Disusun Oleh:
IKBAR RANIADI FARDAN
072001500054
Penyusun
IKBAR RANIADI FARDAN
072001500054
DisahkanOleh:
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan proposal
pemetaan yang berjudul “Proposal Pemetaan geologi di daerah Geologi Daerah Desa
Sumberharjo Dan Sekitarnya Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta” tepat pada waktunya.
Proposal ini berisi tentang bagaimana keadaan geologi suatu daerah yang
meliputi geomorfologi, urutan stratigrafi, geologi struktur dan sejarah geologi melalui
tinjauan pustaka serta rencana penulis untuk melakukan pemetaan pada daerah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan proposal pemetaan
ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena penulis menerima saran dan kritik serta
masukan yang bersifat konstruktif.
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga proposal pemetaan ini
dapat memberikan gambaran dan menjadi acuan dalam melakukan pemetaan pada
daerah penelitian.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.1 LatarBelakang
I.2 MaksuddanTujuan
I.3 LokasiPenelitian
I.4 StudiPustaka
BAB II GEOMORFOLOGI
I.1 Fisiografi Regional
I.2 Geomorfologi Daerah Pemetaan
BAB III GEOLOGI REGIONAL
I.1 Stratigrafi Regional
I.2 Struktur Geologi Regional
I.3 Sejarah Geologi Regional
BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PEMETAAN
BAB V METODOLOGI PENELITIAN
V.1 Tahap Persiapan dan Perencanaan
V.2 Tahap Pemetaan Lapangan
V.3 Tahap Penelitian Laboratorium
V.4 Tahap Penyusunan Laporan
V.5 Diagram Alir Pemetaan
V.6 Waktu dan Rencana
V.6.1 Perencanaan Waktu di Lapangan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pada saat ini ilmu tentang geologi sangat berperan penting dalam memberi
informasi tentang perkembangan kondisi geologi yang ada dibumi ini. Oleh karena itu
sangat banyak dilakukan penelitian tentang geologi ini mencakupi geomorfologi,
stratigrafi, struktur geologi dan aspek – aspek geologi yang lainnya. Pemetaan geologi
merupakan suatu kegiatan untuk mendapatkan informasi-informasi geologi permukaan
dan menghasilkan suatu bentuk laporan berupa peta geologi yang dapat memberikan
gambaran mengenai penyebaran dan susunan batuan (lapisan batuan), serta memuat
informasi gejala-gejala struktur geologi yang mungkin mempengaruhi pola penyebaran
batuan pada daerah tersebut.
Pemetaan geologi daerah Desa Sumberharjo dan sekitarnya, Kecamatan
Prambanan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dilakukan
untuk mengetahui gejala – gejala geologi yang terdapat daerah tersebut, seperti yang
telah diketahui bahwa daerah ini merupakan daerah yang sangat menunjang untuk
diteliti. Selain pada struktur geologinya, stratigrafinya juga sangat menarik untuk
dibahas. Pemahaman tentang sedimentologi juga akan sangat membantu dalam
menyusun sejarah geologi maupun dalam menarik kesimpulan dari penelitian ini.
Seorang geologist memiliki peranan penting dalam memberikan informasi
tentang kondisi geologi pada suatu daerah yang memiliki dampak baik langsung
maupun tidak langsung terhadap masyarakat sekitar. Karena berkembangnya kondisi
itu lah yang membuat para ahli di bidang ini melakukan penelitian langsung ke daerah
tersebut agar diperoleh data yang lebih detil. Penelitian tersebut akan mendapatkan
suatu data detil yang mencakup kondisi geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi dan
aspek aspek geologi lainnya.
Berdasarkan peta Regional Surakarta, terdapat formasi utama berupa Formasi
KeboButak,dan Batuan Gunungapi Merapi. Dan juga struktur berupa sesar geser
dekstral pada barat lokasi penelitian. Hasil yang diperoleh dari pemetaan geologi
diharapkan dapat mendukung data yang telah ada sebelumnya serta dapat berguna bagi
pendayagunaan sumber daya alam daerah tersebut.
LOKASI KAVLING
KAVLING
KABUPATEN KECAMATAN DESA / KELURAHAN
Ngoro-oro, Patuk, Salam, Putat, Dogo, Se.moyo,
Gunungkidul Patuk
Pengok
11
Pluyungan Srimartini, Girimulyo.
Bantul
Dlingo Terong.
Patuk Beji, Putat – 2, Putat, Bunder, Sambipitu, Nglegi.
12 Gunungkidul
Playen Gading, Dawung – 2, banaran – 3, Ngeleri.
Gunungkidul Patuk Karang, Salaman, Nglanggeran, Nglegi,Putat, Beji.
13 Bantul Piyungan Srimartini .
Sleman Prambanan Wukirharjo, Gayamharjo.
Sleman Prambanan Sambirejo, Sumberharjo, Wukirharjo, Gayamharjo.
14
Gununglkidul Patuk Gembyong, Karang.
Gendangsari Watugajah, Sampang, Hargomulyo, Terbah, Serut.
15 Gunungkidul
Patuk Terbah, Karang.
Pacing, kadilanggon, Gentan, jabung Karangturi,
Klaten Wedi
Tabel 1.2 Daerah Kavling Blok 1 Kelompok 3 Gesikan, Ngandong.
Jogoprayan, Kragilan,
Gambar 1.1. Peta Topografi Daerah Pemetaan
Kavling 23(surfer)
1.4
1.5 Studi Pustaka
Studi pustaka yang dilakukan pada pemetaan ini dimulai dari studi
pustaka peta regional, guna mengetahui arah penyebaran batuan dan struktur secara
regional, dan pola penyebaran jurus. Pada daerah penelitian digunakan lembar regional
peta geologi Surakarta. Selain peta geologi, penelitian di daerah ini juga menggunakan
peta sungai dari Geospasial Indonesia, dan peta .shp kabupaten Gunungkidul dan dari
Geospasial Indonesia, juga menggunakan data cekungan Jogja untuk studi stratigrafi
regional, serta pola penyebaran struktur menurut Situmorang, dkk (1976).
Pada pembuatan peta geomorfologi menggunakan dasar perhitungan Van
Zuidam, (1983), Pembagian Fisiografi Pulau Jawa menurut Van Bemmelen (1949)
serta pembagian pola struktur menurut Situmorang, dkk (1976)
Gambar 1.3 Peta Geolog Lembar Surakarta (Surono, B. Toha, dan I Sudarno 1992)
BAB II
GEOMORFOLOGI
II.1 Fisiografi Regional
Fisiografi regional daerah penelitian mengacu pada R.W. Van Bemmelen (1949)
dalam bukunya “The Geology of Indonesia”. Berdasarkan kondisi litologi penyusun,
pola struktur dan morfologi yang ditunjukkan oleh Van Bemmelen (1949), secara
fisiografis daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur dibagi menjadi tujuh zona fisiografi,
dari utara ke selatan, antara lain sebagai berikut :
1. Depresi Semarang – Rembang
Depresi Semarang – Rembang merupakan dataran yang berada diantara
Semarang dan Rembang.
2. Zona Rembang
Zona Rembang di bagian Utara dibatasi oleh Paparan Laut Jawa Utara ke
arah selatan berhubungan dengan Depresi Randublatung yang dibatasi oleh
Sesar Kujung, ke arah barat berhubungan dengan Depresi Semarang – Pati
dan ke arah timur berhubungan dengan bagian utara Pulau Madura.
3. Zona Randublatung
Zona Randublatung merupakan daerah lembah dan bagian tengah
memanjang barat – timur dan memisahkan Zona Kendeng dan Zona
Rembang.
4. Zona Kendeng
Zona Kendeng memanjang dari Gunung Ungaran di bagian barat menuju
ke arah timur sampai ke Sungai Brantas. Panjang zona ini diperkirakan 250
km, lebar di bagian barat 40 km dan mungkin menyempit di bagian timur
kurang lebih 20 km (Genevraye & Samuel, 1972).
Gambar 2.1 Peta Fisiografi Pulau Jawa Menurut Van Bemmelen (1949)
Stadia Daerah
Parameter
Muda Dewasa Tua
Stadia Muda –
Muda Tua
Sungai Dewasa
Relief Sedikit – Bergelombang Maksimum Hampir Datar
Bentuk
Penampang U–V V U – Datar
Lembah
Bentang alam
Bentang
Bentang alam umumnya datar bergelombang
alamnya
Kenampakan sampai bergelombang. sampai
datar.
Lain maksimum.
Mulai ada Hasil proses
Tidak ada Gawir.
gawir. pengendapan.
Relief sedang Tidak ada
Relief kecil.
– maksimum. relief.
V V–U U – Datar
Stadia Sungai
Parameter
Muda Dewasa Tua
Slope Gradient Besar Relatif Kecil Tidak Ada
Kecepatan Aliran Tinggi Sedang Rendah
Berdasarkan Lobeck (1939), genetik sungai dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a. Subsekuen, sungai yang mengalir mengikuti arah jurus lapisan batuan.
b. Konsekuen, merupakan sungai yang mengalir mengikuti kemiringan
lapisan batuan yang dilaluinya.
c. Obsekuen, merupakan sungai yang mengalir berlawanan kemiringan
lapisan yang dilalui.
Pada dasarnya, stadia daerah berkaitan dengan ciri-ciri geomorfologi suatu daerah
dan ciri-ciri dari sungai yang ada pada daerah pemetaan. Stadia daerah ini dapat
menentukan sejauh mana tingkat erosi atau proses denudasi/penelanjangan yang
sedang terjadi pada daerah pemetaan. Lobeck (1939) membagi stadia daerah menjadi
tiga, yaitu:
Stadia muda mempunyai ciri-ciri dataran yang masih tinggi dengan lembah
sungai yang relatif curam dengan genetik sungai dominan konsekuen. Kondisi
geologi masih pada tahap awal atau origin.
Gambar 2.3 Stadia Daerah Muda (Lobeck, 1939)
Stadia dewasa dicirikan dengan relief terbesar atau maksimum dan genetik
sungai sudah mulai berubah menjadi subsekuen. Topografi dari bentang alam
stadia ini dipengaruhi oleh variasi dari batuan, sehingga akan terbentuk jurang
apabila sungai mengalir di batuan yang resisten dan sebaliknya akan terbentuk
lembah sungai berbentuk U atau open valleys pada batuan yang lemah.
BAB III
GEOLOGI REGIONAL
III.1 Stratigrafi Regional
Gambar 2.2 Kolom Stratigrafi Gunungkidulegional F(Surono dkk., 1992).
Formasi Butak
Formasi Butak lokasi tipe formasi ini terdapat di Gunung Butak
yang terletak di Sub-zona Baturagung. Formasi ini tersusun oleh litologi
breksi, batupasir tufaan, konglomerat batuapung, batulempung dan serpih
yang memperlihatkan perselingan, dan menunjukkan ciri endapan aliran
gravitasi di lingkungan laut. Formasi ini berumur Oligosen.Ciri Formasi
Kebo dan Formasi Butak di beberapa tempat tidak begitu nyata sehingga,
pada umumnya beberapa peneliti menyebutnya sebagai Formasi Kebo-Butak
yang berumur Oligosen Atas (N1-N3).
Formasi Mandalika.
Tipe lokasi formasi ini terdapat di Desa Mandalika. Formasi ini
memiliki ketebalan antara 80-200 m. Formasi ini tersusun oleh lava
andesitikbasaltik, porfiri, petite, rhyolite dan dasit; dasit, lava andesitik,
tuff dasit dengan dioritik dyke; lava andesitic basaltic trachytik dasitik
dan breksia andesitic yang ter-prophyliti-kan; andesite, dasit, breksia
vulkanik, gamping kristalin; breksia, lava, tuff, dengan interkalasi dari
batupasir dan batulanau yang memperlihatkan cirri endapan darat. Satuan
ini beda fasies menjari dengan Anggota Tuff dari Formasi Kebobutak.
Formasi Semilir.
Formasi ini tersingkap baik di Gunung Semilir di sekitar Baturagung,
terdiri dari perselingan tufa, tufa lapili, batupasir tufaan, batulempung,
serpih dan batulanau dengan sisipan breksi, sebagai endapan aliran gravitasi
di lingkungan laut dalam. Formasi ini berumur Oligosen Awal (N1-N2).
Formasi Nglanggran.
Lokasi tipenya adalah di Desa Nglanggran. Formasi ini terdiri dari
breksi dengan sisipan batupasir tufaan, yang memperlihatkan sebagai endapan
aliran gravitasi pada lingkungan laut. Formasi ini berumur Oligosen Akhir
(N3). Formasi Nglanggran, pada umumnya selaras di atas Formasi Semilir,
akan tetapi di tempat-tempat lainnya, kedua formasi tersebut saling
bersilangjari (Surono, 1989).
Formasi Sambipitu.
Lokasi tipenya terdapat di Desa Sambipitu. Formasi ini tersusun oleh
perselingan antara batupasir tufaan, serpih dan batulanau, yang
memperlihatkan ciri endapan turbidit. Di bagian atas sering dijumpai adanya
struktur slump skala besar. Satuan ini selaras di atas Formasi Nglanggran, dan
merupakan endapan lingkungan laut pada Miosen Awal bagian tengah –
Miosen awal bagian akhir (N6 - N8).
Formasi Oyo.
Formasi ini tersingkap baik di Kali Oyo sebagai lokasi tipenya,
terdiri dari perselingan batugamping bioklastik, kalkarenit, batugamping
pasiran dan napal dengan sisipan konglomerat batugamping. Satuan ini
diendapkan pada lingkungan paparan dangkal pada Miosen Tengah (N10-N12).
Formasi Wonosari.
Formasi ini tersingkap baik di daerah Wonosari dan sekitarnya,
membentuk morfologi karts, terdiri dari batugamping terumbu,
batugamping bioklastik berlapis dan napal. Satuan batuan ini merupakan
endapan karbonat paparan (carbonate plateform) pada Miosen Tengah hingga
Miosen Akhir (N9-N18). Formasi Wonosari ini mempunyai hubungan selaras
di atas Formasi Oyo, akan tetapi di beberapa tempat, bagian bawah formasi
ini saling berhubungan silang jari dengan Formasi Oyo.
Formasi Kepek.
Lokasi tipenya terdapat di Kali Kepek, tersusun oleh batugamping
dan napal dengan ketebalan mencapai 200 meter. Litologi satuan ini
nenunjukkan ciri endapan paparan laut dangkal dan merupakan bagian dari
sistem endapan karbonat paparan pada umur Miosen Akhir (N15-N18).
Formasi ini mempunyai hubungan silang jari dengan satuan batugamping
terumbu Formasi Wonosari. Di atas batuan karbonat tersebut, secara
tidakselaras terdapat satuan batulempung hitam, dengan ketebalan 10 meter.
Satuan ini menunjukkan ciri sebagai endapan danau di daerah
Baturetno pada waktu Plistosen. Selain itu, daerah setempat terdapat laterit
berwarna merah sampai coklat kemerahan sebagai endapan terrarosa, yang
pada umumnya menempati uvala pada morfologi karst. Di lokasi lainnya,
hubungan antara sedimen volkanoklastik dan sedimen karbonat tersebut
berubah secara berangsur (Surono et al., 1989)
U
Gambar 4.2 Terrain Daerah Pemetaan (Surfer, Data DEM Jawa 2008)
Gambar 4.3 Peta Topografi Daerah Pemetaan
IV.2 Geomorfologi Daerah Pemetaan
Menurut interpretasi peta geomorfologi daerah penelitian memperlihatkan 3
satuan geomorfologi berdasarkan kelerengannya (klasifikasi Van Zuidam, 1985), yaitu
yaitu Satuan Geomorfologi Bergelombang, Perbukitan Bergelombang dan juga
Perbukitan Terjal. Sungai pada daerah penelitian ini sendiri terdiri atas sungai yang
mempunyai pola rectangular dan sub dendritic , di mana pola–pola ini mencerminkan
daerah yang di kontrol oleh struktur geologi dan suatu ketiggian daerah. Sementara
stadia daerah penelitian mempunyai bentukan stadia dari muda sampai dewasa pula.
Stadia daerah dapat di cerminkan dari kondisi kontur. Kontur yang cenderung renggang
mengindikasikan suatu daerah dataran yang merupakan daerah dengan stadia yang tua
dan proses erosional yang mungkin sangat besar. Kontur juga bisa mengindikasikan
suatu batuan, dimana apabila terdapat kontur rapat maka mengindikasikan batuan pada
wilayah tersebut lebih resistance dibanding daerah sekitar nya dengan kontur
renggang. Stadia sungai pada daerah pemetaan terlihat dalam stadia muda-dewasa
dengan penampamg sungai berbentuk v
Gambar 4.4 Morfologi Daerah Pemetaan dan Penampang (Klasifikasi Van Zuidam (1985)
Gambar 4.5 Pola Aliran Sungai Daerah Pemetaan
IV.3 Stratigrafi dan Indikasi Struktur Daerah Pemeraan
Gambar 4.6 Peta Geologi Kavling 23 Berdasarkan Peta Geologi Lembar Purwokerto dan Tegal (M.
Djuri, H.Samodra, T.C. Amin & S. Gafoer 1996)
Pada daerah pemetaan terdapat 2 formasi yang terendapkan dengan arah Barat-Timur,
yaitu :
MUDA
Qvm
Tomk
TUA
Gambar 4.7 Kolom Urutan Formasi Daerah Pemetaan, ( Peta Geologi lembar Surakarta (Surono, B.
Toha, dan I Sudarno 1992)
Tabel 4.1 Endapan Lahar Gn Slamet Tanpa Skala(PLISTOSEN)(M. Djuri,
H. Samodra ,T.C. Amin dan S. Gafoer. 1996)
Pemetaan Lapangan
Analisa Laboratorium
LAPORAN
V.6 Waktu
Waktu kegiatan dimulai dari minggu petama bulan April 2018 hingga minggu
peertama bulan Agustus 2018 yang meliputi pembuatan proposal, persiapan lapangan,
melakukan pemetaan di daerah pemetaan. Selanjutnya dilanjutkan rencana kegiatan
pada tahun akademik baru yaitu kegiatan laboratorium dengan melakukan determinasi
umur serta analisa petrografi pada minggu pertama bulan September 2018 hingga
minggu pertama bulan Oktober 2018. Setelah itu dilanjutkan dengan penyusunan
laporan geologi daerah penelitian pada minggu pertama bulan Oktober 2018 hingga
minggu pertama bulan November 2018. Kegiatan terakhir yaitu pelaksanaan Kolokium
pada minggu kedua bulan November 2018.
Hidartan, dan Handaya, 1994. Tabel Klasifikasi Bentukan Asal Secara Genetik.
Proceeding IAGI.
Budiyani, A, Sri., at al., 2003, The Collision of The East Java Microplate and Its
Implication for Hydrocarbon occurrences in the East Java Basin, Indonesian
Petroleum Association, Proceeding Ann.Conv.29th.
Asikin. S., Handoyo. B.Prasistho., dan S. Gafoer., 1992, Peta Geologi Lembar
Banyumas Jawa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung
Kastowo, 1975, Peta Geologi Lembar Majenang Jawa. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Bandung
Simadjuntak, T.O dan Surono 1992, Peta Geologi Lembar Pangandaran Jawa, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung
Djuri, M, H. Samodia, T.C Amin dan Gafoer, 1996, Peta Geologi Lembar
Purwokerto Jawa, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung
Modul Pemetaan Geologi., Jurusan Teknik Geologi – Fakultas Teknologi Kebumian
dan Energi – Universitas Trisakti., Jakarta.