Anda di halaman 1dari 24

Istilah 

biosfer dapat mencakup semua ini, bersama dengan 10 juta spesies makhluk hidup
yang dikandungnya. Biosfer mendaur ulang udara, air, organisme, dan mineralnya secara
konstan untuk mempertahankan keadaan yang sangat seimbang; manusia mungkin harus
melakukan yang terbaik untuk menirunya. Meskipun kata itu memiliki bunyi baru, kata itu
pertama kali digunakan lebih dari seratus tahun yang lalu.

DAPUS
Kanal Informasi (2016). Pengertian Biosfer dan Cagar Biosfer - Kanal Informasi. [online] Kanal Informasi.
Available at: https://www.kanalinfo.web.id/pengertian-biosfer-dan-cagar-biosfer [Accessed 21 Dec. 2020].

‌ edaksi Indonesia.go.id (2020). Pengakuan Unesco untuk Tiga Cagar Biosfer Indonesia  | Indonesia.go.id.
R
[online] Indonesia.go.id. Available at: https://indonesia.go.id/ragam/keanekaragaman-hayati/ekonomi/pengakuan-
unesco-untuk-tiga-cagar-biosfer-indonesia#:~:text=Konsep%20cagar%20biosfer%20ini%20adalah,konservasi
%20merupakan%20core%20area%2Dnya. [Accessed 21 Dec. 2020].

‌ ipi.go.id. (2014). Penting Penerapan Konsep Cagar Biosfer. [online] Available at: http://lipi.go.id/berita/penting-
L
penerapan-konsep-cagar-biosfer/1411 [Accessed 21 Dec. 2020].

‌ ecep Risnandar (2018). Cagar Biosfer - Ensiklopedi Jurnal Bumi. [online] Jurnal Bumi. Available at:
C
https://jurnalbumi.com/knol/cagar-biosfer/ [Accessed 21 Dec. 2020].

K
‌ emdikbud.go.id. (2019). Pengembangan Cagar Biosfer Dalam Program The Man and The Biosphere UNESCO
– Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO. [online] Available at: https://kniu.kemdikbud.go.id/?p=4099
[Accessed 21 Dec. 2020].

Lovelybogor.com. (2017). Apa Itu Cagar Biosfer? Apa Tujuan dan Fungsinya? – Lingkungan Hidup. [online]
Available at: https://lingkungan.lovelybogor.com/apa-itu-cagar-biosfer-apa-tujuan-dan-fungsinya/ [Accessed 21
Dec. 2020].

R.Larasati. (2012). Cagar Biosfer. [online] Available at: https://rlarasati.wordpress.com/2012/03/25/cagar-biosfer/


[Accessed 21 Dec. 2020].

National Geographic Society (2011). biosphere. [online] National Geographic Society. Available at:
https://www.nationalgeographic.org/encyclopedia/biosphere/ [Accessed 21 Dec. 2020].


Konsep cagar biosfer ini adalah mengelola suatu kawasan yang ditujukan untuk mengharmonikan antara
kebutuhan konservasi keanekaragaman hayati-sosial-ekonomi yang berkelanjutan dan dukungan logistik yang
cukup. Kawasan konservasi merupakan core area-nya.13 Nov 2020

Pengertian Biosfer dan Cagar Biosfer


KANAL INFORMASI 21 MAR 2016

Pengertian biosfer secara umum adalah suatu sistem ekologi (timbal-balik atau interaksi) yang
menyatukan seluruh makhluk hidup yang ada di muka bumi, termasuk dalam berinteraksi dengan unsur
batuan, air, dan udara. Secara etimologi kata biosfer berasal dari kata bio (hidup) dan sphere (lapisan).
Dengan demikian definisi biosfer adalah lapisan kehidupan (baik flora dan fauna) yang terdapat di
permukaan bumi.

Istilah biosfer digunakan untuk pertama kali oleh Eduard Suess seorang peneliti bidang geologi tahun
1875 dengan pengertian yaitu “Place on Earth’s surface where life dwells (Tempat di permukaan Bumi
dimana kehidupan tinggal)“. Kemudian pada tahun 1920 Vladimir I. Vernadsky mendefinisikan biosfer
sebagai salah satu ilmu ekologi yang mengacu pada kehidupan dan Bumi.

Ruang lingkup Biosfer (biosphere) meliputi udara, tanah dan air yang merupakan lapisan tipis yang
diatas permukaan tanah ke arah atmosfer, dan ke arah kedalaman laut. Hanya pada lapisan biosfer
inilah dijumpai adanya kehidupan organisme. Dengan demikian hanya bumi satu-satunya tempat yang
diketahui yang mendukung kehidupan, baik itu manusia, binatang bahkan sampai makhluk
mikrobiologis.

Pengertian Cagar Biosfer

Pengertian cagar biosfer adalah kawasan ekosistem darat dan pesisir laut yang dilindungi dan
dilestarikan serta diakui dunia internasional. Cagar biosfer merupakan bagian dari Program Manusia
dan Biosfer dari UNESCO – Man and the Biosphere (MAB) Programme – untuk kepentingan penelitian
dan pendidikan yang bertujuan untuk pencapaian keseimbangan antara kelestarian aneka hayati,
kebudayaan serta pembangunan ekonomi. Konsep cagar biosfer pertama kali dikembangkan oleh
Gugus Tugas (Task Force)  pada tahun 1974.
Jaringan cagar biosfer diluncurkan pada tahun 1976 dan sejak Maret 1995, telah berkembang menjadi
324 cagar di 82 negara. Jaringan tersebut merupakan komponen kunci dari tujuan MAB untuk mencapai
keseimbangan yang berkelanjutan antara pencapaian tujuan melestarikan keanekaragaman hayati yang
terkadang menimbulkan konflik, peningkatan pembangunan sektor ekonomi dan pelestarian nilai-nilai
budaya yang terkait.

Cagar biosfer merupakan situs terpilih untuk menguji, memperbaiki, mendemonstrasikan dan
melaksanakan tujuan tersebut.
Sesuai dengan pengertian biosfer di atas maka keberadaan cagar biosfer untuk peningkatan kesadaran
serta memberi peluang masyarakat yang tinggal disekitar kawasan tersebut untuk ikut berpartisipasi
dalam konservasi dan pemanfaatan sumber daya secara lestari.

Cagar Biosfer Indonesia

Di Indonesia cagar biosfer yang telah diakui oleh dunia internasional adalah:

1. Cagar Biosfer Cibodas – terletak di Jawa Barat meliputi wilayah Kabupaten Bogor, Kabupaten
Sukabumi dan Kabupaten Cianjur, ditetapkan pada tahun 1977. Saat ini, zona intinya Taman Nasional
Cibodas adalah kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango seluas 22.851 hektar.

2. Cagar Biosfer Tanjung Puting – terletak di Propinsi Kalimantan Tengah meliputi daerah Kabupaten
Kotawaringin, ditetapkan pada tahun 1977, kemudian pada tahun 1982 zona intinya ditetapkan sebagai
Taman Nasional Tanjung Puting.
3. Cagar Biosfer Lore Lindu – terletak di Sulawesi Tengah, meliputi wilayah administratif Kabupaten
Donggala dan Kabupaten Poso, ditetapkan pada tahun 1977. Zona inti adalah Taman Nasional Lore
Lindu dengan luas sekitar 231 ribu hektar yang ditetapkan pada tahun 1993.
4. Cagar Biosfer Komodo – terletak di Kabupaten Manggarai, Propinsi Nusa Tenggara Timur,
ditetapkan pada tahun 1977. Kawasan ini mencakup Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pulau Padar dan 26
pulau lainnya. Pada tahun 1990, pemerintah menetapkan Pulau Komodo, Pulau Rinca dan Pulau Padar
dan area sekitarnya menjadi Taman Nasional Komodo dengan luas sekitar 173 ribu hektar.
5. Cagar Biosfer Pulau Siberut – terletak di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Propinsi Sumatera
Barat, ditetapkan pada tahun 1981. Pada tahun 1993, pemerintah Indonesia menetapkan areal seluas
190 ribu hektar di Pulau Siberit dan daerah sekitarnya sebagai Taman Nasional Siberut.
6. Cagar Biosfer Gunung Leuser – terletak di Propinsi Sumatera Utara dan Nangroe Aceh
Darussalam, ditetapkan pada tahun 1981. Zona inti kawasan adalah Taman Nasional Gunung Leuser
yang ditetapkan pada tahun 1980.
7. Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu – terletak di propinsi Riau, ditetapkan pada tahun 2009.
Kawasan ini merupakan cagar biosfer yang paling unik di Indonesia terdiri dari Suaka Margasatwa Giam
Siak Kecil (75.000 ha), Suaka Margasatwa Bukit Batu(24.800 ha), konsesi hutan produksi Sinar Mas
(72.000 ha) serta eks HPH PT. Rimba Rokan Lestari.
8. Cagar Biosfer Taman Laut Wakatobi – terletak di wilayah Kabupaten Wakatobi, Propinsi Sulawesi
Tenggara, ditetapkan pada tahun 2012. Zona inti cagar ini adalah kawasan Taman Nasional
Wakatobi yang telah ditetapkan sebagai taman nasional pada tahun 1996 dengan luas 1.390.000
hektar.
9. Cagar Biosfer Bromo Tengger Semeru-Arjuno – terletak di wilayah Pasuruan, Probolinggo,
Lumajang dan Malang propinsi Jawa Timur ditetapkan pada tahun 2015.
10. Cagar Biosfer Taka Bonerate-Kepulauan Selayar  ditetapkan pada tahun 2015. Kawasan ini
berada di Kecamatan Takabonerate, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan. Taman Nasional
Taka Bonerate adalah taman laut yang mempunyai kawasan atol terbesar ketiga di dunia dengan luas
atol 220.000 hektare dengan sebaran terumbu karang mencapai 500 km².
11. Cagar Biosfer Blambangan – terletak di kabupaten Banyuwangi yang ditetapkan pada
tahun 2016. Kawasan ini seluas 678.947,36 ha yang terbagi ke dalam tiga zona yaitu area inti seluas
127.855,62 ha yang meliputi empat kawasan konservasi terdiri atas tiga Taman Nasional (TN Alas
Purwo, TN Baluran, dan TN Meru Betiri) dan satu Cagar Alam Kawah Ijen.

Pengakuan Unesco untuk Tiga Cagar Biosfer


Indonesia
13 November 2020, 08:14 WIB
Unesco menetapkan tiga cagar biosfer baru di Indonesia. Kini Indonesia memiliki 19 cagar biosfer seluas 29.9
juta ha yang menjadi bagian dari World Network of Biosphere Reserves.
 

Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani. Salah satu cagar Biosfer yang dimiliki Indonesia. Foto: Antara Foto/ Sukarno

Indonesia merupakan negara dengan kekayaan flora dan fauna yang sangat melimpah. Kekayaan itu tumbuh dan
berkembang dalam ekosistem yang beraneka rupa. Tidak heran bila kemudian Indonesia disebut sebagai negara
dengan megabiodiversitas dunia. Sebagai bagian dari warga dunia, negara ini memiliki tanggung jawab untuk
menjaganya, yakni melestarikan lingkungan dan alamnya dari perusakan dan eksploitasi berlebihan.
Salah satu langkah yang dilakukan untuk mencegah perusakan tersebut adalah dengan memasukkan wilayah-
wilayah konservasi penting ke dalam program cagar biosfer atau yang juga dikenal sebagai biosphere reserves.
Kali ini, Indonesia patut kembali berbangga. Apa pasal? Ya, Badan Dunia The United Nations Educational,
Scientific and Cultural Organization (Unesco) melalui International Coordinating Council Man and The Biosphere
(ICC MAB) dalam sidangnya yang ke-32, pada Rabu (29/10/2020), baru saja menetapkan tiga cagar biosfer baru
Indonesia.

Luas ketiga cagar biosfer baru itu mencapai total 2.23 juta ha yang dikukuhkan oleh sidang ICC MAB di Paris,
Prancis. Berbeda dengan sidang-sidang sebelumnya, sidang kali ini diselenggarakan secara daring. Namun, hasil
keputusannya tetap berkualitas dan sangat membanggakan Indonesia. Penetapan Unesco terhadap
tiga cagar biosfer Indonesia itu, masing-masing Bunaken Tangkoko Minahasa (746.412 ha), Karimunjawa Jepara
Muria (1.23 juta ha), dan Merapi Merbabu Menoreh (254.876 ha).
Dengan bertambahnya tiga cagar biosfer, seperti disampaikan Direktur Eksekutif Komite Nasional Program MAB
Indonesia-Lembaga Ilmu pengetahuan Indonesia (LIPI) Y Purwanto, dalam siaran persnya belum lama ini,
Indonesia kini memiliki 19 cagar biosfer seluas 29.9 juta ha yang menjadi bagian dari World Network of Biosphere
Reserves (WNBR). “Dari total luas kawasan cagar biosfer yang dimiliki Indonesia tersebut, luas kawasan
konservasi yang menjadi core area/area inti cagar biosfer adalah 5.26 juta ha atau > 20% dari total luas kawasan
cagar biosfer yang ada,” kata Purwanto.
Khusus konsep cagar biosfer, Unesco menggagasnya sejak 1971. Konsep cagar biosfer ini adalah mengelola
suatu kawasan yang ditujukan untuk mengharmonikan antara kebutuhan konservasi keanekaragaman hayati-
sosial-ekonomi yang berkelanjutan dan dukungan logistik yang cukup. Kawasan konservasi merupakan core
area-nya. Selain Indonesia dengan 19 cagar biosfernya, cagar biosfer di dunia telah mencapai 714 yang tersebar
di 129 negara.

“Pembangunan dan pengembangan cagar biosfer Indonesia dapat menjadi sarana untuk melaksanakan
komitmen bangsa Indonesia dalam melaksanakan berbagai konvensi terkait dengan lingkungan hidup,
keanekaragaman hayati, dan perubahan iklim,” ujar Purwanto.
Indonesia termasuk memiliki cagar biosfer yang terluas di dunia. Dari luasnya, peran Indonesia sangat penting
untuk tetap terjaganya keberlanjutan keanakeragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan dunia. Beberapa
cagar biosfer Indonesia, antara lain:
 
1. Gunung Leuser
Taman Nasional Gunung Leuser biasa disingkat TNGL adalah salah satu Kawasan Pelestarian Alam di Indonesia
seluas 1,09 juta ha yang secara administrasi pemerintahan terletak di dua Provinsi Aceh dan Sumatra Utara.
Taman Nasional ini telah menjadi cagar biosfer sejak 1981, Cagar Biosfer Gunung Leuser sendiri memiliki
kawasan inti seluas 792.675 ha yang ditetapkan pada 1980.
2. Pulau Siberut
Cagar Biosfer Siberut terdapat di Taman Nasional Siberut (Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat) dengan
kawasan inti seluas 190.500 ha yang ditetapkan pada 1993. Di Pulau Siberut tercatat, antara lain, 896 spesies
tumbuhan berkayu, 31 spesies mamalia, dan 134 spesies burung.
3. Lore Lindu
Terletak di provinsi Sulawesi Tengah dan salah satu lokasi perlindungan hayati Sulawesi. Ditunjuk sebagai cagar
biosfer pada 1977 dan menjadi bagian dari Taman Nasional Lore Lindu (Sulawesi Tengah) dengan kawasan inti
seluas 229.000 ha. Kawasan ini merupakan habitat mamalia asli terbesar di Sulawesi, seperti anoa dan babirusa.
4. Pulau Komodo, Labuan Bajo
Meski Taman Nasional Komodo baru diresmikan sebagai situs warisan dunia pada 1991, wilayah kepulauan
komodo telah ditunjuk sebagai wilayah cagar biosfer sejak 1977. Cagar Biosfer Komodo ini menjadi bagian dari
Taman Nasional Komodo (Nusa Tenggara Timur) dengan kawasan inti seluas 173.300 ha yang ditetapkan pada
1990. 
5. Gunung Gede Pangrango
Cagar Biosfer Cibodas ditetapkan pada 1977. Saat ini, zona intinya adalah kawasan Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango seluas 22.851 hektar. Cagar Biosfer Cibodas terletak di Jawa Barat meliputi wilayah Kabupaten
Bogor, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Cianjur. Wilayah ini menjadi habitat lindung dari satwa endemik,
seperti elang jawa dan owa jawa.
6. Tanjung Puting
Cagar Biosfer Tanjung Puting ditetapkan pada 1977, dan kemudian di 1982 zona intinya ditetapkan sebagai
Taman Nasional Tanjung Puting. Cagar biosfer ini terletak di Provinsi Kalimantan Tengah yang meliputi
Kabupaten Kotawaringin. Kawasan ini merupakan kediaman orang utan, bahkan saat ini menjadi pusat
rehabilitasi orang utan terbesar di dunia. Beberapa di antaranya adalah Tanjung Harapan, Pondok Tanggui, dan
Camp Leakey.
7. Giam Siak
Wilayah Giam Siak Kecil-Bukit Batu ditetapkan sebagai cagar biosfer pada 2009. Kawasan ini terbilang paling
menarik karena memiliki zona inti berupa taman nasional, sehingga berbeda dari cagar biosfer lainnya yang
umumnya memiliki zona inti berada di dalam taman nasional.
8. Taman Laut Wakatobi
Yang satu ini merupakan cagar biosfer laut yang miliki Indonesia. Taman Laut Wakatobi baru ditetapkan pada
2012 dengan zona inti cagar adalah kawasan Taman Nasional Wakatobi, yang telah ditetapkan sebagai taman
nasional pada 1996 dan memiliki luas 1.390.000 hektar. Kawasan ini terdiri dari 39 pulau, tiga gosong, serta lima
atol, secara administratif masuk ke dalam wilayah Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara.
9. Bromo-Semeru-Tengger-Arjuno
Meski sudah ditetapkan sebagai Taman Nasional pada 1982, statusnya sebagai cagar biosfer baru diresmikan
pada 2015. Di wilayah ini terdapat 137 spesies burung, 22 spesies mamalia, dan empat spesies reptil yang
dilindungi. Termasuk juga flora 'abadi', edelweiss jawa.
10. Taka Bonerate
Taman Laut Taka Bonerate merupakan kawasan dengan atol terbesar ketiga di dunia. Luas total dari atol ini
220.000 hektare dengan sebaran terumbu karang mencapai 500 km yang terletak di di Kecamatan Takabonerate,
Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan.
11. Blambangan
Cagas biosfer yang satu ini merupakan cagar biosfer yang terdiri dari tiga taman nasional, yakni Taman Nasional
Alas Purwo, Taman Nasional Baluran, dan Taman Nasional Meru Betiri. Ketiganya berada di daerah tapal kuda
Jember, Lumajang, Banyuwangi, Bondowoso, dan Situbondo Jawa Timur. Cagar biosfer yang diresmikan pada
2016 ini memiliki luas hingga mencapai 778.647 hektar.
12. Berbak Sembilang
Lokasi cagar biosfer ini berada di pesisir timur Pulau Sumatra yang terdiri dari Taman Nasional Berbak dan
Taman Nasional Sembilang. Sebagian besar dari cagar biosfer ini merupakan tanah gambut dan hutan rawa-rawa
dan muara sungai Musi. Cagar biosfer yang baru saja diresmikan itu memiliki luas mencapai 205.750 hektar.
13. Betung Kerihun Danau Sentarum Kapuas Hulu
Cagar biosfer terdiri dari dua taman nasional, yakni Taman Nasional Betung Kerihun dan Taman Nasional Danau
Sentarum. Topografi dari cagar biosfer yang berada di Kalimantan Barat ini terdiri dari perbukitan hutan tropis
yang banyak dihuni oleh flora dan fauna.
14. Rinjani-Lombok
Cagar biofer Rinjani menjadi cagar biosfer keempat yang meliputi wilayah gunung dan terletak di Nusa Tenggara
Barat. Cagar biosfer ini terdiri dari berbagai macam vegetasi hutan, seperti hutan savana, gunung, dan hutan
hujan dataran rendah. Sebagian besar wilayah ini masih berupa hutan sehingga memiliki banyak sekali
keanekaragaman hayati.
 
 

Penulis: Firman Hidranto

Editor: Putut Tri Husodo/Elvira Inda Sari

Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini

Penting Penerapan Konsep Cagar Biosfer


 10 Dec 2007
 
 
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Dr Endang
Sukara menyatakan pentingnya penerapan konsep Cagar Biosfer (CB) di Indonesia.

Konsep CB menurut dia, seperti tertulis dalam siaran pers LIPI di Jakarta, Sabtu, dipercaya dapat
mengharmoniskan kepentingan ekonomi dengan konservasi lingkungan hidup menuju pembangunan
berkelanjutan.

Dalam konsep ini sangat jelas didedikasikan untuk menyuburkan kegiatan ekonomi dan sosial, dengan
melibatkan sebesar-besarnya partisipasi masyarakat sebagai sumber yang menjaga dan
mempertahankan lingkungan hidup.

"CB merupakan konsep yang dapat dijadikan model bagi Indonesia untuk menangani cepatnya laju
degradasi lansekap ekosistem di Indonesia ", tegas Prof Endang yang juga Ketua Panitia Nasional Man
of the Biosphere (MAB) - UNESCO Indonesia.

Menurut dia, tidak kurang dua juta hektare hutan hilang setiap tahunnya, dikonversi untuk kepentingan
pembangunan.

Ini berpengaruh secara signifikan terhadap berkurangnya secara drastis keanekaragaman flora, fauna,
ekosistem, dan lansekap di planet bumi, khususnya di Indonesia, tegasnya.

"Hal ini membuat kita kehilangan kesempatan untuk mengungkap potensi dan manfaat
keanekaragaman hayati kita, padahal sebenarnya pengetahuan dan penelitian bidang biologi molekuler
kita telah memungkinkan untuk mengungkap potensi keanekaragaman hayati sebagai sumberdaya
untuk bahan makanan, serat, dan bahan pakaian, obat-obatan, bahan mentah industri serta bahan
bangunan, " paparnya.

Menurutnya, jika hal ini terus berlanjut kesejahteraan manusia akan terancam.

Di Indonesia sendiri sampai saat ini terdapat enam kawasan CB yang diresmikan oleh MAB - UNESCO
yaitu: CB Cibodas (Taman Nasional Gede Pangrango), CB Tanjung Putting, CB Lore Lindu, dan Taman
Nasional Komodo, yang diresmikan pada tahun1977, serta CB Leuser dan CB Siberut pada tahun 1981.
()

Sumber : Antara (22 September 2007)

Cagar biosfer adalah suatu kawasan ekosistem yang keberadaannya diakui dunia internasional sebagai
bagian dari program Man and Biosphere Badan Pendidikan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-
bangsa. Keberadaan cagar biosfer bertujuan untuk mencapai keseimbangan antara melestarikan
keanekaragaman hayati, pembangunan ekonomi dan kebudayaan.

Program Man and Biosphere pertama kali dicetuskan pada tahun 1971. Kemudian pada tahun 1976
mulai terbentuk jaringan cagar biosfer yang diiukti oleh banyak negara. Setelah diadakannya KTT Bumi
dan Konvensi Keanekaragaman Hayati, cagar biosfer didorong untuk mendukung proses implementasi
konvensi tersebut.

Konsep Cagar Biosfer


Penetapan cagar biosfer diusulkan oleh pemerintahan nasional masing-masing negara. Usulan
diberikan pada sekertariat program Man and Biosphere UNESCO. Keputusan penetapan cagar biosfer
ditetapkan oleh Dewan Koordinasi Internasional, suatu panel yang terdiri dari perwakilan negara-
negara.1

Secara fisik cagar biosfer terdiri dari 3 zona2, yakni zona inti, zona penyangga dan zona transisi. Zona
inti merupakan kawasan yang dilindungi untuk konservasi keanekaragaman hayati dan ekosistem. Di
zona ini hanya diperbolehkan kegiatan penelitian yang tidak merusak dan kegiatan lain yang berdampak
rendah, seperti pendidikan.

Zona penyangga merupakan area yang mengelilingi zona inti. Zona ini bisa dimanfaatkan untuk
kegiatan-kegiatan yang tidak mengeksploitasi sumber daya alam, seperti pendidikan, rekreasi,
ekowisata dan penelitian.

Zona transisi merupakan area yang mengelilingi zona penyangga. Di dalam zona ini diperbolehkan
kegiatan pertanian, pemukiman dan pemanfaatan lain. Untuk mengelola zona transisi harus ada
kerjasama berbagai pemangku kepentingan seperti masyarakat, ilmuwan, lembaga swadaya
masyarakat, pemerhati ekonomi dan pemangku kepentingan lainnya.
Pembagian zona cagar biosfer (Gambar: UNESCO)

Pada prakteknya, zona inti dan zona penyangga biasanya terdiri dari kawasan yang ditetapkan oleh
undang-undang seperti taman nasional atau cagar alam. Sedangkan zona penyangga dan zona transisi
bisa terdiri dari areal yang dikelola negara atau pribadi.

Untuk menetapkan suatu kawasan cagar tidak diperlukan penerbitan aturan atau perundangan baru.
Meskipun begitu, beberapa negara telah membuat undang-undang khusus untuk menetapkan kawasan
cagar biosfer. Setiap 10 tahun sekali, UNESCO mengevaluasi keberadaan cagar biosfer. Bila
perkembangan suatu cagar biosfer menunjukkan kondisi yang tidak sesuai dengan konsep yang telah
ditetapkan maka statusnya akan dicabut.3

Cagar Biosfer di Dunia


Cagar biosfer membentuk suatu jaringan di seluruh dunia. Jaringan ini mempunyai kontribusi untuk
mewujudkan cita-cita konvensi keanekaragaman hayati dan konvensi lain yang relevan. Jaringan ini
juga berperan sebagai media kerja sama antar pengelola cagar. Beberapa hal yang dipertukarkan
antara lain, penelitian ilmiah, pemantauan global dan pelatihan para pakar.

Saat ini tercatat 651 cagar biosfer dari 120 negara yang terdistribusi dalam lima kawasan, yaitu
kawasan Afrika, kawasan Arab, kawasan Eropa dan Amerika Utara, kawasan Asia Pasifik, dan kawasan
Kepulauan Karibia dan Amerika Latin.4

Cagar Biosfer di Indonesia


Indonesia telah mengenal cagar biosfer sejak tahun 1977. Saat itu, UNESCO  menetapkan  4 wilayah di
Indonesia sebagai cagar biosfer. Wilayah tersebut berada di sekitar taman nasional di daerah Cibodas,
Tanjung Puting, Lore Lindu, dan Komodo. Seiring dengan berjalannya waktu, jumlah wilayah yang
ditetapkan sebagai cagar biosfer terus bertambah. Hingga saat ini, Indonesia telah memiliki 8 cagar
biosfer.5

1.  Cibodas
Cagar Biosfer Cibodas ditetapkan pada tahun 1977. Saat ini, zona intinya adalah kawasan Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango seluas 22.851 hektar. Cagar Biosfer Cibodas terletak di Jawa Barat
meliputi wilayah Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur. Daerah ini hanya
berjarak 100 km dari Jakarta dan bisa ditempuh dalam waktu 2 jam perjalanan.

Keadaan iklim di zona inti memiliki temperatur 25-28°C dengan curah hujan cukup tinggi sekitar 3600
mm/tahun. Ekosistemnya terdiri dari Montana, sub Montana, sub Alphin, danau, rawa dan savana.
Beberapa satwa endemik yang dilindungi adalah elang jawa dan owa jawa.

2.  Tanjung Puting
Cagar Biosfer Tanjung Puting ditetapkan pada tahun 1977, kemudian pada tahun 1982 zona intinya
ditetapkan sebagai Taman Nasional Tanjung Puting. Terletak di Pulau Kalimantan, tepatnya Propinsi
Kalimantan Tengah meliputi daerah Kabupaten Kotawaringin.

Tipe ekosistem kawasan Tanjung Puting meliputi hutan hujan tropika dataran rendah, hutan tanah
kering, hutan rawa air tawar, hutan mangrove, hutan pantai dan hutan sekunder. Kawasan ini
merupakan kediaman orang utan, bahkan saat ini menjadi pusat rehabilitasi orang utan terbesar di
dunia. Setidaknya ada 3 tempat rehabilitasi yakni, Tanjung Harapan, Pondok Tanggui, dan Camp
Leakey.

3.  Lore Lindu
Cagar Biosfer Lore Lindu ditetapkan pada tahun 1977. Zona inti adalah Taman Nasional Lore Lindu
dengan luas sekitar 231 ribu hektar yang ditetapkan pada tahun 1993. Terletak di Sulawesi Tengah,
meliputi wilayah administratif Kabupaten Donggala dan Kabupaten Poso.

Tipe ekosistem zona inti adalah hutan pamah tropika, hutan pegunungan bawah, hutan
pegunungan dan hutan sub Alphin pada ketinggian di atas 2000 meter dpl. Di zona inti Lore Lindu
terdapat berbagai satwa endemik, beberapa yang terkenal antara lain babi rusa, tarsius dan maleo.
Selain tumbuhan dan satwa, kawasan ini juga terkenal dengan situs batu megalitiknya.

4.  Komodo
Cagar Biosfer Komodo ditetapkan pada tahun 1977. Kawasan ini mencakup Pulau Komodo, Pulau
Rinca, Pulau Padar dan 26 pulau lainnya. Pada tahun 1990, pemerintah menetapkan Pulau Komodo,
Pulau Rinca dan Pulau Padar dan area sekitarnya menjadi Taman Nasional Komodo dengan luas
sekitar 173 ribu hektar. Kawasan ini terletak di Kabupaten Manggarai, Propinsi Nusa Tenggara Timur.

Kawasan ini merupakan aset nasional, selain sebagai taman nasional dan cagar biosfer tempat ini juga
dinyatakan sebagai warisan alam dunia (World Heritage Site). Cagar Biosfer Komodo merupakan satu-
satunya tempat tinggal alami kadal raksasa yang dikenal dengan nama Komodo.

5.  Pulau Siberut
Cagar Biosfer Pulau Siberut ditetapkan pada tahun 1981. Terletak di lepas pantai Sumatera Barat,
dipisahkan oleh Selat Mentawai. Berjarak sekitar 155 km dari kota Padang. Pada tahun 1993,
pemerintah Indonesia menetapkan areal seluas 190 ribu hektar di Pulau Siberit dan daerah sekitarnya
sebagai Taman Nasional Siberut. Kawasan ini masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Kepulauan
Mentawai, Propinsi Sumatera Barat.

Taman Nasional Siberut terletak di ketinggiam 0-500 meter dpl dengan 60% ekosistemnya ditutupi oleh
hutan primer Dipterocarpaceae, hutan primer campuran, rawa, hutan pantai dan hutan mangrove.
Hutannya relatif masih alami, disana-sini masih banyak pohon yang ketinggiannya mencapai 6o meter.

6.  Gunung Leuser
Cagar Biosfer Gunung Leuser ditetapkan pada tahun 1981. Zona inti kawasan adalah Taman Nasional
Gunung Leuser yang ditetapkan pada tahun 1980. Saat ini, luas kawasan taman nasional mencapai
lebih dari 1 juta hektar, meliputi Propinsi Sumatera Utara dan Nangroe Aceh Darussalam.

Gunung Leuser bisa dikatakan mewakili ekosistem yang paling lengkap meliputi hutan pantai, dan hutan
hujan tropika dataran rendah sampai pegunungan. Kawasan ini juga menjadi tempat tinggal harimau,
gajah dan badak.

7.  Giam Siak Kecil-Bukit Batu


Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu ditetapkan pada tahun 2009. Kawasan ini merupakan cagar
biosfer yang paling unik di Indonesia. Biasanya kawasan cagar biosfer memiliki zona inti berupa taman
nasional, namun tidak demikian dengan Giak Siam Kecil. Kawasan intinya terdiri dari Suaka
Margasatwa Giam Siak Kecil (75.000 ha), Suaka Margasatwa Bukit Batu(24.800 ha), konsesi hutan
produksi Sinar Mas (72.000 ha) serta eks HPH PT. Rimba Rokan Lestari. Total luas areal inti Cagar
Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu sekitar 174 ribu hektar, sedangkan luas keseluruhan cagar
mencapai 705,271 ha.

Kawasan cagar berada dalam wilayah administratif propinsi Riau. Penetapan kawasan ini bertujuan
untuk tercapainya pembangunan berkelanjutan di areal hutan rawa, hutan gambut dan lahan gambut
yang telah dijadikan Hutan Tanaman Industri (HTI), perkebunan, pertanian dan permukiman.

8.  Taman Laut Wakatobi


Cagar Biosfer Taman Laut Wakatobi ditetapkan pada tahun 2012. Zona inti cagar ini adalah kawasan
Taman Nasional Wakatobi yang telah ditetapkan sebagai taman nasional pada tahun 1996 dengan
luas 1.390.000 hektar. Kawawsan ini terdiri dari 39 pulau, 3 gosong serta 5 atol, secara administratif
masuk ke dalam wilayah Kabupaten Wakatobi, Propinsi Sulawesi Tenggara.

Seperti namanya, Taman Laut Wakatobi, kekhasan ekosistemnya terdapat pada keindahan ekosistem
lautnya. Terumbu karang di Wakatobi terkenal sebagai salah satu terumbu karang terbaik dunia.

4
Pengembangan cagar biosfer merupakan program utama dari Program The Man and The Biosphere (MAB)
UNESCO yang dimulai pada tahun 1971. Program MAB UNESCO menempatkan perhatian utamanya pada
kepunahan biodiversitas, perubahan iklim, dan pembangunan berkelanjutan. MAB menyediakan bantuan melalui
jejaring khususnya dalam hal penelitian, pengembangan, peningkatan kapasitas, jaringan kerja dan pembagian
informasi, pengalaman dan pengetahuan yang terkait dengan tiga fokus utama tersebut. Hingga tahun 2019,
telah terdapat 701 cagar biosfer yang tersebar di 124 negara di seluruh dunia, termasuk di dalamnya 21 cagar
biosfer lintas batas negara.

Pada tahun 2016, di Lima, Ibukota Peru, dideklarasikan “Rencana Aksi Lima” (Lima Action Plan) pada Sesi Ke-28
Sidang Dewan Koordinasi Internasional Program Manusia and Biosfer UNESCO (The 28th session of the Man and
the Biosphere Programme International Co-ordinating Council). Rencana aksi untuk pengelolaan cagar biosfer
tersebut berisi pernyataan bahwa cagar biosfer menjadi role model terkait dengan penerapan Sustainable
Development Goals (SDGs), dan pengaturan kelola lingkungan secara multilateral; Seleksi yang terbuka dan
partisipatif dalam perencanaan dan penerapan cagar biosfer; Mengintegrasikan cagar biosfer ke dalam
kebijakan, regulasi, dan program yang relevan; Penelitian dan pembelajaran praktis serta kesempatan pelatihan
mendukung manajemen cagar biosfer; dan Pembangunan yang berkelanjutan dalam wilayah cagar biosfer.

Cagar biosfer merupakan konsep pengelolaan wilayah yang terpadu antara kawasan konservasi sebagai Zona Inti
(Core Zone), Zona Penyangga (Buffer Zone), dan Zona Transisi (Transition Zone). Zona Inti terdiri dari ekosistem
yang dilindungi secara ketat yang berkontribusi terhadap konservasi lanskap, ekosistem, spesies, dan variasi
genetik. Zona Penyangga mengelilingi atau berdekatan dengan zona inti, dan digunakan untuk kegiatan yang
kompatibel dengan praktik ekologis yang baik yang dapat memperkuat penelitian, pemantauan, pelatihan, dan
pendidikan ilmiah. Adapun Zona Transisi adalah bagian dari cadangan di mana kegiatan terbesar diizinkan,
mendorong pembangunan ekonomi dan manusia yang berkelanjutan secara sosial-budaya dan ekologis.

Penjabaran diatas menyatakan bahwa cagar biosfer dipilih karena area ini mewakili
berbagai jenis ekosistem. Tujuan keberadaannya adalah mengkonservasi ekosistem
dan spesies yang ada didalamnya, serta untuk melakukan penelitian ilmiah,
pemantauan, pendidikan dan pelatihan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
cagar biosfer ini selain bertujuan untuk mengkonservasi ekosistem namun juga untuk
dimanfaatkan bagi kepentingan ilmu pengetahuan dan pendidikan

Apa Itu Cagar Biosfer? Apa Tujuan dan Fungsinya?


May 26, 2017
Cagar Biosfer adalah wilayah atau kawasan yang terdiri dari daratam, perairan, dan pantai yang
dipergunakan untuk menemukan kompromi antara kelestarian alam, pemanfaatannya, dan
penggunaannya bagi kehidupan umat manusia.

Kawasan ini disebut sebagai “Science for Sustainibility Support sites” atau kawasan tempat menguji
pendekatan berbagai bidang, seperti sosial ekonomi, kemasyarakatan dan lingkungan dengan
tujuan akhir untuk menemukan solusi memanfaatkan alam dan meningkatkan kesejahteraan umat
manusia dan pada saat bersamaan tetap menjaga kelestariannya.

Di kawasan ini diharapkan akan ada pemahaman terhadap interaksi manusia dengan alam ,
berbagai masalah dan konflik dan kemudian merumuskan pemecahan terhadap hal itu tanpa
mengorbankan salah satu pihak, baik manusia maupun alam.
Latar Belakang Terbentuknya Jaringan Cagar Biosfer

Manusia dan  alam seringkali ditempatkan dalam dua kutub yang berseberangan dan tidak berada
pada posisi yang sejajar. Dalam pemenuhan segala kebutuhannya, manusia kerap memandang
alam sebagai sebuah obyek yang bisa terus dikeruk hanya demi meningkatkan kesejahteraannya.

Sayangnya, hal tersebut menimbulkan masalah berupa pengrusakan lingkungan alam besar-
besaran hanya untuk kepentingan manusia. Pada akhirnya, prinsip sebab akibat berlaku, alam
“membalas” apa yang dilakukan manusia dengan menghadirkan bencana, seperti tanah longsor,
banjir, penyakit, dan masih banyak hal lainnya.

Inilah yang disebut dengan konflik manusia dengan alam.

Lahirnya kesadaran bahwa interaksi antar manusia dan alam harus dilakukan dengan pendekatan
lain mendorong UNESCO (United Nations Educational Scientific and Cultural Organization), Badan
PBB yang berkaitan dengan Pendidikan dan Budaya, mencetuskan sebuah program bernama “Man
and Biosphere”, atau Manusia dan Biosfer pada tahun 1971.

Program ini diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang bagaimana interaksi antar
manusia dan lingkungan sekitarnya. Dengan ini dharapkan kemudian dapat dilahirkan sebuah
“hubungan” ideal antara keduanya dan dapat membangun sebuah ekosistem yang akan
menguntungkan kedua belah pihak demi umat manusia sendiri.

Sebagai tindak lanjut dari program ini, sejak tahun 1976, dibentuk Jaringan Cagar Biosfer di seluruh
dunia (termasuk Indonesia).

Setiap negara berhak mengajukan kawasan untuk dijadikan Cagar Biosfer dan jika disetujui oleh
Program “Man and Biosphere” maka kawasan tesebut harus dikelola sesuai dengan standar yang
ditetapkan oleh UNESCO. Jika dalam pengelolaannya, sebuah cagar biosfer tidak menunjukkan
perbaikan, atau sesuai standar yang ditetapkan, maka statusnya bisa dicabut.

Hingga saat ini tercatat ada 669 cagar biosfer di 120 negara di dunia. Indonesia mencatatkan 11
buah diantaranya.

Struktur Zona Cagar Biosfer

Mengingat fungsi sebuah cagar biosfer sangat beragam, mulai dari penelitian hingga menghidupi
mereka yang tinggal di kawasan tersebut, sebuah cagar diwajibkan memiliki tiga zona yang masing-
masing memiliki fungsi tertentu.
GAMBAR : UNESCO 2003
Zona Inti (Core Zone):
Zona ini berfungsi untuk menjaga kelestarian ekosistem utama yang ada di kawasan tersebut dan
meminimalkan dampak terhadap kelangsungannya seminimal mungkin. Hal ini untuk menjamin
bahwa berbagai spesies , keanekaragaman hayati dan lingkungan sekitarnya terjaga seperti
asalnya.

Basanya bentuk dari sebuah zona inti adalah cagar alam yang dikelola oleh pemerintah dan untuk
melakukan kegiatan di zona inti diharuskan mendapatkan izin dari pengelola.

Kegiatan yang dilakukan pada zona inti diharuskan memiliki dampak yang paling kecil terhadap
ekosistem yang ada seperti penelitian dan pendidikan.

Zona Penyangga (Buffer Zone) :


Pada dasarnya, zona penyangga adalah pelindung dari zona utama. Pengaruh luar harus melewati
kawasan ini dahulu sebelum bisa masuk ke inti. Zona ini dibuat mengelilingi zona inti.

Zona ini biasanya dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan yang lebih luas dari zona inti dan
memungkinkan untuk pemanfaatan secara ekonomi, tetapi tetap tidak diperkenankan untuk
mengeksploitasi alam dalam pelaksanaannya.

Berbagai kegiatan yang bisa dilakukan di zona penyangga adalah penelitian, pendidikan, rekreas,
ekowisata, dan sejenisnya.

Zona Transisi (Transition Zone) :


Bagian terluar dari sebuah cagar budaya, mengelilingi zona penyangga, namanya zona transisi.
Pada zona ini, interaksi antar manusia dan alam menjadi yang paling intens. Kehidupan
masyarakat manusia mendapatkan porsi yang lebih besar dari kedua zona lainnya.

Masyarakat diperkenankan mengelola lingkungan dan alam untuk kepentingannya. Tentunya


dengan pengawasan dari pihak yang berwenang dan tetap berpatokan pada pengelolaan sumber
daya alam yang baik dan benar.

Pertanian, usaha bisnis, penelitian, dan lainnya akan terlihat pada zona transisi ini.

Daftar 11 Cagar Biosfer di Indonesia

Ke-11 cagar biosfer di Indonesia, beserta tahun ditetapkannya adalah sebagai berikut

1. CB Cibodas (ditetapkan tahun 1977)


2. CB Komodo (1977)
3. CB Lore Lindu (1977)
4. CB Tanjung Puting (1977)
5. CB Gunung Leuseur (1981)
6. CB Siberut (1981)
7. CB Bukit Batu (2009)
8. CB Wakatobi (2012)
9. CB Bromo Tenggr Semeru (2015)
10.CB Taka Bone Rate (2015)
11.CB Balambangan (2016)

Cagar Biosfer
by R.Larasati
Cagar biosfer adalah situs yang ditunjuk oleh berbagai negara melalui kerjasama program Man and Biosphere (MAB)-UNESCO
untuk mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan, berdasarkan pada upaya masyarakat
lokal dan ilmu pengetahuan yang handal. Cagar biosfer adalah kawasan yang ideal untuk menguji dan mendemonstrasikan
pendekatan – pendekatan yang mengarah kepada pembangunan berkelanjutan pada tingkat regional (UNESCO  2003). Usulan
penetapan cagar biosfer diajukan oleh pemerintah nasional. Setiap calon cagar biosfer harus memenuhi kriteria tertentu dan sesuai
dengan persyaratan minimum sebelum dimasukan kedalam jaringan dunia (MAB Indonesia  2011).
Konsep cagar biosfer mulai dikembangkan pada tahun 1974. Dalam konsep ini program MAB akan diuji, diperbaiki,
didemonstrasikan , dan diimplementasikan (UNESCO  1984 ; Batisse 1986 dan 1996 dalam Soedjito  2004). Lokasi cagar biosfer
ditunjuk oleh UNESCO selain berdasarkan  kesesuaian tujuan juga karena keterwakilan ekologi dan biogeografinya.  Penunjukkan
Cagar Biosfer pun melalui prosedur khusus. Pada tahun 1976 jaringan cagar biosfer dunia (The World Network of Biosphere
Reserves) diluncurkan dan berkembang dari 324 cagar biosfer di 82 negara pada tahun 1995 (UNESCO 1996a dalam Soedjito
2004) menjadi 430 di 95 negara pada tahun 2002.
Program MAB dibentuk untuk meningkatkan kualitas hubungan antara manusia dengan lingkungannya yang didasarkan pada ilmu
pengetahuan dan teknologi. Salah satunya adalah untuk mengatasi permasalahan pemanfaatan sumber daya hayati yang dirasakan
dampaknya serta  menimbulkan “biodiversity lost”, kemunduran kualitas lingkungan dan tidak terencananya tataguna lahan. Dalam
memenuhi harapan yang ditunjukkan kepada cagar biosfer tersebut, komite nasional program MAB Indonesia menyusun program
yang mengacu pada perjanjian – perjanjian yang telah dibuat diantaranya : (i) strategi Seville yang merekomendasikan kegiatan
aksi yang terarah pada beberapa prioritas di tingkat internasional, nasional, dan lokal yaitu memanfaatkan cagar biosfer untuk
konservasi SDA dan budaya, sebagai model pengelolaan lahan dengan pendekatan untuk pembangunan yang berkelanjutan, dan
untuk penelitian, monitoring, pendidikan, dan pelatihan, serta implementasi konsep cagar biosfer, (ii) program MAB Internasional
yang mengimplementasi kegiatan MAB menjadi dua “main line of action” (MLA) yaitu MLA-1 mengenai pengelolaan sumber
daya alam dan masalah pembangunan dan MLA-2 mengenai usaha untuk memajukan dasar ilmiah, pengembangan aktivitas sumber
daya manusia dan komunikasi. Dan (iii) Madrid action plan yang menyatakan cagar biosfer harus mampu menjawab tantangan
perubahan iklim secara global, serta memberikan jasa ekosistem yang lebih baik, dengan antisipasi adanya urbanisasi (Purwanto 
2008).

Soedjito (2004) mendefinisikan cagar biosfer sebagai suatu kawasan konservasi ekosistem daratan atau pesisir yang diakui oleh
Program MAB – UNESCO untuk mempromosikan keseimbangan hubungan antara manusia dan alam. Cagar biosfer melayani
perpaduan tiga fungsi yaitu :

 Kontribusi konservasi lansekap, ekosistem, jenis, dan plasma nutfah.

 Menyuburkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan baik secara ekologi maupun budaya.

 Mendukung logistik untuk penelitian, pemantauan, pendidikan dan pelatihan yang terkait dengan masalah konservasi
dan pembangunan berkelanjutan di tingkat lokal, regional, nasional, maupun global. Kumpulan cagar biosfer di dunia
membentuk Jaringan Cagar Biosfer Dunia, yang didalamnya dipromosikan program pertukaran informasi, pengalaman, dan
personel terutama di antara cagar biosfer dengan tipe ekosisten yang sama dan atau dengan pengalaman yang sama dalam
memecahkan masalah konservasi dan pembangunan.

Karakteristik utama cagar biosfer dijelaskan oleh UNESCO (2003) yaitu sebagai berikut :

 Mempunyai pola zonasi untuk konservasi dan pembangunan.

 Memfokuskan pada arah pendekatan berbagai pemangku kepentingan yang secara khusus menekankan partisipasi
masyarakat lokal dalam pengelolaan kawasan.

 Membentuk suatu metode untuk penyelesaian konflik pemanfaatan sumber daya alam melalui dialog.

 Mengintegrasikan keanekaragaman budaya dengan keanekaragaman hayati, terutama mengenai peran pengetahuan
tradisional dalam pengelolaan ekosistem.
 Mendemonstrasikan kebijakan – kebijakan yang sesuai dengan hasil penelitian dan diikuti oleh kegiatan pemantauan.

 Merupakan lokasi untuk pendidikan dan pelatihan.

 Berpartisipasi dalam jaringan dunia.

 Peta kawasan konservasi indonesia : 1.Cagar Biosfer (CB) Siberut; 2.CB Gunung Leuser; 3.CB Tanjung Putting; 4.CB Cibodas;
5.CB Lorelindu; 6.CB Komodo; 7.CB Giam Siak Kecil-Bukit Batu

(dimodifikasi dari Kementrian Kehutanan Republik Indonesia  2011)

Keberadaan cagar biosfer di Indonesia dapat meningkatkan upaya konservasi tidak hanya di daerah – daerah yang sebelumnya telah
ditetapkan sebagai kawasan konservasi, tetapi juga di daerah – daerah lainnya di sekitar kawasan konservasi yang juga merupakan
kawasan pembangunan.

Setiap 10 tahun UNESCO mengadakan evaluasi terhadap penerapan konsep cagar biosfer di setiap Negara. Oleh karena itu apabila
cagar – cagar biosfer yang ada di Indonesia tidak menerapkan konsep dan program cagar biosfer, maka predikat pengakuan sebagai
kawasan cagar biosfer dapat dicabut (Purwanto  2008).  Peningkatan usaha konservasi juga didukung oleh bantuan dana dari para
pendonor yang peduli pada usaha – usaha konservasi di wilayah cagar biosfer. Laporan tahun 2010 di Cagar Biosfer Cibodas
menyebutkan bahwa ada bantuan dana sebesar 591,630 US$ dari ITTO (The International Tropical Timber Organization) untuk
tahun 2011-2012 (MAB Indonesia  2011).
DAFTAR PUSTAKA

[UNESCO].  2003. Biosphere Reserves. On Ground Testing For Sustainable Development. Jakarta : Graha Info Kreasi.
Man and Biosphere Indonesia. 2011.  Cagar Biosfer Indonesia.  [terhubung berkala]. http://www.mab-indonesia.org/tentang.php?
i=biosfer. [10 Mei 2011].
Soedjito H.  2004.  Pedoman Pengelolaan Cagar Biosfer Indonesia. Jakarta : Panitia Nasional MAB Indonesia,  LIPI.
Purwanto Y.  2008.  Rencana Pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas.  Sarasehan Pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas Sebagai Daerah
Tujuan Wisata Alam, Hotel Pangrango 2 Bogor, 23 Desember 2008.

BLOGSPOT
Konsep Cagar Biosfer
Manusia dan alam sangat erat hubungannya yang tertuang daiam proses pembangunan dalam interaksi antara manusia dan
lingkungannya. Cagar biosfer merupakan konsep pengelolaan kawasan untuk tujuan mengharmonisasikan konservasi baik
ekosistem daratan atau pesisir dengan pembangunan ekonomi berlandaskan hasil-hasil riset sehubungan dengan
pemanfaatan sumberdaya alam termasuk kekayaan kultural yang diakui oleh program MAB UNESCO untuk mempromosikan
keseimbangan antara manusia dan alam. Penerapan konsep cagar biosfer adalah untuk menyelaraskan konservasi
keanekaragaman hayati dalam pembangunan berkelanjutan guna mewujudkan keseimbangan hubungan antara manusia
dan alam.

Seiring dengan perkembangannya konsep ini telah diadopsi oleh berbagai negara untuk rnengelola kawasan konservasi dan
kawasan di sekitarnya. Sejak diluncurkannya program ini telah berkembang dari 324 cagar biosfer di 82 negara pada tahun
1995 menjadi 430 cagar biosfer di 95 negara pada tahun 2002 dan berkembang menjadi 631 cagar biosfer di 119 negara
pada tahun 2014. Perkembangan ini menunjukkan bahwa pendekatan pengelolaan kawasan dengan konsep cagar biosfer
dianggap tepat dan terukur untuk konservasi sumberdaya alam berkelanjutan. Disamping itu konsep pengelolaan cagar
biosfer memiliki nilai untuk mengidentifikasi, mengkarakterisasi, mengevaluasi, mendemonstrasikan serta mengintegrasikan
konservasi dalam pembangunan berkelanjutan.

Penerapan konsep cagar biosfer mempunyai keunggulan yang memadukan dari tiga fungsi yang dimiliki yaitu:

1. Fungsi konservasi sumberdaya ekosistem serta keragaman budaya. Fungsi ini memberikan kontribusi konservasi
lansekap, ekosistem, jenis dan plasma nutfah serta keragaman budaya.
2. Fungsi pembangunan yang menumbuhkan dan memperkaya pembangunan ekonomi yang berkelanjutan yang bijak
secara ekologi maupun budaya.
3. Fungsi pendukung berbagai kegiatan logistik termasuk penelitian, pendidikan, pelatihan dan pemantauan yang
terkait dengan masalah konservasi dan pembangunan berkelanjutan di tingkat lokal, regional, nasional maupun global.

Dalam rangka mengintegrasikan ketiga fungsi tersebut, maka penerapannya diatur dengan sistem pembagian wilayah atau
zonasi di wilayah cagar blosfer yaitu dibagi menjadi tiga zonasi berdasarkan fungsi dan perannya yaitu Area inti (core area),
Zona penyangga (Buffer zone), dan Area transisi.

1) Tata ruang dan pengembangan kawasan


Penataan tata ruang secara terpadu pada suatu kawasan mempunyai tujuan untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya
hayati dan lingkungannya secara lestari dan bermanfaat. Dalam konsep cagar biosfer dibuat suatu tata ruang dalam bentuk
zonasi kawasan yang saling terkait dan saling mendukung satu sama lainnya. Untuk merealisasi pengembangan wilayah
secara terpadu dengan konsep cagar biosfer tersebut diatas dapat dicapai melalui pengembangan sistem tata ruang yang
tepat. Sistem tata ruang ini mencakup kawasan konseruasi sebagai area inti yang dilindungi secara ketat yang dikelilingi oleh
kawasan penyangga yang menekankan pada pengelolaan yang ramah lingkungan, serta secara keseluruhan ( kawasan
konservasi dan penyangga) tersebut dikelilingi oleh area transisi yang merupakan kawasan kerjasama untuk
mengembangkan jenis-jenis hayati potensial yang memiliki keunggulan secara ekonomi dan juga ekologi dalam rangka
mempromosikan pembangunan berkelanjutan. Implementasinya melalui pendekatan perencanaan bioregional yang
mengintegrasikan konservasi keanekaragaman hayati ke dalam pembangunan berkelanjutan.
Pengelolaan kawasan cagar biosfer harus dirancang konsepnya agar mampu menjawab suatu tantangan dalam rangka
menyelaraskan tujuan upaya konservasi keanekaragaman hayati dengan pengembangan ekonomi dan sosial serta sekaligus
juga melestarikan nilai-nilai budaya yang terkait di kawasan tersebut. Artinya bahwa pengelolaan kawasan secara terpadu
selain didasarkan pada penataan tata ruang juga melibatkan semua pemangku kepentingan di kawasan tersebut termasuk
masyarakatnya.

Salah satu keunggulan penerapan konsep cagar biosfer dalam rangka mengelola suatu kawasan konservasi adalah bahwa
didalam konsep ini pengelolaan suatu kawasan konservasi (area inti) tidak cukup hanya fokus menjaga dan melindungi
kawasan konservasi itu saja, melainkan diperlukan suatu upaya terintegrasi dan terpadu untuk mengembangkan kawasan
disekitarnya. Pengembangan kawasan penyangga dan area transisi di sekitar kawasan konservasi tersebut sebenarnya
dalam ranqka melindungi kawasan konservasi itu sendiri dan meningkatkan kualitas kawasan sekitarnya secara menyeluruh
melaluli pengembangan ekonomi dengan memanfaatkan keunggulan potensi sumberdaya alam yang dimiliki kawasan
tersebut.

2) Keterpaduan konservasi dalam pembangunan


Sejauh ini telah terjadi inovasi penting didalam pengelolaan kawasan konservasi. Metodologi baru yang melibatkan
pemangku kepentingan dalam proses pengambilan keputusan dan penyelesaian konflik telah berkembang dan perhatian
terhadap sistem pendekatan regional semakin besar. Perkembangan menggembirakan dalam pengelolaan kawasan
konservasi akhir-akhir ini diantaranya adalah pengelolaan kawasan konservasi yang semula fokus utamanya konservasi
berubah menjadi perpaduan antara konservasi dan pembangunan melalui peningkatan kerjasama antar pemangku
kepentingan dan pembagian tata ruang.

Keterpaduan antara upaya konservasi dengan pembangunan dalam pengelolaan kawasan ini memiliki keunggulan fungsi
yang saling menunjang yaitu fungsi konservasi yang melestarikan sumberdaya genetik, jenis, ekosistem serta lansekap.
Fungsi pembangunan yaitu upaya memacu pembangunan ekonomi dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat
yang menjadi sejahtera. Fungsi pendukung pengelolaan yaitu berupa inovasi, penelitian, pendidikan dan pelatihan sehingga
semua langkah pengelolaan didasarkan pada hasil kajian dan penelitian serta peningkatan kualitas sumberdaya manusia
pemangku kepentingan di kawasan tersebut.

Secara fisik pengelolaan cagar biosfer yang mengintegrasikan kawasan konservasi dengan kawasan pengembangan
ekonomi terdiri dari tiga elemen yang dapat saling menunjang antara elemen satu dengan elemen yang lainnya.

3) Pengelolaan cagar biosfer


Sebenarnya pengelolaan sebuah cagar biosfer didasarkan pada prinsip "multi stakeholders management”, mengingat
bervariasinya lansekap dan pemangkunya. Sehubungan dengan hal tersebut maka tidak seharusnya Komite Nasional
Program MAB menyusun suatu perencanaan pengelolaan cagar biosfer sendiri tanpa melibatkan para pihak pemangku
kepentingan. Penyusunan rencana pengeloiaan ciapat memberikan masuKan dalam rangka menentukan secara jelas arah
pengembangan kawasan cagar biosfer sesuai dengan tujuannya yaitu dalam rangka konservasi dan pemanfaatan yang
lestari. Untuk langkah selanjutnya perlu disusun rencana pengelolaan yang nantinya akan menjadi acuan bagi semua
pemangku kepentingan dan berisi pedoman pelaksanaan terperinci berbagai kegiatan khusus yang harus dikerjakan sesuai
waktu dan ruang. Sehingga rencana pengelolaan yanq disusun meruapakan sebuah dokumen yang dapat dipakai sebagai
acuan dan dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya. Karena itu dokumen rencana pengelofaan
merupakan dokumen hidup (living document) yang dapat terus dikembangkan sesuai dengan dinamika keadaan dan
kebutuhan.

Suatu kawasan menyandang predikat sebagai cagar biosfer diharuskan memiliki fungsi sebagai agen untuk
mengintegrasikan dan mengkoordinasikan upaya semua pemangku kepentingan tanpa melupakan hak secara historis
kepemilikan suatu lahan atau sumberdaya dalam rangka mensinergikan pengelolaannya. Oleh karena itu penyusunan
rencana pengelolaan cagar biosfer harus melibatkan para pihak seperti taman nasional atau kawasan konservasi lainnya
yang berfungsi sebagai area inti, balai konservasi sumberdaya alam (BKSDA), pemerintah daerah, dinas kehutanan
kabupaten dan provinsi, ilmuwan (lembaga penelitian dan universitas), LSM, pihak swasta, masyarakat lokal dan pihak lain
penggunan sumberdaya hayati di kawasan tersebut. Karena itu untuk menyusun rencana pengelolaan sebuah cagar biosfer
harus melibatkan multipihak dan mencakup multiaspek agar diperoleh suatu program yang komprehensif yang dapat
melindungi keanekaragaman hayati dan sekaligus memanfaatkannya untuk kesejahteraan masyarakat.
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

BIO

Lingkungan
Biosfer terdiri dari bagian-bagian bumi tempat adanya kehidupan. Biosfer meluas dari sistem akar pohon terdalam
hingga lingkungan gelap palung samudra, hingga hutan hujan lebat dan puncak gunung yang tinggi.

KELAS

5 - 12+
SUBJEK

Ilmu Kebumian, Geografi, Geografi Fisik


ISI

12 Gambar
Disimpan oleh 42 pendidik
GAMBAR

Cagar Laut Pantai Moss

Kolam pasang surut, seperti yang ini di Cagar Laut Pantai Moss, California, adalah bagian dari biosfer. Biosfer
terdiri dari bagian-bagian bumi tempat kehidupan ada — semua ekosistem. Biosfer meluas dari sistem akar pohon
terdalam, ke lingkungan gelap palung samudra, hingga hutan hujan lebat, puncak gunung yang tinggi, dan zona
transisi seperti ini, di mana ekosistem laut dan darat bertemu.

FOTO OLEH ROSANNE ATENCIO SEVILLA, MYSHOT

GAMBAR

GAMBAR

GAMBAR

GAMBAR

GAMBAR

GAMBAR
GAMBAR

GAMBAR

GAMBAR

GAMBAR

GAMBAR

GAMBAR
Ini mencantumkan logo program atau mitra NG Education yang telah menyediakan atau menyumbangkan konten

di halaman ini.Dipersembahkan oleh 

Indonesia
Facebook
Pinterest
Google Kelas
Surel
Mencetak
ENTRI ENSIKLOPEDIA KOSA KATA
The biosfer terdiri dari bagian-bagian bumi mana ada kehidupan. Biosfer meluas dari sistem akar pohon yang
paling dalam, hingga lingkungan parit laut yang gelap , hingga hutan hujan yang rimbun dan puncak gunung
yang tinggi . Ilmuwan mendeskripsikan bumi dalam bentuk bulatan . Lapisan permukaan padat bumi
adalah litosfer . The atmosfer adalah lapisan udara yang membentang di atas litosfer. Air bumi — di permukaan, di
tanah, dan di udara — membentuk hidrosfer .

Karena kehidupan ada di tanah, di udara, dan di air, biosfer tumpang tindih dengan semua bidang ini. Meskipun
biosfer berukuran sekitar 20 kilometer (12 mil) dari atas ke bawah, hampir semua kehidupan ada antara sekitar 500
meter (1.640 kaki) di bawah permukaan laut hingga sekitar 6 kilometer (3,75 mil) di atas permukaan laut.

Asal Usul Biosfer

Biosfer telah ada selama sekitar 3,5 miliar tahun. Bentuk kehidupan paling awal di biosfer, yang
disebut prokariota , bertahan tanpa oksigen . Prokariota kuno termasuk organisme bersel tunggal
seperti bakteri dan archaea .

Beberapa prokariota mengembangkan proses kimiawi yang unik. Mereka bisa menggunakan sinar matahari untuk
membuatnya sederhanagula dan oksigen keluar dari air dan karbon dioksida , suatu proses yang
disebut fotosintesis . Organisme fotosintetik ini begitu banyak sehingga mengubah biosfer. Dalam kurun waktu
yang lama, atmosfer mengembangkan campuran oksigen dan gas lain yang dapat menopang bentuk kehidupan
baru.

Penambahan oksigen ke biosfer memungkinkan bentuk kehidupan yang lebih kompleks


berkembang. Jutaan tumbuhan yang berbeda dan spesies fotosintetik lainnya berkembang. Hewan ,
yang mengkonsumsi tumbuhan (dan hewan lain) berevolusi d. Bakteri dan organisme lain berevolusi
untuk membusuk , atau menghancurkan, hewan dan tumbuhan yang mati.

Manfaat biosfer dari jaring makanan ini . Sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang mati melepaskan nutrisi ke
dalam tanah dan laut. Nutrisi ini diserap kembali dengan menanam tanaman. Pertukaran makanan dan energi ini
membuat biosfer menjadi sistem yang mandiri dan mengatur dirinya sendiri.

Biosfer terkadang dianggap sebagai satu ekosistem besar — komunitas kompleks makhluk hidup dan tak hidup
yang berfungsi sebagai satu kesatuan. Lebih sering, bagaimanapun, biosfer digambarkan memiliki banyak
ekosistem.

Cagar Biosfer

Manusia memainkan peran penting dalam menjaga aliran energi di biosfer. Namun terkadang,
orang mengganggu arus. Misalnya, di atmosfer, kadar oksigen menurun dan kadar karbon dioksida meningkat
ketika masyarakat membuka hutan atau membakar bahan bakar fosil seperti batu bara dan minyak . Tumpahan
minyak dan limbah industri mengancam kehidupan di hidrosfer. Masa depan biosfer akan bergantung pada
bagaimana orang berinteraksi dengan makhluk hidup lain di dalam zona kehidupan.

Pada awal 1970-an, Perserikatan Bangsa-Bangsa mendirikan sebuah proyek bernamaMan and the Biosphere
Program (MAB) , yang mempromosikan pembangunan berkelanjutan . Jaringan cagar biosfer ada
untuk membangun hubungan kerja yang seimbang antara manusia dan alam.

Saat ini, terdapat 563 cagar biosfer di seluruh dunia. Cagar biosfer pertama didirikan di Yangambi, Republik
Demokratik Kongo. Yangambi, di Lembah Sungai Kongo yang subur , memiliki 32.000 spesies pohon dan spesies
endemik seperti gajah hutan dan babi sungai merah. Cagar biosfer di Yangambi mendukung kegiatan
seperti pertanian berkelanjutan , perburuan, dan pertambangan .

Salah satu cagar biosfer terbaru ada di Yayu, Ethiopia. Daerah tersebut dikembangkan
untuk pertanian . Tanaman seperti madu, kayu, dan buah dibudidayakan secara teratur d. Namun, sebagian besar
Yayu ini menguntungkan dan berharga sumber daya adalah pribumi spesies tanaman, Coffea
arabica . Semak ini adalah sumber kopi . Yayu memiliki sumber Coffea arabica liar terbesar di dunia.

Biosfer hanyalah rumah dari semua kehidupan yang diketahui yang pernah ada di seluruh alam
semesta.
Foto oleh Rosanne Atencio Sevilla, MyShot
Biosphere 2
Pada tahun 1991, sebuah tim yang terdiri dari delapan ilmuwan pindah ke fasilitas penelitian mandiri yang besar
bernama Biosphere 2 di Oracle, Arizona. Di dalam struktur besar seperti rumah kaca, Biosfer 2 menciptakan lima
bioma berbeda dan fasilitas pertanian yang berfungsi. Ilmuwan berencana untuk hidup di Biosfer 2 dengan sedikit
kontak dengan dunia luar. Eksperimen yang dilakukan di Biosfer 2 dirancang untuk mempelajari hubungan antara
makhluk hidup dan lingkungannya dan untuk melihat apakah manusia mungkin dapat hidup di luar angkasa suatu
hari nanti.
Misi tersebut seharusnya berlangsung selama 100 tahun, dengan dua tim ilmuwan masing-masing menghabiskan
50 tahun di fasilitas tersebut. Sebaliknya, dua tim membuatnya hanya empat tahun, dan para ilmuwan pindah pada
tahun 1994. Meskipun fase live-in telah berakhir, penelitian masih berlangsung di Biosfer 2, dengan fokus utama
pada pemanasan global.
Maps

 UNESCO: Program Manusia dan Biosfer — Direktori Cagar Biosfer

Situs web

 Biosfer 2

Anda mungkin juga menyukai