Abstrak
Kebutuhan penggunaan karya fotografi untuk elemen iklan cetak saat ini masih tinggi. Iklan
cetak di Indonesia 98% menggunakan ilustrasi dengan menggunakan teknik fotografi. Serta,
pengetahuan dan keterampilan fotografi telah diberikan sebagai mata kuliah wajib di Perguruan
Tinggi yang memiliki Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV). Tujuan tulisan ini adalah
untuk mengingatkan betapa pentingnya pelajaran fotografi di desain grafis atau DKV, sehingga
penting untuk dikelola dengan baik. Selepas tahun 1990-an dunia fotografi mulai memasuki era
teknologi digital yang merubah budaya kerja di industri. Dari ketergantungan pada kemampuan
skill manual manusia, berubah menjadi serba komputerisasi (digital). Era analog sedikit demi
sedikit telah ditinggalkan karena di era digital kegiatan memotret dan paradigma tentang fotografi
sudah bergeser. Dunia fotografi dulu dianggap kegiatan yang sulit dan mahal, namun sekarang
relatif murah dan mudah. Teknologi boleh berkembang serta paradigma dapat bergeser, tetapi
fungsi dan makna pada karya fotografi tetap penting serta diperlukan dalam desain komunikasi
visual. Pendidikan Tinggi DKV tentunya ingin menciptakan sumber daya insani yang kompeten
pada bidangnya dan diharapkan dapat memberikan kontribusi optimal di lapangan kerja. Alangkah
baiknya apabila lembaga pendidikan mempedulikan profesi yang sesuai dengan levelnya.
Abstract
The need for photography works for printed advertisement is still high. Ninety-eight percents of
printed advertisements in Indonesia use illustrations from photography techniques. In addition, the
knowledge and skills of photography have been given as compulsory subjects in Higher Education
which have a Visual Communication Design Program. The purpose of this paper is to remind us of
the importance of photography lessons in graphic design that it is important to be well managed.
After the 1990s the world of photography began to enter the age of digital technology that changed
the work culture in the industry, from its dependence on human or manual skills into a completely
computerized (digital) one. The analogue era has been gradually abandoned because in the digital
era photographing activities and the paradigm about photography have shifted. The world of
photography was once considered a difficult and expensive activity, but is now relatively cheap and
easy. echnology may evolve as well as paradigms may shift, but the function and significance of
photography work remain important and necessary in visual communication design. The purpose
of a Visual Communication-Design program in Higher Education is to create competent human
resources that are able to contribute optimally in the field of work. It would be nice if the educational
institutions care about the profession in accordance with the level.
140
141 , Vol. 15, No. 2, Oktober 2017: 140 - 148
penemuan foto digital. Fotografi mengalami digital akan menjamin dengan pasti bahwa akan
perubahan/revolusi yang maha dahsyat. Banyak selalu menghasilkan foto yang bagus. Foto
prinsip atau cara kerja lama yang berubah dan bagus hanya akan dihasilkan dari pemotretan
telah tergantikan dengan yang baru. Jelas lebih yang terencana dan diperlukan pemahaman
mudah. Dulu foto sebagai barang yang mahal tentang fotografi. Not just taking picture but
dan eksklusif. Namun kini masyarakat menjadi making picture, artinya bahwa memotret
sangat antusias dan interest terhadap fotografi, bukan mengambil gambar, melainkan membuat
selain proses cepat, mengoperasikan mudah, gambar, karena kalau mengambil tidak ada
biaya yang dikeluarkan pun relatif murah. usaha untuk menyusun, menata agar foto
Awal tahun 1990-an menandai sebuah menarik, mengandung kesan. Membuat foto
era baru di dunia fotografi, yaitu munculnya adalah cenderung berusaha menciptakan gambar
inovasi baru dengan adanya kamera digital. semenarik mungkin dengan konsep yang jelas,
Dengan kamera digital banyak kemudahan yang menyusun rencana, dan mempertimbangkan
diperoleh fotografer, antara lain pemrosesan film berbagai hal. Secanggih apapun kamera yang
sudah tidak dilakukan lagi, karena media film digunakan, tetap saja kamera hanyalah sebuah
telah digantikan media digital yang disimpan alat. Manusia yang memegang kameralah yang
pada kartu memori. Di samping itu, hasil harus berperan, bukan alat yang berperan pada
pemotretan langsung dapat dilihat sehingga kita.
ketika hasil tidak sesuai dapat langsung dipotret Untuk menghasilkan foto yang bagus, tidak
diulang. Pengoperasian kamera digital pada hanya sekadar punya kamera dan jepret saja,
dasarnya relatif mudah dan sangat membantu namun butuh pengetahuan tentang fotografi
fotografer atau para pemula yang berminat yang benar. Kamera analog atau digital pada
pada fotografi dibanding kamera analog/ dasarnya memiliki kesamaan prinsip dasar yang
konvensional. Era analog/konvensional sedikit sama. Ciri pokok fotografi adalah ada cahaya,
demi sedikit ditinggal, karena era digital lensa, ruang kedap cahaya, dan film (media
memungkinkan semua orang terlibat (dapat perekam lain, misalnya CCD atau Cmos).
menggunakan). Digital fotografi telah mengambil alih apa yang
Dengan digital, waktu tidak menjadi dapat dilakukan oleh cara kerja fotografi analog/
hambatan, lebih hemat, seluruh proses dapat konvensional dengan waktu yang cepat, biaya
kita kontrol, dari pengambilan gambar hingga murah, dan mampu mewujudkan imajinasi yang
pencetakan sepenuhnya berada di tangan tidak dapat dilakukan fotografi analog. Namun,
fotografer. Dengan digital kita dapat memastikan kerja dengan analog atau digital yang penting
hasilnya saat itu juga. Sesaat setelah gambar harus memahami visi (vision), berpikir kreatif
kita ambil, hasilnya dapat kita lihat lewat layar (thinking creative) dan memiliki keterampilan
(LCD). Pengambilan gambar pun lebih mudah, (skill) serta memahami elemen-elemen esensial
mau berwarna atau hitam-putih tinggal pilih, pada fotografi (Souders, 2002: 114).
pemilihan ISO pun lebih fleksibel dan dapat Perkembangan teknologi tidak dapat kita
dirubah-rubah sesuai kondisi pemotretan. tolak dan hentikan, justru kita harus menyikapi
Dengan kamera digital memungkinkan kita dengan bijak, mengingat masyarakat saat ini yang
untuk mengolah sendiri sesuai keinginan kita. semakin instant-minded secara otomatis akan
Kamera digital menawarkan alternatif baru mengidentifikasikan dirinya dengan alat-alat
untuk sebuah proses foto yang dulu dikerjakan atau kamera yang dapat bekerja dengan cepat,
dalam kamar gelap, seperti dodging, burning, mudah pengoperasiannya, murah, dan hasilnya
sandwich, bas relief, posterisasi, solarisasi, baik. Gejala budaya visual yang tercermin pada
dan sebagainya kini dapat dikerjakan dengan media komunikasi memang sangat dominan
cepat dan di ruangan terang dengan perangkat berkembang di masyarakat. Berkembangnya
komputer. budaya visual ini bakal ditopang alat pencitraan
Meski banyak yang dapat ditawarkan dari yang salah satunya kamera digital, yang kini
digital, bukan berarti fasilitas dan kemudahan mulai dan telah diakrabi oleh masyarakat.
Fotografi dalam Desain Komunikasi Visual (DKV) (Prayanto Widyo Harsanto) 144
dikatakan Sam Nugroho, bahwa perkembangan tentang seluk beluk mengaplikasikan karya
beberapa tahun ke depan dapat lebih dahsyat lagi foto untuk kebutuhan disain grafis (DKV)
yakni berbaurnya antara Digital imaging, 3D, misalnya foto ilustrasi, foto land mark, essai
dan fotografi (concept :13) karena ketiga unsur dan lain-lain. Selain materi tersebut juga
tersebut sangat dekat dan saling berkaitan antara diberikan pengetahuan olah visual/kamar gelap,
satu dengan yang lain. Lebih lagi pengguna eksperimen-eksperimen yang berkaitan dengan
komputer sudah banyak dan tidak asing bagi fotografi. Pada mata kuliah Fotografi Desain
masyarakat dewasa ini, sehingga masyarakat mahasiswa diberikan cara/teknis pemotretan di
pengguna komputer menuntut dirinya juga studio secara profesional, baik pemotretan still
dapat memotret, menyinpan, mengolah dan life atau manusia. Pembuatan foto diarahkan
mencetaknya. Paradigma fotografi yang dulu untuk kepentingan DKV (cenderung komersial),
relatif susah dilakukan, sekarang di era kamera juga diajari membuat konsep dan riset hingga
digital, masyarakat memandang fotografi aplikasinya ke dalam media.
sebagai sesuatu yang mudah, murah, dan Namun demikian, ada beberapa perguruan
merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari, tinggi yang membagi mata kuliah Fotografi
inilah era digital photography. menjadi dua (2) dengan memberi nama:
Fotografi Dasar dan Fotografi Desain; Fotografi
Fotografi dalam Dunia Pendidikan di DKV 1 dan Fotografi 2; Dasar-dasar Fotografi dan
Peran Penting dan Pengajaran Fotografi di Fotografi Aplikatif, dan lain-lain. Dengan bekal
DKV fotografi dua semester, tiga semester atau lebih
Istilah Desain Komunikasi Visual atau lebih dan memberikan materi yang disesuaikan dengan
akrab dengan sebutan DKV sekarang sudah kebutuhan DKV dan perkembangan teknologi
tidak asing lagi di telinga, karena sudah banyak saat ini, diharapkan mahasiswa memiliki
perguruan tinggi/lembaga pendidikan memiliki kemampuan menciptakan foto yang baik dan
program studi/jurusan DKV. Out put/lulusan dari menarik, komunikatif untuk kepentingan
prodi ini diyakini memiliki prospek kerja/profesi komersial maupun non-komersial.
yang banyak dibutuhkan dalam masyarakat atau Selain memiliki dan menguasai hal di
terserap di dunia industri. Selama industri ada atas, seorang fotografer perlu juga memiliki
dan berkembang, lulusan DKV pasti diperlukan. kesadaran untuk melakukan penelitian/riset
Pada umumnya S-1 DKV memiliki 144-148 sks sebelum melakukan pemotretan. Dengan riset
dan memiliki matakuliah Fotografi dengan bobot sangat banyak manfaat yang diperoleh bagi
5-8 sks. Di antara mata kuliah penting yang lain, fotografer maupun bagi pihak-pihak yang
ada mata kuliah Fotografi yang sangat strategis berkepentingan dengan foto tersebut. Selain
dan penting. Dalam DKV menu mata kuliah mendapatkan hasil foto yang baik, menarik,
yang harus ada adalah fotografi, ini dianggap indah, dan lain sebagainya, pekerjaan pun akan
strategis dan penting artinya bahwa dalam DKV lebih efektif dan efisien. Karena riset adalah
elemen visual ini sering dimanfaatkan untuk bagian dari tujuan fotografer dalam melakukan
berbagai perancangan desain. pemotretan. Bagaimanapun sederhananya tujuan
Mata kuliah Fotografi biasa diajarkan/ dalam pemotretan, riset sangat diperlukan. Riset
diberikan secara bervariasi di setiap perguruan dalam fotografi baik dari sisi ide/gagasan, teknis,
tinggi, ada yang selama tiga semester, yakni estetis dapat meliputi identifikasi permasalahan,
Fotografi I, Fotografi II, dan Fotografi Desain. menganalisis, mengambil kesimpulan hingga
Fotografi I memberikan materin tentang sampai pada suatu eksekusi atau pelaksanaan
pengetahuan fotografi serta penguasaan peralatan pemotretan.
fotografi dan teknik-teknik pemotretan, lighting, Ketika seseorang mengatakan riset,
dan lainnya. Fotografi I ini merupakan dasar gambaran yang muncul adalah laboratorium
dan sebagai bekal awal yang harus dipahami yang lengkap dengan peralatan-peralatan
dan dikuasai. Fotografi II memberikan materi yang serba canggih, prosedural, dan rumit.
Fotografi dalam Desain Komunikasi Visual (DKV) (Prayanto Widyo Harsanto) 146
Istilah riset selama ini selalu dihubungkan menjawab permasalahannya. Menurut Kountur
dengan sesuatu yang rumit, ilmiah, disiplin, (2003: 3-8) penelitian/riset berhubungan dengan
kaku, dan berbau akademis. Istilah riset usaha untuk mengetahui sesuatu, mencari suatu
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah jawaban atas suatu permasalahan.
penyelidikan (penelitian) suatu masalah secara Pada dasarnya dikenal dua cara untuk
sistematis, kritis, dan ilmiah untuk meningkatkan memecahkan persoalan yaitu secara rasional dan
pengetahuan dan pengertian, mendapatkan fakta empiris. Pendekatan secara rasional (internal
baru, atau melakukan penafsiran yang lebih process) di mana untuk memecahkan suatu
baik (Depdikbud, 1998:844). Meskipun pada persoalan dimulai dari suatu gagasan atau ide
umumnya istilah riset ini sering dilakukan oleh yang dimiliki sesorang. Sedangkan pendekatan
suatu lembaga, perusahaan, maupun institusi- empiris (external process), di mana jawaban
institusi sebelum melakukan pekerjaannya, atas persoalan ada pada objek di mana masalah
namun secara tidak disadari seorang fotografer tersebut berada, dan yang harus dilakukan
sebelum melakukan pemotretan perlu dan adalah mengidentifikasi, mengamati, observasi,
penting melakukan riset/penelitian. mencari data, dan membuat suatu kesimpulan.
Melakukan riset berarti menyiapkan Dengan melihat begitu banyak kebutuhan
diri untuk melakukan penyelidikan atau foto yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
mendapatkan fakta yang baru, artinya riset sudah pada media komunikasi visual, maka sudah
bukan hal baru bagi fotografer. Karena riset selayaknya mata kuliah fotografi di DKV
yang dilakukan fotografer tidak harus dikaitkan perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak
dengan bidangnya para peneliti atau ilmuwan. (mahasiswa dan lembaga). Meskipun di atas
Contohnya adalah dalam foto jurnalistik yang ada pembagian profesi/konsentrasi fotografer,
menuntut kriteria informatif, aktual, faktual, namun tujuan pengajaran fotografi di DKV tidak
terpercaya, dan otentik, riset seharusnya mengarah pada satu profesi atau spesialisasi.
sudah menjadi sesuatu hal yang wajib para Pembuatan foto atau pemotretan yang dilakukan
fotografer. Karena fotonya harus tampil dengan mahasiswa di prodi DKV lebih menekankan
‘kedalaman’ yang mewakili sebuah fakta. pada tujuan utama bahwa foto sebagai karya
Demikian pula halnya dengan foto komersial komunikasi visual dan dapat difungsikan untuk
(barang/jasa) yang menuntut penampilan akan kepentingan disain komunikasi visual.
daya tarik visual yang informatif dan persuasif. Fotografi bagi DKV adalah hal yang
Dengan demikian, untuk membuat foto apapun sangat penting dan dibutuhkan sebagai salah
kepentingannya idealnya riset atau penelitan satu elemen visual. Seperti pada media cetak,
sangat diperlukan. misalnya untuk kalender, brosur, leaflet, iklan
Secara sederhana fotografer akan koran, iklan majalah, poster dan banyak
menghadapi persoalan-persoalan seperti lagi, hal tersebut dapat kita lihat dan cermati
dari mana sudut pengambilan yang paling dari media komunikasi visual yang ada di
baik, dengan lensa berapa, diafragma berapa, lapangan, baik yang berbentuk media cetak
kecepatan berapa, diambil keseluruhan atau peran foto masih dominan. Seperti dikatakan
dipotong, dan seterusnya. Artinya, memotret Lady Elisabet dalam tulisan Suprapto Sujono
(fotografi) adalah pekerjaan ilmiah, karena (2006:14), bahwa fotografi merupakan ‘medium
membuat foto tidak hanya sekadar persoalan komunikasi’. Dalam hal ini sebuah karya
teknis melainkan mencari suatu pemecahan fotografi dimanfaatkan dalam DKV/disain
atas persoalan yang harus dapat diatasi dan grafis sebagai elemen ilustrasi dalam media
diuraikan secara sistematis. Oleh karena itu, cetak seperti iklan cetak karena reliability
sebelum melakukan pemotretan fotografer dalam tampilannya dan dapat meyakinkan
perlu terlebih dulu melakukan penelitian/riset konsumen/komunikan. Penampilan ilustrasi
tentang objek atau subjek yang akan dibuat dengan fotografi yang tampil secara realistik
agar fotonya tersaji dengan baik dan mampu (sesuai produk; sesuai kenyataan) tentu akan
147 , Vol. 15, No. 2, Oktober 2017: 140 - 148
lebih meyakinkan dan memiliki nilai persuasif Dengan melakukan praktik psikomotorik
untuk mempengaruhi konsumen. Dengan kata misalnya menggores (olah visual seperti
lain karya fotografi lebih komunikatif secara melukis, nirmana, menggambar, sketsa), artinya
visual. kita memindahkan objek yang tiga dimensi
Dengan melihat kenyataan di lapangan, dan ke bentuk dua dimensi, dengan latihan ini
pendapat tersebut sudah barang tentu bahwa kita belajar melihat dan merasakan bentuk,
mata kuliah fotografi sangat diperlukan untuk sinar, bayangan, gradasi, warna, pola maupun
mahasiswa DKV. Namun dengan perkembangan tekstur. Perlu diketahui bahwa fotografi adalah
teknologi fotografi sekarang ini, perlu ada seni melihat (the art of seeing), dasar ilmu
evaluasi dan perubahan dalam pengajaran melihat ini berlaku untuk ilmu pengetahuan
fotografi. Yang perlu menjadi perhatian, bagi lain termasuk fotografi. Demikian pula halnya
perguruan tinggi yang masih memiliki program/ yang terjadi dalam membuat gambar/foto,
jurusan ataupun mata kuliah fotografi perlu berawal dari melihat/mata. Dasar seni rupa
mengevaluasi materi ataupun kurikulum lama seperti menggambar, nirmana, anatomi, sejarah
yang sudah puluhan tahun digunakan agar seni rupa bahkan kritik seni sangat penting
ditinjau ulang sesuai perkembangan fotografi. sebagai bekal untuk belajar fotografi (Zahar,
Dengan hadirnya teknologi digital, termasuk 2003: 101). Karena prinsip fotografi tidak jauh
kamera digital yang berkembang dengan pesat dengan menggambar, artinya menggambar sama
seperti sekarang ini, sangat memungkinkan dengan memotret, seperti kata fotografi sendiri
bergesernya pandangan atau paradigma tentang berasal dari kata photos (cahaya) dan graphos
fotografi. (menggambar/menggores) artinya menggambar
dengan cahaya.
Dasar Seni Rupa Penting untuk Fotografer Dengan melihat dan menyadari arti
Tidak heran apabila sekarang ini hampir pentingnya melakukan aktivitas psikomotorik
setiap orang dapat mengoperasikan kamera, dengan menggambar, merancang nirmana, dan
bahkan anak kecil pun sudah dapat motret. memahami wawasan seni rupa, merupakan salah
Perlu disadari bahwa memotret tidak sekadar satu bekal untuk dapat membuat foto yang baik.
mengambil gambar, melainkan membuat Dengan demikian, sudah seharusnya mahasiswa/
gambar, artinya untuk mendapatkan sebuah kita yang belajar fotografi lebih cepat menguasai
foto/gambar yang baik banyak hal yang perlu dan lebih baik dibanding yang hanya belajar
dipelajari, misalnya dari segi teknis fotografi, teknis fotografi saja.
lighting, pengetahuan estetika/seni rupa atau
memiliki pengetahuan seni visual yang baik. KESIMPULAN
Kalau kita bicara mengenai fotografi, tidak Pasca tahun 1990-an DKV mulai memasuki
hanya pada yang serba teknis saja, namun era teknologi digital yang merubah budaya kerja
banyak hal di luar masalah teknis. Dikatakan di industri ini. Dari ketergantungan dengan
Soeprapto Soedjono bahwa, fotografi sebagai kemampuan skill manual manusia berubah
salah satu entitas dalam domain seni rupa tidak menjadi serba komputerisasi. Semua keahlian
dapat terlepas dari nilai-nilai dan kaidah-kaidah tersebut dapat digantikan oleh piranti lunak dan
seni rupa (2006:7). Dengan kata lain meskipun piranti keras komputer. Hal ini merupakan salah
peralatan yang tersedia sangat canggih, selain satu yang merubah paradigma Perguruan Tinggi
diperlukan kemampuan teknis juga kemampuan DKV lebih berkembang ke arah digitalisasi. Di
estetis yang memadai. Jam terbang yang tinggi Indonesia saat ini Perguruan Tinggi DKV juga
dan dengan banyak membaca dan melihat buku lebih menitikberatkan pada penguasaan aplikasi
fotografi, masalah teknis fotografi dapat diatasi, komputer grafis. Pertumbuhan pendidikan DKV
tetapi hal yang berkaitan seni rupa, rasa estetika yang pesat juga tidak lepas dari perkembangan
yang baik, tidak dapat dicapai dengan membaca teknologi dan media informasi. Fenomena ini
dan melihat saja, melainkan harus dengan membuka peluang tumbuhnya profesi-profesi
melakukan/praktik.
Fotografi dalam Desain Komunikasi Visual (DKV) (Prayanto Widyo Harsanto) 148
baru terkait dengan DKV yang pada akhirnya peralatan fotografi saat ini sangat canggih
meningkatkan permintaan akan jasa pendidikan namun masih tetap diperlukan seseorang yang
DKV. memiliki kemampuan teknis dengan kepekaan
DKV sebagai “seni komunikasi” secara estetis yang baik sebagai ‘man behind the
visual pada dasarnya lebih dekat dengan camera’ dalam menciptakan fotografi. Artinya
bidang seni rupa, meskipun demikian secara keterampilan dan pengetahuan seni rupa
profesi DKV merupakan perpaduan dari seperti menggambar, nirmana, kritik/tinjauan
berbagai disiplin ilmu/keahlian yang digunakan seni, sejarah sangat penting sebagai landasan
untuk menjawab kebutuhan komunikasi dan mengasah kepekaan dan konseptual dalam
informasi, baik komersial dan non komersial. menciptakan karya foto.
Salah satu bidang keahlian DKV yang perlu
dipelajari adalah fotografi. Pengetahuan dan DAFTAR PUSTAKA
keterampilan fotografi sangat penting dan Ajidarma, Seno Gumira. (2002). Kisah Mata
sangat berguna sebagai bekal mahasiswa DKV Fotografi antara Dua Subyek: Perbincangan
yang dapat diterapkan saat masih menempuh tentang Ada. Yogyakarta: Galang Press.
kuliah maupun setelah selesai studi/lulus. Budiman, Andi S., (2006). “Akan Jadi Kebutuhan
Pengetahuan dan keterampilan fotografi Sehari-hari”. Concept - majalah desain
yang diajarkan di S-1, yang notabenenya grafis, edisi 14.
akademis, sebaiknya tidak sekadar bagaimana Griand, Giwanda. (2004), Panduan Praktis
dapat mengoperasikan peralatan kamera dan Teknik Studio Foto. Jakarta: Puspa
menggunakan peralatan yang lain (how to), Swwara.
akan tetapi juga sangat penting meningkatkan Kasai, Akira.(1995). “Dampak Fotografi Digital
pengetahuan dan keterampilan yang sifatnya terhadap Dunia Cetak Mencetak”, Foto
konseptual dan riset terkait kegiatan fotografi. Modern, No. 5, Edisi September.
Artinya bahwa fotografi adalah pekerjaan Pemerintah Republik Indonesia. (2003) Undang-
ilmiah (akademis), karena membuat foto tidak Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
hanya sekadar teknis melainkan mencari suatu Pendidikan Nasional.
pemecahan atas persoalan yang harus dapat Pemerintah Republik Indonesia. (2010).
diatasi dan diuraikan secara sistematis. Oleh Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010
karena itu, sebelum melakukan pemotretan Tentang Pengelolaan dan Penyelengaraan
fotografer perlu terlebih dulu melakukan Pendidikan.
penelitian/riset tentang objek atau subjek yang Souders, Rick. (2002). The Art and Attitude
akan dibuat agar fotonya tersaji dengan baik dan of Commercial Photography. New York:
mampu menjawab permasalahannya. Komposisi Watson-Guptill Publications.
mata kuliah fotografi di DKV untuk S1 yang Soejono, Soeprapto. (2006). Pot-Pourri
memiliki beban 5-8 sks dari keseluruhan 144- Fotografi. Jakarta: Penerbit Universitas
148 sks harus dimanfaatkan secara maksimal Trisakti.
untuk bekal mahasiswa. Soerjanto, Iswanto. (1996). “Diasah untuk
Di era kamera digital, masyarakat Siap”. Fotomedia, edisi Agustus.
memandang fotografi sebagai sesuatu yang Zahar, Iwan. (2003). Catatan Fotografer Kiat
mudah, murah, dan merupakan bagian dari Jitu Menembus New York. Jakarta: Creative
kehidupan sehari-hari, dan inilah era digital Media.
photography (digitalisasi fotografi). Meskipun