Anda di halaman 1dari 21

Laporan Rencana Kerja Perpanjangan Tahap Kegiatan Operasi Produksi IUP OP CV.

Putra Kartini di Desa Sumberwuluh


Kec. Candipuro Kab. Lumajang, Provinsi Jawa Timur.

BAB II
RENCANA EKSPLORASI

2.1. Kondisi geologi


2.1.1. Geologi Umum
A. Fisiografi Regional
Van Bemmelen (1949) secara detail membagi fisiografi Jawa Timur menjadi
tujuh zona fisiografi, yaitu :
1. Alluvial plains of Northern Java (Dataran aluvial Utara Jawa)
2. Rembang-Madura Anticlinorium (Perbukitan Rembang dan Madura)
3. Lajur Randublatung
4. Lajur Kendeng
5. Dataran Tengah Jawa Timur
6. Gunungapi Tengah / Gunungapi Kuarter
7. Pegunungan Selatan

Gambar 2.1. Pembagian Zona Fisiografis Jawa Timur (Van Bemmelen, 1949)

Berdasarkan fisiografis regional Jawa Timur tersebut daerah penelitian yang


merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Lumajang, berada pada Zona Solo serta

Bab II - 1
Laporan Rencana Kerja Perpanjangan Tahap Kegiatan Operasi Produksi IUP OP CV. Putra Kartini di Desa Sumberwuluh
Kec. Candipuro Kab. Lumajang, Provinsi Jawa Timur.

Zona Gunungapi Kuarter meliputi G. Semeru dan Zona Pegunungan Selatan


(Bemmelen, 1949). Bentang alam Kabupaten Lumajang terdiri dari Perbukitan
vulkanik Kuarter dan Perbukitan volkanik Tersier. Perbukitan volkanik Kuarter dengan
sumber erupsi utamanya G. Semeru mempunyai penyebaran terluas di wilayah
Kabupaten Lumajang, diawali dari puncak G. Semeru, menyebar ke arah timur ,
timurlaut dan tenggara. Menurut T. Suwarti dan Suharsono (1992), secara morfografi
dan morfogenesa, wilayah Kabupaten Lumajang dapat dibagi menjadi lima satuan
bentuk lahan yaitu:
1. Dataran Aluvial melampar di sebelah utara sampai selatan di bagian timur
Kabupaten Lumajang, ketinggian antara 50 sampai 100 m diatas permukaan
laut.
2. Kaki Gunung api melampar di bagian utara ke selatan sampai bagian tengah
Kabupaten Lumajang, ketinggian antara 100 - 150 m diatas permukaan laut.
3. Lereng Gunungapi terdapat dibagian tengah wilayah yang melampar luas dari
utara sampai selatan Kabupaten Lumajang dengan ketinggian antara 150 -
550 m diatas permukaan laut.
4. Kerucut Gunungapi terletak disebelah timur Kabupaten Lumajang yang
berketinggian antara 550 - 3265 m diatas permukaan laut dan G. Semeru
merupakan puncak tertinggi.
5. Kerucut Parasiter terdapat di bagian tenggara G. Semeru.

Secara topografis wilayah Kabupaten Lumajang terdiri dari daratan yang


subur, karena diapit oleh tiga gunung berapi yaitu Gunung Semeru (3.676 m),
Gunung Bromo (3.292 m) dan Gunung Lamongan. Ketinggian daerah bervariasi dari
0 hingga 3.676 m diatas permukaan laut. Daerah terluas ada pada ketinggian 100
hingga 500 m diatas permukaan laut, yaitu seluas 63.405,50 Ha atau sebesar
35,88% dari luas wilayah Kabupaten Lumajang, sedangkan daerah tersempit ada
pada ketinggian antara 0 hingga 25 km diatas permukaan laut yaitu seluas 19.775,45
Ha atau 11,45 % dari luas Kabupaten Lumajang. Gambaran Topografi Kabupaten
Lumajang sebagaimana gambar berikut:

Bab II - 2
Laporan Rencana Kerja Perpanjangan Tahap Kegiatan Operasi Produksi IUP OP CV. Putra Kartini di Desa Sumberwuluh
Kec. Candipuro Kab. Lumajang, Provinsi Jawa Timur.

Gambar 2.2. Peta Topografi Kabupaten Lumajang

Berdasarkan karakteristik lereng, Kabupaten Lumajang terdiri dari beberapa klas


kelerengan, yaitu:
1. Kemiringan 0-5 % (0-3°), merupakan wilayah datar dengan luas 180.17 km 2
atau 25.46% dari luas wilayah Kabupaten Lumajang.
2. Kemiringan 5-30 % (3-17°), merupakan wilayah bergelombang halus-sedang
dengan luas 146.56 km2 atau 20.71% dari luas wilayah Kabupaten Lumajang.
3. Kemiringan 30-50 % (17-27°), merupakan wilayah bergelombang agak kasar
dengan luas 189.90 km2 atau 26.83% dari luas wilayah Kabupaten Lumajang.
4. Kemiringan 50-70 % (27-36°), merupakan wilayah bergelombang kasar
dengan luas wilayah 128.47 km2 atau 18,15% dari luas wilayah Kabupaten
Lumajang.
5. Kemiringan >70 % (36-90°), merupakan wilayah bergelombang sangat kasar
dengan luas wilayah 62.52 km 2 atau 8.83% dari luas wilayah Kabupaten
Lumajang.

Bab II - 3
Laporan Rencana Kerja Perpanjangan Tahap Kegiatan Operasi Produksi IUP OP CV. Putra Kartini di Desa Sumberwuluh
Kec. Candipuro Kab. Lumajang, Provinsi Jawa Timur.

B. Stratigrafi Regional
Menurut T. Suwarti dan Suharsono, (1992), batuan tertua yang tersingkap
pada Lembar Lumajang adalah Formasi Mandalika (Tomm) yang terbentuk oleh
batuan gunungapi, berupa lava andesit, basal dan breksi gunungapi di bagian bawah
serta breksi tuf, tuf sela bersisipan lava dan tuf di bagian atas. Batuan bagian bawah
formasi ini umumnya telah berubah terutama oleh pempropilitan dan pengersikan
dan tersebar di bagian baratdaya dan sedikit di bagian tenggara Lembar. Umur
formasi ini diperkirakan Oligosen Akhir – Miosen Awal berlingkungan pengendapan
laut dangkal sampai darat dan menjemari dengan Formasi Puger (Tmp) bagian
bawah. Formasi Puger terdiri dari batugamping klastika, yang berselingan dengan
kalkarenit, dan batu pasir tufan. Umurnya diperkirakan Miosen Awal – Miosen
Tengah dan terbentuk dalam lingkungan laut dangkal.
Dalam Miosen Akhir terjadi penerobosan diorite (Tmdi) yang menakibatkan
perubahan batuan, terutama pada Formasi Merubetiri.
Hasil kegiatan gunungapi Kuarter dari beberapa sumber, antara lain : G.
Jambangan, G. Tengger, G. Semeru, G. Argopuro dan G. Lamongan, menutupi tak
selaras batuan berumur Tersier. Secara litologi, batuan gunungapi Kuarter
menunjukkan keseragaman susunan yang dibedakan secara morfostratigrafi
berdasarkan sumbernya. Batuan gunungapi Kuarter dikelompokkan menjadi tiga
kompleks yaitu Kompleks Tengger – Semeru, Kompleks Argopuro dan Kompleks
Lamongan.
Kompleks Tengger – Semeru merupakan hasil kegiatan G. Jembangan, G.
Tengger dan G. Semeru. Batuan gunungapi Jembangan (Qvj) terdiri dari lava, breksi
gunungapi dan tuf yang tidak dapat dipisahkan, tersebar di sebelah baratlaut Lembar.
Batuan gunungapi Tengger (Qvt) berupa lava, tuf dan breksi gunungapi, tersebar di
utara Lembar. Batuan gunungapi Semeru (Qvs) terdiri dari tuf, lava, breksi gunungapi
dan breksi lahar, tersebar di sebelah barat.
Kompleks Argopuro merupakan hasil kejutan G. Argopuro yang dapat
dibedakan menjadi tiga satuan yaitu gumuk gunungapi (Qvk), lava yang dijumpai
sekitar pusat erupsi dan breksi gunungapi (Qvab), serta tuf (Qvat) yang secara
berurutan terdapat di sebelah selatannya.

Bab II - 4
Laporan Rencana Kerja Perpanjangan Tahap Kegiatan Operasi Produksi IUP OP CV. Putra Kartini di Desa Sumberwuluh
Kec. Candipuro Kab. Lumajang, Provinsi Jawa Timur.

Kompleks Lamongan adalah hasil kegiatan G. Lamongan yang terdiri dari


lava, breksi gunungapi dan tuf, yang membentuk Satuan Batuan Gunung Api
Lamongan (Qvl). Di bagian barat ditemukan lava yang berasal dari Parasit Gunung
Semeru (Qls) dan lava dari parasit Kepala Semeru (Qlks) dari lava andesit dan breksi
gunung api (terpropilitkan), breksi tuf, tuf sela bersisipan lava dan tuf.
Endapan termuda adalah endapan permukaan berupa endapan pantai (Qc)
dan aluvium (Qa).
Formasi yang masuk area IUP adalah Batuan Gunungapi Semeru (Qvs).
Batuan Gunungapi Semeru (Qvs), terdiri dari tuf, breksi gunungapi dan breksi lahar.
Tuf berupa debu gunungapi, ukuran sampai lapili, berwarna kuning kecoklatan, agak
padat-repui, di beberapa tempat terlihat berlapis mendatar. Breksi gunungapi
berwarna kelabu-kuning kecoklatan, berukuran 0,5 cm dan 30 cm, terpilah buruk,
kemas tertutup, menyudut tanggung, tertanam dalam massa dasar tuf, agak padat
tetapi sebagian masih ada yang lepas. Komponen utamanya andesit porfiritk
tersusun dari plagioklas dan piroksen. Breksi lahar berwarna kelabu kecoklatan,
berukuran antara 1,0 cm dan 150 cm, terpilah sangat buruk, susunan sangat
beraneka ragam, banyak dijumpai potongan kayu yang masih segar, belum padu.
Ketebalan lahar ini ada yang mencapai 50 m.
Keberadaan Gunung tertinggi di Pulau Jawa yaitu Gunung Semeru yang
terletak di Kabupaten Lumajang mendorong dan membawa berkah
dengan berlimpahnya bahan galian tambang khususnya jenis pasir, batu, coral dan
sirtu yang tak pernah habis dan berhenti mengalir. Potensi bahan Galian tambang ini
jumlahnya akan bertambah terus sesuai dengan kegiatan rutin Gunung Semeru yang
mengeluarkan material kurang lebih 1 (satu) juta M3/tahun. Bukan saja kuantitasnya
yang sangat besar namun kualitasnya juga sangat baik dan terbaik di Jawa Timur.
Berbagai penelitian menyimpulkan, unggulnya kualitas pasir gunung semeru karena
kandungan tanah (lumpur) sedikit, butiran pasirnya standart serta warna dan daya
rekatnya yang baik.

Bab II - 5
Laporan Rencana Kerja Perpanjangan Tahap Kegiatan Operasi Produksi IUP OP CV. Putra Kartini di Desa Sumberwuluh
Kec. Candipuro Kab. Lumajang, Provinsi Jawa Timur.

Gambar 2.3. Peta Geologi Regional lokasi eksplorasi dan Kolom Korelasi Stratigrafi
Regional Lembar Lumajang (T. Suwarti dan Suharsono, 1992).

Bab II - 6
Laporan Rencana Kerja Perpanjangan Tahap Kegiatan Operasi Produksi IUP OP CV. Putra Kartini di Desa Sumberwuluh
Kec. Candipuro Kab. Lumajang, Provinsi Jawa Timur.

Gambar 2.4. Peta Satuan Geologi Kabupaten Lumajang

Bab II - 7
Laporan Rencana Kerja Perpanjangan Tahap Kegiatan Operasi Produksi IUP OP CV. Putra Kartini di Desa Sumberwuluh
Kec. Candipuro Kab. Lumajang, Provinsi Jawa Timur.

Gambar 2.5. Peta Satuan Morfologi Kabupaten Lumajang

Bab II - 8
Laporan Rencana Kerja Perpanjangan Tahap Kegiatan Operasi Produksi IUP OP CV. Putra Kartini di Desa Sumberwuluh
Kec. Candipuro Kab. Lumajang, Provinsi Jawa Timur.

C. Struktur Regional
Menurut T. Suwarti dan Suharsono, (1992), struktur yang dijumpai di daerah
pemetaan adalah lipatan, sesar normal, kekar dan kelurusan.

Lipatan berupa sinklin di G. Watangan dan di G. Sadeng, dengan arah


sumbu baratlaut – tenggara yang melalui Formasi Puger dan Formasi Merubetiri.

Sesar normal umumnya berarah baratdaya – timurlaut dan tenggara –


baratlaut. Sesar ini menyesarkan batuan berumur Oligosen Akhir sampai Miosen
Tengah.

Kekar terdapat pada batuan beku, batuan gunungapi, batuan gunungapi dan
batuan sedimen dengan arah tidak teratur dengan intensitas yang tidak sama. Di
dalam batuan beku dan batuan gunungapi jumlah kekar lebih mencolok dari pada
batuan sediman.

Dari hasil penafsiran potret udara dan citraan terlihat adanya beberapa
kelurusan yang menunjukkan arah baratlaut – tenggara, timurlaut – baratdaya dan
barat – timur.

2.1.2. Geologi Lokal dan Sumberdaya Geologi


A. Geomorfologi Daerah Penyelidikan
Berdasarkan pengamatan di lapangan dan peta topografi, secara keseluruhan,
daerah penelitian merupakan Morfologi Fluvial yang sebagian besar merupakan
bagian bentang alam vulkanik yaitu sub bentang alam Dataran Fluvio-Vulkanik.
Satuan bentang alam Dataran fluvio-Vulkanik merupakan satuan bentuk lahan
dengan topografi relatif datar- landai dan terbentuk oleh pengendapan dari proses
fluvial/aliran sungai. Proses pengendapan yang terjadi lebih intensif serta material
utamanya berupa pasir sedang hingga halus pada bagian bentang alam diatasnya,
baik pada bagian bentang alam kerucut vulkanik, bentang alam lereng vulkanik,
bentang alam Kaki vulkanik. Proses sedimentasi pada  lembah Sungai Rejali sangat
aktif yang merupakan salah satu kantong lahar Gunung semeru karena adanya
penurunan kemiringan lereng yang memungkinkan terjadinya pengendapan yang
cukup besar. Kemiringan lerengnya bervariasi dari agak landai sampai landai.
Sedangkan morfologi disekitarnya merupakan jajaran perbukitan yang merupakan
bagian dari kerucut parasit Gunung Semeru. Kemiringan lereng pada morfologi

Bab II - 9
Laporan Rencana Kerja Perpanjangan Tahap Kegiatan Operasi Produksi IUP OP CV. Putra Kartini di Desa Sumberwuluh
Kec. Candipuro Kab. Lumajang, Provinsi Jawa Timur.

dataran Fluvio-Vulkanik ini secara umum berkisar antara 1° - 4°. Berdasarkan


klasifikasi menurut Zuidam dalam Cancelado (1979) sudut kemiringan lereng
tersebut termasuk datar (flat). Pada beberapa tempat terutama pada tebing – tebing
bukaan tambang memiliki kemiringan lereng tegak dengan kedalaman antara 0,5 m –
3 m mempunyai sudut curam.

B. Stratigrafi Daerah IUP


Klasifikasi satuan stratigrafi daerah pemetaan didasarkan atas kenampakan
dan ciri litologi di lapangan atau disebut juga litostratigrafi. Sedangkan untuk
penamaan atau klasifikasi satuan stratigrafi daerah pemetaan merupakan satuan
litostratigrafi tidak resmi, bukan menggunakan penamaan atas formasi seperti pada
satuan litostratigrafi resmi. Pembagian satuan ini menjadi dasar pemerian deskriptif
ciri fisik dan dominasi batuan yang ada. Berdasarkan hal tersebut daerah tersebut
daerah penelitian tersusun oleh batuan – batuan berumur Plistosen hingga Holosen
yaitu Formasi Endapan Gunungapi Semeru.
 Satuan Endapan lepas pasir - bongkah
Tersusun dari material endapan lepas berukuran pasir, kerikil, kerakal sampai
bongkah yang merupakan hasil sedimentasi pada aliran sungai yang berasal dari
material – material yang dimuntahkan  Gunung Semeru dan diendapkan baik erupsi
langsung maupun pengendapan kembali dari material yang berasal dari lereng
atasnya. Endapan berukuran bongkah umumnya berupa andesit beragam ukuran
yang bercampur dengan batupasir gunungapi. Endapan Pasir merupakan fraksi
anorganik yang berukuran 2,00 – 0,02 mm yang terdiri dari dua, yaitu pasir kasar dan
pasir halus. Berdasarkan pengamatan lapangan dan pengukuran dari sampel
material endapan lepas pasir – bongkah, didapat pasir (ukuran sedang – kasar [0,25
mm – 2 mm] sebesar : 93%), kerikil – kerakal [2 mm – 64 mm] sebesar 5%,
berangkal – bongkah [64 mm - >256 mm] sebesar 2%. Sebarannya terutama mengisi
wilayah sungai Rejali yang merupakan daerah kantong Lahar Gunung Semeru.
Andesit : abu-abu kehitaman, masif, kerikil - bongkah, subangular – subrounded.
Pasir ini memiliki ukuran butir halus sampai kasar, merupakan pasir yang berasal
dari muntahan gunung Semeru dengan warna kehitaman.
Berdasarkan hasil analisa laboratorium dari Laboratorium Mekanika Tanah
dan Batuan Departemen Teknik Sipil FTPSK-ITS Surabaya Jawa Timur dari conto

Bab II - 10
Laporan Rencana Kerja Perpanjangan Tahap Kegiatan Operasi Produksi IUP OP CV. Putra Kartini di Desa Sumberwuluh
Kec. Candipuro Kab. Lumajang, Provinsi Jawa Timur.

pada area IUP berdasarkan Uji Analisa Pembagian Butir dari contoh pasir didapat
hasil yang terdiri dari: Kerikil : 10,790 %, Pasir : 80,530 %, Butiran halus
(lanau+lempung): 6,680 %. Dimana Klasifikasi butir pasirnya berdasarkan sistim
USCS adalah SW (pasir bergradasi baik).
Hasil sifat fisik dan mekanika tanah dari sampel sirtu lainnya adalah sebagai
berikut : berat jenis/Gs = 2,739, berat isi/gm = 1,948 gr/cm3, kadar air/wn = 13,200
%, grup simbol SW, kohesi/c = 0,010 kg/cm2, sudut geser dalam/f = 37,170o.

Gambar 2.6. Kenampakan endapan lepas berukuran pasir – bongkah pada satuan
pasir – bongkah yang merupakan hasil produk dari erupsi Gunung Semeru.

C. Struktur Geologi Daerah IUP

Bab II - 11
Laporan Rencana Kerja Perpanjangan Tahap Kegiatan Operasi Produksi IUP OP CV. Putra Kartini di Desa Sumberwuluh
Kec. Candipuro Kab. Lumajang, Provinsi Jawa Timur.

Struktur geologi daerah penelitian tidak ditemukan, hal ini disebabkan karena
material berupa endapan lepas yang relatif tebal dan batuan penyusun merupakan
batuan berumur Kuarter hasil kegiatan gunungapi.

D. Sumberdaya Geologi
Jenis bahan galian yang ada pada lokasi rencana permohonan ijin usaha
pertambangan milik CV. Putra Kartini adalah jenis komoditas pertambangan Kerikil
Berpasir Alami (Sirtu), dimana jenis material tambang ini merupakan hasil produk
vulkanisme dari Gunung Semeru berupa endapan Gunungapi berukuran pasir
sampai bongkah. Potensi pemanfaatannya adalah sebagai bahan baku/material
bangunan/konstrusi. Litologi di daerah penyelidikan sebagian besar adalah batuan
dan material hasil erupsi gunungapi.
A. Hidroologi
Kecamatan Candipuro merupakan kawasan selatan Kabupaten Lumajang,
adalah daerah sangat subur karena mendapat endapan sedimen dari sungai-sungai
yang mengalirnya. Sungai Rejali, di Kecamatan Candipuro merupakan salah satu
Sungai-sungai yang rawan terhadap bencana banjir lahar Gunung Semeru, Sungai
Rejali adalah sungai yang merupakan bagian dari DAS Rejali yang memiliki panjang
sungai 29 km. DAS Rejali terdiri atas sungai utama Kali Regoyo, Kali Leprak, Kali
Besuk Kobokan, Kali Sumbersari, Kali Besuk Tretes, Kali Curah Lengkong, Kali
Besuk Semut Hulu, dan Kali Rejali dengan potensi material 23 juta meter kubik.
Sistem akuifer yang terdapat pada daerah penelitian termasuk system akuifer
pegunungan vulkanik kuarter yang dikontrol oleh endapan vulkanik berupa
perselingan lava, breksi vulkanik dan tuf berpasir dengan karakteristik sistem
alirannya berupa aliran air melalui ruang antar butir dan rekahan. Pada umumnya
sistem akuifer ini dijumpai pada lava atau breksi hasil kegiatan gunungapi.
Penyebaran akuifer ini di daerah puncak dan tubuh gunungapi, dengan keterusan
sedang sampai tinggi dan debit kecil sampai sedang.
Didaerah penambangan memiliki history banjir lahar dingin/ lahar hujan,
tercatat dari tahun 2014 hingga kini material vulkanis Gunung Semeru tumpah dan
terbawa aliran sungai-sungai di lereng gunung setinggi 3.676 meter di atas
permukaan laut berupa batu, pasir, dan endapan lumpur tersebut terempas hujan
deras yang mengguyur puncak Semeru. Selain itu, guguran material pijar di

Bab II - 12
Laporan Rencana Kerja Perpanjangan Tahap Kegiatan Operasi Produksi IUP OP CV. Putra Kartini di Desa Sumberwuluh
Kec. Candipuro Kab. Lumajang, Provinsi Jawa Timur.

sepanjang bukaan kawah yang masuk ke Sungai Besuk Bang dan Besuk Kembar
juga menyebabkan penumpukan. Karena itu, ketika di atas puncak gunung turun
hujan, air turut menyapu material vulkanik di cerukan-cerukan lereng dan tumpah
menjadi lahar dingin yang mengalir di daerah aliran sungai. Tujuh daerah aliran
sungai saat ini penuh dengan material Kerikil Berpasir Alami, di antaranya daerah
aliran Sungai Glidik, Rejali, dan Besuk, tumpahan lahar dingin Gunung Semeru
menyebabkan sungai-sungai penuh dengan Kerikil Berpasir Alami (Sirtu). Sementara
itu, para penambang pasir galian C di sungai-sungai yang dialiri lahar dingin
mengeruk endapan. Pemerintah Kabupaten Lumajang menetapkan enam wilayah
kecamatan masuk dalam zona merah bahaya lahar dingin Gunung Semeru setelah
hujan mulai mengguyur sebagian wilayah Kabupaten Lumajang, termasuk di sekitar
Gunung Semeru. Enam kecamatan tersebut adalah Kecamatan Pronojiwo,
Tempursari, Pasirian, Candipuro, Pasrujambe, dan Kecamatan Tempeh. Kecamatan-
kecamatan tersebut merupakan wilayah yang dilalui tiga alur utama aliran lahar
dingin Gunung Semeru, yakni Daerah Aliran Sungai (DAS) Mujur, DAS Glidik, dan
DAS Rejali.

2.2. Rencana eksplorasi lanjutan


Kegiatan eksplorasi lanjutan tidak dilaksanakan oleh CV. Putra kartini,
disebabkan kondisi endapan sirtu pada daerah IUP dan sekitarnya relative tidak tidak
memiliki karakteristik geologi yang komplek, serta kondisi pengisian endapan yang
relative cepat terisi oleh sedimentasi oleh aliran aktif dari sungai rejali.
2.3. Estimasi sumberdaya dan cadangan
2.3.1. Sumberdaya
A. Metoda
Estimasi sumberdaya ini dilakukan dengan menggunakan seluruh data hasil
kegiatan pemetaan eksplorasi geologi di area IUP dan sekitarnya. Selanjutnya
dilakukan interpretasi potensi sumberdaya yang ada berdasarkan karakteristik
sebaran sirtu yang dijumpai metode perhitungan sumberdaya yang mengacu kepada
perhitungan sumberdaya dan cadangan kode SNI 4726 tahun 2019.
B. Parameter Estimasi
Perhitungan potensi sumberdaya dihitung berdasarkan intensitas
penyelidikan yang erat hubungannya dengan banyaknya data geologi yang

Bab II - 13
Laporan Rencana Kerja Perpanjangan Tahap Kegiatan Operasi Produksi IUP OP CV. Putra Kartini di Desa Sumberwuluh
Kec. Candipuro Kab. Lumajang, Provinsi Jawa Timur.

tersedia sebagai bahan evaluasi geologi dan perhitungan sumberdaya pasir


pasang dang tanah urug. Klasifikasi sumberdaya berdasarkan SNI 4726-2019
tentang pedoman, pelaporan sumberdaya dan cadangan bahan galian, dimana dapat
dikategorikan:
 Sumberdaya mineral tereka (inferred mineral resource): bagian dari
sumber daya mineral total yang diestimasi meliputi tonase, densitas, bentuk,
dimensi, kimia, kadar, dan kandungan mineralnya hanya dapat diperkirakan
dengan tingkat kepercayaan yang rendah. Titik pengamatan yang mungkin
didukung oleh data pendukung dan keyakinan geologi rendah tidak cukup
untuk membuktikan kemenerusan cebakan mineral dan kadarnya.
 Sumberdaya mineral tertunjuk (indicated mineral resource): bagian dari
sumber daya mineral total yang diestimasi meliputi tonase, densitas, bentuk,
dimensi, kimia, kadar, dan kandungan mineralnya dapat diperkirakan dengan
tingkat kepercayaan yang beralasan, didasarkan pada informasi yang
didapatkan dari titik pengamatan yang mungkin didukung oleh data
pendukung dan keyakinan geologi medium. Titik pengamatan yang ada cukup
untuk menginterpretasikan kemenerusan cebakan mineral, tetapi tidak cukup
untuk membuktikan kemenerusan kadar dan kandungan mineralnya
 Sumberdaya mineral terukur (measured mineral resource): bagian dari
sumber daya mineral total yang diestimasi meliputi tonase, densitas, bentuk,
dimensi, kimia, kadar, dan kandungan mineralnya dapat diperkirakan dengan
tingkat kepercayaan tinggi, didasarkan pada informasi yang didapat dari titik
pengamatan yang mungkin didukung oleh data pendukung dan keyakinan
geologi tinggi. Titik pengamatan jaraknya cukup berdekatan untuk
membuktikan kemenerusan kadar dan kandungan mineralnya. Pada tahapan
ini kajian ekonomisnya pada tingkatan studi pelingkupan
C.Jumlah dan Klasifikasi Sumberdaya
Sebaran litologi yang merupakan komoditas tambang sirtu yang menyusun di
daerah pemetaan, menyebar pada dataran fluvial yang berada di area permohonan
IUP yang memiliki luas prospek seluas 31,8 Ha. Penghitungan potensi sumberdaya
dilakukan dengan cara volumetrik menggunakan peta dasar peta topografi (Peta RBI
skala 1 : 25.000) dan hasil pengukuran penyebaran bahan galian di lapangan.
Analisa perhitungan sumberdaya menggunakan bantuan software GIS dengan

Bab II - 14
Laporan Rencana Kerja Perpanjangan Tahap Kegiatan Operasi Produksi IUP OP CV. Putra Kartini di Desa Sumberwuluh
Kec. Candipuro Kab. Lumajang, Provinsi Jawa Timur.

metode TIN (Triangular Irregular Network) dari peta kontur ketinggian yang ada, yang
telah dilakukan pengeplotan pada tahap sebelumnya. Metode penghitungan
sumebrdaya disesuaikan dengan peta topografi yang ada. Perhitungan cadangan
dengan software ini pada prinsipnya sama dengan prinsip perhitungan sumberdaya
dengan metode kerucut terpancung untuk masing-masing segmen luasan tiap kontur.
Berdasarkan kondisi lokasi iup yang berada di Sungai Rejali yang merupakan
Kantong Lahar G. Semeru, dimana disebabkan aktivitas bencana primer Gunung
Semeru terjadi hampir sepanjang tahun, mengakibatkan volume endapan bahan
vulkanik bertambah. Endapan tersebut belum mengalami konsolidasi masih bersifat
lepas, sehingga berpotensi menjadi aliran debris, terutama pada musim penghujan.
Aliran debris yang mengalir di sungai yang berhulu dari Gunung Semeru, terutama di
Sungai Rejali yang termasuk pada DAS Rejali, setiap tahunnya akan mengisi kembali
bukaan galian tambang pasir di sepanjang aliran Sungai Rejali, walaupun dilakukan
penambangan dengan kapasitas yang lebih besar dari kapasitas yang disetujui di
laporan FS sebelumnya, akibat adanya siklus banjir yang terjadi maka area IUP akan
sanantiasa terisi kembali oleh sedimen pasir. Elevasi terendah kondisi eksisting
adalah pada level 370 m dpl dan tertinggi adalah pada level 422 m dpl. Base level
untuk lantai / batas bawah tambang terendah adalah 368 m dpl (mengikuti level
kontur terendah dan sedikit lebih tinggi dari elevasi terendah). Ketebalan lapisan
pasir yang digunakan untuk perhitungan sumberdaya adalah sekitar 5 m. Base level
untuk lantai / batas bawah tambang terendah adalah 69 m dpl (mengikuti level
kontur terendah dan sedikit lebih tinggi dari elevasi terendah). Adapun berat jenis dari
sirtu sebesar 1,7. Dari deliniasi sebaran luasan sirtu yang masuk dalam wilayah IUP
serta parameter – parameter tersebut diatas dapat dilakukan perhitungan estimasi
sisa sumberdaya sirtu adalah sebagaimana dapat dilihat dalam tabel estimasi
perhitungan sumberdaya sirtu.

Bab II - 15
Laporan Rencana Kerja Perpanjangan Tahap Kegiatan Operasi Produksi IUP OP CV. Putra Kartini di Desa Sumberwuluh Kec. Candipuro Kab. Lumajang, Provinsi Jawa Timur.

Tabel 2.1. Sumberdaya Sisa


No. Nama
Blok/ Sumber Daya Competent Luas (M²)
Prospek Tereka Tertunjuk Terukur Person

Volume Tonase Volume Tonase Volume Tonase

(m3) (m3) (m3)


1 Blok 1 791,761 1,345,994 628,649 1,068,70 565,527 961,396 Suyanto,ST 81,036
3
2 Blok 2 656,341 1,115,780 520,313 884,532 388,205 659,949 67,513
3 Blok 3 735,011 1,249,519 583,249 991,523 432,000 734,400 75,073
4 Blok 4 578,741 983,860 458,233 778,996 337,725 574,133 60,154
5 Blok 5 323,441 549,850 253,993 431,788 184,543 313,723 34,224
3,085,29 5,245,002 2,444,437 4,155,54 1,908,000 3,243,600 318,000
5 3

Bab II - 16
Laporan Rencana Kerja Perpanjangan Tahap Kegiatan Operasi Produksi IUP OP CV. Putra Kartini di Desa Sumberwuluh
Kec. Candipuro Kab. Lumajang, Provinsi Jawa Timur.

2.3.2. Cadangan
A. Metoda
Cadangan bahan galian adalah bagian dari sumber daya mineral tertunjuk
dan/atau terukur yang dapat ditambang secara ekonomis. Dalam proses estimasi
cadangan mineral, kajian yang tepat pada tingkat minimum Prastudi Kelayakan (Pre
FS) harus sudah dilakukan dengan mempertimbangkan semua factor pengubah
(modifying factors) yang relevan, meliputi teknis penambangan, pengolahan,
metalurgi, sarana dan prasarana, ekonomi, pemasaran, legal, lingkungan, sosial, dan
peraturan perundang-undangan. Kajian tersebut harus bisa mendemonstrasikan
bahwa cadangan mineral tersebut secara teknis dapat ditambang dan
menguntungkan. Berdasarkan tingkat keyakinannya, cadangan mineral dibagi
menjadi cadangan terkira dan cadangan terbukti. Cadangan terkira memiliki tingkat
keyakinan yang lebih rendah dibandingkan cadangan terbukti.
B. Parameter Estimasi
Cadangan endapan dilaporkan termasuk di dalamnya material bernilai
ekonomis marginal. Istilah “dapat ditambang secara ekonomis” berarti bahwa
cadangan endapan bahan galian telah menunjukkan layak ditambang didasarkan
pada asumsi finansial yang beralasan. Istilah “asumsi yang realistik” dapat diartikan
beragam, tergantung pada jenis karakter mineralisasi, tingkatan studi yang telah
dilakukan dan kriteria finansial. Dengan alasan ini, dapat saja tidak ada definisi yang
baku untuk istilah “dapat ditambang secara ekonomis”.
Untuk mendapatkan tingkat keyakinan yang dibutuhkan dalam faktor
pengubah, studi yang tepat harus sudah dilakukan sebelum cadangan bahan galian
ditentukan. Studi ini harus sudah menentukan suatu perencanaan tambang yang
secara teknis dapat dikerjakan dan layak secara ekonomis, sehingga berdasar hal
tersebut cadangan mineral dapat ditentukan. Studi ini bisa saja tidak perlu setara/
selevel dengan tingkatan studi kelayakan akhir.
Parameter estimasi dan perhitungan cadangan yang digunakan untuk studi
eksplorasi tahun 2017 ini adalah ketebalan lapisan SIRTU (dipakai ketebalan 2 m
dari level terendah pada batas IUP untuk lapisan SIRTU, luas area zona prospek
yang masuk wilayah IUP, berat jenis dari sirtu sebesar 1,7. Loose Factor yang
digunakan sebesar 5% juga dimasukkan parameter perhitungan cadangan.

Bab II - 17
Laporan Rencana Kerja Perpanjangan Tahap Kegiatan Operasi Produksi IUP OP CV. Putra Kartini di Desa Sumberwuluh
Kec. Candipuro Kab. Lumajang, Provinsi Jawa Timur.

Berdasarkan kondisi lokasi iup yang berada di Sungai Rejali yang merupakan
Kantong Lahar G. Semeru, dimana disebabkan aktivitas bencana primer Gunung
Semeru terjadi hampir sepanjang tahun, mengakibatkan volume endapan bahan
vulkanik di sekitar puncak semakin bertambah. Endapan tersebut belum mengalami
konsolidasi masih bersifat lepas, sehingga berpotensi menjadi aliran debris, terutama
pada musim penghujan. Aliran debris yang mengalir di sungai yang berhulu dari
Gunung Semeru, terutama di Sungai Lerpak yang termasuk pada DAS Rejali, setiap
tahunnya akan mengisi kembali bukaan galian tambang pasir di sepanjang aliran
Sungai Rejali. Sehingga asumsi dan pendekatan metode perhitungan terpotensi
cadangan yang digunakan adalah volumetrik dari ketinggian kontur terendah dan
tertinggi di area IUP CV. Putra Kartini di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro,
Kabupaten Lumajang. Maka didapat hasil sebagai berikut :
- Luas yang dapat ditambang = 31,8 ha / 318.000 m2
- Kedalaman yang diperkenankan = 2,00 m
a. Asumsi kapasitas material dalam 1 tahun terisi sebanyak 50% dari
yang ada.
Luas yang dapat ditambang = 318.000 m²
Volume = 318.000 x 2
= 636.000 m³
Jumlah hari efektif dalam 1 tahun = 250 hari,
b. Perhitungan produksi dengan menggunakan alat angkut Dump Truk
(DT) dengan kapasitas angkutnya 8 m³/rit mengangkut dari lokasi
penambangan dengan sistem beli di tempat.
= 150 rit / hari.
Bila 150 DT = 300.000 m³/tahun.
Maka efektifitas produksi = a/b
= 636.000 m³ / 300.000 m³ pertahun
= 2,1 tahun
Untuk persiapan penambangan, jeda pengisian kembali Sirtu karena area IUP
merupakan daerah kantong lahar jadi mempunyai siklus pengisian material vulkanik
Gunung Semeru setiap siklus banjir terisi kembali sebanyak 100% dari yang ada,
setelah pengisian selesai maka akan dilakukan penambangan lagi dengan volume
dan kapasitas produksi yang sama, sehingga dalam kaitanya dengan kondisi ini

Bab II - 18
Laporan Rencana Kerja Perpanjangan Tahap Kegiatan Operasi Produksi IUP OP CV. Putra Kartini di Desa Sumberwuluh
Kec. Candipuro Kab. Lumajang, Provinsi Jawa Timur.

maka dalam ini kaidah umur tambang tidak berlaku karena sanantiasa ada pengisian
kembali area IUP akibat pengendapan kembali.
Tabel 2.2. perhitungan resedimentasi
Parameter Nilai Satuan
Cadangan tertambang saat ini 636.000 m3
Kapasitas Produksi/tahun 300.000 m3/tahun
Volume sedimen saat banjir 1.908.000 m3
Minimal Banjir/tahun 3 tahun
Cadangan Terbukti 1,803,579 m3
Luasan IUP OP 31,8 Ha
Perkiraan Sedimen saat banjir 1.908.000 m3

Dari tabel tersebut juga diketahui umur bahan galian selama 1 tahun periode
banjir dan resedementasi jumlah bahan galian yang masuk ke dalam IUP sebesar
1.908.000 m3 selama 1 tahun. Jadi dapat diasumsikan bahwa kaidah umur tambang
tidak berlaku .karena senantiasa ada pengisian kembali didalam area IUP.
Domain pemodelan metoda yang digunakan untuk menghitung estimasi
cadangan dilakukan dengan cara volumetrik menggunakan bantuan software GIS
dengan metode TIN (Triangular Irregular Network) dari peta kontur ketinggian yang
ada, yang telah dilakukan pengeplotan batas sebaran lateral dan vertical bahan
galian pada tahap sebelumnya.
C. Jumlah dan Klasifikasi Cadangan
Klasifikasi yang digunakan untuk perhitungan potensi sumberdaya dan
cadangan adalah berdasarkan klasifikasi perhitungan sumberdaya dan cadangan
(SNI 4726-2019).
 Cadangan mineral terkira merupakan bagian bagian dari sumber daya
mineral tertunjuk yang dapat ditambang secara ekonomis setelah semua
faktor pengubah yang relevan dipertimbangkan. Cadangan mineral terkira juga
bias diartikan sebagai bagian dari sumber daya mineral terukur yang dapat
ditambang secara ekonomis, namun hasil penilaian terhadap faktor pengubah
menunjukkan bahwa terdapat ketidakpastian pada salah satu atau lebih dari
faktor pengubah tersebut. Ini termasuk material dilusi dan material hilang yang
kemungkinan terjadi pada saat material ditambang. Pengkajian dan studi yang
tepat harus sudah dilaksanakan, dan termasuk pertimbangan dan modifikasi
mengenai asumsi faktor-faktor yang realistis mengenai penambangan,
pengolahan/pemurnian, ekonomi, pemasaran, hukum, lingkungan, sosial, dan
Bab II - 19
Laporan Rencana Kerja Perpanjangan Tahap Kegiatan Operasi Produksi IUP OP CV. Putra Kartini di Desa Sumberwuluh
Kec. Candipuro Kab. Lumajang, Provinsi Jawa Timur.

peraturan pemerintah. Cadangan mineral terkira memiliki tingkat keyakinan


yang lebih rendah dibanding dengan cadangan mineral terbukti, tetapi sudah
memiliki kualitas yang cukup sebagai dasar membuat keputusan untuk
pengembangan suatu cebakan.
 Cadangan mineral terbukti merupakan bagian dari sumber daya mineral
terukur yang dapat ditambang secara ekonomis, setelah terdapat kepastian
terhadap faktor pengubah terkait yang dipertimbangkan. Pengkajian dan studi
yang tepat harus telah dilaksanakan, dan termasuk pertimbangan dan
modifikasi mengenai asumsi faktor-faktor yang realistis mengenai
penambangan, pengolahan/pemurnian, ekonomi, pemasaran, hukum,
lingkungan, sosial, dan peraturan pemerintah. Cadangan mineral terbukti
mewakili tingkat keyakinan tertinggi dari estimasi cadangan.

Bab II - 20
Laporan Rencana Kerja Perpanjangan Tahap Kegiatan Operasi Produksi IUP OP CV. Putra Kartini di Desa Sumberwuluh Kec. Candipuro Kab. Lumajang, Provinsi Jawa Timur.

Tabel 2.2. Perhitungan Estimasi Cadangan Sisa


No. Nama Cadangan Competent Luas
Blok/Prosfek Person (M²)

Terkira Terbukti
Volume Tonase Volume Tonase
(m3) (m3)
1 Blok 1 565,527 961,396 608,981 1,035,268 Suyanto, ST 81,036
2 Blok 2 388,205 659,949 418,721 711,826 67,513
3 Blok 3 432,000 734,400 357,606 607,930 75,073
4 Blok 4 337,725 574,133 277,471 471,701 60,154
5 Blok 5 184,543 313,723 149,221 253,676 34,224
Total 1,908,000 3,243,600 1,812,000 3,080,400 318,000

Bab II - 21

Anda mungkin juga menyukai