Anda di halaman 1dari 16

ORGANISASI INTERNASIONAL DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PALABUHAN

RATU, KABUPATEN SUKABUMI- JAWA BARAT

Nama

e-mail:

ABSTRAK

Organisasi internasional yang mendukung peran pengelolaan regional adalah Partnerships in the
Environmental Management for the Seas of East Asia (PEMSEA) melalui program Integrated Coastal
Management (ICM) dalam pengendalian kerusakan ekosistem terumbu karang di Palabuhanrat, Kabupaten
Sukabumi, Jawa Barat. Peneliti berupaya menganalisis tujuan program pengelolaan kerusakan ekosistem
terumbu karang di kawasan pesisir Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Metode penelitian yang
digunakan penulis dalam karya ini adalah metode deskriptif analitis. Sebagian besar materi dikumpulkan
melalui penelitian kepustakaan, pencarian materi di internet, dokumentasi, wawancara dan observasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program ICM di Palabuhanrat, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
mencakup beberapa sektor yang terkait dengan pengelolaan pesisir dan laut melalui pelaksanaan beberapa
proyek pembangunan pesisir di Palabuhanrat, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. di wilayah Kabupaten
Sukabumi sejak tahun 2003. Namun secara teknis, upaya penaklukan Palabuhanratu secara langsung belum
dilakukan karena kendala yang dihadapi akibat rusaknya terumbu karang. Sejak tahun 2004, upaya telah
dilakukan untuk mengelola kerusakan terumbu karang pada masyarakat pesisir setempat di Palabuhanrata,
Wilayah Administratif Sukabumi, Jawa Barat.

Kata Kunci: PEMSEA, ICM, Pengendalian Kerusakan, Ekosistem Terumbu Karang


I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan terumbu karang terluas di dunia (setelah Australia), dengan
luas 42.000 kilometer persegi atau 17 persen luas terumbu karang dunia (Tropicana Coasts Magazine
vol.16 No.2, 2010). Ekosistem terumbu karang ini mencakup hampir dua pertiga dari 81.000 km garis
pantai Indonesia.
Terumbu karang merupakan tempat berkembang biak dan sumber makanan bagi banyak populasi
laut dan terancam punah bagi spesies yang tergolong langka. Rusaknya ekosistem terumbu karang
memang dapat mengancam keberlangsungan kegiatan perekonomian negara di bidang perikanan, yang
nantinya akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat pesisir. Pesisir Kabupaten Sukabumi
mempunyai potensi sumber daya pesisir dan laut yang besar. Namun sumber daya tersebut masih
belum dikelola dengan baik. Salah satu perhatian utama penelitian ini adalah kerusakan terumbu
karang di beberapa lokasi di wilayah Sukabumi. Saat ini kondisi terumbu karang berada dalam kondisi
yang memprihatinkan, sekitar 50% rusak dan diperkirakan kurang dari 10% yang tertutup (Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi). Kerusakan ini dapat disebabkan oleh tindakan manusia.
Karena sebagian besar penduduk pesisir umumnya berpendidikan rendah, sikap mereka terhadap
pengelolaan dan konservasi wilayah pesisir dan laut masih terabaikan. Kerusakan yang terjadi
seringkali bersifat rutin. Rusaknya terumbu karang di Parabuhan Ratu merupakan gejala nyata adanya
interaksi antara manusia dan sumber daya pesisir yang tidak memperhatikan prinsip keberlanjutan dan
daya dukung. Oleh karena itu, pertanyaan mendasarnya adalah apakah mekanisme pengelolaan pesisir
di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dapat memulihkan sumber daya hayati pesisir yang digunakan
atau menggantikan penggunaan sumber daya abiotik dengan sumber daya alam lain untuk
menghilangkan faktor-faktor tersebut, artinya tidak efektif dalam memberikan peluang. untuk Itu
adalah sesuatu yang menyebabkan kerusakan (SECEM, 2009:2).
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi di wilayah pesisir Parabuhanratu Kabupaten Sukabumi,
maka diperlukan pengelolaan wilayah pesisir dan laut secara terpadu melalui sistem pengelolaan laut
yang bersih untuk mengatasi permasalahan pengelolaan wilayah pesisir dan laut Kabupaten Sukabumi
yang kompleks. apakah menyangkut pengelolaan sumber daya kelautan yang mempunyai dampak
langsung; Kontribusi pada perekonomian negara dan mengurangi kerusakan ekosistem laut, termasuk
ekosistem terumbu karang. Karena terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem pesisir.
Pemerintah Daerah Kabupaten Sukabumi berinisiatif menjalin kerjasama dengan pihak swasta
khususnya dengan organisasi internasional yang bergerak di bidang kelautan, dalam pengelolaan
wilayah pesisir dan laut secara terpadu. Kemitraan untuk Pengelolaan Lingkungan Laut Asia Timur
(PEMSEA), sebuah organisasi pemerintah internasional regional, merupakan kemitraan antara negara-
negara yang berbatasan dengan wilayah maritim Asia Timur untuk bekerja sama melindungi perairan
Asia Timur, dan untuk mengelola serta bertindak sebagai pengawas wilayah pesisir dan laut. perairan
Sukabumi, Kami sedang membangun kemitraan. PEMSEA berfokus pada pengelolaan laut. Pemsea

membuat framework berupa Sustainable


Development untuk Laut Asia Timur yang
1.2 Rumusan Masalah
selanjutnya disebut sebagai Sustainable
Development Strategy for Seas East Asia Bagaimana upaya yang dilakukan
(SDSSEA). Strategi pembangunan ini terus
digalakkan kepada seluruh negara yang Partnership in Environmental Management for
tergabung dalam PEMSEA yakni Filipina, Seas East Asia (PEMSEA) melalui program
Brunei Darussalam, Jepang, Korea Selatan,
Korea Utara, Cina, Indonesia, Malaysia, Integrated Coastal Management (ICM) dalam
Myanmar, Kamboja, Vietnam dan Thailand. pengendalian kerusakan ekosistem terumbu
PEMSEA menjalin kemitraan khusus secara
langsung dengan pemerintah lokal di suatu karang di Palabuhanratu, Kabupaten
negara yang tergabung sebagai anggota Sukabumi Jawa Barat?
PEMSEA yang disebut sebagai PEMSEA
Network of Local Governments for Sustainable 1.3 Maksud dan Tujuan
Coastal Development (PNLG) yang bertujuan
untuk meningkatkan kapasitas pemerintah Penelitian ini memiliki tujuan, antara lain:
daerah untuk merencanakan, mengembangkan 1. Untuk mengetahui, memahami, dan
dan mengelola sumber daya pesisir dan laut menganalisa kondisi ekosistem terumbu
untuk pemanfaatan secara berkelanjutan. karang di Palabuhanratu, Kabupaten
Kabupaten Sukabumi dan PEMSEA yang Sukabumi-Jawa Barat
saat itu masih menjadi program regional dari 2. Untuk mengetahui, memahami, dan
International Maritime Organization (IMO) menganalisa program yang dilaksanakan
sehingga penandatangan dilakukan oleh IMO PEMSEA dalam pengendalian kerusakan
sendiri bersama Pemerintah Kabupaten ekosistem terumbu karang di
Sukabumi. Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi-
Barat menjadi proyek kerjasama antara Jawa Barat
PEMSEA dan Pemerintah Daerah Sukabumi 3. Untuk mengetahui, memahami, dan
dalam pengelolaan terpadu wilayah pesisir yang menganalisa kendala yang dihadapi
disebut sebagai Integrated Coastal Management PEMSEA dalam menjalankan program
(ICM) yang bertujuan untuk melindungi sistem Integrated Coastal Management(ICM) di
penyangga kehidupan dan sumber daya pesisir Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi-
dan konservasi laut untuk pembangunan Jawa Barat.
berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat 4. Untuk mengetahui, memahami, dan
Kabupaten Sukabumi. menganalisa hasil pelaksanaan dari
program Integrated Coastal perdagangan internasional, ketidak
Management (ICM)dalam setaraan, identitas politik dan
pengendalian kerusakan ekosistem kewarganegaraan model baru, rezim,
terumbu karang di komunitas negara-negara internasional,
Palabuhanratu, Kabupaten anarki, kerjasama ekonomi regional,
Sukabumi- Jawa Barat. keseimbangan kekuasaaan,
demokratisasi, keamanan pasca Perang
Dingin;
1.4 Kegunaan Penelitian
2. Aktor— negara-bangsa, perusahaan
transnasional, pasar modal, organisasi
Bagi Peneliti, diharapkan dapat menambah
non-pemerintah, masyarakat politik supra-
wawasan, ilmu pengetahuan, pengalaman dan
nasional dan sub-nasional, pasukan
kemampuan peneliti dalam menyusun skripsi
penjaga perdamaian PBB, gerakan sosial
di bidang Ilmu Hubungan Internasional Untuk baru, G7, IMF-Bank Dunia;
memperkaya dan mengembangkan khasanah
ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Hubungan 3. Isu-isu empiris—globalisasi dan isolasi,
Internasional dalam kajian Lingkungan Hidup hak asasi manusia, intervensi dan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat kedaulatan, bantuan, pengungsi, etnis,
berguna dan dapat dijadikan masukan untuk persoalan perempuan, konservasi
keperluan referensi akademis bagi yang lingkungan, aids, narkoba, kejahatan
berminat mengadakan penelitian lanjutan terorganisir;
untuk 4. Isu-isu filsafat — permasalah
epistemologi, ontologi dan metodologi,
masalah yang sama. Sebagai salah satu syarat perspektif gender, perdebatan antar
wajib untuk meraih gelar kesarjanaan (S-1) pada paradigma, etika dan kebijakan luar
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional negeri (Burchill& Linklater, 2009:12).
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia.
2.2.2 Organisasi Internasional
II. Tinjauan Pustaka dan Organisasi internasional adalah suatu proses;
Kerangka Pemikiran organisasi internasional juga menyangkut aspek-
2.1 Tinjauan Pustaka aspek perwakilan dari tingkat proses tersebut
yang telah dicapai pada waktu tertentu.
Dalam mendapatkan dan memperoleh Organisasi internasional diperlukan dalam
pijakan dan referensi ilmiah untuk penelitian ini,
rangka kerjasama, menyesuaikan dan mencari
peneliti tidak hanya menggunakan referensi
kompromi untuk meningkatkan kesejahteraan
khusus dari keilmuan Hubungan Internasional,
serta memecahkan persoalan bersama, serta
tetapi referensi dilihat juga dari bidang-bidang
mengurangi pertikaian yang timbul. Organisasi
keilmuan lainnya. Peneliti menggunakan
juga diperlukan dalam menjajagi sikap bersama
beberapa sumber dari hasil penelitian terdahulu
dan mengadakan hubungan dengan negara lain.
yang memiliki tema yang sama yaitu mengenai
terumbu karang yang ada di pesisir Indonesia. Dapat dicatat bahwa ciri organisasi internasional
yang mencolok ialah merupakan suatu
organisasi yang permanen untuk melanjutkan
2.2 Kerangka Pemikiran
fungsinya yang telah ditetapkan. Organisasi itu
2.2.1 Hubungan Internasional
mempunyai instrumen dasar (constituent
instrument) yang akan memuat prinsip-prinsip
Hubungan Internasional adalah disiplin ilmu
dan tujuan, struktur maupun cara organisasi itu
yang tidak lepas dari politik yang memiliki
bekerja. Organisasi internasional dibentuk
sejumlah fokus kajian antara lain:
berdasarkan perjanjian, dan biasanya agar dapat
1. Hubungan— saling ketergantungan
melindungi kedaulatan negara, organisasi itu
(interdependensi) ekonomi, hutang dan
mengadakan kegiatannya sesuai dengan
ketergantungan Dunia Ketiga,
persetujuan atau rekomendasi serta kerjasama,
dan bukan semata-mata bahwa kegiatan itu
haruslah dipaksakan atau dilaksanakan
(Suryokusumo, 1987:10).
2.2.2.1 Teori Peranan Organisasi kelangsungan hidup bagi generasi di masa yang
Internasional akan datang. Dengan meningkatnya kesadaran
lingkungan masyarakat dunia umumnya dan
Stuktur yang terdapat dalam organisasi yang kalangan pemerintahan ditingkat negara-bangsa
memiliki fungsi-fungsi yang harus mereka khususnya dan bertambahnya persoalan
jalankan agar tercapai tujuan dari pembentukan kemerosotan lingkungan hidup yang sudah
organisasi tersebut, dan apabila semua fungsi menyentuh kehidupan kita sehari-hari, seperti
tersebut dijalankan dengan baik maka organisasi memanasnya suhu bumi dan meningkatnya jenis
tersebut dapat dikatakan telah menjalankan dan kualitas penyakit akibat berlubangnya
peranan. Peranan tersebut selain ditentukan oleh lapisan ozon, maka isu lingkungan hidup
harapan pihak lain, termasuk juga kemampuan, diangkat dalam agenda percaturan internasional
keahlian , serta kepekaan pelaku peran tersebut (Rudy, 2011: 58).
terhadap tuntutan dan situasi yang mendorong Masalah utama dari lingkugan hidup adalah
dijalankannya peranan. Peranan juga bersifat pencemaran. Pencemaran atau polusi adalah
dinamis, di mana dia akan menyesuaikan diri suatu kondisi yang telah berubah bentuk asal
terhadap kedudukan yang lebih banyak agar pada keadaan yang lebih buruk. Pergeseran
kedudukannya dapat diakui oleh masyarakat bentuk tatanan dari kondisi asal pada kondisi
(Soekanto, 1981:221). yang buruk ini dapat terjadi sebagai akibat
Suatu organisasi internasional yang bersifat masuknya bahan- bahan pencemar atau polutan.
fungsional sudah tentu memiliki fungsi dalam Bahan polutan tersebut umumnya mempunyai
menjalankan aktivitasnya. Fungsi ini bertujuan
sifat racun (toksin) yang berbahaya bagi
untuk mencapai kepentingan yang hendak
organisme hidup. Toksinitas daya racun dari
dicapai, berhubungan dengan pemberian
polutan itulah yang kemudian menjadi pemicu
bantuan dalam mengatasi masalah yang timbul
terjadinya pencemaran.Ancaman yang muncul
terhadap pihak yang terkait. Fungsi organisasi
terhadap lingkungan hidup berasal dari dua jenis,
internasional itu antara lain:
yaitu ancaman yang alamiah dan ulah tangan
1. Menyediakan hal-hal yang dibutuhkan
manusia. Siklus dari unsur-unsur yang terdapat
bagi kerja sama yang dilakukan antar
dalam lingkungan hidup membentuk
negara dimana kerja sama itu
keseimbangan tersendiri dan keseimbangan itu
menghasilkan keuntungan yang besar
akan berubah ketika mendapat pengaruh dari dua
bagi seluruh bangsa.
jenis ancaman itu (Rudy, 2011: 58).
2. Menyediakan banyak saluran-saluran
komunikasi antar pemerintahan sehingga
ide-ide dapat bersatu ketika masalah
muncul ke permukaan (Perwita & Yani, 2.2.3.1 Green Political Theory (Teori Politik
2005:97). Hijau)

Teori Hijau (Green Theory) muncul sebagai


2.2.3 Perkembangan Isu Lingkungan Hidup kekuatan politik yang signifikan sejak 1970an
dalam Hubungan Internasional sampai sekarang. Sejarah yang menjelaskan
tentang lingkungan hidup telah diwariskan sejak
Isu lingkungan hidup menjadi perbincangan abad 12. Hal ini dibuktikan dengan penebangan
hangat di kancah dunia internasional pasca kayu hutan Babilonia, Yunani dan Italia ketika
terjadinya perang dingin. Beberapa negara mulai peradaban manusia baru berkembang serta
menyadari pentingnya lingkungan untuk adanya konservasi minyak di Mediterania dan
peradaban Cina. Green Politics bermakna
ideologi politis, yang sangat kental dengan 2.2.5 Ekosistem
nuansa ekologis, kelestarian lingkungan
hidup,dan demokrasi partisipatoris. Konsep Berbicara mengenai Lingkungan Hidup
green politics mulai dibangun dalam bentuk tentu tidak terlepas dari sistem ekologi yang
gerakan konservatif sejak lahirnya Sierra Club merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
di San Fransisco, tahun 1892. Klub tersebut dari kehidupan manusia yang mempengaruhi
menitikberatkan pada upaya-upaya konservasi kelangsungan perikehidupan manusia dengan
dan preservasi alam. Politik lingkungan juga tak makhluk hidup lainnya.
terlepas dari gerakan environmentalis Jerman, Ekosistem menurut Benny Joseph dalam
ditandai dengan berdirinya German Green Party bukunya ―Environment Studies‖
(GGP) tahun 1980 (Matthew, 2001: 238). menngemukakan ekosistem sebagai:
―Ekosistem adalah kumpulan biotik tanaman,
hewan, dan mikroba, bila digabungkan dalam
2.2.4 Lingkungan Hidup lingkungan fisik kimia. Dalam ekosistem
terdapat pngelolaan kehidupan secara biologis
Menurut Undang-undang No.32 Tahun 2009 oleh tiga kelompok, yakni produsen, konsumen,
tentang Perlindungan dan Pengelolaan dan dekomposer/daur ulang‖ (Joseph,2005:73).
Lingkungan Hidup, mendefinisikan Lingkungan
Hidup sebagai : ―Lingkungan hidup merupakan 2.2.5.1 Ekosistem Laut
kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia Ekosistem laut sebagai salah satu ekosistem
dan perilakunya yang mempengaruhi di dunia, merupakan suatu dunia sendiri, di
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan mana ada di dalamnya terdapat proses dan
manusia serta makhluk hidup lainnya‖. komponen- kompenen kehidupan yang serupa
dengan proses yang terjadi pada ekosistem
daratan Indonesia salah satunya pemilik
2.2.4.1 Lingkungan Hidup sebagai ekosistem laut terbesar, merupakan sebuah
Transboundary Issues Negara Kepulauan yang daerah perairannya
lebih luas daripada daratannya. Ekosistem air
laut dibedakan atas ekosistem lautan, ekosistem
Isu lingkungan menjadi sebuah isu yang pantai, ekosistem estuari (muara), dan ekosistem
lintas batas, hal ini disebabkan karena: (1) terumbu karang (Pusat Pendidikan Lingkungan
sumber daya yang ada bergerak melalui banyak Hidup Propinsi Sulawesi Selatan dari website
negara, (2) kegiatanyang dilakukan di resmi http://pplhpuntondo.org/program/ekosiste
lingkungan laut, seperti pengiriman barang, m- laut/ diakses pada 8 Febuari 2012).
memancing dan pergerakan migrasi spesies
asing dan, melibatkan beberapa negara, dan (3)
laut adalah media dimana polutan relatif mudah 2.2.5.1.1 Ekosistem Terumbu Karang (Coral
menular. Penyebab dan / atau dampak dari pada Reefs)
pergerakan yang terjadi melibatkan lebih dari
satu negara dan respon yng dilakukan harus Sebagian besar wilayah Indonesia adalah
multilateral atau regional. lautan, sehingga dengan demikian secara
alamiah bangsa Indonesia merupakan bangsa
bahari. Hal ini ditambah lagi dengan letak
wilayah Indonesia yang strategis di wilayah
tropis. Hamparan laut yang luas merupakan perubahan sifat fisik dan atau hayati terumbu
suatu potensi bagi bangsa Indonesia untuk karang yang dapat ditenggang; Status kondisi
mengembangkan sumberdaya laut yang terumbu karang adalah tingkatan kondisi
memiliki keragaman baik sumberdaya hayati terumbu karang pada suatu lokasi tertentu dalam
maupun sumberdaya lainnya. waktu tertentu yang dinilai berdasarkan kriteria
tertentu kerusakan terumbu karang dengan
2.2.6 Pembangunan Berkelanjutan menggunakan prosentase luas tutupan terumbu
(Sustainable Development) karang yang hidup‖.

Pembangunan yang sekarang sedang marak


adalah pembangunan yang hanya bersifat 3. Objek dan Metode Penelitian
sementara. Dengan tuntutan globalisasi, 3.1 Gambaran Umum International Maritime
Indonesia mengikuti perkembangan jaman tanpa Organization (IMO)
melihat prospek kedepan. Perkembangan
masyarakat yang serba instan dan asal jadi, International Maritime Organization (IMO)
budaya konsumtif telah mendarah daging pada merupakan organisasi internasional yang
sebagian besar masyarakat Indonesia. Sedang memiliki kepentingan dalam mengembangkan
sebenarnya, hakikat pembangunan adalah dan mengimplementasikan konvensi
pembangunan yang berkelanjutan yang tidak internasional yang berkaitan dengan pencemaran
parsial, instan dan pembangunan kulit. laut. IMO dibentuk pada tahun 1958 saat
konferensi internasional Genewadiadakan
mengenai tindakan efektif bagi negara-negara
2.2.7 Pengendalian Pencemaran dan/ atau maritim untuk permasalahan pencemaran
Perusakan Laut laut.Tujuan Organisasi, seperti yang dirangkum
oleh Pasal 1 (a) Konvensi, adalah "untuk
Pengelolaan sumberdaya alam merupakan menyediakan mesin untuk kerjasama antara
agenda 21 Indonesia. Tiga sub- agenda Pemerintah di bidang regulasi pemerintah dan
dirumuskan dalam agenda ini yakni: (1) praktik yang berkaitan dengan masalah teknis
Konservasi keanekaragaman Hayati, (2) dari semua jenis pengiriman yang
Pengembangan bioteknologi, dan (3) mempengaruhi terlibat dalam perdagangan
Pengelolaan Terpadu wilayah pesisir dan lautan internasional, untuk mendorong dan
(Mitchell, et al, 2007: 33). memfasilitasi adopsi umum dari standar
tertinggi dalam hal-hal praktis tentang
2.2.7.1 Pengendalian Kerusakan Terumbu keselamatan maritim, navigasi dan
Karang efisiensi pencegahan dan pengendalian
pencemaran laut dari kapal ".
Menurut Keputusan Menteri Negara (http://www.imo.org/About/History
Lingkungan Hidup No.04 Tahun 2001 Tentang OfIMO/Pages/Default.aspx diakses pada 30
Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang Agustus 2012).
mendefinisikan pengendalian kerusakan
terumbu karang sebagai: ―Bahwa salah satu 3.2 Gambaran Umum Partnership in
upaya untuk melindungi terumbukarang Environmental Management for the Seas of
dari kerusakan tersebut dilakukan East Asia (PEMSEA)
berdasarkan kriteria baku kerusakan; Kriteria
Baku Kerusakan Terumbu Karang adalah Fungsi laut tidak terlepas dalam
ukuran batas menjembatani aktivitas-aktivitas yang dilakukan
antara daratan satu ke daratan lainnya baik yang akses ke pasar regional dan global; perlindungan
kepemilikannya bersifat nasional atau bahkan untuk persediaan makanan yang sehat dan aman;
teritori milik negara lain. Maka dari itu perlu penghidupan yang layak; kemakmuran ekonomi
adanya kerjasama atau interaksi antar negara untuk eksistensi generasi yang akan datang‖.
yang memiliki kepentingan dalam jalur perairan
yang menjadi kebutuhan bersama dan secara
geografis juga menjadi bagian wilayah negara, 3.2.2 Integrated Coastal Management (ICM)
hal ini berfungsi sebagai bentuk tanggungjawab
bersama dalam menjaga kelestarian wilayah Strategi pembangunan berkelanjutan untuk
perairan. Seperti halnya wilayah laut diAsia wilayah perairan di Asia Timur (SDS-SEA)
Timuryangberbatasan langsung denganbeberapa memiliki kerangka strategi yang berdasarkan
negara meliputi Cina,Korea Selatan,Korea pada Konferensi Perserikatan Bangsa-bangsa
Utara, Jepang, Filipina, Indonesia, Brunei pada tentang Lingkungan dan Pembangunan
Darussalam, Malaysia,Singapura, Thailand, (United Nations Conference on Environment and
Kamboja, dan Vietnam.Wilayah ini meliputi Development-UNCED) pada tahun 1992 di Rio
serangkaian ekosistem laut yang besar, sub de Janeiro, Brasil dengan aksi globalnya yang
regional laut, daerah pesisir, dan lembah sungai dikenal dengan Agenda 21, khususnya Bab 17
yang terkait yang saling terhubung dalamskala tentang rencana aksi ―Protection of Oceans, All
besar, sebagai tempat perubahan iklim kelautan kind of Seas, Including Closed and Semi-Closed
dan proses alam berupa fenomena, misalnya Seas, and Coastal Areas and the Protection,
siklus angin topan,dan migrasispesies yang Rational Uses and Development Their Living
membuat wilayah perairan di Asia Timur begitu Resources‖ telah melahirkan
dinamis. kesepakatan bahwa menangani dan
menyelesaikan permasalahan yang bersifat multi
dimensi (sosial, ekonomi, budaya dan
3.2.1 Sustainable Development Strategy for lingkungan) di wilayah pesisir, diperlukan suatu
The Seas of East Asia (SDS-SEA) pendekatan yang bersifat menyeluruh (holistic)
dan terpadu (integrated).
Keputusan untuk menyiapkan Strategi
Pembangunan Berkelanjutan untuk wilayah 3.2.3 Sejarah Perkembangan PEMSEA
perairan Asia Timur muncul dari pertemuan dalam Isu Lingkungan Hidup untuk Wilayah
intergovernmental meeting dari 11 negara Asia Perairan Asia Timur
Timur yang diselenggarakan di Dalian pada Juli
2000. Negara yang ikut serta adalah Brunei Berawal sejak dari intervensiGlobal
Darussalam, Kamboja, Indonesia, Timor Leste, Environment Facility (GEF) sebuah lembaga
Laos, Cina, Korea Selatan, Singapura,Filipina, independen yang bergerak dalam pendanaan
Thailand dan Vietnam. untuk kegiatan atau projek di bidang lingkungan
hidup pada Desember 1993, ketika proyek air
3.2.1.1 Visi, Misi dan Framework SDS-SEA internasional yang pertama diluncurkan oleh
GEF di wilayah Asia Timur dengan fokus utama
Dalam melaksanakan tujuannya, SDS-SEA pada pencegahan dan pengelolaan pencemaran
memiliki visi sebagai berikut: "Sistem sumber laut dengan mendirikan situs terpadu
daya dari Pembangunan berkelanjutan di pengelolaan pesisir percontohan di Xiamen,Cina
wilayah perairan Asia Timur adalah warisan dan di Batangas Bay, Filipina; juga berupaya
alam bagi masyarakat di wilayah ini; media memobilisasi subregional yang masih
berhubungan dengan wilayah perairan Asia Timur
(Indonesia, Malaysia dan Singapura) untuk SDS-SEA related Legislation, Policies and Plans
mengatasi masalah pencemaran laut di Selat Coastal and Water 1. Act No.7/2004 on
Resources Management integrated water resources
Malaka dan Selat Singapura, dan memperkuat management at the basin
pembangunan kapasitas, terutama di negara level
berkembang seperti Kamboja, Cina, Korea, 2. Act No. 32/2004 on
Indonesia, Filipina, Thailand dan Vietnam decentralization of
(http://beta.pemsea.org/about-pemsea/ history authorities and
responsibilities in coastal
diakses pada 5 Mei 2012). and marine management
3. Act No.27/2007
concerning management of
3.2.4 Kronologis Bergabungnya Indonesia coastal zones and small
dalam PEMSEA islands provides the
framework
Indonesia sebenarnya telah terlibat aktif dalam Development and Spatial 1. NA. 25/2005 (The
forum internasional bersama negara-negara yang Planning Development Plan Act)
provides a systematic
memiliki keterhubungan dengan wilayah process of development
perairan Asia Timur sejak tahun 1993 dalam planning and preparing
pengelolaan pencemaran laut di Selat Malaka multi-year action plans
dengan mengutarakan masalah ini hanya pada from the district, to the
provincial and national
forum-forum informal kepada tiaptiap negara di
level.
wilayah Asia Timur. Ternyata respon dari tiap- 2. NA Nos. 32 and 33/2004
tiap negara di wilayah Asia Timur juga on development and
merasakan hal yang sama terhadap pengelolaan management of province
wilayah laut yang sifatnya transboundary, tidak and districts.
3. National Act (NA)
dapat diatasi oleh negara sendiri melainkan
No.26/2007 on Spatial
harus dan lebih efektif jika melibatkan negara- Planning, including coastal
negara tetangga yang sama-sama memiliki and marine areas.
kepentingan dalam pengelolaan wilayah pesisir Biodiversity and Habitat 1. Indonesian Biodiversity
dan laut. Protection Strategy and Action Plan
(IBSAP, 2003) guides the
implementation of national
3.2.4.1 Implementasi Sustainable Development biodiversity program until
2020
Strategy for The Seas of East Asia (SDS-SEA) 2. Presidential Instruction
di Indonesia No.16/2005 supporting the
development of marine
Indonesia telah mengimplementasikan tourism and enhancing
konsep pembangunan berkelanjutan dalam management and control of
National Marine Park
bentuk produk hukum. Berikut bentuk
sustainability
implementasi SDS-SEA di Indonesia yang 3. Biodiversity Basic Law
penulis sajikan melalui tabel berikut: (2008)
Fisheries 1. Fisheries law No.
Tabel. 3.1 Indonesia’s Contribution to the 31/2004
2. Government regulation
Implementation of the Sustainable No.60/2008 on fish
Development Strategy for the Seas of East conservation
Asia(2003-2011)
3. NAhalnya
mengikat secara hukum, seperti No. 45/2009
denganon konvensi regional. Sebaliknya, hal tersebut itu merupakan
Fisheries Management
suatu pengaturan didirikan yang mengacu pada prinsip-prinsip keanggotaan, dan didedikasikan untuk
Pollution Reduction and 1. Ministerial Decree No.51
pencapaian visi bersama danontujuan
Waste Management dariQuality
Seawater SDS-SEA.
Standard (2004)
2. Ministerial Decree No.75
on Organization and 3.2.5.1 Country Partners
Management of National
Cleaner Production Center Keanggotaan dalam Country Partners
(2004)
merupakan negara-negara yang berada dalam
3. Municipal Solid
Management Law wilayah perairan Asia Timur yang langsung
No.18/2008 4. National Act memilki keterhubungan dengan wilayah perairan
No.32/2009 Environmental Asia Timur baik langsung maupun tidak
Control and Management langsung yang diresmikan pada tahun 2002 saat
Information and Public 1. Walhi, WWF, Deklarasi Putra Jaya di Malaysia. Saat ini
Awareness COREMAP etc
2. National Biodiversity terdapat 11 negara yang tergabung dalam
Networks collaboration Country Partners antara lain (Brunei
between LIPI, Universities Darussalam, Kamboja, Cina, Korea Selatan,
and BAKOSURTANAL. Korea Utara, Indonesia, Filipina, Jepang, Timor
3. National Universities
Networks in Fisheries and
Leste, Laos dan Vietnam). Tiap- tiap negara
Marine Sciences (F2PT) yang tergabung dalam keanggotaan Country
involving 63 universities in Partners memiliki National Focal Point yaitu
Indonesia Representatif negara anggota sebagai pusat
informasi mengenai PEMSEA di negaranya
ICM implementation 1. Demonstration Site: Bali
Province (2000) yang biasanya di dudukkan pada kantor
2. Parralel Site: Sukabumi Pemerintahan pusat suatu negara. Untuk di
Regency (2003) and Jakarta Indonesia National Focal Point ofPEMSEA
Bay adalah Kementerian Lingkungan Hidup
3. Law: NA 27/2007 on
coastal and small islands Republik Indonesia (PEMSEA, 2003).
management, NA 32/2009
on environmental
protection and control, NA 3.2.5.2 Non-Country Partners
32/2004 for coastal
resource management
4. Projects:COREMAP, Non-Country Partners merupakan keanggota
MCRMP, BOBLME, -an yang mendukung, mensponsori dan ikut
ATSEA, and CTI. berperan aktif dalam mengimplementasikan
(sumber : PEMSEA, 2012)
SDS-SEA. Keanggotaannya dari berbagai
macam latar belakang seperti Organisasi
3.2.5 Jaringan Komunikasi Internasional dan Internasional, LSM, ilmuwan, lembaga donatur
Sistem Informasi PEMSEA keuangan dll yang serta merta mendukung
dalam implementasi SDS-SEA yang selanjutnya
Mekanisme koordinasi wilayah yang dapat disebut sebagai PEMSEA Network Local
dilakukan oleh negara-negara anggota Governments (PNLG) (PEMSEA, 2003).
merupakan pendekatan yang unik dan inovatif
untuk pengelolaan laut. Mekanisme ini tidak
3.2.5.2.1 PEMSEA Network Local langsung dengan wilayah perairan laut dan
Governments (PNLG) pesisir termasuk terumbu karang.
Pelaksanaan ICM di Indonesia dalam
Berdasarkan Charter of the PEMSEA Network kerangka PEMSEA telah terapkan di tiga
Local Governments for Sustainable Coastal wilayah di Indonesia yakni Bali, Jakarta dan
Development tahun 2005 PNLG sebelumnya Sukabumi yang merupakan bagian daripada
bernama Regional Network of Local PNLG. Saat ini di Indonesia baru tiga wilayah
Government (RNLG) hingga pada akhirnya tersebut yang menggunakan Pengelolaan Pesisir
diubah menjadi PEMSEA Network Local Terpadu (ICM), hal ini dikarenakan ingin fokus
Governments (PNLG) dalam ―Bali Resolution pada titik- titik yang memang terjadi banyak
on the Establishment of the PEMSEA Network of kerusakan dan memerlukan pengelolaan pesisir
Local Governments for Sustainable Coastal secara terpadu (PEMSEA, 2003).
Development‖ pada 27 April 2005 di Bali,
Indonesia. Berdasarkan Charter PNLG, PNLG
memilki visi: ―Coastal areas throughout the 3.3.1 PEMSEA Network Local Government
East Asian Seas Region are managed in (PNLG) Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa
sustainable manner‖ (Charter of PNLG, 2005: Barat
Chapter II). Dan misi:
―The PNLG’s mission shall be to serve as a Kabupaten Sukabumi terletak di provinsi
network of local governmentin the region, Jawa Barat di pantai selatan Pulau Jawa, sekitar
which, along with their stakeholders, shall 170km dari ibukota Indonesia, Jakarta. Ini
promote the application of ICM as an effective adalah bagian dari kawasan ekonomi
management framework to achieve sustainable berkembang pesat dari Jakarta dan kota-kota
coastal development‖ (Charter of PNLG, 2005: serta kabupaten- kabupaten di sekitarnya.
Chapter II). Diberkati dengan keajaiban alam seperti gunung,
sungai, pantai dan Teluk indah yang berdekatan
dari Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi
3.3 PEMSEA Network Local Government menyadari potensi besar dari daerah tersebut dan
(PNLG) di Indonesia berkomitmen untuk mengejar perkembangan
ekonomi kota maritim melalui pengembangan
Integrated Coastal Management (ICM) wisata pantai, perikanan dan lainnya terkait
sebagai salah satu program yang dilahirkan dari dengan layanan dan industri.
SDS-SEA. Secara singkat ICM dapat
didefinisikan sebagai sistem manajemen
sumberdaya alamdan lingkungan yang 3.3.1.1 Kronologis bergabungnya Kabupaten
mempekerjakan melalui pendekatan integratif Sukabumi dalam PEMSEA Network Local
holistik dan proses perencanaan interaktif dalam Governments (PNLG)
mengatasi masalah manajemen yang kompleks
di daerah pesisir dan laut. Baik itu mengenai Kabupaten Sukabumi bergabung dalam
pengelolaan sumberdaya laut yang berdampak PNLG karena melihat bahwa potensi untuk
langsung pada perekonomian negara ataupun mengembangkan pengelolaan pesisir terpadu
dalam pengendalian kerusakan ekosistem laut. dalam wadah internasional sangat membantu
Manajemen yang diberikan melalui ICM ini untuk pengelolaan wilayah pesisir kabupaten
mencakup seluruh aktivitas yang bersinggungan Sukabumi. . Hal tersebut bermula ketika
Kementerian Lingkungan Hidup di tahun Hal
tersebut bermula ketika Kementerian
Lingkungan Hidup di tahun 2002 (saat itu masih perairan laut di Kabupaten Sukabumi, tergolong
sebagai Departemen Lingkungan Hidup) bagus yang tercermin dari penampakan air yang
melaksanakan program kerja di bidang bening dan kecerahan (cahaya matahari yang
pengendalian pencemaran dan perusakan dapat menembus perairan mencapai 6–7 meter),
wilayah pesisir berskala nasional. Program meskipun demikian di beberapa muara sungai
tersebut bernama ―Pantai Lestari‖ yang dibuat besar perairannya terlihat coklat terutama pada
berdasarkan ketentuan negara melalui Amanat musim hujan (Dinas Kelautan dan Perikanan
Kebijaksanaan Negara yang tertuang dalam Kabupaten Sukabumi, 2011).
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang
menyatakan bahwa lingkungan hidup sangat 3.5 Metode Penelitian
penting bagi pembangunan sehingga fungsi
lingkungan harus dilestarikan guna menjamin Metode penelitian yang digunakan penulis
terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
dan sebagai perwujudan dari REPELITA analitis, bertujuan untuk mennggambarkan
(Rencana Pembangunan Lima Tahun) sesuai fakta- fakta yang berhubungan dengan masalah
pada agenda 21 (Kementerian Lingkungan yang diteliti. Metode ini bertujuan untuk
Hidup, 2012). membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai hubungan antar fenomena yang
3.4 Kondisi Ekosistem Terumbu Karang di diselidiki, yang kemudian pada akhirnyametode
Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa ini digunakan untuk mencari pemecahan
Barat masalah yang diteliti (Nasir, 1988:63).

Kabupaten Sukabumi terletak antara 6057’-7


025’ Lintang Selatan dan 106049’- 107000’ 3.5.1 Teknik Pengumpulan Data
Bujur Timur, dengan batas-batas administrasi
antara lain: disebelah utara berbatasan dengan Penelitian ini menggunakan metode
Kabupaten Bogor, disebelah selatan berbatasan kualitatif melalui pendekatan sistem, yang
dengan Samudera Hindia, disebelah timur didukung oleh teknik pengumpulan data: Studi
berbatasan dengan Kabupaten Cianjur dan Kepustakaan, Penelusuran data online,
disebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Dokumentasi, Wawancara dan Observasi.
Lebak dan Samudera Indonesia (Samudera
Hindia). Kabupaten Sukabumi menjadi salah 4. Hasil dan Pembahasan
satu wilayah pesisir Indonesia yang terletak di
Propinsi Jawa Barat yang memiliki luas sebesar 4.1 Usaha-usaha yang dilakukan PEMSEA
4.128 km2 atau 14,39 persen dari luas Jawa untuk menjalankan Program Integrated
Barat atau 3,01 persen dari luas Pulau Jawa Coastal Management (ICM) dalam
dengan panjang garis pantai sekitar 117 km Pengendalian Kerusakan Ekosistem
(Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Terumbu Karang di
Sukabumi, 2011). Palabuhanratu, Kabupaten
Karakteristik umum oseanografi Kabupaten Sukabumi- Jawa Barat
Sukabumi berhadapan dengan Samudera Hindia,
namun terlindung karena berbentuk teluk. Pemerintah Sukabumi mengadopsi program
(Sugiarto dan Birowo, 1975). Tinggi Gelombang pengelolaan pesisir terpadu atau integrated
di Palabuhanratu dapat berkisar antara 1–3 meter coastal management sejak tahun 2003 yang
(Pariwono et. al., 1988). Kondisi kualitas air ditandai dengan penandatanganan Memorandum
Of Agreement dengan GEF/UNDP/IMO
PEMSEA regional program pada tanggal 24 Terumbu Karang di Palabuhanratu,
Februari 2003 di Palabuhanratu dalam suatu Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
kerangka program ―Building Partnerships on
Environmental Protection and Management of Kendala-kendala yang dihadapi yang dapat
the east asian seas‖. MOA tersebut menetapkan peneliti jabarkan sebagai berikut:
kabupaten sukabumi sebagai Parralel Site yang 1. Menyikapi kepindahan ibukota
ketiga dalam pengelolaan pesisir dan laut di kabupaten Sukabumi ke Palabuhanratu
Asia Timur. Dalam pelaksanaan program pada tahun 2001 membuat
sukabumi ICM, telah dibentuk kelembagaan konsentrasi terhadap
yaitu Programme Coordinating Committee program yang sudah dan akan
(PCC) dan Programme Management Office direncanakan menjadi terganggu.
(PMO). PCC beranggotakan para kepala OPD Perencanaan-perencanaan program yang
terkait dan duduk sebagai ketua adalah wakil sudah dipetakan menjadi sulit untuk
bupati Sukabumi. Sedangkan PMO ditindaklanjuti karena konsentrasi
beranggotakan unsur teknis dari OPD serta terpecah.
stakeholder lainnya. Duduk sebagai ketua PMO 2. Kurangnya koordinasi antar sektoral
adalah Badan Lingkungan Hidup (Badan Pemerintahan Kabupaten Sukabumi yang
Lingkungan Hidup, 2012). terkait dalam implementasi ICM manjadi
kendala yang cukup signifikan dalam
4.2 Kendala-kendala dalam Menjalankan mengolah data kerusakan terumbu
Program ICM untuk Pengendalian karang yang sudah ada. Karena ICM
Kerusakan Ekosistem Terumbu Karang di tidak melibatkan pada satu sektor namun
Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi-Jawa berbagai multisektor yang membutuhkan
Barat banyak SDM dan biaya yang tidak
sedikit.
Lazimnya pelaksanaan program dari sebuah 3. Terkendala dalam Pembiayaan. Laporan-
kerangka kerjasama seringkali ditemukan laporan mengenai kerusakan terumbu
berbagai kendala yang menjadi hambatan karang yang terjadi di Kabupaten
sekaligus tantangan dalam mewujudkan Sukabumi tidak diteruskan untuk
program yang disepakati bersama. Seperti ditindaklanjuti karena proses
halnya dengan ICM, pelaksanaan ICM sebagai pembiayaan untuk melakukan
bentuk upaya pengelolaan terpadu di wilayah penelitian kembali cukup besar
pesisir Kabupaten Sukabumi menghadapi dan anggaran yang ada tidak mencukupi
berbagai kendala yang bersifat teknis dan sehingga proses eksekusi menjadi
nonteknis yang berasal dari pihak pelaksana di terhambat.
lapangan yang melibatkan banyak sektor
(Pemerintah Kabupaten Sukabumi) dan pihak 4.2.2 Kendala-kendala yang dihadapi oleh
penggagas atau fasilitator dalam kerangka PEMSEA dalam Menjalankan Program ICM
kerjasama (PEMSEA). untuk Pengendalian Kerusakan Ekosistem
Terumbu Karang di Palabuhanratu,
Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
4.2.1 Kendala-kendala yang dihadapi oleh
Pemerintah Kabupaten Sukabumi dalam Kendala- kendala yang dirasakan instansi
Menjalankan Program ICM untuk pemerintah yang terlibat langsung dalam
Pengendalian Kerusakan Ekosistem implementasi ICM merupakan kendala
PEMSEA secara keseluruhan
karena pelaku yang
melaksanakan program ICM untuk PNLG
Kabupaten Sukabumi adalah pihak-pihak PEMSEA melakukan peranan dalam
instansi pemerintahan daerah kabupaten pengendalian kerusakan ekosistem terumbu
Sukabumi. Ketika program ICM dapat di karang dengan program ICM-nya di Kabupaten
implementasikan tanpa kendala maka PEMSEA Sukabumi yang dilakukan oleh berbagai sektor
akan menerima laporan hasil implementasi ICM terkait, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
juga tanpa kendala baginya, sebaliknya ketika
Sukabumi sebagai koordinator untuk program
terjadi banyak kendala dalam ICM di Kabupaten Sukabumi yang merupakan
mengimplementasi- kan program ICM maka konsep pengelolaan secara menyeluruh untuk
PEMSEA akan mendapatkannya juga sebagai
menjaga ekosistem yang menunjang bagi
kendala yang harus di evaluasi.
pembangunan berkelanjutan. Akan tetapi masih
belum optimal dalam menyentuh langsung aksi
4.3 Hasil Pelaksanaan dari Program atau upaya tindak lanjut untuk kerusakan
Integrated Coastal Management (ICM) terumbu karang yang terjadi di Sukabumi karena
dalam Pengendalian Kerusakan Ekosistem kendala-kendala yang dihadapi masih belum
Terumbu Karang di Palabuhanratu, terselesaikan.
Kabupaten Sukabumi-Jawa Barat
5. Kesimpulan dan Rekomendasi
Pelaksanaan dari program Integrated Coastal 5.1 Kesimpulan
Management (ICM) dalam pengendalian
Kerusakan Ekosistem Terumbu Karang di Dari paparan pembahasan dan hasil
Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi- Jawa penelitian yang peneliti lakukan mengenai
Barat mendapatkan hasil bahwa lingkungan Peranan Partnerships in the Environmental
pesisir Kabupaten Sukabumi saat ini sejak tahun Management for Seas of East Asia melalui
2003 mulai tertata dengan baik dengan program Integrated Coastal Management (ICM)
terlaksananya proyek pengembangan yang dalam Pengendalian Kerusakan Ekosistem
dilakukan berbagai sektor instansi pemerintahan Terumbu Karang di Palabuhanratu Kabupaten
Kabupaten Sukabumimelalui pelaksanaan Sukabumi, Jawa Barat, maka peneliti dapat
program ICM sebagai sebuah pengelolaan menarik kesimpulan sebagai berikut :
pesisir terpadu. Dengan dilakukannya berbagai 1. Luas kawasan terumbu karang yang ada di
aktivitas yang mendukung implementasi Kecamatan Ciracap, Palabuhanratu
program ICM ini telah mencakup daripada Kabupaten Sukabumi sekitar 1.305 Ha.
fungsi utama ICM yakni perencanaan kawasan, Kawasan terumbu karang tersebut
promosi pengembangan ekonomi, pengawasan mengalami kerusakan dengan kondisi
dan perlindungan sumberdaya, penyelesaian kurang baik sekitar 50% dalam keadaan
konflik, dan perlindungan keselamatan dan rusak dengan tutupan kurang dari 10%.
kesehatan masyarakat. Berdasarkan data terakhir luas terumbu
karang yang masih kategori bagus sekitar
4.4 AnalisaPeranan PEMSEA melalui 22,8ha (RTRW Pesisir Kabupaten
Program Integrated Coastal Management Sukabumi, 2009). Jenis-jenis karang yang
dalam Pengendalian Kerusakan Ekosistem teridentifikasi terdiri dari karang otak dan
Terumbu Karang di Palabuhanratu, karang meja. Terumbu karang di Ujung
Kabupaten Sukabumi- Jawa Barat Genteng terdapat pada 3 (tiga) titik lokasi
(RTRW Pesisir Kabupaten Sukabumi, 2009).
2. Upaya-upaya yang dilakukan PEMSEA 4. Hasil yang dirasakan dari implementasi ICM
melalui program ICM dalam Pengendalian dalam pengendalian kerusakan terumbu
Kerusakan Ekosistem Terumbu Karang di karang di Palabuhanratu, Kabupaten
Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi antara Sukabumi, Jawa Barat meskipun masih
lain dengan implementasi ICM yang belum dilakukan pada tataran aksi langsung
dilakukan oleh berbagai sektor terkait dengan mengadakan konservasi namun
sebagai Project Coordinating Committee dengan mulai tertatanya lingkungan wilayah
(PCC) dan Program Management Office pesisir Kabupaten Sukabumi dengan
(PMO) sesuai dengan fungsi utama ICM ditunjukkannya pembangunan sistem,
yaitu pertama, sebagai bentuk pengawasan manajemen dan infrastruktur lingkungan
dan perlindungan sumberdaya yang hidup di wilayah pesisir kabupaten
ditunjukkan dengan melakukan rencana Sukabumi untuk mendukung kelestarian
zonasi pesisir dan laut sebagai bentuk ekosistem- ekosistem yang saling
langkah awal untuk menempatkan titik-titik terhubung satu sama lain di wilayah
atau spot-spot kawasan yang dilindungi pesisir dan laut Kabupaten Sukabumi.
ditahun 2009, melakukan konservasi air, Termasuk turut
rehabilitasi ekosistem estuari dan mendukung pengendalian kerusakan
rekonstruksi saluran irigasi di tahun 2004. ekosistem terumbu karang yang terjadi di
Kedua, sebagai bentuk penyelesaian konflik Palabuhanratu,KabupatenSukabumi
yang ditunjukkan dengan upaya sosialisasi sebagai upaya pencegahan dan
mengenai ICM oleh Pemerintah Kabupaten penanggulangan yang dilakukan.
Sukabumi termasuk didalamnya sosialisasi
mengenai arti pentingnya terumbu karang
Daftar Pustaka
bagi kehidupan kepada masyarakat lokal
pesisir Kabupaten Sukabumi di tahun 2004.
Dan melaporkan secara periodik mengenai
hasil perkembangan ICM di Kabupaten Burchill, Scott and Andrew Linkalter. 2009.
Sukabumi kepada PEMSEA melalui Teori-teori Hubungan Internasional.
pertemuan-pertemuan rutin PEMSEA seperti Bandung. Nusa Media.
EAS Congress yang dilakukan setiap tiga
tahun sekali. Matthew, Patternson. 2001. Theories of
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa International Politics. New York. Palgrave
program ICM yang dilaksanakan di Macmillan
Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa
Barat dalam pengendalian kerusakan May,Rudy Teuku. 2011. Hubungan
ekosistem terumbu karang telah melibatkan Internasional Kontemporer dan Masalah-
banyak sektor di lingkungan pemerintahan masalah Global. Bandung. PT.Refika
yang berhubungan langsung dengan Aditama.
pengelolaan wilayah pesisir Kabupaten
Sukabumi diantaranya Badan Lingkungan . 2005. Administrasi dan
Hidup Kabupaten Sukabumi, Dinas Kelautan Organisasi Internasional. Bandung.
dan Perikanan Kabupaten Sukabumi, Dinas PT.Refika Aditama.
Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten
Sukabumi).
Wawasan Pemikiran dan
Kegunaannya. Bandung. Eresco International Organization. http://beta.pemsea
.org/. Diakses pada tanggal 27 Januari 2012.
Nasir, Muhammad. 1988.
Metodologi Penelitian. Jakarta. About PEMSEA.
Galia Indonesia http://beta.pemsea.org/about-pemsea.
Diakses pada tanggal 27 Januari 2012.
Perwita, A.A Banyu, dan Yanyan Moch.
Yani. 2005. Pengantar Ilmu History. http://beta.pemsea.org/aboutpemsea/
Hubungan Internasional. Bandung. history. Diakses pada tanggal 27 Januari
PT Remaja Rosdakarya. 2012. Programs and Projects. http://beta.
pemsea.org/programmes-and-projects.
Soekanto, Soerjono. 1981. Sosiologi Suatu Diakses pada tanggal 27 Januari 2012.
Pengantar. Jakarta. Universitas
Indonesia Press. Ekosistem Laut-Pusat Pendidikan Lingkungan
Hidup Propinsi Sulawesi Selatan.
Suryokusumo, Sumaryo. 1987. Organisasi http://pplhpuntondo.org/program/ekosistem-
Internasional. Jakarta. Universitas laut/. Diakses pada Tanggal 8 Febuari 2012.
Indonesia Press.

. 2011. Pengantar Ilmu Politik.


Bandung. PT Refika Aditama

. 1993. Pengantar Ilmu Politik:

Anda mungkin juga menyukai