Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH DAN HASIL KONSERVASI SUMBER DAYA

ALAM SECARA IN SITU DI BEBERAPA TAMAN NASIONAL


INDOSESIA

OLEH : EVA DAMAI YANTI (41205421119004)

JURUSAN PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

UNIVERSITAS NUSA BANGSA BOGOR TAHUN 2020

1
DAFTAR ISI

Cover 1

Daftar Isi 2

BAB 1 PENDAHULUAN 3

A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 4

BAB II PEMBAHASAN 5

A. Konservasi Sumber Daya Alam 5

B. Taman Nasional dan Manfaatnya 5

C. Keanekaragaman Hayati Taman Nasioal di Indonesia 6

a. Keanekaragaman Jenis Ikan di Sungai SekonyerTaman Nasional Tanjung


PutingKalimantan Tengah 6
b. Keanekaragaman Mikroalga diPusat Konservasi Gajah, Taman Nasional
Way Kambas 7
c. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Sebagai Pestisida Alami di Savana
Bekol Taman Nasional Baluran 7

d. Keanekaragaman Jenis Burung Pada Areal Dongi-dongi di Kawasan Taman


Nasional Lore Lindu 9
e. Keragaman Lumut pada Marga Pandanusdi Taman Nasional Ujung Kulon, Banten 12
f. Keanekaragaman Satwa Berkhasiat Obat di Taman Nasional Betung Kerihun,
Kalimantan Barat Indonesia 13

BAB III PENUTUP 15


A. Kesimpulan 15
DAFTAR PUSTAKA 16

2
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alam menyediakan kelimpahan sumber daya yang memikat banyak pelaku dengan aneka
kepentingan yang kerap berberdaya ini dapat memenuhi kebutuhan umat manusia sekarang
dan di masa yang akan datang. Konsep pelestarian yang modern adalah pelestarian dan
pemanfaatan sum-berdaya bumi secara bijaksana, bukan hanya sekedar melindungi yang
menutup peluang pemanfaatan (MacKinnon et al., 1990). Konsep kawasan konservasi di
Indonesia saat ini mengacu pada UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sum-berdaya
Alam Hayati dan Ekosistemnya, yang membagi kawasan konservasi men-jadi dua yaitu
Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA). Taman Nasional
termasuk ke da-lam KPA yang diharapkan dapat membe-rikan jalan tengah dalam
pengelolaan kawasan konservasi antara tujuan perlindungan dan pemanfaatan. [ CITATION
Abd11 \l 1033 ]

Keanekaragaman hayati ialah suatu istilahyang mencakup semua bentuk kehidupan yang
mencakup gen, spesies tumbuhan,hewan, dan mikroorganisme serta ekosistem dan proses-
proses ekologi.Adanya arus globalisasi dan efisiensi menuntut suatu
keseragaman,mengakibatkan krisis keragaman diberbagai bidang. Saat ini keragaman
dianggap sebagai in-efisien dan primitif,dimana keseragaman ialah efisien dan modern.
Keanekaragaman hayati terus menerus mengalami kemerosotan. Hutan tropis sebagai salah
satu gudang keanekaragaman hayati diduga telah menyusut lebih dari setengahnya, bahkan
lahan pertanian juga telah mengalami degradasi, baik kualitas maupun kuantitasnya
(Anonymous, 2006a).Upaya mengatasi ancaman pada keragaman hayati telah dilakukan di
Indonesia, antara lain secara praktis mendorong proses suksesi ekologis untuk mewujudkan
kondisi lingkungan yang heterogen sehingga memberikan kesempatan semua spesies dapat
berkembang secara alami. Upaya tersebut dengan membentuk daerah cagar alam, konservasi
sumberdaya alam dan adanya taman nasional.[ CITATION Sut10 \l 1033 ]

Kawasan konservasi merupakan daerah penting atau daerah-daerah prioritas bagi satwa
liar terutama jenis mamalia dan burung untuk kelestarian hidupnya. Keberadaan jenis
mamalia dan burung dipengaruhi oleh aktivitas manusia seperti eksploitasi berlebih,
introduksi jenis eksotis, dan hilangnya habitat masih merupakan penyebab utama kepunahan
keanekaragaman hayati (Ledec and Good-land, 1992).[ CITATION Sof10 \l 1033 ]

B. Rumusan Masalah
a. Apa itu konservasi sumber daya alam?
b. Apa itu taman nasional dan manfaatnya ?
c. Macam keanekaragaman konservasi dengan adanya taman nasional?

3
C. Tujuan
a. Dapat diketahui apa itu konservasi sumber daya alam .
b. Diketahui apa itu taman nasional dan manfaatnya.
c. Didapat keanekaragaman konservasi sumberdaya alam dengan adanya taman
nasional.

4
BAB II PEMBAHASAN

A. Konservasi Sumber Daya Alam

Konservasi sumber daya alam adalah penghematan penggunaan sumber daya alam dan
memperlakukannya berdasarkan hukum alam. Pengertian konservasi adalah suatu upaya atau
tindakan untuk menjaga keberadaan sesuatu secara terus menerus berkesinambungan baik
mutu maupun jumlah. Konservasi sumber daya alam hayati berdasarkan UU No. 5 Tahun
1990adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara
bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan
meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Tujuannya untuk mengusahakan
terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga
dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan
manusia. Penelitian Eddy Manggopo Angi menyebutkanbahwa pelaksanaan konservasi
dalam era otonomi daerah telah menimbulkan konflik antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah karena adanyaperbedaan kepentingan terhadap sumber daya hutan yang
ada. [ CITATION Sri10 \l 1033 ]

B. Taman Nasional dan Manfaatnya


Untuk kepentingan kelestarian sumber daya alam, dengan tujuan paling akhir pada
keberlanjutan produksi, ekosistem dan masyarakat, suatu kawasan dibagi ke dalam
peruntukan tertentu yang pada intinya menetapkan wilayah yang sumber daya alamnya dapat
dimanfaatkan, wilayah konversi dalam pemukiman dan kebutuhan masyarakat, dan wilayah
konservasi. Jepson dan Whittaker (2002) dan Wiratno et al. (2001)dan dalam bukunya
menjelaskan sejarah dan alasan mengapa pada akhirnya pemerintah sampai pada kebijakan
membuat taman nasional. Selain untuk memenuhi persyaratan konvensi internasional
mengenai pelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati, juga ada alasan ekonomi dan
politik untuk mengontrol sumber daya alam tersebut. Secara khusus, Jepson dan Whittaker
(2002) mengatakan bahwa taman nasional dibuat dengan motivasi untuk menjaga suatu
kawasan bagi kepentingan ilmiah dan keindahan alam serta tanggung jawab moral untuk
menjaga segala bentuk kehidupan yang ada. [ CITATION Sem05 \l 1033 ]
Tujuan utama pendirian taman nasional di samping untuk konservasi binatang atau
tanaman tertentu adalah juga sebagai kawasan yang berkontribusi positif untuk kesejahteraan
masyarakat sekitarnya,sebuah tujuan ideal yang telah banyak dibahas dinamikanya (Sayer
dan Campbell 2004; Zerner2000; Lynch dan Harwell 2002). Dengan pembedaan seperti
disarankan dalam UU di atas menjadi jelas bahwa pembagian kawasan hutan atau lautan
sebagai sebuah sumber daya alam menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Pembagian
kawasan atau teritorialisasi tersebut mengisyaratkan secara jelas pada bagian mana yang
merupakan wilayah produksi, wilayah konversi untuk masyarakat dan wilayah perlindungan.
Teritori alitas(teritoriality) merupakan sebuah konsep yang mengalami pengkhususan makna,
dari sekedar merujuk pada aspek geografi atau lokasi, menjadi berdimensi sosial, ekonomi
dan politik.[ CITATION Sem05 \l 1033 ]

5
C. Keanekaragaman Hayati Taman Nasioal di Indonesia
Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan tingkat biodiversitas tertinggi setelah
Brazil. Secara geografis wilayah Indonesia berada di antara dua samudra, yaitu samudra
hindia dan pasifik sehingga membuat keanekaragaman hayati melimpah.
Keanekaragaman hayati mencakup semua jenis flora, fauna,mikroorganisme dan
ekosistem dengan segala prosesnya. Menurut UUno.5 tahun 1994, keanekaragaman
hayati adalah keanekaragaman diantara makhluk hidup dari semua sumber termasuk
daratan dan lautan. Keanekaragaman adalah hubungan antara jumlah jenis dan jumlah
individu masing-masing jenis dalam suatu komunitas (Kottelatet al 1993). Primack
(1998) mengklasifikasikan kajian keanekaragaman berdasar geografisnya menjadi tiga
tingkatan, yaitu diversitas alfa,diversitas beta dan diversitas gamma. Diversitas alfa
merupakan tingkatan keanekaragaman mengenai jumlah jenis di dalam suatu habitat
tunggal atau komunitas tunggal. Dalam pembahasan kali ini adalah habitat di taman
nasional. [ CITATION Feb13 \l 1033 ]

a. Keanekaragaman Jenis Ikan di Sungai SekonyerTaman Nasional Tanjung


PutingKalimantan Tengah
Menurut Kottelat et al(1993) Jenis ikan di Kalimantan berjumlah sekitar 394 jenis
dengan 149 jenisendemik (38%), Sumatera 272 jenis dengan 30 jenis endemik (11%),
Jawa berjumlah 132 jenis dengan 52 jenis endemik (9%) dan Sulawesi berjumlah 68
jenis dengan 52 jenis endemik (76%). Kalimantan memiliki jumlah spesies yang
paling besar di antara pulau yang lain, namun tingkat endemik masih kalah
dibandingkan dengan pulau Sulawesi.Kalimantan merupakan salah satu pulau
terbesar di Indonesia bahkan dunia. Luas keseluruhan pulau Kalimantan adalah
736.000 km2. Kondisigeografis yang berlekuk mengakibatkan Kalimantan memiliki
banyak aliran sungai. Sungai mempunyai potensi dan peranan penting bagi
kelangsungan aktivitas seluruh mahluk hidup. Habitat yang masih alami, seperti
TamanNasional Tanjung Puting (TNTP) yang merupakan kawasan
perlindunganbiodiversitas kekayaan fauna dan flora di Kalimantan Tengah.
Penelitian keanekaragaman jenis ikan di sungai Sekonyer Taman Nasional
Tanjung Puting (TNTP) Kalimantan Tengah terdiri dari enam stasiun pengamatan
pada bulan Januari-Febuari 2013. Pemilihan stasiun pengamatan secara
terpilih(purposive sampling) yaitu berdasarkan pertimbangan terwakilinya
keadaanperairan. Hasil penelitian terdapat 43 jenis dari 25 genus dan 13 famili dari
ikanyang berhasil dikumpulkan berjumlah 1013 ekor menggunakan pancing,
gillnet,serok, seruak, taut dan pengilar secara ekplorasi. Jenis ikan terbanyak
disepanjang sungai Sekonyer terdiri dari famili Cyprinidae (10 jenis), Belontiidae(7
jenis), Channidae (6 jenis), Hemiramphidae (4 jenis) dan Siluridae (4 jenis).
Keanekaragaman jenis ikan di Sungai Sekonyer TNTP Kalimantan Tengah dalam
keadaan relatif sedang (H’<3) dengan indeks keanekaragam (H’) sebesar2,98 dan
keseragaman populasi tinggi (E>0,6) sebesar 0,79. Hasil indeks keanekaragaman (H’)
tertinggi pada stasiun VI dan terendah pada stasiun II. Indekkemerataan (E) tertinggi
di stasiun I dan terendah di stasiun III. Jenis ikan yang mendominasi (Di) di sungai
Sekonyer adalah Krytopterus bicirrhis (17%),Rasbora cephataena (11,8%), Mytus
wyckii (10,5%), Ombok leiacahthus (6,8%),Plistolepis grooti (5,6%) dan
Hemirhamphodon phaisoma (5,5%). [ CITATION Feb13 \l 1033 ]

6
b. Keanekaragaman Mikroalga diPusat Konservasi Gajah, Taman Nasional
Way Kambas
Konflik antara manusia dan gajah makin meningkat, dan gajah telah dianggap
sebagai hama. Untuk melindungi gajah,sebuah persepsi baru diperlukan untuk
menunjukkan gajah dan manusia dapat hidup berdampingan. Taman Nasional Way
Kambas adalah taman nasional perlindungan gajah terletak dikawasan Lampung
Timur. Salah satu cara sederhana untuk melihat keterkaitan konflik antara gajah dan
manusia adalah dengan mempelajari habitat gajah. Kolam mandi gajah merupakan
salah satu kondisi yang dapat dijadikan parameterukur. Mengingat ketidak nyamanan
pada kolam mandi gajah membuat gajah mencari lokasi yang baru. Lebih lanjut, pada
kolam mandi gajah, mikroalga dapat dijadikan indikator potensial untuk kelayakan
kolam mandi gajah. Mikroalga diambil dari kolamminum gajah, kolam mandi gajah
dan kolam ikan yang terdapat pada kawasanTaman Nasional Way Kambas.[ CITATION
And13 \l 1033 ]
Mikroalga merupakan mikroorganisme aquatik fotositetik berukuran
mikroskopik,yang dapat ditemukan di dalam air tawardan air laut, paling tidak
terdapat padalokasi yang lembab, serta melakukan proses fotosintesis untuk membuat
makanannya sendiri karena termasuk ke dalam jenis makhluk hidup fotoautotrof.
Mikroalga merupakan jenis sel tunggal yang terpisah menyendiri atau berkelompok.
Tergantung pada jenisnya, ukuran mereka dapat terbentang beberapa mikrometer
(μm) hingga beberapa ratus mikrometer. Tidak sama dengan tumbuhan lain,
mikroalga tidak mempunyai akar, batang dan daun-daun.Mikroalga mampu untuk
melakukan fotosintes, mereka menghasilkan oksigen dimana pada waktu yang sama
mereka mengambil karbon dioksida dilingkungannya sehingga mengurangi efek
rumah kaca dan meminimalisasi terjadinya global warming.[ CITATION And13 \l 1033 ]
Hasil pengamatan, teridentifikasi 10 jenis mikroalga pada kolam minum gajah,
28 jenis mikroalga pada kolam mandi gajah dan 28 jenis mikroalga padakolam ikan,
dengan 4 divisi mikroalga yaitu chlorophyta, crysophyta, chyanophyta,
daneuglenophyta, serta teridentifikasi jenis mikroalga yang lebih beranekaragam pada
kolammandi gajah. Pada kolam mandi gajah, divisi crysophyta untuk
kelasbacillariophyceae/diatom paling mendominasi dan beragam. Keterkaitan antara
mikroalgadan gajah dapat dilihat dengan banyaknya ditemukan jenis diatom yang
dapat dijadikansebagai indikator kualitas lingkungan dan kesuburan ekosistem.
[ CITATION And13 \l 1033 ]
c. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Sebagai Pestisida Alami di Savana Bekol
Taman Nasional Baluran
Padang rumput merupakan habitat dari berbagai jenis tumbuhan dengan variasi
fungsi, di antaranya sebagai pestisid aalami. Penggunaan pestisida alami dipandang
lebih arif mengingat penggunaan pestisida sintetis ternyata berdampak buruk antara
lain munculnya ketahanan hama terhadap pestisida, membengkaknya biaya produksi
untuk membeli pestisida serta timbulnya dampak negatif penggunaan pestisida
terhadap manusia, lingkungan,dan ternak (Sintia, 2006).Pengendalian hama dengan
menggunakan pestisida alami dapat dijadikan pilihan paling murah dan lestari.
Pestisida organik yang bersifat mudah terurai menjadi bahan tidak berbahaya dan juga
dapat pula dipergunakan sebagai bahan pengusir/repelen terhadap serangga dan

7
hamatertentu, menjadikannya alternatif dalampengendalian hama lestari yang
ramahlingkungan (Admin, 2003).
Di savana Bekol cukup banyak ditemukan jenis-jenis tumbuhan yang berfungsi
sebagai pestisida alami (bio-pestisida),namun potensinya belum diketahui.Dari jenis-
jenis bio-pestisida yang ditemui, di antaranya berfungsi sebagai insektisida
(pembasmi serangga), fungisida(pembasmi jamur), dan nematisida(pembasmi
cacing). Babadotan (Ageratumconyzoides Linn.) dan tembelekan(Lantana camara
Linn.), pestisida alamiyang dijumpai ternyata mampu membasmi hama penggerek
pucuk mahoni (Lepidoptera: Pyralidae), sehingga akan berdampak positif untuk suatu
ekosistem hutan.Inventarisasi bio-pestisida akan membantu untuk mengetahui potensi
nilai biologi dan ekonominya, di samping meningkatkan fungsi taman nasional
sebagai sumber plasma nutfah.
Keanekaragaman Spesies Tumbuhan sebagai Pestisida Alami diKawasan
SavanaSpesies tumbuhan yang berfungsi sebagai pestisida alami berdasarkan
beberapa sumber pustaka
1. Kapasan (Abelmoschus moschatus[L.] Medic.)
Daun, bunga, dan biji bisa digunakan sebagai insektisida (membasmi
serangga).Minyak atsiri yang terdapat di dalam akar kapasan berfungsi
sebagai insektisi dadan larvasida (Dalimartha, 1999).
2. Kemangian/Selasih (Ocimum basilicumLinn.)
Daun kemangi/selasih mengandungminyak atsiri dengan bahan aktif
eugenoldan sineol yang mempunyai potensi sebagailarvasida dan hormon
juvenil yang menghambat perkembangan larva nyamuk(Anopheles
aconitus). Abu kemangi bisa digunakan untuk menghalau serangan
nyamuk (Fatimah, 1997). Selain nyamuk,daun kemangi juga dapat
digunakan untuk membasmi lalat buah, kutu daun,laba-laba merah, dan
tungau (Simon etal., 1990; Panhwar, 2005).
3. Mimba (Azadirachta indica A. Juss)
Produk mimba selain dapat digunakansebagai pupuk hijau juga
merupakanalternatif substitusi pestisida kimia yangberfungsi sebagai
insektisida. Zat azadirachtinyang terkandung di dalam biji dandaun mimba
efektif sebagai insektisida.Azadirachtin tidak langsung
mematikanserangga tetapi memodifikasi cara hidupnyasehingga serangga
tidak aktif lagi.
4. Widuri (Calotropis gigantea R.Br.)
Akar dan daun widuri berfungsi sebagai insektisida. Penelitian
Siswanto(2000) membuktikan bahwa ekstrak daun widuri dapat digunakan
sebagai insektisi dan abati untuk membasmi nyamuk Aedes aegypti.
Penelitian Pujihastuti(2000) membuktikan bahwa getah batangwiduri
dapat digunakan untuk membunuh lalat rumah (Musca domestica).
5. Babadotan (Ageratum conyzoidesLinn.)
Babadotan memiliki senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai insektisida
dan nematisida. Kandungan senyawa bioaktifdi antaranya saponin,
flavanoid, polifenol,dan minyak atsiri yang mampu mencegah hama
mendekati tanaman (penolak)dan menghambat pertumbuhan larva menjadi
pupa (Samsudin, 2008).

8
6. Legetan (Synedrella nodifloraGaertn.)
Legetan berfungsi sebagai insektisida.Penelitian Rathi dan
Gopalakrishnan(2005) membuktikan bahwa legetan mampu membasmi
hama Spodoptera litura,yaitu semacam ngengat, yang telah
resistenterhadap beberapa pestisida sintetik.
7. Tembelekan (Lantana camaraLinn.)
Daun tembelekan berfungsi sebagaiinsektisida. Penelitian Lukitasari
(2007)membuktikan bahwa tembelekan dapatmembasmi larva nyamuk A.
aegypti yangmenjadi faktor utama penyebab penyakitdemam berdarah
dengue (DBD) dan chikungunya.Penelitian Darwiati (2005)membuktikan
bahwa tembelekan ternyatajuga mampu membasmi hama penggerekpucuk
mahoni (Lepidoptera: Pyralidae). [ CITATION Fat08 \l 1033 ]

d. Keanekaragaman Jenis Burung Pada Areal Dongi-dongi di Kawasan Taman


Nasional Lore Lindu
Di Indonesia dijumpai 1.539 jenis burung dan 381 jenis di antaranya merupakan
endemik Indonesia. Sekitar 250 jenis burung endemik tersebar di Kawasan Wallacea.
Kawasan Wallacea meliputi Pulau Sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya, termasuk
Kepulauan Banggai, Kepulauan Sula, Kepulauan Nusa Tenggara, dan Kepulauan
Maluku. Burung merupakan fauna yang dapat dijumpai dari dataran rendah sampai
dataran tinggi, baik di daerah yang masih alami maupun yang sudah tidak alami (Celebes
Bird Club, 2006). Daratan Sulawesi mendukung jenis burung penetap sekitar 224 jenis
burung darat dan air tawar, dimana 41 jenis di antaranya merupakan jenis endemik, dan
jumlah burung endemik yang paling banyak terdapat di daratan Sulawesi (Coates dan
Bishop, 2000). [ CITATION Moh13 \l 1033 ]
Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) adalah salah satu Taman Nasional yang dengan
berbagai jenis flora dan fauna endemik, memiliki peran penting dalam penelitian karena
secara biogeografi Taman Nasional Lore Lindu terletak di garis Wallacea yang
merupakan wilayah peralihan antara zona Asia dan Australia. Taman Nasional Lore
Lindu adalah kawasan Taman Nasional yang berada di Propinsi Sulawesi Tengah dengan
luas sekitar 218.000 Ha dan menjadi habitat bagi keanekaragaman satwa dan fauna
langka. Taman Nasional Lore Lindu adalah kawasan konservasi hutan pegunungan
sehingga berbagai jenis ekosistem bisa ditemui disini mulai dari pegunungan dataran
rendah hingga dataran tinggi. Dari 384 jenis burung yang menghuni daratan Sulawesi,
267 jenis (70%) terdapat di kawasan ini, serta mendukung sekitar 71% burung-burung
endemik di Subkawasan Sulawesi dan Kepulauan Sula (Celebes Bird Club, 2006).
[ CITATION Moh13 \l 1033 ]
Dongi-dongi merupakan areal yang termasuk dalam wilayah Taman Nasiona Lore
Lindu. Dongi-dongi sebagian lahannya digunakan untuk lahan pertanian dan pemukiman.
Sebagian besar warga yang berada Dongi-dongi merupakan pemukim liar dan perambah
hutan di Kawasan Taman Nasional Lore Lindu. Data dari Balai Besar Taman Nasional Lore
Lindu luas perambahan hutan khususnya areal Dongi-dongi mencapai 3800 hektar.
Perambahan hutan dilakukan untuk pengalihan lahan hutan menjadi lahan pertanian dan
perambahan hutan juga dilakukan untuk mengambil hasil hutan secara ilegal. Aktivitas
perambahan hutan dan pembangunan pemukiman secara ilegal menyebabkan keseimbangan
lingkungan sekitar Dongi-dongi menjadi menurun, sehingga keanekaragaman jenis burung
pun menurun.

9
Hasil penelitian yang dilakukan di Kawasan Taman Nasional Lore Lindu pada areal
pemukiman (P) menunjukan bahwa terdapat 31 jenis burung, sedangkan pada habitat hutan
(H) terdapat 35 jenis burung. Jumlah populasi pada areal pemukiman sebanyak 47 individu,
sedangkan pada habitat hutan terdapat 121 individu dari seluruh jenis burung yang dijumpai.
Burung yang dijumpai pada areal pemukiman dengan habitat hutan mewakili 29 famili.
Tabel Komposisi jenis burung pada areal pemukiman dan habitat hutan.
No Nama Ilmiah Jumlah 25 Dicaeum 1 0
P H nerhkorni*
26 Heinrichia 1 0
1 Halcyon chloris 1 1
calligyna*
2 Rhipidura 1 1 27 Zosterops 1 0
teysmanni* consobrinorum
3 Ficedula 1 1 *
westermanni 28 Hylocitrea 1 0
4 Corvus typicus* 1 2 bonensis*
5 Hypothymis 1 2 29 Artamus 2 0
azurea monachus*
6 Trichastoma 1 2 30 Pycnonotus 3 0
celebense* aurigaster
7 Culicicapa 1 2 31 Hemiprocne 3 0
helianthea longipennis
8 Loriculus 1 2 32 Phaenicophaeu 0 1
stigmatus* s
9 Ictinaetus 1 3 calyorhynchus*
malayensis 33 Anas 0 1
10 Gerygone 1 4 gibberifrons
sulphurea 34 Spilornis 0 1
11 Trichoglossus 1 4 rufipectus*
ornatus* 35 Cyornis 0 1
12 Cacomantis 1 4 hoevelli*
merulinus 36 Amaurornis 0 1
13 Enodes 1 13 phoenicurus
erythrophris* 37 Eudynamis 0 1
14 Trichoglossus 1 17 scolopacea
flavoviridis* 38 Muscicapa 0 2
15 Dicaeum 2 1 dauurica
celebicum* 39 Coracina 0 2
16 Nectarinia 2 2 tenuirostris
jugularis 40 Oriolus 0 2
17 Collocalia 3 2 chinensis
esculenta 41 Dendrocopos 0 3
18 Zosterops 3 4 temminckii*
montanus 42 Ptilinopus 0 3
19 Hirundo 3 7 fischeri*
tahitica 43 Pachycephala 0 3
20 Collocalia 3 8 sulfuriventer*
vanikorensis 44 Phylloscopus 0 3
21 Aplonis minor 6 11 sarasinorum*
22 Falco severus 1 0 45 Coracina 0 4
23 Lonchura 1 0 abboti*
molucca Jumlah 47 121
24 Centropus 1 0
celebensis*

Berdasarkan di atas terdapat 28 famili. Famili Muscicapidae merupakan famili dengan


anggota terbanyak (5 jenis; 17%), diikuti famili Psittacidae, Cuculidae (4 jenis; 14%), famili
Dicaedidae, Accipitridae, Corvidae, Sturnidae, Zosteropidae, Pachycephalidae, Apodidae (2

10
jenis; 7%), famili Falconidae, estrildidae, Nectarinidae, Halcyonidae, Pcynonotidae,
Monarchidae, Hirundinidae, Timalidae, Pardalotidae, Hemiprocnidae, Rallidae, Picidae,
Columbidae, Sylvidae, Artamidae, Campephapidae dan Anatidae (1 jenis; 3%).
Tingkat Nama F(%) 14 Gerygone 50
kehadiran Ilmiah sulphurea
15 Culicicapa 50
jenis helianthea
burung 16 Falco 25
pada areal severus
pemukim 17 Lonchura 25
an. No molucca
1 Nectarinia 100 18 Centropus 25
jugularis celebensis
2 Dicaeum 100 19 Dicaeum 25
celebicum nerhkorni
3 Halcyon 100 20 Heinrichia 25
chloris calligyna
4 Pycnonotus 100 21 Ictinaetus 25
aurigaster malayensis
5 Zosterops 100 22 Corvus 25
montanus typicus
6 Hirundo 100 23 Hylocitrea 25
tahitica bonensis
7 Collocalia 100 24 Hypothymis 25
vanikorensi azurea
s 25 Artamus 25
8 Collocalia 100 monachus
esculenta 26 Trichogloss 25
9 Zosterops 75 us ornatus
consobrinor 27 Trichastom 25
um a celebense
10 Enodes 75 28 Loriculus 25
erythrophris stigmatus
12 Rhipidura 50 29 Ficedula 25
teysmanni westermann
12 Trichogloss 50 i
us 30 Hemiprocne 25
flavoviridis longipennis
13 Aplonis 50 31 Cacomantis 25
minor merulinus

Tabel Indeks keanekaragaman jenis burung pada areal pemukiman dan habitat hutan

No Lokasi Jumlah H’
Penelitian
1 Areal 31 3,19
pemukima
n
2 Habitat 35 3,17
hutan
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji t, diketahui indeks keanekaragaman pada
areal pemukiman maupun tipe habitat hutan tidak terdapat perbedaan. Dengan demikian H 0
diterima yaitu dengan kesimpulan tidak terdapat perbedaan indeks keanekaragaman antara
dua lokasi yang dibandingkan. [ CITATION Moh13 \l 1033 ]

11
e. Keragaman Lumut pada Marga Pandanusdi Taman Nasional Ujung Kulon, Banten
Taman Nasional Ujung Kulon merupakan salahsatu kawasan konservasi di Indonesia
yang memegang peranan penting dalam menjaga kelestarian sumberdaya hayati dan
keseimbangan ekosistem. Kawasankonservasi ini resmi ditetapkan sebagai Taman Nasional
pada tahun 1992. Luas areanya 120.551 ha, terdiridari 76.214 ha berupa daratan dan 44.337
ha lautan(Maulana et al, 2004). Tipe ekosistem di kawasan Taman Nasional ini terbagi
menjadi tiga yaitu ekosistem perairan laut, pantai, dan daratan. Pada ekosistem daratan dapat
ditemukan ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah yang terluas di Jawa Barat.
Keanekaragaman jenis flora phanerogamnya telah terdata dengan baik dan dilaporkan ada
sekitar 700jenis, 57 jenis diantaranya merupakan tumbuhan langka(Sriyanto et al, 2003). Pada
ekosistem pantai umumnyadidominasi oleh suku Pandanaceae, namun keragaman jenisnya
belum pernah terdata secara lengkap. Lumut merupakan kelompok tumbuhan epifit
yangbanyak ditemukan tumbuh di batang pohon , kayu mati,kayu lapuk, tanah, atau batuan,
dengan kondisilingkungan lembab dan penyinaran yang cukup.Penelitian keanekaragaman
lumut telah banyakdilakukan namun penelitian tentang keanekaragamanlumut yang tumbuh
pada suku Pandanaceae khususnya pada marga Pandanus. [ CITATION Flo09 \l 1033 ]

Daftar jenis lumut yang tumbuh pada marga Pandanus di Taman Nasional Ujung Kulon,
Banten

12
f. Keanekaragaman Satwa Berkhasiat Obat di Taman Nasional Betung Kerihun,
Kalimantan Barat Indonesia

Taman Nasional Betung Kerihun merupakan sisa tutupan hutan tropis yang paling luas di
Kalimantan Barat (Partomihardjo et al. 1999) yang memiliki delapan tipe ekosistem hutan,
yang didominasi oleh hutan Dipterocarpaceae dataran rendah (Soedjito dan Supardiyono
1999). Data menunjukkan bahwa terdapat sekitar 48 jenis mamalia besar dan 35 jenis
mamalia kecil, 301 jenis burung (63 jenis merupakan burung yang dilindungi, 24 jenis
diantaranya merupakan jenis endemik di Kalimantan), 31 jenis herpetofauna dan 112 jenis
ikan (14 jenis endemik Kalimantan) di TNBK (DEPHUT RI 2007). Tingginya
keanekaragaman satwa di TNBK telah mendorong timbulnya kegiatan pemanfaatan satwa
yang dilakukan oleh masyarakat, baik sebagai bahan pangan, bahan sandang, bahan baku
obat, dan industri rumah tangga. Beberapa jenis satwa yang dilindungi seperti beruang madu
(Helarctos malayanus) dan rusa Sambar (Cervus unicolor) telah dimanfaatkan oleh
masyarakat dalam pengobatan beberapa penyakit.
Terdapat 39 jenis satwa yang digunakan sebagai obat oleh masyarakat di sekitar TNBK,
yang dikelompokkan ke dalam 8 kelas yaitu Mamalia, Reptilia, Actinopterygii, Avifauna,
Insekta, Chilopoda, Chaetopoda dan Arachnida. Dari 19 jenis satwa mamalia yang
dimanfaatkan sebagai obat, beruang madu merupakan jenis yang paling banyak dimanfaatkan
oleh masyarakat di sekitar kawasan TNBK. Masyarakat meyakini empedu beruang madu
sebagai obat untuk luka dalam akibat patah tulang, terkilir dan kecelakaan ringan. Beruang
madu termasuk jenis satwa yang dilindungi oleh pemerintah Indonesia (Maryanto dan
Soebekti 2007), dan termasuk dalam Appendix I CITES (CITES 2007). Oleh karena itu
pemanfaatan beruang madu oleh masyarakat dapat mengancam kelestarian beruang madu di
habitat aslinya. [ CITATION MAR08 \l 1033 ]
Tabel Jenis satwa yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar kawasan TNBK dalam
pengobatan tradisional
Jenis Satwa Berkhasiat Obat Status Konservasi
No. Nama Indonesia Nama Inggris Nama Ilmiah Indonesia CITES IUCN
MAMALIA
1. Angkis ekor panjang Long-tailed Trichys - - LR/lc
Porcupine fasciculata
2. Bajing kerdil dataran rendah Plain pigmy Exilisciurus exilis - - LR/lc
Squirrel
3. Berang-berang Otter Lutra sp. PP no 7/1999 II VU; DD
4. Beruang madu Sun bear Helarctos PP no 7/1999 I DD
malayanus
5. Binturung Binturong Arctictis PP no 7/1999 - LR/lc
binturong
6. Kalong Large Flying Fox Pteropus - II LR/lc
vampyrus
7. Kancil Lesser Mouse- Tragulus PP no 7/1999 - LR/lc
Deer javanicus
8. Kelelawar ekor trubus Sheat-tailed Bat Emballonura sp. - - LR/lc
9. Kijang Barking Deer Muntiacus PP no 7/1999 - LR/lc
muntjak
10. Landak butun Thick-spined Hystrix - - LR/nt
Porcupine crassispinis
11. Landak raya Common Hystrix PP no 7/1999 - VU
Porcupine brachyura
12. Lutung Kalimantan White-fronted Presbytis frontata PP no 7/1999 II DD
Leaf Monkey
13. Lutung merah Maroon Leaf Presbytis PP no 7/1999 II LR/lc
Monkey rubicunda

13
14. Monyet kera Long-tailed Macaca - II LR/nt
Macaque fascicularis

14
15. Rusa sambar Sambar Deer Cervus unicolor PP no 7/1999 - LR/lc
16. Tikus belukar Malaysian Wood Rattus tiomanicus - - LR/lc
Rat
17. Trenggiling Pangolin Manis javanica PP no7/1999 II LR/lc
peusing
18. Tupai Treeshrew Tupaia sp. - II LR/lc
AVIFAUNA
19. Kacer Oriental magpie- Copsychus - - LC
robin saularis
20. Rangkong gading Helmeted Rhinoplax vigil PP no 7/1999 I NT
hornbill
REPTILIA
21. Bengkarung Smooth-scaled Eutropis - - -
lizard multifasciata
22. Biawak Water monitor Varanus salvator - II -
23. Buaya Crocodile Crocodylus sp. PP no 7/1999 I & II CR, EN, LR/lc

24. Labi-labi Asiatic softshell Dogania - - LR/lc


turtle subplana
25. Lakian Flying lizard Draco volans - - -
26. Ular berbisa Poisonous snake - - - -
27. Ular piton Reticulated Python - II -
python reticulatus
28. Ular sinduk South Indonesian Naja sputatrix - II -
Spitting Cobra
ACTINOPTERYGII
29. Belut Bengal swamp Synbranchus - - -
eel bengalensis
30. Ikan jelawat Hoven’s carp Leptobarbus - - -
hoeveni
31. Ikan semah Thai mahseer Tor tambroides - - -
32. Kuda laut Spotted seahorse Hippocampus - II VU
kuda
INVERTEBRATA
33. Kalajengking Scorpion
34. Cacing tanah Worm Lumbricus - - -
rubellus
35. Kecoa Cockroach Blattela - - -
Germanica
36. Lebah Bee Apis dorsata - - -
37. Lipan Centipede Scolopendra - - -
subspinipes
HEWAN PELIHARAAN
38. Ayam kampung Domestic chicken Gallus gallus - - -
domesticus
39. Kucing rumah House cat Felis catus - - -
Keterangan: PP no7 /1999 : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no 7 tahun 1999;
VU: Vulnerable; DD: Data Deficient; LR: Lower Risk; nt: near threatened; lc: least concern;
I: Apendix I CITES; II: Apendix II CITES; III: Apendix III CITES.

Dari table diatas dapat dilihat keanekaragaman hayati yang banyak di dalam Taman Nasional Betung
Keribun. Untuk menjamin kelestarian jenis-jenis satwa yang dimanfaatkan sebagai obat maka perlu
dilakukan usaha-usaha perlindungan terhadap jenis satwa berkhasiat obat yang dilindungi. [ CITATION
MAR08 \l 1033 ]

15
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan pendirian taman nasional di samping untuk konservasi binatang atau
tanaman tertentu secara in situ kita bisa melindungi keanekaragaman hayatinya menjaga
lingkungan tetap terjaga. Selain sebagai asset perlindungan dan pencegahan berkurang
atau punahnya beberapa makhluk hidup adanya taman nasional juga bermanfaat bagi
manusia agar satwa liar tidak menyerang pemukiman warga. Dengan kata lain adanya
konservasi ini sangan membantu menjaga kelestarian lingkungan dan menjaga sumber
daya alam yang ada. Dan adanya taman nasional sebagai konservasi sumber daya alam
ini bermanfaat untuk menjaga dan melestarikan keanekaragaman hayati,dimana memiliki
manfaat untuk kelangsungan hidup manusia, sebagai contoh untuk pestisida dan obat
herbal.

16
DAFTAR PUSTAKA

MARI, Y. B. (2008). f. Keanekaragaman Satwa Berkhasiat Obat di Taman Nasional Betung Kerihun,
Kalimantan Barat Indonesia. Media Konservasi Vol. 13, No. 1 April 2008 : 8 – 15, 8-15.

Abdullah Syarief Mukhtar, A. (2011). POTENSI KOLABORASI DALAM PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL
TELUK CENDERAWASIH DI PAPUA . Potensi Kolaborasi dalam Pengelolaan, 217-226.

Andi Setiawan, D. Y. (2013). Studi Pendahuluan Mengenai Keanekaragaman Mikroalga diPusat


Konservasi Gajah, Taman Nasional Way Kambas. Semirata 2013 FMIPA Unila, 93-98.

Fatahul Azwar, D. S. (2008). Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Sebagai Pestisida Alami. Jurnal Penelitian
HUtan dan Konservasi Alam, 355-365.

Moh.Ihsan, M. S. (2013). KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA AREAL DONGI-DONGIDI KAWASAN


TAMAN NASIONAL LORE LINDU. WARTA RIMBA, 1-10.

Nurudin, F. A. (2013). Keanekaragaman Jenis Ikan di Sungai SekonyerTaman Nasional Tanjung


PutingKalimantan Tengah. 1-99.

Purwanto, S. A. (2005). Taman Nasional, Hak-hak Masyarakat Setempat dan Pembangunan Regional.
ANTROPOLOGI INDONESIA Vol. 29, No. 3, 2005, 269-288.

Qodriyatun, S. N. (2010). KONSERVASI SUMBER DAYAALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DALAM


KERANGKA DESENTRALISASI1. Konseruasi Sumber Daya , 551-557.

Sofian Iskandar, R. A. (2010). STATUS KONSERVASI MAMALIA DAN BURUNGDI TAMAN NASIONAL
MERBABU. Penelitian Hutan Dan Konservasi Alam, 227-239.

Sutoyo. (2010). KEANEKARAGAMAN HAYATI INDONESIA. Buana Sains Vol 10 N0 2: 101-106, 2010, 101-
106.

Windadri, F. I. (2009). Keragaman Lumut pada Marga Pandanusdi Taman Nasional Ujung Kulon, Banten.
Jurnal Natur Indonesia, 89-93.

17

Anda mungkin juga menyukai