Anda di halaman 1dari 57

Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

BAB V. HASIL POTENSI SUMBER DAYA MINERAL DI WILAYAH COASTAL


PAPUA

5.1. Penafsiran Citra Landsat Untuk Potensi Sumber Daya Mineral.


Dengan menggunakan perangkat lunak system informasi geografis (SIG) untuk
aspek kebumian khususnya untuk mengidentifikasi sebaran bahan tambang diwilayah
pesisir / coastal dapat dilakukan dengan penafsiran citra landsat. Dalam citra landsat yang
direkam melalui sensor yang aktif dapat memancarkan gelombang mikro ke bumi dan
menangkap gelombang yang dipancarkan kembali oleh obyek di bumi. Sinyal balik yang
diperoleh memberikan gambaran kondisi permukaan bumi sehingga dapat digunakan
dalam aplikasi untuk pemetaan struktur geologi, geomorfologi, kelembaban dan vegetasi.
Juga dapat membantu dalam menunjukkan korelasi kontak antara satuan batuan, struktur
kelurusan dan struktur melingkar yang dapat ditafsirkan sebagai adanya manifestasi
gejala intrusi (yang mengindikasikan gejala mineralisasi).
Berdasarkan analisis citra landat wilayah Papua dapat menggambarkan jejak
manifestasi gejala pola kelurusan struktur dan struktur melingkar seperti pada Gambar
5.1, dimana memperlihatkan pola struktur yang saling memotong dan melingkar. Gejala
tersebut merupakan jejak adanya tubuh intrusi yang menerobos pada batuan samping,
juga zona-zona rekahan-rekahan yang merupakan jalur bukaan untuk zonasi pembawa
mineralisasi. Sedangkan yang dibawahnya memperlihatkan kenampakan gejala struktur
lipatan (antiklin dan sinklin) yang diperlihatkan berbentuk topografi yang memanjang
yang mengindikasikan sebagai jurus lapisan (Gambar 5.2).

Potensi sebaran mineralisasi emas dan ikutannya


Kontrol struktur, circular feature, fractures

Gambar 5.1. Peta Citra Landsat dan hasil penafsiran struktur geologi yang
menggambarkan sebaran mineralisasi emas dan ikutannya.

Laporan Akhir V-1


Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Potensi sebaran mineral energi (batubara, gambut)


Kontruk struktur lipatan (antiklin-sinklin)

Gambar 5.2. Peta Citra Landsat dan hasil penafsiran struktur geologi yang
menggambarkan struktur lipatan antiklin / sinklin adanya indikasi
sebaran batubara.

Sedangkan bentang alam morfologi sungai yang terdapat disekitar pantai antara lain
: kipas alluvial/alluvial fan, sungai teranyam/ braided stream, tekuk sungai/ point bar,
gosong pasir/bar river, undak sungai/terrace river, danau tapal kuda/ oxbow lake, dataran
banjir/ flood plain, tanggul alam/ levee, meandering dan delta

Gambar 5.3. Wilayah coastal timurlaut dari kota Nabire yang menggambarkan pola
meandering (berdasarkan citralandsat band 4,5 dan 7).

Laporan Akhir V-2


Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Gambar 5.4. Wilayah coastal timur kota Jayapura yang menggambarkan pola pematang
pantai, meandering dan oxbow (berdasarkan citralandsat band 4,5 dan 7).

Gambar 5.5. Wilayah coastal kota Merauke yang menggambarkan pola pematang
pantai. Meandering dan oxbow (berdasarkan citralandsat band 4,5 dan 7).

5.2. Hasil Penyelidikan Geologi Lapangan


Untuk mengungkap kondisi geologi kaitannya dengan keberadaan potensi
sumberdaya mineral di Papua telah dilakukan penafsiran citra landsat dan pengamatan
geologi lapangan pada beberapa lokasi terpilih dengan memperhatikan keberadaan
sebaran potensi sumber daya mineral yang dijumpai seperti bentang alam, jenis batuan,
struktur geologi (patahan, rekahan), luasan sebaran (panjang dan lebar), ketebalan dan
karakteristiknya. Berdasarkan hasil yang diperoleh seperti terlihat pada Tabel 5.1 dan
Gambar 5.6a – 5.6d.
Laporan Akhir V-3
Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Tabel 5.1. Parameter dan karakteristik lingkungan geologi wilayah coastal disetiap Kabupaten di provinsi Papua.

Parameter Utara Selatan


Jayapura Sarmi Waropen Nabire Mimika Merauke
Pematang
Bentang Pematang pantai pantai, lagoon,
Pematang pantai Pematang pantai Pematang pantai Pematang pantai, lagoon
alam pantai Wave cut plat form barrier
Morfologi
sungai oxbow,
wilayah Meandering, Meandering, oxbow oxbow, meandering oxbow, meandering
meandering
coastal
Merauke,Digul,
Omba,Urama, Kumbe, Bian,
Sungai Kapare,Kawarpea, Koro,
DAS (daerah Sungai Biri,Kuanto,
Waren,Gajar,Sabia, Tuuga,Limari, Pesawai, Hellwig,Lorent
aliran Sekamto, Bier,Verkam,Timwah, Sirowo,
Saroringga, Akluna, Kipia, Mupuruka, z,
sungai) Gesa,Sarumi
Wapoga Mamoa,Akamuga, Surets,Ellande
Turpedo m
Panjang
pantai ± 170 km ± 210 km ± 330 km ± 340 km ± 910 km ± 330 km
Legare Buru
Pegunungan Cyclops, Jar, Bougenvile - - -
Rona Tektur
Citra Halus – sedang-kasar Halus – sedang-kasar Halus – sedang-kasar Halus – sedang-kasar Halus - sedang Halus - sedang
Endapan Aluvium (Qa) Endapan Aluvium (Qa) Endapan Aluvium (Qa) Endapan Aluvium (Qa) Endapan rawa bahan End sungai
kerikil,pasir,lanau; Kipas kerikil,pasir,lanau; kerikil,pasir,lanau; kerikil,pasir,lanau; Estuari (Ql) muda (Qr1)
aluvium (Qf), Batugamping koral (Qcl) Batugamping terumbu Batugamping koral (Qcl) lumpur,lanau,pasir,gamb lumpur, lanau,
pasir,kerikil; btgmpng, pasir; Endapan (Qf) bt gpng, btpasir btgmpng, pasir; Batuan ut; Endapan aluvium pasir, gambut;
Batugamping koral (Qcl) lumpur (Qmd) lumpur, gampingan; gunungapi Wanggar (Qa) kerikil, pasir, lanau; endapan
btgmpng, pasir; Formasi lempung lembek; Formasi Batulempung (Qpw): bt.gpng n, lava Fanglomerat (Qf) sunga tua
Jayapura (Qpj): Jayapura (Qpj): Batugamping Wapoga(QTw) basalt, porfir; Batulumpur konglomerat, pasir, (Qr2)
Batuan Batugamping koral- koral-ganggang, bt.gpng bat.lmpng sisipan Bumi (TQbm), bt.lumpur lanau; Konglomerat pasir,lempung
ganggang, bt.gpng napal, napal; For.Kukunduri bt.pasir lanau,lapili, pasiran, lanau, bt.pasir; undak (Qt) breksi, dataran banjir,
napal, napal; Endapan (Qpk), konglomerat, pasir, gambut; Batulumpur Konglomerat Karado konglomerat,pasir; endapan rawa
lumpur (Qmd), lempung, lempung, campuran sisa Bumi (QTb) bt lumpur (Tpka), konglomerat, For.Buru (Tmpb), muda (Qs)
lumpur; Formasi Unk tumbuhan; Batuan campur sisipan bt.pasir, lensa batupasir, kerakal; bt.lempung gampingan, lempung,lanau
(Qtu), greywacke, aduk (Qc), bt.gamping; Konglomerat Diewewa serpih pasiran, bahan
batulempung, lanau, lempung,tergerus,lumpur,bon Konglomerat (Tpd), konglomerta bt.gamping, batubara, karbonan;

Laporan Akhir V-4


Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

napal, konglomerat; gkah2; Formasi Unk (Qtu), Diewewa(Tpd) polimik; Monzonit Timepa lignit; Intrusi Ilaga (Tp) endapan rawa
For.Aurimi (Tmpa), greywacke, batulempung, konglomerat, (Tmpt), diorit kuarsa, diorit, diorit kuarsa; tua (Qs)
batupasir, bat.lmpng, lanau, napal, konglomerat; bt.psir,bt.lmpng,bt.lan monzonit; For.Buru Batuan gunungapi lempung,pasir,
sisipan bt.gamping, For.Aurimi (Tmpa), napal, au; Batupasir (TQbn), bat.lumpur, napal; (Tpv), andesit, tuff; gambut;
lanau, napal; For.Benai batupasir, bat.lmpng, sisipan Samoringsu (Tos) Batuan gunungapi Nabire Kelompok Batuan Nugini endapan
(Tmpb), bt.gamping bt.gamping, lanau, napal; batupasir sisipan (Tmpn), basal, andesit, (KTmn) kalkarenit, pantai (Qc)
halus-kasar,pejal; For.Makats (Tmn), greywacke, batugamping; aglomerat; Diorit Utawa dolomit, pasir; Kelompok pasir lepas
For.Makats (Tmn), bt.lanau,bt.lempung, serpih, Batugamping Moor (Tmo), diorit, diorit Kembelangan (JKk),
greywacke, napal; For.Darante (Tomd), (Tem) kuarsa; Batuan Malihan batupasir; Formasi
bt.lanau,bt.lempung, bt.gpng koral, sisipan Derewo (Td), batusabak, Tipuma (Tjkt), bt.lumpur
napal; For.Nubai (Tomn), bt.gnapi, tak berlapis; For.Biri filit; Kelompok bat.gn.api merah, hijau; For.Aiduna
bt.gpng biomikrit, (Tob) kalsilutit, serpih, sisipan Auwewa (Mta), batuan (pa), bt.psir litik,
napal,bt.pasir; lava; For.Auwewa (Toma) lava basal, andesit; Batuan mikaan, felspar, serpih
For.Auwewa (Toma) lava basalt, diabas, andesit, gn.api Tobo (Tk), karbonan; For.Modio
basalt, diabas, andesit, aglomerat,breksi gn.api, tufa; aglomerat, tufa, lava (Dm), btudolo,
aglomerat,breksi gn.api, Gabro,Diorit (m) terpropilitisasi; Amfibolit rijang,bt,gmping, lanau,
tufa; Gabro,Diorit (m) teruraikan,terbreksikan; (Ktpa), amfibol kuarsa; bt.pasir; For Tuaba (Ot),
teruraikan,terbreksikan; ultra mafik (um), Genes Wandamen btupasir kuarsa,
ultra mafik (um), harzburgit,dunit, (Tmpw), genes muskovit, konglomerat;
(harzburgit,dunit, serpentinit); Malihan Cyclop sekis biotit,granuli; Bancuh For.Otomona (Peo),
serpentinit); Malihan (pTmc), sekis, genes, Tektonik (Tmx), pecahan bt.psir masif, keatas
Cyclop (pTmc), sekis, filit,ampbibole,aktinolit ukuran pasir-bongkah2 lanau, bt.pasir halus.
genes, dari batuan tua; For.Kopai
filit,ampbibole,aktinolit (Jko) batulumpur,serpih
gampingan; Batugamping
Imskin (Kti); Batuan
Paleozoikum
(PzMo),serpih,filit,
batusabak;
Batuan ultra mafik (Mu),
serpentinit hijau, hitam,
terserpentinitkan;
For.Tipuma (TRjk), serpih
lanau, perselingan
batupasir tela; Granite
Kwatisore (PRk), granit
merah muda, kelabu
muda; Batuan
Paleozoikum (Pzu), serpih,

Laporan Akhir V-5


Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

kuarsit, filit.
Patahan turun, geser, Patahan turun, geser, naik, Patahan turun, geser, Patahan turun, geser, naik,
Struktur Patahan, lipatan
naik, lipatan (antiklin- lipatan (antiklin-sinklin) naik, lipatan (antiklin- lipatan (antiklin-sinklin) patahan
Geologi (antiklin-sinklin)
sinklin) sinklin)
Sedimentasi, tektonik, Sedimentasi, tektonik, Sedimentasi, tektonik, Sedimentasi, tektonik,
Proses terobosan terobosan terobosan terobosan Sedimentasi, tektonik, Sedimentasi

Laporan Akhir V-6


Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Gambar 5.6a. Lintasan geologi kaitannya dengan potensi sumber daya mineral di wilayah coastal Kabupaten Jayapura.

Laporan Akhir V-7


Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Gambar 5.6b. Lintasan geologi kaitannya dengan potensi sumber daya mineral di wilayah coastal Kabupaten Jayapura.
Laporan Akhir V-8
Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Gambar 5.6c. Lintasan geologi kaitannya dengan potensi sumber daya mineral di wilayah coastal Kabupaten Jayapura.

Laporan Akhir V-9


Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Gambar 5.6d. Lintasan geologi kaitannya dengan potensi sumber daya mineral di wilayah coastal Kabupaten Jayapura.

Laporan Akhir V-10


Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Gambar 5.6e. Lintasan geologi kaitannya dengan potensi sumber daya mineral di wilayah coastal Kabupaten Jayapura.
Laporan Akhir V-11
Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Gambar 5.6f. Lintasan geologi kaitannya dengan potensi sumber daya mineral di wilayah coastal Kabupaten Sarmi.
Laporan Akhir V-12
Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Gambar 5.6g. Lintasan geologi kaitannya dengan potensi sumber daya mineral di wilayah coastal Kabupaten Sarmi.
Laporan Akhir V-13
Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Gambar 5.6h. Lintasan geologi kaitannya dengan potensi sumber daya mineral di wilayah coastal Kabupaten Waropen.
Laporan Akhir V-14
Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Gambar 5.6i. Lintasan geologi kaitannya dengan potensi sumber daya mineral di wilayah coastal Kabupaten Waropen.

Laporan Akhir V-15


Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Gambar 5.6j. Lintasan geologi kaitannya dengan potensi sumber daya mineral di wilayah coastal Kabupaten Waropen.

Laporan Akhir V-16


Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Gambar 5.6k. Lintasan geologi kaitannya dengan potensi sumber daya mineral di wilayah coastal Kabupaten Nabire.
Laporan Akhir V-17
Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Gambar 5.6l. Lintasan geologi kaitannya dengan potensi sumber daya mineral di wilayah coastal Kabupaten Nabire.
Laporan Akhir V-18
Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Gambar 5.6m. Lintasan geologi kaitannya dengan potensi sumber daya mineral di wilayah coastal Kabupaten Merauke.

Laporan Akhir V-19


Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Gambar 5.7. Citra Landsat wilayah coastal Kab. Jayapura, Papua.

Gambar 5.8. Peta geologi wilayah coastal Kab. Jayapura, Papua (berdasarkan penafsiran
citra, data regional dan pengamtan lapangan).
Laporan Akhir V-
2020
Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Gambar 5.9. Citra Landsat wilayah coastal Kab. Sarmi, Papua.

Gambar 5.10. Peta geologi wilayah coastal Kab. Sarmi, Papua (berdasarkan penafsiran
citra, data regional dan pengamtan lapangan)

Laporan Akhir V-
2121
Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Gambar 5.11. Citra Landsat wilayah coastal kab. Yapen dan Waropen, Papua.

Gambar 5.12. Peta geologi wilayah coastal Kab. Yapen dan Waropen, Papua
(berdasarkan penafsiran citra, data regional dan pengamatan lapangan).
Laporan Akhir V-
2222
Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Gambar 5.13. Citra Landsat wilayah coastal Kab. Nabire, Papua.

Gambar 5.14. Peta geologi wilayah coastal Kab. Nabire, Papua (berdasarkan penafsiran
citra, data regional dan pengamatan lapangan).

Laporan Akhir V-
2323
Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Gambar 5.15. Citra Landsat wilayah coastal Kab. Merauke, Papua.

Gambar 5.16. Peta geologi wilayah coastal Kab. Merauke, Papua (berdasarkan
penafsiran citra, data regional dan pengamatan lapangan)
Laporan Akhir V-
2424
Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Gambar 5.17. Citra Landsat wilayah coastal Kab. Mimika, Papua.

Gambar 5.18. Peta geologi wilayah coastal Kab. Mimika, Papua (berdasarkan penafsiran
citra, data regional dan pengamatan lapangan)
Laporan Akhir V-
2525
Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

5.3. Sebaran Potensi Sumber Daya Mineral


Keterdapatan, penyebaran dan genesa bahan galian di wilayah coastal bagian
utara dan selatan Provinsi Papua dipengaruhi oleh kondisi geologi, stratigrafi, dan struktur
geologi daerah tersebut. Berdasarkan hasil yang diperoleh potensi sebaran bahan
tambang di wilayah coastal Papua seperti pada Tabel 5.2 dan Gambar 5.19.

Laporan Akhir V-
2626
Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Tabel 5.2. Jenis komoditas mineral logam, non logam, batuan, dan energi di wilayah coastal disetiap Kabupaten di Papua.

Utara Selatan
Jenis
komoditas Jayapura Sarmi Waropen Nabire Mimika Merauke
Logam Emas, Nickel Pasir besi Pasir besi Emas, pasir besi Emas
Lempung, Lempung,
Bukan Logam Batugamping Lempung, Batugamping Batugamping Lempung, pasir kuarsa Pasir kuarsa lempung
Sirtu (Pasir batu),
batugamping,
Marmer, Sirtu, tanah urug, Granit, Sirtu (pasir – batu),
Batuan Sirtu,batugamping sirtu Pasir, lanau
Serpentinit, gabro, marmer pasir
peridotit
Energi batubara batubara batubara batubara gambut gambut

Laporan Akhir V-27


Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Gambar 5.19. Peta sebaran potensi sumber daya mineral di wilayah coastal Papua.
Laporan Akhir V-28
Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Gambar 5.20. Peta sebaran sumber daya mineral wilayah coastal Kab. Jayapura, Papua

Gambar 5.21. Peta sebaran sumber daya mineral wilayah coastal Kab. Sarmi, Papua.
Laporan Akhir V-29
Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Gambar 5.22. Peta sebaran sumber daya mineral wilayah coastal Kab. Waropen, Papua

Gambar 5.23. Peta sebaran sumber daya mineral wilayah coastal Kab. Nabire, Papua

Laporan Akhir V-30


Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Gambar 5.24. Peta sebaran sumber daya mineral wilayah coastal Kab. Merauke, Papua

Gambar 5.25. Peta sebaran sumber daya mineral wilayah coastal Kab. Mimika, Papua
Laporan Akhir V-31
Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Komoditas Mineral Logam


Emas dan ikutannya
Genesa : Mineralisasi emas dan ikutannya di Kabupaten Jayapura, Nabire, Provinsi Papua
bagian utara ini diduga berhubungan dengan intrusi batuan andesit dan granodiorit yang
berumur Miosen Tengah hingga Miosen Akhir. Sedangkan dibagian selatan Kabupaten
Mimika juga berhungan dengan intrusi batuan andesit dan granodiorit yang berumur
Miosen Tengah hingga Miosen Akhir.
Bijih emas primer ini dijumpai di alam sebagai bijih oksida, bijih sulfida dan bijih
kompleks. Bijih emas primer terbentuk oleh proses mineralisasi atau alterasi hidrotermal
yang merupakan proses yang cukup komplek dan melibatkan perubahan mineralogi,
kimiawi dan tekstur akibat hasil interaksi fluida dengan batuan samping yang dilewatinya.
Perubahan tersebut akan tergantung pada karakter batuan dinding atau batuan samping,
karakter fluida (Eh dan pH), kondisi tekanan maupun temperatur pada saat reaksi
berlangsung (Corbett dan Leach, 1996).
Faktor-faktor kimia fluida kemungkinan merupakan faktor yang paling berpengaruh pada
proses alterasi hidrotermal (Corbett and Leach, 1996). Pada fase keseimbangan tertentu
reaksi hidrotermal akan menghasilkan sekumpulan mineral tertentu yang dikenal sebagai
himpunan mineral (Guilbert and Park, 1986). Area yang memperlihatkan penyebaran
himpunan mineral yang hadir dapat disatukan sebagai zona alterasi. Berdasarkan asumsi
tersebut Creasey, 1966 membuat klasifikasi alterasi hidrotermal pada endapan tembaga
porfir menjadi 3 (tiga) tipe yaitu propilitik, argilik dan potasik. Terdapat empat
kecenderungan mineral yang hadir pada tipe propilitik yaitu klorit-kalsit-kaolinit, klorit-
kalsit-talk, dan klorit epidot. Pada tipe argilik terdapat 2 (dua) kemungkinan himpunan
mineral, yaitu muscovit-kaolinit-monmorilonit dan muskovit-klorit-monmorilonit.
Sedangkan pada tipe potasik dicirikan oleh himpunan muskovit-biotik-alkali feldspar.
Himpunan mineral kuarsa-serisit-pirit, yang tidak mengandung mineral lempung atau
alkali feldspar dianggap sebagai alterasi sendiri. Lowell and Guilbertt, 1970, membuat
model alterasi mineralisasi pada endapan bijih porfir menggunakan istilah zona filik, untuk
menghimpun mineral kuarsa-serisit-pirit-klorit-rutil-kalkopirit, disamping itu juga
menggunakan istilah zona potasik, zona argilik dan zona propilik seperti yang diusulkan
oleh Creasey (1966). Alterasi hidrotermal pada umumnya berasosiasi dengan mineralisasi
logam, yang hadir terutama sebagai senyawa sulfida maupun native elements.
Pemahaman tipe dan zona alterasi di suatu daerah sangat penting untuk mengetahui di
mana zona mineralisasi logam paling prospek. Secara regional sebaran cebakan emas di

Laporan Akhir V-32


Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

kontrol oleh struktur geologi berupa zona patahan yang saling berpotongan, sejajar
maupun bentuk gejala melingkar hal ini dimungkinkan adanya intrusi yang berulang-ulang
(multi fase) yang menghasilkan proses hidrotermal (Gambar 5.26).

Gambar 5.26. Model cebakan emas ikutannya dan karakteristiknya (Corbertt dan Leach,
2001)

Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar
antara 2,5 – 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan
logam lain yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi
dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan tersebut umumnya kuarsa,
karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral non logam. Mineral pembawa
emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah teroksidasi. Mineral pembawa
emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas telurida, sejumlah paduan dan senyawa

Laporan Akhir V-33


Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

emas dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan selenium. Elektrum sebenarnya jenis
lain dari emas nativ, hanya kandungan perak di dalamnya >20%.

Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan.


Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan
hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan
letakan (placer). Genesa emas dikatagorikan menjadi dua yaitu:

Endapan primer; dan


Endapan plaser / sekunder

Kualitas :
Kenampakan di lapangan cebakan emas di wilayah coastal bagian utara dan
selatan Papua (Kabupaten Jayapura – Nabire - Mimika) dicirikan oleh adanya material
berukuran mulai pasir – kerikil – bongkah2 berupa batuan yang telah mengalami alterasi
dan mineralisasi pada endapan sungai yang terdapat bersamaan dengan pasir hasil dari
transportasi dari proses sedimentasi. Sebaran bahan galian emas dan ikutannya di daerah
ini terdapat pada morfologi dengan bentang alam perbukitan dengan lembah yang
sedang hingga curam dengan kemiringan lereng antara 250 hingga 400. Campuran sedikit
pirit halus tersebar (disseminated). Terdapat urat-urat kuarsa halus mengisi pada
rekahan-rekahan. Juga di jumpai breksi hydrothermal (diatreme?), ubahan kuat, warna
putih – keabuhan, rapuh, ukuran butiran fragmen 0.3 hingga > 3 cm, klastik, sortasi buruk,
terdiri dari fragmen batuan andesit, fespar, silica dan kuarsa. Fragmen ini terjadi dalam
matriks silika amorf dan tanah liat (argillite) sebagai devitrificated gelas vulkanik, nampak
disseminated pirit, oksida besi, sulphur dan kuarsa.
Sebaran emas di daerah ini umumnya merupakan hasil transportasi yang
bersamaan dengan fragmen atau boulder yang telah termineralisasi dan terubah menjadi
ubahan argilik, klorit karbonat ini biasanya mengandung sebaran bijih emas. Juga
berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah teroksidasi (pirit).

Kuantitas :

Sebaran cebakan emas dan ikutannya yang primer tersebar pada kawasan di
perbukitan yang sebagain masuk kawasan lindung. Sedangkan yang sekunder atau plaser
tersebar pada alur-alur sungai yang mempunyai luas bervariasi mulai 5 - > 200 Ha.
Daerah sebaran emas tersebut sebagian besar telah dimanfaatkan oleh masyarakat
Laporan Akhir V-34
Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

setempat dan pendatang dengan melakukan pendulangan dan sluce box untuk
mendapatkan emas sekunder seperti di Kabupaten Jayapura, Nabire, Mimika (Gambar 5.

Dimensi dari endapan ini sungai ini bervariasi dari panjang – lebar – tebal, yang
diasumsikan mempunyai dimensi panjang 1.000 m, lebar 40 m = 40.000 m2 / 4 Ha, tebal
4 m, volume : 160.000 m3 x BD 7,2 = , faktor koreksi 65 % X = ton. Dengan
demikian sumber daya emas : Kg.

Tabel 5.3. Hasil analisa geokimia unsur Au dan ikutannya dari beberapa conto di wilayah
coastal Papua.

Cu Pb Zn Mn Fe Ag Au Mo
No Kab X Y Kode
(ppm) (ppm) (ppm) (ppm) (%) (ppm) (ppb) (ppm)
1 Jayapura 466465 9718453 JP - 13 35 89 57 953 6.99 3 599 0
2 Jayapura 457426 9713765 JP - 18 66 102 98 1363 12.81 3 152 0
3 Mimika 710868 9495135 MM-01A 20 54 62 363 3.1 2 15 0
4 Mimika 702201 9507923 MM-05 36 40 56 225 3.03 2 10 0
5 Mimika 710651 9508380 MM-08 20 68 61 342 3.24 2 13 0
6 Merauke 140.37610 -8.51323 MK-10B 8 67 21 307 1.24 2 5 0
7 Waropen 136.51715 -2.39304 WP-05 12 53 57 207 3.1 2 9 0
8 Waropen 136.40848 -2.21165 WP-10 8 81 64 821 3.18 3 9 0
9 Nabire 581394 9650807 NB-11 34 127 159 2305 14.75 5 9 0
10 Nabire 539093 9615195 NB-14 15 73 58 1027 3.04 3 3 0

Gambar 5.27. Peta sebaran sumber daya mineral emas yang telah dimanfaatkan oleh
masyarakat di Kabupaten Jayapura, Nabire dan Mimika.
Laporan Akhir V-35
Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Kegunaan/Manfaat : Sebagai perhiasan, mata uang, maupun cadangan mata uang dan
lainnya.
Nikel dan ikutannya

Genesa : Batuan induk bijih nikel adalah batuan peridotit. Menurut Vinogradov batuan
ultra basa rata-rata mempunyai kandungan nikel sebesar 0,2 %. Unsur nikel tersebut
terdapat dalam kisi-kisi kristal mineral olivin dan piroksin, sebagai hasil substitusi terhadap
atom Fe dan Mg. Proses terjadinya substitusi antara Ni, Fe dan Mg dapat diterangkan
karena radius ion dan muatan ion yang hampir bersamaan di antara unsur-unsur
tersebut. Proses serpentinisasi yang terjadi pada batuan peridotit akibat pengaruh larutan
hydrothermal, akan merubah batuan peridotit menjadi batuan serpentinit atau batuan
serpentinit peroditit. Sedangkan proses kimia dan fisika dari udara, air serta pergantian
panas dingin yang bekerja kontinu, menyebabkan disintegrasi dan dekomposisi pada
batuan induk. Pada pelapukan kimia khususnya, air tanah yang kaya akan CO2 berasal
dari udara dan pembusukan tumbuh-tumbuhan menguraikan mineral-mineral yang tidak
stabil (olivin dan piroksin) pada batuan ultra basa, menghasilkan Mg, Fe, Ni yang larut; Si
cenderung membentuk koloid dari partikel-partikel silika yang sangat halus. Didalam
larutan, Fe teroksidasi dan mengendap sebagai ferri-hydroksida, akhirnya membentuk
mineral-mineral seperti geothit, limonit, dan haematit dekat permukaan. Bersama
mineral-mineral ini selalu ikut serta unsur cobalt dalam jumlah kecil.

Larutan yang mengandung Mg, Ni, dan Si terus menerus kebawah selama larutannya
bersifat asam, hingga pada suatu kondisi dimana suasana cukup netral akibat adanya
kontak dengan tanah dan batuan, maka ada kecenderungan untuk membentuk endapan
hydrosilikat. Nikel yang terkandung dalam rantai silikat atau hydrosilikat dengan
komposisi yang mungkin bervariasi tersebut akan mengendap pada celah-celah atau
rekahan-rekahan yang dikenal dengan urat-urat garnierit dan krisopras. Sedangkan
larutan residunya akan membentuk suatu senyawa yang disebut saprolit yang berwarna
coklat kuning kemerahan. Unsur-unsur lainnya seperti Ca dan Mg yang terlarut sebagai
bikarbonat akan terbawa kebawah sampai batas pelapukan dan akan diendapkan sebagai
dolomit, magnesit yang biasa mengisi celah-celah atau rekahan-rekahan pada batuan
induk. Dilapangan urat-urat ini dikenal sebagai batas petunjuk antara zona pelapukan
dengan zona batuan segar yang disebut dengan akar pelapukan (root of weathering).

Laporan Akhir V-36


Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Kualitas :
Kenampakan di lapangan cebakan nickel di wilayah coastal bagian utara Papua Kabupaten
Jayapura dicirikan jejak2 oleh adanya material berukuran mulai pasir – kerikil – bongkah2
berupa batuan yang telah mengalami pelapukan membentuk zona laterit, limonite,
saprolit dan batuan segar pada bentang alam morfologi perbukitan yang telah mengalami
pelapukan. Zona tersebut diduga membentuk mineral-mineral seperti geothit, limonit, dan
haematit dekat permukaan.

Kuantitas :

Zona sebaran cebakan Nickel di Kabupaten Jayapura ditafsirkan mencapai luasan ± 400
ha, dengan ketebalan bervariasi mulai 3 – 12 meter, mencapai pada batuan dasarnya.
Sumber daya mineral Nickel kurang lebih = 16.062.189 ton.

Tabel 5.4. Hasil analisa geokimia unsur Ni, Cr dan ikutannya dari beberapa conto di
wilayah coastal Kab.Jayapura dan Nabire, Papua.

No Kab X Y Kode Co (ppm) Ni (ppm) Fe (ppm) Cr (ppm)

1 Jayapura 140.37503 -2.42518 TP04L 243 9272 17.16 4810


2 Nabire 531382 9621517 NB-16 24 47 4.45 114

Pasir Besi
Genesa : Cebakan mineral alochton dibentuk oleh kumpulan mineral berat melalui proses
sedimentasi, secara alamiah terpisah karena gravitasi dan dibantu pergerakan media cair,
padat dan gas/udara. Kerapatan konsentrasi mineral-mineral berat tersebut tergantung
kepada tingkat kebebasannya dari sumber, berat jenis, ketahanan kimiawi hingga
lamanya pelapukan dan mekanisma. Dengan nilai ekonomi yang dimilikinya para ahli
geologi menyebut endapan alochton tersebut sebagai cebakan placer.
Jenis cebakan ini telah terbentuk dalam semua waktu geologi, tetapi kebanyakan pada
umur Tersier hingga masa kini, sebagian besar merupakan cadangan berukuran kecil dan
sering terkumpul dalam waktu singkat karena tererosi. Kebanyakan cebakan berkadar
rendah tetapi dapat ditambang karena berupa partikel bebas, mudah dikerjakan dengan
tanpa penghancuran; dimana pemisahannya dapat menggunakan alat semi-mobile dan
relatif murah. Penambangannya biasanya dengan cara pengerukan, yang merupakan
metoda penambangan termurah.

Laporan Akhir V-37


Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Cebakan-cebakan placer berdasarkan genesanya:


Genesa Jenis
Terakumulasi in situ selama pelapukan Placer residual
Terkonsentrasi dalam media padat yang bergerak Placer eluvial
Terkonsentrasi dalam media cair yang bergerak (air) Placer aluvial atau sungai
Placer pantai
Terkonsentrasi dalam media gas/udara yang bergerak Placer Aeolian (jarang)

Placer residual. Partikel mineral/bijih pembentuk cebakan terakumulasi langsung di


atas batuan sumbernya (contoh : urat mengandung emas atau kasiterit) yang telah
mengalami pengrusakan/penghancuran kimiawi dan terpisah dari bahan-bahan batuan
yang lebih ringan. Jenis cebakan ini hanya terbentuk pada permukaan tanah yang hampir
rata, dimana didalamnya dapat juga ditemukan mineral-mineral ringan yang tahan reaksi
kimia (misal : beryl).

Placer eluvial. Partikel mineral/bijih pembentuk jenis cebakan ini diendapkan di atas
lereng bukit suatu batuan sumber. Di beberapa daerah ditemukan placer eluvial dengan
bahan-bahan pembentuknya yang bernilai ekonomis terakumulasi pada kantong-kantong
(pockets) permukaan batuan dasar.

Placer sungai atau aluvial. Jenis ini paling penting terutama yang berkaitan dengan
bijih emas yang umumnya berasosiasi dengan bijih besi, dimana konfigurasi lapisan dan
berat jenis partikel mineral/bijih menjadi faktor-faktor penting dalam pembentukannya.
Telah dikenal bahwa fraksi mineral berat dalam cebakan ini berukuran lebih kecil daripada
fraksi mineral ringan. Pertama, mineral berat pada batuan sumber (beku dan malihan)
terbentuk dalam ukuran lebih kecil daripada mineral utama pembentuk batuan. Kedua,
pemilahan dan susunan endapan sedimen dikendalikan oleh berat jenis dan ukuran
partikel (rasio hidraulik).

Placer pantai. Cebakan ini terbentuk sepanjang garis pantai oleh pemusatan gelombang
dan arus air laut di sepanjang pantai. Gelombang melemparkan partikel-partikel
pembentuk cebakan ke pantai dimana air yang kembali membawa bahan-bahan ringan
untuk dipisahkan dari mineral berat. Bertambah besar dan berat partikel akan
diendapkan/terkonsentrasi di pantai, kemudian terakumulasi sebagai batas yang jelas dan
membentuk lapisan. Perlapisan menunjukkan urutan terbalik dari ukuran dan berat

Laporan Akhir V-38


Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

partikel, dimana lapisan dasar berukuran halus dan/ atau kaya akan mineral berat dan ke
bagian atas berangsur menjadi lebih kasar dan/atau sedikit mengandung mineral berat.
Placer pantai (beach placer) terjadi pada kondisi topografi berbeda yang disebabkan oleh
perubahan muka air laut, dimana zona optimum pemisahan mineral berat berada pada
zona pasang-surut dari suatu pantai terbuka. Konsentrasi partikel mineral/bijih juga
dimungkinkan pada terrace hasil bentukan gelombang laut. Mineral-mineral terpenting
yang dikandung jenis cebakan ini adalah : magnetit, ilmenit, emas, kasiterit, intan,
monazit, rutil, xenotim dan zirkon.

Mineral ikutan dalam endapan placer. Suatu cebakan pasir besi selain mengandung
mineral-mineral bijih besi utama tersebut dimungkinkan berasosiasi dengan mineral-
mineral mengandung Fe lainnya diantaranya : pirit (FeS2), markasit (FeS), pirhotit (Fe1-
xS), chamosit [Fe2Al2 SiO5(OH)4], ilmenit (FeTiO3), wolframit [(Fe,Mn)WO4], kromit
(FeCr2O4); atau juga mineral-mineral non-Fe yang dapat memberikan nilai tambah seperti
: rutil (TiO2), kasiterit (SnO2), monasit [Ce,La,Nd, Th(PO4, SiO4)], intan, emas (Au),
platinum (Pt), xenotim (YPO4), zirkon (ZrSiO4) dan lain-lain.

Kualitas :
Kenampakan di lapangan endapan pasir besi membentuk dataran rendah hingga
bergelombang rendah di sepanjang pantai, kenampakan pada citra landsat membentuk
pematang pantai. Pasir besi bersifat lepas (loose) berwarna hitam keabu-abuan hingga
hitam, berbutir halus, sedang hingga kasar dan mempunyai sifat kemagnitan mulai
sedang hingga tinggi. Komposisi mineral endapan pasir besi terdiri dari “titaniferous
magnetite, magnetite, ilmenite, hematite amphibole, pyroxene, plagioclase, mica, quartz,
toumaline, calcite dan fragmen volkanic “. Sebagian besar fragmen bijih besi adalah
titaniferous magnetite yang berbutir agak membulat dan lebih kecil dari fragmen mineral
non opaque.

Kuantitas :
Potensi pasir besi ini dijumpai pada bentang alam pantai, dengan pasang – surut
bervariasi (1 – 3 meter). Dimensi luasnya di Kabupaten Sarmi ± 1.150 Ha / 1.150.000 m2,
ketebalan bervariasi mulai 1 - 4 m, BD Fe : 7.87, maka volume = 35.880.000 ton, faktor
koreksi 55 % = 19.734.000 ton, maka diperkirakan besarnya sumber daya : 16.146.000
ton. Geokimia pasir besi seperti disajikan pada tabel 5.3, dengan konsentrasi butiran di

Laporan Akhir V-39


Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

dominasi berukuran pasir halus hingga pasir sedang. Sebaran endapan pasir besi
tersingkap di sepanjang pantai utara seperti di Kabupaten Sarmi, Waropen, Nabire
(Gambar 5.28).
Tabel 5.5. Hasil analisa analisa geokimia unsur Fe dan ikutannya dari beberapa conto di
wilayah coastal Kab.Sarmi, Waropen, dan Nabire, Papua

Fe Tot
KODE SiO2 % Fe203 % TiO2 % H20 %
No Kab X Y %
1 Sarmi 340607 9749618 SM 01 57.92 3.83 5.48 0.76 0.35
2 Sarmi 280817 9782284 SM 03 44.58 8.09 11.57 1.49 0.27
3 Sarmi 267044 9783222 SM 04 46.31 5.06 7.24 0.82 1.26
4 Sarmi 264911 9782999 SM 05 32.89 21.07 30.12 2.61 0.12
5 Nabire 570774 9649943 NB-09 48.11 9.83 14.05 1.50 0.11
6 Nabire 535546 9625431 NB-15 64.96 4.27 6.10 1.27 0.10
7 Nabire 547791 9627096 NB- 18 28.55 20.23 28.92 5.92 0.18
8 Waropen 531382 9621517 YP02 22.47 33.15 47.40 6.32 0.19
9 Waropen 136.61895 -1.86247 YP2B 37.74 19.10 27.31 3.07 0.14
10 Waropen 136.64857 -1.86740 YP9C 47.09 5.25 7.51 0.54 0.04
11 Waropen YP-23 56.19 5.74 8.20 0.59 0.22

Gambar 5.28. Peta potensi sebaran sumber daya mineral pasir besi (Fe) di Kabupaten
Jayapura, Nabire dan Mimika, Papua.

Kegunaan/Manfaat :
Sebagai industri baja, campuran industri semen, dan campuran dalam industri elektronik.
Laporan Akhir V-40
Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

5.3.1. Mineral Non Logam


Tanah Liat / Lempung
Tanah liat merupakan hasil pelapukan dari batuan vulkanik maupun batuan sedimen.
Tanah liat yang dijumpai di daerah ini umumnya hasil dari pelapukan batuan sedimen dari
batuan ultra basik (gabro, peridotit, serperntin), batuan vulkanik, batugamping, lapukan
endapan rawa dan aluvial.

Kualitas : Tanah liat di daerah ini berwarna abu-abu kecoklatan, plastis, lembek, bila
kering mengkerut dan basah mengembang. Kenampakan dilapangan pada bentang alam
morfologi dataran rendah hingga bergelombang.
Tanah lempung ini warnanya agak merah kecoklatan dan oleh masyarakat setempat
dimanfaatkan untuk pembuatan bata merah dan genteng dengan kualitas yang cukup
baik. Pengamatan visual menunjukkan bahwa tanah lempung berwarna merah
kecoklatan, ukuran butir lempung, agak liat, lunak dan yang diambil masyarakat adalah
lebih kuran 1 meter dibawah top soilnya.

Kuantitas :
Penyebaran tanah liat seperti di daerah Nabire, Merauke tersebar tidak merata sesuai
kondisi geologi setempat. Potensi tanah liat dimensi luasnya bervariasi sesuai karakteristik
lapukannya, dengan ketebalan bervariasi mulai 1 - 4 m. Diperkirakan besarnya sumber
daya : 20.000.000 m3. Karakteristik material tanah liat ini seperti pada tabel 5.6.

Tabel 5.6. Hasil analisa geokimia dan ikutannya dari beberapa conto lempung di wilayah
coastal Kab.Nabire, Merauke dan Waropen, Papua.

SiO2 Al2O3 Fe2O3 CaO MgO Na2O K2O TiO2 MnO P2O5 H2O LOI
No Kab X Y Kode (%) (%) % (%) (%) % % % % (%) (%) (%)

1 Nabire 552528 9623777 NB-05 54.61 14.39 10.68 3.24 4.1 2.11 0.96 1.06 0.16 0.12 1.77 7.76

2 Nabire 550791 9617839 NB-06 52.76 17.81 10.45 1.55 2.98 1.57 0.75 1.23 0.1 0.07 2.6 9.88

3 Nabire 532996 9614692 NB-17 65.72 15.94 3.87 1.13 1.34 1.38 2.7 0.98 0.02 0.1 0.83 5.99
-
4 Merauke 140.51195 8.38090 MK-01 66.68 15.32 6.44 0.02 0 0.22 0.35 1.31 0.01 0.03 1.61 8.82
-
5 Merauke 140.46428 8.53784 MK-05B 45.95 12.52 5.96 12.49 1.08 0.47 0.87 0.8 0.06 0.08 2.58 19.65
-
6 Merauke 140.51097 8.61901 MK-07 72.85 10.65 5.14 0.19 0 0.39 0.44 1.41 0 0.05 1.79 8.49
-
7 Merauke 140.56923 8.73961 MK-08C 43.51 8.47 6.88 15.17 1.69 1.46 0.89 1 0.06 0.13 1.44 20.19
-
8 Waropen 136.51534 2.38806 WP-06 60.64 17.5 5.96 0 0.06 0.58 1.4 1.12 0 0.07 1.35 9.18
-
9 Waropen 136.40591 2.23016 WP-7B 54.98 16.25 8.72 0.48 1.82 0.85 1.13 1.17 0.24 0.1 3.14 11.96

Kegunaan/Manfaat : Sebagai bahan pembuatan bata merah dan campuran gerabah.

Laporan Akhir V-41


Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Gambar 5.29. Peta nilai tambah sebaran sumber daya mineral tanah liat / lempung,
sirtu di Kabupaten Nabire, Merauke dan Mimika.

5.3.2. Batuan

Sirtu (pasir – batu)


Genesa : Sirtu (pasir – batu) terbentuk akibat proses sedimentasi dari batuan bahan
rombakan material vulkanik atau material batuan induk (beku, sedimen, metamorf) yang
terdapat dibagian hulu sungai dan mengalami transportasi dan membentuk material yang
halus, sedang hingga kasar yang selanjutnya mengendap di bagain hulu, tengah dan
muara sungai. Sebaran endapan ini umumnya membentuk perlapisan perulangan dari
pasir, lanau, kerikil yang saling jari menjari dan membaji. Sifat fisiknya bersifat lepas,
berbutir halus – kasar – bongkah - boulder, umumnya sebagai pasir sungai (proses
sedimentasi), dan sebagai pasir darat (endapan vulkanik).

Kualitas :
Keterdapatan material sirtu ini berukuran variasi dari pasir halus hingga kerakal, bahkan
sebagian ada yang berukuran bongkah. Material sirtu terdiri dari basalt, andesit, diorit,
granodiorit, serpentinit dan batugamping kristalin yang keras yang terendapkan kembali
Laporan Akhir V-42
Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

disekitar aliran sungai sebagai “sand bar” maupun “channel bar”. Di bagian hulu endapan
sirtu didominasi oleh batuan andesit, batugamping dan diorit berukuran kerakal hingga
bongkah.

Kuantitas :
Sebaran sirtu di daerah ini ditentukan oleh kandungan campuran lempungnya. Hal ini
diperlukan guna untuk mengetahui apakah sirtu tersebut dapat dimanfaatkan secara
komersil. Apabila material lempungnya cukup tinggi maka diperlukan penyortiran sesuai
standart dan kebutuhan yang diperlukan. Sebaran material sirtu ini hampir tersebar di
Kabupaten Jayapura, Sarmi, Waropen, Nabire, Merauke dan Mimika. Luasnya bervariasi
umumnya mengikuti sepanjang sungai hingga dataran banjirnya.

Kegunaan/Manfaat : Sebagai bahan timbunan/ urugan dan campuran pemadatan dan


bahan bangunan kontruksi maupun beton, plester pasangan dinding, pondasi jalan dan
konstruksi.

Batugamping
Genesa : Batugamping di kawasan ini pada umumnya berupa relik dari kompleks
paparan terbatas atau terumbu tepi yang berkembang pada kala Miosen Tengah hingga
Miosen Atas pada substrat vulkanik atau relatif stabil di perairan dangkal yang pada waktu
itu berupa tinggian lepas pantai. Terbentuk dan tersusun oleh koral dan ganggang,
batugamping di daerah memperlihatkan pertumbuhan masif (non klastik) dan klastik.
Sedangkan batu gamping yang telah mengalami proses transportasi dan terendapkan
akan membentuk batugamping berlapis. Batugamping di wilayah ini sebagian besar di
beberapa lokasi telah mengalami deformasi yang nampak menunjukkan batugamping
kristalin, yang dicirikan massif, keras, kompak dan jejak fosil sebagian tidak terlihat.

Kualitas : Kondisi fisiknya secara megaskopis berwarna abu-abu keputihan hingga


keputihan, masif, kompak, keras. Batugamping ini terdapat pada bentang alam
perbukitan yang dicirikan oleh bentuk kerucut pada ketinggian ± 100 – 500 meter dari
permukaan laut. Batugamping atau umum dikenal masyarakat sebagai batu kapur adalah
batuan yang disusun terutama oleh mineral kalsit, dolomit atau aragonit yang terjadi
secara organik, mekanik maupun kimiawi. Batugamping di wilayah coastal di Kabupaten
Jayapura, Sarmi, Waropen, Nabire. Penyebarannya cukup luas umumnya membentuk

Laporan Akhir V-43


Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

perbukitan yang menonjol. Pengamatan visual memperlihatkan batugamping berwarna


putih kekuningan, terdapat sisa cangkang fosil, agak keras dan kompak.
Kuantitas :
Kondisi fisik batugamping secara megaskopis berwarna abu-abu keputihan hingga
keputihan, masif, kompak, keras dan di beberapa tempat membentuk batugamping
klastik berlapis. Kualitas batugamping ditentukan oleh kandungan CaO dan MgO. Hasil
analisa kimia dan sifat fisik seperti pada tabel 5.1 dan analisa petrografi (lampiran). Hal ini
diperlukan guna untuk mengetahui apakah batugamping di daerah ini dapat dimanfaatkan
secara komersil. Penyebaran batugamping di daerah ini tersebar wilayah coastal di
Kabupaten Jayapura, Sarmi, Waropen, Nabire. Sumber daya batugamping di Jayapura =
584.400.000 m3 / ton dan di Sarmi = 70.150.000 m3 / ton.

Kegunaan : Batugamping di daerah ini telah diusahakan oleh masyarakat sebagai bahan
pondasi jalan, pondasi rumah dan pondasi dinding. Batugamping mempunyai nilai
ekonomis yang cukup tinggi apabila diolah sebagai bahan baku industri semen, cat, dan
agro industri (penetral tanah masam).

Tabel 5.7. Hasil analisa geokimia unsur CaO dan ikutannya dari beberapa conto di
wilayah coastal Kab.Jayapura, Sarmi dan Waropen, Papua.

SiO2 Al2O3 Fe2O3 CaO MgO Na2O K2O TiO2 MnO P2O5 H2O LOI
No Kab X Y Kode (%) (%) % (%) (%) % % % % (%) (%) (%)
1 Jayapura 410214 9718695 JP-01 0.2 0.93 0.24 54.43 0.2 0.06 0.04 0 0.01 0.03 0.02 43.04
2 Jayapura 404429 9735282 JP-02 0.12 0.93 1.33 52.75 0.48 0.38 0.2 0.02 0 0.06 0.04 43.26
3 Jayapura 478035 9709051 JP-10 0.14 0.93 1 53.08 1.02 0.31 0 0 0.01 0.01 0.04 43.31
4 Jayapura 476976 9701594 JP-11 2.37 0.93 0.68 52.42 0.32 0.14 0 0.05 0.02 0.09 0.31 42.05
5 Jayapura 468497 9723129 JP-15 33.99 0.62 13.03 6.17 32.14 0.26 0.16 0.01 0.2 0.01 0.98 12.72
6 Jayapura 467640 9717860 JP-16 0.2 0.62 0.35 54.1 0.28 0.28 0.14 0 0.01 0.01 0.03 43.01
7 Jayapura 465618 9717256 JP-19 0.04 0.62 0.14 54.77 0.04 0.13 0.18 0 0.02 0.01 0.05 43.17
8 Sarmi 261094 9781986 SM-02 0.1 0.62 0.24 53.42 1.1 0.38 0.04 0 0 0.05 0.01 43.2
9 Waropen 136.533 -2.379 WP-01B 2.3 0.62 0.41 52.08 0.99 0.22 0.05 0 0.17 0.03 0.07 42.41
10 Waropen 136.517 -2.393 WP-05 0.1 0.93 0.19 54.77 0 0.07 0.06 0 0.01 0 0.81 43.11
11 Waropen 136.087 -1.820 S-10 0.35 0.62 0.19 54.43 0.2 0.15 0.06 0 0 0.03 0.02 42.97

Marmer
Genesa : Marmer atau batugamping kristalin di kawasan ini pada umumnya berupa relik
dari kompleks paparan terbatas atau terumbu tepi yang berkembang pada kala Miosen
Tengah hingga Miosen Atas. Terbentuk dan tersusun oleh koral dan ganggang,
batugamping di daerah memperlihatkan pertumbuhan masif (non klastik) dan klastik.
Batugamping di wilayah ini di beberapa lokasi telah mengalami deformasi yang berulang-
Laporan Akhir V-44
Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

ulang sehingga menunjukkan batugamping kristalin, yang dicirikan massif, keras, kompak
dan jejak fosil sebagian tidak terlihat sehingga dikatagorikan sebagai marmer.
Kualitas : Kondisi fisiknya secara megaskopis berwarna abu-abu keputihan hingga
keputihan, masif, kristalin, kompak, keras. Batugamping ini terdapat pada bentang alam
perbukitan yang dicirikan oleh bentuk kerucut pada ketinggian ± 100 – 500 meter dari
permukaan laut. Penyebarannya terbatas pada perbukitan yang menonjol. Pengamatan
visual memperlihatkan marmer tersebut berwarna putih kotor, masif, jejak fosil tidak
terlihat.

Kuantitas :
Penyebaran batu marmer di daerah ini tersebar wilayah coastal di Kabupaten Jayapura,
dan Nabire. Sumber daya marmer di Jayapura = 15.400.000 m3 / ton dan di Nabire =
40.000.000 m3 / ton.

Kegunaan : Batu marmer di daerah ini belum diusahakan oleh masyarakat, yang
mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi apabila diolah sebagai bahan baku untuk
industri mebel dan ornanen.

Batu potong (Batutela dari batugamping)


Batu potong yang dijumpai di daerah ini adalah batugamping. Pengamatan visual
menujunkkan bahwa batu potong atau batugamping napalan ini berwarna abu-abu bila
segar dan kuning keputihan jika agak lapuk, ukuran butir lempung, agak keras – lunak,
sebagian masif sehingga dapat dipotong dengan pisau/linggis.

Kualitas : Kondisi fisiknya secara megaskopis berwarna abu-abu keputihan hingga


keputihan, masif, agak lunak - kompak, keras tersusun oleh mineral kalsit, dolomit atau
aragonit yang terjadi secara organik maupun kimiawi.

Kuantitas : Sebaran batugamping lempungan terdapat pada bentang alam perbukitan


pada ketinggian ± 100 – 500 meter dari permukaan laut. Penyebarannya di daerah ini
tersebar secara tidak merata sesuai kondisi proses sedimentasi pada cekungan tersebut.
Sebaranya terutama di Kabupaten Jayapura.

Laporan Akhir V-45


Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Kegunaan : Batugamping di daerah ini telah diusahakan oleh masyarakat sebagai bahan
pondasi bangunan, tembok dinding yang dibentuk menyerupai kubus/balok yang besar
berukuran panjang, lebar dan tinggi yaitu 70 cm x 40 cm x 30 cm dan yang kecil
berukuran panjang, lebar dan tinggi yaitu 30 cm x 15 cm x 10 cm.

Pemanfaatan:
Batugamping di daerah ini telah diusahakan oleh masyarakat sebagai bahan pondasi
jalan, pondasi rumah dan pondasi dinding.

Gambar 5.30. Peta potensi sebaran sumber daya mineral sirtu di Kabupaten Jayapura,
Sarmi, waropen, Nabire, Merauke dan Mimika.

Laporan Akhir V-46


Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

1.

Gambar 5.31. Peta potensi sebaran sumber daya mineral batuan (marmer, diorit, basalt,
batugamping di Kabupaten Jayapura, Sarmi, Waropen, Nabire dan Mimika.

Batuan Diorit, Basalt, Gabro


Genesa :
Merupakan batuan dari intrusi atau plutonik adalah batuan yang terbentuknya berada
jauh di dalam bumi (15 – 50 Km). Bentuk batuannya besar – besar dan mempunyai kristal
yang sempurna dengan bentuk tekstur holokristalin (semua komposisi disusun oleh kristal
sempurna), karena pembentukan kristalnya sangat sempurna mengingat waktu
penghablurannya sangat lama.

Kualitas :
Kualitas batuan diorit ini berwarna abu-abu terang, bersifat keras dan kompak.
Mencerminkan tekstur holokristalin tekstur porferitik terbentuk agak kasar yang berada
dalam masa dasar yang halus (afanitik).

Laporan Akhir V-47


Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Kuantitas :
Sebaran batuan diorit di daerah ini umumnya pada morfologi dengan bentang alam
perbukitan dan pegunungan dengan lembah mulai sedang hingga curam (kemiringan
lereng antara 250 hingga 400 ). Tersingkap di perbukitan dan tebing/lembah lereng dan
menerus kearah perbukitan dan pegunungan. Sumberdaya zona batuan ini di wilayah
coastal diperkirakan sebesar 20.000.000 m3 , tersebar di Kabupaten Kabupaten Jayapura,
Sarmi, Waropen, Nabire.

Kegunaan :
Diorit ini dapat dijadikan sebagai batu ornamen dinding maupun lantai bangunan gedung
atau untuk batu belah untuk pondasi bangunan / jalan raya.

5.3.3. Mineral Energi


Batubara

Genesa : Berdasarkan proses terbentuknya batubara berasal dari tumbuh-tumbuhan,


dimana proses geologi seperti sedimentasi disertai dengan kegiatan tektonik sehingga
menghasilkan pematangan lapisan yang mengandung seam batubara dimasa lalu dan
telah membentuk lapisan-lapisan berbagai jenis batubara. Jenis batubara antara lain
antrasit, bitumen, sub bitumen, gambut. Tumbuh-tumbuhan yang mengalami
pembusukan yang diakibatkan adanya proses oksidasi yang dibantu adanya kegiatan
bakteri-bakteri dan organisme kecil lainnya. Komposisi paling besar adalah karbon,
hidrogen dan oksigen, disamping mengandung mineral-mineral dan sedikit nitrogen. Jika
proses pembusukan tersebut terjadi pada keadaan tanpa oksigen, yaitu dibawah
permukaan air, maka akan sama dengan proses pembentukan arang kayu (charcoal).
Hasil proses tersebut adalah methana (CH4) yaitu hidrogen dalam bentuk air (H2O), dan
karbon dalam bentuk CO2 dan CO. Proses pembentukan batubara pada suatu daerah
memerlukan persyaratan sebagi berikut : pada daerah yang berada di atas atau dekat
permukaan laut dimana banyak tanaman tumbuhan. Proses pengeringan jelek sehingga
terbentuk kondisi rawa. Penurunan permukaan tanah yang lambat sehingga deposit
gambut yang tebal terakumulasi. Dalam area yang sangat luas sehingga dapat
menyediakan sistem pengeringan yang cukup untuk membuat dan memelihara kondisi air
bersih. Didalam genesa terbentuknya batubara terbagi beberapa ciri dan karakteristiknya
antara lain : Antrasit (mengkilat, pecah seperti botol), Bitumenus (mengkilat),

Laporan Akhir V-48


Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

sub.bituminus (mudah pecah apabila diambil) dan lignit (seperti lempung campuran
karbon).
Kualitas :
Kualitas batubara ditentukan oleh nilai kalori (calorific value) dalam cal/kg, kandungan air
tertambat (moisture in air dried) dalam %, nilai karbon (fixed carbon) dalam %,
kandungan zat terbang (volatile matter) dalam %, kandungan abu (ash) dalam %, dan
kandungan sulfur (toal sulfur dalam %. Hasil analisa proximat sebaran ini seperti pada
tabel 5.8.

Tabel 5.8. Hasil analisa proximate batubara dari beberapa conto di wilayah coastal
Kab. Waropen, Papua.

Free Total Volatile Fixed Total Caloricfic


Moisture Ash
No Kab X Y KODE Moisture Moisture Matter Carbon Sulphur Value
(%) (%)
(%) (%) (%) (%) (%) (Cal/gr)
1 Waropen 136.53185 -2.37804 WP-02 38.23 42.76 7.87 49.25 32.09 10.79 1.38 5127
2 Waropen 136.50294 -2.41406 WP-03 52.28 55.78 7.33 52.71 24.85 15.11 1.50 4486
3 Waropen 136.50702 -2.40304 WP-04 26.12 27.95 2.48 7.34 0.70 90.88 0.34 20
4 Waropen 136.37995 -2.23797 WP-08 17.45 19.04 1.93 6.67 0.44 91.84 0.11 17

Kuantitas :
Batubara yang tersingkap didaerah ini kondisi fisiknya secara megaskopis berwarna abu-
abu kehitaman hingga hitam, mudah hancur, kurang kompak, perlapisan baik dan
bersamaan dengan perulangan batupasir dan lempung napalan. Sebaran batu bara ini
tersingkap pada bentang alam dataran bergelombang. Sumberdaya zona batuan ini di
wilayah coastal diperkirakan sebesar 15.000.000 m3 , tersebar di Kabupaten Kabupaten
Jayapura, Sarmi, Waropen, Nabire.

Laporan Akhir V-49


Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Gambar 5.32. Peta sebaran sumber daya mineral energi batubara di Kabupaten
Jayapura, Sarmi, Waropen dan Nabire, Papua.

5.4. Hasil Analisa Laboratorium

Berdasarkan uji laboratorium (sifat kimia, X-Ray, petrografi) pada beberapa contoh
batuan/tanah yang telah dilakukan seperti pada Gambar 5.33, 34, 35 dan lampiran,
menunjukkan bahwa anomaly sebaran emas dan ikutannya seperti di daerah Kabupaten
Jayapura, Nabire dan Mimika mempunyai kisaran dari 9 – 599 ppb. Pasir besi mempunyai
unsur Fe dari 20 – 30%, hal ini menunjukkan bahwa kandungan besi relatif sedang.
Untuk cromit dan nickel dmempunyai nilai 4810 dan 9272 ppm sedangkan batugamping
mempunyai kadar rata-rata 52 – 54.77 %, dengan demikian bahan galian tersebut dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan indutri semen atau yang sejenis. Kandungan kalori
batubara yang diperoleh menunjukkan kisaran 4486 – 5127 cal/gr.

Laporan Akhir V-50


Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Analisa petrografi me-ncerminkan ada jejak zona ubahan/alterasi yang membawa


mineralisasi serta adanya struktur vug, barik-barik kuarsa seperti pada Gambar 5.14. 15,
dan lampiran kimia dan petrografi.

Tabel 5.9. Hasil analisa geokimia unsur Au dan ikutannya dari beberapa conto di wilayah
coastal Kab.Jayapura, Waropen, Nabire dan Mimika, Papua.

Cu Pb Zn Mn Fe Ag Au Mo
No Kab X Y Kode
(ppm) (ppm) (ppm) (ppm) (%) (ppm) (ppb) (ppm)
1 Jayapura 466465 9718453 JP - 13 35 89 57 953 6.99 3 599 0
2 Jayapura 457426 9713765 JP - 18 66 102 98 1363 12.81 3 152 0
3 Mimika 710868 9495135 MM-01A 20 54 62 363 3.1 2 15 0
4 Mimika 702201 9507923 MM-05 36 40 56 225 3.03 2 10 0
5 Mimika 710651 9508380 MM-08 20 68 61 342 3.24 2 13 0
6 Merauke 140.37610 -8.51323 MK-10B 8 67 21 307 1.24 2 5 0
7 Waropen 136.51715 -2.39304 WP-05 12 53 57 207 3.1 2 9 0
8 Waropen 136.40848 -2.21165 WP-10 8 81 64 821 3.18 3 9 0
9 Nabire 581394 9650807 NB-11 34 127 159 2305 14.75 5 9 0
10 Nabire 539093 9615195 NB-14 15 73 58 1027 3.04 3 3 0

Tabel 5.10. Hasil analisa geokimia unsur Ni, Cr dan ikutannya dari beberapa conto di
wilayah coastal Kab.Jayapura dan Nabire, Papua.

No Kab X Y Kode Co (ppm) Ni (ppm) Fe (ppm) Cr (ppm)

1 Jayapura 140.37503 -2.42518 TP04L 243 9272 17.16 4810


2 Nabire 531382 9621517 NB-16 24 47 4.45 114

Tabel 5.11. Hasil analisa geokimia unsur Fe dan ikutannya dari beberapa conto di
wilayah coastal Kab.Sarmi, Waropen dan Nabire, Papua.

Fe Tot
KODE SiO2 % Fe203 % TiO2 % H20 %
No Kab X Y %
1 Sarmi 340607 9749618 SM 01 57.92 3.83 5.48 0.76 0.35
2 Sarmi 280817 9782284 SM 03 44.58 8.09 11.57 1.49 0.27
3 Sarmi 267044 9783222 SM 04 46.31 5.06 7.24 0.82 1.26
4 Sarmi 264911 9782999 SM 05 32.89 21.07 30.12 2.61 0.12
5 Nabire 570774 9649943 NB-09 48.11 9.83 14.05 1.50 0.11
6 Nabire 535546 9625431 NB-15 64.96 4.27 6.10 1.27 0.10
7 Nabire 547791 9627096 NB- 18 28.55 20.23 28.92 5.92 0.18
8 Waropen 531382 9621517 YP02 22.47 33.15 47.40 6.32 0.19
9 Waropen 136.61895 -1.86247 YP2B 37.74 19.10 27.31 3.07 0.14
10 Waropen 136.64857 -1.86740 YP9C 47.09 5.25 7.51 0.54 0.04
11 Waropen YP-23 56.19 5.74 8.20 0.59 0.22

Laporan Akhir V-51


Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Tabel 5.12. Hasil analisa geokimia unsur CaO dan ikutannya dari beberapa conto di
wilayah coastal Kab.Jayapura, Sarmi dan Waropen, Papua.

SiO2 Al2O3 Fe2O3 CaO MgO Na2O K2O TiO2 MnO P2O5 H2O LOI
No Kab X Y Kode (%) (%) % (%) (%) % % % % (%) (%) (%)
1 Jayapura 410214 9718695 JP-01 0.2 0.93 0.24 54.43 0.2 0.06 0.04 0 0.01 0.03 0.02 43.04
2 Jayapura 404429 9735282 JP-02 0.12 0.93 1.33 52.75 0.48 0.38 0.2 0.02 0 0.06 0.04 43.26
3 Jayapura 478035 9709051 JP-10 0.14 0.93 1 53.08 1.02 0.31 0 0 0.01 0.01 0.04 43.31
4 Jayapura 476976 9701594 JP-11 2.37 0.93 0.68 52.42 0.32 0.14 0 0.05 0.02 0.09 0.31 42.05
5 Jayapura 468497 9723129 JP-15 33.99 0.62 13.03 6.17 32.14 0.26 0.16 0.01 0.2 0.01 0.98 12.72
6 Jayapura 467640 9717860 JP-16 0.2 0.62 0.35 54.1 0.28 0.28 0.14 0 0.01 0.01 0.03 43.01
7 Jayapura 465618 9717256 JP-19 0.04 0.62 0.14 54.77 0.04 0.13 0.18 0 0.02 0.01 0.05 43.17
8 Sarmi 261094 9781986 SM-02 0.1 0.62 0.24 53.42 1.1 0.38 0.04 0 0 0.05 0.01 43.2
9 Waropen 136.533 -2.379 WP-01B 2.3 0.62 0.41 52.08 0.99 0.22 0.05 0 0.17 0.03 0.07 42.41
10 Waropen 136.517 -2.393 WP-05 0.1 0.93 0.19 54.77 0 0.07 0.06 0 0.01 0 0.81 43.11
11 Waropen 136.087 -1.820 S-10 0.35 0.62 0.19 54.43 0.2 0.15 0.06 0 0 0.03 0.02 42.97

Tabel 5.13. Hasil analisa geokimia dan ikutannya dari beberapa conto lempung di
wilayah coastal Kab.Nabire, Merauke dan Waropen, Papua.

SiO2 Al2O3 Fe2O3 CaO MgO Na2O K2O TiO2 MnO P2O5 H2O LOI
No Kab X Y Kode (%) (%) % (%) (%) % % % % (%) (%) (%)
1 Nabire 552528 9623777 NB-05 54.61 14.39 10.68 3.24 4.1 2.11 0.96 1.06 0.16 0.12 1.77 7.76
2 Nabire 550791 9617839 NB-06 52.76 17.81 10.45 1.55 2.98 1.57 0.75 1.23 0.1 0.07 2.6 9.88
3 Nabire 532996 9614692 NB-17 65.72 15.94 3.87 1.13 1.34 1.38 2.7 0.98 0.02 0.1 0.83 5.99
4 Merauke 140.51195 -8.38090 MK-01 66.68 15.32 6.44 0.02 0 0.22 0.35 1.31 0.01 0.03 1.61 8.82
5 Merauke 140.46428 -8.53784 MK-05B 45.95 12.52 5.96 12.49 1.08 0.47 0.87 0.8 0.06 0.08 2.58 19.65
6 Merauke 140.51097 -8.61901 MK-07 72.85 10.65 5.14 0.19 0 0.39 0.44 1.41 0 0.05 1.79 8.49
7 Merauke 140.56923 -8.73961 MK-08C 43.51 8.47 6.88 15.17 1.69 1.46 0.89 1 0.06 0.13 1.44 20.19
8 Waropen 136.51534 -2.38806 WP-06 60.64 17.5 5.96 0 0.06 0.58 1.4 1.12 0 0.07 1.35 9.18
9 Waropen 136.40591 -2.23016 WP-7B 54.98 16.25 8.72 0.48 1.82 0.85 1.13 1.17 0.24 0.1 3.14 11.96

Tabel 5.14. Hasil analisa proximate batubara dari beberapa conto di wilayah coastal
Kab. Waropen, Papua.

Free Total Volatile Fixed Total Caloricfic


Moisture Ash
No Kab X Y KODE Moisture Moisture Matter Carbon Sulphur Value
(%) (%)
(%) (%) (%) (%) (%) (Cal/gr)
1 Waropen 136.53185 -2.37804 WP-02 38.23 42.76 7.87 49.25 32.09 10.79 1.38 5127
2 Waropen 136.50294 -2.41406 WP-03 52.28 55.78 7.33 52.71 24.85 15.11 1.50 4486
3 Waropen 136.50702 -2.40304 WP-04 26.12 27.95 2.48 7.34 0.70 90.88 0.34 20
4 Waropen 136.37995 -2.23797 WP-08 17.45 19.04 1.93 6.67 0.44 91.84 0.11 17

Laporan Akhir V-52


Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Tabel 5.15. Hasil analisa petrografi dari beberapa conto di wilayah coastal
Kab. Jayapura dan Nabire, Papua.
No Kab x y Kode Batuan
1 Jayapura 404482 9737085 JP-03 Diabas
2 Jayapura 140.37503 -2.42518 JP-04A Sepertenit
3 Mimika 404914 9739460 JP-06B Basalt amigdul
4 Mimika 439286 9716058 JP-07 Gabro
5 Mimika 446059 9718528 JP-17 Kuarsa muskovit sekis
6 Merauke 451711 9715355 JP-22 Serpentinit
7 Waropen 449401 9729353 JP-23 Batugamping
8 Waropen 140.05824 -2.71255 LR-02A Dasit
9 Nabire 582619 9606839 NB-04 Kuarsa muskovit alter
10 Nabire 575477 9650882 NB-10 Basalt

Tabel 5.16. Hasil analisa geokimia unsur Au dan ikutannya dari beberapa conto di
wilayah coastal Kab.Mimika, Papua.

Cu Pb Zn Ag Fe Mo Au
No Lokasi x Y Kode (ppm) (ppm) (ppm) (ppm) (%) (ppm) (ppb)
1 ST-01 21 45 106 2 3.77 <2 39
2 ST-03 21 43 57 2 3.43 <2 19
3 ST-09 ns ns ns ns ns ns ns
4 ST-10 3008 429 654 7 33.94 4 3201
5 ST-15 15 41 30 1 1.49 2 3201
6 Mimika 749,485 9,446,420 ST-16 16 42 32 4 1.6 <2 17
7 Mimika 749,485 9,446,908 ST-17 ns ns ns ns ns ns ns
8 Mimika 749,115 9,447,138 ST-18 11 33 32 1 1.71 <2 19
9 Mimika 748,713 9,447,406 ST-19 9 30 34 1 1.69 2 43
10 Mimika 748,378 9,447,606 ST-20 7 33 34 1 1.87 2 15
11 Mimika 749,249 9,448,075 ST-21 7 33 29 1 1.59 2 3
12 Mimika 748,445 9,448,209 ST-22 14 31 38 1 1.8 <2 10
13 Mimika 742,217 9,446,468 ST-23 12 32 42 1 1.91 <2 26
14 Mimika 734,984 9,447,205 ST-24 10 31 37 1 1.78 <2 26
15 Mimika 734,448 9,446,937 ST-25 16 32 50 1 2.49 2 19
16 Mimika 734,247 9,447,740 ST-26 14 39 43 2 2.28 3 3
17 Mimika 728,554 9,454,170 ST-27 21 30 40 1 2.56 2 3
18 Mimika 711,074 9,456,849 ST-28 167 74 93 2 3.29 2 26
19 Mimika 698,617 9,460,064 ST-29 18 41 55 2 2.4 2 23
20 Mimika 694,397 9,461,671 ST-30 10 33 47 1 2.49 <2 29

Laporan Akhir V-53


Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Gambar 5.33. Peta sebaran anomali geokimia sumber daya mineral wilayah coastal
Jayapura, Papua.

Gambar 5.34. Peta sebaran anomali geokimia sumber daya mineral wilayah coastal
Kabupaten Sarmi, Papua.

Laporan Akhir V-54


Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Gambar 5.35. Peta sebaran anomali geokimia sumber daya mineral wilayah coastal
Kabupaten Waropen, Papua.

Gambar 5.36. Peta sebaran anomali geokimia sumber daya mineral wilayah coastal
Kabupaten Nabire, Papua.

Laporan Akhir V-55


Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Gambar 5.37. Peta sebaran anomali geokimia sumber daya mineral wilayah coastal
Kabupaten Merauke, Papua.

Gambar 5.38. Peta sebaran anomali geokimia sumber daya mineral wilayah coastal
Kabupaten Mimika, Papua.

Laporan Akhir V-56


Studi Potensi Sumber Daya Mineral Wilayah Coastal di Provinsi Papua

Gambar 5.39. Peta sebaran sumber daya mineral wilayah coastal dan penamaan
batuan di Nabire, Papua berdasarkan petrografi.

Gambar 5.40. Peta sebaran sumber daya mineral wilayah coastal dan penamaan
batuan di Jayapura, Papua berdasarkan petrografi.

Laporan Akhir V-57

Anda mungkin juga menyukai