Anda di halaman 1dari 31

EFEKTIFITAS MODEL PJBL TERHADAP PENINGKATAN

PROFIL PELAJAR PANCASILA (P3) SISWA KELAS IV


SDN 017 PEKANBARU

Oleh:
Muhammad Nuralfian
NPM : 206910408

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2023
Kata Pengantar
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, dan junjungan-Nya Nabi
Muhammad SAW. Atas segala rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal skripsi ini untuk mata kuliah metodologi penelitian. Atas dasar
inilah penulis menyadari dengan sejujurnya tentang kekurangan yang dimiliki, namun
semuanya akan dijadikan renungan dan cambuk untuk terus memacu semangat hidup
menggali ilmu masa kini dan masa yang akan datang.
Segala saran dan kritik yang bersifat konstruktif dan membangun dari berbagai
pihak sangat diharapkan saya dalam penyempurnaan makalah ini.Akhirnya dengan
segala kerendahan hati, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih, yang tidak
terhingga atas segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan dalam penyusunan
proposal ini. Semoga amal dan kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan yang
berlipat ganda dari ALLAH SWT. Amin.

2
Kata Pengantar...................................................................................................................................2
A. Latar belakang...........................................................................................................................4
B. Identifikasi Masalah...................................................................................................................6
C. Rumusan Masalah......................................................................................................................6
D. Tujuan penelitian.......................................................................................................................6
E. Manfaat penelitian.....................................................................................................................6
F. Batasan masalah.........................................................................................................................7
G. Kajian teori................................................................................................................................7
H. Penelitian yang relavan............................................................................................................18
I. Kerangka Teoritis....................................................................................................................20
J. Hipotesis..................................................................................................................................20
K. METODE PENELITIAN.........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................30

3
A. Latar belakang
Pendidikan merupakan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan
manusia dan bagian dari pembangunan nasional. Pendidikan diharapkan
memberikan kontribusinya untuk mengembangkan generasi penerus bangsa menjadi
warga negara yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan akademik dan
bisnis di masa depan. Pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk
mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern dan sejahtera. Berdasarkan hal
tersebut, dalam rangka mewujudkan potensi diri menjadi multi kompetensi manusia
harus melewati proses pendidikan yang diimplementasikan dalam proses
pembelajaran. Hal tersebut, proses pembelajaran hendaknya bisa mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak manusia sehingga tercipta pendidikan yang
berkualitas. Selain itu untuk menciptakan siswa yang berkualitas dan mampu
menghadapi perkembangan zaman maka kebutuhan dalam metode merupakan suatu
keharusan (Indrawati, dkk, 2022).
Tujuan pendidikan di SD yaitu untuk mengembangkan kehidupan sebagai
pribadi, anggota masyarakat dan warga negara yang sesuai dengan dua
perkembanganya serta mempersiapkan siswa utuk hidup dalam masyarakat atau
melanjutkan kependidikan menengah. Peningkatan kualitas sumber daya manusia
sejak dini merupakan hal penting yang harus dipikirkan secara sungguh-sungguh.
Hal ini akan terwujud bila di sekolah tersebut tersedia guru-guru yang berkualitas
dan profesional yang secara terus menerus mengembangkan profesionalismenya
sesuai dengan pengembangan kemajuan ilmu pengetahuan (Prasad. C, dkk, 2020).
Pada penyempurnaan pendidikan karakter Menteri Pendidika dan Kebudayaan
(Mendikbud) telah menjadikan Profil Pelajar Pancasila sebagai salah satu visi dan
misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagaimana tertuang dalam
Permendikbud Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020- 2024. Adapun yang melatar belakangi
munculnya Profil Pelajar Pancasila adalah kemajuan pesat teknologi, pergeseran
sosio-kultural, perubahan lingkungan hidup, dan perbedaan dunia kerja masa depan
dalam bidang pendidikan pada setiap tingkatan dan bidang kebudayaan. Profil
Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang
hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman bertakwa kepada Tuhan YME, dan
berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis,
4
dan kreatif. Keberadaan Profil Pelajar Pancasila ini diharapkan berjalan dengan
lancar dan terealisasi dengan baik sehingga menghasilkan pelajar-pelajar Indonesia
yang berakhlak mulia, memiliki kualitas yang dapat bersaing secara nasional
maupun global, mampu bekerjasama dengan siapapun dan dimanapun, mandiri
dalam melaksanakan tugas, meniliki nalar yang kritis, serta mempunyai ide-ide
kreatif untuk dikembangkan. Pelajar Indonesia harus punya motivasi tinggi untuk
maju dan berkembang menjadi pelajar yang berkualitas internasional dengan
karakter nilai kebudayaan lokal (Shofa. N. A 2021)
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran Project
Based Learning. Dengan menerapkan model pembelajaran Project Based Learning
siswa akan dituntut untuk berpikir kritis dan bertindak aktif. Sedangkan guru
bertugas sebagai motivator, fasilitator yang mengarahkan dan membimbing siswa
dalam menyelesaikan suatu proyek pembelajaran. Model pembelajaran Project
Based Learning merupakan sebuah metode pembelajaran yang menggunakan
masalah sebagai langkah awal dalam pengumpulan dan mengintegrasikan
pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam aktivitas secara nyata.
Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model Project Based Learning siswa akan
diberi permasalahan awal, kemudian membuat desain proyek, menyusun
penjadwalan, memonitor kemajuan proyek, penilaian hasil, dan pelaksanaan evaluasi
pengalaman. Siswa tidak hanya belajar secara teori akan tetapi siswa juga belajar
secara praktik dalam kehidupan nyata. Sehingga siswa dapat menemukan informasi-
informasi yang diperlukannya, dan mendapat pengalaman yang selalu diingatnya
(Ulya. F, dkk, 2020)
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru kelas IV di SDN 017
Pekanbaru pada hari kamis tanggal 12 Januari 2023 yang telah peneliti laksanakan,
SDN 017 baru saja menerapkan Kurikulum Merdeka selama 1 tahun, selama
penerapan kurikulum merdeka guru belum menerapkan model pembelajaran project
based learning, guru baru menggunakan model pembelajaran seperti masih
menggunakan medel pembelajaran diskusi, model pembelajaran inquiri, dan
menggunakan pembelajaran sambil bermain game. Masalah anak pada saat
kurikulum merdeka ini anak masih saja malas dalam membaca buku. Salain itu
peneliti juga menemukan beberapa masalah pada karakter peserta didik, belum
sepenuhnya mencerminkan perilaku yang menggambarkan Profil Pelajar Pancasila
(P3) yang memiliki perilaku sesuai dengan nilai-nilai pancasila salah satunya seperti,
5
bergontong royong, mandiri, berkebinikaan global, bernalar kritis, dan kreatif. Nilai
pancasila gotong royong terlihat masih membuang sampah sembarangan. Nilai
pancasila berkebhinekaan global terlihat anak masih saja saling mengejek dan masih
saja memilih dalam berteman. Nilai pancasila mandiri terlihat dari anak masih
mengabaikan tugas dan tidak menyelsaikan tugas yang diberi guru. Nilai pancasila
kreatif terlihat dari kurang hal-hal yang menarik atau karya hasil tangan dari peserta
didik di sekolah tersebut.
Berdasarkan permasalahan di atas peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul
“Efektifitas Model PJBL Terhadap Peningkatan Profil Pelajar Pancasila (P3).”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dilihat bahwa masalah
anak pada saat kurikulum merdeka ini anak masih saja malas dalam membaca buku.
Hal ini berdasarkan dari model pembelajaran yang digunakan di lembaga pendidikan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang terdapat di atas, maka rumusan
masalahnya yaitu : “Apakah model pembelajaran Project Based Learning (PJBL)
Efektif terhadap penanaman P3 siswa kelas IV?”
D. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan model
pembelajaran Project Based Learning terhadap terhadap penanaman P3 siswa kelas
IV.
E. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoretis
a. Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada pengembangan ilmu pengetahuan dan pada dunia pendidikan
khususnya.
b. Mendukung teori yang telah ada dan memberikan pengetahuan tentang
model Project Based Learning terhadap penanaman P3 sebagai referensi
dan sumber acuan untuk peneliti peneliti yang akan meneliti.
c. Memberikan informasi bagi pihak terkait tentang model Project Based
Learning terhadap penanaman P3 untuk diaplikasikan dalam proses
pembelajaran siswa kelas IV.
2. Manfaat Praktis
6
a. Bagi Guru
1) Dapat memberikan masukan pada guru di sekolah tempat penelitian
dalam upaya meningkatkan proses pembelajaran.
2) Memberikan informasi bagi guru dan menentukan model pembelajaran
yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.
b. Bagi Sekolah
Memberikan sumbangan penelitian dalam dunia pendidikan yang
berkaitan dengan upaya meningkatkan proses pembelajaran dan mutu
pendidikan.
c. Bagi Peneliti
Sebagai bahan referensi bagi pihak lain yang akan melakukan penelitian
berikutnya dan dapat menjadi sumbangan pemikiran untuk kemajuan dunia
pendidikan.
F. Batasan masalah
Berdasarkan identifikasi masalah maka penelitian ini akan dibatasi pada :
1. Model Pemblajaran yang digunakan yaitu model Project Based Lerning.
2. Cara berfikir pada penelitian ini dibatasi cara berpikir secara P3
3. Penelitian ini dilakukan di sekolah SDN 017 Pekanbaru
G. Kajian teori
1. Efektiftas
Kata efektif berasal dari bahasa inggris essective atinya berhasil, sesuatu
yang dikerjakan secara berhasil dengan baik. efektivitas memiliki konsep
yang luas, memiliki beberapa faktor didalamnya maupun diluar. Efektivitas
memiliki hubungan antara output dengan tujuan. Jika besar kontribusi output
terhadap pencapaian tujuan maka semakin efektif organisasi, program, atau
kegiatan. (Amka, 2020:15)
Menurut Miarso (dalam Rohmawati 2015:16) efektifitas pembelajaran
merupakan salah satu standar mutu pendidikandan sering kali diukur dengan
tercapainya tujuan, yang dapat diartikan sebagai ketepatan dalam mengelola
suatu situasi “doing the right things”
Menurut pendapat Supardi (dalam Rohmawati 2015:16) pembelajaran
efektif yaitu kombinasi yang tersusun meliputi manusiawi, material, fasilitas,
perlengkaoan dan proseur diarahkan untuk mengubah sikap peserta didik
dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa untuk mencapai tujuan
7
pembelajaran.
Efektifitas yaitu suatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang
ditimbulkan, manjur, membawahasil dan merupakan keberhasilan dari suatu
usaha atau tindakan, efektifitas dapat dilihat dari seberapa pencapaian
tidaknya tujuan instruksional khusus yang telah direncanakan. (Rudh. A,
2017)
Guna dari keefektifan pembelajaran yaitu dapat diperoleh setelah
pelasanaan proses belajar mengajar. Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika
memenuhi pesyaratan utama dari keefektifan pengajaran :
a. Presentasi waktu ketika belajar
b. Perilaku saat melaksanakan tugas
c. Ketepatan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa
d. Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif
2. Model pembelajaran
Model Pembelajaran merupakan suatu proses mengajar dan belajar
yang dirancang dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan
belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Berhasil atau tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada bagaimana proses belajar yang
dialami oleh peserta didik sebagai anak didik.
Menurut Mulyani (dalam Prihatin, 2019 : 5) mengungkapkan, bahwa
model pembelajaran merupakan suatu pola atau rencana yang dipakai oleh
guru untuk mengorganisasikan materi pembelajaran, maupun kegiatan peserta
didik yang dapat dijadikan sebagai petunjuk bagaimana guru mengajar dikelas.
Pendapat Rusman (dalam Prihatin, 2019:7) model pembelajaran
memiliki ciri-ciri diantarany :
1. Model ini dirancang agar melatih kelompok demokrasi
2. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan, misalnya model berpikir induktif
dirancang agar mengembangkan proses berpikir induktif
3. Bisa dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar
dikelas.
4. Memiliki bagian-bagia model yang dinamakan urutan langkah-langkah
pembelajran (sinteks), dan beberapa prinsip-prinsip reaksi, sistem sosial,
dan sistem pendukung.
5. Ada dampak berbagai akibat terapan model pembelajaran

8
6. Membuka periapan mengajar.
Berdasarkan pemaparan diatas, Peneliti menyimpulkan bahwa model
pembelajaran merupakan suatu cara atau rencana yang digunakan sebagai
kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam sebuah
proses yang dilakukan oleh guru untuk mendapatkan perubahan yang baru,
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran
berfungsi sebagai pedoman bagi perencana pembelajaran atau guru dalam
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Model pembelajaran perlu
dipahami oleh guru agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif
dalam meningkatakan hasil belajar. Dalam penerapan model pembelajaran
harus dilakukan dengan kebutuhan peserta didik karena masing-masing
model memiliki tujuan, prinsip, dan tekanan utama yang berbeda.
a. Model Pembelajaran Project Based Learning
1) Pengertian Project Based Learning
Pembelajaran Project Based Learning adalah sebuah model
pembelajaran inovatif dan lebih menekankan pada pembelajaran
kontekstual melalui kegiatan yang kompleks. Pembelajaran berbasis
proyek memiliki potensi yang besar untuk memberi pengalaman belajar
yang lebih menarik dan bermakna bagi siswa. Model pembelajaran
Project Based Learning merupakan model pembelajaran yang
menggunakan proyek/ kegiatan sebagai media. Guru menugaskan siswa
untuk melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan
informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Model
pembelajaran ini menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam
mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan
pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. yaitu menggunakan
keaslian, proyek dunia nyata, yang sangat memotivasi dan menarik
pertanyaan, tugas, atau masalah untuk mengajarkan isi akademik siswa
dalam konteks bekerja sama untuk memecahkan masalah (Indrawan. E,
dkk, 2018)
Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang
menggunakan masalah sebagai langkah awal untuk mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan yang baru berdasarkan pengelaman
secara aktivitas yang nyata. Model pembelajaran proyek ini diracang
9
agar dapat digunakan dalam permasalahan konpleks yang diperlukan
peserta didik agar bisa melakukan investigasi dan memahaminya.
Pembelajaran berbasis proyek ini juga memberikan kesempatan untuk
peserta didik menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai
cara yang bermakna bagi dirinya, dan bisa melakukan ekperimen secara
kolaborasi. (Prihatin. Y, 2019:9)
Project Based Learning adalah model pembelajaran dan pengajaran
yang menekankan pembelajaran yang berpusat pada siswa dalam suatu
proyek, sehingga memungkinkan siswa untuk membangun
pembelajarannya sendiri kemudian akan mencapai puncaknya dalam
suatu hasil yang realistis, seperti karya yang dihasilkan oleh siswa
sendiri. Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran Project Based Learning merupakan model pembelajaran
yang menggunakan proyek/ kegiatan sebagai sarana pembelajaran untuk
mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan ketrampilan.
Pembelajaran ini menekankan pada aktivitas siswa untuk memecahkan
masalah dengan menerapkan ketrampilan meneliti, menganalisis,
membuat, sampai dengan mempresentasikan produk pembelajaran
berdasarkan pengalaman nyata. Model ini memperkenankan siswa untuk
bekerja secara mandiri maupun berkelompok dalam mengkonstruksikan
produk autentik yang bersumber dari masalah nyata dalam kehidupan
sehari-hari (Dedy. W, 2019)
2) Prinsip-Prinsip Project Based Learning
Project Based Learning mempunyai beberapa prinsip, yaitu: (Mali. Y. C.
G 2016)
a) Prinsip sentralistis (centrality) proyek dalam Porject Based Learning
(PJBL) adalah pusat atau inti kurikulum, bukan perlengkapan
kurikulum. Proyek yang dimaksud adalah strategi pembelajaran,
dimana pelajar mengalami dan belajar konsep- konsep inti suatu
disiplin ilmu melalui proyek.
b) Pertanyaan pendorong (driving question) Proyek dalam Project Based
Learning terfokus pada pertanyaan atau masalah, yang mendorong
pelajar menjalani konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti atau pokok
dari disiplin ilmu.
10
c) Investigasi konstruktif (constructive investigasion) Proyek melibatkan
pelajar dalam investigasi konstruktif. Investigasi berupa

11
proses desain, pengambilan keputusan, penemuan maslah, pemecahan
masalah, discoveri, atau proses pembangunan model.
d) Otonomi (autonomy) Proyek Project Based Learning mengutamakan
otonomi, pilihan waktu kerja yang tidak bersifat rigid, dan tanggung
jawab pelajar terhadap proyek dan pembelajaran.
e) Realistis (realism) Project Based Learning melibatkan tantangan-
tantangan kehidupan nyata, berfokus pada pertanyaan atau masalah
autentik, dan pemecahannya berpotensi untuk diterapkan dilapangan
yang sesungguhnya.
3) Manfaat Model Project based learning (PJBL)
Manfaat yang akan diperoleh dalam penerapan model pembelajaran
berbasis proyek yaitu : (Widyastuti Ana, 2022:10)
a. Peserta didik menjadi pembelajaran yang lebih aktif
b. Kegiatan pembelajaran menjadi lebih interaktif atau multiarah
c. Pembelajaran menjadi terpusat pada peserta didik
d. Guru berperan sebagai fasilitator pembelajaran
e. Mengembangkan peserta didik menjadi lebih berpikir tingkat tinggi
f. Proyek memberikan kesempatan kepada peserta didik mengelola
(manajemen) sendiri kegiatan atau aktivitas penyelesaian tugas
g. Peserta didik bisa memahami konsep atau pengetahuan secara
dalam.
4) Langkah-langkah Model project based learning (PJBL)
Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran berbasis proyek
dapat dijelaskan berikut : (Widyastuti, 2022:20)
a. Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With The Essential
Question)
Pembelajaran yang dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu
pertanyaan yang dapat memberikan penugasan peserta didik
dalam melakukan sesuatu aktivitas. Mengambil topik sesuai
dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah

12
investigasi mendalam. Guru berusaha agar topik yang diangkat
relavan untuk peserta didik.
b. Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan For The Project)
Perencanaan dilakukan secara kolaborasi antara guru dan peserta
didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa
“memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang
aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam
menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan
berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan
yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
c. Menyusun Jadwal (Create a Schedule)
Guru dan peserta didik menyusun secara kolaboratif menyusun
jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada
tahap ini antara nya yaitu:
a) Membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, dan
b) Membuat deadline penyelesaian proyek.
d. Memonitor Peserta Didik Dan Kemajuan Proyek (Monitor the
Students and the Progress of the Project)
Guru bertanggung jawab untuk melakukan monitir terhadap
aktifitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring
dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap
proses. Dengan kata lain, guru berperan menjadi mentor sebagai
aktifitas peserta didik. Untuk mempermudah proses monitoring,
dibuat sebuah rubik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas
yang penting.
e. Menguji Hasil (Assess the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur
ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan
masing-masing peserta didik, memberi umpan balik tentang
tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik,

13
membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran
berikutnya.
f. Mengefaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)
Pada akhir proses pembelajaran, guru dan peserta didik
melakukan refleksi terhadap aktifitas dan hasil proyek yang
sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu
maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk
mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama
menyelsaikan proyeknya.
Guru dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka
memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada
akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk
menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama
pembelajaran.
5) Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek
Kelebihan pembelajaran berbasis proyek antara lain: (Nurzaman. A
2016)
a) meningkatkan motivasi siswa
b) meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
c) meningkatkan kolaborasi
d) meningkatkan keterampilan mengelola sumber
e) meningkatkan keaktifan siswa
f) Meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa
g) meningkatkan keterampilan siswa dalam mencari informasi
h) mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan
komunikasi
i) memberikan pengalaman kepada siswa dalam mengorganisasi
proyek
j) memberikan pengalaman dalam membuat alokasi waktu untuk
menyelesaikan tugas
k) menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan siswa sesuai
dunia nyata

14
l) membuat suasana belajar menjadi menyenangkan
Di samping kelebihannya model pembelajaran Project Based
Learning (PJBL) juga memilki kelemahan, diantaranya:
a) Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
b) Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
c) Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional,
di mana instruktur memegang peran utama di kelas.
d) Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
e) Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan
pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
f) Ada kemungkinan peserta didikyang kurang aktif dalam kerja
kelompok.
g) Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok
berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik
secara keseluruhan. Pembelajaran berbasis proyek didukung oleh
teori belajar konstruktivistik, yang bersandar pada ide bahwa
siswa membangun pengetahuannya sendiri. Pembelajaran
matematika menggunakan model pembelajaran Project Based
Learning dengan pendekatan matematika dalam kehidupan sehari
hari, dapat mendorong siswa dalam mengumpulkan
informasiinformasi yang berkaitan dengan lingkungannya. Ketika
pembelajaran ini diterapkan dalam pembelajaran kolaboratif
dengan pembagian kelompok kecil, siwa dapat terlibat dalam
proses interaksi dengan teman sejawat dan membantu proses
konstruksi pengetahuan, serta dapat meningkatkan ketrampilan
siswa dalam memecahkan masalah secara kolaboratif dengan
diskusi kelompok.
b. Profil Pelajar Pancasila
1) Pengertian profil pelajar pancasila
Perubahan tentang kebijakan kurikulum didalam pendidikan
diputuskan oleh Kemendikbud Ristek Nomor 162/M/2021 mengenai

15
sekolah penggerak yang menerapkan Kurikulum Merdeka, kurikulum ini
dijadikan pilihan terakhir dan dapat diterapkan dalam satuan pendidikan
ditahun 2022-2024. Dibentuknya kebijakan ini karena adanya suatu
penurunan kualitas pembelajaran yang dirasakan di dalam dunia pendidikan
selama adanya pandemi covid-19 yang disebut dengan (Learning loss).
Kurikulum merdeka merupakan kurikulum berbasis kompetensi yang dapat
mendukung pemulihan pembelajaran melalui kegiatan intrakulikuler dan
kokurikuler (projek). Dalam kurikulum ini terdapat program yakni Profil
Pelajar Pancasila, merupakan bentuk perwujudan pelajar sepanjang hayat
yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila. Profil Pelajar Pancasila dirancang untuk menjawab suatu
pertanyaan besar, tentang peserta didik dengan kompetensi seperti apa yang
ingin dihasilkan. Tentunya berkaitan dengan Visi Pendidikan di Indonesia
yakni mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan
berkepribadian melalui terciptanya pelajar Indonesia. Latar belakang
terbentuknya Profil Pelajar Pancasila yaitu rendahnya sumber daya manusia
yang memiliki jiwa katakter sesuai nilai- nilai Pancasila didalam lingkup
pendidikan yang mulai dilupakan. Diketahui bahwa pendidikan merupakan
bentuk usaha yang dilakukan untuk menuntun peserta didik mengapai potensi
yang dimilikinya. Berdasarkan UU N0.20 Tahun 2003, Pasal 3 tentang
Pendidikan Nasional yaitu Pendidikan Nasional bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar taat kepada Tuhan Yang Maha
Esa, Berakhlak Mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi
negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Maka dari itu peran
pendidikan Nasional tidak hanya tentang kapasitas pembelajaran dan
pengetahuan yang dimiliki tetapi juga dalam pembentukan karakter peserta
didik.
Perspektif lain yang Ki Hajar Dewantara katakana “Ing Ngarso Sung
Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani”. yang berarti
bahwa pendidik berperan sangat penting terhadap pembentukan karakter
kepada peserta didik dalam sebuah pendidikan. Pendidikan menjadi teladan
yang baik apabila berada didepan, menjadi motivasi jika

16
berada ditengah, dan pendidik menjadi pendorong peserta didik dibelakang.
Sesuai dalam kurikulum Merdeka memberikan sebuah kebebasan
pembelajaran kepada satuan pendidikan, guru, dan siswa secara fleksibelitas
dan menyenangkan. Artinya meberikan kemerdekaan dalam belajar sesuai
dengan minat dan bakat yang disukainya dengan tetap menekankan
pendidikan karakter didalamnya melalui program Profil Pelajar Pancasila
Profil Pelajar Pancasila ini diterapkan dalam satuan pendidikan melalui
kegiatan budaya sekolah, intrakulikuler, kokurikuler (projek) dan
ekstrakulikuler. (Zahrotum. B, 2021)
2) Ciri-ciri Profil Pelajar Pancasila
Sesuai dalam rencana strategis pada tahun 2020-2024 yang terdapat
dalam peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2020
tentang Pelajar pancasila merupakan perwujudan sebagai pelajar sepanjang
hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-
nilai Pancasila dengan 6 profil utama sebagai berikut: (Akhsan. A 2022)
a) Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia
Peserta didik yang beriman, betakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berakhlak mulia adalah peserta didik yang selalu melibatkan segala
urusannya kepada Tuhan YME. Menganut kepercayaannya dan memahami
ajaran agama di dalam kehidupan sehari-hari. Serta menjalankan apa yang
diperintahkan dan menjauhi segala macam laranganNya agar terhindar dari
perbuatan yang merugikan bagi dirinya maupun orang lain. Bentuk usaha
yang dapat dilakukan dalam profil beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berakhlak mulia ini dengan cara dapat menghargai
bermacam jenis ciptaan Tuhan baik di dalam lingkungan tempat tinggal
maupun masyarakat (Dwi J. 2012)
b) Berkebhinekaan Global
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Bhineka yang
mempunyai arti keberagaman, dan kebhinekaan mempunyai arti berbeda-
beda atas banyaknya keberagaman yang ada. Melalui profil ini seseorang

17
diharapkan mempunyai identitas diri yang matang, serta menunjukkan
resprestasi tentang budaya luhur bangsannya dan memiliki pemikiran
terbuka atas keberagaman budaya orang lain. Hal ini merujuk kepada
semboyan bangsa Indonesia yaitu “Bhineka Tunggal Ika” yang mempunyai
bentuk perwujudan untuk dapat menghargai adanya perbedaan agama, suku,
ras, dan budaya yang harus dikenal dan dihargai. Tanpa adanya rasa
terpaksa untuk melakukannya, serta kebhinekaan ini tidak hanya
menjadikan dasar untuk pemahaman terhadap budaya sendiri melainkan
juga bagi lintas budaya (Ifa.H 2021)
c) Bergotong Royong
Secara umum gotong royong mempunyai arti bekerja sama yang
dilakukan oleh individu dengan kelompok untuk mencapai tujuan dan 16
kepentingan bersama. Perlu ditanamkan sejak dini dalam lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat karena memiliki peran untuk menghadapi
era globalisasi. Melalui kegiatan gotong royong menjadikan suatu pekerjaan
yang dilakukan secara bersama-sama menjadi mudah, cepat dan ringan.
Profil gotong royong ini menjadikan pelajar yang mampu melakukan
kegiatan secara bersama-sama, peduli terhadap lingkungan sekitarnya,
berkolaborasi untuk kepentingan dan tujuan bersama dan ikut sera untuk
meringankan masalah yang dihadapi dalam lingkungan sekitarnya (Ivan. R,
2016)
d) Mandiri
Mandiri adalah bentuk rasa tanggung jawab yang dimiliki peserta didik
terhadap proses ataupun hasil dari kegiatan belajar yang telah dilakukannya.
Bentuk karakter mandiri ini tentunya harus ditanamkan sejak dini agar dapat
berdampak pada perubahan sikap, perilaku, dan tindakan yang
membawanya mempunyai rasa percaya diri akan kemampuan yang dimiliki
tanpa tergantungan terhadap bantuan orang lain. Kemandirian ini dilakukan
atas dasar kemauan dari dalam diri sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung
jawab sendiri. Peserta didik dapat mengontrol kapan waktunya melakukan
hal yang disukainya maupun tidak dan peserta didik yang mandiri
cenderung termotivasi untuk

18
mencapai prestasi yang membuatnya bangga akan hasil yang didapatkan
secara mandiri (Widodo. T, 2012)
e) Bernalar Kritis
Bernalar kritis merupakan bentuk kemampuan yang harus dimiliki oleh
peserta didik untuk menyaring, mengolah, informasi yang di dapatkan.
Dengan cara menganalisis sebuah informasi yang didapatkan sebelum
diterima oleh pemikirannya sendiri. Menurut bernalar kritis perlu untuk
diterapkan pada diri peserta didik untuk dijadikan dasar proses kognitif
untuk memcahkan suatu permasalahan yang dihadapi, mengolah informasi
yang didapatkan, Berfikir kritis menjadikan peserta didik berfikir secara
rasional dalam mengambil sebuah keputusan, yang mana memerlukan
pertimbangan yang dilakukan agar dapat menghasilkan pertimbangan
penyelesaian masalah yang dihadapi. Ketika peseta didik mampu bernalar
kritis artinya dapat menerima informasi secara objektif dengan megaitkan
informasi yang didapatkan, menganalisis, dan mengevaluasi, serta
menyimpulkan informasi yang di dapat (Nurhayati. N, 2014)
f) Kreatif
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kreatif diartikan
sebagai seseorang yang memiliki daya cipta, dan memiliki kemampuan
untuk menciptakan sesuatu. Kreatifitas yang dimiliki oleh seseorang
bukanlah potensi dari hasil pewarisan genetik, namun kepada kamampuan
yang dibentuk dan terbentuk dari pengalaman yang didapatkan (Masona. M,
2017)
H. Penelitian yang relavan
1. Lesmana. C, et al (2015), penelitian ini berjudul Efektivitas Model Project
Based Learning (PjBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Stkip
Pgri Pontianak, adapun (PjBL) hasil penelitian ini yaitu Model pembelajaran
PjBL lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar mahasiswa di Program
Studi PTIK STKIP PGRI Pontianak pada mata kuliah Pemrograman Visual 1
dibanding model pembelajaran konvensional dengan metode tutorial. Hal
tersebut dapat dilihat dengan

19
nilai rata-rata posttest. Hal ini dapat dilihat dengan nilai rata-rata posttest.
Nilai rata-rata posttest kelompok eksperimen A 44,9722, kelompok
eksperimen B 42,4722, kelompok kontrol A 40,5556, dan kelompok kontrol
B 37,5882. Pada tabel hasil One Way Anova didapatkan nilai kuadrat antar
kelompok sebesar 1020.086 dengan rata-rata kuadrat 340,029. Jumlah
kuadrat diantara kelompok 11339,069 dengan rata-rata kuadrat 82,167. Besar
F hitung adalah 4,138 dengan signifikan 0,001.
2. Hamidah.I, et al (2021), penelitian ini berjudul Efektivitas Model
Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) terhadap Minat Dan Hasil
Belajar Siswa, Adapun hasil dari penelitian ini yaitu : Berdasarkan hasil uji-t
posttest hasil belajar siswa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil
belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Project Based
Learning (PjBL) terhadap hasil belajar siswa di SMA Negeri 4 Seluma.
Model pembelajaran PjBL berpengaruh terhadap minat dan hasil belajar
siswa di SMA Negeri 4 Seluma dengan data angket minat dan hasil belajar
siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.
3. Prakasa. R. E. M, et al (2022) penelitian ini berjudul Efektifitas Penerapan
Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) Terhadap Peningkatan
Pemahaman Siswa Pada Mata Pelajaran Pekerjaan Dasar Di Smk Rajasa
Surabaya, Adapun hasi dari penelitian ini yaitu Ada yuridiksi yang signifikan
penerapan model pembelajaran project based learning terhadap
meningkatnya pemahaman dilihat dari hasil belajar siswa pada mata
pelajaran pekerjaan dasar di SMK Rajasa Surabaya, Penerapan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran project based learning pada mata
pelajaran pekerjaan dasar cukup efektif meningkatkan pemahaman
berdasarkan hasil belajar siswa kelas X pada mata pelajaran pekerjaan dasar
pada SMK Rajasa Surabaya.
4. Chasanah. A. R. U, et al (2016) penelitian ini berjudul Efektivitas Model
Project Based Learning (PjBL) terhadap Keterampilan Proses Sains dan
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Pokok Bahasan Kalor Kelas X
SMAN 1 Wonosegoro Tahun Pelajaran 2014/2015, Adapun hasil penelitian
ini yaitu Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan dari penerapan model project based learning
20
(PjBL) terhadap kemampuan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains
siswa. Hal tersebut ditunjukkan pada perbedaan hasil nilai rata-rata dari kelas
eksperimen dan kelas kontrol, dimana nilai rata-rata tes dan observasi pada
kelas eksperimen lebih besar dibanding dengan kelas kontrol. Selain itu juga
dari hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dari hasil
belajar berupa kemampuan berpikir kreatif antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol, dan juga terdapat perbedaan keterampilan proses sains siswa antara
kelas eksperimen dan kontrol pada materi kalor
I. Kerangka Teoritis
Berdasarkan latar belakang masalah serta mengacu pada teori-teori yang telah
diuraikan pada tinjauan pustaka di atas serta hasil penelitian yang relevan, maka
prosedur pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada kerangka teorotik berikut:
Gambar 2.1 Kerangka teoritik
Proses Pembelajaran

Model project based


learning (PJBL)

Profil Pelajar Pancasila

Efektivitas Model
PJBL

J. Hipotesis
Hipotesis merupakan prediksi mengenai kemungkinan hasil dari suatu
penelitian. Hipotesis memiliki sifat yang sementara terhadap permasalahan yang
diajukan dalam penelitian. Hipotesis belum tentu benar, bener tidaknya suatu
hipotesis tergantung hasil pengujian dari data empiris dan permasalahan yang perlu
diuji kebenarannya melalui analisis. Adapun hipotesis pada penelitian ini yaitu:
H0: Tidak ada pengaruh model pembelajaran Project Based Learning (PJBL)
terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik.
H1 : Ada pengaruh model pembelajaran Project Based Learning (PJBL) terhadap

21
kemampuan berpikir kritis peserta didik.
K. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif dengan
menggunakan metode ekperimen. Penelitian eksperimen digunakan untuk
mengetahui pengaruh sebab dan akibat antara variabel X terhadap variabel
Y. (Sugiyono, 2021:127). Penelitian ekperimen ialah suatu model penelitian
yang menunjukan suatu stimulus, lalu mengobservasi sebab atau akibat dari
suatu perubahan stimulasi obyek yang dikenai stimulasi ( Rahmi. E, 2021:36)
Data yang didapatkan dijadikan pembandingan setelah mengunakan
model pembelajaran project based learning (PJBL). Untuk melihat keefektifan
peserta didik dalam proses pembelajaran melalui model PJBL ini maka
dilakukan uji beda (t-test).
Desain penelitian ini yaitu penelitian pre-eksperimen dengan
menggunakan jenis one-group pretest-posttest design bertujuan agar bisa
mengetahui cara membandingkan nilai postes dengan pretes. Jika nilai postes
lebih besar dibandingkan dengan nilai pretes, maka bisa dikatakan perilaku
berpengaruh positif. Sugiyono (2021:130) menyatakan bahwa desain ini
terdapat pretest, sebelum di lakukan percobaan. Dengan begitu hasil percobaan
dapat diketahui lebih akurat, karna bisa dibandingkan dengan keadaan sebelum
diberi percobaan.
Gambaran desain one-group pretest-posttest design
𝑶𝟏 𝑿 𝑶𝟐

𝑜1 : Nilai Pretest sebelum diberi diklat


𝑂2 : Nilai Posttest setelah diberi diklat Pengaruh diklat terhadap prestasi kerja
pegawai =𝑂2−𝑂1
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 017 Pekanbaru, yang beralamatkan Jl.
Kempas No.9, Pandau Jaya, Kec. Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Riau
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Dalam suatu penelitian tentu diperlukan adanya suatu objek yang akan
22
dijadikan sebagai sasaran penelitian, yaitu sering disebut dengan objek
penelitian sebab itu, sebelum penelitian dilaksanakan maka penelitian perlu
untuk menetapkan terlebih dahulu objek penelitian yang disebut dengan
istilah populasi dan sampel.
Sugiyono (2021:144) berpendapat bahwa populasi iyalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas : obyek/subjek yang memiliki kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
ditarik kesimpulannya. Populasi pada penelituan ini yaitu seluruh peserta
didik kelas IV SDN 017 Pekanbaru.
Jumlah peserta didik kelas IV di SDN 017 Pekanbaru
No Kelas Jumlah Peserta
Didik
1 IV A 25 orang
2 IV B 26 orang
3 IV C 25 orang
Jumlah 76 orang
b. Sampel
Menurut Sugiyono (2021:146) sampel merupakan bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan tidak
memungkinkan si peneliti memperlajari semua yang ada pada populasi
semisalnya keterbatasan dana, tenaga maupun waktu, maka peneliti bisa
menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.
Adapun teknik pengmabilan sampel yang dipakai adalah dengan teknik
purposive sampling. Menurut Sugiyono (2021:153) purposive sampling
merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu sehingga
data yang diperoleh lebih representative dengan proses penelitian yang
kompetem dibidangnya. Maka dapat dikatakan bahwa purposive sampling
adalah pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel
yang diperlukan oleh peneliti.
Berdasarkan hal diatas, maka peneliti bisa menyimpulkan bahwa
purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara
memilih anak disekitaran yang dianggap dapat mendukung pelaksanaan
penelitian. Yang akan menjadi sampel peneliti yaitu di kelas IV C yang
jumlah peserta didiknya 25 orang di SDN 017 Pekanbaru. Adapun peneliti
23
memilih kelas IVC ini karna guru kelas belum menerapkan model PJBL
dalam proses peningkatan P3 dikurikulum merdeka.
4. Metode dan Pengumpulan Data
Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini. Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik seperti :
a. Observasi / pengamatan
Observasi ataupun pengamatan merupakan aktivitas keseharian manusia
dengan memakai panca indra mata selaku perlengkapan bantu utama. Dari
uraian ini yang diartikan dengan tata cara observasi pengumpulan informasi
yang digunakan buat pengumpulan data, data-data yang diamati oleh
penulis. Suatu aktivitas pengamatan baru dikategorikan selaku kegiatan
pengumpulan informasi riset apabila mempunyai kriteria selaku berikut.
1) Pengamatan digunakan dalam riset serta sudah direncanakan seca
sistematis
2) Pengamatan wajib berkaitan dengan tujuan riset yang telah diresmikan
3) Pengamatan tersebut dicatat secara sistematis serta dihubungkandengan
proposisi iniversal bukan dipaparkan selaku suatu yang Cuma menarik
atensi
4) Pengamatan bisa dicek serta dikontrol menimpa validitas dan
reliabilitasnya.
Bagi Sugiyono metode pengumpulan dengan observasi digunakan apabila,
riset berkenaan dengan sikap manusia, proses kerja, tanda-tanda alam serta
apabila responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiono, 2021:239).
Adapun observasi yang akan dilakukan untuk memperoleh data yang
berkaitan dengan proses pembelajaran menggunakan model project based
learning di SDN 017 Pekanbaru. Observasi dilaksanakan dengan cara
pengamatan langsung yang dilakukan tanpa perantara terhadap objel yang
akan diteliti menggunakan alat pengumpulan data berupa lembaran
observasi. Peneliti akan berkolaborasi dengan guru wali kelas untuk
melakukan kegiatan tersbut. Peneliti hanya menjadi pengamat dari kegiatan
yang akan diterapkan.
b. Tes
Tes adalah tahap metode yang akan digunakan untuk megetahui tingkat
kemampuan peserta didik. Pada penelitian ini tes yang peneliti lakukan

24
yaitu dengan tes pada peserta didik dalam peningkatan P3 sebelum dan
sesudah melakukan pembelajaran menggunakan model pembelajaran PJBL
5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun
sosial yang diamati secara spesifik, fenomena ini disebut dengan verbal
penelitian. Untuk memudahkan penyusunan instrumen maka diperlukan kisi-
kisi instrumen untuk bisa menetapkan indikator-indikator sari setiap
variabel yang diteliti maka diperlukan wawasan yang luas dan mendalam
tentang variabel yang diteliti. (Sugiyono, 2021:167)
a. Kisi-kisi instrumen
Sesuai dengan masalah yang akan diteliti maka kisi-kisi ini dibuat
dengan berpedoman pada kurikulum merdeka untuk mengungkapkan
keterampilan profil pelajar pancasila dengan menggunakan model
pembelajaran Proyect based learning . kisi-kisi instrumen dalam
penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel. Kisi-Kisi Instrumen Meningkatkan Profil Pelajar
Pancasila
Nomor Butir Jumlah
No Aspek Indikator Pernyataan Butir
Positif Negatif
Beriman, a. Akhlak beragama 2 1
bertakwa b. Akhlak pribadi 2 1
kepada c. Akhlak kepada 2 1
Tuhan YME, manusia
1 15
dan d. Akhlak kepada alam 2 1
berakhlak
e. Akhlak bernegara 2 1
mulia
a. Mengenal dan 2 1
menghargai budaya
b. Kemampuan
komunikasi
interkultural dalam 2 1
berinteraksi dengan
2 Berkebine- 9
sesama
25
kaan Global c. Refleksi dan tanggung
jawab terhadap
pengalaman 2 1
kebinekaan
a. Kolaborasi 2 1

Bergotong b. Kepedulian 2 1
3 9
royong c. Berbagi 2 1

a. Kesadaran akan diri


4 Mandiri dan situasi yang 2 1 6
dihadapi
b. Regulasi diri 2 1
a. Memperoleh dan
memproses
2 1
informasi serta
Bernalar
5 gagasan 12
Kritis
b. Menganalisis dan
mengevaluasi 2 1
penalaran
c. Merefleksi pemikiran
dan proses berpikir 2 1
d. Mengambil 2 1
keputusan
Kreatif a. menghasilkan gagasan
yang orisinal 2 1
b. Menghasilkan karya
dan tindakan yang 2 1
orisinal
6 6
Jumlah 57

(Sumber: Dimodifikasi dari Sugeng, H, 2016)


b. Uji Coba Instrumen
1. Uji Validitas
Instrumen penelitian yang baik harus memenihi dua syarat, yakni validitas
26
dan reliabilitas. Menurut Sitoyo dan Sodik (2015:84) mengatakan bahwa
validitas merupakan salah satu ciri yang menandai jika alat ukur atau hasil tes
belajar tersebut baik. Untuk mengukur suatu instrumen dapat dikatakan valid,
maka validasi instrumen dapat dihitung dengan koefisien korelasi
menggunakan product moment.
Adapun rumus yang bisa digunakan, yaitu :

𝑟𝑥𝑦 = 𝑁 ∑ KF−(∑F) (𝑁∑K2−(∑K)2 (𝑁∑F2 −(∑F)2

Keterangan :
𝑟𝑥𝑦 = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
𝑁 =Banyaknya peserta tes
𝑥 = Nilai hasil uji coba
𝑦 = Nilai rata-rata harian
Adapun kriteria dasar pengambilan keputusan, yaitu sebagai berikut: Jika
𝑟ℎi𝑡𝑢𝑛g> 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka instrument atau item soal dinyatakan valid.
Jika𝑟ℎi𝑡𝑢𝑛g < 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka instrument atau item soal dinyatakan tidak valid.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas berasal dari kata reliabel yang artinya dapat dipercaya. Menurut
(dalam Sitoyo dan Sodik, 2015:91) menyatakan jika reliabilitas berkaitan
dengan keakuratan alat ukur atau instrumen dalam mengukur apa yang akan
diukur, kecermatan hasil ukur dan tingkat keakuratan seandainya dilakukan
pengukuran ulang.
Suatu instrumen dikatakan reliabel, jika dilakukannya uji reliabilitasnadalah
untuk mengetahui tingkat konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur,
sehingga hasil pengukuran nantinya akan dapat dipercaya. Untuk itu, dalam
menentukan tingkat reliabilitas instrumen atau tes digunakan metode satu kali
tes dengan teknik Alpha Cronbach

Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas


Reliabilitas Interpretasi
0,81 – 1,00 Sangat Tinggi
0,61 – 0,80 Tinggi
0,41 – 0,60 Sedang
27
0,21 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat Rendah
6. Teknik Analisis Data
a. Tahap Analisis Data
1) Uji Persyaratan Analisis
a) Uji Normalitas
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji Liliefors Hipotes
yang akan diajukan yaitu : 𝐻0 = Sampel berdistribusi normal, 𝐻1=
sampel berdistribusi tidak normal. Untuk menentukan uji normalitas,
penguji menggunakan Nilai N-Gain dalam mengolah data.
b) Uji Homogenitas
Uji kesamaan dua variasi dilakukan untuk melihat apakah data
pretest dan post-test kelompok eksperimen homogen atau tidak, uji
ini dilakukan dengan Nilai N-Gain
2) Teknik Pengolah Data
Sebelum mengolah data maka masing-masing instrumen diberi
bobot atau skor terlebih dahulu, setelah dilakukan pemberian skor pada
lembar yang berceklis dengan alternative kategori instrumen dan bobot
yang tertera.
Dalam pengelolaan data yang akan dipakai adalah dengan
memakai metode pengelolaan statistik. Analisis data dalam penelitian
eksperimen pada umumnya memakai metode statistik, hanya saja
pemakaian statistik tergantung apa jenis penelitian eksperimen yang
akan digunakan. Pada penelitian ini, peneliti memakai model
eksperimen on group pre-test post-est disitu peneliti akan melakukan
pengukuran sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah perlakukan.
Data yang terkumpul berupa nilai test peertama dan test kedua.
Tujuan dari penelitian ini yaitu membanding dua nilai dengan
mengajukan pertanyaan apakah ada perbedaan kedua nilai tersebut
secara signifikan. Perbandingan perbedaan nilai hanya dilakukan
terhadap rata-rata kedua nilai saja dan untuk melakukan ini akan
digunakan teknik yang disebut uji-t (t-tes).
Pendapat Sudijono (dalam Rahmi 2021:47) “mencari tentang
interval skor yaitu, jarak penyebaran antara skor yang terendah sampai
28

R = H-L
nilai tertinggi”. Rumusnya yaitu “

Ketrangan :
R : Rentang
H : Skor atau niali yang tertinggi L : Skor atau nilai yang terendah
Audjana dan Ibrahim (dalam Rahmi 2021:47) menyatakan
bahwa, dalam menentuksn rentang skor yaitu skor terbesar dikurang
skor terkecil. Dalam penelitian ini memiliki rentang skor 1-4. Jumlah
item peningkatan keterampilan ini sehingga interval kriteria tersebut
dapat ditentukan dengan cara yaitu:
a) Skor Maksimal 4 x 10 = 40
Keterangan : skor maksimum nilai tertinggi adalah 4, jadi 4
dikalikan dengan jumlah sub indikator 10 kseluruhan berjumlah 40
b) Skor minimum 1 x 10 = 10
Keterangan : skor minimum nilai terendahnya adalah 1, jadi
dikalikan dengan jumlah sub indikator keseluruhan yang berjumlah
10 dan hasilnya 10.
c) Rentang 40-10 = 30
Keterangan : rentang diperoleh dari jumlah skor maksimum
dikurang jumlah sub indikator
d) Banyak kriteria adalah 4 tingkatan (sudah terampil, terampil, mulai
terampil, belum terampil) panjang kelas interval 30 : 4 = 7.5
Keterangan : panjang interval diperoleh dari hasil rentang
dibagi dengan banyak kriteria.
3) Uji Hipotesis
Analisis data dalam penelitian eksperimen pada umumnya
menggunakan metode statistik, hanya saja penggunaan statistik
tergantung kepada jenis penelitian eksperimen yang dipakai, dimana
peneliti melakukan pengukuran sebanyak dua kali yaitu sebelum dan
sesudah perlakuan.
Pada tahap pengukuran pertama perlakuan (pretest) peneliti
menggunakan lembar observasi yang berisi daftar cheklis untuk melihat
pemahaman peserta didik dalam P3. Setelah melaksanakan pengukuran

29
tersebut peneliti melakukan perlakuan (treatment) menggunakan model
PJBL. Pada tahap selanjutnya peneliti melakukan pengukuran kembali.
Setelah perlakuan (postest) dengan menggunakan lembar observasi
yang berisi daftar sheklis untuk melihat keterampilan penerapan P3
peserta didik setelah dilakukan perlakuan menggunakan model PJBL.
Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan hasil pengukuran
sebelum dan sesudah perlakuan yang telah diberikn pada peserta didik.
Analisis statistik yang digunakan yaitu denga menggunakan uji-t (t-
test) dengan cara mengikuti analisis data eksperimen dengan model
pre-test dan post test.

30
DAFTAR PUSTAKA
Ady Nurzaman, 125060122 (2016) Penerapan Model Project Based Learning Tipe
Role Playing Untuk Meningkatkan Percaya Diri Dan Prestasi Belajar Dalam
Pelajaran Ips. Skripsi(S1) Thesis, Fkip Unpas.
Aza, Akhsan (2022) Persepsi Guru Tentang Perwujudan Profil Pelajar Pancasila Di
Smks Al Amien Kota Kediri. Undergraduate (S1) Thesis, Iain Kediri.
Barorina, Zahrotum (2021) Konseptual Implementasi Profil Pelajar Pancasila Studi
Kasus Di Mi Al-Kautsar Durisawo Ponorogo Dan Sdn 1 Nologaten Ponorogo.
Skripsi (S1) Thesis, Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Gai Mali, Y. C. (2016). Project-Based Learning In Indonesian Efl Classrooms: From
Theory To Practice. Ijee (Indonesian Journal Of English Education),
Hikmawati, Ifa (2021) Peran Guru Ppkn Dalam Membentuk Profil Pelajar Pancasila
Di Mts Muhammadiyah 1 Malang. Undergraduate (S1) Thesis, Universitas
Muhammadiyah Malang.
Indrawan, E., & Jalinus, N. (2018). Review Project Based Learning. International
Journal Of Science And Research.
Jailani, J., Sugiman, S., & Apino, E. (2017). Implementing The Problem-Based
Learning In Order To Improve The Students’ Hots And Characters. Jurnal
Riset Pendidikan Matematika, 4(2), 247.
Jayanti, Dwi (2012) Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Pada Materi Ajar Bahasa
Indonesia Kelas Viii Smp Terbitan Erlangga. Skripsi Thesis, Universitas
Muhammadiyah Surakrta
Masnona, Masnona (2017) Kreatifitas Guru Pai Dalam Meningkatkan Motivasi Dan
Hasil Belajar Peserta Didik Di Sd N 49 Karang Anyar Gedong Tataan. Masters
Thesis, Uin Raden Intan Lampung.
Nurhayati, Nurhayati (2014) Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam
Pembelajaran Ips Melalui Pendekatan Savi Model Pembelajaran Berbasis
Masalah Kelas Viii Smp Negeri 3 Godean. S1 Thesis, Uny.
Paul, J., & Jefferson, F. (2019). A Comparative Analysis Of Student Performance In
An Online Vs. Face-To-Face Environmental Science Course From 2009 To
2016. Frontiers In Computer Science

31

Anda mungkin juga menyukai