Anda di halaman 1dari 7

Konservasi: Pilar Pembangunan

Kelautan dan Perikanan I

P
engelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil sebagaimana telah ubah
yang berkelanjutan tidak akan pernah terlepas dari dengan UU no 1 tahun 2014 juga mengatur zonasi di kawasan
fungsi konservasinya. Bahkan konservasi telah diyakini konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil. Aturan ini membagi
sebagai upaya penting yang mampu menyelamatkan potensi kedalam 3 (tiga) zona, yaitu Zona Inti, Zona Pemanfaatan
sumberdaya tetap tersedia dalam mewujudkan perikehidupan terbatas dan Zona lainnya, dimana dalam zona pemanfaatan
lestari yang menyejahterakan. Pengelolaan secara efektif terbatas dapat digunakan untuk pemanfaatan di bidang
kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil perikanan dan pariwisata. Perlu digarisbawahi bahwa zona
sejalan dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan perikanan berkelanjutan tidak pernah diatur dalam regulasi
akan mampu memberikan jaminan dalam efisiensi pengelolaan kawasan konservasi terdahulu. Seiring dengan
pemanfaatan sumberdaya alam, sebagai sumber yang efektif perkembangan desentralisasi, konservasi tidak lagi hanya
menyokong pemanfaatan lain secara ramah lingkungan, serta menjadi kewenangan pemerintah pusat saja, Pemerintah
dapat menumbuhkan keuntungan ekonomi bagi masyarakat daerah juga diberi kewenangan dalam mengelola kawasan
lokal. “Konservasi telah menjadi tuntutan dan kebutuhan konservasi di wilayahnya. Sistem zonasi yang memberi ruang
yang harus dipenuhi sebagai harmonisasi atas kebutuhan pemanfaatan untuk perikanan berkelanjutan dan pariwisata
ekonomi masyarakat dan keinginan untuk terus melestarikan bahari serta kewenangan desentralisasi pengelolaan telah
sumberdaya yang ada bagi masa depan”. menjadi paradigma baru pengelolaan kawasan konservasi
perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia.
Pengelolaan ekosistem melalui upaya konservasi telah
dipahami sebagai upaya seimbang untuk perlindungan, Pengaturan sistem zonasi dalam pengelolaan kawasan
pelestarian dan pemanfaatan ekosistem secara berkelanjutan. konservasi serta perkembangan desentralisasi dalam
Satu atau lebih tipe ekosistem dapat ditetapkan sebagai pengelolaan kawasan konservasi, jelas hal ini merupakan
kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil pemenuhan hak-hak bagi masyarakat lokal, khususnya
yang dalam pengelolaannya dilakukan dengan sistem zonasi. nelayan. Kekhawatiran akan mengurangi akses nelayan
Paradigma dan Pengelolaan kawasan konservasi perairan yang disinyalir banyak pihak dirasakan sangat tidak
di Indonesia menapaki era baru, setidaknya terdapat dua mungkin. Justru hak-hak tradisional masyarakat sangat
poin. Poin pertama, dalam hal kewenangan pengelolaan diakui dalam pengelolaan kawasan konservasi. Masyarakat
kawasan konservasi, kini tidak lagi menjadi monopoli diberikan ruang pemanfaatan untuk perikanan di dalam
pemerintah pusat melainkan sebagian telah terdesentralisasi kawasan konservasi (zona perikanan berkelanjutan, zona
menjadi kewajiban pemerintah daerah sebagaimana pemanfaatan, maupun zona lainnya), misalnya untuk
diatur dalam undang-undang tersebut. Poin kedua, adalah budidaya dan penangkapan ramah lingkungan maupun
pengelolaan kawasan konservasi dengan sistem ZONASI, pariwisata bahari dan lain sebagainya. Pola-pola seperti ini
Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan diatur dengan dalam konteks pemahaman konservasi terdahulu (sentralistis)
sistem ZONASI. Merujuk UU No. 31 tahun 2004 tentang hal ini belum banyak dilakukan. Peran Pemerintah pusat
Perikanan beserta perubahannya (UU No. 45 tahun 2009) dalam konteks ini, hanya memfasilitasi dan menetapkan
dan PP No. 60 tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya kawasan konservasi, sedangkan proses inisiasi, identifikasi,
Ikan, sedikitnya ada 4 (empat) pembagian zona yang dapat pencadangan maupun pengelolaannya secara keseluruhan
dikembangkan di dalam kawasan konservasi perairan yakni: dilakukan dilakukan sepenuhnya oleh pemerintah daerah.
zona inti, zona perikanan berkelanjutan, zona pemanfaatan Tentu bukan hal yang mudah bagi Kementerian Kelautan
dan zona lainnya. UU No 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan dan Perikanan untuk menghilangkan paradigma lama yang

STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
viii 1
melekatkan pemahaman umum yang menilai pengelolaan Permen KP No. 13/PERMAN-KP/2014 tentang Jejaring Kawasan Tabel. Target Konservasi Kawasan dan Konservasi Jenis 2010 - 2014
kawasan konservasi secara sentralistik, tertutup, hanya Konservasi Perairan; Keputusan Direktur Jenderal Kelautan,
larangan serta menihilkan partisipasi masyarakat dalam Pesisir dan Pulau-pulau Kecil No. Kep. 44/KP3K/2012 tentang 2010 2011 2012 2013 2014
konteks pemanfaatannya. Upaya sosialisasi dan peningkatan Pedoman Teknis Evaluasi Efektivitas Pengelolaan Kawasan
pemahaman serta peningkatan partisipasi masyarakat dalam Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (E-KKP3K); Pengelolaan efektif t 1FOHFMPMBBO t 1FOHFMPMBBO t 1FOHFMPMBBO t 1FOHFMPMBBO
900.000 Ha efektif 2,5 juta Ha efektif 3,2 juta Ha efektif 3,6 juta Ha efektif 4,5 juta Ha
pengelolaan kawasan konservasi terus dilakukan termasuk Peraturan Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau
upaya nyata mengimplementasikan blue economy dalam Kecil No. 02/Per-DJKP3K/2013 tentang Pedoman Pelaksanaan t 1FOBNCBIBO t 1FOBNCBIBO t 1FOBNCBIBO t 1FOBNCBIBO
pengelolaan kawasan konservasi yang menyejahterakan. Penataan Batas Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan luas 700.000 Ha luas 500.000 Ha luas 500.000 Ha luas 300.000 Ha
Pulau-Pulau Kecil. Program Rehabilitasi dan Pengelolaan (akumulasi 1,2 (akumulasi 1,7 (akumulasi 2 juta
Sebagai upaya konservasi wilayah perairan, pesisir dan Terumbu Karang (COREMAP) yang diselenggarakan dalam juta Ha) juta Ha) Ha)
pulau-pulau kecil, pemerintah telah menetapkan kebijakan 3 (tiga) Tahap, yang saat ini memasuki tahap pelembagaan
antara lain, ditetapkannya target nasional yang disampaikan 3 spesies 6 spesies 9 spesies 12 spesies 15 spesies
dengan sebutan COREMAP-CTI merupakan salah bentuk
oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pertemuan komitmen nasional sebagai rangkaian kerjasama regional Sumber: Renstra 2010 – 2014
Convention on Biological Diversity (CBD) di Brazil tahun untuk mewujudkan konsern global dalam pengelolaan
2006, yaitu pencanangan target 10 juta hektar kawasan kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil Ikan; (6) Pembinaan dan Penguatan Sumber Daya Manusia; dan kelestarian lingkungan. Kelembagaan pengelolaan
konservasi Laut pada tahun 2010, yang menjadi dasar secara efektif dan berkelanjutan. (7) Penguatan Kebijakan, Peraturan dan Pedoman; serta (7) efektif kawasan konservasi menjadi kunci utama dengan
komitmen kementerian kelautan dan perikanan untuk Kerjasama Lokal, Regional, Internasional. mengedepankan prinsip-prinsip pengelolaan bersama
menggandakan target menjadi 20 juta hektar pada tahun Penetapan Kawasan Konservasi Perairan, pesisir dan pulau- (co-management). “Konservasi mengukuhkan pilar-pilar
2020, sebagaimana pernyataan Presiden mengenai Coral pulau kecil bertujuan untuk, kriteria penetapan kawasan Konservasi dalam pembangunan kelautan dan perikanan lima perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan
Triangle Initiative (CTI) dalam forum APEC Leaders Meeting konservasi memperhatikan sedikitnya tiga aspek penting, tahun kedepan dipastikan menjadi agenda utama dan tetap yang memberi manfaat keekonomian pendorong
di Sydney, 2007. Dukungan kebijakan kebijakan nasional yaitu ekologi, meliputi keanekaragaman hayati, kealamiahan, menjadi prioritas sebagai penyeimbang kebutuhan ekonomi kesejahteraan masyarakat”.
dalam pengembangan kawasan konservasi perairan dibuat keterkaitan ekologis, keterwakilan, keunikan, produktivitas,
secara menyeluruh dan terpadu serta mempertimbangkan daerah ruaya, habitat ikan langka, daerah pemijahan ikan,
desentralisasi dalam pelaksanaannya. Berbagai kebijakan, dan daerah pengasuhan; sosial dan budaya, meliputi tingkat
peraturan, pedoman terkait pengelolaan kawasan konservasi dukungan masyarakat, potensi konflik kepentingan, potensi
perairan telah dikembangkan. Dalam konteks pengelolaan ancaman, kearifan lokal serta adat istiadat; dan ekonomi,
kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi nilai penting perikanan, potensi rekreasi dan
termasuk pengelolaan jenis ikan yang merupakan peraturan pariwisata, estetika, dan kemudahan mencapai kawasan.
organik dari Undang-undang Perikanan dan Undang-undang
Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis ikan (KKJI)
Pengelolaan wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil antara lain:
menjalankan roda konservasi menyokong target yang disasar
PP No. 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan;
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam notulen
Permen KP no. Per.17/Men/2008 tentang Kawasan Konservasi
Renstra 2010-2014, yakni pengelolaan efektif kawasan
di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil; Permen KP No. Per.02/
konservasi laut tahun pada tahun 2014 seluas  4,5 juta hektar,
Men/2009 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Konservasi
serta menambah 2 juta hektar kawasan konservasi dari status
Perairan Permen KP No. Per.03/Men/2010 tentang tata cara
13,5 juta pada tahun 2009 sebagai titik tolak angka renstra.
penetapan perlindungan jenis ikan; Permen KP No. Per.04/
15 (lima belas) jenis yang dikelola secara berkelanjutan
Men/2010 tentang tata cara pemanfataan jenis dan genetik
antara lain: penyu , napoleon, dugong, arwana, hiu paus, pari
ikan; Permen KP No. Per.30/Men/2010 tentang Rencana
manta, hiu appendiks (hiu koboy dan martil), lola, kima, sidat,
Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan;
bambu laut, terubuk, capungan banggai, paus, dan karang
KepMen KP No Kep. 59/Men/2011 tentang Perlindungan
hias. Sedangkan kawasan konservasi seluas 4,5 juta hektar
terbatas ikan terubuk; KepMen KP No. 18/KEPMEN-KP/
mencakup 21 dan kemudian diperluas menjadi 24 lokasi
2013 tentang Perlindungan Ikan Hiu Paus; KepMenKP No.
prioriras. Beberapa program yang dijalankan antara lain: (1)
37/KEPMEN-KP/2013 tentang Perlindungan Terbatas Ikan
Konservasi Ekosistem/Konservasi Kawasan; (2) Konservasi
Napoleon; KepMenKP No. 4/KEPMEN-KP/2014 tentang
Jenis Ikan dan Genetik; (3) Data, Informasi dan Jejaring
Penetapan Status Perlindungan Penuh Ikan Pari Manta; Gambar: Roadmap Pengembangan dan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Pengelolaan Konservasi, (4) Pemanfaatan Kawasan dan Jenis

STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
2 3
Tabel. Target Rencana Strategis Pengelolaan Kawasan Konservasi

Termasuk Pengelolaan 7 (tujuh) Taman Nasional Laut


inisiasi Kementerian Kehutanan, sebagai tindaklanjut
amanat Pasal 78 A, Undang-Undang No.1 tahun 2014

Rencana Strategis KKJI 2015-2019 menyasar target pencapaian disusun peta jalan (roadmap) pengelolaan kawasan
luasan kawasan konservasi 20 juta hektar dan pengelolaan konservasi, antara lain strategi pencapaian target kawasan
efektif 35 kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau- konservasi 20 Juta Hektar dan status pengelolaan efektif
pulau kecil, serta pengelolaan konservasi 20 Jenis Ikan langka kawasan konservasi. Selain itu, nilai penting sumberdaya
untuk ditetapkan status perlindungannya, dilestarikan dan kawasan juga dihitung sebagai arahan untuk menggenjot
dimanfaatkan secara berkelanjutan. keekonomian kawasan konservasi melalui upaya pemanfaatan
berkelanjutan dalam Program Investasi dan Pengembangan
Sebagai Kerangka Acuan 2015-2019, tahun 2014 tengah Ekonomi Berbasis Konservasi - PROSPEK.

Pada tataran konservasi jenis ikan, ada 3 (tiga) tahapan yang Program COREMAP-CTI menjadi salah satu bagian strategis
akan dilakukan, yaitu (1) Perencanaan: Menyusun Rencana upaya KKJI untuk mendorong pencapaian target pengelolaan
Aksi Konservasi Jenis Ikan sebagai acuan bagi berbagai pihak kawasan konservasi dan jenis ikan yang lebih baik. Program
dalam melakukan program konservasi jenis suatu spesies, ini akan dilaksanakan di 8 Provinsi, 14 kabupaten/kota
terutama spesies dilindungi dan spesies rawan terancam termasuk di 14 KKP Daerah, 6 UPT KP3K dan 10 KKP Nasional.
punah. Implementasi, dan Evaluasi. (2) Implementasi: Sasaran Strategis COREMAP-CTI secara garis besar adalah
melalui program Perlindungan, Pelestarian dan Pemanfaatan (1) Terjaga atau meningkatnya ekosistem terumbu karang
Berkelanjutan, meliputi : Jumlah jenis/kelompok jenis ikan dan asosiasinya, dinilai dengan indikator Indeks kesehatan
yang ditetapkan status perlindungannya (3 jenis/kelompok karang; (2) Meningkatnya kesejahteraan masyarakat penerima
jenis); Jumlah jenis/kelompok jenis ikan yang diupayakan manfaat, dinilai dengan indikator pendapatan masyarakat;
pelestariannya (7 jenis/kelompok jenis); Jumlah jenis/ dan (3) Meningkatnya efektivitas pengelolaan KKP/3K, dinilai
kelompok jenis ikan yang dikelola pemanfaatannya (10 jenis/ dengan indikator peringkat/level E-KKP3K.
kelompok jenis). (3) Monitoring dan Evaluasi: dilakukan untuk
mengetahui efektivitas pengelolaan konservasi jenis ikan yang Penguatan data, informasi dan jejaring konservasi serta
telah dilakukan, menggunakan tools indikator pengelolaan kerjasama multipihak dalam pengelolaan kawasan konservasi
yang dipersiapkan. dan jenis ikan terus ditingkatkan untuk mewujudkan
konservasi yang efektif bagi kesejahteraan masyarakat.

Gambar: Sebaran lokasi Target Pengelolaan Efektif Kawasan Konservasi 2015-2019.

STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
4 5
Perkembangan Luas Kawasan Konservasi
II
Capaian Luas Kawasan Konservasi, yaitu bertambahnya 14 tahun 2014 terkoreksi menjadi seluas 686.866,11 Ha. Sehingga
kawasan konservasi baru di Indonesia seluas 875.492,47 Ha. secara keseluruhan telah memiliki 145 kawasan konservasi
Meski demikian, berdasarkan hasil verifikasi data tim terdapat dengan total luasan 16.451.076,96 Ha. Data rinci sebagaimana
pula sejumlah kawasan yang menambah dan mengurangi diuraikan dalam tabel berikut:
luasan sehingga akumulasi penambahan luas kawasan pada

STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
6 7
Status Pengelolaan Efektif Kawasan Konservasi
III

T
ujuan utama pengelolaan kawasan konservasi adalah Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
pengelolaan efektif melalui pengelolaan berdasarkan Nomor Kep.44/KP3K/2012 tentang Pedoman Teknis Evaluasi
sistem zonasi yang dapat dilakukan berbagai upaya Evektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan,
pengelolaan sumberdaya kawasan maupun pengelolaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (E-KKP3K). Pedoman E-KKP3K
sosial budaya dan ekonomi yang keduanya memberikan memuat tata-cara atau panduan untuk mengevaluasi tingkat
umpan balik terhadap penguatan kelembagaan dan tatakelola keberhasilan pengelolaan berkelanjutan kawasan konservasi
kawasan konservasi. Upaya-upaya tersebut sedikitnya dapat perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil. Pada tingkat makro,
melalui tiga strategi pengelolaan, yaitu: (1) Melestarikan E-KKP3K digunakan Kementerian Kelautan dan Perikanan
lingkungannya, melalui berbagai program konservasi, (2) untuk menilai tingkat pengelolaan kawasan konservasi
menjadikan kawasan konservasi sebagai penggerak ekonomi, perairan yang ada di Indonesia. Sementara pada tingkat mikro,
diantaranya melalui program perikanan budidaya ramah E-KKP3K dapat pula digunakan swa-evaluasi terhadap kinerja
lingkungan, penangkapan ikan ramah lingkungan, pariwisata pengelolaan suatu kawasan konservasi perairan sekaligus
alam perairan dan pendanaan mandiri yang berkelanjutan, membuat perencanaan dalam rangka peningkatan kinerja.
dan (3) pengelolaan kawasan konservasi sebagai bentuk E-KKP3K juga didukung dengan perangkat lunak (software)
tanggungjawab sosial yang mensejahterakan masyarakat. E-KKP3K untuk lebih mempermudah evaluasi di lapangan.
Lebih lengkap mengenai E-KKP3K dan status pengelolaan
Evaluasi tingkat efektivitas pengelolaan kawasan konservasi KKP3K dapat mengunjungi: kkji.kp3k.kkp.go.id.
dilakukan dengan alat ukur E-KKP3K, berdasarkan Keputusan

Tabel 2. Luas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Indonesia Tahun 2014
a. peningkatan sumber daya manusia;
b. penatakelolaan kelembagaan
Jumlah c. peningkatan kapasitas infrastruktur;
d. penyusunan peraturan pengelolaan kawasan;
No Kawasan Konservasi Kawasan Luas (Ha) e. pengembangan organisasi/kelembagaan masyarakat;
f. pengembangan kemitraan;
A Dikelola Kemenhut 32 4.694.947,55 g. pembentukan jejaring kawasan konservasi perairan;
h. pengembangan sistem pendanaan berkelanjutan;
Taman Nasional Laut 7 4.043.541,30 dan/atau
i. monitoring dan evaluasi
Taman Wisata Alam Laut 14 491.248,00
Suaka Margasatwa Laut 5 5.678,25
Cagar Alam Laut 6 154.480,00
B Dikelola KKP dan Pemda 113 11.756.129,41
Taman Nasional Perairan 1 3.355.352,82
Suaka Alam Perairan 3 445.630,00
Taman Wisata Perairan 6 1.541.040,20 a. perlindungan habitat dan populasi ikan;
a. pengembangan sosial ekonomi masyarakat;
Kawasan Konservasi Perairan Daerah 103 6.414.106,39 b. rehabilitasi habitat dan populasi ikan;
c. penelitian dan pengembangan; b. pemberdayaan masyarakat;
d. pemanfaatan sumber daya ikan; c. pelestarian adat dan budaya; dan/atau
e. pariwisata alam dan jasa lingkungan; d. monitoring dan evaluasi

Jumlah Total 145 16.451.076,96


f. pengawasan dan pengendalian; dan/atau
g. monitoring dan evaluasi

Sumber: Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, kkji.kp3k.kkp.go.id)


Gambar: Aspek Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan pulau-pulau Kecil

STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
8 9
Untuk mendukung kinerja pengelolaan KKP/3K, telah Monitoring Sosial Budaya dan Ekonomi.
disusun Suplemen pendukung Panduan E-KKP3K yang
Kriteria yang digunakan untuk melakukan evaluasi efektivitas
bertujuan memberikan pedoman teknis untuk membekali
pengelolaan kawasan konservasi (E-KKP3K) pada tingkat
pengelola KKP/3K, antara lain: (1) Panduan usulan inisiatif,
makro, terdiri dari 5 peringkat, 17 kriteria dan 74 dafter
identifikasi dan inventarisasi, dan Pencadangan; (2) Panduan
pertanyaan. 5 (lima) peringkat tersebut pada pelaksanaannya
Kelembagaan; (3) Panduan Rencana Pengelolaan dan Zonasi;
disederhanakan menjadi 3 Kategori yaitu: perunggu (level 1);
(4) Panduan Sarana dan Prasarana; (5) Panduan Pendanaan; (6)
perak (level 2) dan emas (level 3) sebagaimana disajikan pada
Panduan Penetapan; (7) Panduan Penataan Batas; (8) Panduan
gambar berikut ini:
Monitoring Biofisik (Sumberdaya Kawasan); dan (9) Panduan

Penerima Anugerah E-KKP3K (E-KKP3K Awards) 2013 Kategori Percontohan: Suaka Alam Perairan Pesisir Timur Pulau
Weh Kota SABANG, Taman Pesisir Pantai Penyu Pangumbahan Kabupaten SUKABUMI, Taman Pesisir Ujungnegoro-Roban
Kabupaten BATANG, Taman Wisata Perairan Nusa Penida Kabupaten KLUNGKUNG, Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten
ALOR, dan Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten RAJA AMPAT. Kategori Khusus: Bupati Kepulauan Anambas. Penyerahan
penghargaan disampaikan oleh Menteri kelautan dan Perikanan Sharif C. Sutardjo.

Penilaian efektivitas secara nasional selain untuk mengetahui Pengelolaan kawasan konservasi perairan nasional dilakukan
status efektivitas pengelolaan kawasan konservasi perairan, oleh Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN)
pesisir dan pulau-pulau kecil, juga sekaligus dijadikan Kupang dan Loka Kawasan Konservasi Perairan Nasional
ajang pemberian penghargaan yang mampu mendorong (LKKPN) Pekanbaru. Pengelolaan di Setiap lokasi KKPN
peningkatan pengelolaan efektif KKP3K. Anugerah E-KKP3K dilaksanakan oleh Satuan Kerja Kawasan Konservasi Perairan
(E-KKP3K Awards) merupakan bentuk penghargaan yang Nasional (Satker KKPN) yang merupakan bagian dari wilayah
diberikan kepada pemerintah daerah/kepala daerah/ Kerja Balai/Loka KKPN. Masing-masing KKPN, walau tidak
pengelola KKP3K yang konsisten mengembangkan seluruhnya berstatus Taman Nasional Perairan, pengelolaan
kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil. kawasan konservasi tersebut tetap dilakukan oleh satu Unit
Gambar: Kriteria E-KKP3K Penghargaan terdiri atas kategori Favorit 1 penghargaan, organisasi tersendiri, sehingga pemangkuan kawasan melalui
kategori percontohan 5 penghargaan, dan kategori pengelolaan kawasan dengan sistem zonasi dapat dilakukan
percepatan 17 penghargaan, serta kategori khusus. Anugerah secara optimal. Sedangkan untuk pengelolaan wilayah pesisir
E-KKP3K (E-KKP3K Awards) diagendakan setiap 2 (dua) tahun dan pulau-pulau kecil, terdapat Balai Pengelolaan Sumberdaya
sekali. Kegiatan Anugerah E-KKP3K diselenggarakan pertama Pesisir dan Laut (BPSPL) di Padang, Denpasar, Pontianak dan
kali pada tahun 2013, dan selanjutnya pada Renstra 2015-2019 Makassar serta Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan
akan dilaksanakan pada 2015, 2017 dan 2019. Laut (LPSPL) di Serang dan Sorong. Keenam Balai/Loka PSPL
ini juga mempunyai perpanjangan organisasi berupa Satker-
Satker yang mewakili jangkauan pelayanan di seluruh provinsi
di Indonesia.

STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
10 11
Taman Nasional Laut Sawu dan Taman Wisata Perairan Jejaring KKP dapat dilakukan untuk pengelolaan 2 (dua) atau Dua indikator keberhasilan pencapaian target ini adalah luas terus dilakukan, KKPD Klungkung selangkah lebih maju
Kepulauan Anambas merupakan 2 (dua) KKPN yang diinisiasi, lebih kawasan konservasi perairan secara sinergis, baik secara kawasan dan hasil evaluasi perangkat E-KKP3K. Pertama, ketimbang lokasi lain lantaran telah berhasil menapaki level
dicadangkan, ditetapkan dan dikelola oleh Kementerian lokal, nasional maupun regional. Kerjasama Jejaring KKP/3K dalam konteks luas kawasan yang dikelola, secara kumulatif E-KKP3K tertinggi yakni level emas yang berarti bahwa upaya
Kelautan dan perikanan melalui Balai/Loka KKPN tersebut. juga dapat memberikan nilai tambah lebih dibandingkan hampir 7,8 juta hektar kawasan telah terkelola efektif pokok pengelolaan telah mulai terasa manfaatnya bagi
Selain itu, Balai/Loka KKPN melalui satker-satkernya juga beberapa KKP yang berdiri sendiri karena: (1) jejaring hingga akhir tahun 2014. Angka ini jauh melampaui target kesejahteraan masyarakat.
mengelola 8 (delapan) KKKPN berdasarkan harmonisasi serah melindungi sumberdaya, ekosistem dan habitat secara pengelolaan efektif yang telah ditentukan pada periode awal
Berdasarkan hasil evaluasi efektivitas pengelolaan
terima dari kementerian kehutanan, antara lain Suaka Alam terpadu; dan (2) jejaring mendorong pembagian kapasitas renstra 2010-2014 seluas 4,5 juta hektar antara lain karena
kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau-pulau
Perairan (SAP) Kepulauan Aru Bagian Tenggara di Provinsi dan pengelolaan yang merata . Jejaring KKP/3K telah diatur implementasi kebijakan blue economy di tiga lokasi kawasan
kecil menggunakan perangkat E-KKP3K, seluruh kawasan
Maluku; SAP Kepulauan Raja Ampat – Papua Barat; SAP berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan konservasi yakni di Taman Wisata Perairan (TWP) Anambas,
konservasi yang masuk dalam target pengelolaan efektif telah
Kepulauan Waigeo sebelah Barat, dalam hal ini Kepulauan Nomor. 13/PERMEN-KP/2014 tentang Jejaring Kawasan TWP Nusa Penida Klungkung dan TWP Lombok Timur.
meningkat signifikan level efektivitas pengelolaannya (lihat
Panjang di Provinsi Papua Barat; Taman Wisata Perairan (TWP) Konservasi Perairan. Pun demikian, upaya pemanfaatan Tiga lokasi ini menyumbang hampir 1,3 juta luas kawasan
tabel 3). Upaya implementasi E-KKP3K ini juga mendukung
Kepulauan Kapoposang di Provinsi Sulawesi Selatan; TWP kawasan konservasi, kerjasama dan kemitraan dalam pengelolaan efektif tambahan selama periode RPJM 2010-
Goal No. 3 CTI, melalui Coral Triangle Marine Protected
Pulau Gili Ayer, Gili Meno, dan Gili Trawangan di Provinsi Nusa pengelolaan kawsan konservasi menjadi bagian penting 2014 dan menggenapkan jumlah fokus lokasi pengelolaan
Area System (CTMPAS) yakni operasionalnya pengelolaan
Tenggara Barat; TWP Kepulauan Padaido di Provinsi Papua; upaya pengelolaan efektif sebuah kawasan konservasi dapat efektif pada periode tersebut menjadi 24 lokasi. Selain itu,
kawasan konservasi pada tahun 2020. Pelatihan E-KKP3K
TWP Laut Banda di Provinsi Maluku; dan TWP Pulau Pieh di ditingkatkan. Saat ini sedang dalam finalisasi Peraturan sejumlah kawasan juga telah mengubah (menambah dan
yang telah dilaksanakan di Batam dan Makassar pada
Provinsi Sumatera Barat. Langkah harmonisasi Pengelolaan menteri kelautan dan Perikanan tentang Kemitraan, mengurangi) area konservasinya seperti yang terjadi di
tahun 2014 menjadi langkah penting menuju tercapainya
Kawasan Konservasi selanjutnya menyangkut pengelolaan serta Peraturan Menteri kelautan dan perikanan tentang Taman Pesisir (TP) Ujungnegoro-Roban Kabupaten Batang,
sasaran tersebut. Hasil evaluasi E-KKP3K dan pembelajaran
KPA/KSA laut yang masih dikelola kementerian kehutanan, Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan untuk berbagai TP Pangumbahan Sukabumi dan TWP Kepulauan Raja Ampat.
pengelolaan efektif kawasan konservasi telah dipaparkan tim
diantaranya 7 (tujuh) taman nasional laut. Berdasarkan kegiatan, antara lain: Penangkapan dan Pebudidayaan Ikan, Meski demikian, seluruh dinamika tersebut tidak berimbas
KKJI dalam World Parks Congress, November 2014 di Sydney
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014 pasal 78A, kawasan- Pariwisata Alam Perairan, Pendidikan dan Penelitian. Sebuah signifikan terhadapcapaian kinerja pengelolaan efektif
Australia. Pembelajaran pengelolaan efektif juga dilakukan
kawasan tersebut menjadi kewenangan menteri kelautan dan payung program efektivitas dan keekonomian kawasan kawasan konservasi.Kedua, dalam konteks hasil evaluasi
dengan bercermin dari negara lain, salah satunya melalui
perikanan. konservasi tengah dijalankan melalui Program Investasi dan E-KKP3K, seluruh kawasan konservasi yang masuk dalam fokus
studi lesson-learned di Auckland Selandia Baru. Peningkatan
Pengembangan Ekonomi berbasis Konservasi (PROSPEK). pengelolaan efektif telah meningkat level pengelolaannya.
Ditingkat regional, upaya pengelolaan efektif KKP/3K dalam kapasitas pengelolaan kawasan juga digalang melalui
Perlu dipahami bahwa level pengelolaan efektif kawasan
koridor kerjasama Coral Triangle Initiative (CTI) telah disusun sejumlah keikutsertaan dalam pelatihan internasional seperti
konservasi yang diakui berdasarkan E-KKP3K sejatinya
sebuah sistem pengelolaan kawasan konservasi di segitiga Economic Tool For Conservation di Palau, MPA Management
Refleksi Pengelolaan Kawasan Konservasi adalah ketika semua kriteria pada salah satu tingkatan telah
karang - Coral Triangle Marine protected Area System and Networks - BOBLME di Penang dan Sustainable Fisheries di
Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Tahun terpenuhi 100%.
(CTMPAS) yang memberikan manfaat bagi ekosistem Rhode Island. Semangat pengembangan konservasi seiring
terumbu karang di 6 negara CTI (Indonesia, Malaysia, 2014. Sejak dirilis pada akhir tahun 2012 melalui Keputusan dengan kehadiran Menteri Kelautan dan Perikanan yang
Philipina, Papua Nugini, Solomon Island dan Timor Leste) Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan memiliki target Direktur Jenderal KP3K Nomor Kep.44/KP3K/2012, perangkat baru telah ditindaklanjuti dengan pelaksanaan kegiatan
dan keuntungan bagi masyarakat yang berkontribusi untuk pengelolaan kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau- E-KKP3K telah menjadi alat ukur level pengelolaan efektif di Pangandaran, Berau dan Simeuleu untuk menjawab
pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal. Indonesia menjadi pulau kecil (KKP3K) seluas 4,5 juta hektar pada tahun 2014. kawasan konservasi yang independen dan terukur.Bahkan permasalahan pengelolaan terkini dan peningkatan
bagian dari 13 Nominasi kawasan konservasi CTMPAS 2013. Target kumulatif ini telah terlampaui berkat upaya-upaya untuk pertama kalinya pada tahun 2013 perangkat E-KKP3K efektivitas kawasan konservasi. Upaya nyata lain seperti pilot
untuk kategori 3 (Priority Development Sites) antara lain: pokok pengelolaan kawasan seperti asistensi pencadangan- diandalkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan untuk project perlindungan dan pelestarian kawasan di beberapa
KKPN TWP kapulauan Anambas, KKPN TNP laut Sawu dan penetapan kawasan, pembinaan pengelolaan kawasan, mengganjar para pengelola kawasan konservasi perairan lokasi seperti revitalisasi fungsi kawasan di TWP Gili Matra
KKP3KD TP Pangumbahan – Sukabumi. Sedangkan TNL penyusunan NSPK pengelolaan kawasan, evaluasi-penetapan daerah berprestasi melalui ajang E-KKP3K Awards. Sembilan (font box), turtle watching dan program adopsi penyu di TP
Wakatobi menjadi bagian kategori 4 (Flagship). Tiga prioritas kawasan serta asistensi rencana pengelolaan dan zonasi dari 24 kawasan konservasi yang menjadi fokus pengelolaan Pangumbahan-Sukabumi disertai dialog peran para pihak
kawasan pengembangan tersebut akan digenjot pengelolaan kawasan. Ada pula kegiatan penyusunan sub-project kawasan menunjukan level pengelolaan yang sangat menggembirakan dalam pengelolaan efektif kawasan konservasi juga telah
efektifnya, dan satu lokasi yang menjadi flagship tentunya konservasi yang pendanaannya didukung melalui Proyek karena telah berhasil menapaki level biru (Gambar). Kawasan dilakukan pada tahun 2014. Penyusunan nilai penting
menjadi percontohan pengembangan pengelolaan efektif di Rehabilitasi Pengelolaan Terumbu Karang (Coremap-CTI). konservasi tersebut yakni: KKPD Alor, KKPD Batang, KKPD Raja kawasan konservasi dan penilaian-penyusunan status
wilayah CTI. Dalam rangka persiapan Coremap-CTI juga telah dilaksanakan Ampat, KKPD Sukabumi, KKPN Laut Sawu, KKPN Pulau Pieh, pengelolaan efektif kawasan konservasi menambah panjang
penyusunan best practices dan replikasi pengelolaan teumbu KKPN Laut Banda, KKPN Aru Tenggara dan KKPN Anambas. daftar upaya nyata dalam rangka mendorong pengelolaan
Kawasan konservasi satu dan lainnya saling terkait secara Sementara itu, meski pembenahan pengelolaan masih perlu efektif kawasan konservasi yang telah dilakukan.
biofisik dalam satu kesatuan jejaring KKP/3K. Kerjasama karang.

STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
12 13

Anda mungkin juga menyukai