A. Pertimbangan ekonomis
Pertimbangan ekonomis menyangkut anggaran. Data untuk pertimbangan ekonomis
dalam melakukan perencanaan tambang batubara,antara lain:
Nilai (value) dari endapan batubara
Ongkos produksi, yaitu ongkos yang diperlukan mulai dari biaya
pengupasan Over Burden sampai tahap mendapatkan endapan batubara
Keuntungan (profit) yang didapat perusahaan
B. Pertimbangan Teknis
1. Perhitungan Cadangan
Perhitungan cadangan ini merupakan hal yang paling vital dalam kegiatan
eksplorasi. Perhitungan yang dimaksud di sini dimulai dari sumberdaya sampai cadangan
yang dapat di tambang. Hasil perhitungan cadangan tertambang kemudian akan digunakan
untuk mengevaluasi apakah sebuah kegiatan penambangan yang direncanakan layak untuk
di tambang atau tidak.
Masih sering dilakukan pada tahap-tahap paling awal dari perhitungan. Hasil
perhitungan secara manual ini dapat dipakai sebagai alat pembanding untuk
mengecek hasil perhitungan yang lebih canggih dengan menggunakan komputer.
b) Metode Isoline
Metoda ini dipakai untuk digunakan pada endapan bijih dimana ketebalan dan kadar
mengecil dari tengah ke tepi endapan.Volume dapat dihitung dengan cara
menghitung luas daerah yang terdapat di dalam batas kontur,kemudian mempergunakan
prosedur-prosedur yang umum dikenal
Aspek yang paling penting dalam perhitungan cadangan adalah metode penaksiran,
terdapat bermacam-macam metode penaksiran yang bisa dilakukan yaitu metode
klasik yang terdiri dari NNP (Neighborhood Nearest Point) dan IDW (Invers
DistanceWeighting) serta metode non klasik yaitu penaksiran dengan menggunakan
(interpolasi), metode ini sudah memasukkan aspek spasial (posisi) dari titikreferensi yang
akan digunakan untukmenaksir suatu titik tertentu.
d) Metode Krigging
Kriging yaitu suatu teknik perhitungan untuk estimasi atau simulasi dari suatu variabel
terregional (regionalized variable) yang memakai pendekatan bahwa data yang dianalisis
dianggap sebagai suatu realisasi dari suatu variabel acak (random variable), dan
keseluruhan variable acak dalam daerah yang dianalisis tersebut akan membentuk suatu
fungsi acak dengan menggunakan model struktural variogram atau kovariogram.Kriging
adalah penaksiran geostatistik linier tak bias yang paling bagus untuk mengestimasi kadar
blok karena menghasilkan varians estimasi minimum ’ BLUE (Best Linier Unbiased
Estimator). (Dr. Ir. Totok Darijanto, 2003).
Secara sederhana, kriging menghasilkan bobot sesuai dengan geometri dan sifat
mineralisasi yang dinyatakan dalam variogram. Bobot yang diperoleh dari persamaan
kriging tidak ada hubungannya secara langsung dengan kadar conto yang digunakan dalam
penaksiran. Bobot ini hanya tergantung pada konfigurasi conto di sekitar blok serta model
variogramnya.
Perhitungan dengan metoda kriging ini kadang-kadang terlalu kompleks untuk suatu
komoditi tertentu. Hal ini sangat bermanfaat jika dilakukan pada penentuan cadangan-
cadangan yang mineable dengan kadar-kadar di atas cut off grade.
Secara sederhana, kriging menghasilkan bobot sesuai dengan geometri dan sifat
mineralisasi yang dinyatakan dalam variogram. Bobot yang diperoleh dari persamaan
kriging tidak ada hubungannya secara langsung dengan kadar conto yang digunakan dalam
penaksiran. Bobot ini hanya tergantung pada konfigurasi conto di sekitar blok serta model
variogramnya.
e) Metode Poligon
Metode poligon ini merupakan metode yang sederhana dibandingkan dengan metode
lainnya, karena pada perhitungan cadangan endapannya tidak begitu memperhatikan
struktur patial daerah yang akan diobservasi dan tidak begitu memperhatikan data-
data dari titik-titik bor disekitarnya.
Untuk setiap lubang bor ditentukan suatu batas daerah pengaruh yang
dibentuk oleh garis-garis berat antara titik terdekat disekitarnya.
2Garis-garis tersebut diekstensikan sejauh setengah jarak dari titik-
titik disekitarnya yang membentuk suatu daerah pengaruh.
Masing-masing daerah/blok diperlukan sebagai satu poligon yang mempunyai
kadar dan ketebalan yang konstan yaitu sama dengan kadar dan ketebalan
titik bor di dalam poligon tersebut.
Menentukan luas daerah/blok (m2) yang akan dihitung dengan cadangan
batubaranya
Kemudian mencari volume endapan batubara (m3) dengan cara mengalikan luas
daerah (m2) dengan ketebalan endapan batubara (m) pada daerah/blok tersebut.
Kemudian didapat berat cadangan endapan batubara (ton) dengan cara
mengalikan volume batubara (m3) dengan SG batubara pada daerah tersebut.
Demikian juga penghitungan cadangan endapan batubara pada blok-blok yang
lainnya, sehingga didapatkan cadangan endapan batubara pada suatu daerah.
2. Penentuan Batas Dari pit
Menentukan batas akhir dari kegiatan penambangan (ultimate pit limit) untuk suatu
cebakan bijih. Ini berarti menentukan berapa besar cadangan bijih yang akan ditambang
(tonase dan kadarnya) yang akan memaksimalkan nilai bersih total dari cebakan bijih
tersebut. Dalam penentuan batas akhir dari pit, nilai waktu dari uang belum
diperhitungkan. Faktor – faktor pembatas suatu cadangan, antara lain:
Minimum ketebalan lapisan batubara, hal ini berhubungan dengan teknik
penambangan & stripping ratio.
Maksimum ketebalan tanah penutup, hal ini berhubungan dengan nilai
stripping ratio.
Maksimum stripping ratio, hal ini berhubungan dengan nilai atau tingkat
kelayakan penambangan.
Maksimum kemiringan lapisan batubara, hal ini akan berhubungan dengan
teknologi penambangan dan nilai stripping ratio.
Minimum (%) yield proses untuk mendapatkan batubara bersih, yaitu kalau
diperkirakan akan dilakukan proses pencucian.
Maksimum kandungan abu, yaitu sesuai dengan standar pasar yang akan
dimasuki.
Maksimum kandungan sulfur, yaitu sesuai dengan standar pasar yang akan
dimasuki.
Batasan alamiah – geografis, yaitu berhubungan dengan batasan-
batasan alam yang harus diperhatikan, seperti adanya sungai besar, daerah
konservasi alam, atau adanya jalan negara, atau adanya suatu areal tertentu yang
tidak mungkin dipindahkan.
Batasan alamiah–geologi, yaitu berhubungan dengan batasan-batasan geologi,
seperti adanya sesar, intrusi, dll.
3. Perancangan Pushback
Pushback merupakan bentuk-bentuk penambangan yang menunjukkan bagaimana
pit akan ditambang dari titik awal masuk hingga bentuk akhir pit. Pushback disebut
juga phase, slice, stage. Tujuan umum dari pushback adalah untuk membagi
seluruh volume dalam pit dalam unit – unit perencanaan yang lebih kecil seingga
mudah ditangani. Adanya pushback akan memudahkan perancangan tambang yang
amat kompleks menjadi lebih sederhana. Dalam perancangan pushback, parameter
waktu dapat mulai diperhitungkan, karena waktu merupakan parameter yang sangat
berpengaruh. Tahapan-tahapan penambangan yang dirancang secara baik akan
memberikan akses ke semua daerah kerja dan menyediakan ruang kerja yang cukup
untuk operasi peralatan kerja tambang. Berikut adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi penentuan pushback, antara lain :
a) Bentuk dan kemiringan perlapisanbatubara
Rencana penambangan batubara yang berbentuk perlapisan (gradded seam)
akan berbeda dengan perancangan penambangan untuk mineral bijih
termasuk dalam penentuan geometri lereng.
b) Jumlah Cadangan dan Overburden yang harus dipindahkan
Jumlah cadangan batubara juga mempengaruhi dalam perencanaan
pushback. Jumlah cadangan menentukan umur suatu tambang, begitupun
dengan jumlah materia overburden yang harus dipindahkan untuk
mencapai batubara. Pembagian material ini harus direncanakan sebaik
mungkin dengan memperhatikan aspek geologi, teknik serta ekonomi
sehingga penambangan yang akan dilakukan berjalan efektif, aman dan
menguntungkan.
c) Striping Ratio ( Nisbah Pengupasan )
Nisbah pengupasan merupakan perbandingan antara tonase overburden
yang harus dipindahkan terhadap satu ton batubara yang ditambang. Hasil
suatu perancangan pit akan menentukan jumlah tonase overburden dan
batubara yang mengisi pit. Perbandingan antara overburden dan batubara
tersebut akan memberikan nisbah pengupasan rata-rata suatu pit. Ada dua
nisbah pengupasan yang harus dibedakan:
1) Overrall Stripping Ratio (R)
R menyatakan volume OB yang harus dipindahkan untuk menyingkap
satu volume unit batubara.
𝑅 = 𝑉𝑝𝑖𝑡 − 𝑉𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎/𝑉𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎
2) Brak Even Striping Ratio ( BESR )
3) Untuk menganalisa kemungkinan sistem penambangan yang akan
digunakan, apakah tambang terbuka atau tambang dalam ( bawah
tanah ), maka digunakan konsep Brak Even Striping Ratio ( BESR ),
tinggi rendahnya nilai BESR dipengaruhi oleh :
- Nilai kalori batubara yang akan ditambang
- Harga batubara
I. BESR₁ (Overall Striping Ratio)
Perbandingan antara biaya penggalian endapan bijih/batubara
dengan biaya pengupasan tanah penutup.
biaya tambang bawah tanah−biaya tambang terbuka /ton
𝐵𝐸𝑆R1 = biaya pengupasan ob/ton
III. BESR₃
biasanya dihitung berdasarkan keuntungan maksimum yang akan
di peroleh, yaitu :
𝐵𝐸𝑆𝑅 3
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ/𝑡𝑜𝑛 − (𝑜𝑛𝑔𝑘𝑜𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖/𝑡𝑜𝑛 + 𝑘𝑒𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛/𝑡𝑜𝑛)
=
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑂𝐵/𝑡𝑜𝑛
4. Geometri Jenjang
Komponen utama dalam suatu tambang terbuka adalah jenjang/bench.
Pertimbangan-pertimbangan yang dipakai dalam menentukan geometri jenjang
(w=lebar, l=panjang, dan h=tinggi) :
Salah satu contoh cara menentukan geometri jenjang yang dapat diterapkan
adalah cara penentuan geometri jenjang berdasarkan U.S. Army Engineer
keterangan:
keterangan :
5. Jalan tambang
Salah satu pertimbangan geometri adalah pembuatan jalan tambang baik jalan
masuk ke dalam tambang untuk pengangkutan bijih/endapan bahan galian
yang ditambang maupun jalan yang digunakan untuk penimbunan lapisan penutup.
Geometri dari jalan akan mempengaruhi bentuk geometri daerah penambangan
secara umum. Geometri dari jalan tersebut meliputi lebar dan kemiringan jalan
(biasanya dipengaruhi oleh jenis alat yang digunakan dalam operasi
penambangan).Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan jalan
tambang :
a) Iklim
Daerah penambangan dipengaruhi oleh keadaan iklim. Untuk iklim tropis,
terdapat 2 musim yang berpengaruh yaitu musim hujan dan musim
kemarau yang akan mempengaruhi produksi. Penurunan produksi dapat
terjadi pada musim hujan dan kemarau. Pada musim hujan keadaan jalan
angkut akan licin atau lengket dan berbahaya untuk dilalui. Sedangkan
pada musim kemarau, jalan menjadi berdebu yang akan mempengaruhi
pandangan pengemudi.
b) Tanah Dasar
Tanah dasar dari daerah tambang haru diteliti jenis dan kondisinya,
meliputi batas Atterberg (batas cair batas plastis) dan golongannya
(misalnya menurut Unified Soil Classification System). Kegunaannya untuk
menentukan kekuatan daya dukung tanah.
c) Bahan pengerasan lokal
Dianjurkan untuk mempergunakan batu yang diperoleh dari sekitar lokasi
penambangan.Batu untuk bahan perkerasan jalan boleh langsung
dipergunakan tanpa melalui preparasi.Batu hendaknya dipecahkan sebagai
fraksi berukuran 5-7,5 cm.
d) Kemiringan (grade)
Kemiringan jalan mempengaruhi produksi.sebaiknya diambil kemiringan
optimum. Faktor gravitasi hendaknya dimanfaatkan seoptimal mungkin
e) Lebar Jalan
Lebar jalan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan, dapat satu jalur dua jalur
atau lebih. Lebar jalan minimum adalah 3,5 kali lebar dumptruck terbesar
f) Fungsi jalan
Menurut fungsinya jalan dibedakan menjadi :
- Jalan pengangkutan utama (main haulage road), yaitu jalan yang
menghubungkan daerah penambangan dengan stasiun penyaringan ke
pabrik pengolahan atau tempat penimbunan.
- Jalan tambang (mine road), yaitu jalan yang menghubungkan daerah
penambangan dengan stassiun penyaringan.
- Jalan pembuangan (disposal road), yaitu jalan yang menghubungkan daerah
pengupasan dengan daerah pembuangan.
- Jalan pengupasan (stripping road), yaitu jalan yang melayani aktivitas
pengupasan tanah penutup dan sifatnya hanya sementara.
- Jenis dan kapasitas kendaraan yang melalui jalan.
6. Hidrologi dan Hidrogeologi
Kondisi hidrologi dan hidrogeologi dari suatu daerah yang akan dijadikan daerah
tambang terbuka akan sangat berpengaruh dalam proses perancangan tambang.
Kondisi hidrologi dan hidrogeologi tersebut dapat berupa sungai, air permukaan
(akibat curah hujan) dan air tanah. Kondisi-kondisi tersebut akan menjadi
pertimbangan teknis dalam perancangan terbuka karena dengan adanya sungai
(misalnya terdapat suatu sungai yang besar di suatu daerah yang akan di tambang)
akan menjadi batas penambangan di daerah tersebut. Hal tersebut akan menjadi
perhatian dalam proses penambangan selanjutnya. Penanganan masalah air dalam
suatu tambang terbuka dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Mine Drainage, merupakan suatu upaya untuk mencegah masuk dan
mengalirnya air ke tempat pengaliran. Hal ini umum dilakukan untuk
penanganan air tanah dan air yang berasal dari sumber air permukaan
(sungai, danau, dll).
b. Mine dewatering, merupakan suatu upaya untuk mengeluarkan air yang
telah masuk ke tempat penggalian, terutama untuk penanganan air hujan.
Sumber utama air permukaan pada suatu tambang terbuka adalah air
hujan. Curah hujan yang relatif tinggi akan berakibat pentingnya
penanganan air hujan yang baik agar produktivitas kegiatan penambangan
tidak menurun.
Penanganan masalah air permukaan ini biasanya dapat dilakukan
dengan membuat saluran air dan sumuran. Saluran air berfungsi untuk
mengalirkan air permukaan, sedangkan sumuran berfungsi untuk
menampung air permukaan dan selanjutnya dipompa ke luar area tambang
sehingga kemajuan kegiatan penambangan dapat terus dilakukan .
7. Struktur Geologi yang Dominan
Struktur geologi yang mempengaruhi dalam perancangan suatu tambang terbuka
antaa lain :
- Perlapisan (bedding)
- Perlipatan ( siklin dan antiklin )
- Sesar / patahan (fault)
- Kekar (joint)
- Rekahan (Fracture)
Batas
Pit
patahan
Batubara