Anda di halaman 1dari 24

STUDI GEOLOGI TEKNIK UNTUK KESTABILAN

BADAN BENDUNGAN TIPE URUGAN DI DAERAH


BLORA, PROVINSI JAWA TENGAH

PROPOSAL PENELITIAN
TUGAS AKHIR

Disusun sebagai syarat kelulusan pada


Mata Kuliah Tugas Akhir ( Geo – 420314 )

Oleh :

Yosua Putra Pamuji M


NIM. 03071181520009

PTOGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NOVEMBER 2018
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL PENELITIAN PEMETAAN GEOLOGI

Judul Penelitian : Studi Geologi Teknik Untuk Kestabilan Badan


Bendungan Tipe Urugan di Daerah Blora,
Provinsi Jawa Tengah

Peneliti
a. Nama : Yosua Putra Pamuji M
b. NIM : 03071181520009
c. Kelas : Inderalaya
d. Nomor HP : 082281019548
e. Alamat Tinggal : Perumahan Griya Sejahtera, Depan Pom Bensin
Jalan
Indralaya - Prabumulih
f. Nama Orang Tua/Wali : Armiden Manik
g. Alamat Orang Tua : Perumahan Aur Duri Pemai , Kabupaten Muaro
Jambi
h. Nomor HP : 081366987332

Rencana Lama Penelitian : Bulan Ke-1 sampai seterusnya.


Rencana Biaya Penelitian : Rp. 2.777..000,-
( Dua Juta Tujuh Ratus Tujuh Puluh Tuju Ribu Rupiah)

Palembang, Januari 2018


Menyetujui,
Pembimbing Peneliti

Budhi Setiawan, S.T., M.T, Ph.D. Yosua Putra Pamuji M


NIP 197211121999031002 NIM 03071181520009

Mengetahui,
Ketua Program Studi

Dr. Ir. Endang Wiwik Dyah Hastuti, M.Sc.


NIP 19590205 198803 2002

ii
DAFTAR ISI

STUDI GEOLOGI TEKNIK UNTUK KESTABILAN BADAN BENDUNGAN TIPE URUGAN DI DAERAH
BLORA, PROVINSI JAWA TENGAH ..................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL................................................................................................................................ v
PRAKATA ....................................................................................................................................... vi
BAB 1 ............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................................... 2
1.3. Maksud dan Tujuan.................................................................................................... 2
1.4. Batasan Penelitian ....................................................................................................... 2
BAB 2 ............................................................................................................................................. 4
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................................................... 4
2.1. Geologi Regional ......................................................................................................... 4
2.1.1. Tatanan Tektonik Regional ................................................................................ 5
2.1.2. Stratigrafi Regional............................................................................................. 6
2.2. Bendungan ................................................................................................................... 9
2.2.1. Pengertian Bendungan........................................................................................ 9
2.2.2. Bendungan Tipe Urugan .................................................................................. 10
2.2.3. Teori Keruntuhan Mohr – Coulumb............................................................... 11
2.2.4. Kondisi Pembebanan Bendungan Tipe Urugan ............................................. 12
2.2.5. Stabilitas Lereng ............................................................................................... 12
2.2.6. Analisis Rembesan di Bawah Tubuh Bendungan Urugan dengan Tanah
Dasar Homogen dan Isotropis.......................................................................................... 13
2.2.7. Metode Reduksi Phi- C ( Phi – C Reduction ) ................................................ 15
2.2.8. Metode Coupled Analysis Pada PLAXIS ........................................................ 15
BAB 3 ........................................................................................................................................... 16
METODE PENELITIAN .................................................................................................................. 16
BAB 4 ........................................................................................................................................... 17
RENCANA PEMBIAYAAN.............................................................................................................. 17

iii
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................ 18

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Zona-Zona Fisiografi Jawa (Van Bammelen, 1949)………………………. 4

Gambar 2. Lokasi Cekungan Jawa Timur Bagian Utara (Tim Atlas Cekungan PSG,
2009)…………………………………………………………………………................5

Gambar 3. Peta Geologi Daerah Penelitian (Tim Geologi, 1992)……………………...6

Gambar 4. Tatanan Stratigrafi Daerah Penelitian (Mudjiono dan Pinero 2002)…….…8


Gambar 5. Ilustrasi Bendungan (Najoan dan Soetijono ,2002)………………………...9

Gambar 6. Bendungan Tipe Urugan (Suyono, 1977)………………………………….10

Gambar 7. Kriteria Mohr – Coulumb (USSD , 2007)………………………………….11

Gambar 8. Jenis-jenis keruntuhan ada lereng (Vernes ,1978)……………………….....13

Gambar 9. Flownet di Bawah Tubuh Bendungan (Dharmayasa dkk, 2014)…………...14

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rincian Pembiayaan…………………………………………………………17

v
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkatnya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian pemetaan geologi Daerah
Sipakpahi, Kecamatan Kolang, Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatrta Utara

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada ke-dua orang tua penulis yang
tidak pernah putus-putusnya memberikan semangat serta do’a agar penulis dapat
menyelesaikan pemetaan geologi dengan sebaik-baiknya. Kemudian penulis juga
menyampaikan ucapan terimakasih kepada ibu Dr. Ir. Endang Wiwik Dyah Hastuti,
M.Sc., selaku ketua Program Studi Teknik Geologi Universitas Sriwijaya dan bapak
Budhi Setiawan, S.T., M.T., Phd., selaku pembimbing penulis dalam melakukan –
pemetaan geologi ini. Selain itu, penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu baik dari segi moral maupun material sehingga
penulis dapat menyelesaikan proposal pemetaan geologi ini.

Palembang, November 2018

Penulis

Yosua Putra Pamuji M


NIM 03071181520009

vi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kabupaten Blora merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa
Tengah. Kabupaten Blora tersusun atas daerah morfologi dengan dataran rendah serta
perbukitan. Kabupaten Blora dari sejak lama sudah terkenal sebagai daerah penghasil minyak
bumi. Pada bagian utara terdapat kawasan perbukitan, dari rangkaian Zona Rembang (
Pegunungan Kapur Utara ). Di bagian selatan terdapat perbukitan kapur yang merupakan
bagian dari Pegunungan Kendeng. Pada daerah Blora, litologi batuan terdiri dari batuan
sedimen siliklastik, karbonat ( batugamping ), batu lempung, serta napal laut dalam, serta jenis
endapan alluvial, yang merupakan ciri khas endapan sedimen darat.

Menurut PIU Kabupaen Blora (2018), Kabupaten Blora mempunyai daerah seluas ±
193.723 Ha, yang secara administrative dibagi menjadi 16 kecamatan. Pada kabupaten Blora
sendiri, jumlah penduduknya mencapai sekitar 833.566 jiwa dengan total pengunaan lahan
dibagi sebagai berikut :

1. Sawah seluas 89.859 Ha ( 46,38% )


2. Hutan Jati seluas 78.982 Ha ( 40,77 % )
3. Tegalan seluas 18.011 Ha ( 9,30 % )
4. Padang rumput / tanah kosong seluas 125 Ha ( 0,06 % )
5. Semak belukar 3.256 Ha ( 1,82 % )
6. Pemukiman dan Pekarangan 16.724 Ha ( 8,63 % )

Melihat begitu besarnya areal persawahan yang terdapat pada kabupaten Blora, maka
diperlukan suatu system irigasi agar kebutuhan air dapat tercukupi. Salah satu metode nya
yaitu dengan pembuatan bendungan. Menurut Fardiaz , dkk ( 2015 ) bendungan mempunyai
fungsi yaitu :

1. Bendungan dapat berfungsi dalam mengoptimalisasikan sebgai pertanda adanya


bencana banjir.
2. Bendungan juga digunakan sebagai salah satu sarana irigasi dalam memenuhi
kebutuhan air, bagi itu untuk sawah maupun kebutuhan pokok.

1
Melihat masalah di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian terhadap kestabilan
badan bendungan, dimana tipe material yang dipakai adalah material urugan. Sehingga
nantinya dengan ada penelitian ini , penulis bisa mengetahui sebesar potensi longsor dapat
terjadi dan bagaiamana cara mengatasinya, sehingga bendungan material tipe urugan yang
dibangun nantinya dapat berdiri dengan jangka waktu yang panjang.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan yang ada pada latar belakang, maka penulis menuliskan
beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi geologi di daerah penelitian seperti keadaan geomorfologi,


struktur geologi, serta stratigrafi nya ?
2. Bagaimana kekuatan batuan yang menjadi base dari bendungan material urugan ?
3. Bagaimana stabilitas badan bendungan terhadap keamanan rembesan, stabilitas
lereng, dan beban gempa ?
4. Bagaimana metode pembangunan bendungan untuk mencapai kestabilan yang
ideal dalam jangka panjang ?

1.3. Maksud dan Tujuan

Penelitian ini dilakukan penulis sebagai syarat Tugas Akhir ( TA ) dalam memenuhi
standar kelulusan pendidikan strata satu ( S1 ) Program Studi Teknik Geologi Universitas
Sriwijaya . Ada pun tujuan Tugas Akhir ini yaitu :

1. Mengetahui kondisi geologi di daerah penelitian seperti keadaan geomorfologi,


struktur geologi, serta stratigrafinya.
2. Mengetahui kekuatan batuan yang menjadi base dari bendungan material urugan.
3. Mengetahui stabilitas badan bendungan terhadap keamanan rembesan, stabilitas
lereng, dan beban gempa.
4. Mengetahui metode pembangunan bendungan untuk mencapai kestabilan yang
ideal dalam jangka panjang.
1.4. Batasan Penelitian

Penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini berdasarkan lokasi dan luasan yang
ditetapkan oleh proyek pembangunan bendungan. Untuk luasan penelitian, penulis mengikuti

2
ketetapan yang diberikan oleh ketua proyek pembangunan yang terletak pada Kabupaten
Blora , Provinsi Jawa Tengah.

Untuk batasan pembahasannya adalah sebagai berikut :

1. Kondisi geologi daerah penelitian berdasarkan studi penelitian yang telah ada.
2. Objek utama adalah analisa kestabilan badan bendungan material urugan.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Geologi Regional

Pada Kabupaten Blora , dikenal sebagai blok cepu merupakan bagian dari Cekungan
Jawa Timur Utara. Cekungan Jawa Timur bagian Utara secara fisiografi terletak antara
pantai Laut Jawa dan sederetan gunung api yang berarah Barat-Timur pada bagian
Selatannya. Cekungan ini terdiri dari dua buah pegunungan yang berjalan sejajar dengan
arah Barat-Timur dan dipisahkan oleh suatu depresi.

Daerah Penelitian

Gambar 1. Zona-Zona Fisiografi Jawa (Van Bammelen, 1949).

Cekungan Jawa Timur bagian Utara dapat dibagi menjadi tiga satuan fisiografi (Van
Bammelen, 1949) yang didapat dikaitkan dengan tektonik daerahnya. Adapun pembagian
semua fisiografi ini berturut-turut dari Selatan ke Utara sebagai berikut:

1. Zona Kendeng
Zona Kendeng terletak di Utara gunungapi yang terdiri dari endapan berumur
Kenozoikum Muda yang pada umumnya terlipat kuat disertai sengan sesar-sesar dengan
kemiringan ke arah Selatan. Panjang jalur Kendeng adalah 250 km dan lebar maksimum 40
km. Pegunungan Kendeng yang merupakan bagian zona ini terdiri dari daerah-daerah yang
berbukit dan terjal. Penggambaran topografi daerah ini banyak dipengaruhi oleh struktur-
struktur geologi.

2. Depresi Randublatung
Depresi Randublatung berada diantara Zona Kendeng dan Zona Rembang. Depresi
Randublatung pada umumnya merupakan satuan daratan rendah yang berarah Barat-Timur
dengan permukaan dasarnya merupakan akibat erosi diantara daerah Cepu dan Bojonegoro.
Dalam depresi tersebut terdapat beberapa antiklin pendek dan kubah-kubah.

4
3. Zona Rembang
Zona Rembang membentang sejajar dengan Zona Kendeng dan dipisahkan oleh
Depresi Randublatung. Pada zona ini terdapat suatu daratan tinggi yang merupakan antiklin
Barat-Timur sebagai hasil dari gejala tektonik Tersier Akhir yang dapat ditelusuri hingga
Pulau Madura dan Kangean

2.1.1. Tatanan Tektonik Regional

Daerah Penelitian

Gambar 2. Lokasi Cekungan Jawa Timur Bagian Utara (Tim Atlas


Cekungan PSG, 2009).

Cekungan sedimen penghasil minyak di wilayah Indonesia bagian Timur yang


berumur Tersier, secara tektonik berada pada cekungan busur belakang (back arc basin).
Salah satunya adalah Cekungan Jawa Timur bagian Utara yang terbentuk akibat tumbukan
Lempeng Hindia Australia bergerak ke arah Utara terhadap Lempeng Sunda. Pertemuan
kedua lempeng tersebut berakibat terjadinya tumbukan kedua lempeng yang membentuk
sistem busur kepulauan (Sunda Arc System) (Panjaitan, 2010).

Cekungan Jawa Timur terbentuk karena proses pengangkatan dan ketidakselarasan


serta proses-proses lain, seperti penurunan muka air laut dan pergerakan lempeng tektonik.
Tahap awal pembentukan cekungan tersebut ditandai dengan adanya half graben yang
dipengaruhi oleh struktur yang terbentuk sebelumnya. Tatanan tektonik yang paling muda
dipengaruhi oleh pergerakan Lempeng Australia dan Sunda. Secara regional perbedaan
bentuk struktural sejalan dengan perubahan waktu. Aktifitas tektonik utama yang
berlangsung pada umur Plio-Pleistosen, menyebabkan terjadinya pengangkatan daerah
regional Cekungan Jawa Timur dan menghasilkan bentuk morfologi seperti sekarang ini.
Struktur geologi daerah Cekungan Jawa Timur umumnya berupa sesar naik, sesar turun,

5
sesar geser, dan pelipatan yang mengarah Barat-Timur akibat pengaruh gaya kompresi dari
arah Selatan-Utara.

Gambar 3. Peta Geologi Daerah Penelitian (Tim Geologi, 1992).

2.1.2. Stratigrafi Regional

Di daratan Jawa Timur satuan stratigrafi tertua adalah batuan dasar yang langsung

melapisi diatasnya yaitu:

1. Formasi Pra-Ngimbang

Berumur Eosen Bawah terdiri dari batupasir sisipan serpih, batulanau, batugamping,
lempung, konglomerat dan disisipi sedikit batubara yang tidak selaras dengan Formasi
Ngimbang di atasnya

2. Formasi Ngimbang

6
Berumur Eosen Tengah ditandai dengan sedimen klastik yang terdiri dari

perselingan batupasir, serpih dan batugamping kadang-kadang dijumpai batubara yang

menunjukan lingkungan laut dangkat diatasnya diendapkan Formasi Ngimbang secara tidak

selaras.

3. Formasi Kujung
Formasi Kujung dapat dibagi menjadi 2 unit (turut dari tua kemuda) sebagai
berikut:

a. Kujung II

Kujung II secara selaras diendapkan diatas Formasi Ngimbang dan pada umumnya
dapat dibedakan dari unit yang lebih muda dan tua berdasarkan fasiesnya yang didominasi
oleh serpih. Litologi dan ketebalan dari unit ini bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya,
tergantung dari konfigurasi paleo-basement. Batugamping dan batuserpih mendominasi unit
ini dengan sedikit kehadiran batupasir dan batulanau.

b. Kujung I

Sekuen batugamping yang masif dan menerus ini hadir secara selaras diatas Kujung
II yang lebih muda. Variasi ketebalan sangat dimungkinkan sebagai akibat adanya
pembentukan terumbu secara lokal. Petumbuhan terumbu biasanya berkembang dengan baik
pada daerah tinggian paleo-basement. Meskipun demikian, karbonat tersebut cenderung
berubah secara cepat dan ter-onlap-kan oleh fasies yang lebih serpih yang terdiri dari
beberapa lapisan tipis batugamping berenergi rendah pada daerah paleo-low. Platform
karbonat yang terpapar dan kemudian tenggelam menjadikan suatu ketidakselarasan yang
tampak dengan jelas dan permukaan onlap dan transisi ke bagian yang lebih muda serta lebih
didominasi oleh sekuen klastik.

7
4.Formasi Tuban

Terdiri atas perlapisan batulempung beberapa sisipan batugamping dan serpih


terbentuk pada awal Miosen dan diendapkan pada lingkungan pada lingkungan laut dalam.
Miosen mudstone dan shale mengendap menutupi sekuen kerbonat dari Formasi Kujung
sehingga dikenal dengan regional seal cekungan Jawa Timur.

5. Formasi Ngrayong

Terdiri atas batupasir, serpih, batulempung, batulanau dan sisipan batugamping


umur Miosen Awal – Miosen Tengah tersingkap secara luas pada lembar Rembang.

6. F ormasi Wonocolo
Tersusun dari napal dan lempung tidak berlapis dibagian bawah tersusun oleh
batugamping pasiran dengan pengendapan transgresif yang berumur Miosen Tengan –
Miosen Akhir.

Gambar 4. Tatanan Stratigrafi Daerah Penelitian


(Mudjiono dan Pinero 2002)

8
2.2. Bendungan
2.2.1. Pengertian Bendungan

Bendungan ( Wikipedia ) merupakan suatu konstruksi bangunan yang dibuat untuk


menahan laju air ataupun sungai di suatu daerah yang nantinya akan terbentuk tempat
berkumpulnya air yaitu waduk, danau ataupun tempat rekreasi.

Gambar 5. Ilustrasi Bendungan (Najoan dan Soetijono ,2002)

Menurut Ishbaev (2015) bendungan memiliki beberapa tujuan untuk dibangun yakni :

1. Check dam
Check dam adalah bendungan kecil yang bersifat sementara atau permanen
yang dibangun melintasi saluran kecil atau drainase. Bendungan ini berfungsi
mengurangi erosi dalam saluran dan menurunkan kecepatan air pada saat badai.
Bendungan ini biasanya digunakan dalam skala kecil dan biasanya tingginya tidak
melebihi dari 2 kaki (0,61 m).

2. Dry dam

Dry dam adalah bendungan yang dibangun untuk tujuan pengendalian


banjir.

3. Divertionary dam

Divertionary dam adalah istilah untuk sebuah bendungan yang akan


mengalihkan semua atau sebagian dari aliran sungai ke saluran – saluran lain yang bisa

9
digunakan untuk irigasi, pembangkit listrik, atau mengalirkan air ke sungai yang
berbeda. Bendungan pengalihan umumnya tidak menahan air di dalam reservoir.

2.2.2. Bendungan Tipe Urugan

Berdasarkan material penyusun bendungan dan lokasi penempatan materialnya,


menurut Sosrodarsono, S. (1977) bendungan tipe urugan (earth fill dam) dibagi dalam 3 (tiga)
tipe seperti tampak pada :

1. Bendungan urugan homogen.


2. Bendungan urugan berzonal.
3. Bendungan urugan bersekat.

Gambar 6. Bendungan Tipe Urugan (Suyono, 1977)

Bendungan urugan dapat digolongkan dalam tiga tipe (RSNI M-03-2002):


1. Bendungan homogen adalah bendungan urugan yang lebih dari 80% dibangun dari
tanah yang hampir sejenis dan gradasinya hampir sama serta sifatnya kedap air.

10
2. Bendungan zona yaitu bendungan yang terbentuk dari timbunan yang memiliki gradasi
batuan berbeda-beda. Bendungan tipe ini biasanya terdiri dari dua bagian utama yaitu
bagian lolos air dan bagian kedap air untuk menahan rembesan air.
3. Bendungan Urugan dengan membran atau sekat adalah apabila bendungan urugan pada
lereng bendungan di bagian hulu ( upstream ) dibuat dari lembaran baja tahan karat,
aspal, beton bertulang, geomembran, susunan beton blok dan lain lainnya sebagai
lapisan kedap air.

2.2.3. Teori Keruntuhan Mohr – Coulumb

Sebuah teori yang dikembangkan oleh Mohr pada tahun 1900 menyatakan bahwa
keruntuhan tanah terjadi bukan diakibatkan oleh hancurnya partikel tanah, tetapi keruntuhan
terjadi akibat kombinasi kritis antara tegangan normal dan tegangan geser yang dialami oleh
tanah tersebut. Korelasi antara gaya normal dan gaya geser pada suatu bidang runtuh dapat
dilihat pada gambar 7 yang merupakan lingkaran Morh-Coulomb (USSD, 2007).

Gambar 7. Kriteria Mohr – Coulumb (USSD , 2007)


Kriteria Mohr-Coulomb berdasarkan tegangan total didefinisikan seperti persamaan :
𝜏 = 𝑐 + tan 𝜙
Kondisi tanah jenuh air (saturated) berdasarkan tegangan efektif didefinisikan seperti
persamaan :
𝜏 = + 𝜎 ′ tan
dimana:
𝜏 = tegangan geser,
𝑐 = kohesi,
11
𝜎 = tegangan normal,
𝜎’ = tegangan efektif = 𝜎 − 𝑢,
𝜙 = sudut geser dalam,
𝑢 = tegangan air pori.

2.2.4. Kondisi Pembebanan Bendungan Tipe Urugan

Stabilitas bendungan bagian udik (upstream) dan hilir (downstream) pada urugan
bendungan umumnya dilaksanakan perhitungan analisis terhadap kondisi yang paling kritis
yang mungkin terjadi selama masa bendungan tersebut berdiri. Kondisi pembebanan yang
digunakan meliputi:
1. Akhir konstruksi (After Construction).
2. Steady State Seepage.
3. Surut Cepat (Rapid Drawdown).
4. Earthqueke (Pseudostatic Analysis).
Gaya inersia yang dihasilkan berdasarkan percepatan pseudostatic menurut Kramer, S.L.
(1996) didefinisikan seperti persamaan berikut :

ah ∗ W
𝐹ℎ = = 𝐾ℎ ∗ 𝑊
g
av ∗ W
𝐹𝑣 = = 𝐾𝑣 ∗ 𝑊
g

dimana:
𝐾ℎ dan 𝐾𝑣 = percepatan pseudostatic arah horisontal dan vertikal,
𝑎ℎ dan 𝑎𝑣 = koefisien pseudostatic horisontal dan vertical,
𝑊 = berat massa.

2.2.5. Stabilitas Lereng

Permukaan tanah yang tidak rata yang memiliki kemiringan tertentu akan
menyebabkan tanah pada lereng bergerak ke bawah (longsor) yang dipicu oleh gaya gravitasi.
Komponen gravitasi meliputi berat sendiri tanah, dimana berat tersebut akan mengakibatkan
kegagalan/longsor pada lereng jika berat tanah tidak diimbangi oleh kuat geser tanah tersebut.
Beberapa jenis keruntuhan pada lereng terlihat seperti gambar 8 :

12
1. Rotational landslide.
2. Translational landslide.
3. Blok slide.
4. Rockfail.
5. Topple.
6. Lateral slide.
7. Debris.
8. Earthflow.
9. Creep.

Gambar 8. Jenis-jenis keruntuhan ada lereng (Vernes ,1978)

2.2.6. Analisis Rembesan di Bawah Tubuh Bendungan Urugan dengan


Tanah Dasar Homogen dan Isotropis

Metode jaring-jaring aliran atau flownet dapat digunakan untuk menghitung besar
rembesan yang terjadi di bawah tubuh bendungan. Gambar flownet untuk aliran di bawah
bendungan ditampilkan dalam gambar 9.

13
Gambar 9. Flownet di Bawah Tubuh Bendungan (Dharmayasa dkk, 2014)

Ketentuan dalam menggambar flownet adalah sebagai berikut:


1. Langkah pertama adalah menggambar garis rembesan pada tubuh bendungan.
2. Garis – garis batas yaitu:
Garis aliran pertama yaitu garis rembesan (nomor 1 – 4) pada Gambar 1. Garis
ekuipotensial (nomor 1-8) pada gambar 9.
3. Antara garis aliran pertama dan terakhir dibagi menjadi beberapa garis aliran dengan
bagian yang sama serta memotong tegak lurus pada garis ekuipotensial.
4. Antara garis ekuipotensial tertinggi dan garis ekuipotensial terendah dibagi menjadi
beberapa garis ekuipotensial dengan bagian yang sama serta memotong tegak lurus
pada garis aliran.
5. Selisih kehilangan energi potensial adalah H yang merupakan perbedaan tinggi muka
air di hulu dan hilir bendungan.
6. Δh adalah kehilangan energi ekuipotensial
7. Nd adalah jumlah kehilangan energi potensial (potensial drop)
8. Nf adalah jumlah saluran aliran (flow channel)
Maka besarnya debit adalah berdasarkan (Freeze & Cherry, 1979) dan U.S. Army Corps of
Engineers. (1993):
𝐻
Δq = 𝑁𝑑
q = Δq Nf
𝑁𝑓
= Kh 𝑁𝑑

dengan:

14
k : koefisien permeabilitas tanahH : selisih kehilangan energi potensial (perbedaan muka air
di hulu dan di hilir)
Nf : jumlah saluran aliran (flow channel)
Nd : jumlah bidang kehilangan energi potensial (potential drop)

Rembesan pada bendungan dapat dinyatakan aman apabila lebih kecil dari 1% limpasan
tahunan rata-rata (Astuti dkk, 2012).

2.2.7. Metode Reduksi Phi- C ( Phi – C Reduction )

Metode reduksi Phi-C merupakan metode elemen hingga pada program PLAXIS
yang digunakan untuk menghitung nilai faktor keamanan dengan cara membandingkan
kekuatan awal tanah terhadap kekuatan minimum yang dibutuhkan suatu bidang untuk dapat
stabil atau setimbang. Prosedur kerja phi-c reduction pada program PLAXIS dengan cara
mengurangi nilai kuat geser (shear strength) tanah secara berkala hingga mencapai kondisi
runtuh (collapse) dan tanah dimodelkan sebagai material elasto-plastis. Nilai faktor keamanan
(𝐹𝐾) didapat dari persamaan :

kekuatan awal tanah yang tersedia


𝐹𝐾=
Kekuatan saat kondisi runtuh

2.2.8. Metode Coupled Analysis Pada PLAXIS

Program PLAXIS yang digunakan untuk analisis rembesan dan stabilitas pada
Tugas Akhir ini mampu menganalisis perilaku aliran air tanah dan deformasi secara bersamaan
atau dikenal dengan coupled analysis. Metode ini terdapat pada tipe perhitungan fully coupled
flow-deformation dengan prosedur perhitungan stabilitas dihitung secara bersamaan pada
kondisi aliran transient (transient line).

15
BAB 3
METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini data yang digunakan terdapat dua jenis, yaitu data kualitatif (
yakni data deskriptif atau data dalam bentuk uraian dan penjelasan ) dan data kuantitatif
(yaitu data dalam wujud numerik ) , dimana data data tersebut berasal dari :

1. Data Primer : merupakan data yang diperoleh dalam penelitian di lapangan, serta uji
laboratorium nantinya, seperti data kuat uji tanah, dll.
2. Data Sekunder : merupakan data yang diperoleh dari berbagai macam literatur seperti
jurnal, buku, dll yang nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam penelitian.

Metode analisis yang digunakan bersifat deskriptif dan kuantitatif, sehingga akan
dibuat pemodelan terhadap objek yang akan diteliti. Pembuatan pemodelan didasarkan pada
suatu kondisi rencana di lapangan, yakni skala kecil dengan menyamakan kondisi geometri,
parameter tanah dan pembatasan daerah tinjauan.

Teknik analisis yang digunakan untuk memperoleh perilaku tegangan-regangan,


tekanan air pori dan stabilitas dalam disain dam timbunan tanah adalah dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi parameter parameter tanah pada sampel tanah yang di uji di
laboratorium
2. Membuat pemodelan bendungan timbunan tanah
3. Analisis hasil Pemodelan
4. Buat desain bendungan timbunan tanah pada program plaxis

16
BAB 4
RENCANA PEMBIAYAAN

Kegiatan penelitian ini direncanakan dengan target waktu yang belum


diketahui, sehingga nantinya dalam penghitungan biaya tidak dapat diperhitungkan secara
absolut, karena untuk durasi penelitian dan keadaan di lapangan belum diketahui, sehingga
rancangan biaya baru dapat diselesaikan saat penelitian telah selesai.
No Deskripsi Jumlah Satuan Harga Per Unit Total
Studi Pustaka
1. Cetak Peta Persiapan 1 Pack Rp.200.000,00 Rp.200.000,00
Lapangan
2. Cetak Jurnal Literatur 1 Pack Rp.200.000,00 Rp.200.000,00
3. Cetak Proposal 1 Unit Rp.50.000,00 Rp.50.000,00
Sub Total Rp.450.000,00
Biaya Perjalanan
Tiket Pesawat
1 Palembang - 1 Tiket Rp.753.500,00 Rp.753.500,00
Semarang
Tiket Pesawat
2 Semarang - 1 Tiket Rp.753.500,00 Rp.753.500,00
Palembang
3 Tiket Bus Semarang - 1 Tiket Rp.75.000,00 Rp.75.000,00
Blora
3 Tiket Bus Blora - 1 Tiket Rp.75.000,00 Rp.75.000,00
Semarang
Sub Total Rp.1.657.000,00
Laporan
1. Kertas A4 2 Rim Rp.50.000,00 Rp.100.000,00
2. Tinta Printer 1 Unit Rp.120.000,00 Rp.120.000,00
3. Cetak Peta 1 Pack Rp.400.000,00 Rp.400.000,00
2. Jilid Laporan 1 Unit Rp.50.000,00 Rp.50.000,00
Sub Total Rp.670.000,00
Total Keseluruhan Rp.2.777.000,00
Tabel 1. Rincian Pembiayaan

17
DAFTAR PUSTAKA

Azhary, Muhammad. 2017. “Studi Sub-Cekungan Jawa Timur Bagian Utara Untuk
Mengetahui Pola Sub-Cekungan Berpotensi Minyak Dan Gas Bumi
Menggunakan Data Gaya Berat”. Skripsi. Teknik Geofisika, Universitas
Lampung.

Dharmayasa, I.G.N.P . 2018. “Analisis Rembesan Di Bawah Tubuh Bendungan Urugan “.


Jurnal. ( Online ), Vol 7, No 1.

Ilham, Muchammad. 2015. “Analisa Stabilitas Tubuh Bendungan Pada Bendungan Utama
Tugu Kabupaten Trenggalek”. Jurnal sebagai Syarat Kelulusan. ( Online ).

Ishbaev, Avazbek. 2015. “Evaluasi Keamanan DAM Berbasis Indeks Resiko Pada DAM
Jatiluhur Di Jawa Barat. Tesis. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Nanda, T.N.F., Hamdhan, Indra Noer. “Analisis Rembesan dan Stabilitas Bendungan
Bajulmati dengan Metode Elemen Hingga Model 2D dan 3D”. Jurnal Online
Institut Teknologi Nasional. ( Online ), Vol 2, No 4.

Sompie, O.B.A., Pontororing. C. 2014. “ Analisis Tegangan – Regangan, Tekanan Air Pori
dan Stabilitas Model DAM Timbunan Tanah. Jurnal Ilmiah Media
Engineering. ( Online ), Vol 4 , No 4.

18

Anda mungkin juga menyukai