Anda di halaman 1dari 26

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MUATAN IPS

DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR


SHARE
(penelitian tindakan kelas pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Sindang Kec.Lebakwangi Kab.Kuningan
muatan IPS Materi mata pencaharian di daerah tinggi dan rendah)

Digunakan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas

Dosen Pengampu : Dr. Pupu Saeful Rahmat, M.Pd.

Di susun oleh:

Salsabila Utami (20201510043)

PGSD 3B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH


DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS KUNINGAN

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, hingga penulis dapat menyelesaikan proposal PTK yang berjudul “Upaya
peningkatan hasil belajar siswa melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS
(PTK pada muatan IPS di kelas IV SDN 1 Sindang kecamatan lebakwangi kabupaten kuningan)”.
Dalam penulisan proposal ini penulis banyak memperoleh dukungan, bantuan, arahan, motvasi
dan bimbingan serta petunjuk dari berbagai pihak.
Oleh karena itu peneliti mempergunakan kesempatan yang baik ini untuk menyampaikan
rasa terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Pupu Saeful Rahmat, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yang telah memberikan arahan bimbingan dalam penyusunan
laporan.
2. Teman – teman mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Kuningan 2020 yang telah memberikan bantuan, masukan, dan
motivasi baik secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis selama ini.
3. Yang teristimewa kepada kedua orang tua saya atas kasih sayang dan doanya yang tak
berujung pangkal, pengorbanan yang tiada henti baik material dukungan moril dan yang
paling penting doa restunya yang senantiasa menjadi sumber motivasi bagi peneliti dalam
menyelesaikan proposal ini. Semoga semua bantuan, dorongan dan bimbingan serta
motivasi yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan yang setimpal dari Allah
SWT. Amiin. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penulisan proposal penelitian ini
masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, peneliti mengharapkan adanya masukan, baik saran maupun kritik
yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga proposal penelitian ini dapat
bermanfaat khususnya bagi peneliti sendiri dan semua pihak, terutama untuk dijadikan
kajian atau sebagai bahan perbandingan sehinga dapat di jadikan pedoman dalam
mengahasilkan karya yang lebih baik.

Kuningan, 7 Juni 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI....................................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ........................................................................................................................... 4
B. Identifikasi Masalah ................................................................................................................... 5
C. Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 5
D. Tujuan PTK................................................................................................................................ 6
E. Manfaat PTK .............................................................................................................................. 6
BAB II .................................................................................................................................................. 7
KAJIAN TEORI ................................................................................................................................. 7
A. Kajian Pustaka ........................................................................................................................... 7
B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share.......................................................... 12
C. Penelitian Yang Relevan .......................................................................................................... 14
D. Hipotesis Tindakan .................................................................................................................. 14
BAB III............................................................................................................................................... 15
METODOLOGI PENELITIAN ...................................................................................................... 15
A. Subjek Penelitian ..................................................................................................................... 15
B. Setting Penelitian ..................................................................................................................... 15
C. Metode Penelitian .................................................................................................................... 15
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data Penelitian ....................................................................... 20
E. Uji Instrumen Soal ................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 25

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan menjadi tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas


sumber daya manusia serta menjadi sarana bagi pembentukan intelektualitas,
bakat, budi pekerti serta kecakapan peserta didik. Pendidikan mempunyai
peranan yang sangat besar, dengan adanya pendidikan dapat menghasilkan generasi muda
yang berkualitas dan kompeten dibidangnya. Banyak cara dilakukan untuk mendidik
generasi muda menjadi generasi yang penuh manfaat. Namun ada beberapa macam
pelajaran yang seringkali ditakuti oleh siswa karena dianggap sulit. Salah satunya yaitu IPS.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial,
seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya.. Trianto
(2010:171) IPS merupakan salah satu mata pelajaran utama yang penting untuk dipelajari,
karena IPS dapat membantu kita dalam aspek kehidupan kita. Dalam hal ini mata pelajaran
IPS merupakan mata pelajaran yang kurang diminati oleh sebagian siswa Sekolah Dasar.
Banyak siswa yang kurang menyenangi mata pelajaran IPS dengan berbagai alasannya
masing-masing. Menurut penulis, ada sebagian siswa yang kurang suka pelajaran ini karena
dirasakan pelajaran tersebut terlalu sulit dipelajari karena harus menghafal, ada juga yang
merasa tidak tertarik pada mata pelajaran IPS,bahkan tidak menyukai pelajaran ini karena
merasa terbebani dalam mengikuti pelajaran IPS. Hal tersebut dikarenakan penyampaian
materi oleh guru tidak inovatif, tidak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran sehingga
siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Hal ini tentu saja sangat mempengaruhi proses
belajar mengajar maupun hasil belajar siswa.
Berdaskan hasil tes dan observasi dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas IV SDN
1 Sindang Kuningan tidak sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dengan kurikulum.
Masih banyak siswa yang mendapat nilai dibawah KKM sehingga dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar IPS siswa masih rendah Berdasarkan hasil refleksi, rendahnya hasil belajar
siswa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya dapat dilihat dari aktivitas siswa yang
cenderung pasif ketika guru meminta siswa mengajukan pertanyaan atau menjawab
pertanyaan. Hanya beberapa siswa yang tanggap dalam menjawab pertanyaan dari guru dan
sebagian besar siswa lainnya hanya bisa diam. Pembelajaran di kelas juga terlihat kurang
kondusif, pada saat guru menjelaskan materi pelajaran ada beberapa siswa yang tidak

4
memperhatikan guru bahkan siswa malah asik mengobrol atau bercanda dengan teman
sebangku, hal tersebut dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa.
Berdasarkan permasalahan di atas peneliti dan guru perlu berdiskusi untuk
memperbaiki kondisi dan prestasi belajar siswa dengan melakukan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) yang mengarah pada tujuan pembelajaran dan materi yang diajarkan serta
peningkatan aktivitas belajar siswa. Oleh karena itu, penulis mengajukan perbaikan kualitas
pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think
Pair Share). Julianto, dkk (2011:37) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TPS
mengajarkan siswa untuk lebih mandiri dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan
sehingga dapat membangkitkan rasa percayadiri siswa, dimana siswa dapat bekerja sama
dengan orang lain dalam kelompok kecil yang heterogen. Pembelajaran kooperatif dengan
pendekatan struktural TPS memiliki prosedur yang ditetapkan untuk memberi siswa waktu
agar dapat berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain sehingga termotivasi
untuk mempelajari pokok bahasan yang diberikan.
Untuk mengatasi masalah rendahnya aktivitas siswa pada muatan IPS banyak upaya
yang bisa dilakukan, bisa melalui metode, model, strategi dan media yang tepat pada
pembelajaran ini. Tetapi dalam pemilihan peneliti memilih model pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share (TPS). Pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe TPS ini
menurut saya memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan model lainnya. Dengan
keuntungan model TPS yang dipilih diduga dapat mengatasi masalah rendahnya hasil
belajar siswa pada muata IPS.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti memilih judul judul “Upaya Peningkatan
Hasil Belajar IPS Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Pada
Siswa Kelas IV SDN 1 Sindang.”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latarbelakang masalah, maka dapat diuraikan Identifikasi Masalah
sebagai berikut:

1. Pembelajaran berpusat pada guru


2. Guru tidak menggunakan metode dalam pembelajaran
3. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran
4. Hasil belajar siswa masih rendah

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan Identifikasi Masalah tersebut, maka dirumuskan Rumusan Masalah
penelitian sebagai berikut :

5
Apakah Metode Tipe Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPS pada kelas IV SDN 1 Sindang?

D. Tujuan PTK
Sesuai dengan Rumusan Masalah yang telah dirumuskan, maka Tujuan Penelitian ini
adalah untuk mengetahui :

Untuk mengetahui penerapan Metode Think Pair Share dalam meningkatkan hasil belajar
siswa pada Mata Pelajaran IPS pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Sindang.

E. Manfaat PTK
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi siswa
Memudahkan siswa dalam mempelajari pelajaran IPS sekaligus mengenalkan Metode
Think Pair Share sebagai metode pembelajaran yang aktif, inovatif, menarik dan
menyenangkan.
2. Bagi Guru
Dapat menambah pengetahuan guru dan dapat mempermudah guru dalam
mengajarkan pembelajaran IPS dengan menggunakan metode Think Pair Share.
3. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengalaman di bidang penelitian khususnya tentang
penerapan model Think Pair Share pada pembelajaran IPS
4. Bagi Sekolah
Dapat memberikan sumbangan pemikiran pagi lembaga pendidikan khususnya di
SDN 1 Sindang untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

6
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kajian Pustaka
1. Hasil Belajar
a Pengertian Hasil Belajar
Nana Sudjana (Kunandar, 2011: 276) mengemukakan bahwa “ hasil belajar adalah
suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes
yang disusun terencana , baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan”. Sedangkan
menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2004: 102-103) hasil belajar merupakan realisasi
atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki
seseorang yang dapat diperlihatkan dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk
penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun
keterampilan motorik.
Pendapat di atas, diperkuat oleh pedapat Oemar Hamalik (2003: 27) yang
menyatakan bahwa “ hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan
pengubahan kelakuan”. Sejalan dengan itu menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 250-
251) hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan
sisi guru. Dari siswa sendiri, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang
lebih baik apabila dibandingkan pada saat sebelum belajar, tingkat perkembangan mental
tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari
sisi guru, hasil belajar adalah saat terselesaikannya bahan pelajaran.
Menurut Winkel (Purwanto, 2010: 45) hasil belajar merupakan suatu perubahan yang
mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Dalam hal ini,
perubahan yang dimaksud mengacu pada taksonomi tujuan pengajaran yang
dikembangkan oleh Bloom mencangkup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Pendapat di atas, diperkuat oleh pendapat Hamzah B. Uno (2010: 210) yang
mengemukakan bahwa “ hasil belajar biasanya diacukan pada tercapainya tujuan
belajar”. Hal tersebut sesuai dengan sistem pendidikan nasional, khususnya rumusan
tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional menggunakan
klasifikasi belajar dari Benyamin Bloom (Nana Sudjana, 2006: 22) yang secara garis
besar terbagi kedalam ketiga ranah tersebut.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPS adalah
indikator dari perubahan yang terjadi pada individu setelah mengalami proses belajar IPS
baik berupa pengetahuan maupun kecakapan yang diukur menggunakan alat pengukuran
7
berupa tes dan lembar observasi. Hasil belajar IPS ada tiga macam yaitu kognitif,
psikomotor, dan afektif.
b. Klasifikasi hasil belajar
Klasifikasi belajar menurut Benyamin Bloom terbagi menjadi tiga ranah (Nana
Sudjana, 2006: 22) yaitu:
1) Ranah kognitif
Ranah kognitif merupakan ranah yang berkaitan dengan hasil belajar intelektual.
Ranah kognitif terdiri dari enam aspek. Keenam aspek tersebut, yaitu: pengetahuan atau
ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, atau evaluasi. Pengetahuan dan
pemahaman disebut kognitif tingat rendah sedangkan aplikasi, analisis, dan evaluasi
termasuk kognitif tingkat tinggi.
2) Ranah afektif
Ranah afektif merupakan ranah yang berkaitan dengan nilai dan sikap. Ranah afektif
terdiri dari lima aspek, yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan
internalisasi. Hasil belajar pada ranah afektif dapat diukur pada siswa dalam berbagai
tingkah laku selama proses pembelajaran, seperti keaktifannya dalam proses
pembelajaran, disiplin dan tanggungjawab, minat belajar, menghargai guru dan teman
sekelas, hubungan sosial, dll. Penilaian afektif dilakukan dengan menggunakan
observasi.
3) Ranah psikomotor
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan hasil belajar keterampilan
dan kemampuan bertindak. Ranah psikomotor terdiri dari enam aspek, yakni gerakan
refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan dan
ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, serta gerakan ekspresif dan interpretatif.
Dalam penelitian ini hasil penelitian ranah kognitif yang mana terdapat enam aspek
yaitu: Mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan
menciptakan. Enam aspek kognitif di atas peneliti hanya mengambil tiga aspek yang
meliputi, aspek mengingat, memahami, serta menerapkan. Ketiga aspek tersebut yang
dianggap sesuai dengan usia sekolah dasar.
Hasil belajar ranah kognitif berupa hasil tes atau nilai tes IPS yang diperoleh siswa
setiap akhir siklus. Hasil belajar ranah afektif berupa sikap siswa selama mengikuti
proses pembelajaran menggunakan metode TPS yang diukur dari lembar observasi aspek
afektif siswa. Sedangkan hasil belajar ranah psikomotor dilihat dari keterampilan
berekspresi dan menghayati tokoh yang diberikan kepada siswa yang diukur dari lembar
observasi aspek psikomotor siswa dalam bermain peran.

8
c. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Hasil belajar siswa dapat terlihat setelah siswa mengikuti proses pembelajaran
sebagai pengukuran atas kemampuan siswa dalam mempelajari suatu materi
pembelajaran. Hasil belajar siswa tersebut, dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor
dalam diri siswa itu sendiri ataupun faktor dari luar siswa. Berikut ini faktor-faktor yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa menurut M. Ngalim Purwanto (2003: 107)
adalah sebagai berikut.
a. Faktor dari luar siswa
1) Faktor lingkungan
Merupakan faktor yang mempengaruhi proses serta hasil belajar siswa yang berasal dari
lingkungan tempat ia tinggal dan bersekolah yaitu meliputi faktor lingkungan alam dan
sosialnya.
2) Faktor Instrumental
Faktor Instrumental merupakan faktor yang mempengaruhi proses serta hasil belajar
siswa yang sengaja direncanakan/dikondisikan agar mendukung tercapainya tujuan yang
ingin dicapai. Faktor instrumental tersebut adalah sebagai berikut:
a) Kurikulum/bahan pelajaran
b) Guru/pengajar
c) Sarana dan fasilitas
d) Administrasi/manajemen
b. Faktor dari dalam diri siswa
1) Faktor fisiologis
Merupakan faktor yang mempengaruhi proses serta hasil belajar siswa yang berasal dari
tubuh siswa atau kondisi organ dari anggota tubuh siswa itu sendiri. Faktor fisiologis
tersebut meliputi,
a) Kondisi fisik
b) Kondisi panca indera
2) Faktor psikologi
Merupakan faktor yang mempengaruhi proses serta hasil belajar siswa
yang berasal dari psikologi/kejiwaan siswa itu sendiri. Faktor
Fisiologis tersebut meliputi,
a) Bakat
b) Minat
c) Kecerdasan

9
d) Motivasi
e) Kemampuan kognitif
Dari berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa di atas,
maka faktor instrumental merupakan faktor yang sangat penting dan paling menentukan
dalam mencapai tujuan yang dikehendaki (M. Ngalim Purwanto, 2003: 107). Hal
tersebut, dikarenakan faktor instrumental merupakan faktor yang menentukan dalam
proses pembelajaran yang akan dialami siswa. Berkaitan dengan hal tersebut, kajian
utama dalam penelitian ini merupakan faktor instrumental,
khususnya faktor guru/pendidik dalam menggunakan metode TPS agar dapat
meningkatan hasil belajar IPS.
2. Ilmu Pengetahuan Sosial
a. Konsep dasar IPS
Menurut Supriya (2012: 7), mata pelajaran IPS merupaka sebuah nama mata
pelajaran intergrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata pelajaran
ilmu sosial lainnya. Sedangkan Djahiri dan Ma‟mun dalam Tim Penyusun Modul-modul IPS
(2013: 5) merumuskan, IPS merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep
pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya yang kemudian diolah berdasarkan
prinsip pendidikan untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan. Salah
seorang pakar pendidikan IPS di Indonesia Muhammad Numan Somantri dalam Tim
Penyusun Modul-modul IPS (2013: 6), merumuskan Social Studies sebagai: “suatu
penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi negara, dan disiplin ilmu lainnya serta
masalah-masalah sosial terkait yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan
psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah”.
Somantri dalam Supriya (2012: 11) mengungkapkan, pendidikan IPS adalah
seleksi dari disiplin-disiplin ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang
diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.
Menurut Nana Supriatna (2009: 4) pendidikan IPS mengungkapkan bahwa pendidikan IPS
ditekankan pada bagaimana cara mendidik tentang ilmu-ilmu social atau lebih kepada
penerapanya. Ilmu yang disajikan dalam pendidikan IPS merupakan suatu synthentic antara
ilmu-ilmu social dan pendidikan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Ilmu
Pengetahuan Sosial wajib diajarkan kepada peserta didik Sekolah Dasar karena IPS
merupakan mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial untuk membentuk warga
negara yang baik, maupun memahami dan menganalisis kondisi dan masalah sosial serta ikut
memecahkan masalah-masalah yang ada dalam kehidupan sosial. Pembelajaran IPS lebih

10
ditekankan pada upaya pembentukan watak dan pembinaan nilai-nilai moral yang mengenali
dan memahami keadaan lingkungan sekitar.
b. Tujuan Pembelajaran IPS

Menurut Awan Mutakin (Trianto, 2010: 176) tujuan IPS adalah mempersiapkan peserta
didik agar memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya
melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat. Oemar Hamalik
mengatakan bahwa tujuan pembelajaran IPS adalah untuk membina anak didik sehingga
mempuyai pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang baik bagi dirinya, masyarakat
dan negara (Hidayati dkk, 2008: 24). Menurut Thamrin Talut (Silvester Petrus Taneo, 2009:
27) tujuan IPS adalah anak didik diharapkan berpartisipasi dalam masyarakat yang merdeka,
mempunyai rasa
tanggung jawab, tolong menolong dengan sesama, dan dapat mengembangkan nilai serta ide-
ide dari masyarakat.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pada
hakikatnya pembelajaran IPS bertujuan untuk memperkaya dan mengembangkan kehidupan
siswa dengan seperangkat konsep pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan yang
bermanfaat dalam kehidupan siswa agar dapat menempatkan dirinya sebagai anggota
masyarakat yang baik yang dapat berpartisipasi dalam masyarakat yang merdeka dan dapat
melanjutkan kebudayaan bangsa.
3. Pembelajaran Kooperatif
Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatau siskap
atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur
kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana
keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan kelompok dari anggota sendiri.
Solihatin (2008: 4) berpendapat bahwa Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai
suatu struktur tugas dalam suasana bersama diantara sesama kelompok.
Maksud dari pernyataan di atas bahwa pembelajaran kooperatif mendorong siswa
untuk memverbalisasi ide-ide mereka dan membandingkannya dengan ide-ide dan pendapat
siswa lain. Pendekatan ini juga meningkatkan hubungan interpersonal yang positif dengan
siswa lain, motivasi untuk mendapatkan sesuatu yang baik, dan sikap positif terhadap
sekolah.
Arends (2008: 21) berpendapat bahwa langka-langkah model pembelajaran
kooperatif sebagai berikut:
Fase 1: mengklasifikasi tujuan dan establishing set, pada kegiatan ini guru menjelaskan
tujuan pembelajaran dan materi yang akan disampaikan.
11
Fase 2: mempresentasikan informasi, pada kegiatan ini gurumempresentasikan materi
pembelajaran kepada siswa secara verbal atau dengan teks.
Fase 3: mengorganisasikan ke dalam tim-tim belajar, pada kegiatan ini guru menjelaskan
kepada siswa tata cara membentuk tim-timbelajar dan membantu kelompok untuk melakukan
transisi yang efisien.
Fase 4: membantu kerja tim dan belajar, pada kegiatan ini guru membantu timtim belajar
selama mereka mengerjakan tugas di dalam pembelajaran.
Fase 5: mengujikan berbagai materi, pada kegiatan ini guru menguji pengetahuan siswa
tentang berbagai materi belajar atau kelompok- kelompok mempresentasikan hasil-hasil
kerjanya.
Fase 6: memberikan pengukuran, pada kegiatan ini guru mencari cara untuk mengakui usaha
dan presentas individual atau kelompok.
Beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang mengutamakan kerja sama dalam suatu kelompok. Pembelajaran
kooperatif dimaksudkan agar satu kelompok dapat bekerja sama sehingga tidak ada yang
berperilaku individu.

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share


1. Pengertian Model Kooperatif Tipe Think Pair Share
Zulfah, 2017) menyatakan bahwa Think Pair Share merupakan
suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi
kelas, dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan
pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan. Think Pair
Share memiliki makna sebagai berikut:
a. Thinking, siswa diberi kesempatan untuk memikirkan ide-ide
mereka tentang pertanyaan atau wacana yang diberikan oleh guru.
b. Pairing, siswa menentukan dengan siapa mereka akan
berpasangan dengan tujuan agar siswa dapat berdiskusi dan
mendalami ide-ide yang telah ditemukan masing-masing siswa.
c. Sharing, setelah ditemukan kesepakatan ide-ide pada masing-
masing kelompok, lalu pada tahap ini ide-ide tersebut dibagikan
kepada kelompok lain melalui kegiatan diskusi dan tanya jawab.
Hal tersebut dimaksudkan agar dari berbagai ide-ide yang mereka
temukan, dapat ditemukan satu struktur yang integratif dari
pengetahuan yang telah dipelajari. (Zulfah, 2017)
2. Langkah-Langkah Model Kooperatif Tipe Pair Share

12
Menurut Trianto terdapat tiga tahap dalam melaksanakan pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share ini, yaitu:
a. Langkah 1: Berpikir (Thinking) Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah
yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa
menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan
bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian berpikir.
b. Langkah 2: Berpasangan (Pairing) Selanjutnya guru meminta siswa berpasangan dan
mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang
disediakan dapat menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang
diidentifikasi Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit
untuk berpasangan.
c. Langkah 3: Berbagi (Sharing) Pada langkah akhir, guru meminta
pasangan-pasngan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang
telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan
dari pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan.
3. Kelebihan Model Kooperatif Tipe Pair Share
Menurut (Novita, 2014), Kelebihan dari pembelajaran kooperatif tipe
TPS:
a. Siswa berperan aktif selama pembelajaran berlangsung
b. Dengan memberi kesempatan kepada siswa melalui kelompoknya
memungkinkan siswa mengkontruksi pengetahuannya
c. Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk belajar sendiri
d. Memotivasi siswa untuk belajar.
4. Kekurangan Model Kooperatif Tipe Pair Share
Menurut (Novita, 2014) Kekurangan dari pembelajaran kooperatif tipe
TPS:
a. Tidak mungkin semua kelompok mendapat giliran untuk menjelaskan hasil
pekerjaannyaatau menjawab pertanyaan baik dari siswa maupun dari guru
Bagi kelompok yang mengalami kesulitan atau hambatan dalam mengkomunikasikan
ide-idenya, akan merasa ketakutan jika mendapat giliran untuk menjelaskan tentang
jawaban dari penyelesaian pekerjaannya
b. Hanya kelompok yang pandai saja yang mampu menjawab pertanyaan dari guru yang
menuntut kelompok untuk berpikir tingkat tinggi.

13
C. Penelitian Yang Relevan

Sebagai peneliti untuk mengetahui posisi penelitian yang di lakukan, peneliti


memperkuat hasil penelitian nya dengan memperjelas dan memberikan perbedaan dengan
penelitian yang telah ada sebelum nya yang relevan dengan penelitian ini yang peneliti
gunakan sebagai patokan di antaranya, Tri Widya Wati berjudul Penggunaan Model
Cooperative Tipe Think Pair Share (TPS) Terhadap Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Ilmu
Pengetahuan Sosial Kelas V MIM Banarjoyo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung
Timur Tahun Pelajaran 2012/2013, dan penelitian lain yang peneliti gunakan sebagai patokan
adalah, Emilia Ersita berjudul Penggunaan Model Pembelajaan Kooperatif Tipe Think Pair
Share (TPS) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD
Negeri 1 Bumiharjo Lampung Timur Tahun Pelajaran 2016/2017.

Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan saat ini adalah
lokasi penelitian yang dilakukan, peneliti terdahulu melakukan penelitian di MIM Banarjoyo
dan SDN 1 Bumiharjo sedangkan penelitian yang dilakukakn 7 peneliti sekarang terdapat di
SDN 1 Sindang dan perbedaan lainnya adalah jumlah variabel terikatnya dan juga tahun
pelajarannya berbeda. Peneliti terdahulu menggunakan dua variabel terikat yaitu aktivitas
dan hasil belajar, sedangkan peneliti saat ini hanya menggunakan satu variabel terikat yaitu
hasil belajar. Persamaan nya adalah variabel bebasnya sama yaitu dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share Kerangka Berfikir

D. Hipotesis Tindakan
Menurut Sugiyono (2009 : 96) Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian, dimana rumusan penelitian dinyatakan dalam bentuk pertanyaan.
Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka pemikiran yang merupakan jawaban sementara
atau masalah yang dirumuskan.

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir diatas, Penggunakan model Think
Pair share di duga dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada muatan IPS materi
mata pencaharian di daerah tinggi dan rendah di SD Negeri 1 Sindang.

14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Subjek Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini mengambil lokasi di Kelas IV SD Negeri
1 Sindang yang terletak di Kecamatan Lebakwangi, Kabupaten Kuningan.
Jumlah siswanya 30 terdiri dari 10 orang siswa laki-laki dan 20 orang siswa
perempuan. Usia siswa kelas IV SD Negeri 1 Sindang Tahun Ajaran
2023/2024 berada di kisaran umur 9 Tahun – 10 Tahun. Siswa berasal dari latar
belakang orang tua yang berbeda dan mata pencahariannya orang tua siswa yang
berbeda.

B. Setting Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada semester 2 (genap) Tahun Ajaran 2023/2024. Waktu yang
dibutuhkan untuk penelitian ini yaitu selama 2 minggu. Penelitian ini dilakukan pada Bulan
Mei sampai selesai. Waktu tersebut digunakan untuk melakukan kegiatan penelitian

2. Tempat Penelitian

Dilakukan di SD Negeri 1 Sindang yang terletak di Kecamatan Lebakwangi,


Kabupaten Kuningan. Alasan penelitian ini memilih SD Negeri 1 Sindang karena
permasalahan hasil belajar dalam proses pembelajaran pada Mata Pelajaran IPS, yaitu masih
banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM yang telah ditentukan di sekolah. Hal
tersebut membuktikan bahwa hasil belajar siswa masih rendah.

C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
(classroom action research). Dalam penelitian tindakan kelas, Untuk meningkatkan hasil
belajar siswa diperlukan suatu tindakan yang dapat menumbuhkan keaktifan belajar siswa.
Menurut arikunto (2012:3) penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap
kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah
kelas secara bersama.
Sedangkan Ebbutt (dalam Wiriaatmadja,2012:12) mengemukakan bahwa “penelitian
tindakan kelas adalah kajian sistematika dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek
pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan
tindakan-tindakan dalam pembelajaran, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penelian
15
tindakan kelas merupakan suatu proses bagaimana seorang guru dapat mengorganisasikan
kondisi praktek pembelajaran di kelasnya sendiri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja
guru, sehingga hasil belajar meningkat. Dengan
menggunakan model pembelajaran TPS yang merupakan salah
satu model pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif, melalui Penelitian
Tindakan Kelas dengan menggunakan model pembelajaran TPS diharapkan akan membawa
dampak positif dalam proses kegiatan belajar mengajar serta peningkatan mutu hasil belajar
siswa.

a Prosedur Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas, salah
satu cirinya adalah dengan adanya langkah-langkah yang terukur dan
terencana dalam setiap siklus (Nur Hamim dan Husniyatus Salamah, 2009 :
14), sehingga rancangan dalam penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus.
Berikut ini adalah tahap-tahap penelitian tindakan kelas yang dilakukan
oleh peneliti :
1. Observasi Awal (Pra Tindakan untuk Mengidentifikasi Masalah)
Sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas, peneliti terlebih dahulu melakukan
penelitian pendahuluan dengan cara observasi terhadap proses dan hasil pembelajaran
yang telah dilaksanakan selama ini. Perlunya penelitian pendahuluan ini adalah untuk
menemukan permasalahan pembelajaran yang terjadi pada proses pembelajaran di kelas
IV terutama pada pembelajaran TPS. Berdasarkan hasil penelitian pandahuluan ini,
kemudian akan dilakukan perencanaan penelitian tindakan kelas untuk perbaikan
pembelajaran selanjutnya.
2. Prosedur Pelaksanan Tindakan
Peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran berdasarkan temuan- temuan masalah
yang didapat dari hasil observasi awal dan evaluasi pembelajaran Discovery Learning
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan siswa masih rendah, terutama
dilihat dari pertumbuhan sikap pecaya diri, peduli, tanggung jawab serta nilai rata-rata
hasil belajar siswa belum memadai sesuai dengan nilai KKM yang telah ditentukan. Oleh
karena itu peneliti ingin memperbaikinya dengan mengadakan pembelajaran dengan
menerapkan strategi pembelajaran model TPS Penerapan strategi mengajar ini disertai
dengan penggunaan alat peraga/media dengan tujuan untuk memudahkan siswa dalam
memahami materi pembelajaran.Pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan
tiga siklus. Siklus I merupakan dasar bagi pelaksanaan siklus II. Siklus yang kedua
merupakan perbaikan dari kelemahan-kelemahan atau kegagalan pembelajaran pada

16
siklus yang pertama. Siklus III merupakan perbaikan jika masih ada kelemahan-
kelemahan atau kegagalan pembelajaran pada siklus yang kedua. Setiap siklus melalui
empat tahapan yaitu :
a. Perencanaan ( Planning )
Tindakan untuk mengatasi masalah yang ada dalam penelitian ini yaitu belum
tumbuhnya sikap percaya diri, peduli tanggunga jawab dan rendahnya hasil belajar
siswa muatan IPS materi mata pencaharian di daerah tinggi dan rendah pada siswa
kelas IV, sehingga peneliti berkeinginan untuk menemukan solusi atau cara untuk
mengatasi masalah dengan menerapkan strategi pembelajaran yang baru yaitu
strategi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Discovery
Learning. Adapun berbagai hal yang perlu dipersiapkan adalah sebagai berikut:
1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan diterapkan dalam
proses belajar mengajar.
2) Menetapkan indikator pencapaian.
3) Menyusun perangkat pembelajaran (RPP, LKS, Bahan ajar, Media dll)
4) Menyusun instrumen penelitian, yang meliputi : lembar analisis RPP,
format penilaian pelaksanaan sikap, lembar observasi pelaksanaan
pembelajaran, soal-soal test, dan lain-lain yang berhubungan pelaksanaan
penelitian.
b. Tindakan (action)
Pada tahap ini peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pelaksanaan perbaikan
pembelajaran ini mengacu pada RPP yang telah dipersiapkan yang telah
dipersiapkan yang memuat langkah-langkah pembelajaran dengan mengacu pada
sintaks model pembelajaran TPS. Pada waktu pelaksanaan kegiatan ini peneliti
bertindak sebagai pengajar dan guru kelas bertindak sebagai pengamat (observer)
yang bertugas mengamati aktivitas guru dan siswa. Tahap ini dilaksanakan dalam 3
siklus dimana setiap silkusnya terdiri dari 2 kali pertemuan, yaitu :
Siklus I
1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan pembelajaran
TPS.
2) Melaksanakan prosedur pembelajaran dengan menerapkan TPS.
3) Melakukan observasi keefektifan model TPS yang
dilakukan peneliti, guru yang menjadi obesever dalam meningkatkan
motivasi dan hasil belajar peserta didik dalam proses pembelajaran
4) Memberikan penghargaan (reward) kepada peserta didik pada saat proses

17
pembelajaran maupun setelah pembelajaran.
5) Menganalisis data hasil belajar yang diperoleh dari hasil pembelajaran
untuk merencanakan tindakan perbaikan pada tahap selanjutnya
6) Melakukan kegiatan refleksi siklus I untuk memperbaiki dan merancang
pembelajaran menggunakan pembelajaran Discovery Learning untuk
pelaksanaan pada siklus II.
Siklus II
1) Mencari faktor yang menjadi penghambat dalam proses pembelajaran
berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi siklus I.
2) Memperbaiki proses pembelajaran agar kekurangan dan penghambat yang
ada pada siklus II tidak terjadi.
3) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran TPS dengan memberikan pemahaman
mengenai pemecahan permasalahan yang akan dipecahkan dalam proses
pembelajaran dan media dibuat semenarik mungkin.
4) Melaksanakan prosedur pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang telah dibuat dengan menggunakan model TPS.
5) Melakukan observasi keefektifan penerapan model pembelajaran
TPS yang dilakukan peneliti.
6) Memberikan penghargaan kepada peserta didik pada saat proses
pembelajaran maupun setelah pembelajaran.
7) Menganalisis yang diperoleh dari hasil observasi mengenai proses dan
hasil pembelajaran untuk merencanakan tindakan perbaikan pada tahap
selanjutnya.
8) Melakukan kegiatan refleksi siklus II untuk memperbaiki dan merancang
pembelajaran menggunakan pembelajaran TPS untuk
pelaksanaan pada siklus III
Siklus III
1) Mencari faktor yang menjadi penghambat dalam proses pembelajaran
berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi siklus II.
2) Memperbaiki proses pembelajaran agar kekurangan dan penghambat yang
ada pada siklus III tidak terjadi.
3) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran TPS dengan memberikan pemahaman
mengenai pemecahan permasalahan yang akan dipecahkan dalam proses

18
pembelajaran dan media dibuat semenarik mungkin.
4) Melaksanakan prosedur pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang telah dibuat dengan menggunakan model TPS.
5) Melakukan observasi keefektifan penerapan model pembelajaran
TPS yang dilakukan peneliti
6) Memberikan penghargaan kepada peserta didik pada saat proses
pembelajaran maupun setelah pembelajaran.
7) Menganalisis yang diperoleh dari hasil observasi mengenai proses dan
hasil pembelajaran untuk merencanakan tindakan perbaikan pada tahap
selanjutnya.
c Pengamatan (Observation)
Pada tahap ini, guru mulai menilai RPP yang telah dibuat peneliti menggunakan
lembar analisis RPP. Selanjutnya guru mengamati proses kegiatan pembelajaran
yang sedang berlangsung, diantaranya:
1) Melakukan observasi terhadap proses belajar mengajar dengan
menggunakan strategi pembelajaran model TPS.
2) Mengamati secara langsung aktivitas siswa untuk mengetahui keberhasilan
siswa dalam menerapkan strategi model pembelajaran TPS.
3) Mengamati aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, yang bertujuan
untuk mengetahui pertumbuhan sikap yang dikembangkan dalam pembelaran
siswa selama proses pembelajaran dengan menddunakan model pembelajaran
TPS.
d Refleksi (Reflection)
Pada tahap ini, peneliti mengevaluasi dan mengolah data hasil observasi dari
kegiatan perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Peneliti juga berdiskusi
dengan guru tentang hasil pengamatan dan tes uji kompetensi yang dilakukan pada
siklus I. Hasil evaluasi dan diskusi ini kemudian dibandingkan dengan indicator
kinerja yang telah dilakukan. Jika ternyata hasil evaluasi menunjukkan kecukupan
dan sesuai dengan indicator kinerja, maka penelitian tindakan dicukupkan dan
selesai, tetapi jika masih ada kekurangan dan belum sesuai dengan indicator
keberhasilan, maka akan diperbaiki pada perencanaan berikutnya untuk ditindak
lanjuti di siklus II, dan seterusnya. Berdasarkan hasil temuan selama proses
pembelajaran berlangsung, ternyata penelitian tindakan kelas ini dapat
menghasilkan kesimpulan yang sesuai dengan indikator keberhasilan di siklus III
Dengan demikian PTK ini dilakukan dalam III Siklus.

19
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui tes, observasi, wawancara dan
catatan lapangan.
a. Tes
Tes merupakan sekumpulan informasi yang didapatkan berdasarkan hasil evaluasi. Pada
penelitian ini peneliti menggunakan tes tertulis yang menuntut jawaban siswa dalam
bentuk tes tulisan. Bentuk tes tulis yang digunakan yaitu bentuk uraian (essay). Dalam
penelitian ini tes digunakan untuk mengukur keberhasilan pemahaman konsep yang
dicapai siswa pada pembelajaran IPS di kelas IV SD Negeri 1 Sindang Kecamatan
Lebakwangi Kabupaten Kuningan.
b. Observasi
Observasi merupakan suatu cara yang digunakan dalam penelitian dan dilaksanakan
secara sistematis dan logis dalam mengamati kegiatan proses pembelajaran untuk
mendapatkan data keberhasilan dan pelaksanaan pembelajaran dalam memahami suatu
konsep dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Think Pair Share pada
materi mata pencaharian di daerah tinggi dan rendah di kelas IV SD Negeri 1 Sindang
Kecamatan Lebakwangi Kabupaten Kuningan.
c. Wawancara
Wawancara digunakan untuk memperoleh informasi dari informan secara langsung.
d. Catatan Lapangan
Catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dan dialami oleh peneliti selama
kegiatan penelitian untuk pengumpulan data penelitian. Catatan lapangan digunakan
untuk mencatat hal-hal penting selama kegiatan penelitian.
2. Alat Pengumpulan Data Penelitian
a. Butir Soal
Butir soal dalam penelitian ini untuk mengukur keberhasilan siswa dalam memahami
konsep pembelajaran yang dilaksanakan setelah pembelajaran selesai. Butir soal dengan
bentuk uraian yang digunakan sesuai dengan materi yang diajarkan. Tes digunakan untuk
mengetahui pencapaian siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan.
b .Lembar Observasi
Lembar observasi dilaksanakan secara langsung dalam proses pembelajaran
dengaan mengamati, kemudian mencatat perilaku-perilaku siswa maupun guru
sesuai dengan situasi yang terjadi. Lembar observasi ini berisikan lembar

20
observasi siswa dan guru. Lembar observasi dalam penelitian ini digunakan untuk
mendapatkan data tentang aktivitas baik siswa maupun guru selama kegiatan
pembelajaran IPS di kelas IV menggunakan model Cooperative Learning tipe
Think Pair Share di SD Negeri 1 Sindang Kecamatan Lebakwangi Kabupaten
Kuningan dalam meningkatkan pemahaman konsep.
c. Lembar Wawancara
Lembar wawancara ini digunakan untuk memudahkan pewawancara mengingat kembali
mengenai wawancara yang telah dilakukan mengenai pemahaman konsep
dalam pembelajaran IPS.
d. Catatan Lapangan
Catatan lapangan digunakan untuk mencatat temuan-temuan yang ditemui peneliti dalam
penelitian yang dilakukanya. Catatan lapangan ini boleh diisi setelah peneliti melakukan
penelitian.

E. Uji Instrumen Soal


Sebelum penelitian dilakukan, instrument di uji cobakan terlebih dahulu,
agar dapat terukur validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, daya pembeda dari
instrument tes yang dibuat oleh peneliti.
a. Instrumen Tes Uji Coba
Uji coba instrument tes dilakukan pada hari Kamis 1 Juni 2023. Peneliti
melakukan uji coba instrument tes pada siswa kelas VI SDN 1 Sindang
Kecamatan Lebakwangi Kabupaten Kuningan dengan jumlah 30 siswa.Tes
berlangsung selama 60 menit dari 10 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian.
Hasil tes uji coba instrument ini dilakukan untyuk menguji soal agar
mendapatkan instrument tes hasil belajar yang baik sebelum digunakan. Uji
prasyarat instrument tes hasil belajar dalam penelitian ini meliputi uji validitas,
reliabilitas, indeks kesukaran dan daya pembeda yang dijelaskan sebagai berikut:
b. Validitas Instrumen
Hasil tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan
kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran Antara hasil tes tersebut dengan
kriterium.(Suharsimi Arikunto, 2013:85)
Rumus yang digunakan untuk menguji validitas instrumen, sebagai berikut:

Keterangan :
21
rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N : Banyaknya subjek
X : Skor item
Y : Skor total
Z Penentuan kategori dari validitas instrumen yang mengacu pada
pengklasifikasian validitas adalah sebagai berikut:
Kriteria Validitas
Koefisien Validitas (rxy) Kriteria
rxy < 0,00 Tidak Valid
0,00 ≤ rxy 0,20 Validitas sangat rendah
0,20 ≤ rxy 0,40 Validitas rendah
0,40 ≤ rxy 0,70 Validitas sedang
0,70 ≤ rxy 0,90 Validitas tinggi
0,90 ≤ rxy 1,00 Validitas sangat tinggi

c. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan.Suatu tes dapat
dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes, berhubungan
dengan masalah ketetapan hasil tes.(Suharsimi Arikunto 2013:100)
Untuk menentukan koefisien reliabilitas tesuraian digunakan rumus
Alpha(Suharsimi Arikunto 2013:122) sebagai berikut :

Keterangan :
R11 :reliabilitas yang dicari
∑ : jumlah varian skro tiap-tiap item
: varians total
Koefisien reliabilitas diinterprestasikan seperti yang terlihat pada tabel

Kriteria Reliabilitas
Koefisieb reliabilitas ( ) Kriteria
< 0,20 Sangat rendah
0,20 ≤ < 0,40 Rendah
0,40 ≤ < 0,70 Sedang
0,70 ≤ < 0,90 Tinggi
0,90 ≤ < 1,00 Sangat tinggi

22
d. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk
membedakan siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang
bodoh (berkemampuan rendah).(Suharsimi Arikunto 2007, hlm. 211)

Untuk menentukan daya pembeda (nilai D) digunakan rumus berikut:

(Suharsimi Arikunto, 2007, hlm.


213)Keterangan:
J : jumlah peserta tes
JA : banyaknya peserta kelompok
atas JB : banyaknya peserta
kelompok bawah
BA: banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB :banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
PA : proporsi kelompok atas yang menjawab benar
PB : proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

Menurut Suharsimi Arikunto (2007, hlm. 218), klasifikasi daya


pembedadinyatakan dalam tabel

Tabel Kriteria Daya Pembeda (DP)

Daya Pembeda (DP) Kriteria


DP ≤ 0,00 Jelek sekali
0,00 ≤ DP ≤ 0,20 Jelek
0,20 ≤ DP ≤ 0,40 Cukup
0,40 ≤ DP ≤ 0,70 Baik
0,70 ≤ DP ≤ 1,00 Baik sekali
e. Indeks Kesukaran

Angka indeks kesukaran butir itu besarnya berkisar antara 0,00 sampai
dengan 1,00. Semakin besar angka indeks kesukaran maka soal semakin
mudah. Jika seluruh peserta ujian menjawab dengan salah butir tersebut maka

23
soal tersebut sangat sukar dengan angka kesukaran 0,00 dan jika angka
kesukaran 1,00 maka soal sangat mudah karena dijawab dengan benar oleh
seluruh peserta tes. Indeks kesukaran butir dapat dihitung dengan formula:

Keterangan
p = indeks kesukaran butir
B = jumlah responden yang menjawab
benar,JS = jumlah responden seluruhnya.
Tabel Kriteria Indeks Kesukaran

Indeks Kesukaran Kriteria Soal


0,00 < 0,25 Terlalu sukar
0,25 < 0,75 Sedang
0,75 < 1,00 Terlalu mudah

F. Analisis Data

Analisis data yang diperoleh peneliti berupa sumber data primer dan sumber data
sekunder. Menurut sugiyono (2015:193) “sumber data primer adalah sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data”. Sumber data primer yang diperoleh
dari siswa melalui tes tertulis untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep siswa
pada pembelajaran IPS materi masalahmasalah sosial siswa kelas IV SD Negeri 1
Sindang Kecamatan Lebakwangi Kabupaten Kuningan.
Sedangkan sumber data sekunder Sugiyono (2015:193) menyatakan “sumber
yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain
atau lewat dokumen”. Data sekunder diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan
dokumentasi berupa gambar-gambar atau tulisan. Ketiga sumber data ini digunakan
untuk mengetahui seberapa besar peningkatan pemahaman konsep siswa terhadap
pembelajaran setelah mengikuti proses pembelajaran menggunakan model Cooperative
Learning tipe Think Pair Share pada mata pelajaran IPS kelas IV SD Negeri 1 Sindang
Kecamatan Lebakwangi Kabupaten Kuningan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: BumiAkasara.

Firman. (2018). Efektivitas Layanan Penguasaan Konten Menggunakan Model Pembelajaran


Kooperatif Tipe Think Pair Share untuk Meningkatkan Keterampilan Bertanya
Siswa dalam Belajar, (November), 1.

Hamalik, Oemar. 2012. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Haryati, Mimin. 2010. Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:
Gaung Persada Press.

Lubis, A. (2012). The Effect of Phase Noise, 1(1), 27–32. https://doi.org/S0022-


3999(06)00261-3 [pii]

Nasution. 2011. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta:Bumi Aksara.

Novita, R. (2014). Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
pada Materi Trigonometri Di Kelas XI IA1 SMA Negeri 8 Banda Aceh. Visipena,
5(1), 128–135.

Prastowo, A., Studi, P., Guru, P., & Ibtidaiyah, M. (2013). Female Directors and Earnings
Quality._ EBSCOhost, 1–13.

Purwanto, Ngalim. 2007. Psikologi pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Rahyubi, Heri. 2012. Teori-teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Jawa Barat:
Referens.

Rintayati, P., & Putro, S. P. (2011). Meningkatkan Aktivitas Belajar ( Active Learning ) Siswa
Berkarakter Cerdas Dengan Pendekatan Sains Teknologi (Stm) Oleh: Peduk Rintayati
Dan Sulistya Partomo Putro Prodi Pgsd Fkip Universitas Sebelas Maret Surakarta

Rifa’i, Achmaddan Catharina Tri Anni. 2011. Psikologi Pendidikan. Semarang: Unnes Press.
Ruminiati. 2007. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan SD. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Rusmono. 2012. Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu Perlu. Jakarta:
Ghaila Indonesia.

Suryosubroto, B. 2009: 16. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

25
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.

Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.

Sugiyanto. 2010. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka. Sugiyono.


2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung : Alfabeta.

Zulfah. (2017). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
Dengan Pendekatan Heuristik. Journal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, 1(2),
1–12

26

Anda mungkin juga menyukai