MANAJEMEN EKSPLORASI
Disusun Oleh:
Cara mengatasinya:
1. Negosiasi
dalam negosiasi ini juga pihak perusahaanmencoba melakukan kesepakatan dengan
masyarakatmengenai penggantian lahan yang sudah terlanjurterjamah pihak
investor ,dimana pihak perusahaan berjanjiakan mengganti saat proses eksplorasi
menuju ketahapberikutnya agar pihak perusahaan bisa mendirikantambang di daerah
tersebut.
2. Mediasi
mediasi yaitu dimana pihak-pihak yang berkonflikbersepakat untuk menunjuk pihak
ketiga yang akanmemberikannasehat-nasehat,berkaitandenganpenyelesaian terbaik
terhadap konflik yang mereka alami
3. Konsiliasi Atau Konsolidasi
Apabila proses mediasi yang diusahakan masyarakat danpemerintah untuk menyelesaikan
konflik tidak berjalansemestinya segeradiadakannya dialog terbuka sebagai upaya
penyelesaian(dalam hal ini sebagai pola penyelesaian konsolidasi) yang melibatkan semua pihak
yang terkait dengan rencana
tambang tersebut hingga dicapainya sebuah keseoakatan
Kerusakan akibat pertambangan dapat terjadi selama kegiatan pertambangan maupun pasca
pertambangan. Dampak lingkungan sangat terkait dengan teknologi dan teknik
pertambangan yang digunakan. Sementara teknologi dan teknik pertambangan tergantung
pada jenis mineral yang ditambang dan kedalaman bahan tambang, misalnya penambangan
batubara dilakukan dengan sistem tambang terbuka, sistem dumping (suatu cara
penambangan batubara dengan mengupas permukaan tanah). Beberapa permasalahan
lingkungan yang terjadi akibat kegiatan pertambangan,:
2. Kerusakan hutan
Seperti pada saat pembakaran batu bara yang melepaskan senyawa beracun termasuk karbon
monoksida, karbondioksida, methana, benzene, toluene, xylene, sulphur, arsenik, merkuri dan
timbal. Selain itu penurunan kualitas udara disebabkan oleh pembongkaran dan mobilitas
pengangkutan hasil tambang dan peralatan tambang dari dalam dan keluar lokasi penambangan.
Tingginya kandungan bahan pencemaran air diakibatkan oleh aktivitas penambangan dan
pengolahan batu bara (proses pencucian batubara) dimana material bahan pencemar terbawa oleh
air limpasan permukaan (surface run-off) ke bagian yang lebih rendah dan masuk ke badan air.
Oleh karena itu air menjadi keruh dan pembuangan tanah sisa hasil pendulangan turut
meningkatkan jumlah transport sedimen.
Limbah pertambangan biasanya tercemar asam sulfat dan senyawa besi yang dapat mengalir
keluar daerah pertambangan. Air yang mengandung kedua senyawa ini akan menjadi asam.
Limbah pertambangan yang bersifat asam bisa menyebabkan korosi dan melarutkan logam-
logam berat sehingga air yang dicemari bersifat racun dan dapat memusnahkan kehidupan
akuatik.
Untuk mengatasi dampak yang terjadi di sector pertambangan mineral dan batubara, Pemerintah
Indonesia telah mengeluarkan UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara yang telah diubah dengan UU Cipta Kerja. Dalam UU ini para legislator memasukkan
nilai dan syarat lingkungan sebagai suatu proses yang tidak boleh diabaikan bagi pelaku
pertambangan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa hal yaitu:
Apabila semua pihak konsisten dan menaati perintah Konstitusi dan peraturan perundang-
undangan, dampak-dampak negative industry pertamabangan seharusnya dapat dihindari atau
diminimalisasi.