Anda di halaman 1dari 22

PEMERINTAH KABUPATEN PULAU MOROTAI

DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN


Jl. Jacoeb Mansur Kawasan Pemerintahan Lt. 1 No. (0923) 2221278
Desa Muhajirin, Kecamatan Morotai Selatan, Kabupaten Pulau Morotai
email : dkp_pulaumorotai@yahoo.com
Kode Pos. 97771

LAPORAN MAGANG
KULTUR JARINGAN RUMPUT LAUT KOTONI (Kappaphycus Alvarezii) DI
BALAI PERIKANAN BUDIDAYA LAUT (BPBL) AMBON

OLEH :

1. Lady Angel Joris, S.Pi.


NIP. 19950203 202012 2 011

2. Nurul Fajri, S.Pi.


NIP. 19960217 202012 2 012
PEMERINTAH KABUPATEN PULAU MOROTAI
DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
Jl. Jacoeb Mansur Kawasan Pemerintahan Lt. 1 No. (0923) 2221278
Desa Muhajirin, Kecamatan Morotai Selatan, Kabupaten Pulau Morotai
email : dkp_pulaumorotai@yahoo.com
Kode Pos. 97771

LAPORAN HASIL PERJALANAN TUGAS MAGANG

I. Dasar Pelaksanaan : 1. Peraturan Bupati Nomor 5 tahun 2009 Tentang


Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah
Kabupaten Pulau Morotai
2. Surat Perintah Tugas Nomor : 523/065/DKP-
PM/VIII/2023

II. Tujuan pelaksanaan : Melaksanakan Magang Kultur jaringan dan Budidaya


Rumput Laut

III. Instansi Yang dikunjungi : Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Ambon

IV. Waktu Pelaksanaan : Dilaksanakan Mulai tanggal 14 Agustus 2023 s/d 06


September 2023

V. Hasil :

Setelah mengikuti seluruh rangkaian kegiatan magang di BPBL Ambon, kami sampaikan hasil
yang dicapai yaitu :
1. Memperoleh wawasan tentang kultur jaringan dan budidaya rumput laut Kotoni
(kappaphycus alvarezii)
2. Ikut serta dalam setiap kegiatan kultur jaringan dan budidaya rumput laut di karamba terhitung
dari tanggal
- 14 s/d 25 agustus 2023 pada laboratorium Kultur jaringan (Proses Aklimatisasi Indukan
s/d Planlet)
- 28 agustus s/d 01 September 2023 pada karamba tempat Aklimatisasi Lautan dan
pembibitan Rumput Laut Hasil kultur jaringan)
- 04 september s/d 06 september 2023 pada laboratorium kultur jaringan khusus untuk
eksplan

Demikian laporan perjalanan magang ini dibuat sebagai laporan pelaksanaan kegiatan :

Morotai Selatan, 18 September 2023


Mengetahui Yang membuat,
KEPALA DINAS

1. Lady Angel Joris, S.Pi.


NIP. 19950203 202012 2 011
Dr. Yoppy Jutan,S.Pi.,M.T. 2. Nurul Fajri, S.Pi.
NIP. 19781018 200604 1 007 NIP. 19960217 202012 2 012
1. Deskripsi Lokasi BPBL Ambon
Keadaan Umum

Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon Adalah Salah satu unit pelaksana teknik di bidang
budidaya laut yang bertanggungjawab kepada Direktorat Jendral Perikanan Budidaya di
Kementrian Kelautan Dan Perikanan. Wilayah Kerja Balai Budidaya Laut Ambon meliputi
sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua. Secara Geografis Balai Perikanan
Budidaya Laut Ambon Terletak Antara 03°37.30 LS 128°14.00 BT dan secara Administatif berada
di Desa Waiheru Kecamatan Teluk Ambon Kota Ambon.

Gambar1. Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Ambon

Sejarah Singkat Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Ambon

➢ Tahun 1990-1994 merupakan UPT Pusat dibawah Departemen Pertanian dengan


nama Balai Budidaya Laut Stasiun Ambon
➢ Tahun 1994 berubah menjadi Loka Budidaya Laut Ambon dengan SK Menteri
Pertanian No. 47/KPTS.107.210/1994.
➢ Tahun 2004 berubah menjadi Eselon IVb ke Eselon Iva
➢ Tahun 2006 Statusnya berubah menjadi Balai Budidaya Laut Ambon (Eselon IIIa)
➢ Tahun 2010 berubah nomenklatur dari Departemen Kelautan dan Perikanan
menjadi Kementerian Kelautan dan Perikanan
➢ Tahun 2014, berubah nomenklatur menjadi Balai Perikanan Budidaya Laut
Ambon, berdasarkan Peraturan Menteri kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
No. 06/PERMEN-KP/2014.
2. BUDIDAYA RUMPUT LAUT

Gambar 2. Kappahycus alvarezii

Kingdom : Archaeplastida (Plantae)


Divisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Solieriaceae
Marga : Kappaphycus
Spesies : Kappaphycus Alvarezii

Rumput laut dikembangkan empat kelas berdasarkan dalam empat kelas yaitu alga hujai
(Chlorophyccae), alga hujai biru (Cyanophyccae), alga coklat (Phacophyccae), dan alga merah
atau Rhodophyccae (Anggadiredja, 2006). Rhodophyccae mempunyai kenampakkan warna
tallus yang bervariasi. warna tallus yang bervariasi disebabkan adanya komposisi pigmen yang
terdiri dari klorofil a, klorofil d, dan fikobiliprotein (R-fokisianin, allofikosianin serta
fikoeritrin), (Lee, 2008). Fikoeritrin merupakan pigmen dominan pada alga merah. Pigmen
tersebut memberikan kenampakkan warna merah pada alga karena memiliki sifat adaptasi
kromatik, yaitu penyesuaian antara proposi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan dan
dapat menimbulkan berbagai warna pada tallus seperti merah tua, coklat, kuning dan hijau
(winarno, 1996).

Morfologi

Tallus K. alvarezii berbentuk bulat, memanjang, bercabang-cabang, terkadang pola


percabangannya terdapat dua atau tiga, bentuk setiap ujung percabangannya runcing dan tumpul
dan tidak tersusun melingkar. Percabangannya tumbuh ke berbagai arah dengan batang utama
keluar saling berdekatan ke daerah basal (pangkal). Permukaan kulit luar cukup kasar karena
memiliki gerigi dan bintik-bintik besar, serta tallus berwarna dari kunign kecoklatan hingga merah
ungu (Afrianto & :Liviawati, 1993). cabang-cabang yang tumbuh membentuk rumpun dengan ciri
khusus mengarah kearah datangnya cahaya matahari. Percabangan yang tumbuh juga memiliki
sifat lain, yaitu alternatus (berseling), tidak teratur, serta dapat bersifat dichotomous atau
percabangan dua-dua maupun trichotomousatau percabangan tiga-tiga (Atmadja et al., 1996). K.
alvarezii di daerah saronggi memiliki tallus tampak terlihat lebih panjang dan lebih berisi setelah
aklimatisasi dengan bentuk percabangan berselang tidak teratur dichotomous atau bercabang dua
terus-menerus serta berwarna hijau yang dikarenakamn faktor lingkungan dan merupakan proses
adaptasi kromatik yaitu penyesuaian warna dikandungannya dibandingkan pigmen fikoeritrin
(warna merah) (Merdekawati & Susanto, 2009).

Bagian rumput laut Kappaphycus Alvarezii pada gambar 2.1 menunjukkan bahwa secara
sederhana terdiri dari talus dan holdfast. Bagian yang menyerupai batang pada rumput laut ini
dinamakan talus. Talus terdiri dari talus utama, sekunder dan tersier. Talus utama adalah diameter
primer, cabang I adalah diameter sekunder, sedangkan cabang II dan III adalah diameter tersier
(Unyayae et al, 1996).

Kultur Jaringan

Kultur jaringan adalah subjek yang behubungan dengan kultur dan perbanyakkan sel,
jatingan, organ dan bagian lainnya. Pada tanaman secara aseptik dalam kondisi in vitro (Burla, et
al, 2014). Prinsip utama adalah perbanyakkan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif
tanaman. Menggunakan media buatan dilakukan ditempat steril (Iswanto, 2002). Sterilisasi
merupakan proses yang secara efektif membunuh atau menghilangkan semua mikroorganisme
seperti jamur, bakteri, virus, bentuk, spora, peralatan, makanan, obat atau media kultur biologis
dalam kondisi aseptic (Silinder dan Ozer, 2009).

Kultur jaringan mempunyai keunggulan seperti tingginya homogenitas tanaman, tingginya


vigor tanaman, memiliki genetik yang sama dengan induknya. Penggunaan bibit hasil kultur
jaringan juga akan mengurangi biaya pemeliharaan seperti penyulaman atau seleksi bibit inferior
dan umur produksi lebih singkat (Lestari, 2008). Kelemahan teknik kultur jaringan misalnya
variasi somaklonal menyebabkan pentimpangan fenotip dari sifat genetic tanaman induk. Hal ini
terjadi karena sub kultur yang berlebihan serta embriogenesis tidak langsung (perbanyakkan kalus)
dan konsentrasi zat pengatur tumbuh yang digunakan terlalu tinggi (Mariska et al, 1992).

Dalam teknik kultur jaringan rumput laut dilakukan dengan cara memotong eksplan talus
baru 0,5-2 m, kemudian dikulturkan secara in vitro sampai terbentuk cabangn thalus baru
(Titlyanov et al, 2006). Teknik embriogenesis somatik dilakukan dengan cara in vitro dan
regenerasi kalus bersifat embriogenik sampai jadi planlet (Suliatiani dan Yani, 2014).
3. Kultur Jaringan Di BPBL Ambon

“PROSES/TAHAPAN PRODUKSI BIBIT RUMPUT LAUT KULTUR JARINGAN”

1 2 3

Aklimatisasi indukan RL dari alam Aklimatisasi sumber eksplan di Induksi kalus


di rumah kaca (2-4 minggu) laboratorium (2 minggu) (4 bulan)

6 5 4

Aklimatisasi Planlet di perairan Regenerasi mikropopagul Regenerasi kalus menjadi


laut (2 bulan) menjadi planlet (3 bulan) mikropopagul (4 bulan)

Pembesaran dan perbanyakan


RL di kebun bibit
Sebelum melakukan proses kultur jaringan rumput laut, sanitasi dan hygiene merupakan kunci
keberhasilan dari setiap tahapan. Adapan tahap pertama yang perlu dilakukan sebelum mengawali
kegiatan dimaksud ialah melalui proses sterilisasi.

1. Sterilisasi
Alat dan Bahan
Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktek kerja lapangan antara lain :
Tabel 1. Alat dan Kegunanaan
No Nama Alat Kegunaan

1 Autoclave Untuk sterilisasi alat dan bahan media kultur


2 Timbangan analytical Untuk menimbang bahan kimia pembuat media
3 Laminar Air Flow Untuk sterilisasi eksplan (sub kultur)
4 Air Conditioner (AC) Pendingin ruangan
5 Magnetic Stirrer dan Hot Untuk pengaduk larutan dan pemanas larutan
Plate
6 Rak Dorong Membawa kultur
7 Rotary Shaker Untuk pemeliharaan kultur cair
8 Rak Kultur + Timer Untuk pemeliharaan kultur in vitro
9 Botol Kultur + Tutup Untuk wadah media kultur
10 Pinset Untuk penjepit eksplan
11 Lampu Bunsen Untuk sub kultur
12 Rak Dorong Plastik Untuk membawah kultur
13 Lemari Bahan Kimia Untuk penyimpanan bahan kimia
14 Keranjang Plastik Untuk membawah peralatan, media atau kultur
in vitro
15 Cawan Petri Untuk penyimpanan media padat (agar)
16 Kaca Untuk sub kultur
17 Gelas ukur Untuk pembuatan media kultur
18 Tissue Untuk lap kalus dan eksplan
19 Kain lap Untuk membersihkan sisa pekerjaan
20 Ember Untuk tempat alat atau media bekas (lama)
21 Lemari Kaca Untuk penyimpanan alat kultur steril
Prosedur Kerja

Sterilisasi Ruangan dan Alat Kultur


➢ Sterilisasi Ruangan : yang akan digunakan haruslah selalu dalam kondisi yang steril,
terutama pada ruangan tertentu seperti ruang tanam. Kegiatan sterilisasi ruangan meliputi
kebersihan lantai, dinding, meja, alat-alat yang digunakan, amupun udara diruang
laboratorium tersebut . Laboratorium usahakan bebas dari debu, karena debu adalah
sumber kontaminasi yang paling potensial. untuk minimalisir kontaminasi yang
disebabkan oleh debu, Inilah maka ruangan dibuat tertutup tanpa ada ventilasi.

➢ Sterilisasi Alat : biasanya dalam kultur jaringan perlu disterilisasi karena dalam
penggunaannya apabila tidak steril akan menyebarkan kotoran yang nantinya terjadi
kontaminasi. Kegiatan sterilisasi alat yang dilakukan meliputi sterilisasi peralatan diseksi
(penananman), sterilisasi peralatan gelas dan sterilisasi Laminar Air Flow (LAW).
Sterilisasi peralatan diseksi meliputi sterilisasi pinset, piau scalpel dan gunting, sedangkan
sterilisasi peralatan gelas meliputi sterilisasi botol selai, petridish (cawan petri) dan alas
kaca. Peralatan gelas dapat disterilisasi dengan cara mencuci menggunakan air dan
deterjen.
Selanjutnya peralatan gelas dimasukkan kedalam autoclave pada suhu 121 derajat celcius
dengan waktu 1 jam. setelah suhu dslam autoclave turun peralatan dapat dikeluarkan dan
disimpan dalam lemari penyimpanan alat steril

Gambar 1. Proses Sterilisasi Alat Kultur


Pembuatan Air Laut Steril

Komponen utama dalam media kultur adalah air laut. Air laut alami (Nature seawater) adalah
media kompleks mengandung lebih 50 elemen yang diketahui dan senyawa organik dalam jumlah
besar dan bervariasi (Harisson dan Bergas, 2005). Sterilisasi air laut terlebih dahulu disterilisasi
menggunakan khlorin. Air laut terlebih dahulu disaring dengan kapas yang diletakkan dalam
corong air, kemudian disterilkan dengan khlorin 3 gr dan natrium sulfatnya 1,5 gr selama 24 jam.
Air laut yang sudah steril disimpan dalam wadah yang tidak tembus cahaya dan tertutup rapat.
Setelah sterilisasi menggunakan khlorin, air laut kemudian masuk kedalam autoclave hingga
selama 15 menit, setelah +24 jam air laut baru dapat digunakan.

Gambar 2. Air Laut yang sudah Disteril

Pembuatan Media Larutan Stok PES

Berikut ini adalah langkah-langkah pembuatan yaitu aquades sebanyak 1000 ml diambil dan
dituangkan kedalam erlenmeyer. Erlenmeyer diletakkan diatas Hot Plate Stirrer. Setelah itu,
masukkan 5,0 g (Tris Base), 3,5 g (NaNO3), 0,5 g (Na2b-glycerophosphate H2O), 250 ml (Larutan
Stok Iron-EDTA), 25 ml (Larutan Stok Trace Metals), 0,5 ml (Larutan Stok Thiamine Vitamin
BI), 0,5 ml (Larutan Stok Biotin Vitamin H) dan 1 ml (Larutan Stok cyanocobalamin Vitamin
B12), kemudian diaduk dengan magnetic stirrer hingga semua bahan tercampur. Setelah itu difilter
dengan Milipore yang dilakukan didalam Laminar Air Flow dan tuangkan kebotol reagen steril
dan disimpan dalam lemari es.
Tabel 2. Komposisi Bahan Larutan Stok PES
Komponen Kuantitas
TRIS Base 5,0 gr
NaNo3 3,5 gr
Na2b-glycerophosphate H2O 0,5 gr
Larutan Stok Iron 250 ml
Larutan Stok Trace Metal 25 ml
Larutan Stok Thimine (vit.B1) 0,5 ml
Larutan Stok Biotin (vit.H) 0,5 ml

Pembuatan Stok Larutan Hormon BAP dan IAA

Berikut ini adalah langkah-langkah pembuatan yaitu pertama, timbang hormon (BAP dan IAA)
dengan menggunakan timbangan analytical balance sekitar 0,05 gr, masukkan kedalam beaker
gelas. Kedua, teteskan larutan (HCL) untuk melarutkan BAP dan lrutan (NaOH 1N) untuk
melarutkan IAA hingga hormon tersebut larut. Ketiga, masukkan aquades sebanyak 20 ml kedalam
labu ukur 50 ml setelah itu stirrer dan masukkan juga larutan hormon (BAP atau IAA). Keempat,
pada sisa hormon yang terdapat bagian dalam beaker gelas disemprot dengan aquades kedalam
labu ukur sebanyak 50 ml. Kelima, syirring selama 15 menit hingga semua bahan tercampur
dengan rata. Keenam, sterilisasikan larutan tersebut dengan syirringe filter didalam Laminar Air
Flow dan yang terakhir tuangkan larutan tesebut dimasing-masing botol reagen dan disimpan
dalam lemari es dengan suhu 4 derajat celcius karena hormon tersebut bahan yang labil

Tabel 3. Komposisi Bahan Larutan Hormon BAP dan IAA

Komposisi Kuantitas Keterangan


Aquades 50 ml Untuk setiap Hormon
BAP (Benzyl Amino Purin) 0,05 gr Hormon Sitokin
HCL 1N 20 tetes Untuk Melarutkan BaP
IAA (Indole Acetic Acid) 0,05 gr Untuk Auksin
NaOH 1N atau KOH 1N 20 tetes Untuk Melarutkan IAA
Pembuatan Larutan Antibiotik

Tabel 4. Komposisi Bahan Larutan Antibiotik


Komposisi Kuantitas Keterangan
Nystatin 0,0075 gr -
DMSO (Dimethyl-Sulfoxide) 0,16 ml Untuk Melarutkan Nystatin
Aquades 100 ml Untuk Melarutkan Antibiotik
Penicilin G 0,3 gr -
Streptomycin Sulphate 0,6 gr PA
Kanamycin 0,3 gr Komersial
Neomycin 0,06 gr -
Germanium (IV) OXID 0,01 gr -
Media PES 20 ml -
ALS 30 PPT 880 ml -

Cara kerja :
1. Bahan 1 ditimbang dan dimaskkan kedalam beaker gelas
2. Bahan 2 diteteskan setetes demi setetes ke bahan 1, sampai bahan 1 terendam oleh
bahan 2
Goyang beaker gelas perlahan sampai semua bahan 1 larut (berwarna kuning bening),
kemudian sisihkan
3. Labu ukur diisi 50 ml aquades dan diletakkan diatas magnetic stirrer lalu di on-kan
4. Timbang dan masukkan secara berurutan bahan 4 sampai 8, aduk hingga larutan
homogen
5. Masukkan campuran bahan 1 dan 2 setetes demi setetes. Pada saat meneteskan dijaga
agar tidak terbentuk busa karena larutan antibiotic akan rusak
6. Tambahkan aquades sampai vol 100 ml
7. Stirring selama kurang lebih 15 menit
8. Sterilkan larutan antibiotik ini dengan miliphore filter didalam Laminar Air Flow
Pembuatan Media Padat (Agar+hormon)

Tabel 5. Komposisi Bahan Media Padat (agar)

Komposisi Kuantitas
Air Laut Steril 500 ml
Agar Powder Bacto 8 gram
Larutan Stok BAP 1 ml/L (0,5 ml/500 ml)
Larutan Stok IAA 2,5 ml/L (1,25 ml/500 ml)
Larutan Stok PES 10 ml

Cara kerja :
1. Timbang agar powder bacto sebanyak 8 gram, masukkan kedalam erlenmeyer
2. Ukur air laut steril 500 ml dan masukkan kedalam erlenmeyer yang terisi agar powder
bacto
3. Panaskan dengan Hot Plate Stirrer hingga larutan mendidih
4. Tambahkan BAP 1 ml/l dan IAA 2,5 ml/l, lalu panaskan lagi hingga larutan berkeruh
5. Kemudian tambahkan 20 ml larutan stok PES dengan suhu rata-rata 200 derajat celcius
tuangkan larutan kedalam botol kultur steril dan dikerjakan didalam Laminar Air Flow

Pembuatan Media Antibiotik


Berikut ini adalah langkah-langkah pembuatan yaitu : Pertama, campurkan air laut steril sebanyak
440, 100 ml larutan antibiotic, dan 20 ml larutan stok PES kedalam erlenmeyer. Setelah itu media
dishaker hingga tercampur rata, kemudian dituangkan/dibagikan kedalam botol kultur , lingkari
penutup botol dengan plastik untuk mencegah terjadinya kontaminasi, ini dilakukan didalam
Laminar Air Flow.

Pemilihan Bibit Rumput Laut Kotoni (kappaphycus alvarezii)

Sampel bibit ini diambil dari bagian SERAM, TANIMBAR dan WAINURU yang telah
dibudidayakan pada laboratorium kultur jaringan di Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL)
Ambon, kemudian dimasukkan kedalam beaker gelas dalam kondisi cukup basah yang telah diisi
dengan air laut steril agar tidak kering.
Bibit yang selanjutnya di alkimatisasi menjadi indukan. Selama proses
alkimatisasi indukan wajib dicuci setiap minggu 1x menggunakan air laut steril
untuk memastikan indukan dalam keadaan bersih.

Gambar 3. Proses Aklimatisasi indukan

Sterilisasi Eksplan
Cara kerja :
1. Siapkan alat kultur yang sudah steril
2. Mencuci tangan dengan alcohol 70%
3. Eksplan dipotong dengan panjang 3-4 cm sebanyak 30 eksplan
4. Kemudian dicuci dengan air laut steril sebanyak 3 kali
5. Selanjutnya dilakukan perendaman dalam (larutan sabun yang sudah
tercampur dengan air laut steril) dan dibilas lagi sebanyak 3 kali dan
dikeringkan dengan tissue
6. Selanjutnya perendaman dalam (larutan iodine atau betadine 10% yang telah
dicampurkan dengan air laut steril sebanyak 90 ml) selama 2 menit dan 4
menit dan dibilas sebanyak 3 kali lalu dikeringkan dengan tissue
7. Kemudian dilakukan juga perendaman dalam media larutan PES cair yang
mengandung antibiotik 3% dan 1,5% sambil dishaker selama 18,5 jam
Gambar 4. Proses Sterilisasi Eksplan

Proses Aklimatisasi Eksplan


Adapun tahap pengerjaannya adalah sebagai berikut : Langkah-langkah
pertama mencuci tangan menggunakan alkohol 70% dan dilakukan didalam
Laminar Air Flow dan siapkan, pinset, kain, kaca, tissue diatas kaca yang dialas
dengan kain. Kemudian ambil botol yang berisi eksplan setelah itu dilap dengan
tissue yang sudah disiapkan, diris tipis atau dibedah. Kemudian disubkultur ke
media agar 8 gram dengan kepadatan 10 eksplan. Eksplan kemudian dipelihara
dalam lemari kultur dengan temperatur ruangan antara 22-25 derajat Celsius,
intensitas cahaya +1500 lux dengan penyinaran selama 16 jam dan 8 jam padam
dan pergantian media dilakukan selama 7 hari dengan media yang baru sekali
hingga kalus terbentuk.
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh pada kultur aklimatisasi
eksplan kemedia padat PES1 terdapat beberapa yang terkontaminasi dan yang
tidak terkontaminasi, Yang tidak terkontaminasi yaitu warna pada eksplan tidak
berubah atau tetap cokelat dan pada eksplan yang terkontaminasi berubah
warna menjadi bleacing (pemutih) pada bagian ekplan atau titik-titik penebalan
kalus yang berwarna putih tersebut adalah sekelompok sel bulat
Pada proses aklimatisasi eksplan tersebut tidak tercapai pada titik dimana
eksplan belum terbentuk menjadi kalus
Gambar 5. Proses Aklimatisasi Eksplan

Gambar 6. Eksplan yang Tidak Terkontaminasi


Gambar 7. Eksplan Yang Terkontaminasi

Sub Kultur Eksplan ke media Induksi Kalus

Kalus di sub kultur dari jam 8.30-12.30 WIT ke media PEs cair tanpa zat pengatur tumbuh ke botol
dengan ukuran 1000 ml. Adapun tahap pengerjaannya adalah sebagai berikut :

1. Siapkan wadah penampungan media kultur lama dan penampungan kultur bebas
pakai
2. Cuci tangan menggunakan alkohol 70% sebelum melakukan kegiatan
3. Siapkan media baru untuk kalus, dengan cara siapkan air laut steril sebanyak 980 ml
di erlenmeyer tambahkan 20 ml larutan stok PES, lalu diaduk menggunakan
magnetic stirrer hingga homogen, kemudian dituangkan ke botol kultur dengan
volume 40 ml untuk botol kultur ukuran 100 ml
4. Cuci tangan kembali menggunakan alkohol 70%
5. Pembilasan kalus dilakukan dengan cara : ambil botol kultur kalus buka penutupnya
dan tuangkan media lama ke botol yang kosong dan medianya dibuang ke ember,
kemudian kalus dibilas menggunakan air laut steril sebanyak 3 kali dengan cara
botol kultur digoyang-goyang. Kemudian kalus dilap menggunakan tissue steril,
setelah itu kalus dimasukkan ke media yang sudah disiapkan sebelumnya, mulut
botol kultur ditutup menggunakan plastik dan diikat dengan karet gelang, diberi
label dan siap dipindahkan ke ruang kultur ditempatkan pada rotary shaker, selama
4 bulan atau hingga terbentuknya mikropropagul
6. Rotary shaker ditempatkan diruang kultur dengan temperatur ruangan antara 22-25
derajat celcius, diberi penyinaran lampu TL (Tumbular Lamp) dengan intensitas
cahaya kurang lebih 1500 lux, lama penyinaran diatur 16 jam nyala dan 8 jam
padam, pergantian media dilakukan selama 1 bulan sekali

Dari beberapa hasil pengamatan tentang proses aklimatisasi eksplan tersebut tidak tercapai pada
titik dimana eksplan belum terbentuk menjadi kalus

Gambar 8. Proses Sub Kultur Eksplan ke media Induksi Kalus

Teknik Kultur Mikropropagul


Mikropropagul di media pes cair yang di tempatkan pada rotary shaker.di subkultur ke
elenmeyer ukuran 500ml kemudian ke volume 1.000 ml, di lakukan pada pagi hari dari jam 08.00-
13.00 WIB (Sesuaikan Dengan Jumlah Rumput Laut Yang siap Di Kultur)

Cara Kerja :

- Cuci tangan menggunakan Alkohol 70%


- Pembuatan Media Pes (dapat di lihat pada Bagian Pembuatan PES)
- Bibit mikropropagul di ambil dari mikropropagul hasil regenerasi kalus,
- Buka tutup botol kultur mikropropagul dan tuangkan media lama ke botol selai yang
kosong setelah itu media lama di buang ke ember,
- Kemudian bibit mikropropagul di bilas menggunakan air laut steril sebanyak 3 kali,
Dengan cara botol kultur di goyang-goyang dan buang air nya.
- kemudian mikropropagul di lap menggunakan tissue steril.
- Setelah itu bibit mikropropagul dimasukan ke media baru yang sudah di siapkan
sebelumnya,
- Mulut botol di tutup menggunakan plastik dan diikat dengan karet , Di beri label dan siap
dipindahkan ke ruang kultur
- di ruang kultur dengan temperatur ruangan antara 22-25°c, Botol mikropropagul diletakan
di rak kultur, yang telah di lengkapi dengan lampu TL, kemudian kultur diberi aerasi untuk
pengadukan dan pengudaraan.

- Subkultur dilakukan setiap 7 hari sekali selama 3 bulan atau sampai menjadi thalus muda
(Plantlet), dan Melakukan Penimbangan menggunakan timbangan analitic untuk
mengetahuai laju pertumbuhan harian (α) mikropropagul dengan Rumus :

∝ = Ln Wt-Ln Wo x 100%
t
Ket :
Wt : bobot basah propagul pada waktu t (milligram)
Wo : bobot basah propagul sebelumnya (milligram)
t : selang waktu pengamatan

.
Gambar 9. Proses Kultur dan Penimbangan Bobot mikropropagul Rumput Laut.

Tabel 6. Data Pertumbuhan Mikropropagul


Waktu Bobot mikropropagul
(Minggu) (gr)
0 0,80
I 0,86
II 1,08
III 1,53
IV 1,89
Pertumbuhan regenerasi mikropropagul pada kultur jaringan rumput laut Kappaphycus
alvarezii selama 4 minggu dapat dilihat pada tabel 10, dan laju Pertumbuhan regenerasi
mikropropagul pada kultur jaringan rumput laut Kappaphycus alvarezii selama 4 minggu semakin
meningkat hal itu di karenakan komposisi yang berpengaruh pada NaNO 3, Na2EDTA(Larutan
Stok EDTA), FeCl, Larutan Stok Metals dan Vitamin (Thiamine B1, Biotin H, dan
Cyanocobalamin B12). Bujang (2013), Mengatakan bahwa untuk dapat tumbuh mikropropagul
rumput laut Kappaphycus alvarezii membutuhkan media yang mengandung unsur hara nitrogen
,phospat, dan kalium.

Gambar 10. Proses aerasi Planlet rumput laut

Aklimatisasi

Setelah itu, aklimatisasi dilakukan pada kultur thallus rumput laut sebelum rumput laut
ditumbuhkan pada air laut. Aklimatisasi adalah tahapan penyesuaian lingkungan plantlet dari in
vitro ke lingkungan ex vitro.

Gambar 11. Planlet yang telah melalui proses alkimatisasi

Setelah proses alkimatisasi selama kurang lebih 2 bulan, rumput laut siap untuk dibesarkan pada
perairan. Rumput laut yang selanjutnya dipersiapkan untuk bibit memerlukan waktu pertumbuhan
selama 30 hari, dan untuk rumput laut yang akan siap dijual memerlukan waktu 45 hari untuk jenis
rumput laut Kappaphycus alvarezii.

Gambar 12. Proses pembibitan Kembali\

Gambar 13. Proses pemanenan rumput laut


Kesimpulan

Berdasarkan kegiatan Magang kultur jaringan Rumput Laut Kotoni (Kappaphycus Alvarezii) di
BPBL Ambon’’ yang dilakukan dilaboratorium kultur jaringan Balai Perikanan Budidaya Laut
(BPBL) Ambon serta karamba. Dapat disimpulkan bahwa:

1. Penunjang keberhasilan proses kultur jaringan Rumput Laut Kotoni (Kappaphycus


Alvarezii) Yaitu proses Sterilisasi. Dimana Peralatan dan Bahan-bahan serta Kebersihan
dalam Ruangan Laboratorium Yang di Gunakan Untuk Kultur, Kemudian Takaran Dari
Pupuk dan Air Laut Steril Yang di gunakan Sehingga Proses Pertumbuhan Mikropropagul
dapat Tumbuh Dengan Baik. Serta Tanggal Untuk Kultur Mikropropagul sangat di
Perhatikan sehingga Tingkat produksi bibit rumput Laut Dari Regenerasi Mikropropagul
menjadi plantlet dapat Meningkat. Karena jika segala proses dilakukan dengan benar
namun cacat dalam sterilisasi maka resiko kegagalan akibat kontaminasi sangatlah besar.
2. Proses pembibitan dan pembesaran dilaut dipengaruhi oleh berbagai hal diantaranya cuaca
dan suhu serta salinitas perairan sekitar. Dimana cuaca hujan tingkat pertumbuhan rumput
laut jenis Kappaphycus Alvarezii lebih cepat tumbuh karena suhu perairan tdan salinitas
turun serta adanya arus yang memperlancar proses tumbuhnya dan sebaliknya.\
DAFTAR PUSTAKA

Anggadiredja, J. T., A. Zatnika, H. Purwoto dan S. Istini. 2008. “Rumput Laut”. Cetakan I. Jakarta
: Penerbit Swadaya

Aslan, M. 2009. “Budidaya Rumput Laut”. Yogyakarta : Kanisius.takan I. Jakarta : Penerbit


Swadaya Aslan, M. 2009. “Budidaya Rumput Laut”. Yogyakarta : Kanisius.

Horrison, 2010.”Preserving Food: Drying fruit and vegetable”.University of Georgia.

Afrianto, E dan LiviAfrianto, E dan Liviawati. 1993. Budidaya Rumput Laut dan Cara
Pengelolaannya. Yogyakarta: Bhrataraawati. 1993. Budidaya Rumput Laut
dan Cara Pengelolaannya. Yogyakarta: Bhratara.

Dawes, C. J. 1981. Marine Botany. New York (US): John Willey & Sons.

Hendaryono, D dan Wijayani, A. 1994. Teknik kultur jaringan, Pengenalan dan Petunjuk
Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif-Modern. Yogyakarta: Kanisius.

\Hitler, S. 2011. Pengaruh Berat Bibit Awal Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kadar
Keragenan Rumput Laut 48 (Kappaphycus alvarezii) Varietas Coklat
Menggunakan Metode Vertikultur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Haluoleo. Kendari.

Lestari, E. G. 2006. In Vitro Selection and Somaclonal Variation for Biotic and Abiotic Stress
Tolerance. Biodiversity. Vol. 7 (3): 297-301.

Sulistiani, E., Soelistyowati dan Yani, S.A. 2014. Tissue Culture on Seaweed (K. alvarezii).
Seameo Biotrop. p.128. Suryati, E dan Mulyaningrum, S. R. H. 2007.
Regenerasi Rumput Laut K. alvarezii (Doty) Melalui Induksi Kalus dan
Embrio dengan Penambahan Hormon Perangsang Tumbuh Secara In Vitro.
J. Ris. Akuakultur. Vol 1: 39-45.

Unyayar, S., Topcuoglu, SF and Unyayar, A. 1996. A modified method for extraction and
modification of indole-3-acetic acid (IAA), gibberellic acid (GA3), abscisic
acid (ABA) and zeatin produced by Phanerochate chrysosporium ME446.
Bulg J Plant Physiol. Vol. 22: 10-105.

Winarno, F, G. 1996. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Anda mungkin juga menyukai