(E-mail: hery.sopari@gmail.com)
ABSTRAK
Masih terdapatnya permasalahan terhadap sumber daya alam hayati (SDAH) di Wakatobi
memerlukan kolaborasi perencanaan sebagai salah satu alternatif solusi, khususnya antara Balai
Taman Nasional Wakatobi dan Pemerintah Kabupaten Wakatobi yang memiliki tanggung jawab
sebagai pengelola kawasan agar pengelolaan menjadi lebih sinergis, harmonis dan efektif. Penelitian
ini bertujuan untuk (1) menganalisis potensi yang ada pada Resources-Organization-Norms (R-O-N)
Taman Nasional Wakatobi dan Kabupaten Wakatobi dalam mendukung kolaborasi perencanaan
pengelolaan SDAH di wilayah tersebut, (2) menganalisis kontribusi dan arah perencanaan Balai TN
Wakatobi dan Pemerintah Kabupaten Wakatobi dalam mendukung kolaborasi perencanaan
pengelolaan SDAH, dan (3) merumuskan model kolaborasi perencanaan antara Balai TN Wakatobi
dan Pemerintah Kabupaten Wakatobi dalam pengelolaan SDAH secara lestari. Penelitian ini
dilakukan di kota Bau-Bau dan Kabupaten Wakatobi. Metode yang digunakan adalah indepth
interview, studi dokumen dan Focus Group Discussion, sedangkan analisa datanya menggunakan
analisa deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) sumber daya alam hayati yang
dikelola oleh kedua pihak yaitu 8 sumber daya penting/target konservasi, (2) kontribusi dan arah
perencanaan Balai TN Wakatobi dan Pemerintah Kabupaten Wakatobi mendukung untuk kolaborasi
perencanaan pengelolaan SDAH secara lestari, (3) untuk memecahkan berbagai permasalahan
SDAH, terdapat 8 model kolaborasi perencanaan yaitu: (a) penanganan kasus; (b) patroli/operasi
pengamanan (c) penyuluhan/sosialisasi peraturan, (d) monitoring 8 sumber daya penting/target
konservasi (e) rehabilitasi sumber daya alam hayati, (f) pengelolaan pengunjung, (g) pengelolaan ijin
usaha perikanan dan (h) pengembangan dan perijinan pariwisata alam.
ABSTRACT
189
Hery Sopari ISSN 1411-4674
resource problems can be solved by using 8 models of collaborative planning, including (a) case
administration, (b) security patrols/operations (c) education/regulation socialization, (d) the
monitoring of 8 important natural resources/conservation targets (e) natural resource rehabilitation,
(f) visitor management, (g) the management of fisheries business license, and (h) the development
and licensing of natural tourism.
190
Kolaborasi, Perencanaan, Sumber Daya Alam Hayati ISSN 1411-4674
191
Hery Sopari ISSN 1411-4674
Tabel 1. Sumber Daya Alam Hayati yang dikelola oleh Balai TN Wakatobi dan
Pemerintah Kabupaten Wakatobi
No. Jenis Sumber Daya Pengelolaan oleh Balai TN Pengelolaan oleh Pemerintah
Alam Hayati Wakatobi Kabupaten Wakatobi
(BTNW)
1 Terumbu Karang Monitoring, Patroli Pengamanan Monitoring, Patroli
Kawasan, Penyuluhan/Sosialisasi, Pengamanan Kawasan,
Wisata Penyuluhan/Sosialisasi, Wisata
2 Lamun Monitoring, Patroli Pengamanan Patroli Pengamanan Kawasan,
Kawasan, Penyuluhan/Sosialisasi Penyuluhan/Sosialisasi
3 Mangrove Monitoring, Patroli Pengamanan Patroli Pengamanan
Kawasan, Penyuluhan/Sosialisasi, kawasan,Penyuluhan/
wisata Sosialisasi, wisata
4 Burung Pantai/Laut Monitoring, Patroli Pengamanan Patroli Pengamanan Kawasan
Kawasan, Penyuluhan/Sosialisasi
5 Cetacean (Mamalia Monitoring, Patroli Pengamanan Patroli Pengamanan Kawasan
Laut/Lumba- Kawasan, Penyuluhan/Sosialisasi
Lumba, Paus)
6 Penyu Monitoring, Patroli Pengamanan Patroli Pengamanan Kawasan,
Kawasan, Penyuluhan/Sosialisasi Penyuluhan/Sosialisasi
7 SPAGs (Tempat Monitoring, Patroli Pengamanan Patroli Pengamanan Kawasan
Pemijahan Ikan) Kawasan, Penyuluhan/Sosialisasi
8 Ikan Ekonomis Monitoring, Patroli Pengamanan Patroli Pengamanan Kawasan,
penting Kawasan, Penyuluhan/Sosialisasi Perijinan Perikanan tangkap
Sumber: Analisis terhadap hasil wawancara dengan Pihak Balai TNW dan Pemerintah
Kabupaten Wakatobi (2013).
192
Kolaborasi, Perencanaan, Sumber Daya Alam Hayati ISSN 1411-4674
Tabel 2. Organisasi dan Norma yang ada pada TN Wakatobi dan Kabupaten Wakatobi
dalam Pengelolaan SDAH Secara Lestari
Sumber: Hasil Analisis terhadap Peraturan yang ada pada Balai TN Wakatobi dan
Pemerintah Kabupaten Wakatobi (2013)
Keterangan:
Bappeda: Badan Perencanaan Pembangunan, Penanaman Modal, Penelitian dan Pengembangan
Daerah.
DKP: Dinas Kelautan dan Perikanan, BLH :Badan Lingkungan Hidup, Disbudpar. : Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas PKP2: Dinas Pertanian, Kehutanan, Perkebunan dan Peternakan
Dinas TRKP3K : Dinas Tata Ruang, Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Pemadam kebakaran
(TRKP3K); SBTU : Sub Bagian Tata Usaha di baubau, SPTN Wilayah: Seksi Pengelolaan Taman
Nasional Wilayah (SPTNW I di Wangi-Wangi, SPTNW II di Kaledupa, SPTN W III di Tomia)
193
Hery Sopari ISSN 1411-4674
Kontribusi dan Arah Perencanaan Balai diharapkan dapat berjalan dengan baik
TN Wakatobi dan Pemerintah Kabu- karena masing-masing pihak telah
paten Wakatobi dalam Mendukung memiliki pengalaman dalam melak-
Kolaborasi Perencanaan Pengelolaan sanakan kegiatan di bidang konservasi.
Sumber Daya Alam Hayati Secara Visi Balai TN Wakatobi Tahun
Lestari 2010-2014 yaitu Terwujudnya Taman
Kontribusi Balai TN Wakatobi dan Nasional Wakatobi yang mantap, dinamis
Pemerintah Kabupaten Wakatobi dalam dan lestari serta dapat memberikan
pengelolaan SDAH secara lestari khusus- manfaat bagi masyarakat dan daerah
nya pada tahun 2012 yaitu meliputi secara berkelanjutan sejalan dengan
kegiatan perlindungan, pengawetan dan visi Pemerintah Kabupaten Wakatobi
pemanfaatan SDAH secara lestari. tahun 2012-2016 yaitu Terwujudnya
Kontribusi kedua pihak merupakan Surga Nyata Bawah Laut di Pusat Segi
kegiatan-kegiatan yang bercirikan Tiga Karang Dunia, kedua visi tersebut
konservasi sehingga pelaksanaan kola- mendukung upaya kolaborasi karena
borasi dalam pengelolaan SDAH bertujuan untuk mensejahterakan rakyat
194
Kolaborasi, Perencanaan, Sumber Daya Alam Hayati ISSN 1411-4674
195
Hery Sopari ISSN 1411-4674
196
Kolaborasi, Perencanaan, Sumber Daya Alam Hayati ISSN 1411-4674
permanen, bukan sekedar kolaborasi yang legal sebagai salah satu tempat
bersifat sementara atau bahkan hanya perlindungan keanekaragaman hayati,
sekedar interaksi pada level rendah, faktanya di TN Rawa Aopa pun tidak
namun pembahasan pada level atas terbebas dari gangguan dan ancaman
(pemangku kepentingan) tidak terjadi. (Putri dkk., 2009). Oleh karena itu
Membuat keputusan kolaborasi kolaborasi merupakan suatu keniscayaan
merupakan tantangan tersendiri bagi dalam rangka memecahkan persoalan
Balai Taman Nasional Wakatobi dan yang ada dalam pengelolaan SDAH
Pemerintah Kabupaten Wakatobi karena secara lestari. Kolaborasi perencanaan
memang tidak mudah untuk dilak- pengelolaan SDAH di Wakatobi adalah
sanakan. Perlu komitmen yang kuat untuk memecahkan dan bahkan
antara kedua pihak tersebut, dimana mencegah potensi-potensi permasalahan
masing-masing pihak harus dapat baik antara pemangku kepentingan
menghilangkan ego sektoral, menuju maupun ancaman terhadap sumber daya
suatu sistem kolaborasi yang didalamnya alam yang ada.
diperlukan saling menghargai, mema-
hami, berkontribusi, belajar bersama dan KESIMPULAN DAN SARAN
posisi yang setara. Winara dkk. (2011) Berdasarkan hasil penelitian dan
juga mengemukakan bahwa penerapan pembahasan yang diuraikan sebelumnya,
sebuah sistem pengelolaan kolaboratif di maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
TN Teluk Cendrawasih (Papua) meru- 8 sumber daya penting yang dikelola oleh
pakan tantangan bagi pengelola, oleh Balai TN Wakatobi dan Pemerintah
karena itu kajian penerapan sistem Kabupaten Wakatobi dan hingga saat ini
kolaborasi dalam pengelolaan taman masih terdapat berbagai macam
nasional sangatlah penting sebagai suatu permasalahan dalam pengelolaan sumber
pembelajaran dan perbaikan pengelolaan. daya tersebut seperti illegal fishing,
Haryono (2012) menyatakan bahwa destructive fishing, penambangan pasir,
untuk mewujudkan pengelolaan TN belum sinergisnya pengelolaan (pengun-
Bukit Tiga Puluh yang terintegrasi, maka jung, perijinan usaha perikanan dan
diperlukan perencanaan secara bersama- perijinan pariwisata), serta keterbatasan
sama dengan pemerintah daerah, sumber daya. Permasalahan yang ada
sedangkan untuk manajemennya dila- perlu dipecahkan secara bersama-sama
kukan sesuai dengan tugas dan fungsinya oleh Balai TN Wakatobi dan Pemerintah
masing-masing. Pengaturan kelembagaan Kabupaten Wakatobi sebagai pengelola
berupa pembentukan forum pengelola kawasan, oleh karena itu diperlukan
SDAH Wakatobi merupakan suatu wadah kolaborasi perencanaan sebagai salah
dimana Balai TN Wakatobi dan SKPD satu alternatif solusi. Kontribusi dan arah
terkait dapat melakukan perencanaan perencanaan kedua pihak pun men-
pengelolaan dan melaksanakannya secara dukung untuk kolaborasi perencanaan
bersama-sama sesuai dengan tugas, pengelolaan SDAH secara lestari karena
fungsi dan kapasitasnya masing-masing. masih mengakomodir kegiatan-kegiatan
Khan (2008) juga menyatakan bahwa konservasi. Model kolaborasi peren-
prinsip pengaturan kelembagaan itu canaan yang dapat didesain untuk
penting terutama untuk memberikan memecahkan berbagai persoalan yang
pilihan-pilihan aksi bersama (collective merupakan saran/rekomendasi dari
actions) yang benar-benar dapat di- penelitian ini yaitu model kolaborasi
jalankan oleh para pihak terkait. perencanaan: (1) penanganan kasus; 2)
Bukan hal mudah untuk dapat terus patroli/operasi pengamanan; (3) penyu-
mempertahankan keanekaragaman hayati luhan/sosialisasi peraturan; (4) moni-
yang ada di dalam kawasan taman toring 8 sumber daya penting/target
nasional. Meskipun menyandang status konservasi; (5) rehabilitasi sumber daya
197
Hery Sopari ISSN 1411-4674
alam hayati; (6) pengelolaan pengunjung; Sains & Teknologi Seri-Seri Ilmu
(7) pengelolaan ijin usaha perikanan dan Pengetahuan Vol.12 No.1: 12-21.
(8) pengembangan dan perijinan pari- Putri, Indra A. S.L.P., Allo, Merryana
wisata alam. Kidding. (2009). Degradasi Keane-
karagaman Hayati Taman Nasional
DAFTAR PUSTAKA Rawa Aopa Watumohai. Jurnal
Balai TN Wakatobi. (2008). Rencana Penelitian Hutan dan Konservasi
Pengelolaan Jangka Panjang TN Alam Vol. VI No.2; 169-194.
Wakatobi Tahun 1998 s/d 2023 Salman, Darmawan. (2012). Manajemen
(Revisi 2008). Bau-Bau: Balai TN Perencanaan Berbasis Komunitas
Wakatobi. dan Mekanisme Kolaborasi Serta
Haryono, Moh. (2012). Model Penge- Peran Fasilitator. Cetakan Pertama.
lolaan Taman Nasional Bukit Tiga Sulawesi Capacity Development
Puluh secara terintegrasi.Jurnal Project: Kerjasama Teknis Kemen-
Penelitian Hutan dan Konservasi dagri RI, Pemprov Sulawesi dengan
Alam Vol. 9 No.1; 033-048. Japan International Cooperation
Khan, Azis. (2008). Alternatif Penye- Agency (JICA).
lesaian Masalah Peraturan Perun- Sembiring, E., Basuni, S., Soekmadi, R.
dangan: Sebuah Pelajaran Penataan (2010). Resolusi Konflik Pengelo-
Kelembagaan. Jurnal Manajemen laan Taman Nasional Teluk Cende-
Hutan TropikaVol. XIV (1): 47-53 rawasih di Kabupaten Teluk
Koontz, Thomas M., Thomas, Craig W. Wondama. Jurnal Manajemen Hutan
(2006). What Do We Know and Tropika 16(2): 84-91
Need to Know about The Environ- Weible, Christopher M., Moore, Richard
mental Outcomes of Collaborative H. (2010).Analytics and Beliefs;
Management. Public Administration Competing Explanantions for
Review; Dec 2006; 66, SI; ProQuest Defining Problems and Choosing
Research Library pg. 111. Allies and Opponents in Colla-
McGuire, Michael. (2006). Collaborative borative Environmental Manage-
Public Management: Assessing ment. Public Administration Re-
What We Know and How We Know view: Sep/Oct 2010;70,5; ProQuest
It. Public Administration Review; Research Library pg. 756
Dec 2006;66,SI: ProQuest Research Winara, A., Mukhtar, Abdullah Syarif.
Library. (2011). Potensi Kolaborasi Dalam
Palma, Aguslavia S.M., Achmad, Pengelolaan Taman Nasional Teluk
Amran., Dassir, Muhammad. (2012). Cenderasih di Papua. Jurnal
Model Kolaborasi Pengelolaan Penelitian Hutan dan Konservasi
Taman Nasional Wasur. Jurnal Alam Vol. 8 No.3; 217-226.
198