tema 6. Kemudian dicari solusi pemecahan masalah


34

dalam proses belajar mengajar tersebut dengan menyusun rencana

berupa penyempurnaan program siklus I.

b. Tindakan

Lebih banyak penekanan tindakan pada siklus II untuk

meningkatkan pelaksanaan kegiatan yang terjadi pada siklus I, baik

terhadap pemberian tindakan seperti pelaksanaan permainan dalam

game wordwall atau perbaikan LKPD seperti tampilan, warna atau

gambar serta pemberian poin bagi siswa dan kelompok yang aktif.

c. Observasi

Peneliti terus memantau dan mendokumentasikan peristiwa

pembelajaran yang penting pada siklus II. Tahapan observasi II ini

sama dengan pelaksanaan observasi pada siklus I. Disamping itu

guru yang mengajar juga membuat catatan penting yang

ditemukannya selama kegiatan pada siklus II ini.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan oleh tim peneliti (guru dan observer) terhadap

pelaksanaan siklus kedua, serta menganalisis dan membuat

kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran yang telah direncanakan

dengan melaksanakan tindakan (treatment) tertentu. Pada tahap ini

dilihat lagi apakah pembelajaran yang telah dirancang dengan

tindakan tertentu dapat meningkatkan atau memperbaiki masalah

yang diteliti. Jika masih ada kelemahan-kelemahan dan


35

kekurangan-kekurangan, dapat dijadikan sebagai dasar perencanaan

tindakan pada siklus berikutnya.

D. Teknik Analisis Data

Peneliti mengisi lembar observasi berdasarkan aktivitas siswa yang

diamati dan menghitung jumlah siswa yang mengikuti kegiatan belajar

mengajar. Pada setiap pertemuan, data aktivitas siswa dilaporkan dalam

bentuk persentase. Rumus berikut digunakan untuk menghitung proporsi

aktivitas siswa:

E. Kriteria Keberhasilan

Pemahaman membaca siswa terhadap teks narasi sederhana

Berdasarkan setiap tahapan siklus dikatakan naik jika terjadi peningkatan

jumlah siswa yang tuntas dari siklus I ke siklus II dengan kriteria 70% dari

jumlah siswa yang ada di kelas selama proses pembelajaran berlangsung.

Dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) 70, persentase hasil belajar

siswa meningkat dari siklus I ke siklus II.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Awal

Penelitian dilaksanakan oleh peneliti dari tahap awal sampai tahap akhir

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa

tunagrahita ringan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based

Learning. Adapun tahap pertama sekali yang dilakukan oleh peneliti adalah

melakukan observasi dan wawancara langsung dengan guru kelas V.C SLBN

Bungo Jambi. Observasi ini dilakukan dengan tujuan untuk menemukan

permasalahan yang dihadapi oleh guru selama kegiatan belajar mengajar

terutama pada materi pokok membaca pemahaman. Adapun tujuan dari

wawancara terhadap guru adalah untuk memastikan data yang telah diperoleh

melalui kegiatan observasi dan mendapatkan data siswa kelas V.C SLBN

Bungo Jambi.

Berdasarkan hasil dari observasi dan wawancara diperoleh data jumlah

siswa dengan kategori tunagrahita ringan kelas V.C SLBN Bungo Jambi adalah

2 orang laki-laki. Berdasarkan kemampuan awal siswa diketahui bahwa dalam

kemampuan membaca siswa belum terkonsep secara baik secara pemahaman.

Hal ini dapat dilihat dari kemampuan mereka dalam menjawab soal tek narasi

masih di bawah KKM. Guru mengalami kesulitan dalam melaksanakan KBM

pada topik membaca pemahaman. Guru melaksanakan pembelajaran hanya

berfokus pada satu buku sumber yaitu Buku Pegangan Guru dan sangat jarang

sekali menerapkan model-model pembelajaran karena menurut beliau metode

36
37

ceramahlah yang lebih praktis dan efisien untuk diterapkan. Dari hasil

interview ternyata beliau juga memang jarang memvariasikan pembelajaran,

Dalam upaya mengatasi permasalahan tersebut, peneliti dan guru kelas

berkolaborasi untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman melalui

penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan maka diperoleh kemampuan

awal siswa kelas V.C SLBN Bungo Jambi dalam kemampuan membaca

pemahaman adalah sebagai berikut A 42%, dan C 56%. Dapat dilihat pada

grafik dibawah ini:

Hasil Kemampuan Awal Siswa ATG Ringan


60 56

50 42
40
30
%

20
10
0
A C
Inisial Siswa ATG Ringan

Grafik 4.1. Hasil Kemampuan Awal Siswa ATG Ringan

B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Berdasarkan hasil dari kemampuan awal siswa di kelas V.C SLBN Bungo

Jambi, terdapat siswa dengan kategori tunagrahita ringan mengalami kesulitan

dalam membaca pemahaman. Hal ini dibuktikan dari mereka yang tidak dapat

menjawab pertanyaan dari teks narasi sederhana yang baru saja mereka baca.

Untuk itu peneliti berkolaborasi dengan guru kelas dalam upaya meningkatkan
38

kemampuan membaca pemahaman pada anak tunagrahita ringan tersebut

dengan menerapkan model pembelajaran PBL.

Adapun kegiatan penelitian ini terdiri dari dua siklus. Dalam setiap siklus

dilaksanakan dua kali pertemuan. Siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan dan

siklus II juga dilaksanakan dua kali pertemuan. Sehingga total jumlah

pertemuan adalah 4 kali. Dalam setiap siklus terdiri dari 4 kegiatan yaitu

perencanaan, pelaksanaan tindakan, hasil tindakan, dan refleksi.

C. Siklus I

Pada siklus I dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan yaitu pada tanggal

30 Juni dan 7 Juli 2023. Hasil penelitian siklus 1 pada proses pelaksanaan

pembelajaran membaca pemahaman teks narasi sederhana dengan

menggunakan model pembelajaran PBL meliputi aspek kegiatan guru, aspek

kegiatan siswa, tes tulisan, dan tindak lanjut untuk guru dengan komponen

yang tersedia pada lembaran observasi.

I. Perencanaan Tindakan

Rencana tindakan dilakukan sepenuhnya oleh peneliti dalam rangka

mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan selama kegiatan penelitian

tindakan kelas berlangsung sehingga tujuan peneliti dalam upaya

meningkatkan membaca pemahaman melalui model PBL bagi anak

tunagrahita ringan di kelas V.C SLBN Bungo Jambi tercapai. Adapun

perencanaan kegiatan yang dilakukan meliputi:

1) Menentukan KI dan KD yang akan digunakan dalam penelitian

2) Menyusun RPP
39

3) Membuat lembar kerja yang akan siswa gunakan nantinya dalam

penerapan model pembelajaran PBL (untuk menentukan kriteria

kelulusan anak tunagrahita ringan dalam peningkatan kemampuan

membaca pemahaman menggunakan model pembelajaran PBL).

4) Menyiapkan media dalam upaya membantu siswa dalam memahami

teks narasi sederhana yang mereka baca nantinya. Media yang

dimaksud adalah miniatur kebun binatang.

5) Menyusun kisi-kisi instrument penelitian.

6) Menyusun instrument penelitian.

7) Menyusun instrumen observasi guru yang digunakan untuk mengamati

proses pembelajaran membaca pemahaman menggunakan model

pembelajaran PBL.

8) Menyusun instrument observasi siswa untuk mengamati ketercapaian

kegiatan yang siswa lakukan selama pembelajaran.

9) Menentukan waktu pelaksanaan penelitian.

II. Pelaksanaan Tindakan

Peneliti melaksanakan kegiatan tindakan sebanyak dua kali. Penelitian

dilakukan dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca pemahaman

teks narasi sederhana pada anak tunagrahita ringan dengan menerapkan

model pembelajaran PBL di kelas V.C SLBN Bungo Jambi. Jika tindakan

telah selesai dilaksanakan maka dilanjutkan dengan refleksi untuk

pelaksanaan siklus selanjutnya. Deskripsi kegiatan pelaksanaan tindakan

siklus I adalah sebagai berikut:


40

1) Pertemuan 1 (30 Juni, 2023)

Dalam kegiatan pelaksanaan tindakan ini sesuai dengan sintak dalam

model pembelajaran PBL yang telah tercantum dalam RPP.

a. Kegiatan Awal

Guru dan peneliti tiba di kelas pukul 09.00 WIB. Peneliti duduk

di barisan paling belakang dengan tujuan mengamati proses kegiatan

pembelajaran. Guru mengucapkan salam kepada siswa, mengajak

semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan masing-masing,

mengecek kehadiran, kemudian menyiapkan fisik dan psikis siswa

dalam mengawali kegiatan. Guru menyampaikan kepada siswa dan

menuliskan di papan tulis judul atau topik yang akan dipelajari serta

tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada hari tersebut yaitu

membaca teks narasi sederhana. Sebelum memulai pembelajaran

guru memberikan semangat dengan mengajak bernyanyi bersama.

b. Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti inilah sintak model pembelajaran PBL

dimulai. Adapun rincian kegiatan yang dilakukan guru sesuai sintak

PBL adalah sebagai berikut:

1) Orientasi Pembelajaran pada Masalah

Guru menampilkan masalah dalam hal ini berupa soal-soal yang

mana jawabannya diperoleh dari hasil kegiatan membaca teks

narasi sederhana.

2) Mengorganisasikan Siswa untuk Belajar


41

Guru menyampaikan kegiatan apa saja yang harus siswa lakukan

selama pembelajaran yang meliputi membaca soal, membaca

teks narasi, menjawab soal dan menuliskannya pada lembar

kerja siswa. Latihan menusun kata menjadi suatu kalimat

berdasarkan isi teks narasi berjudul “Berlibur ke Kebun

Binatang”.

3) Membimbing Penyidikan Individual/ Kelompok

Dalam tahap ini guru sangat berperan dalam membimbing siswa

melaksanakan kegiatan pembelajaran. Guru melakukan

bimbingan terhadap siswa dalam membaca soal, membaca teks

narasi berjudul “Berlibur ke Kebun Binatang”, menjawab soal

berkaitan dengan teks narasi, membantu siswa menuliskannya ke

dalam lembar kerja, membimbing siswa dalam menyusun kata.

4) Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya

Guru menanyakan:

-apakah siswa sudah selesai mengerjakan soal?

-siapa yang ingin tampil ke depan?

Dalam penampilan seorang siswa ke depan, guru menanyakan

kepada siswa lain:

-apa ada yang jawabannya berbeda dengan teman yang ke

depan?

-apa ada yang ingin menambahkan/ menanggapi?


42

Dalam kegiatan ini tidak lupa guru memberikan reward,

mengapresiasi siswa yang telah berani tampil maju ke depan.

5) Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah

Dalam tahap ini guru menanyakan kepada siswa tentang apa

yang baru saja mereka pelajari. Guru Bersama siswa

menyimpulkan kegiatan pembelajaran.

c. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup ini guru bersama siswa

menyimpulkan materi pembelajaran, menyampaikan materi yang

akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. Guru mengajak siswa

untuk berdo’a. Guru mengucapkan salam.

Adapun analisis selama proses kegiatan pembelajaran yang

peneliti lakukan yaitu siswa membaca soal (masalah) yang harus

diselesaikan melalui bimbingan guru, guru membacakan teks narasi

sederhana, siswa menyimak setiap kalimat yang dibacakan guru,

kemudian barulah siswa membacanya sendiri dengan bimbingan

guru. Guru memberi pertanyaan yang tertuang dalam lembar kerja

siswa kemudian siswa menjawab, siswa menuliskan jawaban pada

lembar kerja melalui bimbingan guru. Untuk memantapkan

pemahaman terhadap teks bacaan siswa Menyusun kata menjadi

kalimat berdasarkan isi dari teks narasi sederhana. Penilaian terletak

pada ketepatan jawaban siswa ATG ringan terhadap pertanyaan yang

diberikan. Pertanyaan tersebut berguna untuk mengetahui


43

pemahaman siswa pada teks narasi sederhana. Selain soal berkaitan

dengan teks narasi, siswa juga diminta untuk menyusun kata menjadi

kalimat. Hal ini bertujuan untuk meyakinkan bahwasanya siswa

sangat paham denga napa yang telah dibacanya.

2) Pertemuan II (7 Juli 2023)

Pada pertemuan kedua ini melanjutkan tahapan instrumen siklus I

pada proses penelitian tindakan kelas, sehingga kegiatan yang

dijalankan sama dengan kegiatan pertemuan pertama sebelumnya.

III. Hasil Tindakan Siklus I

Adapun hasil dari tindakan siklus 1 meliputi hasil observasi terhadap

guru, hasil observasi terhadap siswa, dan hasil tes yang dilihat dari jawaban

siswa pada lembar kerja siswa.

1) Hasil Observasi terhadap Guru

Observasi menurut (Arikunto: 2014), menyatakan bahwa observasi

adalah pengamatan melalui kegiatan pemusatanperhatian terhadap suatu

objek dengan menggunakan seluruh indera. Adapun subvariabel pada

observasi terhadap guru meliputi tujuan pembelajaran, kesesuaian

materi, model pembelajaran yang digunakan, media yang dipakai,

keterampilan dalam membuka pelajaran, cera guru dalam penyampaian

materi, pengelolaan kelas, pemberian Reinforcement, keterampilan

menutup pembelajaran, evaluasi, kendala dalam pelaksanaan KBM serta

fasilitas saranaa prasarana yang digunakan.


44

Berdasarkan subvariabel dalam lembar observasi terhadap guru

diperoleh data mengalami peningkatan dibandingkan pada hasil

observasi sebelum dilaksanakan penelitian tindakan kelas. Sedangkan

dari pertemuan pertama ke pertemuan ke dua mengalami hanya sedikit

mengalami peningkatan yaitu 2%.

2) Hasil Observasi terhadap Siswa

Keaktifan siswa selama pelaksanaan KBM dengan dan tanpa

menerapkan model pembelajaran tentu akan berbeda hal ini sesuai

dengan penerapan model pembelajaran PBL meningkatkan keaktifan

siswa selama pembelajaran. Hal ini dapat dilihat selama proses KBM

berlangsung anak lebih aktif yang dibuktikan dari lembar observasi.

Peningkatan keaktifan siswa juga terjadi dari pertemuan pertama ke

pertemuan ke dua dalam siklus I meskipun hanya sedikit yaitu 2%.

Adapun kegiatan yang peneliti amati terhadap siswa ATG Ringan

meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, sampai kegiatan akhir

pembelajaran atau penutup.

3) Hasil Tes Siswa ATG Ringan

Hasil tes siswa ATG Ringan dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui pemahaman membaca siswa terhadap teks narasi sederhana.

Dari hasil tes diketahui bahwa adanya pengaruh penerapan model

pembelajran PBL. Hal ini diperoleh dari perbandingan data hasil tes

kemampuan awal siswa dengan pertemuan pertama di siklus I yaitu

terjadi peningkatan baik siswa berinisial A dan C adalah 3%.


45

60
50
40
30

%
20
10
0
A C
Inisial Siswa ATG

Pertemuan 1 Pertemuan 2

Grafik 4.2. Hasil Tes Siswa ATG Ringan Siklus I

IV. Refleksi Siklus I

Refleksi pada siklus I berupa analisis tindakan yang telah

dilaksanakan oleh penulis bersama guru kelas. Kegiatan refleksi

meliputi hasil observasi terhadap guru, hasil observasi terhadap siswa,

dan hasil tes siswa ATG Ringan. Dari lembar observasi terhadap guru

di pertemuan I guru lupa tidak menyampaikan rumusan tujuan

pembelajaran, indikator pembelajaran yang tidak tercapai karena waktu

yang dibutuhkan dalam kegiatan inti tidak sesuai dengan yang ada di

RPP sehingga untuk kegiatan siswa dalam menyusun kata menjadi

kalimat belum terselesaikan. Guru dalam melaksanaan tahap ke empat

model pembelajaran PBL belum terlihat dengan jelas. Penggunaan

reward yang belum sepenuhnya, terkadang guru lupa memberikan

reward kepada siswa yang aktif dan bisa menjawab soal, tidak adanya

pemberian arahan yang jelas kepada siswa dalam rangka menjawab

pertanyaan. Di pertemuan ke dua siklus I terjadi peningkatan

ketercapaian, guru sudah menyampaikan tujuan pembelajaran di awal

pembelajaran. Namun di sini malah terlihat kemunduran yang


46

sebelumnya guru telah melaksanakan tahap ke dua PBL dengan tepat,

di pertemuan ke dua ini kurang terlihat. Meskipun demikian dilihat dari

total skor keseluruhan pertemuan 1 dan 2 mengalami peningkatan.

Untuk refleksi observaasi terhadap siswa ATG Ringan keaktifan

siswa meningkat sebelum diterapkannya model pembelajaran PBL.

Meskipun masih terdapat kegiatan siswa yang tidak terlaksanakan. Pada

pertemuan pertama siklus I di kegiatan awal pembelajaran, siswa

dengan inisial C tidak mendengarkan tujuan pembelajaran dikarenakan

guru tidak menyampaiakan tujuan pembelajaran dikarenakan suasana

kelas yang tidak kondusif. Siswa dengan inisial C tidak memperhatikan

soal yang ditampilkan guru, tidak mengulangi membaca soal dan tidak

semua pertanyaan guru ia jawab. Pada kegiatan penutup di pertemuan

ke dua siklus I, sisawa inisial C tidak menanggapi pertanyaan guru

tentang apa yang ia pelajari dan tidak menyimpulkan pembelajaran. Di

pertemuan ke dua siklus I, keaktifan siswa meningkat. Di kegiatan awal

pembelajaran sudah sepenuhnya terlaksana. Pada kegiatan inti, siswa

masih belum bisa menanggapi pertanyaan guru dan temannya.

Sedangkan di kegiatan penutup hanya satu aktivitas yang tidak

terlaksanakan.

Berdasarkan data instrument hasil tes pertemuan pertama ke

pertemuan ke dua siklus I, mengalami peningkatan. Rata-rata anak

sudah bisa membaca meskipun masih membutuhkan bimbingan guru.

Untuk kemampuan menjawab pertanyaan, anak belum bisa menjawab,


47

hanya soal pertama yang dapat mereka jawab. Untuk anak inisial C

beberapa soal sudah dijawab meskipun masih melalui bimbingan guru.

Di siklus I ini, anak belum bisa menyusun kata secara mandiri.

Permasalahan masih ditemukan dalam penerapan model

pembelajaran PBL. Dari hasil observasi terhadap guru dan siswa, Masih

adanya permasalahan yang didapatkan dalam siklus 1 dan hasil tes siswa

yang belum mencapai KKM yang dengan kata lain kemampuan

membaca pemahaman belum maksimal sehingga dibutuhkan pemberian

tindakan yang akan dilanjutkan pada siklus II.

D. Siklus II

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I telah terjadi cukup peningkatan

kemampuan siswa tunagrahita ringan dalam membaca pemahaman dengan

menerapkan model pembelajaran PBL, namun dalam menjawab pertanyaan

yang ada di lembar kerja masih cenderung ragu sehingga masih memerlukan

bimbingan guru. Hasil observasi guru dan siswa juga masih ada aktivitas yang

belum terlaksanakan. Permasalahan tersebut dibutuhkan tindakan selanjutnya

dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap teks narasi

sederhana.

Siklus II dalam penelitian ini dilaksanakan agar kemampuan siswa dapat

meningkat serta didapatkan hasil sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.

Sama halnya dengan siklus I, siklus II dilaksanakan sebanyak dua kali

pertemuan yang dimulai dari 10 Juli 2023 sampai 14 Juli 2023. Untuk tahapan

kegiatan sama seperti yang dilakukan di siklus I yang dimulai dari kegiatan
48

perencanaan II kemudian tindakan II lanjut hasil tindakan II dan terakhir yaitu

kegiatan refleksi II. Adapun penjelasan dari setiap prosedurnya antara lain:

I. Kegiatan Perencanaan II

Pada kegiatan perencanaan siklus II ini, peneliti berdiskusi dengan

guru kelas membahas terkait hal-hal yang perlu diperbaiki agar

kemampuan membaca pemahaman meningkat dan mencapai atau bahkan

melebihi batas ketuntasan. Selain itu diharapkan dengan terkonsepnya

kegiatan perencanaan dengan baik maka akan meningkatkan keaktidan

siswa selama pembelajaran dan meningkatkan kualitas guru dalam

melaksanakan pembelajaran.

Adapun hal-hal yang perlu diperbaiki diantaranya:

1) Penyampaian tujuan pembelajaran kepada siswa.

2) Menciptakan suasana belajar yang kondusif. Dalam hal ini diharapkan

guru menyiapkan fisik dan psikis siswa sebelum memulai pembelajaran

sehingga nantinya siswa dapat menerima materi dengan baik.

3) Diharapkan guru dapat menggunakan waktu dengan efektif dan efisian

sehingga indicator pembelajaran dapat tercapai.

4) Pemahaman lebih lanjut tentang model pembelajaran PBL sehingga

guru dapat menerapkan model pembelajaran ini secara maksimal.

5) Pemberian reward kepada anak yang aktif dan bisa menjawab

pertanyaan dengan tepat.


49

6) Pemberian arahan lebih lanjut kepada siswa yang belum bisa menjawab

atau belum tepat dalam menjawab pertanyaan terkait teks narasi

sederhana berjudul “Berlibur ke Kebun Binatang”.

II. Tindakan II

Pada kegiatan tindakan di siklus II ini dilaksanakan dua kali

pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan tanggal 10 Juli 2023.

Pertemuan ke dua dilaksanakan tanggal 14 Juli 2023. Pada pertemuan

pertama dan ke dua di siklus II ini, kegiatan yang dilakukan pada tahap ini

sama halnya kegiatan yang dilakukan pada siklus sebelumnya yaitu

mengacu pada tahapan model pembeajaran Problem Based Learning yang

tercantum dalam RPP. Hal yang perlu perbaikan pada siklus I, dilakukan

perbaikan selama pelaksanaan pembelajaran KBM di pertemuan pertama

siklus II. Adapun hal-hal yang perlu guru perbaiki telah tercantum dalam

kegiatan refleksi siklus I.

III. Hasil Tindakan II

Adapun hasil tindakan pada siklus II adalah terjadinya peningkatan

kemampuan membaca pemahaman siswa ATG Ringan terhadap teks

narasi sederhana. Hasil ini dapat dilihat pada grafik berikut bahwa dari

pertemuan pertama ke pertemuan ke dua kemampuan anak membaca

pemahaman naik cukup banyak untuk siswa inisial A 16% dan untuk siswa

inisial C hanya naik 8%.

Selain itu pada hasil observasi guru telah melaksanakan pembelajaran

dengan baik yaitu dari 94% di pertemuan pertama menjadi 98% di


50

pertemuan ke dua. Adanya peningkatan juga terjadi pada keaktifan siswa

yang juga mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya yaitu 98%

namun untuk pelaksanaan di kedua pertemuan pada siklus II tetap. Hanya

satu kegiatan yang tidak guru lakukan selama pembelajaran berdasarkan

lembar observasi yaitu penggunaan punishment karena menurut

pemahaman guru kelas, hukuman tidak perlu diterapkan karena tidak

sepantasnya anak terkena hukuman selama masih proses belajar.

80
70
60
50
40
%

30
20
10
0
A B
Inisial Siswa ATG Ringan

Pertemuan 1 Pertemuan 2

Grafik 4.3. Hasil Tes Siswa ATG Ringan Siklus II

IV. Kegiatan Refleksi II

Refleksi pada siklus II diadakan dengan metode menganalisa data

yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil belajar siswa. Data siklus

kedua ini akan terhubung dengan data pada siklus I yang akan dibuat

perbandingan untuk mendapatkan seberapa besar peningkatan

kemampuan siswa dalam memahami konten membaca berdasarkan teks

membaca yang diberikan. Penulis bersama guru merenungkan kembali


51

tindakan yang telah dilaksanakan, kemudian dilakukan evaluasi tindakan

yang telah dilaksanakan.

Penulis bersama guru akan menyimpulkan bahwa dari data yang telah

diperoleh terlihat bahwa penerapan model pembelajaran PBL berdampak

baik terhadap kemampuan membaca pemahaman berdasarkan teks bacaan

“Berlibur ke Kebun Binatang” untuk siswa Tunagrahita Ringan kelas V.C

SLBN Bungo Jambi, dengan terjadinya peningkatan yang signifikan di

setiap pembelajaran. Selain itu untuk pelaksanaan pembelajaran oleh guru

juga mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Keaktivan siswa

juga meningkat dilihat dari instrument observasi terhadap siswa ATG

Ringan. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh tersebut, maka tindakan

diberhentikan hingga siklus II.

E. Pembahasan Antar Siklus

Upaya meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada anak

tunagrahita ringan kelas V SLBN Bungo Jambi dalam penelitian ini dengan

menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning. Peningkatan

kemampuan membaca pemahaman dilihat dari kemampuan siswa dalam

menjawab pertanyaan berdasarkan isi teks narasi sederhana berjudul “Berlibur

ke Kebun Binatang”. Selain itu kemampuan membaca pemahaman juga dilihat

dari kemampuan siswa dalam memnyusun kata menjadi kalimat berdasarkan

isi teks narasi sederhana tersebut. Tindakan yang dilakukan untuk

meningkatkan kemampuan membaca pemahaman anak ATG Ringan terdiri

dari dua siklus Tindakan dan masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan.
52

Dari masing-masing siklus tindakan yang dilakukan menunjukkan peningkatan

kemampuan membaca pemahaman siswa ATG Ringan kelas V.C SLBN

Bungo Jambi. Peningkatan yang dicapai dilihat dari kemampuan siswa dalam

menjawab soal dan menyusun kata menjadi kalimat berdasarkan isi teks narasi

sederhana berjudul “Berlibur ke Kebun Binatang” dengan menerapkan model

pembelajaran PBL.

Berdasarkan hasil tes siswa diperoleh data bahwa kemampuan membaca

pemahaman mengalami peningkatan pada setiap pertemuan dan di setiap

siklusnya. Pada pertemuan pertama siklus I untuk siswa berinisial A diperoleh

presentase 45% di pertemuan pertama meningkat menjadi 50% di pertemuan

ke dua. Untuk siswa berinisial C dari 47% menjadi 55%. Dikarenakan belum

memenuhi kriteria maka dilanjutkan dengan siklus II. Di siklus II ini presentase

kemampuan membaca pemahaman juga mengalami peningkatan baik siswa

ATG Ringan inisial A maupun siswa ATG Ringan inisial C. Meskipun

demikian, pada pertemuan pertama siklus II siswa inisial C belum memenuhi

kriteria. Namun pada pertemuan dua siklus II mengalami peningkatan. Siswa

ATG Ringan inisial A dari 71% menjadi 87% dan dari 68% di petemuan

pertama siklus II menjadi 76% untuk siswa ATG Ringan inisial C. Peningkatan

tersebut dapat terlihat jelas melalui grafik berikut:


53

80
70
60
50
40
%

30
20
10
0
A C
Inisial Siswa ATG Ringan

Kemampuan Awal Siklus I Siklus II

Grafik 4.4. Rekapitulasi Hasil Tes Siswa Kondisi awal, Siklus I, dan Siklus II.

Karena pada siklus II pertemuan 2 sudah mencapai hasil di atas 70% baik

siswa inisial A maupun C, maka penelitian Tindakan kelas dinyatakan berhasil

dan diberhentikan. Selain hasil tes kemampuan membaca pemahaman,

peningkatan juga terjadi pada guru dalam melaksanakan KBM dan juga

keaktifan siswa selama pembelajaran berlangsung.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran

Problem Based Learnig dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam

membaca pemahaman teks narasi sederhana. Hasil penelitian ini mendukung

pendapat (Rohman, 2011) yang menyatakan bahwa salah satu tujuan dari

penerapan model pembelajaran PBL adalah membangun optimism siswa

bahwa masalah yang dalam hal ini berupa soal adalah sesuatu yang menarik

untuk dipecahkan bukan suatu yang harus dihindari, sehingga menarik siswa

untuk mencari jawaban atas soal (masalah) yang diajukan guru.

Berbagai penelitian yang dilakukan terhadap penerapan model

pembelajaran PBL sampai pada kesimpulan, bahwa proses dan hasil belajar
54

pada anak menunjukkan perbedaan antara pembelajaran tanpa menerapkan

model pembelajaran konvensional (metode ceramah) dengan pembelajaran

yang menerapkan model pembelajaran.

Untuk dapat menjawab pertanyaan dari suatu teks bacaan lebih efektif

siswa mengetahui terlebih dahulu soal yang diajukan. Hal ini sesuai dengan

sintak dalam model pembelajaran PBL yaitu di awal tahap model PBL ini siswa

dihadapkan pada masalah. Dengan mengetahui terlebih dahulu soal (masalah)

yang diajukan akan memudahkan siswa dalam memahami isi teks bacaan

sehingga nantinya siswa dapat menjawab soal yang berkaitan denga isi teks

narasi. Selain hal tersebut model pembelajaran PBL ini memiliki keunggulan

dimana masalah yang diajukan berkaitan dengan aktivitas dan kehidupan

siswa. Isi teks narasi yang dibaca diambil dari kehidupan sehari-hari dan

aktifitas siswa untuk itu peneliti memilih judul teks narasi “Berlibur ke Kebun

Binatang”. Selain itu penentuan isi teks narasi dihubungkan dengan

kompetensi yang harus siswa kuasai pada tema 8 yaitu tentang memelihara

Hewan dan Tumbuhan. Alasan lain yang juga menjadi dasar adalah siswa akan

dan telah menikmati libur sekolah.

Selain dari hasil tes, kualitas guru dalam mengajar juga mengalami

peningkatan. Hal ini dapat terlihat dari lembar observasi terhadap guru. Guru

menjadi lebih aktif dan semangat mengembangkan diri. Guru yang berkualitas

tentu kualitas pembelajaran juga akan meningkat. Meningkatnya kualitas

pembelajaran akan membawa anak didik kepada ketercapaian tujuan

pembelajaran atau ketuntasan dalam pembelajaran.


55

Dari hasil tes siswa dan lembar observasi guru dan siswa menggunakan

pola dua siklus, terbukti dapat menguji hipotesis tindakan yang diajukan dalam

penelitian ini. Berdasarkan rumusan permasalahan yang disajikan pada Bab-I

dalam penelitian ini diajukan hipotesis tindakan yaitu “Dengan menerapkan

model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan

kemampuan membaca pemahaman dengan kenaikan sebesar 44%”.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data, dapat disimpulkan bahwa kemampuan

membaca pemahaman siswa ATG Ringan kelas V.C SLBN Bungo Jambi

dapat ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based

Learning. Kemampuan membaca pemahaman ini dilihat dari ketepatan

siswa dalam menjawab dan menyusun kata menjadi kalimat berdasarkan isi

teks narasi sederhana berjudul “Berlibur ke Kebun Binatang”. Selain dapat

meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa, model

pembelajaran PBL ini juga dapat meningkatkan kualitas guru dalam

melaksanakan pembelajaran yang nantinya akan berpengaruh kepada

keaktifan dan hasil belajar siswa.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas, maka dapat diajukan saran

sebagai berikut:

1. Bagi Guru SLB

Guru dapat menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning

dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa

ATG Ringan. Diharuskan guru memahami betul setiap sintak dalam

model pembelajaran ini sebab selama dua kali pertemuan di siklus I,

terdapat satu, dua sintak tidak terlaksanakan dengan baik oleh guru.

56
57

2. Bagi pihak Sekolah

Penerapan model pembelajaran PBL dapat dijadikan sebagai model

pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman

siswa sekaligus meningkatkan mutu Pendidikan di SLB, maka kepala

sekolah dan wakil kepala sekolah bidang kurikulum dapat menyarankan

agar guru-guru kelas dapat menerapkannya selama pelaksanaan KBM.


DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman. 2017. M. (n.d.). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.


Bandung: Pustaka Setia.
Abidin. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013.
Bandung: Refika Aditama.
Aini, N., S. A. Wicaksono, & I Arwani. 2019. Pembangunan Sistem Informasi
Perpustakaan Berbasis Web Menggunakan Metode Rapid Application
Development (RAD) (Studi Pada: SMK Negeri 11 Malang). Jurnal
Pengembangan Teknologi Informasi Dan Ilmu Komputer 3 (9): 8647–8655.
Alma, B. 2011. Model Pembelajaran Berbasis Kompetensi: Meningkatkan
Kualitas Pendidikan Menengah dan Tinggi. Bandung: Alfabeta
Ana Widyastuti. 2017. Anak Gemar Baca Tulis. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo
Apriyanto, Nunung. 2012. Seluk-Beluk Tunagrahita & Strategi Pembelajarannya.
Yogjakarta: JAVALITERA.
Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Astati, Lis Mulyati. 2011. Pendidikan Anak Tunagrahita. Bandung:Amanah.
Dalman. 2014. Keterampilan Menulis . Jakarta: PT. Raja Grafindo
Edriani, E. 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif: Teori dan Aplikasi. PT
Remaja Rosdakarya
Fajar, D. K. 2018. Buku Pintar Orangtua: Keterbelakangan Mental. Jakarta:
Penebar Media.
Hamzah B. Uno dkk. 2012. Menjadi Peneliti PTK yang Profesional. Jakarta :
Bumi Aksara.
Irma, Ade Suryani. 2020. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan
Membaca Siswa. Jurnal
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa.
Bandung: Rosdakarya.
Kamdi, W. dkk. 2007. Model- model Pembelajaran Inovatif. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Kolb, A. Y., & Kolb, D. A. (2014). Learning to play, playing to learn: A case
study of a ludic learning space. Journal of Organizational Change
Management, 27(5), 785-799.

58
59

Kurniawan, D. (2017). Developing a Comprehensive Assessment Framework for


Indonesian Language Learning. Indonesian Journal of Applied Linguistics,
7(1), 58-69.
Nandito, F. 2016. Menguak Rahasia Teks Narasi. NulisBuku.
Nasution, M. 2017. Model Pembelajaran Membaca Efektif. Jakarta: Rajawali Pers
Nurhadi. 2016. Teknik Membaca. Jakarta: Bumi Aksara
Nurbaya, S. 2019. Teori Dan Taksonomi Membaca Cetakan I.Yogyakarta: Kanwa
Publisher
Nurmeliawati, Tia. 2016. Modul Guru Pembelajar SLB Tunagrahita Kelompok
Kompetensi B. Bandung: PPPPTK TK DAN PLB.
Nyoman dan Pandeirot Surna, Olga D. 2014. Psikologi Pendidikan 1.
Jakarta:Erlangga
Prana, I. D. 2014. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar Ringkas. Bandung: Widya
Padjadjaran.
Rohman, Arif. 2011. Memahami Pendidikan Dan Ilmu Pendidikan. Yogyakarta :
Laks Bang Mediatama
Rosnawati. 2013. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita. Jakarta:
PT. Luxima Metro Media
Rozaliana, Y. 2019. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung:
Prenadamedia Group.
Santoso, S. 2016. Pembelajaran Membaca dalam Perspektif Pendidikan
Karakter. Jurnal Pendidikan Karakter, 6(1), 1-9
Sudrajat. 2011. Dasar – Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia.
Somadayo, Sumsu. 2011. Strategi dan Teknik Pengajaran Membaca. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Suparni;. 2015. Meningkatkan Kemampuan Membaca Efektif dengan
Menerapkan Metode SQ3R Siswa kelas VIII SMPN 1 Kasimbar . jurna
bahasa todea , 145.
Supriyadi, D. 2018. Strategi Pembelajaran Membaca Efektif. Yogyakarta:
Deepublish
Tarigan. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
Yusuf, S. 2018. Pengantar Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
60

LAMPIRAN 1

LEMBAR WAWANCARA

Wawancara digunakan untuk memperoleh data yang melatar belakangi munculnya


permasalahan yang ditemukan oleh peneliti.

1. Sudah berapa lama Ibu mengajar di SLB Bungo?


2. Sudah berapa lama Ibu mengajar anak tunagrahita?
3. Kelas berapa yang ibu ajar saat ini?
4. Berapa jumlah siswa yang ibu ajar?
5. Bagaimana kategori anak tunagrahita yang ibu ajar berdasarkan tingkat IQ
anak? Berapa jumlah siswa tiap kategori tersebut?
6. Berapa jumlah siswa dengan kategori tunagrahita ringan?
7. Bagaimana kemampuan membaca siswa untuk anak kategori tunagrahita
ringan?
8. Bagaimana peran keluarga dalam mendukung anak dalam meningkatkan
kemampuan membaca?
9. Kompetensi berapa yang menurut Ibu cukup sulit untuk dilaksanakan yang
berkaitan dengan membaca?
10. Apa usaha yang Ibu lakukan dalam mengatasi permasalahan tersebut?
11. Model pembelajaran apa yang pernah Ibu gunakan selama melaksanakan
kegiatan belajar membaca?
12. Model pembelajaran apa yang sering Ibu gunakan dalam melaksanakan
kegiatan belajar membaca? Mengapa memilih model tersebut?

Jawab:

1. 9 tahun
2. 1 tahun
3. Kelas V
61

4. 11 orang
5. 3 kategori; tunagrahita ringan, tunagrahita sedang, dan tunagrahita berat
6. 2 orang siswa laki-laki.
7. Masih tergolong rendah dalam hal membaca. Mereka seringkali tidak
memahami apa isi dari bacaan tersebut.
8. Tidak pernah
9. Ada orangtua yang mau membimbing anaknya belajar membaca di rumah
tetapi lebih sedikit disbanding dengan yang sama sekali tidak pernah
membimbing.
10. KD 3.2 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
11. Saat ini saya mengajar di kelas hanya berpedoman pada buku kurikulum 13
untuk anak kelas 5 tunagrahita.
12. Model pembelajaran yang pernah saya terapkan di kelas diantaranya kartu
bergambar dan tutor sebaya.
13. Saya jarang sekali menerapkan berbagai model-model pembelajaran selama di
kelas. Pembelajaran sering saya sampaikan dengan menggunakan metode
ceramah karena lebih praktis dan tidak ribet.
62

LAMPIRAN 2

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN


MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN
MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING
UNTUK ANAK TUNAGRAHITA RINGAN
KELAS V SLB BUNGO JAMBI

VARIABEL SUB INDIKATOR PENGUMPULAN


VARIABEL DATA
OBS TES DOK
Kemampuan Membaca Membaca teks narasi √ √
membaca pemahaman sederhana berjudul
pemahaman dengan “Berlibur ke Kebun
menerapkan Binatang”
model Mengamati miniatur yang √ √
pembelajaran berhubungan dengan teks
PBL. narasi.
Mengenal kebun Binatang. √ √
Menjawab pertanyaan dari √ √ √
isi teks narasi sederhana
yang dibacakan oleh guru.
Menyusun kata menjadi √ √ √
kalimat berdasarkan isi
teks narasi sederhana
berjudul “Pergi Berlibur ke
Kebun Binatang”.

Ket:
Obs : Observasi
Tes : Tes
Dok : Dokumentasi
Penulis,

Agus Mus Thofa


63

LAMPIRAN 3

INSTRUMEN PENELITIAN
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN
MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING
UNTUK ANAK TUNAGRAHITA RINGAN
KELAS V SLB BUNGO JAMBI

Siklus :
Pertemuan :
Tanggal :
SKOR PENILAIAN
NO INDIKATOR A C
2 1 0 2 1 0
1 Membaca teks narasi sederhana berjudul
“Berlibur ke Kebun Binatang”
Berlibur ke Kebun Binatang
Libur sekolah telah tiba.
Budi bersama keluarga pergi berlibur ke
kebun binatang.
Ada ayah, ibu, dan adiknya bernama Rara.
Budi bangun pagi sekali.
Mereka berangkat mengendarai mobil.
Di kebun binatang Budi berjumpa dengan
banyak binatang.
Ada gajah, jerapah, singa, harimau dan masih
banyak lagi .
Budi sangat senang sekali hari itu.
2 Mengamati miniatur yang berhubungan
dengan teks narasi.
3 Mengenal kebun binatang.
4 Menjawab pertanyaan dari isi teks narasi
sederhana berjudul “Pergi Berlibur ke Kebun
Binatang” yang dibacakan oleh guru.
Apa judul teks narasi di atas?
Kapan Budi sekeluarga pergi ke kebun
Binatang?
Siapa saja yang pergi ke Kebun Binatang?
Binatang apa saja yang mereka temui?
Bagaimana perasaan Budi ketika pergi
berlibur?
64

5 Menyusun kata menjadi kalimat berdasarkan


isi teks narasi sederhana berjudul “Pergi
Berlibur ke Kebun Binatang”.
Mereka-mengendarai-mobil-berangkat
Senang-Budi-sangat-sekali
Budi-ke Kebun Binatang-keluarga-bersama-
berlibur-pergi

Keterangan:
2 : Bisa tanpa bantuan
1 : Bisa dengan bantuan
0 : Tidak bisa
Jumlah Skor Perolehan
Nilai = X 100%
Jumlah Skor Maksimal

Penulis,

Agus Mus Thofa


65

LAMPIRAN 4

INSTRUMEN OBSERVASI GURU


MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN
MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING
UNTUK ANAK TUNAGRAHITA RINGAN
KELAS V SLB BUNGO JAMBI

Siklus :
Pertemuan :
Objek : Guru Kelas V.C SLBN Bungo Jambi
Observasi : Saat Pembelajaran Berlangsung.

Sub Variabel Indikator Pengamatan


T TT
Tujuan 1. Rumusan Tujuan
Pembelajaran 2. Ketercapaian Indikator
3. Kesesuaian tujuan umum dengan
kemampuan membaca pemahaman.
Materi 1. Isi Materi
2. Kesesuaian Isi Materi
Model 1. Kesesuaian tahap pertama model
Pembelajaran pembelajaran PBL (Orientasi Siswa pada
Masalah)
2. Kesesuaian tahap ke dua model
pembelajaran PBL (Mengorganisasi Siswa
untuk Belajar)
3. Kesesuaian tahap ke tiga model
pembelajaran PBL (Membimbing
Penyelidikan Individual/ Kelompok)
4. Kesesuaian tahap ke empat model
pembelajaran PBL (Mengembangkan dan
Menyajikan Hasil Karya)
5. Kesesuaian tahap ke lima model
pembelajaran PBL (Menganalisis dan
Mengevaluasi)
Media 1. Medial pembelajaran yang digunakan
Pembelajaran 2. Kesesuaian media pembelajaran yang
digunakan
66

Membuka 1. Keterampilan guru dalam membuka


Pembelajaran pembelajaran
Penyampaian 1. Penyampaian disesuaikan dengan kondisi
Materi 2. Kesesuaian Materi
Pengelolaan 1. Keterampilan mengelola kelas yang
Kelas kondusif
Pemberian 1. Pemilihan Reinforcement
Reinforcement 2. Penggunaan Reward
3. Penggunaan Punishment
Menutup 1. Keterampilan menyimpulkan kegiatan
Pembelajaran pembelajaran
Evaluasi 1. Langsung diberi arahan dan perbaikan
2. Tes lisan
Kendala 1. Kendala yang mengajar
dalam 2. Penyebab kendala terjadi
pelaksanaan
Fasilitas 1. Keadaan sarana dan prasarana.
Sarana dan
Prasarana

Keterangan:
Iya :2
Tidak : 1
Skor Keseluruhan :
Jumlah Skor Perolehan
Nilai = X 100%
Jumlah Skor Maksimal

Skor guru :

Penulis,

Agus Mus Thofa


67

LAMPIRAN 5

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan : SDLB / C


Kelas/semester : V/2
Tema / Sub Tema : Merawat Hewan dan Tumbuhan/ Hewan di Sekitarku
Alokasi waktu : 2 JP (2 x 30 menit)
A. Kompetensi Inti
1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku yang jujur, disiplin, tanggung jawab, santu, peduli, dan
percaya diridalam interaksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan
menanya berdasarkanrasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan
Tuhan dan kegiatannya, dan benda- benda yang dijumpainya di rumah, di
sekolah dan tempat bermain.
4. Menyajikan pengetahuan factual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan
logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalamtindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia
B. Kompetensi Dasar
3.2 Mengenal teks cerita narasi sederhana tentang kegiatan dan bermain di
lingkungan sekolah dalam bahasa inndonesia, baik lisan maupun tulis yang
dapat dibantu dengan kosakata bahasa daerah.
4.2 Menguraikan teks cerita narasi sederhana tentang kegiatan dan bermain di
lingkungan sekolah dalam bahasa inndonesia, baik lisan maupun tulis yang
dapat dibantu dengan kosakata bahasa daerah.
C. Indikator
1. Mampu menyebutkan judul cerita teks narasi sederhana.
2. Mampu menjawab pertanyaan dari cerita teks narasi sederhana.
68

3. Mampu Menyusun kata menjadi kalimat berdasarkan isi teks narasi


sederhana.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mengamati kebun binatang melalui media yang ditampilkan
dengan baik.
2. Siswa dapat menyebutkan judul cerita teks narasi sederhana dengan benar.
3. Siswa dapat menjawab waktu kejadian dari cerita teks narasi sederhana
dengan benar.
4. Siswa dapat menyebutkan siapa saja (tokoh) yang pergi berlibur ke kebun
binatang dengan benar.
5. Siswa dapat menyebutkan macam-macam hewan di kebun binatang dengan
benar.
6. Siswa dapat menjawab suasana perasaan tokoh utama dari cerita teks narasi
sederhana dengan benar.
7. Siswa dapat menyusun kata menjadi satu kalimat sesuai teks narasi
“Berlibur ke Kebun Binatang”.
E. Metode Dan Pendekatan Pembelajaran
Metode : ceramah, diskusi, tanya jawab, penugasan
Pendekatan : scientifik (mengamati,menanya,mengumpulkan
informasi/eksperimen,mengasosiasi/menalar, dan
mengkomunikasikan)
Model Pembelajaran : Problem Based Learning (PBL)
F. Media, Alat dan Sumber Pelajaran
Media : Miniatur Kebun Binatang
Sumber pelajaran : LKS
G. Langkah Kegiatan

KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN ALOKASI


WAKTU
Kegiatan Guru mengucapkan salam dan mengajak siswa 15 menit
Awal berdo’a.
69

Guru melakukan komunikasi tentang


kehadiran siswa/ absensi.
Guru menyiapkan fisik dan psikis siswa dalam
mengawali kegiatan
Guru menyampaikan kepada siswa dan
menuliskan di papan tulis judul atau topik yang
akan dipelajari serta tujuan pembelajaran yang
akan dipelajari
Guru memotivasi siswa dengan mengajak
bernyanyi bersama.
Kegiatan Inti 1) Orientasi Pembelajaran pada Masalah 35 menit
➢ Guru menampilkan masalah (soal) yang
akan diselesaikan (dijawab) nantinya.
➢ Guru dan siswa bersama membacakan
masalah (soal) yang akan diselesaikan
(dijawab) nantinya.
2) Mengorganisasikan Siswa untuk Belajar
➢ Guru menjelaskan apa yang harus siswa
lakukan seama pembelajaran.
3) Membimbing Penyidikan Individual/
Kelompok
➢ Guru membimbing siswa membaca teks
narasi pada LKS.
➢ Guru membimbing siswa menjawab soal
pada LKS.
➢ Guru membimbing siswa membaca hasil
jawaban soal pada LKS.
4) Mengembangkan dan Menyajikan Hasil
Karya
70

➢ Guru menanyakan “apakah siswa sudah


selesai mengerjakan soal?”
➢ Guru menanyakan “siapa yang ingin
tampil ke depan?”
➢ Dalam penampilan seorang siswa ke
depan, guru menanyakan kepada siswa
lain “apa ada yang jawabannya berbeda
dengan teman yang ke depan?”
➢ Guru memberikan reward, mengapresiasi
siswa yang telah berani tampil maju ke
depan.
5) Menganalisis dan Mengevaluasi Proses
Pemecahan Masalah
➢ Guru bersama siswa membuat
kesepakatan jawaban dari soal teks narasi
sederhana.
➢ Guru membimbing siswa membaca hasil
jawaban dari soal teks narasi sederhana.
➢ Guru membimbing siswa menyusun kata
menjadi kalimat sesuai isi teks narasi
sederhana berjudul “Berlibur ke Kebun
Binatang”.
➢ Guru membimbing siswa membacakan
kalimat hasil susunan kata yang telah
mereka buat.
Kegiatan Guru menanyakan kepada siswa tentang apa 10 menit
Penutup yang baru saja mereka pelajari.
Guru bersama siswa menyimpulkan kegiatan
pembelajaran.
71

Guru menyampaikan materi yang akan


dipelajari pada pertemuan selanjutnya.
Guru mengajak siswa untuk berdo’a.
Guru mengucap salam.

H. Penilaian
1. Tehnik penilaian
a) Penilaian Sikap
b) Penilaian pengetahuan ; tes tertulis dan lisan
c) Penilaian ketrampilan : unjuk kerja dan observasi
2. Bentuk Instrumen Penilaian
a) Penilaian Sikap
Rasa Ingin Disiplin Percaya Diri
No NAMA Tahu
SB B C K SB B C K SB B C K

b) Penilaian Pengetahuan
KRITERIA BOBOT
Menjawab 5 pertanyaan dengan benar 5
Menjawab 4 pertanyaan dengan benar 4
Menjawab 3 pertanyaan dengan benar 3
Menjawab 2 pertanyaan dengan benar 2
Menjawab 1 pertanyaan dengan benar 1
Instrumen penilaian : tes tertulis (Isian)

Tes tertulis : skor


Skor maksimal : 100

Jumlah Skor Perolehan


Nilai = X 100%
Jumlah Skor Maksimal

c) Penilaian Keterampilan
➢ Penilaian pengamatan kegiatan diskusi
72

NO KRITERIA TERLIHAT B.TERLIHAT


1 Kemampuan bertanya
2 Kemampuan menjawab
3 Kemampuan menanggapi

➢ Penilaian menyusun kata menjadi kalimat

Budi ke Kebun keluarga Bersama Berlibur pergi


Binatang

Mereka Mengendarai mobil brangkat

senang Budi sangat Sekali

Jambi,
Penulis,

Agus Mus Thofa


NIP.
73

LAMPIRAN 6

INSTRUMEN OBSERVASI ANAK TUNAGRAHITA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN


MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING
UNTUK ANAK TUNAGRAHITA RINGAN
KELAS V SLB BUNGO JAMBI

Siklus :
Pertemuan :
Objek : Siswa Tunagrahita Ringan Kelas V
Observasi : Saat Pembelajaran Berlangsung.
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN Iya Tidak

Kegiatan Siswa menjawab salam dan berdo’a.


Awal Siswa melakukan komunikasi tentang kehadiran.
Siswa memulai pambelajaran dengan kondusif.
Siswa mendengarkan judul dan tujuan pembelajaran
yang disampaikan oleh guru.
Siswa mendengarkan motivasi belajar.
Kegiatan Inti 1) Orientasi Pembelajaran pada Masalah
➢ Siswa memperhatikan masalah (soal) yang
ditampilkan guru.
➢ Siswa mendengarkan soal yang dibacakan oleh
guru.
➢ Siswa mengulangi membaca soal yang
ditampilkan.
2) Mengorganisasikan Siswa untuk Belajar
➢ Siswa mendengarkan penjelasan guru terkait
apa yang harus siswa lakukan selama
pembelajaran.
3) Membimbing Penyidikan Individual/
Kelompok
➢ Siswa membaca teks narasi pada LKS melalui
bimbingan guru.
➢ Siswa menjawab soal pada LKS melalui
bimbingan guru.
4) Mengembangkan dan Menyajikan Hasil
Karya
74

➢ Siswa menjawab pertanyaan guru terkait


“apakah siswa sudah selesai mengerjakan
soal?”
➢ Siswa menjawab pertanyaan guru terkait “siapa
yang ingin tampil ke depan?”
➢ Siswa menanggapi jawaban temannya.
5) Menganalisis dan Mengevaluasi Proses
Pemecahan Masalah
➢ siswa membuat kesepakatan jawaban dari soal
teks narasi sederhana melalui bimbingan guru.
➢ siswa membaca hasil jawaban dari soal teks
narasi sederhana melalui bimbingan guru.
➢ Siswa menyusun kata menjadi kalimat
berdasarkan isi teks narasi sederhana berjudul
“Pergi Berlibur ke Kebun Binatang”.
Kegiatan Siswa menanggapi pertanyaan guru tentang apa
Penutup yang baru saja di pelajari.
Siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran
dengan bimbingan guru.
Siswa mendengarkan apa yang disampaiakn guru
terkait materi yang akan dipelajari pada pertemuan
selanjutnya.
Siswa berdo’a.
Siswa menjawab salam.

Keterangan:

Iya :2

Tidak : 1

Skor Keseluruhan :

Jumlah Skor Perolehan


Nilai = X 100%
Jumlah Skor Maksimal

Skor siswa :

Penulis,

Agus Mus Thofa


75

LAMPIRAN 7

LEMBAR KERJA SISWA


76
77
78
79

LAMPIRAN 8
DOKUMENTASI

Penulis melakukan diskusi bersama guru (kolaborator)

LKS dan Miniatur Kebun Binatang


80

Guru membuka pembelajaran diawali dengan berdo’a Bersama

Memasuki inti kegiatan pembelajaran


81

Guru menampilkan masalah yang akan diselesaikan selama pembelajaran


(Orientasi Siswa pada Masalah)

Guru mengorganisasikan siswa untuk belajar


82

Guru membimbing siswa melakukan penyelidikan secara individual


83

Guru menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran (kegiatan penutup)

Anda mungkin juga menyukai