Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KELOMPOK

MANAJEMEN EKSPLORASI

MASALAH-MASALAH DALAM MANAJEMEN EKSPLORASI

Disusun Oleh:

Nursanti Dwi Apriyani 111180024

Risqi Nur Fahrunnisa 111180051

Permasalahan sosial dengan masyarakat sekitar dalam kegiatan eksplorasi


pertambangan,

Kegiatan usaha pertambangan adalah suatu kegiatan besar


yang berada ditengah masyarakat, dimana nantinya kegiatan ini akan berinteraksi dengan
masyarakat setempat dimana lokasi pertambangan itu berada. Keterlibatanmasyarakat sangat
penting oleh karena banyak aspek yang
perlu dipertimbangkan dalam kegiatan pertambangan, mulai dari pemerataan ekonomi
hingga mempertimbangkan kelestarian lingkungan serta dampak yang mungkin akan
dirasakan oleh masyarakat, seperti tragedi di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 24
Desember 2015 lalu, karena masyarakat menolak izin eksplorasi tambang emas yang
dikhawatirkan akan merusak lingkungan, sebab masyarakat itu sendiri adalah
suatu bagian yang tidak terpisahkan dengan suatu kegiatan usaha yang akan beroperasi di
daerahnya.

Adapun permasalahannya diakbiatkan oleh :

Proses sosialisasi yang tak berjalan baik


Dalam rencana penambangan ada satu hal yang sangat penting yakni bagaimana
melibatkan masyarakat setempat mulai dari awal perencanaan kegiatan pertambangan di
suatu daerah (sebelum kegiatan pertambangan itu berjalan),bukan setelah diterbitkannya
Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan telah beroperasi
Komunikasi Yang Tak Searah Diantara Kedua Belah Pihak
Perencanaan suatu proyek pertambangan atau kegiatanusaha lainnya eksplorasi
penambangan yang diperkirakanakan memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup
disekitarnyaa. seperti penggalian, maka pertama yang wajib an harus dilakukan adalah
mengkaji Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang akan disepakati bersama
masyarakat dan
pihak pemerintah nantinya

 Masyarakat Adat Yang Tidak Ingin Tanah Leluhurnya Di Jadikan Tambang


 Adanya penolakan masyarakat ketika wilayah mereka menjadi lokasi
pertambangan yang mana lokasi tersebut
merupakan kawasan adat dan merupakan warisan leluhur. Sikap perusahaan yang memaksa
masuk tanpa ada konfirmasi kepada masyarakat sekitar juga merupakan pemicu penolakan
masyarakat terhadap perusahaan tersebut. Sikap yang cenderung tidak demokratis dan
memutuskan secara sepihak membuat masyarakat melakukan perlawanan yang akhirnya
memunculkan konflik yang bekerpanjangan

Ganti Rugi lahan dan tanaman warga


Dalam proses eksplorasi tambang yang telah terjadi dalam kegiatannya tentu saja
menjamahbeberapa lahan warga. Meski sebagian warga adayang pro tambang tak perduli
namun, warga yang kontra tambangserta memiliki lahan yang bersertifikat yang lahannya
dijadikan sebagai tempat eksplorasi tambang juga menjadi salah satu penyebab terjadinya
konflik. dimana warga pemilik lahan menginginkan ganti rugi lahan dari pihakinvestor
dikarenakan kegiatan eksplorasi yang merekalakukan terhaap lahan warga serta adanya
tanaman yangrusak yang merupakan ladang mata pencaharian beberapa warga. Dan pihak
perusahaan tidak memberikan kejelasan mengenai hal tersebut hal ini pulayang menjadi
salah satu penyebab warga sangat di beberapa daerah banyak yang bersikerasmenolak
adanya eksplorasi tambang

Cara mengatasinya:
1. Negosiasi
dalam negosiasi ini juga pihak perusahaanmencoba melakukan kesepakatan dengan
masyarakatmengenai penggantian lahan yang sudah terlanjurterjamah pihak
investor ,dimana pihak perusahaan berjanjiakan mengganti saat proses eksplorasi
menuju ketahapberikutnya agar pihak perusahaan bisa mendirikantambang di daerah
tersebut.
2. Mediasi
mediasi yaitu dimana pihak-pihak yang berkonflikbersepakat untuk menunjuk pihak
ketiga yang akanmemberikannasehat-nasehat,berkaitandenganpenyelesaian terbaik
terhadap konflik yang mereka alami
3. Konsiliasi Atau Konsolidasi
Apabila proses mediasi yang diusahakan masyarakat danpemerintah untuk menyelesaikan
konflik tidak berjalansemestinya segeradiadakannya dialog terbuka sebagai upaya
penyelesaian(dalam hal ini sebagai pola penyelesaian konsolidasi) yang melibatkan semua pihak
yang terkait dengan rencana
tambang tersebut hingga dicapainya sebuah keseoakatan

Permasalahan lingkungan di sekitar tambang

Kerusakan akibat pertambangan dapat terjadi selama kegiatan pertambangan maupun pasca
pertambangan. Dampak lingkungan sangat terkait dengan teknologi dan teknik
pertambangan yang digunakan. Sementara teknologi dan teknik pertambangan tergantung
pada jenis mineral yang ditambang dan kedalaman bahan tambang, misalnya penambangan
batubara dilakukan dengan sistem tambang terbuka, sistem dumping (suatu cara
penambangan batubara dengan mengupas permukaan tanah). Beberapa permasalahan
lingkungan yang terjadi akibat kegiatan pertambangan,:

limbah yang dihasilkan sektor pertambangan sangat berdampak pada pencemaran


lingkungan.

antara lain yakni:

1. Meningkatnya ancaman tanah longsor


Dilihat dari teknik penambangan secara tradisional, dimana penambang menggali bukit tidak
secara berjenjang (trap-trap) namun asal menggali saja dan nampak bukaan penggalian yang
tidak teratur, membentuk dinding yang lurus dan menggantung (hanging wall), berpotensi
meningkatkan ancaman tanah longsor.

2. Kerusakan hutan

Penambangan dapat menghancurkan sumber-sumber kehidupan rakyat karena lahan pertanian


yaitu hutan dan lahan-lahan sudah dibebaskan oleh perusahaan. Hal ini disebabkan adanya
perluasan tambang sehingga mempersempit lahan usaha masyarakat, akibat perluasan ini juga
bisa menyebabkan terjadinya banjir karena hutan di wilayah hulu yang semestinya menjadi
daerah resapan air telah dibabat habis. Hal ini diperparah oleh buruknya tata drainase dan
rusaknya kawan hilir seperti hutan rawa.

3. Penurunan kualitas udara

Seperti pada saat pembakaran batu bara yang melepaskan senyawa beracun termasuk karbon
monoksida, karbondioksida, methana, benzene, toluene, xylene, sulphur, arsenik, merkuri dan
timbal. Selain itu penurunan kualitas udara disebabkan oleh pembongkaran dan mobilitas
pengangkutan hasil tambang dan peralatan tambang dari dalam dan keluar lokasi penambangan.

4. Sedimentasi dan menurunnya kualitas air

Tingginya kandungan bahan pencemaran air diakibatkan oleh aktivitas penambangan dan
pengolahan batu bara (proses pencucian batubara) dimana material bahan pencemar terbawa oleh
air limpasan permukaan (surface run-off) ke bagian yang lebih rendah dan masuk ke badan air.
Oleh karena itu air menjadi keruh dan pembuangan tanah sisa hasil pendulangan turut
meningkatkan jumlah transport sedimen.

5. Pencemaran lingkungan akibat limbah

Limbah pertambangan biasanya tercemar asam sulfat dan senyawa besi yang dapat mengalir
keluar daerah pertambangan. Air yang mengandung kedua senyawa ini akan menjadi asam.
Limbah pertambangan yang bersifat asam bisa menyebabkan korosi dan melarutkan logam-
logam berat sehingga air yang dicemari bersifat racun dan dapat memusnahkan kehidupan
akuatik.

Untuk mengatasi dampak yang terjadi di sector pertambangan mineral dan batubara, Pemerintah
Indonesia telah mengeluarkan UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara yang telah diubah dengan UU Cipta Kerja. Dalam UU ini para legislator memasukkan
nilai dan syarat lingkungan sebagai suatu proses yang tidak boleh diabaikan bagi pelaku
pertambangan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa hal yaitu:

1. Eksplorasi, di mana sebagai tahapan kegiatan usaha pertambangan, maka diperlukan


informasi mengenai lingkungan sosial dan lingkungan hidup.
2. Studi Kelayakan mengharuskan AMDAL serta perencanaan pasca tambang.
3. Operasi Produksi meminta sarana pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan hasil
studi kelayakan.
4. Reklamasi sebagai suatu kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan
untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar
dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya.
5. Kegiatan pasca tambang, kegiatan terencana, sistematis dan berlanjut setelah akhir
sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi lingkungan
alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah penambangan.
6. Pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK)
wajib melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan, termasuk kegiatan
reklamasi dan pasca tambang, upaya konservasi sumber daya mineral dan batu bara dan
pengelolaan sisa tambang dari suatu kegiatan usaha pertambangan dalam bentuk padat,
cair, atau gas sampai memenuhi standar baku mutu lingkungan sebelum dilepas ke media
lingkungan.
7. Pemegang IUP dan IUPK menjamin penerapan standar dan baku mutu lingkungan sesuai
dengan karakteristik suatu daerah dan menjaga kelestarian fungsi dan daya dukung
sumber daya air yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
8. Untuk penghentian kegiatan usaha pertambangan dapat diberikan kepada pemegang IUP
dan IUPK apabila kondisi daya dukung lingkungan wilayah tersebut tidak dapat
menanggung beban kegiatan operasi produksi sumber daya mineral dan/atau batu bara
yang dilakukan di wilayahnya.
9. Pengawasan dari aparat yang berwenang meliputi pengelolaan lingkungan hidup,
reklamasi dan pasca tambang.

Apabila semua pihak konsisten dan menaati perintah Konstitusi dan peraturan perundang-
undangan, dampak-dampak negative industry pertamabangan seharusnya dapat dihindari atau
diminimalisasi.

Anda mungkin juga menyukai