PROPOSAL PENELITIAN
TUGAS AKHIR
Oleh :
Peneliti
a. Nama : Yosua Putra Pamuji M
b. NIM : 03071181520009
c. Kelas : Inderalaya
d. Nomor HP : 082281019548
e. Alamat Tinggal : Perumahan Griya Sejahtera, Depan Pom Bensin
Jalan
Indralaya - Prabumulih
f. Nama Orang Tua/Wali : Armiden Manik
g. Alamat Orang Tua : Perumahan Aur Duri Pemai , Kabupaten Muaro
Jambi
h. Nomor HP : 081366987332
Mengetahui,
Ketua Program Studi
ii
DAFTAR ISI
STUDI GEOLOGI TEKNIK UNTUK KESTABILAN BADAN BENDUNGAN TIPE URUGAN DI DAERAH
BLORA, PROVINSI JAWA TENGAH ..................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL................................................................................................................................ v
PRAKATA ....................................................................................................................................... vi
BAB 1 ............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................................... 2
1.3. Maksud dan Tujuan.................................................................................................... 2
1.4. Batasan Penelitian ....................................................................................................... 2
BAB 2 ............................................................................................................................................. 4
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................................................... 4
2.1. Geologi Regional ......................................................................................................... 4
2.1.1. Tatanan Tektonik Regional ................................................................................ 5
2.1.2. Stratigrafi Regional............................................................................................. 6
2.2. Bendungan ................................................................................................................... 9
2.2.1. Pengertian Bendungan........................................................................................ 9
2.2.2. Bendungan Tipe Urugan .................................................................................. 10
2.2.3. Teori Keruntuhan Mohr – Coulumb............................................................... 11
2.2.4. Kondisi Pembebanan Bendungan Tipe Urugan ............................................. 12
2.2.5. Stabilitas Lereng ............................................................................................... 12
2.2.6. Analisis Rembesan di Bawah Tubuh Bendungan Urugan dengan Tanah
Dasar Homogen dan Isotropis.......................................................................................... 13
2.2.7. Metode Reduksi Phi- C ( Phi – C Reduction ) ................................................ 15
2.2.8. Metode Coupled Analysis Pada PLAXIS ........................................................ 15
BAB 3 ........................................................................................................................................... 16
METODE PENELITIAN .................................................................................................................. 16
BAB 4 ........................................................................................................................................... 17
RENCANA PEMBIAYAAN.............................................................................................................. 17
iii
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................ 18
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. Lokasi Cekungan Jawa Timur Bagian Utara (Tim Atlas Cekungan PSG,
2009)…………………………………………………………………………................5
iv
DAFTAR TABEL
v
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkatnya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian pemetaan geologi Daerah
Sipakpahi, Kecamatan Kolang, Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatrta Utara
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada ke-dua orang tua penulis yang
tidak pernah putus-putusnya memberikan semangat serta do’a agar penulis dapat
menyelesaikan pemetaan geologi dengan sebaik-baiknya. Kemudian penulis juga
menyampaikan ucapan terimakasih kepada ibu Dr. Ir. Endang Wiwik Dyah Hastuti,
M.Sc., selaku ketua Program Studi Teknik Geologi Universitas Sriwijaya dan bapak
Budhi Setiawan, S.T., M.T., Phd., selaku pembimbing penulis dalam melakukan –
pemetaan geologi ini. Selain itu, penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu baik dari segi moral maupun material sehingga
penulis dapat menyelesaikan proposal pemetaan geologi ini.
Penulis
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
Kabupaten Blora merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa
Tengah. Kabupaten Blora tersusun atas daerah morfologi dengan dataran rendah serta
perbukitan. Kabupaten Blora dari sejak lama sudah terkenal sebagai daerah penghasil minyak
bumi. Pada bagian utara terdapat kawasan perbukitan, dari rangkaian Zona Rembang (
Pegunungan Kapur Utara ). Di bagian selatan terdapat perbukitan kapur yang merupakan
bagian dari Pegunungan Kendeng. Pada daerah Blora, litologi batuan terdiri dari batuan
sedimen siliklastik, karbonat ( batugamping ), batu lempung, serta napal laut dalam, serta jenis
endapan alluvial, yang merupakan ciri khas endapan sedimen darat.
Menurut PIU Kabupaen Blora (2018), Kabupaten Blora mempunyai daerah seluas ±
193.723 Ha, yang secara administrative dibagi menjadi 16 kecamatan. Pada kabupaten Blora
sendiri, jumlah penduduknya mencapai sekitar 833.566 jiwa dengan total pengunaan lahan
dibagi sebagai berikut :
Melihat begitu besarnya areal persawahan yang terdapat pada kabupaten Blora, maka
diperlukan suatu system irigasi agar kebutuhan air dapat tercukupi. Salah satu metode nya
yaitu dengan pembuatan bendungan. Menurut Fardiaz , dkk ( 2015 ) bendungan mempunyai
fungsi yaitu :
1
Melihat masalah di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian terhadap kestabilan
badan bendungan, dimana tipe material yang dipakai adalah material urugan. Sehingga
nantinya dengan ada penelitian ini , penulis bisa mengetahui sebesar potensi longsor dapat
terjadi dan bagaiamana cara mengatasinya, sehingga bendungan material tipe urugan yang
dibangun nantinya dapat berdiri dengan jangka waktu yang panjang.
Berdasarkan penjelasan yang ada pada latar belakang, maka penulis menuliskan
beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
Penelitian ini dilakukan penulis sebagai syarat Tugas Akhir ( TA ) dalam memenuhi
standar kelulusan pendidikan strata satu ( S1 ) Program Studi Teknik Geologi Universitas
Sriwijaya . Ada pun tujuan Tugas Akhir ini yaitu :
Penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini berdasarkan lokasi dan luasan yang
ditetapkan oleh proyek pembangunan bendungan. Untuk luasan penelitian, penulis mengikuti
2
ketetapan yang diberikan oleh ketua proyek pembangunan yang terletak pada Kabupaten
Blora , Provinsi Jawa Tengah.
1. Kondisi geologi daerah penelitian berdasarkan studi penelitian yang telah ada.
2. Objek utama adalah analisa kestabilan badan bendungan material urugan.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pada Kabupaten Blora , dikenal sebagai blok cepu merupakan bagian dari Cekungan
Jawa Timur Utara. Cekungan Jawa Timur bagian Utara secara fisiografi terletak antara
pantai Laut Jawa dan sederetan gunung api yang berarah Barat-Timur pada bagian
Selatannya. Cekungan ini terdiri dari dua buah pegunungan yang berjalan sejajar dengan
arah Barat-Timur dan dipisahkan oleh suatu depresi.
Daerah Penelitian
Cekungan Jawa Timur bagian Utara dapat dibagi menjadi tiga satuan fisiografi (Van
Bammelen, 1949) yang didapat dikaitkan dengan tektonik daerahnya. Adapun pembagian
semua fisiografi ini berturut-turut dari Selatan ke Utara sebagai berikut:
1. Zona Kendeng
Zona Kendeng terletak di Utara gunungapi yang terdiri dari endapan berumur
Kenozoikum Muda yang pada umumnya terlipat kuat disertai sengan sesar-sesar dengan
kemiringan ke arah Selatan. Panjang jalur Kendeng adalah 250 km dan lebar maksimum 40
km. Pegunungan Kendeng yang merupakan bagian zona ini terdiri dari daerah-daerah yang
berbukit dan terjal. Penggambaran topografi daerah ini banyak dipengaruhi oleh struktur-
struktur geologi.
2. Depresi Randublatung
Depresi Randublatung berada diantara Zona Kendeng dan Zona Rembang. Depresi
Randublatung pada umumnya merupakan satuan daratan rendah yang berarah Barat-Timur
dengan permukaan dasarnya merupakan akibat erosi diantara daerah Cepu dan Bojonegoro.
Dalam depresi tersebut terdapat beberapa antiklin pendek dan kubah-kubah.
4
3. Zona Rembang
Zona Rembang membentang sejajar dengan Zona Kendeng dan dipisahkan oleh
Depresi Randublatung. Pada zona ini terdapat suatu daratan tinggi yang merupakan antiklin
Barat-Timur sebagai hasil dari gejala tektonik Tersier Akhir yang dapat ditelusuri hingga
Pulau Madura dan Kangean
Daerah Penelitian
5
sesar geser, dan pelipatan yang mengarah Barat-Timur akibat pengaruh gaya kompresi dari
arah Selatan-Utara.
Di daratan Jawa Timur satuan stratigrafi tertua adalah batuan dasar yang langsung
1. Formasi Pra-Ngimbang
Berumur Eosen Bawah terdiri dari batupasir sisipan serpih, batulanau, batugamping,
lempung, konglomerat dan disisipi sedikit batubara yang tidak selaras dengan Formasi
Ngimbang di atasnya
2. Formasi Ngimbang
6
Berumur Eosen Tengah ditandai dengan sedimen klastik yang terdiri dari
menunjukan lingkungan laut dangkat diatasnya diendapkan Formasi Ngimbang secara tidak
selaras.
3. Formasi Kujung
Formasi Kujung dapat dibagi menjadi 2 unit (turut dari tua kemuda) sebagai
berikut:
a. Kujung II
Kujung II secara selaras diendapkan diatas Formasi Ngimbang dan pada umumnya
dapat dibedakan dari unit yang lebih muda dan tua berdasarkan fasiesnya yang didominasi
oleh serpih. Litologi dan ketebalan dari unit ini bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya,
tergantung dari konfigurasi paleo-basement. Batugamping dan batuserpih mendominasi unit
ini dengan sedikit kehadiran batupasir dan batulanau.
b. Kujung I
Sekuen batugamping yang masif dan menerus ini hadir secara selaras diatas Kujung
II yang lebih muda. Variasi ketebalan sangat dimungkinkan sebagai akibat adanya
pembentukan terumbu secara lokal. Petumbuhan terumbu biasanya berkembang dengan baik
pada daerah tinggian paleo-basement. Meskipun demikian, karbonat tersebut cenderung
berubah secara cepat dan ter-onlap-kan oleh fasies yang lebih serpih yang terdiri dari
beberapa lapisan tipis batugamping berenergi rendah pada daerah paleo-low. Platform
karbonat yang terpapar dan kemudian tenggelam menjadikan suatu ketidakselarasan yang
tampak dengan jelas dan permukaan onlap dan transisi ke bagian yang lebih muda serta lebih
didominasi oleh sekuen klastik.
7
4.Formasi Tuban
5. Formasi Ngrayong
6. F ormasi Wonocolo
Tersusun dari napal dan lempung tidak berlapis dibagian bawah tersusun oleh
batugamping pasiran dengan pengendapan transgresif yang berumur Miosen Tengan –
Miosen Akhir.
8
2.2. Bendungan
2.2.1. Pengertian Bendungan
Menurut Ishbaev (2015) bendungan memiliki beberapa tujuan untuk dibangun yakni :
1. Check dam
Check dam adalah bendungan kecil yang bersifat sementara atau permanen
yang dibangun melintasi saluran kecil atau drainase. Bendungan ini berfungsi
mengurangi erosi dalam saluran dan menurunkan kecepatan air pada saat badai.
Bendungan ini biasanya digunakan dalam skala kecil dan biasanya tingginya tidak
melebihi dari 2 kaki (0,61 m).
2. Dry dam
3. Divertionary dam
9
digunakan untuk irigasi, pembangkit listrik, atau mengalirkan air ke sungai yang
berbeda. Bendungan pengalihan umumnya tidak menahan air di dalam reservoir.
10
2. Bendungan zona yaitu bendungan yang terbentuk dari timbunan yang memiliki gradasi
batuan berbeda-beda. Bendungan tipe ini biasanya terdiri dari dua bagian utama yaitu
bagian lolos air dan bagian kedap air untuk menahan rembesan air.
3. Bendungan Urugan dengan membran atau sekat adalah apabila bendungan urugan pada
lereng bendungan di bagian hulu ( upstream ) dibuat dari lembaran baja tahan karat,
aspal, beton bertulang, geomembran, susunan beton blok dan lain lainnya sebagai
lapisan kedap air.
Sebuah teori yang dikembangkan oleh Mohr pada tahun 1900 menyatakan bahwa
keruntuhan tanah terjadi bukan diakibatkan oleh hancurnya partikel tanah, tetapi keruntuhan
terjadi akibat kombinasi kritis antara tegangan normal dan tegangan geser yang dialami oleh
tanah tersebut. Korelasi antara gaya normal dan gaya geser pada suatu bidang runtuh dapat
dilihat pada gambar 7 yang merupakan lingkaran Morh-Coulomb (USSD, 2007).
Stabilitas bendungan bagian udik (upstream) dan hilir (downstream) pada urugan
bendungan umumnya dilaksanakan perhitungan analisis terhadap kondisi yang paling kritis
yang mungkin terjadi selama masa bendungan tersebut berdiri. Kondisi pembebanan yang
digunakan meliputi:
1. Akhir konstruksi (After Construction).
2. Steady State Seepage.
3. Surut Cepat (Rapid Drawdown).
4. Earthqueke (Pseudostatic Analysis).
Gaya inersia yang dihasilkan berdasarkan percepatan pseudostatic menurut Kramer, S.L.
(1996) didefinisikan seperti persamaan berikut :
ah ∗ W
𝐹ℎ = = 𝐾ℎ ∗ 𝑊
g
av ∗ W
𝐹𝑣 = = 𝐾𝑣 ∗ 𝑊
g
dimana:
𝐾ℎ dan 𝐾𝑣 = percepatan pseudostatic arah horisontal dan vertikal,
𝑎ℎ dan 𝑎𝑣 = koefisien pseudostatic horisontal dan vertical,
𝑊 = berat massa.
Permukaan tanah yang tidak rata yang memiliki kemiringan tertentu akan
menyebabkan tanah pada lereng bergerak ke bawah (longsor) yang dipicu oleh gaya gravitasi.
Komponen gravitasi meliputi berat sendiri tanah, dimana berat tersebut akan mengakibatkan
kegagalan/longsor pada lereng jika berat tanah tidak diimbangi oleh kuat geser tanah tersebut.
Beberapa jenis keruntuhan pada lereng terlihat seperti gambar 8 :
12
1. Rotational landslide.
2. Translational landslide.
3. Blok slide.
4. Rockfail.
5. Topple.
6. Lateral slide.
7. Debris.
8. Earthflow.
9. Creep.
Metode jaring-jaring aliran atau flownet dapat digunakan untuk menghitung besar
rembesan yang terjadi di bawah tubuh bendungan. Gambar flownet untuk aliran di bawah
bendungan ditampilkan dalam gambar 9.
13
Gambar 9. Flownet di Bawah Tubuh Bendungan (Dharmayasa dkk, 2014)
dengan:
14
k : koefisien permeabilitas tanahH : selisih kehilangan energi potensial (perbedaan muka air
di hulu dan di hilir)
Nf : jumlah saluran aliran (flow channel)
Nd : jumlah bidang kehilangan energi potensial (potential drop)
Rembesan pada bendungan dapat dinyatakan aman apabila lebih kecil dari 1% limpasan
tahunan rata-rata (Astuti dkk, 2012).
Metode reduksi Phi-C merupakan metode elemen hingga pada program PLAXIS
yang digunakan untuk menghitung nilai faktor keamanan dengan cara membandingkan
kekuatan awal tanah terhadap kekuatan minimum yang dibutuhkan suatu bidang untuk dapat
stabil atau setimbang. Prosedur kerja phi-c reduction pada program PLAXIS dengan cara
mengurangi nilai kuat geser (shear strength) tanah secara berkala hingga mencapai kondisi
runtuh (collapse) dan tanah dimodelkan sebagai material elasto-plastis. Nilai faktor keamanan
(𝐹𝐾) didapat dari persamaan :
Program PLAXIS yang digunakan untuk analisis rembesan dan stabilitas pada
Tugas Akhir ini mampu menganalisis perilaku aliran air tanah dan deformasi secara bersamaan
atau dikenal dengan coupled analysis. Metode ini terdapat pada tipe perhitungan fully coupled
flow-deformation dengan prosedur perhitungan stabilitas dihitung secara bersamaan pada
kondisi aliran transient (transient line).
15
BAB 3
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini data yang digunakan terdapat dua jenis, yaitu data kualitatif (
yakni data deskriptif atau data dalam bentuk uraian dan penjelasan ) dan data kuantitatif
(yaitu data dalam wujud numerik ) , dimana data data tersebut berasal dari :
1. Data Primer : merupakan data yang diperoleh dalam penelitian di lapangan, serta uji
laboratorium nantinya, seperti data kuat uji tanah, dll.
2. Data Sekunder : merupakan data yang diperoleh dari berbagai macam literatur seperti
jurnal, buku, dll yang nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam penelitian.
Metode analisis yang digunakan bersifat deskriptif dan kuantitatif, sehingga akan
dibuat pemodelan terhadap objek yang akan diteliti. Pembuatan pemodelan didasarkan pada
suatu kondisi rencana di lapangan, yakni skala kecil dengan menyamakan kondisi geometri,
parameter tanah dan pembatasan daerah tinjauan.
16
BAB 4
RENCANA PEMBIAYAAN
17
DAFTAR PUSTAKA
Azhary, Muhammad. 2017. “Studi Sub-Cekungan Jawa Timur Bagian Utara Untuk
Mengetahui Pola Sub-Cekungan Berpotensi Minyak Dan Gas Bumi
Menggunakan Data Gaya Berat”. Skripsi. Teknik Geofisika, Universitas
Lampung.
Ilham, Muchammad. 2015. “Analisa Stabilitas Tubuh Bendungan Pada Bendungan Utama
Tugu Kabupaten Trenggalek”. Jurnal sebagai Syarat Kelulusan. ( Online ).
Ishbaev, Avazbek. 2015. “Evaluasi Keamanan DAM Berbasis Indeks Resiko Pada DAM
Jatiluhur Di Jawa Barat. Tesis. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Nanda, T.N.F., Hamdhan, Indra Noer. “Analisis Rembesan dan Stabilitas Bendungan
Bajulmati dengan Metode Elemen Hingga Model 2D dan 3D”. Jurnal Online
Institut Teknologi Nasional. ( Online ), Vol 2, No 4.
Sompie, O.B.A., Pontororing. C. 2014. “ Analisis Tegangan – Regangan, Tekanan Air Pori
dan Stabilitas Model DAM Timbunan Tanah. Jurnal Ilmiah Media
Engineering. ( Online ), Vol 4 , No 4.
18