Anda di halaman 1dari 3

Kelompok 16 :

1. Atika Nurdiana E34160082


2. Destya EP E34170029
3. Koko Wahyudi E34170060
4. Astrid Tabita Banurea E34170096
5. M Azhar Anugerah E34170117

CAGAR BIOSFER

Cagar Biosfer didefinisikan Dalam UU No. 5 tahun 1990 sebagai suatu Kawasan yang
tediri dari ekosistem asli, ekosistem unik, dan atau ekosistem yang telah mengalami degradasi
yang keseluruhan unsur alamnya dilindungi dan dilestarikan bagi kepentingan penelitian dan
Pendidikan. Keunikan dari cagar biosfer adalah bahwa Kawasan ini secara internasional diakui
sebagai Kawasan konservasi yang dapat mempromosikan keseimbangan hubungan antara
manusia dan alam (UNESCO 2003).

Cagar Biosfer diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2017 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional pasal 59 ayat 1 yang isinya membahas
mengenai kriteria Cagar Biosfer yang alami, telah mengalami degradasi, mengalami modifikasi,
atau kawasan binaan. Kawasan Cagar Biosfer juga memiliki kriteria kawasan yang emiliki
komuntias alam yang unik, langka dan indah. Memiliki bentang alam yang luas yang
mencerminkan interaksi antara komunitas alam dengan manusia beserta kegiatannya secara
harmonis atau berupa tempat bagi pemantauan perubahan ekologi melalui penelitian dan
pendidikan. Dalam pasal 103 ayat 1, peraturan mengenai Zonasi Cagar Biosfer disusun dengan
memperhatikan antara lain pemanfaatan untuk pariwisata tanpa mengubah bentang alam,
pembatasan pemanfaatan sumber daya alam dan pengendalian kegiatan budidaya yang dapat
merubah bentang alam ekosistem.

Cagar Biosfer merupakan suatu Kawasan yang ditunjuk dan ditetapkan oleh UNESCO
melalui program Man and Biosphere (MAB). Program MAB dibentuk untuk meningkatkan
kualitas hubungan anatara manusia dengan lingkungannya yang didasarkan pada ilmu
pengetahuan dan teknologi. Salah satunya adalah untuk mengatasi permasalahan pemanfaatan
sumberdaya hayati yang dirasakan dampaknya serta menimbulkan “biodiversity lost”,
kemunduran kualitas lingkungan dan tidak terencananya tata guna lahan (Efendy 2015). Usulan
penetapan Cagar Biosfer diajukan oleh pemerintah nasional. Setiap calon cagar harus memenuhi
kriteria tertentu dan sesuai dengan persyaratan minimum sebelum dimasukkan ke dalam jaringan
dunia. Demikian disebutkan oleh laman man and the biospher (MAB) UNESCO.

Cagar Biosfer memiliki beberapa potensi jasa lingkungan, diantaranya adalah


kemampuannya dalam menyerap karbon (carbon sequestration). Penyerapan karbon menjadi
penting berhubungan dengan upaya mitigasi perubahan iklim. Penurunan emisi karbon bukan
suatu usaha yang mudah, diperlukan peningkatan usaha konservasi agar terjadi penyerapan
karbon yang optimum (Larasati et al 2012).

Cagar biosfer sebagai kawasan konservasi memiliki zonasi wilayah yang memiliki fungsi
sesuai peruntukannya. Menurut Soedjito (2004) zonasi wilayah itu terdiri dari : (i) zona inti
sebagai kawasan lindung dengan luas yang memadai, mempunyai perlindungan hukum jangka
panjang, untuk melestarikan keanekaragaman hayati beserta ekosistemnya, (ii) zona penyangga
yang berfungsi untuk melindungi area inti dari dampak negatif kegiatan manusia, dimana hanya
kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan tujuan konservasi yang dapat dilakukan, dan (iii) zona
transisi yang berfungsi untuk mempromosikan model-model pembangunan yang berkelanjutan.

Kebijakan cagar biosfer mempunyai tiga fungsi yang saling menunjang, yaitu konservasi
keanekaragaman hayati, pembangunan berkelanjutan, dan dukungan logistik. Saat ini, zona
penyangga dan area inti Cagar Biosfer terancam oleh perambahan kawasan dan pemanfaatan
sumber daya ikan secara berlebih. Kebijakan prioritas untuk pengelolaan sumber daya Cagar
Biosfer, yaitu: 1) Memperkuat kapasitas untuk meningkatkan intensitas pengelolaan area inti
cagar biosfer, 2) Melakukan penggalangan dana untuk mendukung program konservasi
keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan, 3) Perombakan dan penguatan Badan
Koordinasi untuk implementasi konsep Cagar Biosfer, 4) Membentuk KPH untuk meningkatkan
intensitas pengelolaan di tingkat tapak, dan 5) Memperjelas hak pengelolaan pada kawasan
Hutan Produksi yang tidak dibebani ijin pemanfaatan hasil hutan melalui skema IUPHHK-
Restorasi Ekosistem di area inti dan IUPHHK-Hutan Tanaman Rakyat di zona penyangga.
Daftar Pustaka

Efendy, Riza. 2015. Kajian perencannan dan pemanfaatan ruang di Kawasan cagar biosfer
cibodas. [Tesis]. Institut Pertanian Bogor.
Larasati R, June T, Dewi S. 2012. Peran cagar biosfer Cibodas dalam penyerapan co2. Jurnal
Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. 9(2): 66-76.

Pemerintah Indonesia. 2017. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional. Jakarta: Sekretariat Negara.

Soedjito H. 2004. Pedoman pengelolaan cagar biosfer Indonesia. Jakarta (ID): Panitia Nasional
MAB Indonesia, LIPI.

UNESCO. 2003. Biosphere Reserves. On ground testing for sustainable development. Jakarta
(ID): Graha Info Kreasi.

Anda mungkin juga menyukai