Anda di halaman 1dari 9

FOTOGRAFI DALAM DESAIN KOMUNIKASI VISUAL (DKV)

Prayanto Widyo Harsanto


FSR Institut Seni Indonesia Yogyakarta
E-mail: prayantowh@ymail.com

Abstrak

Kebutuhan penggunaan karya fotografi untuk elemen iklan cetak saat ini masih tinggi. Iklan
cetak di Indonesia 98% menggunakan ilustrasi dengan menggunakan teknik fotografi. Serta,
pengetahuan dan keterampilan fotografi telah diberikan sebagai mata kuliah wajib di Perguruan
Tinggi yang memiliki Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV). Tujuan tulisan ini adalah
untuk mengingatkan betapa pentingnya pelajaran fotografi di desain grafis atau DKV, sehingga
penting untuk dikelola dengan baik. Selepas tahun 1990-an dunia fotografi mulai memasuki era
teknologi digital yang merubah budaya kerja di industri. Dari ketergantungan pada kemampuan
skill manual manusia, berubah menjadi serba komputerisasi (digital). Era analog sedikit demi
sedikit telah ditinggalkan karena di era digital kegiatan memotret dan paradigma tentang fotografi
sudah bergeser. Dunia fotografi dulu dianggap kegiatan yang sulit dan mahal, namun sekarang
relatif murah dan mudah. Teknologi boleh berkembang serta paradigma dapat bergeser, tetapi
fungsi dan makna pada karya fotografi tetap penting serta diperlukan dalam desain komunikasi
visual. Pendidikan Tinggi DKV tentunya ingin menciptakan sumber daya insani yang kompeten
pada bidangnya dan diharapkan dapat memberikan kontribusi optimal di lapangan kerja. Alangkah
baiknya apabila lembaga pendidikan mempedulikan profesi yang sesuai dengan levelnya.

Kata kunci: fotografi, pendidikan DKV, desain komunikasi visual

PHOTOGRAPHY IN VISUAL COMMUNICATION DESIGN

Abstract

The need for photography works for printed advertisement is still high. Ninety-eight percents of
printed advertisements in Indonesia use illustrations from photography techniques. In addition, the
knowledge and skills of photography have been given as compulsory subjects in Higher Education
which have a Visual Communication Design Program. The purpose of this paper is to remind us of
the importance of photography lessons in graphic design that it is important to be well managed.
After the 1990s the world of photography began to enter the age of digital technology that changed
the work culture in the industry, from its dependence on human or manual skills into a completely
computerized (digital) one. The analogue era has been gradually abandoned because in the digital
era photographing activities and the paradigm about photography have shifted. The world of
photography was once considered a difficult and expensive activity, but is now relatively cheap and
easy. echnology may evolve as well as paradigms may shift, but the function and significance of
photography work remain important and necessary in visual communication design. The purpose
of a Visual Communication-Design program in Higher Education is to create competent human
resources that are able to contribute optimally in the field of work. It would be nice if the educational
institutions care about the profession in accordance with the level.

Keywords: photography, visual communication design, education

140
141 , Vol. 15, No. 2, Oktober 2017: 140 - 148

PENDAHULUAN iklan pada media massa cetak menggunakan


Pada awalnya iklan cetak lebih banyak atau fotografi.
didominasi oleh tulisan dibanding gambar/foto. Perkembangan dunia fotografi saat ini
Namun karena tuntutan pasar, kompetisi, dan sangat cepat dan pesat. Era analog telah sedikit
perkembangan zaman maka iklan cetak sebagai demi sedikit ditinggalkan karena era digital
komunikasi visual mengharuskan untuk tampil memungkinkan semua orang terlibat. Meskipun
memikat. Sekarang foto pada iklan cetak tidak demikian, era analog masih memegang peranan
lagi sekadar pendukung teks saja, tetapi menjadi penting dalam sejarah fotografi dunia. Kegiatan
kekuatan dan daya tarik pada suatu iklan. motret-memotret dan paradigma tentang
Bahkan ada beberapa iklan yang didominasi fotografi memang sudah bergeser. Dulu fotografi
dengan ilustrasi foto. Ada beberapa alasan merupakan aktivitas yang hanya dapat dilakukan
dari pengiklan, yang antara lain mengatakan oleh segelintir orang saja karena biaya dan alat
bahwa dengan menampilkan foto pada iklan yang digunakan relatif mahal, tidak terjangkau,
maka isi pesan iklan terasa tidak berat bagi dan untuk dapat motret (mengoperasikan
pembacanya. Lebih-lebih di era visual seperti kamera) tidaklah mudah.
saat ini audiens lebih senang melihat visual/ Namun, seiring dengan perkembangan
foto yang menarik dibanding banyak tulisannya. teknologi (kamera digital), memotret kini
Gambar mempunyai kekuatan menarik perhatian menjadi relatif mudah dan semua orang dapat
secara langsung dan memiliki pengaruh yang menjadi fotografer, baik itu sekadar hobi,
besar dalam peran persuasi dari sebuah iklan, dokumentasi, bahkan untuk dijadikan kegiatan
dibandingkan iklan yang hanya mengandalkan yang lebih serius atau sebagai pekerjaan.
kekuatan teks (Baker, 1961:57). Saat ini merupakan era yang masyarakatnya
Penemuan teknik fotografi oleh Niepce dan beranggapan bahwa memotret dapat dilakukan
Daguerre pada tahun 1839 menjadi penanda lebih mudah atau secara instan, ibaratnya tinggal
bahwa alat ini sangat memungkinkan untuk pencet, gambar sudah jadi. Paradigma dan cara
menggantikan teknik-teknik ilustrasi yang pandang tentang fotografi yang berubah juga
sebelumnya digunakan dalam iklan cetak. Setelah berimbas pada dunia pendidikan, dalam hal ini di
fotografi mulai populer dalam masyarakat dan DKV. Untuk menguasai atau mempelajari topik
didukung dengan perkembangan teknologi tertentu yang dulu harus dilakukan beberapa kali
grafika, maka unsur gambar dengan teknik pertemuan, sekarang sekali pertemuan sudah
fotografi banyak digunakan untuk ilustrasi iklan selesai. Yang dulu untuk melihat hasil foto
cetak, bahkan mulai menggeser peran gambar harus menunggu beberapa hari, sekarang hanya
tangan sebagai elemen visual dalam iklan. diperlukan beberapa menit saja.
Oleh karena itu, sangat dimungkinkan bahwa Menurut sumber Direktorat Akademik,
kehadiran fotografi dalam iklan menyebabkan Dirjen Dikti tahun 2008/2009, Perguruan Tinggi
berkembangnya kreativitas desainer iklan untuk di Indonesia yang memiliki program studi Desain
menciptakan jenis iklan display. Jenis iklan Komunikasi Visual (DKV) untuk program S-1
yang memadukan unsur teks dengan gambar ada sebanyak 45 prodi, belum termasuk untuk
(ilustrasi) yang dikomposisikan secara artistik jenjang D-1 dan D-3. Hingga saat ini (tahun
tersebut sering dikatakan sebagai iklan display 2017) dapat diperkirakan bahwa program
(pictorial). Dalam iklan display, ilustrasi S-1 DKV sudah lebih dari 50-an program
merupakan bagian dari atau pendamping untuk studi di Indonesia. Jika dicermati pendidikan
teks, baik untuk menambah daya tarik visual DKV tidak hanya ada di Peguruan tinggi
maupun untuk memperjelas maksud dari teks, saja, saat ini DKV juga ada dan berkembang
sekaligus sebagai alat persuasi yang terkandung pada tingkat/level sekolah menengah, yaitu
dalam pesan iklan. Dalam sebuah riset yang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang
dilakukan oleh majalah Cakram (Februari, mengalami perkembangan sangat cepat.
2002) menunjukkan bahwa 98% ilustrasi Direktorat Pendidikan Menengah dan Kejuruan
Fotografi dalam Desain Komunikasi Visual (DKV) (Prayanto Widyo Harsanto) 142

(Dikmenjur) Kemendiknas memang sangat METODE


progresif dalam mengembangkan sekolah- Metode yang digunakan dalam penulisan ini
sekolah kejuruan DKV. Jika tidak dibarengi adalah pendekatan kualitatif melalui kegiatan
dengan peningkatan kualitas, perluasan lapangan observasi, wawancara, dan studi literature untuk
kerja, dan persebaran wilayah kerja akan menjadi mendapatkan data pendukung serta mencari
masalah di kemudian hari. Jangan sampai terjadi kerangka teori guna menguatkan hasil penulisan.
tumpang tindih dalam memberikan pengajaran Dari data dan kerangka teori yang diperoleh
yang hampir sama sehingga nantinya lulusan dilakukan analisis dengan membaca kondisi
S-1 harus bersaing dengan lulusan SMK yang nyata di lapangan. Kajian ini didasari atas respon
memiliki minat DKV. Meskipun secara konsep penulis selaku dosen DKV dan sekaligus asesor
pendidikan berbeda, namun pada kenyataannya BAN-PT sejak 2006 dalam melihat fenomena
banyak pendidikan S-1 yang seharusnya yang ada di lapangan dan membaca secara
berbasis akademik justru lebih menekankan langsung terjadinya perubahan mengenai cara
pada kemampuan praktis yang menjadi porsi pandang/paradigma di dalam pengajaran dan
dari jalur vokasi (program diploma dan SMK). kurikulum yang diterapkan di program studi
Ada beberapa pelajaran atau materi kuliah DKV khususnya untuk mata kuliah Fotografi.
yang ada di SMK juga dipelajari di Perguruan
Tinggi. Salah satunya adalah “fotografi”. Di HASIL DAN PEMBAHASAN
perguruan tinggi yang memiliki prodi DKV Fotografi dari Konvensional ke Digital
hampir dipastikan ada mata kuliah fotografi. Sejarah fotografi diawali pada abad XIX
Mata kuliah fotografi dalam kurikulum pada oleh dua tokoh yang sangat terkenal yaitu
umumnya diberikan dalam 2 semester. Akan Niepce dan Daguerre, keduanya dari negara
tetapi ada beberapa perguruan tinggi yang Prancis. Tidak hanya sampai di sini saja,
memberikan dalam 3, bahkan 4 semester. keduanya juga mampu mengembangkannya
Penamaan mata kuliah “Fotografi” dalam sesuai dengan prinsip-prinsip dasar fotografi,
kurikulum berbeda-beda, ada yang memberi yakni kamera, lensa, bahan kimia, serta media
nama Fotografi Dasar dan Fotografi Desain; pendukung lainnya.
Fotografi Dasar dan Fotografi Aplikatif, dan Perkembangan fotografi selalu terjadi.
sebagainya. Namun, tidak sedikit materi kuliah Pada awalnya pengoperasian kamera dilakukan
Fotografi yang diajarkan di SMK dan perguruan secara manual penuh (full manual), selanjutnya
tinggi relatif hampir sama. Mahasiswa lebih mengarah pada semi automatic dan full
banyak dibekali hal-hal yang sifatnya praktik/ automatic. Misalnya pada tahun 1980-an
vokasi, tidak semua dibekali konsep dan muncul pengoperasian kamera dengan sistem
pemikiran mengapa (why) tetapi bagaimana autofocus, yang telah banyak membantu dan
membuat (how to). Tujuan dari pendidikan mengurangi kesulitan fotografer. Namun, meski
tentunya ingin menciptakan sumber daya telah banyak membantu kerja fotografer bukan
insani yang kompeten dan dapat memberikan berarti hasil foto langsung dapat dilihat karena
kontribusi optimal pada industri/dunia kerja masih ada proses yang harus dilalui, misalnya
selaras dengan strata pendidikannya. cuci film, proses cetak dan baru dapat dilihat
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk hasilnya.
memberikan gambaran tentang pentingnya Tahun demi tahun perkembangan teknologi
mata kuliah Fotografi di Perguruan Tinggi yang fotografi dan proses kimiawi semakin maju,
dimiliki prodi DKV di Indonesia saat ini. Di pembuatan gambar dapat dipersingkat yang pada
samping itu, tulisan ini juga ingin menjawab awalnya membutuhkan hitungan jam, ke menit,
pertanyaan bagaimana pendidikan DKV dapat hingga kemudian hanya sampai memerlukan
memberikan berkontribusi pada industri DKV sepersekian detik. Kini di abad ke-21, teknologi
sekaligus turut memelihara profesi terkait DKV fotografi yang telah sekian tahun diakrabi tiba-
dalam suatu sinergi yang produktif. tiba dikejutkan dengan perkembangan dan
143 , Vol. 15, No. 2, Oktober 2017: 140 - 148

penemuan foto digital. Fotografi mengalami digital akan menjamin dengan pasti bahwa akan
perubahan/revolusi yang maha dahsyat. Banyak selalu menghasilkan foto yang bagus. Foto
prinsip atau cara kerja lama yang berubah dan bagus hanya akan dihasilkan dari pemotretan
telah tergantikan dengan yang baru. Jelas lebih yang terencana dan diperlukan pemahaman
mudah. Dulu foto sebagai barang yang mahal tentang fotografi. Not just taking picture but
dan eksklusif. Namun kini masyarakat menjadi making picture, artinya bahwa memotret
sangat antusias dan interest terhadap fotografi, bukan mengambil gambar, melainkan membuat
selain proses cepat, mengoperasikan mudah, gambar, karena kalau mengambil tidak ada
biaya yang dikeluarkan pun relatif murah. usaha untuk menyusun, menata agar foto
Awal tahun 1990-an menandai sebuah menarik, mengandung kesan. Membuat foto
era baru di dunia fotografi, yaitu munculnya adalah cenderung berusaha menciptakan gambar
inovasi baru dengan adanya kamera digital. semenarik mungkin dengan konsep yang jelas,
Dengan kamera digital banyak kemudahan yang menyusun rencana, dan mempertimbangkan
diperoleh fotografer, antara lain pemrosesan film berbagai hal. Secanggih apapun kamera yang
sudah tidak dilakukan lagi, karena media film digunakan, tetap saja kamera hanyalah sebuah
telah digantikan media digital yang disimpan alat. Manusia yang memegang kameralah yang
pada kartu memori. Di samping itu, hasil harus berperan, bukan alat yang berperan pada
pemotretan langsung dapat dilihat sehingga kita.
ketika hasil tidak sesuai dapat langsung dipotret Untuk menghasilkan foto yang bagus, tidak
diulang. Pengoperasian kamera digital pada hanya sekadar punya kamera dan jepret saja,
dasarnya relatif mudah dan sangat membantu namun butuh pengetahuan tentang fotografi
fotografer atau para pemula yang berminat yang benar. Kamera analog atau digital pada
pada fotografi dibanding kamera analog/ dasarnya memiliki kesamaan prinsip dasar yang
konvensional. Era analog/konvensional sedikit sama. Ciri pokok fotografi adalah ada cahaya,
demi sedikit ditinggal, karena era digital lensa, ruang kedap cahaya, dan film (media
memungkinkan semua orang terlibat (dapat perekam lain, misalnya CCD atau Cmos).
menggunakan). Digital fotografi telah mengambil alih apa yang
Dengan digital, waktu tidak menjadi dapat dilakukan oleh cara kerja fotografi analog/
hambatan, lebih hemat, seluruh proses dapat konvensional dengan waktu yang cepat, biaya
kita kontrol, dari pengambilan gambar hingga murah, dan mampu mewujudkan imajinasi yang
pencetakan sepenuhnya berada di tangan tidak dapat dilakukan fotografi analog. Namun,
fotografer. Dengan digital kita dapat memastikan kerja dengan analog atau digital yang penting
hasilnya saat itu juga. Sesaat setelah gambar harus memahami visi (vision), berpikir kreatif
kita ambil, hasilnya dapat kita lihat lewat layar (thinking creative) dan memiliki keterampilan
(LCD). Pengambilan gambar pun lebih mudah, (skill) serta memahami elemen-elemen esensial
mau berwarna atau hitam-putih tinggal pilih, pada fotografi (Souders, 2002: 114).
pemilihan ISO pun lebih fleksibel dan dapat Perkembangan teknologi tidak dapat kita
dirubah-rubah sesuai kondisi pemotretan. tolak dan hentikan, justru kita harus menyikapi
Dengan kamera digital memungkinkan kita dengan bijak, mengingat masyarakat saat ini yang
untuk mengolah sendiri sesuai keinginan kita. semakin instant-minded secara otomatis akan
Kamera digital menawarkan alternatif baru mengidentifikasikan dirinya dengan alat-alat
untuk sebuah proses foto yang dulu dikerjakan atau kamera yang dapat bekerja dengan cepat,
dalam kamar gelap, seperti dodging, burning, mudah pengoperasiannya, murah, dan hasilnya
sandwich, bas relief, posterisasi, solarisasi, baik. Gejala budaya visual yang tercermin pada
dan sebagainya kini dapat dikerjakan dengan media komunikasi memang sangat dominan
cepat dan di ruangan terang dengan perangkat berkembang di masyarakat. Berkembangnya
komputer. budaya visual ini bakal ditopang alat pencitraan
Meski banyak yang dapat ditawarkan dari yang salah satunya kamera digital, yang kini
digital, bukan berarti fasilitas dan kemudahan mulai dan telah diakrabi oleh masyarakat.
Fotografi dalam Desain Komunikasi Visual (DKV) (Prayanto Widyo Harsanto) 144

Fotografi dan Dunia Industri Iswanto, fotografer profesional mengatakan


Setiap ada kemajuan dan perkembangan bahwa, “Paradigama tentang fotografi sekarang
dari sebuah teknologi, secara pasti juga ada ini mulai bergeser dan harus dipahami dan diikuti,
perubahan sikap dan konsekuensi yang harus kalau masih ingin eksis sebagai fotografer harus
diikuti. Hal ini juga berlaku bagi mereka mengikuti perubahan ini, kalau tidak mengikuti
yang berkecimpung pada dunia fotografi. lambat laun akan tersingkir.” Di era digital
Demikian pula dunia industri/perusahaan yang sekarang ini, seorang fotografer tidak hanya
memanfaatkan karya fotografi, mereka juga dapat menguasai kamera, lighting dan teknis
menuntut suatu perubahan dalam cara kerja fotografi saja, namun dituntut juga memiliki
fotografer. Karya foto banyak dibutuhkan wawasan dan pengetahuan dan menguasai
pada industri, perusahaan atau lembaga teknologi digital. Seorang fotografer yang
tertentu (penerbit, percetakan, periklanan, biro belum menguasai perangkat fotografi digital
disain, dan lain-lain) untuk menunjang dalam (kamera, komputer, photoshop, printer, dan
menyampaikan pesan-pesannya baik komersial/ sebagainya), dalam kerjanya paling tidak perlu
non-komersial, misalnya sebagai ilustrasi atau didampingi seorang digital artist. Karena saat
elemen dalam bentuk media cetak seperti folder, ini klien (biro iklan, advertising) tidak mau
leaflet, brosur, iklan koran, iklan majalah, menerima foto berupa print (foto cetakan),
kalender, poster, dan lain-lain. Fotografi sebagai namun foto yang sudah siap didesain yang
salah satu elemen dalam disain komunikasi berupa soft copy (data digital). Kerja sama tim
visual yang tampil secara realistis, cepat antara fotografer dan digital artist sekarang ini
prosesnya, mampu meyakinkan komunikan/ mutlak diperlukan karena sebuah foto jadi/final
konsumen, sehingga menjadi pilihan yang prosesnya dapat terdiri dari beberapa pemotretan
sangat tepat bagi industri/perusahaan dalam yang dilakukan, dapat beda lokasi, beda angle of
menawarkan barang/jasanya. view, beda setting, dan lainnya. Artinya tim ini
Perkembangan fotografi/kamera digital perlu tahu mana gambar yang diperlukan, mana
sudah diprediksi akan mendapat perhatian yang harus dibuang/di-crop, mana yang dapat
dan sangat berpengaruh pada bidang industri, edit/retouch, dan sebagainya. Maka akan lebih
seperti penerbitan dan percetakan, periklanan/ ideal jika seorang fotografer selain memiliki
biro desain grafis, dan bidang-bidang bisnis ide yang baik, dapat menguasai kamera, teknik
fotografi. Seperti dikatakan Mr. Kasai dari fotografi, lighting dan estetika yang baik, juga
Jepang, bahwa hadirnya kamera digital akan menguasai perangkat lain seperti komputer
mengalami perubahan besar di Indonesia, dan serta software yang diperlukan, sehingga dapat
akan membawa perubahan besar terhadap proses mewujudkan/memvisualkan gagasan/ide dari
kerja di bidang industri, dan kamera digital juga klien (art director) dengan baik.
akan menjadi tumpuan bagi pengusaha di bidang Herdamon dalam fotomedia (2005: 12)
fotografi (Fotomodern, No. 5, Sept 1995:13). mengatakan bahwa seorang fotografer yang baik
Sebelum ada kamera digital untuk membuat pada umumnya:
foto manusia terbang, manusia bersayap, 1. memiliki gagasan/ide yang baik dan unik,
imajinasi yang aneh-aneh sangat sulit bahkan 2. mampu menuangkan ide/gagasan dalam
tidak mungkin dilakukan. Namun di era digital, bentuk visual/foto,
ide apapun dapat diwujudkan/relatif dapat 3. menguasai peralatan fotografi,
dibuat. Teknik-teknik yang dulu sulit dipelajari 4. memahami dan menguasai teknik-teknik
dan lama prosesnya, seperti multiprint, multi fotografi, dan
exposed, sandwich, solarisasi dan lainnya. 5. memiliki taste/cita rasa seni.
Sekarang, dengan menguasai teknologi yang Selain hal-hal tersebut di atas, wawasan
berbasis digital, dengan mudah dan cepat dapat dan pengetahuan yang luas berkaitan dengan
diciptakan. berkembangnya teknologi sangat dibutuhkan
dan harus diikuti perkembangannya. Seperti
145 , Vol. 15, No. 2, Oktober 2017: 140 - 148

dikatakan Sam Nugroho, bahwa perkembangan tentang seluk beluk mengaplikasikan karya
beberapa tahun ke depan dapat lebih dahsyat lagi foto untuk kebutuhan disain grafis (DKV)
yakni berbaurnya antara Digital imaging, 3D, misalnya foto ilustrasi, foto land mark, essai
dan fotografi (concept :13) karena ketiga unsur dan lain-lain. Selain materi tersebut juga
tersebut sangat dekat dan saling berkaitan antara diberikan pengetahuan olah visual/kamar gelap,
satu dengan yang lain. Lebih lagi pengguna eksperimen-eksperimen yang berkaitan dengan
komputer sudah banyak dan tidak asing bagi fotografi. Pada mata kuliah Fotografi Desain
masyarakat dewasa ini, sehingga masyarakat mahasiswa diberikan cara/teknis pemotretan di
pengguna komputer menuntut dirinya juga studio secara profesional, baik pemotretan still
dapat memotret, menyinpan, mengolah dan life atau manusia. Pembuatan foto diarahkan
mencetaknya. Paradigma fotografi yang dulu untuk kepentingan DKV (cenderung komersial),
relatif susah dilakukan, sekarang di era kamera juga diajari membuat konsep dan riset hingga
digital, masyarakat memandang fotografi aplikasinya ke dalam media.
sebagai sesuatu yang mudah, murah, dan Namun demikian, ada beberapa perguruan
merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari, tinggi yang membagi mata kuliah Fotografi
inilah era digital photography. menjadi dua (2) dengan memberi nama:
Fotografi Dasar dan Fotografi Desain; Fotografi
Fotografi dalam Dunia Pendidikan di DKV 1 dan Fotografi 2; Dasar-dasar Fotografi dan
Peran Penting dan Pengajaran Fotografi di Fotografi Aplikatif, dan lain-lain. Dengan bekal
DKV fotografi dua semester, tiga semester atau lebih
Istilah Desain Komunikasi Visual atau lebih dan memberikan materi yang disesuaikan dengan
akrab dengan sebutan DKV sekarang sudah kebutuhan DKV dan perkembangan teknologi
tidak asing lagi di telinga, karena sudah banyak saat ini, diharapkan mahasiswa memiliki
perguruan tinggi/lembaga pendidikan memiliki kemampuan menciptakan foto yang baik dan
program studi/jurusan DKV. Out put/lulusan dari menarik, komunikatif untuk kepentingan
prodi ini diyakini memiliki prospek kerja/profesi komersial maupun non-komersial.
yang banyak dibutuhkan dalam masyarakat atau Selain memiliki dan menguasai hal di
terserap di dunia industri. Selama industri ada atas, seorang fotografer perlu juga memiliki
dan berkembang, lulusan DKV pasti diperlukan. kesadaran untuk melakukan penelitian/riset
Pada umumnya S-1 DKV memiliki 144-148 sks sebelum melakukan pemotretan. Dengan riset
dan memiliki matakuliah Fotografi dengan bobot sangat banyak manfaat yang diperoleh bagi
5-8 sks. Di antara mata kuliah penting yang lain, fotografer maupun bagi pihak-pihak yang
ada mata kuliah Fotografi yang sangat strategis berkepentingan dengan foto tersebut. Selain
dan penting. Dalam DKV menu mata kuliah mendapatkan hasil foto yang baik, menarik,
yang harus ada adalah fotografi, ini dianggap indah, dan lain sebagainya, pekerjaan pun akan
strategis dan penting artinya bahwa dalam DKV lebih efektif dan efisien. Karena riset adalah
elemen visual ini sering dimanfaatkan untuk bagian dari tujuan fotografer dalam melakukan
berbagai perancangan desain. pemotretan. Bagaimanapun sederhananya tujuan
Mata kuliah Fotografi biasa diajarkan/ dalam pemotretan, riset sangat diperlukan. Riset
diberikan secara bervariasi di setiap perguruan dalam fotografi baik dari sisi ide/gagasan, teknis,
tinggi, ada yang selama tiga semester, yakni estetis dapat meliputi identifikasi permasalahan,
Fotografi I, Fotografi II, dan Fotografi Desain. menganalisis, mengambil kesimpulan hingga
Fotografi I memberikan materin tentang sampai pada suatu eksekusi atau pelaksanaan
pengetahuan fotografi serta penguasaan peralatan pemotretan.
fotografi dan teknik-teknik pemotretan, lighting, Ketika seseorang mengatakan riset,
dan lainnya. Fotografi I ini merupakan dasar gambaran yang muncul adalah laboratorium
dan sebagai bekal awal yang harus dipahami yang lengkap dengan peralatan-peralatan
dan dikuasai. Fotografi II memberikan materi yang serba canggih, prosedural, dan rumit.
Fotografi dalam Desain Komunikasi Visual (DKV) (Prayanto Widyo Harsanto) 146

Istilah riset selama ini selalu dihubungkan menjawab permasalahannya. Menurut Kountur
dengan sesuatu yang rumit, ilmiah, disiplin, (2003: 3-8) penelitian/riset berhubungan dengan
kaku, dan berbau akademis. Istilah riset usaha untuk mengetahui sesuatu, mencari suatu
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah jawaban atas suatu permasalahan.
penyelidikan (penelitian) suatu masalah secara Pada dasarnya dikenal dua cara untuk
sistematis, kritis, dan ilmiah untuk meningkatkan memecahkan persoalan yaitu secara rasional dan
pengetahuan dan pengertian, mendapatkan fakta empiris. Pendekatan secara rasional (internal
baru, atau melakukan penafsiran yang lebih process) di mana untuk memecahkan suatu
baik (Depdikbud, 1998:844). Meskipun pada persoalan dimulai dari suatu gagasan atau ide
umumnya istilah riset ini sering dilakukan oleh yang dimiliki sesorang. Sedangkan pendekatan
suatu lembaga, perusahaan, maupun institusi- empiris (external process), di mana jawaban
institusi sebelum melakukan pekerjaannya, atas persoalan ada pada objek di mana masalah
namun secara tidak disadari seorang fotografer tersebut berada, dan yang harus dilakukan
sebelum melakukan pemotretan perlu dan adalah mengidentifikasi, mengamati, observasi,
penting melakukan riset/penelitian. mencari data, dan membuat suatu kesimpulan.
Melakukan riset berarti menyiapkan Dengan melihat begitu banyak kebutuhan
diri untuk melakukan penyelidikan atau foto yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
mendapatkan fakta yang baru, artinya riset sudah pada media komunikasi visual, maka sudah
bukan hal baru bagi fotografer. Karena riset selayaknya mata kuliah fotografi di DKV
yang dilakukan fotografer tidak harus dikaitkan perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak
dengan bidangnya para peneliti atau ilmuwan. (mahasiswa dan lembaga). Meskipun di atas
Contohnya adalah dalam foto jurnalistik yang ada pembagian profesi/konsentrasi fotografer,
menuntut kriteria informatif, aktual, faktual, namun tujuan pengajaran fotografi di DKV tidak
terpercaya, dan otentik, riset seharusnya mengarah pada satu profesi atau spesialisasi.
sudah menjadi sesuatu hal yang wajib para Pembuatan foto atau pemotretan yang dilakukan
fotografer. Karena fotonya harus tampil dengan mahasiswa di prodi DKV lebih menekankan
‘kedalaman’ yang mewakili sebuah fakta. pada tujuan utama bahwa foto sebagai karya
Demikian pula halnya dengan foto komersial komunikasi visual dan dapat difungsikan untuk
(barang/jasa) yang menuntut penampilan akan kepentingan disain komunikasi visual.
daya tarik visual yang informatif dan persuasif. Fotografi bagi DKV adalah hal yang
Dengan demikian, untuk membuat foto apapun sangat penting dan dibutuhkan sebagai salah
kepentingannya idealnya riset atau penelitan satu elemen visual. Seperti pada media cetak,
sangat diperlukan. misalnya untuk kalender, brosur, leaflet, iklan
Secara sederhana fotografer akan koran, iklan majalah, poster dan banyak
menghadapi persoalan-persoalan seperti lagi, hal tersebut dapat kita lihat dan cermati
dari mana sudut pengambilan yang paling dari media komunikasi visual yang ada di
baik, dengan lensa berapa, diafragma berapa, lapangan, baik yang berbentuk media cetak
kecepatan berapa, diambil keseluruhan atau peran foto masih dominan. Seperti dikatakan
dipotong, dan seterusnya. Artinya, memotret Lady Elisabet dalam tulisan Suprapto Sujono
(fotografi) adalah pekerjaan ilmiah, karena (2006:14), bahwa fotografi merupakan ‘medium
membuat foto tidak hanya sekadar persoalan komunikasi’. Dalam hal ini sebuah karya
teknis melainkan mencari suatu pemecahan fotografi dimanfaatkan dalam DKV/disain
atas persoalan yang harus dapat diatasi dan grafis sebagai elemen ilustrasi dalam media
diuraikan secara sistematis. Oleh karena itu, cetak seperti iklan cetak karena reliability
sebelum melakukan pemotretan fotografer dalam tampilannya dan dapat meyakinkan
perlu terlebih dulu melakukan penelitian/riset konsumen/komunikan. Penampilan ilustrasi
tentang objek atau subjek yang akan dibuat dengan fotografi yang tampil secara realistik
agar fotonya tersaji dengan baik dan mampu (sesuai produk; sesuai kenyataan) tentu akan
147 , Vol. 15, No. 2, Oktober 2017: 140 - 148

lebih meyakinkan dan memiliki nilai persuasif Dengan melakukan praktik psikomotorik
untuk mempengaruhi konsumen. Dengan kata misalnya menggores (olah visual seperti
lain karya fotografi lebih komunikatif secara melukis, nirmana, menggambar, sketsa), artinya
visual. kita memindahkan objek yang tiga dimensi
Dengan melihat kenyataan di lapangan, dan ke bentuk dua dimensi, dengan latihan ini
pendapat tersebut sudah barang tentu bahwa kita belajar melihat dan merasakan bentuk,
mata kuliah fotografi sangat diperlukan untuk sinar, bayangan, gradasi, warna, pola maupun
mahasiswa DKV. Namun dengan perkembangan tekstur. Perlu diketahui bahwa fotografi adalah
teknologi fotografi sekarang ini, perlu ada seni melihat (the art of seeing), dasar ilmu
evaluasi dan perubahan dalam pengajaran melihat ini berlaku untuk ilmu pengetahuan
fotografi. Yang perlu menjadi perhatian, bagi lain termasuk fotografi. Demikian pula halnya
perguruan tinggi yang masih memiliki program/ yang terjadi dalam membuat gambar/foto,
jurusan ataupun mata kuliah fotografi perlu berawal dari melihat/mata. Dasar seni rupa
mengevaluasi materi ataupun kurikulum lama seperti menggambar, nirmana, anatomi, sejarah
yang sudah puluhan tahun digunakan agar seni rupa bahkan kritik seni sangat penting
ditinjau ulang sesuai perkembangan fotografi. sebagai bekal untuk belajar fotografi (Zahar,
Dengan hadirnya teknologi digital, termasuk 2003: 101). Karena prinsip fotografi tidak jauh
kamera digital yang berkembang dengan pesat dengan menggambar, artinya menggambar sama
seperti sekarang ini, sangat memungkinkan dengan memotret, seperti kata fotografi sendiri
bergesernya pandangan atau paradigma tentang berasal dari kata photos (cahaya) dan graphos
fotografi. (menggambar/menggores) artinya menggambar
dengan cahaya.
Dasar Seni Rupa Penting untuk Fotografer Dengan melihat dan menyadari arti
Tidak heran apabila sekarang ini hampir pentingnya melakukan aktivitas psikomotorik
setiap orang dapat mengoperasikan kamera, dengan menggambar, merancang nirmana, dan
bahkan anak kecil pun sudah dapat motret. memahami wawasan seni rupa, merupakan salah
Perlu disadari bahwa memotret tidak sekadar satu bekal untuk dapat membuat foto yang baik.
mengambil gambar, melainkan membuat Dengan demikian, sudah seharusnya mahasiswa/
gambar, artinya untuk mendapatkan sebuah kita yang belajar fotografi lebih cepat menguasai
foto/gambar yang baik banyak hal yang perlu dan lebih baik dibanding yang hanya belajar
dipelajari, misalnya dari segi teknis fotografi, teknis fotografi saja.
lighting, pengetahuan estetika/seni rupa atau
memiliki pengetahuan seni visual yang baik. KESIMPULAN
Kalau kita bicara mengenai fotografi, tidak Pasca tahun 1990-an DKV mulai memasuki
hanya pada yang serba teknis saja, namun era teknologi digital yang merubah budaya kerja
banyak hal di luar masalah teknis. Dikatakan di industri ini. Dari ketergantungan dengan
Soeprapto Soedjono bahwa, fotografi sebagai kemampuan skill manual manusia berubah
salah satu entitas dalam domain seni rupa tidak menjadi serba komputerisasi. Semua keahlian
dapat terlepas dari nilai-nilai dan kaidah-kaidah tersebut dapat digantikan oleh piranti lunak dan
seni rupa (2006:7). Dengan kata lain meskipun piranti keras komputer. Hal ini merupakan salah
peralatan yang tersedia sangat canggih, selain satu yang merubah paradigma Perguruan Tinggi
diperlukan kemampuan teknis juga kemampuan DKV lebih berkembang ke arah digitalisasi. Di
estetis yang memadai. Jam terbang yang tinggi Indonesia saat ini Perguruan Tinggi DKV juga
dan dengan banyak membaca dan melihat buku lebih menitikberatkan pada penguasaan aplikasi
fotografi, masalah teknis fotografi dapat diatasi, komputer grafis. Pertumbuhan pendidikan DKV
tetapi hal yang berkaitan seni rupa, rasa estetika yang pesat juga tidak lepas dari perkembangan
yang baik, tidak dapat dicapai dengan membaca teknologi dan media informasi. Fenomena ini
dan melihat saja, melainkan harus dengan membuka peluang tumbuhnya profesi-profesi
melakukan/praktik.
Fotografi dalam Desain Komunikasi Visual (DKV) (Prayanto Widyo Harsanto) 148

baru terkait dengan DKV yang pada akhirnya peralatan fotografi saat ini sangat canggih
meningkatkan permintaan akan jasa pendidikan namun masih tetap diperlukan seseorang yang
DKV. memiliki kemampuan teknis dengan kepekaan
DKV sebagai “seni komunikasi” secara estetis yang baik sebagai ‘man behind the
visual pada dasarnya lebih dekat dengan camera’ dalam menciptakan fotografi. Artinya
bidang seni rupa, meskipun demikian secara keterampilan dan pengetahuan seni rupa
profesi DKV merupakan perpaduan dari seperti menggambar, nirmana, kritik/tinjauan
berbagai disiplin ilmu/keahlian yang digunakan seni, sejarah sangat penting sebagai landasan
untuk menjawab kebutuhan komunikasi dan mengasah kepekaan dan konseptual dalam
informasi, baik komersial dan non komersial. menciptakan karya foto.
Salah satu bidang keahlian DKV yang perlu
dipelajari adalah fotografi. Pengetahuan dan DAFTAR PUSTAKA
keterampilan fotografi sangat penting dan Ajidarma, Seno Gumira. (2002). Kisah Mata
sangat berguna sebagai bekal mahasiswa DKV Fotografi antara Dua Subyek: Perbincangan
yang dapat diterapkan saat masih menempuh tentang Ada. Yogyakarta: Galang Press.
kuliah maupun setelah selesai studi/lulus. Budiman, Andi S., (2006). “Akan Jadi Kebutuhan
Pengetahuan dan keterampilan fotografi Sehari-hari”. Concept - majalah desain
yang diajarkan di S-1, yang notabenenya grafis, edisi 14.
akademis, sebaiknya tidak sekadar bagaimana Griand, Giwanda. (2004), Panduan Praktis
dapat mengoperasikan peralatan kamera dan Teknik Studio Foto. Jakarta: Puspa
menggunakan peralatan yang lain (how to), Swwara.
akan tetapi juga sangat penting meningkatkan Kasai, Akira.(1995). “Dampak Fotografi Digital
pengetahuan dan keterampilan yang sifatnya terhadap Dunia Cetak Mencetak”, Foto
konseptual dan riset terkait kegiatan fotografi. Modern, No. 5, Edisi September.
Artinya bahwa fotografi adalah pekerjaan Pemerintah Republik Indonesia. (2003) Undang-
ilmiah (akademis), karena membuat foto tidak Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
hanya sekadar teknis melainkan mencari suatu Pendidikan Nasional.
pemecahan atas persoalan yang harus dapat Pemerintah Republik Indonesia. (2010).
diatasi dan diuraikan secara sistematis. Oleh Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010
karena itu, sebelum melakukan pemotretan Tentang Pengelolaan dan Penyelengaraan
fotografer perlu terlebih dulu melakukan Pendidikan.
penelitian/riset tentang objek atau subjek yang Souders, Rick. (2002). The Art and Attitude
akan dibuat agar fotonya tersaji dengan baik dan of Commercial Photography. New York:
mampu menjawab permasalahannya. Komposisi Watson-Guptill Publications.
mata kuliah fotografi di DKV untuk S1 yang Soejono, Soeprapto. (2006). Pot-Pourri
memiliki beban 5-8 sks dari keseluruhan 144- Fotografi. Jakarta: Penerbit Universitas
148 sks harus dimanfaatkan secara maksimal Trisakti.
untuk bekal mahasiswa. Soerjanto, Iswanto. (1996). “Diasah untuk
Di era kamera digital, masyarakat Siap”. Fotomedia, edisi Agustus.
memandang fotografi sebagai sesuatu yang Zahar, Iwan. (2003). Catatan Fotografer Kiat
mudah, murah, dan merupakan bagian dari Jitu Menembus New York. Jakarta: Creative
kehidupan sehari-hari, dan inilah era digital Media.
photography (digitalisasi fotografi). Meskipun

Anda mungkin juga menyukai