Anda di halaman 1dari 22

Analisis UU No. 4 Tahun 1982, UU No.

23 Tahun 1997 dan UU No 32 Tahun 2009

2.1.Tabel analisis judul dan pasal UU No. 4 Tahun 1982, UU No. 23 Tahun 1997 dan UU No. 32 Tahun 2009

BAB UU NO. 4 TAHUN 1982 UU NO. 23 TAHUN 1997 UU NO. 32 TAHUN 2009

Judul KETENTUAN UMUM KETENTUAN UMUM KETENTUAN UMUM


I
Pasal 1 dan 2 1 dan 2 1
Judul ASAS DAN TUJUAN ASAS, TUJUAN DAN SASARAN ASAS, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
II
Pasal 3 dan 4 3 dan 4 2, 3 dan 4
Judul HAK, KEWAJIBAN DAN WEWENANG HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT PERENCANAAN
III
Pasal 5, 6, 7, 8, 9, 10 5,6, dan 7 5 s/d 11
WEWENANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN
Judul PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP PEMANFAATAN
IV HIDUP

Pasal 11 s/d 17 8, 9, 10, 11, 12, dan 13 12


Judul KELEMBAGAAN PELESTARIAN FUNGSI LINGKUNGAN HIDUP PENGENDALIAN
V
Pasal 18 dan 19 14, 15, 16, dan 17 13 s/d 56
PERSYARATAN PENATAAN LINGKUNGAN
Judul GANTI RUGI DAN BIAYA PEMULIHAN PEMELIHARAAN
VI HIDUP
Pasal 20 dan 21 18 s/d 29 57
PENYELESAIAN SENGKETA
Judul KETENTUAN PIDANA PENGELOLAAN B3 DAN LIMBAH B3
VII LINGKUNGAN HIDUP
Pasal 22 30 s/d 39 58 s/d 61
Judul KETENTUAN PENUTUP PENYIDIKAN SISTEM INFORMASI
VIII
Pasal 24 40 62
TUGAS DAN WEWENANG PEMERINTAH
IX Judul KETENTUAN PIDANA
DAN PEMERINTAH DAERAH
Pasal 41 s/d 48 63 dan 64

Judul KETENTUAN PERALIHAN HAK, KEWAJIBAN DAN LARANGAN


X
Pasal 49 65 s/d 69

Judul KETENTUAN PENUTUP PERAN MASYARAKAT


XI
Pasal 50 s/d 52 70

Judul PENGAWASAN DAN SANKSI ADMINISTRASI


XII
Pasal 71 s/d 83

Judul PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN


XIII
Pasal 84 s/d 93

Judul PENYIDIKAN DAN PEMBUKTIAN


XIV
Pasal 94 s/d 96

Judul KETENTUAN PIDANA


XV
Pasal 97 s/d 120

Judul KETENTUAN PERALIHAN


XVI
Pasal 121, 122, dan 123

judul KETENTUAN PENUTUP


XVII
Pasal 124 d 127
2.2.Tabel Analisis Isi UU No. 4 Tahun 1982, UU No. 23 Tahun 1997 dan UU No. 32 Tahun 2009

BAB UU NO. 4 TAHUN 1982 UU NO. 23 TAHUN 1997 UU NO. 32 TAHUN 2009 ANALISIS

KETENTUAN UMUM KETENTUAN UMUM KETENTUAN UMUM - BAB I pada UU No. 4 Tahun
PENGERTIAN: PENGERTIAN: PENGERTIAN: 1982 dan UU No 23 Tahun 1997
- LH - LH - LH terdiri dari 2 pasal yaitu tentang
- Pengelolaan LH - Pengelolaan LH - Perlindungan dan pengelolaan
- Ekosistem - Pembangunan berkelanjutan LH ketentuan umum dan ruang
- Daya dukung lingkungan - Ekosistem - Pembangunan berkelanjutan lingkup lingkungan hidup.
- Sumber daya - Pelestarian fungsi LH - Rencana perlindungan dan Sementara UU No. 32 Tahun
- Baku mutu lingkungan - Daya dukung LH pengelolaan LH
2009 hanya terdiri dari satu
- Pencemaran lingkungan - Pelestarian daya dukung LH - Ekosistem
- Perusakan lingkungan - Daya tampung LH - Pelestarian fungsi LH pasal yang hanya memuat
- Dampak lingkungan - Pelestarian daya tamping LH - Daya dukung LH tentang ketentuan umum,
- AMDAL - Sumber daya - Daya tampung LH
sedangkan ruang lingkup dimuat
- Konservasi SDA - Baku mutu LH - SDA
I pada BAB II
- LSM - Pencemaran LH - KLHS
- Pembangunan berwawasan
- Kriteria baku kerusakan LH - AMDAL
lingkungan - Perusakan LH - UKL/UPL
- UU No. 4 Tahun 1982
- Menteri - Konservasi SDA - Baku mutu LH
- Limbah - Pencemaran LH menekankan bahwa pengelolaan
LINGKUNGAN DIKELOLA - Bahan berbahaya dan beracun - Kriteria baku kerusakan LH LH langsung dikelola oleh pusat,
OLEH PUSAT - Limbah bahan berbahaya dan - Perusakan LH sedangkan UU No. 32 tahun
beracun - Kerusakan LH
- Sengketa LH - Konservasi SDA 2009 sudah mulai menjelaskan
- Dampak LH - Perubahan iklim tentang peran dan wewenang
- AMDAL - Limbah pengelola pusat, daerah, hingga
- Organisasi LH - B3
masyarakat
- Audit LH - Limbah B3
- Orang - Pengelolaan limbah B3
- Menteri - Dumping - UU No. 32 tahun 2009 juga
- Sengketa LH
terlihat lebih sempurna
RUANG LINGKUP - Dampak LH
LINGKUNGAN HIDUP - Organisasi LH dibandingkan UU sebelumnya,
- Audit LH karena menambahkan poin
- Ekoregion
tentang perlindungan, rencana
- Kearifan lokal
- Masyarakat hukum adat perlindungan, pengelompokkan
- Setiap orang limbah, dan melibatkan kearifan
- Instrument ekonomi LH
lokal. Poin-poin tersebut sangat
- Ancaman serius
- Izin usaha dan atau kegiatan penting, dan tidak ada pada UU
- Pemerintah pusat sebelumnya
- Pemerintah daerah
- Menteri
- BAB II pada UU No 4 Tahun
ASAS, TUJUAN DAN ASAS, TUJUAN DAN RUANG
ASAS DAN TUJUAN
SASARAN LINGKUP 1982 hanya mengandung poin
Pembangunan berwawasan Penyelenggaraan dan sasaran Pengelolaan oleh Negara asas dan tujuan, UU No. 23
lingkungan pengelolaan LH mengedepankan asas kelestarian,
Tahun 1997 menambahkan
bekerja sama dengan pemerintah
II daerah sebagai wilayah otonom, sasaran LH, dan UU 32 tahun
mengedepankan peran kearifan 2009 mengganti sasaran menjadi
lokal, dan mengikutsertakan
ruang lingkup
masyarakat dalam berpartisipasi
menuju tata kelola yang baik. - UU No. 4 tahun 1992 hanya
menjelaskan tentang
HAK, KEWAJIBAN DAN HAK, KEWAJIBAN DAN pembangunan berwawasan
III WEWENANG PERAN MASYARAKAT
PERENCANAAN
- Setiap orang berhak atas LH - Setiap orang berhak Tahapan perencanaan, lingkungan, UU No. 23 tahun
yang baik dan sehat dan memperoleh informasi LH dan perlindungan dan pengelolaan LH 1997 mulai mengatur tentang
berkewajiban untuk menjaga berperan dalam pengelolaan dimulai dengan penetapan
siapa penyelenggara dan sasaran
LH LH. Setiap orang wilayah ekoregion sampai kepada
- SDA dikuasai sepenuhnya oleh berkewajiban memelihara peraturan dan tahap penyususan pengelolaan lingkungan hidup,
negara untuk kesejahteraan kelestarian LH dan RPPLH dan UU No. 32 Tahun 2009
rakyat memberikan informasi yang
menjelaskan lebih rinci tentang
akurat tentang pengelolaan LH
- Masyarakat diberikan struktur pengelolaan dan pihak-
kesempatan untuk berperan pihak yang terkait.
dalam pengelolaan lingkungan
hidup
PERLINDUNGAN WEWENANG - UU No. 4 Tahun 1982 BAB III
PEMANFAATAN
LINGKUNGAN HIDUP PENGELOLAAN LH menjelaskan bahwa masyarakat
- Perlindungan SDA nonhayati, - SDA dikuasai oleh Negara Pemanfaatan SDA dilakukan hanya berhak mendapatkan LH
hayati, buatan, perlindungan untuk kesejahteraan berdasarkan RPPLH
yang baik dan sehat, tetapi pada
cagar budaya, LH ditetapkan masyarakat dan diatur oleh
dalam perundang-undangan Pemerintah pusat. UU 23 Tahun 1997 BAB III
- Setiap rencana yang diperkiran - Pengelolaan LH tingkat menjelaskan bahwa masyarakat
berdampak, harus dilengkapi nasional dilakukan secara
juga berhak memperoleh
dengan AMDAL yang terpadu oleh perangkat
IV pelaksanaannya diatur oleh kelembagaan yang informasi LH, berperan
pemerintah pusat. dikoordinasi seorang langsung dalam pengelolaan
menteri.
LH. Poin yang sama juga
- Dalam pelaksanaan
pengelolaan LH, pemerintah dijelaskan pada UU No. 32
pusat dapat menyerahkan Tahun 2009 tentang hak
sebagian urusan kepada masyarakat, terdapat pada BAB
pemerintah daerah menjadi
urusan rumah tangganya. X, dimana pada BAB X
KELEMBAGAAN PELESTARIAN FUNGSI LH PENGENDALIAN judulnya telah disempurnakan
- pengelolaan tingkat nasional - Setiap usaha dan atau kegiatan - Tujuan, jenis, dan menjadi HAK, KEWAJIBAN
dilakukan secara terpadu oleh dilarang melanggar baku mutu penanggung jawab
DAN LARANGAN. Pada UU
perangkat kelembagaan yang telah ditetapkan pengendalian pencemaran
dipimpin seorang menteri - Setiap rencana yang - Instrumen pencegahan ini, hak masyarakat meliputi hak
- pengelolaan secara sektoral diperkiran berdampak, harus pencemaran untuk mendapatkan LH yang
dilakukan oleh departemen/ non dilengkapi dengan AMDAL - Pembuat KLHS : pemerintah baik, mendapatkan informasi,
departemen, sedangkan yang pelaksanaannya diatur dan pemerintah daerah
pengelolaan di daerah dilakukan oleh pemerintah pusat. - Kajian KLHS termasuk mengajukan
oleh pemerintah daerah dan LSM - RTRW wajib berdasarkan keberatan.
berperan sebagai penunjuang KLHS
kegiatan pengelolaan LH. - Baku mutu (indikator, jenis
- UU No 4 Tahun 1982
dan ketentuan)
- Penetapan kriteria baku menegaskan bahwa SDA kuasai
kerusakan LH sepenuhnya oleh negara
V
- Wajib AMDAL (kriteria
berdasarkan wewenangnya,
usaha/kegiatan, kriteria
dampak) tanpa melibatkan masyarakat.
- Dokumen AMDAL
(pengertian, isi, pihak yang
- Pada UU No 23 Tahun 1997,
terlibat, syarat penyusun,
penilaian penyusunan wewenang pengelolaan dipisah
AMDAL) di BAB IV.
- Wajib UKL/UPL (penetapan
jenis usaha/ kegiatan, pihak
- UU No. 32 Tahun 2009 tidak
terkait)
- Pemerintah dan pemerintah membahas tentang hak,
daerah wajib mengembangkan kewajiban, wewenang dan peran
dan menerapkan instrumen
masyarakat, tetapi tentang
ekonomi LH
GANTI KERUGIAN DAN PERSYARATAN perencanaan pengelolaan, mulai
PEMELIHARAAN
BIAYA PEMULIHAN PENATAAN LH dari penetapan ekoregion hingga
Perusak lingkungan harus - Untuk memperoleh izin usaha Upaya pemeliharaan dapat
penyusunan RPPLH. Tugas dan
memberikan ganti rugi kepada dari pejabat yang berwenang, dilakukan dengan konservasi
negara berdasarakan UU yang setiap usaha dan atau kegiatan SDA, pencadangan SDA dan wewenang dibahas pada BAB
ditetapkan yang menimbulkan dampak pelestarian fungsi atmosfer IX.
besar bagi lingkungan wajib
memiliki AMDAL
- PENGENDALIAN dampak - UU No 4 Tahun 1982 BAB IV
LH sebagai alat menekankan perlunya AMDAL
pengawasandilakukan oleh
pada setiap rencana yang
VI suatu lembaga yang dibentuk
khusus oleh pemerintah berdampak, namun tidak
- Pelanggaran tertentu dapat menjelaskan secara rinci tentang
dijatuhkan sanksi berupa AMDAL dan dampak yang
pencabutan izin usaha
dimaksud. Poin ini juga
- Dalam rangka peningkatan
kinerja, pemerintah dijelaskan pada UU No. 23
mendorong pelaku usaha Tahun 1997 pada BAB V.
untuk melakukan audit
Berbeda dengan UU No. 32
apabila pelaku usaha
menunjukkan ketidakpatuhan Tahun 2009, yang menjelaskan
terhadap peraturan ini. dengan rinci tentang AMDAL
PENYELESAIAN PENGELOLAAN B3 DAN
KETENTUAN PIDANA dan dampak yang dimaksud
SENGKETA LH LIMBAH B3
- Sengaja melakukan perusakan : - Tata cara penyelesaian - Setiap orang di Indonesia pada BAB V tentang
VII pidana 10 tahun dan atau denda sengketa melalui pengadilan yang memasukkan dan PENGENDALIAN.
Rp. 100.000.000,- atau di luar pengadilan menghasilkan B3 dan limbah
- Lalai melakukan perusakan: - Tenggang deluwarsa hak B3 wajib melakukan
- UU No. 23 Tahun 1992 BAB IV
pidana 1 tahun dan atau denda untuk mengajukan gugatan pengelolaan B3 dan limbah
Rp. 1.000.000,- berdasarkan ketentuan Hukum B3 yang dihasilkannya membahas tentang wewenang
perdata yang berlaku, dihitung - Setiap orang dilarang pemerintah pusat, yang
sejak korban mengetahui melakukan dumping limbah
mengatur dan menguasai SDA,
adanya pencemaran dan atau bahan ke media LH
- Masyarakat berhak tanpa izin namun sudah mulai melibatkan
mengajukan gugatan dan pemerintah daerah dengan cara
mendapatkan
menyerahkan sebagian
pertanggungjawaban dari
pemerintah yang urusannya. Berbeda dengan UU
bertanggungjawab No 4 Tahun 1982 BAB III yang
- Organisasi lingkungan hidup
tidak menyerahkan sebagian
berhak mengajukan gugatan
- Bentuk organisasi yang urusan, namun mengkotak-
berhak mengajukan gugatan kotakkan tugas pelaksanaan
- Tata cara pengajuan gugatan pengelolaan LH seperti yang ada
KETENTUAN PERALIHAN PENYIDIKAN SISTEM INFORMASI
pada BAB V.
UU sebelum UU ini ditetapkan, - Wewenang penyidikan pengembangan sistem informasi
tetap berlaku sepanjang tidak - Tata cara penyidikan dilakukan oleh pemerintah dan
VIII bertentangan dengan UU ini pemerintah daerah, secara - UU No 23 Tahun 1997 BAB V
terpadu, memuat informasi
tentang pengelolaan LH tingkat
mengenai status LH, peta rawan
LH,dll nasional dilakukan secara
TUGAS DAN WEWENANG terpadu, poin ini sebelumnya
KETENTUAN PENUTUP KETENTUAN PIDANA PEMERINTAH DAN PEMERINTAH
DAERAH juga terdapat pada UU No. 4
Disahkan di Jakarta, 11 Maret - Sengaja melakukan perusakan Tugas dan wewenang pemerintah Tahun 1982 BAB V.
IX 1982 mengakibatkan pencemaran: dilaksanakan dan atau Perbedaannya adalah UU No 4
pidana paling banyak 10 tahun dikoordinasikan oleh menteri
dan atau denda paling banyak Tahun 1982 menggunakan kata
Rp. 500.000.000,-
- Sengaja melakukan perusakan dipimpin, sedangkan UU No.
menyebabkan orang mati atau 23 Tahun 1997 menggunakan
luka berat: pidana paling
kata dikoordinasi.
banyak 15 tahun dan atau
denda paling banyak Rp.
750.000.000,- - UU No. 23 Tahun 1997 pada
- Lalai melakukan perusakan
BAB VI membahas tentang izin
mengakibatkan pencemaran :
pidana paling banyak 3 tahun usaha yang tidak dibahas di UU
dan denda paling banyak Rp. No. 4 Tahun 1982
100.000.000,-
- Lalai melakukan perusakan
mengakibatkan orang mati - poin PENGENDALIAN dibahas
atau luka berat: pidana paling secara khusus dan rinci pada
banyak 5 tahun dan denda UU No. 32 Tahun 2009 BAB V,
paling banyak Rp.
150.000.000,- yang sebelumnya pada UU No.
- Sengaja membuang zat 23 Tahun 1997 hanya dibahas
berbahaya ke tanah, udara, air, sekilas pada BAB VI pada pasal
eksopor, impor, jual-beli, dll :
23.
pidana paling banyak 6 tahun
dan denda paling banyak Rp.
300.000.000,- - UU No. 32 Tahun 2009 BAB V,
- Jika pidana diatas
menjelaskan secara rinci tentang
menyebabkan orang mati atau
terluka : pidana paling banyak AMDAL, UKL/UPL, KLHS,
9 tahun dan denda paling RTRW, dan baku mutu yang
banyak Rp. 450.000.000,-
tidak dijelaskan pada UU
HAK, KEWAJIBAN DAN
X PENENTUAN PERALIHAN sebelumnya
LARANGAN
- Setiap usaha dan atau kegiatan Hak setiap orang :
yang telah memiliki izin wajib - LH yang sehat dan baik - Pada UU No. 23 Tahun 1997
menyesuaikan menurut - Mendapatkan pendidikan LH
BAB V tentang pelestarian LH,
persyaratan UU ini, selambat- - Mengajukan keberatan
lambatnya lima tahun sejak terhadap usaha/kegiatan tidak dibahas tentang upaya
diundangkannya UU ini - Berperan dalam perlindungan perlindungan seperti pada UU
- Dilarang menerbitkan izin LH
No. 32 Tahun 2009 BAB VI,
menggunakan limbah - Melakukan pengaduan akibat
berbahaya sejak UU ini dugaan pencemaran membahas tentang upaya
diundangkan pemeliharaan LH seperti
Setiap orang berkewajiban
konservasi dll.
memelihara kelestarian LH dan
mengendalikan pencemaran
- UU No. 32 Tahun 2009 lebih
Setiap orang dilarang: sempurna karena memuat poin
- Melakukan perbuatan
pencemaran penting yang tidak dimuat oleh
- Memasukkan B3 UU sebelumnya, seperti:
- Memasukkan limbah dari luar perencanaan, pemanfaatan,
NKRI ke NKRI
pengendalian, pemeliharaan,
- Memasukkan limbah B3 ke
NKRI pengelolaan B3 dan limbah B3,
- Membuang limbah ke media sistem informasi, peran
LH
masyarakat, penyidikan dan
- Melepaskan produk rekayasa
genetika ke media LH pembuktian
- Membuka lahan dengan cara
membakar
- Penyelesaian sengketa LH, tidak
- Menyusun AMDAL tanpa
sertifikat kompetensi di bahas pada UU No. 4 Tahun
- Memberikan informasi palsu 1982, tetapi dibahas di UU No
23 Tahun 1997 pada BAB VII
KETENTUAN PENUTUP PERAN MASYARAKAT
dan di UU No. 32 Tahun 2009 di
- Selama UU ini berlaku, semua - Peran masyarakat :
peraturan perundangan tetap pengawasan sosial, pemberian BAB XIII.
berlaku selama tidak saran, pendapat, usul,
bertentangan keberatan, dan penyampaian - Penyelesaian sengketa LH pada
- UU No. 4 tahun 1982 tentang informasi
UU No. 4 Tahun 1997 BAB VII
XI ketentuan-ketentuan pokok
pengelolaan LH tidak berlaku - Tujuan peran masyarakat : menjelaskan bahwa masyarakat
lagi meningkatkan kepedulian, dan organisasi LH berhak
- Disahkan di Jakarta, 19 meningkatkan kemandirian,
mengajukan gugatan kepada
september 1997 menumbuhkembangkan
ketanggapsegeraan, pemerintah dan mendapatkan
mengembangkan dan menjaga ganti rugi. Namun, pada UU No.
budaya.
32 Tahun 2009 BAB XIII yang
PENGAWASAN DAN SANKSI
ADMINISTRATIF berhak melakukan gugatan
- Menteri, gubernur, adalah masyarakat, organisasi
bupati/walikota wajib lingkungan hidup dan
melakukan pengawasan
pemerintah sendiri terhadap
terhadap ketaatan pemrakarsa
XII
- Menteri, gubernur, pemrakarsa.
bupati/walikota menerapkan
sanksi administratif kepada
- Poin PENYIDIKAN tidak
pemrakarsa jika terjadi
pelanggaran dijelaskan pada UU No. 4 Tahun
1982, tetapi dijelaskan pada UU
XIII PENYELESAIAN SENGKETA
LH No. 23 Tahun 1997 dan UU No.
- Penyelesaian sengketa : melalui 32 Tahun 2009. Pada UU No. 23
pengadilan dan tanpa poin PENYIDIKAN dimuat
pengadilan
pada BAB VIII dan pada UU
- Setiap orang yang melakukan
pengrusakan serius terhadap LH No. 32 dimuat pada BAB XIV
dengan melibatkan B3 dan atau dengan penambahan menjadi
limbah B3, bertanggungjawab
PENYIDIKAN DAN
mutlak atas kerugian yang
terjadi tanpa perlu pembuktian PEMBUKTIAN.
unsur kesalahan
- Tenggat kedaluarsa pengajuan
gugatan mengikuti aturan UU
perdata sejak diketahuinya
adanya pencemaran LH
- Peraturan tentang tenggat
kadaluarsa diatas, TIDAK
BERLAKU bagi pengrusakan
dengan menggunakan B3 dan
atau limbah B3
- Hak gugat pemerintah,
masyarakat dan organisasi LH
terhadap pemrakarsa yang
melakukan pelanggaran/
kerusakan
PENYIDIKAN DAN
PEMBUKTIAN
XIV
- Wewenang sebagai penyidik
- Wewenang penyidik pegawai
PNS
- Penyidik pejabat PNS
berkoordinasi dengan penyidik
POLRI dalam hal penangkapan
dan penahanan
- Jenis alat bukti yang sah
terhadap tindak pidana LH
KETENTUAN PIDANA
- Setiap orang yang dengan
sengaja melakukan kegiatan
yang mengakibatkan
dilampauinya baku mutu yang
menyeabkan pada kerusakan
lingkungan, maka pidana
paling singkat 3 tahun penjara
dan paling lama 10 tahun
penjara dan denda paling
XV sedikit Rp. 3 milyar dan paling
banyak Rp. 10 milyar. Apabila
kegiatan diatas menyebabkan
orang mati dan atau luka, maka
pidana paling singkat 5 tahun
dan paling lama 15 tahun dan
denda paling sedikit Rp. 5
milyar dan paling banyak Rp.
15 milyar
- Setiap orang yang atas
kelalaiannya melakukan
kegiatan yang mengakibatkan
dilampauinya baku mutu yang
menyeabkan pada kerusakan
lingkungan, maka pidana
paling singkat 1 tahun dan
paling lama 3 tahun dan denda
paling sedikit Rp. 1 milyar dan
paling banyak Rp. 3 milyar.
Apabila kegiatan tersebut
menyebabkan orang luka atau
membahayakan kesehatan
maka pidana paling sedikit 2
tahun dan paling lama 6 tahun
dan denda paling sedikit Rp. 2
milyar dan paling banyak Rp. 6
milyar. Apabila kegiatan
tersebut menyebabkan orang
mati, maka pidana paling
singkat 3 tahun dan paling
lama 9 tahun dan denda paling
sedikit Rp. 3 milyar dan paling
banyak Rp. 9 milyar
KETENTUAN PERALIHAN
- Pada saat berlakunya UU ini,
dalam waktu paling lama 2
XVI tahun, setiap usaha yang sudah
memiliki izin usaha tapi belum
memiliki AMDAL wajib
menyelesaikan audit LH dan
usaha yang belum memiliki
UKL/UPL wajib membuat
dokumen pengelolaan LH
- Pada saat berlakunya UU ini
dalam waktu paling lama 1
tahun, setiap penyusun
AMDAL wajib memeiliki
sertifikat kompetensi penyusun
AMDAL, dan auditor LH
wajib memiliki sertifikat
kompetensi auditor LH
- Segala izin di bidang
pengelolaan LH yang
dikeluarkan oleh pemerintah
wajib diintegrasikan kedalam
izin lingkingan paling lama 1
tahun sejak UU ini sitetapkan
KETENTUAN PENUTUP
XVII Disahkan di Jakarta, 3 Oktober
2009
3. Analisis UU No. 27 tahun 2007 dan perubahannya pada UU No. 1 Tahun 2014
3.1.Tabel analisis judul dan pasal UU No. 27 Tahun 2007 dan UU No. 1 Tahun 2014

BAB UU NO. 27 TAHUN 2007 UU NO. 1 TAHUN 2014 PERUBAHAN

Judul KETENTUAN UMUM KETENTUAN UMUM


I Pasal 1
Pasal 1 dan 2 1 dan 2
Judul ASAS DAN TUJUAN ASAS DAN TUJUAN
II
Pasal 3 dan 4 3 dan 4
Judul PROSES PENGELOLAAN WILAYAH P3K PROSES PENGELOLAAN WILAYAH P3K
III
Pasal 5 dan 6 5 dan 6
Judul PERENCANAAN PERENCANAAN
IV Pasal 14
Pasal 7 s/d 15 7 s/d 15
Judul PEMANFAATAN PEMANFAATAN
V Pasal 16 s/d 30
Pasal 16 s/d 35 16 s/d 35
Judul PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
VI
Pasal 36 s/d 41 36 s/d 41
Judul PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
VII
Pasal 42 s/d 46 42 s/d 46
Judul PENDIDIKAN, PELATIHAN DAN PENYIDIKAN PENDIDIKAN, PELATIHAN DAN PENYIDIKAN
VIII
Pasal 47, 48 dan 49 47, 48 dan 49

Judul KEWENANGAN KEWENANGAN


IX Pasal 50
Pasal 50 s/d 55 50 s/d 55

X Judul MITIGASI BENCANA MITIGASI BENCANA


Pasal 56, 57, dan 59 56, 57, dan 59

Judul HAK, KEWAJIBAN SERTA PERAN SERTA MASYARAKAT HAK, KEWAJIBAN SERTA PERAN SERTA MASYARAKAT
XI Pasal 60
Pasal 60, 61, dan 62 60, 61, dan 62

Judul PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


XII Pasal 63
Pasal 63 63

Judul PENYELESAIAN SENGKETA PENYELESAIAN SENGKETA


XIII
Pasal 64 s/d 67 64 s/d 67

Judul GUGATAN PERWAKILAN GUGATAN PERWAKILAN


XIV
Pasal 68 dan 69 68 dan 69

Judul PENYIDIKAN PENYIDIKAN


XV
Pasal 70 70

Judul SANKSI ADMINISTRATIF SANKSI ADMINISTRATIF


XVI Pasal 71
Pasal 71 dan 72 71 dan 72

judul KETENTUAN PIDANA KETENTUAN PIDANA


XVII Pasal 75
Pasal 73, 74 dan 75 73, 74 dan 75

Judul PERALIHAN PERALIHAN


XVIII Pasal 78
Pasal 76,77 dan 78 76,77 dan 78

Judul PENUTUP PENUTUP


XIX Pasal 78
Pasal 79 dan 80 79 an 80
3.2.Tabel Isi UU No. 1 Tahun 2014 dan Analisis Perubahan dari UU NO. 27 Tahun 2007

BAB UU NO. 1 TAHUN 2014 ANALISIS PERUBAHAN


KETENTUAN UMUM - Ketentuan Pasal 1 angka 1, 17, 18, 19,
PENGERTIAN: 23, 26, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 38, dan
1. Pengelolaan wilayah P3K 44 diubah, dan di antara angka 18 dan
2. Wilayah pesisir 19 disisipkan 1 (satu) angka yakni 18A,
3. Pulau kecil serta di antara angka 27 dan 28
4. Sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil disisipkan 1 (satu) angka yakni angka
5. Ekosistem 27A
6. Bioekoregion
7. Perairan pesisir - Perubahan pada BAB IV pasal 14 ayat
8. Kawasan 1 dan 7. Dimana sebelumnya berbunyi:
9. Kawasan pemanfaatan umum Usulan penyusunan RSWP-3-K,
10. Kawasan strategis nasional tertentu RZWP-3-K, RPWP-3-K, dan RAPWP-
11. Zona 3-K dilakukan oleh pemerintah daerah
I serta dunia usaha, kemudian berubah
12. Zonasi
13. Rencana strategis dengan ditambahkannya masyarakat
14. Rencana zonasi juga dapat melakukan usulan
15. Rencana pengelolaan penyusunan RSPWP-3-K, RZWP-3-K,
16. Rencana aksi RPWP-3-K, dan RAPWP-3-K.
17. Rencana zonasi rinci
18. Izin lokasi 18a. Izin pengelolaan - Judul kesatu bagian BAB V diubah
19. Konservasi wilayah P3K menjadi ‘izin’ sebelumnya ‘hak
20. Kawasan konservasi wilayah P3K pengusahaan perairan pesisir’
21. Sempadan pantai
22. Rehabilitasi sumberdaya pesisir dan P3K - Pada BAB V pasal 30 terdapat
23. Reklamasi perubahan. Sebelumnya berbunyi:
24. Daya dukung wilayah pesisir ‘Perubahan status Zona inti
25. Mitigasi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29
26. Bencana pesisir untuk kegiatan eksploitasi yang dapat
27. Dampak besar 27a. Dampak penting menimbulkan dampak besar dilakukan
28. Pencemaran pesisir oleh Pemerintah atau Pemerintah
29. Akreditasi Daerah dengan memperhatikan
30. Pemangku kepentingan utama pertimbangan DPR’, kemudian berubah
31. Pemberdayaan masyarakat menjadi ‘Perubahan peruntukan dan
32. Masyarakat fungsi zona inti pada kawasan
33. Masyarakat hukum adat konservasi untuk eksploitasi ditetapkan
34. Masyarakat lokal oleh Menteri dengan didasarkan pada
35. masyarakat tradisional hasil penelitian terpadu’.
36. Kearifan lokal
37. Gugatan perwakilan - Perubahan terjadi pada BAB IX pasal
38. Setaip Orang 50. Sebelumnya menyebutkan bahwa
39. DPR menteri, gubernur dan bupati/walikota
40. Pemerintah pusat berwenang memberikan HP-3, setelah
41. Pemerintah daerah meliputi berubah, menteri, gubernur, dan
42. Pemerintah daerah bupati/walikota berwenang
43. Mitra bahari memberikan dan mencabut izin lokasi
44. Menteri sesuai kewenangannya.

Ruang lingkup pengaturan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil meliputi daerah peralihan - BAB IX mengenai hak, kewajiban dan
antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut, ke arah peran serta masyarakat, pada UU No 1
darat mencakup wilayah administrasi kecamatan dan ke arah laut sejauh 12 (dua belas) mil dilengkapi dengan hak masyarakat untk
laut diukur dari garis pantai. mendapatkan pendampingan dan
ASAS, TUJUAN DAN SASARAN bantuan hukum.
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil berasaskan kepada keberlanjutan dan
II - Pada BAB XII pasal 63 pada ayat 2
peran serta masyarakat dengan tujuan meningkatkan nilai sosial ekonomi dan kebudayaan
masyarakat terjadi perubahan, pada UU No 27
PROSES PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL menjelaskan bahwa pemerintah wajib
mendorong kegiatan usaha masyarakat
Pengelolaan Wilayah P3K meliputi kegiatan perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan
melalui berbagai kegiatan di bidang
pengendalian terhadap interaksi manusia dalam memanfaatkan SD Pesisir dan Pulau-Pulau
III Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan
Kecil serta proses alamiah secara berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan
Pulau-Pulau Kecil, pada UU No 1
masyarakat dan menjaga keutuhan negara, Pengelolaan tersebut dilakukan dengan
menjelaskan bahwa yang wajib
terintegrasi.
mendorong kegiatan usaha bukan hanya
PERENCANAAN pemerintah tetapi juga pemerintah
daerah dengan melalui peningkatan
- Pemerintah daerah menyusun semua rencana berdasarkan wewenangnya
IV kapasitas, pemberian akses teknologi
- Usulan penyusunan RSWP-3-K, RZWP-3-K, RPWP-3-K, dan RAPWP-3-K dilakukan
dan informasi, permodalan,
oleh Pemerintah Daerah, Masyarakat, dan dunia usaha.
infrastruktur, jaminan pasar, dan aset
PEMANFAATAN ekonomi produktif lainnya.
Setiap Orang yang melakukan pemanfaatan ruang dari sebagian Perairan Pesisir dan
pemanfaatan sebagian pulau-pulau kecil secara menetap wajib memiliki Izin Lokasi dengan - Bab XVI mengenai sanksi
V mempertimbangkan kelestarian ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil, Masyarakat, nelayan administratif, HP-3 diubah menjadi izin
tradisional, kepentingan nasional, dan hak lintas damai bagi kapal asing. Izin Lokasi tidak lokasi. pada UU No 1 dijelaskan
dapat diberikan pada zona inti di kawasan konservasi, alur laut, kawasan pelabuhan, dan berbagai bentuk sanksi administratif,
pantai umum. dimana bentuk ini sebelumnya tidak
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN dijelaskan pada UU No. 27.
Pengawasan terhadap perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
VI Pulau Kecil dilakukan secara terkoordinasi oleh instansi terkait sesuai - BAB XVII tentang ketentuan pidana.
Dengan kewenangannya. Pengawasan oleh masyarakat dilakukan melalui penyampaian Pada UU No 27 menjelaskan bahwa
laporan dan/atau pengaduan kepada pihak yang berwenang. setiap orang yang lalai dalam
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN melakukan kegiatan usaha di wilayah
- Penelitian dan pengembangan dapat dilaksanakan oleh pemerintah, Pemerintah Daerah, pesisir dan P3K dan tidak
perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, lembaga penelitian dan pengembangan melaksanakan kewajiban, dapat
VII swasta, dan/atau perseorangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hasil dihukum pidana 6 bulan dan denda Rp.
penelitian bersifat terbuka untuk semua pihak, kecuali hasil penelitian tertentu yang oleh 300.000.000,-. Sedangkan pada UU No
Pemerintah dinyatakan tidak untuk dipublikasikan.
- Peneliti asing yang ingin melakukan penelitian wajib mendapatkan izin pemerintah, 1 diubah menjadi: Setiap Orang yang
mengikutsertakan peneliti Indonesia dan menyerahkan hasil penelitian pada pemerintah. memanfaatkan ruang dari sebagian
PENDIDIKAN, PELATIHAN DAN PENYULUHAN Perairan Pesisir dan pemanfaatan
VIII Pemerintah dalam menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan dapat bekerja sebagian pulau-pulau kecil yang tidak
sama dengan berbagai pihak, baik di tingkat Nasional, maupun di tingkat internasional. memiliki Izin Lokasi, di pidana dengan
pidana penjara paling lama 3 tahun dan
KEWENANGAN
denda paling banyak Rp500.000.000,-.
- Menteri, gubernur dan bupati/wali kota berwenang menerbitkan dan mecabut izin lokasi.
IX - Menteri berwewenang menetapkan perubahan atas status zona inti - Diantara pasal 75 dan 76 disisipkan
- Ketentuan mengenai tata cara penerbitan dan pencabutan izin serta perubahan status zona pasal 75A.
inti diatur dengan Peraturan Menteri.
- Pengelolaan wilayah P3K dilakukan secara terpadu dibawah koordinasi menteri - Bunyi pasal 75A : Setiap Orang yang
MITIGASI BENCANA memanfaatkan sumber daya Perairan
Mitigasi bencana dilakukan dengan melibatkan tanggung jawab Pemerintah, Pemerintah Pesisir dan perairan pulau-pulau kecil
X Daerah, dan/atau Masyarakat, dan memperhatikan aspek sosial, ekonomi, dan budaya yang tidak memiliki Izin Pengelolaan
Masyarakat; kelestarian lingkungan hidup, kemanfaatan dan efektivitas; sertalingkup luas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
wilayah. ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 4 (empat) tahun dan denda
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN SERTA MASYARAKAT
paling banyak Rp2.000.000.000,-
XI Masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk berperan serta dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan terhadap Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. - BAB XVIII tentang ketentuan
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT peralihan, diantara pasal 78 dan 79,
Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban memberdayakan masyarakat dalam disisipkan 2 pasal, yakni pasal 78A dan
XII meningkatkan kesejahteraannya dan mendorong kegiatan usaha masyarakat melalui 78B.
peningkatan kapasitas, pemberian akses teknologi dan informasi, permodalan, infrastruktur,
jaminan pasar, dan aset ekonomi produktif lainnya. - Pasal 78A : Kawasan konservasi di
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
PENYELESAIAN SENGKETA
yang telah ditetapkan melalui peraturan
XIII Penyelesaian sengketa dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil ditempuh perundang-undangan sebelum Undang-
melalui pengadilan dan/atau di luar pengadilan.
GUGATAN PERWAKILAN Undang ini berlaku adalah menjadi
kewenangan Menteri.
XIV Masyarakat dan organisasi kemasyarakatan berhak mengajukan gugatan perwakilan ke
pengadilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
- Pasal 78B : Pada saat Undang-Undang
ini mulai berlaku, izin untuk
PENYIDIKAN memanfaatkan sumber daya Perairan
XV Selain pejabat penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, pejabat pegawai negeri sipil Pesisir dan perairan pulau-pulau kecil
tertentu dapat diberi wewenang khusus sebagai penyidik. yang telah ada tetap berlaku dan wajib
menyesuaikan dengan Undang-Undang
SANKSI ADMISTRASI
ini dalam jangka waktu paling lambat 3
XVI Sanksi administratif berupa peringatan, pembekuan sementara, dan/atau pencabutan Izin tahun.”
Lokasi, jika pemanfaatan ruang dari sebagian Perairan Pesisir dan pemanfaatan sebagian
pulau-pulau kecil tidak sesuai dengan izin lokasi yang diberikan.
KETENTUTAN PIDANA
XVII
(dapat dilihat pada bab ketentuan pidana)
KETENTUAN PERALIHAN
XVIII
(dapat dilihat pada bab ketentuan peralihan)

Anda mungkin juga menyukai