REVIEW
(Diajukan guna memenuhi tugas pengganti mata kuliah Pengukuran Proses dan
Hasil Proses Bentang Lahan)
Dosen Pengampu:
Oleh:
Seluruh bentang alam yang permukaan bumi adalah suatu hasil dari proses
geologi yang meliputi campur tangan tenaga eksogen dan endogen di dalam
bumi. Tenaga-tenaga di dalam bumi tersebut mengalami proses
pengangkatan,patahan dan denudasi yang pada akhirnya akan membentuk
perbukitan dan daerah paneplain, dari proses tersebut juga akan menghasilkan
zona-zona yang akan membentuk suatu lembah dan sungai hingga prose
aktivitas vulkanik seperti yang ada pada daerah Jawa Barat. Daerah ini
mempunyai ciri khas geologi yang mencakup daerah dataran alluvial, lipatan
perbukitan dan juga aktivitas vulkanisme yang diklasifikasikan atas 4 zona
yakni :
a) Zona Jakarta
Zona ini berlokasikan pada tepi laut Jawa yang mempunyai lebar 40
km dari daerah Serang hingga Cirebon. Daerah dengan ciri khas
topografi yang terdiri atas endapan alluvial yang tersebar dari sungai-
sungai seperti halnya sungai Citarum, sungai Cimanuk, sungai
Ciasem, sungai Cipunagara, sungai Cikeruh, sungai Cisanggarung.
Zona ini juga telah tertupi oleh endapan kipas alluvial yang
merupakan endapan lahar yang berasal dari Gunung Tangkuban
Perahu, Gunung Gede, Gunung Pangranggo.
b) Zona Bogor
Zona ini terbentang dari daerah Rangkasbitung,
Bogor,Purwakarta,Subang, Sumedang,Kuningang, hingga
Majalengka. Daerah ini mempunyai ciri khas topografi yang teriri atas
lipatan perbukitan yang merupakan hasil dari batuan sedimen laut
yang berumur tersier, kemudian membentuk antiklonorium dan
membentuk patahan pada zaman antara pliosen hingga plistosen yang
pada akhirnya menghasilkan patahan lembang dan terjadinya proses
pengangkatan pada daerah pegunungan selatan.
Perbatasan diantara Zona Bogor dan Zona Bandung yakni Gunung
Ciremai Kuningan dengan ketinggian 3.078 m, Gunung Tampomas
Sumedang dengan ketinggian 1.684 m. Pada saat ini, Zona Bogor
terdapat daerah perbukitan yang tidak terlalu tinggi yang dapat
dijumpai batuan intrusi. Batuan intrusi ini dapat dijumpai di Gunung
Parang Purwakarta, Gunung Sanggabuwana Purwakarta,Gunung
Kromong Majalengka, Gunung Buligir Majalengka.
c) Zona Bandung
Karakteristik zona ini cenderung unik dikarenakan termasuk ke dalam
zona depresi atau zona vulkanik dan terdapat kandungan endapan
vulkanik dari hasil kegiatan vulkanisme, endapan ini terdiri dari
endapan alluvial dan endapan vulkanik kuarter, campuran endapan
tersier-kuarter pada beberapa daerah. Zona ini mempunyai gunung
yang dimana berlokasikan pada daerah dataran rendah yang diapit dua
Zona pinggiran yakni Zona Bogor dan juga Zona Pegunungan Selatan.
Zona Bandung mempunyai beberapa pegunungan tersier yakni :
Pegunungan Bayah yang terletak pada daerah bagian selatan
dikarenakan proses lipatan pada zaman eosen dengan kandungan
batuan old andesit, sementara pada daerah bagian utara adalah
kategori peralihan Zona Bogor.
Perbukitan dan Lembah Cimandiri yang terletak di Sukabumi pada
daerah dengann ketinggian 570 meter hingga 610 meter yang masih
merupakan sambungan dari pegunungan Bayah yang terletak diantara
daerah Cibadak dan Sukabumi. Pada kedua daerah itu dapat dijumpai
horst yang memiliki kandungan endapan dari kegiatan vulkanisme.
Mengarah pada daerah Timur dari Sukabumi, dapat dijumpai suatu
dataran yang berbentuk lempengen dengan ketinggian 700 meter
hingga 750 meter yang telah berusia eosen.
Perbukitan Rajamandala dan Plateu Rongga yang berlokasikan di
dataran Jampang, Pegunungan Selatan yang telah berumur Oligosen
hingga Pliosen. Rajamandala merupakan daerah perbukitan dan
lembah, sementara plateu merupakan perbukitan yang berumur
dewasa hingga tua campuran diantara Zona Bandung dan Zona
Pegunungan Seltan dengan ketinggian diatas 1.000 meter dan
melandai pada daerah dataran Batujajar dengan ketinggian 650 meter.
Perbukitan Kabanaran yang berlokasikan di Timur Banjar dengan
lebar 20km hingga 40km yang merupakan daerah dataran dan lembah.
Dahulu pada zaman pra tersier, wilayah Jawa Barat termasuk pada
kompleks melange yang merupakan suatu zona campuran batuan kerak
samudera dengan batuan kerak benua. Batuan-batuan tersebut seperti
batuan metamorf, batuan vulkanik, batuan beku. Pada zaman paleosen,
bagian utara wilayah Jawa Barat mengalami pengendapan akibat kegiatan
vulkanik yang kemudian membentuk suatu Formasi Jatibarang. Zaman
eosen daerah rajamandala hingga sukabumi termasuk ke dalam area
terestial fluvial, lalu muncul Formasi Gunung Walat yang ada pada depresi
internal basin berupa adanya batuan konglomerat batu pasir kuarsa. Zaman
oligosen akhir terbentuk transgesi marine yang membentang pada daerah
selatan hingga timur ke arah daerah utara hingga timur. Kemudian wilayah
bogor berada pada tengah daerah Jawa Barat dan memisah dari off shelf
platform yang berada di selatan sunda self.
Lalu terbentuklah formasi rajamandala pada utara platform reef bersamaan
dengan formasi karbonat batu asih. Hingga terjadilah proses pengangkatan
hingga zaman miosen awal yang bersamaan dengan kegiatan vulkanisme
yang kemudian membentuk proses struktur lipatan dan sesar pada wilayah
barat daya hingga timur laut.
Setelah formasi rajamandala terbentuk pada zaman miosen, kemudian
terbentuklah cekungan bogor yang diakibatkan oleh endapan turbidit dan
volcanic debris. Pada daerah selatan mengalami suatu pengendapan pada
formasi jampang dan juga formasi cimandiri, sementar pada daerah utara
mengalami pengendapan pada formasi parigi dan juga formasi subang.
Pada era kuarter wilayah Bandung mengalami proses penyumbatan atas
sungai citarum disebabkan oleh lava erupsi dari Gunung Tangkuban
Perahu hingga pada akhirnya tergenang dan membentuk sebuah danau.
Kemudian danau-danau tersebut merembes pada wilayah bautuan gamping
sang hyang tikoro dan terendapkan kembali.
Wilayah Jawa Barat terkenal akan daerah mineral batuan berupa batuan
andesit tua yang sudah berumur miosen. Batuan ini berada pada daerah
Pegunungan Selatan.
Fasies Batuan Karbonat Pr. Manik merupakan jenis batuan yang tergolong
ke dalam fasies koral boundstone dengan ciri khas warna white pale dan
bercak abu-coklat. Batuan ini berbentuk keras utuh dan terdapat lapisan
batuan yang terkandung akan koral batu dan koral cabang, foraminifera dan
juga fasies packstone rudstone dan dapat dijumpai pada daerah bagian insitu
reef belakang reef crest dengan daerah berair tenang.
Formasi Rajamandala kaya akan endapan fosil, fosil-fosil tersebut
mengalami pengendapan dari fasies back reef hingga daerah laut basin atau
toe of slope dengan umur antara Oligosen Akhir hingga Miosen Awal.
Formasi yang terdapat di Jawa Barat tersusun atas berbagai macam umur
batuan dari umur pra tersier hingga kuarter. Batuan pra tersier dapat dijumpai
di wilayah Ciletuh hingga Sukabumi dengan ciri khas batuan singkapan yang
tersusun atas melange tektonik (Kapur) seperti filit, skis, gabbro, basalt,
metasedimen. Kemudian batuan tersebut tertup oleh batuan hasil sedimentasi
darat dan juga laut yang berkedalaman dangkal (Formasi Bayah) yang telah
berusia miosen atas.
Daerah ini terbagi atas geologi Sungai Citarum yang memiliki hulu di
Gunung Wayang yang kemudian mengalir pada daerah dasar cekungan ke
Waduk Saguling dan kemudian barmuara ke pantai Karawang (Pantai Utara
Jawa) dengan litologi penyusun meliputi endapan tersier, daerah pegunungan
api tua dan muda, endapan danau (Aust.Et.al.,1994)
Cekungan ini mempunyai ciri khas iklim monsoon tropis yakni musim
kemarau jatuh pada antara Juli-September, sementara musim hujan jatuh pada
antara Oktober-Juni dengan curah hujan rata-rata 1458 mm – 2350 mm dan
suhu 25°Celcius-34°Celcius (Weert,1994).
Cekungan ini memiliki aliran air tanah yang mengikuti kontur topografi
(tinggi ke rendah) kemudian mengalir keluar ke Sungai Citarum.
Berkembangnya Bandung menjadi sebuah kota besar telah mengakibatkan
keluasan pada kerucut cekungan bandung menurun, terdapat banyak aliran air
tanah yang mengalami perubahan, seperti halnya yang terdapat ada daerah
Majalaya, Rancaekek, Ujungberung yang sekarang telah menjadi daerah
industri.
Daerah cekungan ini mempunyai rata-rata curah hujan 2100 mm dengan 60%
kemiringan lereng yang cenderung datar dan 40% permeabilitas tanah rata-
rata sedang hingga cepat. Dapat dilihat pada distribusi parameter infiltrasi
hujan hanya 90% wilayah yang berada di cekungan Bandung yang memiliki
potensi resapan air hujan. Mayoritas wilayah yang baik hingga normal
resapan tertutup atas lahan hutan, perkebunan, hingga semak belukar. Adanya
suatu perubahan dalam vegetasi juga mempengaruhi produktivitas hidrologi
suatu daerah (resapan air) (Bruce,1966).
Referensi
Anne,R. Friedman,G.M. 1981. Exploration For Carbonate Petroleum
Reservoirs. Jon Wiley & Sons,Inc. New York.
Arthur,J.B. Carney,R.S. 1981. Principles Of Benthic Marine Paleoecology.
Academic Press, New York, London 463 h.
Barker,R.W. 1960. Taxonomic Notes,Soc.Econ Paleon and Mineral. Special
Publication no. 9, Tusla,Oklahoma,USA.
Bemmelen,R.W.Van. 1949. The Geology Indonesia . Tha Hague Martinus.
Brahmantyo,Budi. 2005. Geologi Cekungan Bandung. Departement Teknik
Geologi,ITB.
Haryanto, I., 2014. Evolusi Tektonik Pulau Jawa Bagian Barat Selama Kurun
Waktu Kenozoikum. Disertasi Doktor, Pasca Sarjana UNPAD
(Tidak dipublikasikan).
Sudjatmiko. 1972. Peta Geologi Lembar Cianjur. Direktorat Geologi
Bandung.
Sudrajat,Adjat. 1992. Jawa Barat Selatan Sebagai Potensi Yang Terpendam.
Direktorat Jendral Geologi dan Sumberdaya Mineral, Departemen
Pertambangan dan Energi.
Silitonga,P.H. 1973. Peta Geologi Lembar Bandung,Jawa Skala 1:100.000.
Direktorat Geologi,Bandung.
Sampurno. 1976. Geologi Daerah Longsor Jawa Barat. Geologi
Indonesia,V.3(1),hal.45-52.
Sukamto, R. 1975. Geologic Map of the Jampang and Balekambang
quadrangles, Java (Quadrangles 9-XIV-A, 8-XIV-C) Scale 1: 100,000,
Geological Research and Development Centre, Bandung, 11p.
Yulianto, I., Hall, R., Clements, B. & Elders, C. 2007. Structural and
stratigraphic evolution of the offshore Malingping Block, West Java,
Indonesia, Proceedings Indonesian Petroleum Association
31st Annual Convention.