Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SISTEM PENGELOLAHAN LIMBAH CAIR


DI PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 1

 SATIKA NOMITAMA HARAHAP 0801171084


 DEWI TRIWIDAYANTI 0801171067
 MAMIRA AJENG PRACHELIA 0801172123
 SASKIA ANGGRAINI 0801172243
 DEWI TRIWIDAYANTI 0801171067
 ABDU AL-RASYID 0801171048

DOSEN PENGAMPU : IHSAN IBRAHIM POHAN, SKM, M,Kes

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATRA UTARA
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat serta
salam kita hadiahkan kepada Nabi Muhammad Saw. segenap keluarga dan para sahabat
beliau, terlimpah pula kepada segenap kaum muslimin dan muslimat selaku umat
beliau.
Dalam rangka memenuhi tugas makalah mata pelajaran Kesehatan Lingkungan
Perumahan Dan Pemukiman semester ganjil tahun akademik 2019 jurusan ILMU
KESEHATAN MASYARAKAT, kami selaku kelompok 1 telah berhasil menyusun
Makalah tentang “Sistem Pengelolahan Limbah Cair di Perumahan dan Pemukiman”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, untuk itu segala
kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis harapkan demi
perbaikan selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran mahasiswa/mahasiswi tersebut.

Medan , 15 November 2019

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................

DAFTAR ISI .......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................

A. Latar Belakang ........................................................................................................

B. Rumusan Masalah ...................................................................................................

C. Tujuan .....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................

A. Pengertian Sistem Pengelolahan Limbah Cair ........................................................

B. Sistem Pengelolahan Limbah Cair di Perumahan ...................................................

C. Sistem Pengelolahan Limbah Cair di Pemukiman ..................................................

BAB III PENUTUP ............................................................................................................

A. Kesimpulan .............................................................................................................

B. Saran ........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Air limbah sebelum dilepas ke pembuangan akhir harus menjalani
pengolahan terlebih dahulu. Untuk dapat melaksanakan pengolahan air limbah
yang efektif diperlukan rencana pengolahan yang baik. Pengolahan air limbah
dapat dilakukan secara alamiah maupun dengan bantuan peralatan. Pengolahan
air limbah secara alamiah dilakukan dengan buatan kolam stabilisasi sedangkan
pengolahan air limbah dengan bantuan peralatan misalnya dilakukan pada
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Sistem pengelolahan limbah cair di perumahan merupakan sesuatu yang
dibentuk dengan tujuan untuk menangani, mengarahkan dan mengelolah limbah
cair yang dilakukan pada daerah perumahan. Tujuan utama pengolahan air
limbah adalah untuk mengurangi kandungan bahan pencemar terutama senyawa
organik, padatan tersuspensi, mikroba pathogen, dan senyawa organik yang
tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme alami.
Sedangkan sistem pengolahan air limbah untuk daerah permukiman terbagi
atas dua jenis, yaitu sistem pengolahan setempat (on-site) dan sistem pengolahan
terpusat (off-site). Sistem pengolahan setempat (on-site) digunakan pada daerah-
daerah yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang rendah.
2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sistem limbah cair ?
2. Bagaimana sistem pengelolahan limbah cair di perumahan ?
3. Bagaimana sistem pengelolahan limbah cair di pemukiman ?
3. Tujuan
Tujuannya adalah untuk mengetahui sistem limbah cair serta sistem
pengelolahan limbah cair pada perumahan dan pemukiman.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Pengelolahan Limbah Cair di Pemukiman dan Perumahan


A.1 Pengertian Sistem Pengelolahan Limbah Cair

Sitem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang saling berinteraksi untuk


mencapai suatu tujuan tertentu (Jogianto, 2005:2). Sedangkan menurut Murdick,
R.G, sitem adalah seperangkat elemen yang membentuk kumpulan atau bagan-
bagan pengelolaan yang mencari tujuan bersama (1991:21). Maka, sistem
pengelolaan limbah cair adalah sesuatu yang dibentuk baik itu infrastruktur yang
dibangun dengan tujuan untuk menangani dan mengelolah limbah dalam bentuk
cair.
a. Sistem Pengelolahan Limbah Cair di Perumahan

Sistem pengelolahan limbah cair di perumahan merupakan sesuatu yang


dibentuk dengan tujuan untuk menangani, mengarahkan dan mengelolah limbah
cair yang dilakukan pada daerah perumahan. Tujuan utama pengolahan air
limbah adalah untuk mengurangi kandungan bahan pencemar terutama senyawa
organik, padatan tersuspensi, mikroba pathogen, dan senyawa organik yang
tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme alami. Berikut ini adalah sistem
pengelolahan limbah cair yang ada di perumahan yaitu :
1. Bioremediasi

Bioremediasi adalah sistem pengelolahan limbah yang menggunakan


bahan Alat utama yang digunakan adalah kolam-kolam buatan ukuran 1.5 m
x 1.0 m x 0.5 m beserta kelengkapannya, alat-alat pengumpul dan
penampung limbah cair rumah tangga, serta peralatan untuk uji
laboratorium. Adapun bahan penelitian adalah tanaman air dan limbah cair
rumah tangga. Tanaman air terdiri atas empat jenis, yaitu Mendong (Iris
sibirica), Teratai (Nymphaea firecrest), Kiambang (Spirodella polyrrhiza)
dan Hidrilla (Hydrilla verticillata). Tanaman air ditanam dan disimulasikan
pada kolam-kolam buatan dengan empat komposisi, yakni tanpa tanaman air,
2 jenis tanaman air, 3 jenis tanaman air, dan 4 jenis tanaman air. Tanaman
tersebut dipelihara hingga mencapai kondisi segar dan siap untuk diberi
perlakuan.
Limbah cair rumah tangga dikumpulkan dari beberapa sumber
permukiman, yang kemudian dicampur secara merata. Selanjutnya, limbah
diencerkan dalam 4 konsentrasi, yaitu 100%, 50%, 25% dan 12.5%.
Pengambilan contoh air limbah pada kolam percobaan dilakukan 48 jam
setelah pemberian limbah. Contoh-contoh tersebut, dianalisis di laboratorium
untuk mengetahui kualitas fisik, kimia dan mikrobiologisnya setelah melalui
proses bioremediasi. Untuk mengetahui efek pengenceran dan komposisi
tanaman air digunakan uji lanjutan dengan uji beda nyata terkecil (BNT).
Pada uji tersebut, dapat pula diketahu kemampuan setiap komposisi
tanaman air dalam menurunkan atau meningkatkan setiap peubah yang diuji.
2. Dilution (pengenceran)

Air limbah di encerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah,


kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Tetapi, dengan makin
bertambahnya penduduk, yang berarti makin meningkatnya kegiatan
manusia, maka jumlah air limbah yang harus dibuang terlalu banyak, dan
diperlukan pengenceran terlalu banyak pula. Disamping itu, cara ini
menimbulkan kerugian lain, diantaranya : bahaya kontaminasi terhadap
badan-badan air masih tetap ada, pengendapan yang akhirnya menimbulkan
pendangkalan terhadap badan-badan air seperti selokan, sungai, danau, dan
sebagainya.
3. Irrigation (irigasi)

Air limbah dialirkan ke dalam parit-parit terbuka yang digali, dan air
akan merembes masuk kedalam tanah melalui dasar dan dinding parit-parit
tersebut. Dalam keadaan tertentu air buangan dapat digunakan untuk
pengairan ladang pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk
pemupukan. Hal ini terutama dapat dilakukan untuk air limbah rumah
tangga, perusahaan susu sapi, rumah potong hewan dan lain-lain dimana
kandungan zat-zat organik dan protein cukup tinggi yang diperlukan oleh
tanaman.
4. Kolam oksidasi

Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar matahari,


ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah.
Air limbah dialirkan ke dalam kolam besar berbentuk segi empat dengan
kedalaman antara 1-2 meter. Dinding dan lapisan kolam tidak perlu diberi
lapisan apapun. Lokasi kolam harus jauh dari daerah pemukiman, dan daerah
yang terbuka sehingga memungkinkan sirkulasi angin dengan baik.
5. Pengolahan Komunal
Untuk membuat instalasi pengolahan air limbah pada kota besar dapat
dilakukan dengan pengolahan komunal hal ini dikarenakan di kota besar
sudah sangat sulit mencari lahan untuk pengolahan secara individu.
Pengelolaan air limbah dapat dilakukan dengan cara membuat saluran air
kotor dan bak peresapan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
1. Tidak mencemari sumber air minum yang terdapat pada daerah sekitar
baik itu air permukaan maupun air di bawah permukaan tanah
2. Tidak mengotori permukaan air tanah
3. Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah
4. Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain
5. Tidak menimbulkan bau
6. Konstruksi dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah diperoleh
dan murah
7. Jarak minimal antara sumber air dengan bak peresapan adalah 10 meter.
Selain hal tersebut di atas saluran air kotor yang bersumber dari rumah
tangga di buat terpisah dengan saluran air hujan sehingga pada musim
penghujan bangunan pengolah air tidak terjadi over flow.

b. Sistem Pengelolahan Limbah Cair di Permukiman

Air limbah sebelum dilepas ke pembuangan akhir harus menjalani


pengolahan terlebih dahulu. Untuk dapat melaksanakan pengolahan air limbah
yang efektif diperlukan rencana pengolahan yang baik. Pengolahan air limbah
dapat dilakukan secara alamiah maupun dengan bantuan peralatan. Pengolahan
air limbah secara alamiah dilakukan dengan buatan kolam stabilisasi sedangkan
pengolahan air limbah dengan bantuan peralatan misalnya dilakukan pada
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Akses terhadap sanitasi merupakan salah satu kebutuhan dasar untuk
mendukung kesehatan masyarakat, lingkungan dan kesejahteraan ekonomi
berkelanjutan. Namun akses terhadap sanitasi belum dapat dirasakan secara
merata oleh masyarakat Indonesia. Akses sanitasi air limbah skala kota berupa
jaringan air limbah tidap dapat melayani seluruh kota. Hal ini dpat disebabkan
oleh padatnya daerah pemukiman atau jarak pemukiman yang terlalu jauh
dengan jaringan air limbah dan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) kota.
Fasilitas pengolahan air limbah setempat dikembangkan untuk mengatasi
masalah keterbatasan air limbah skala kota.
Sistem pengolahan air limbah untuk daerah permukiman terbagi atas dua
jenis, yaitu sistem pengolahan setempat (on-site) dan sistem pengolahan terpusat
(off-site). Sistem pengolahan setempat (on-site) digunakan pada daerah-daerah
yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang rendah. Sedangkan sistem
pengolahan air limbah terpusat (off-site) diterapkan pada wilayah yang memiliki
tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Untuk wilayah yang memiliki
angka kepadatan sedang, direkomendasikan menggunakan sistem pengolahan
limbah terpusat (off-site) karena kecenderungan pertumbuhan pada daerah-
daerah tersebut tergolong cepat dan berpotensi memiliki angka kepadatan
penduduk yang tinggi. Unit pengolahan air limbah yang direkomendasikan
untuk daerah permukiman terbagi atas unit pengolahan individual dan unit
pengolahan komunal. Untuk pengolahan individual, unit pengolahan yang
direkomendasikan adalah berupa cubluk, biofilter aerob-anaerob, dan tangki
septik. Sedangkan untuk pengolahan komunal, unit pengolahan yang
direkomendasikan antara lain: Biodigester, dan tangki septik bersekat (baffled
reactor).
Selain itu adapun juga beberapa system pengelolaha air limbah lainnya untuk
daerah pemukiman sebagai berikut :
1. Sistem Perpipaan
Sistem perpipaan merupakan sistem sanitasi yang meluputi sarana
pembuangan air kotor melalui perpipaan dan berakhir pada instalanisi
pembuangan air limbah. Jaringan perpipaan dan proses pengolahan air limbah
dapat dioptimalkan dengan merencanakan arah pengaliran air limbah dalam pipa
supaya tidak mengendap dan terjadi sumbatan. Pemilihan teknik pengolahan
sangat diperlukan untuk mengurangi lahan tercemar. Teknik pengolahan
melibatkan sifat fisik, kimia dan biologis.
 Karakteristik fisik
Padatan : pada limbah cair terdapat padatan organik dan non organik yang
mengendap dan tersuspensi sehingga bisa mengendap dan menyebabkan
pendangkalan
Kekeruhan : kekeruhan menunjukkan sifat optis didalam air karena
terganggunya cahaya matahari saat masuk kedalam air akibat adanya koloid
dan suspense.
Bau : bau dikarenakan adanya mikroorganisme yang menguraikan bahan
organik.
Suhu : limbah cair memiliki suhu yang berbeda dengan air biasa, biasanya
suhu nya lebih tinggi karena adanya proses pembusukan.
 Karakteristik kimiawi
Keasaman : keasaman limbah cair dipengaruhi oleh adanya bahan buangan
yang bersifat asam atau basa. Agar limbah tidak berbahaya, maka limbah
diupayakan untuk memiliki pH netral.
Logan berat beracun : cadmium dari industri tekstil, merkuri dari pabrik cat,
raksa dari industri perhiasan dan jenis logam berat lainnya.
Nitrogen : umumnya terdapat sebagai bahan organik dan diubah menjadi
ammonia oleh bakteri sehingga menghasilkan bau busuk dan bisa
menyebabkan permukaan air menjadi pekat sehingga tidak bisa ditembus
cahaya matahari.
Fenol : salah satu bahan organik yang berasal dari industri tekstil, kertas,
minya dan batubara.
 Karakteristik bakteriologis
Bakteri dalam air limbah berfungsi untuk menyeimbangkan DO dan BOD.
Sedangkan bakteri pathogen banyak terdapat dari hasil buangan dari
peternakan, rumah sakit, lab, dan wc. Kandungan bakteri pathogen serta
organisme golongan E.Coli terdapat juga dalam air limbah tergantung dari
mana sumbernya, namun keduanya tidak banyak mengadung bakteri kecuali
dari bahan produksinya memang berhubungan dengan potensi adanya
bakteridiantaranya industri makanan atau minuman.

2. Sistem Penyaluran Air Buangan Sistem Sanitasi Setempat

Sistem sanitasi setempat (On-site sanitation) adalah sistem pembuangan air


limbah dimana air limbah tidak dikumpulkan serta disalurkan ke dalam suatu
jaringan saluran yang akan membawanya ke suatu tempat pengolahan air
buangan atau badan air penerima, melainkan dibuang di tempat. Sistem ini di
pakai jika syarat-syarat teknis lokasi dapat dipenuhi dan menggunakan biaya
relatif rendah. Sistem ini sudah umum karena telah banyak dipergunakan di
Indonesia.
3. Sistem Sanitasi Terpusat

Sistem Sanitasi Terpusat (Off site sanitation) merupakan sistem pembuangan


air buangan rumah tangga (mandi, cuci, dapur, dan limbah kotoran) yang
disalurkan keluar dari lokasi pekarangan masing-masing rumah ke saluran
pengumpul air buangan dan selanjutnya disalurkan secara terpusat ke bangunan
pengolahan air buangan sebelum dibuang ke badan perairan.
4. Sistem Kombinasi
Pada sistem penyalurannya secara kombinasi dikenal juga dengan istilah
interceptor, dimana air buangan dan air hujan disalurkan bersama-sama sampai
tempat tertentu baik melalui saluran terbuka atau tertutup, tetapi sebelum
mencapai lokasi instalasi antara air buangan dan air hujan dipisahkan dengan
bangunan regulator. Air buangan dimasukkan ke saluran pipa induk untuk
disalurkan ke lokasi pembuangan akhir, sedangkan air hujan langsung dialirkan
ke badan air penerima. Pada musim kemarau air buangan akan masuk
seluruhnya ke pipa induk dan tidak akan mencemari badan air penerima (
Hardjosuprapto 2000).

5. Sistem Saluran Terpisah


Sistem Penyaluran terpisah atau biasa disebut separate system/full sewerage
adalah sistem dimana air buangan disalurkan tersendiri dalam jaringan riol
tertutup, sedangkan limpasan air hujan disalurkan tersendiri dalam saluran
drainase khusus untuk air yang tidak tercemar ( Fajarwati, A.2000).
DAFTAR PUSTAKA

Hutahaean, Jeperson. 2015. Konsep Sistem Informasi. Yogyakarta: Penerbit Deepublish.

Arsyad, Muh. 2016. Perencanaa Sisim Perpipaan Air Limbah Kawasan Pemukiman
Penduduk. Vo.65 No.1. Januari 2016.

Subekti, Sri. Pengelolaan Limbah Cair di Rumah Tangga. Fakultas Teknik, Teknik
Lingkungan Universitas Pandanaran Semarang.

Jessica C.C Mende, Veronica A.Kumurur & Ingerid L.Moniaga.2015. KAJIAN SISTEM
PENGELOLAAN AIR LIMBAH PADA PERMUKIMAN DI KAWASAN SEKITAR DANAU
TONDANO. Vol.7, No.1: 395-406

Anda mungkin juga menyukai