Anda di halaman 1dari 25

REKAP HASIL

PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Dibuat Untuk Memenuhi Persyaratan


Mata Kuliah Praktikum Fisika Dasar Pada Semester II
Program Studi Teknik Pertambangan Batubara

Disusun Oleh :

ACHMAD FAUZAN ARRAHMAN NPM 1804005

DOSEN PENGAJAR
HENDRA BUDIMAN, S.Si., M.Si.

LABORATORIUM FISIKA DASAR


PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN BATUBARA
POLITEKNIK AKAMIGAS PALEMBANG
2018/2019
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Achmad Fauzan Arrahman


NPM : 1804005
Prodi : Teknik Pertambangan Batubara

Asisten Dosen :
1. Anggia Rizcyta NPM 1703001 (.............)
2. Robbin Aji Saputra NPM 1703003 (.............)
3. Alin Nurromadhon NPM 1703005 (.............)
4. Dewi Astuti NPM 1703007 (.............)
5. Firman Arvian NPM 1703020 (.............)
6. Devan Maulana NPM 1703033 (.............)
7. Ario Dwi Saputra NPM 1703040 (.............)
8. Ayu Nurjana NPM 1703044 (.............)
9. Wahyuni Regina Pingkan NPM 1703052 (.............)
10. Tholib Canali Sobli NPM 1703062 (.............)
11. Diafitri NPM 1703071 (.............)
12. Aisyah Nurlaily NPM 1603013 (.............)
13. Aulia Lu’lu’ Aljannah Suli NPM 1603018 (.............)
14. Tri Ayu Anggraini NPM 1603031 (.............)
15. Erik Triyansyah NPM 1603033 (.............)
16. Zaqlia Syafitri NPM 1603036 (.............)
17. Rendi Irmansyah NPM 1603039 (.............)
18. Andre Almuttaqin NPM 1603041 (.............)
19. Nur Laili NPM 1603045 (.............)
20. Iqbal Dwi Anugrah NPM 1603057 (.............)
21. Febby Emellia NPM 1603062 (.............)

Mengetahui, Palembang, 26 Juni 2019


Koordinator Asisten Dosen
Praktikum Fisika Dasar Penyusun

Hadi Ramadhan Achmad Fauzan Arrahman

Dosen Pengajar
Laboratorium Fisika Dasar

Hendra Budiman, S.Si., M.Si.


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Penulis rahmat serta karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas untuk
memenuhi syarat mengikuti Ujian Akhir Praktikum Fisika Dasar
Pelaksaan Percobaan Fisika Dasar ini dimaksudkan untuk menambah
pengetahuan yang telah terima selama mengikuti pembelajaran diperkuliahan dan
sebagai salah satu program atau pokok persyaratan untuk mengikuti ujian akhir Fisika
Dasar di Politeknik Akamigas Palembang.
Penulis berterima kasih, Penulis berharap semoga rekap hasil praktikum fisika ini
dapat bermanfaat baik bagi penyusun sendiri maupun bagi orang lain. Segala kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
hasil rekap praktikum fisika dasar di masa yang akan datang.

Palembang, 26 Juni 2019

Achmad Fauzan Arrahman


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iv
BAB I PENDAHULAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................... v
1.2 Batasan Masalah................................................................................... vi
1.3 Tujuan.................................................................................................. vii
1.4 Manfaat................................................................................................ viii
1.5 Metode Penulisan................................................................................. ix
BAB II TINJAUAN UMUM
2.1 PROFIL POLITEKNIK AKAMIGAS PALEMBANG
2.1.1 Visi dan Misi................................................................................. 1
2.1.2 Program Studi............................................................................... 1
2.2 DASAR TEORI
2.2.1 Pengukuran Dasar Mekanis......................................................... 2
2.2.2 Penentuan Nilai Resistansi & Tahanan Jenis Logam.................. 2
2.2.3 Penentuan Nilai Modulus Elastis................................................. 4
2.2.4 Elektrolisa.................................................................................... 5
2.2.5 Impedansi & Daya Listrik........................................................... 6
2.2.6 Pesawat Atwood(Sistem Katrol).................................................. 7
2.2.7 Jembatan Wheatstone.................................................................. 7
2.2.8 Kalorimeter(Hukum Joule).......................................................... 8
BAB III ISI (PEMBAHASAN)
3.1 Pengukuran Dasar Mekanis................................................................... 9
3.2 Penentuan Nilai Resistansi & Tahanan Jenis......................................... 10
3.3 Penentuan Nilai Modulus Elastis........................................................... 11
3.4 Elektrolisa.............................................................................................. 12
3.5 Impedansi & Daya listrik....................................................................... 13
3.6 Pesawat Atwood (Sistem Katrol)........................................................... 14
3.7 Jembatan Wheatstone............................................................................ 15
3.8 Kalorimeter (Hukum Joule)................................................................... 16
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hakikatnya pembelajaran fisika merupakan salah satu bidang sains yang mencari
tahu fenomena alam secara sistematis. Penyelenggaraan mata pelajaran fisika
dimaksudkan sebagai sarana agar mahasiswa mampu menguasai pengetahuan,
konsep, memiliki kecakapan ilmiah, memiliki keterampilan proses sains dan
kemampuan berpikir. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran fisika adalah
pembelajaran yang berorientasi pada mahasiswa yang dapat mengasah kemampuan
mahasiswa memahami konsep, keaktifan serta kemampuan berpikir mahasiswa. Salah
satu kemampuan yang harus dimiliki mahasiswa adalah kemampuan berpikir
rasional. Kemampuan berpikir rasional terdiri dari kemampuan menggali informasi,
kemampuan mengolah informasi, kemampuan mengambil keputusan, kemampuan
memecahkan masalah secara kreatif. Kemampuan berpikir rasional merupakan
kemampuan yang penting dimiliki oleh mahasiswa karena kemampuan ini dapat
digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang kebenaran yang meringankan suatu
permasalahan.
Selain kemampuan berpikir rasional, untuk mencapai tujuan pembelajaran
mahasiswa harus dapat menguasai konsep fisika. Penguasaan konsep fisika sangat
penting dalam proses 2 pembelajaran karena mahasiswa dapat mempelajari fisika
dengan baik jika penguasaan mahasiswa akan konsep terhadap materi fisika juga baik
dan hal ini sangat berkaitan erat dengan prestasi belajar mahasiswa di kampus.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada beberapa orang mahasiswa, mereka
cenderung menganggap fisika merupakan mata pelajaran yang sulit di pahami karena
banyak hitungan dan terdapat materi fisika yang dipelajari bersifat non observable,
artinya fenomenanya sulit diamati secara langsung. Salah satu contoh materi fisika
yang bersifat non observable adalah materi tentang listrik dinamis. Pada materi
tersebut kecenderungan mahasiswa untuk memahaman konsep sangat kurang, karena
dalam pembelajaran mahasiswa hanya menghafal tanpa memahami benar isi
pelajaran.
Selain itu pembelajaran yang diberikan dosen kurang bermakna sehingga tidak
memberikan stimulus kepada mahasiswa untuk mengembangkan kemapuan berpikir
rasional dan meningkatkan penguasaan konsep fisikanya. Oleh karena itu, diperlukan
sebuah pembelajaran yang dapat menjadikan materi pembelajaran mudah dipahami
oleh mahasiswa, sekaligus memperkecil kuantitas miskonsepsi mereka khususnya
pada konsep listrik dinamis. Untuk mengatasi kendala tersebut maka ada baiknya jika
digunakan suatu cara penyajian (representasi) yang lebih bermakna sehingga
diharapkan mampu membantu mahasiswa untuk dapat memahami suatu materi
belajar dan mengembangkan kemampuan berpikir mereka. Karena suatu cara yang
tepat untuk menyampaikan materi pelajaran, dapat membuat mahasiswa belajar lebih
3 efektif dan dapat mengembangkan kemampuan berpikir mereka sehingga
memberikan hasil yang berbeda.

1.2 Batasan Masalah


Dalam penulisan Rekap Hasil Laporan Praktikum Fisika Dasar ini, penulis sangat
menitik beratkan tentang pemahaman mendalam mengenai penjelasan dari beberapa
judul laporan praktikum yang telah penulis selesaikan sebelumnya.

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulis dalam melengkapi Rekap Hasil Laporan Praktikum Fisika
Dasar ini yaitu :
1. Untuk memahami pengukuran dasar mekanis dan hukum ohm
2. Untuk mengetahui kegunaan elastisitas dan elektrolisa
3. Untuk mengetahui cara kerja impendansi dan pesawat adwood
4. Untuk mengetahui cara kerja penggunaan jembatan wheatstone dan kalorimetri
1.4 Manfaat
Tidak hanya itu, penulis juga dapat memetik beberapa manfaat yang nyata
penulis dapatkan selama menulis laporan dengan berbagai judul hingga pada titik
dimana penulis diminta untuk merekap hasil laporan praktikum yang telah menjadi
syarat wajib bagi penulis dalam mengikuti pelajaran praktikum fisika dasar, dan
petikan manfaat yang penulis dapatkan yaitu :
1. Praktikan dapat memahami konsep-konsep dasar fisika
2. Praktikan dapat menambah wawasan dalam pembelajaran
3. Praktikan dapat menjadikan kita sumber daya manusia yang dapat bermanfaat
dan memiliki ilmu yang berguna bagi dunia pertambangan

1.4 Sistematika Penulisan


Dalam penulisan Rekap Hasil Laporan Praktikum Fisika ini penulis membuat
empat bab pendukung secara sistematis, empat bab tersebut terdiri dari :
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan Bab yang berisi tentang pokok penulisan mengenai latar belakang,
tujuan dan manfaat, batasan masalah, serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN UMUM
Pada bab ini penulis memaparkan Profil Politeknik Akamigas selaku lembaga
dimana tempat penulis terdaftar sebagai mahasiswa, dan dasar teori yang menjadi
salah satu inti dari tujuan penulisan rekap hasil laporan praktikum fisika dasar ini.
BAB III TINJAUAN KHUSUS (ISI)
Merupakan bab yang berisikan penyusunan dari semua laporan praktikum fisika
yang telah penulis tulis mulai dari judul satu hingga judul terakhir.
BAB IV KESIMPULAN
Bab yang berisikan kesimpulan yang penulis dapat simpulkan dari hasil
penulisan rekap hasil laporan praktikum fisika dasar ini.
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 PROFIL POLITEKNIK AKAMIGAS PALEMBANG


Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang
memiliki Sumber Daya Energi sangat melimpah, dan telah di eksplorasi dan di
eksploitasi sejak sebelum kemerdekaan RI sampai sekarang baik secara konvensional
maupun modern. Namun sampai saat ini, belum ada Perguruan Tinggi di Sumatera
Selatan yang secara spesifik menyelenggarakan pendidikan tinggi di bidang
eksplorasi, eksploitasi dan pengolahan migas dan batubara.
Sesuai dengan program Sumatera Selatan sebagai Lumbung Energi Nasional,
Gubernur Sumatera Selatan Bapak Ir. Syahrial Oesman, MM mendukung
pendirian Politeknik Akamigas Palembang melalui Yayasan Karya Bangsa.
Tindak lanjut dari dukungan Gubernur tersebut, pada tanggal 20 Agustus 2005
pemerintah Provinsi Sumatera Selatan mengirim surat dengan No. 2236/As.II/
2005 kepada Menteri Pendidikan Nasional, perihal izin pendirian Politeknik
Akamigas Palembang dengan 4 (empat) Program Studi yaitu :
1. Laboratorium Minyak dan Gas.
2. Pengolahan Minyak dan Gas.
3. Eksplorasi Minyak dan Gas.
4. Teknik Pertambangan Batubara. 
Izin pendirian Politeknik Akamigas Palembang diperoleh melalui Keputusan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor : 224/D/O/2006 tanggal 28
September 2006 dan No. 4887/D/T/2006 tanggal 21 Desember 2006, tentang
pendirian 4 (empat) program studi yaitu :
1. Laboratorium Minyak dan Gas.
2. Pengolahan Minyak dan Gas.
3. Eksplorasi Minyak dan Gas.
4. Teknik Pertambangan Batubara.
Berdasarkan surat izin tersebut, Politeknik Akamigas Palembang mulai
melaksanakan kegiatan penerimaan mahasiswa baru untuk tahun akademik
2006/2007 dengan 2 program studi, yaitu :
1. Laboratorium Minyak dan Gas
2. Pengolahan Minyak dan Gas
Jumlah mahasiswa yang diterima adalah 19 orang pada Program Studi
Laboratorium Migas dan 35 orang Program Studi Pengolahan Migas.Peresmian
pelantikan dan kuliah perdana mahasiswa baru angkatan pertama 2006/2007
dilakukan pada tanggal 13 Desember 2006 oleh Gubernur Sumatera Selatan, Ir.
Syahrial Oesman, MM., General Manager PT. PERTAMINA (Persero) UP III Plaju,
Bapak Ahmadi Hario dan Ketua Yayasan Karya Bangsa, Bapak Ir. H. Abdul Rozak,
M.Sc.
Pada tahun akademik 2007/2008, Politeknik Akamigas Palembang telah dapat
menyelenggarakan 4 (empat) program studi, dengan jumlah mahasiswa sebanyak 114
mahasiswa/i.

2.1.1 Visi dan Misi Politeknik Akamigas Palembang


Visi:
Terwujudnya institusi yang unggul secara nasional di bidang energi dan berdaya
saing global tahun 2025.
Misi:
1. Melaksanakan tridharma perguruan tinggi yang kontributif dan produktif di
tingkat nasional.
2. Memenuhi kebutuhan SDM yang tersertifikasi dan berdaya saing tinggi di
tingkat ASEAN.
3. Mewujudkan kehidupan civitas akademika yang sejahtera, optimal dan
kondusif serta bersinergi dengan pihak terkait.
2.1.2 Program Studi:
 Teknik Analisis Laboratorium Migas (TLM)
 Teknik Pengolahan Migas (TPM)
 Teknik Eksplorasi Produksi Migas (TEP)
 Teknik Pertambangan Batubara (TPB)

2.2 Dasar Teori


2.2.1 Pengukuran Dasar Mekanis
Pengukuran dalam fisika adalah membandingkan dua hal dengan salah satunya
menjadi pembanding atau alat ukur yang besarnya harusnya distandarkan, bertujuan
untuk mengetahui kualitas atau kuantitas suatu besaran.
Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur atau dihitung, dinyatakan
dengan angka dan mempunyai satuan. Dari pengertian ini dapat diartikan bahwa
sesuatu itu dapat dikatakan sebagai besaran harus mempunyai 3 syarat yaitu :
1. Dapat diukur atau dihitung.
2. Dapat dinyatakan dengan angka-angka atau mempunyai nilai
3. Mempunyai satuan.
Bila ada satu dari syarat tersebut diatas tidak dipenuhi dari pengukuran yang
dilakukan maka sesuatu itu dapat dikatakan sebagai besaran. Besaran berdasarkan
cara memperolehnya dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
1. Besaran fisika yaitu besaran yang diperoleh dari pengukuran karena diperoleh
dari pengukuran maka harus ada alat ukurnya sebagai contoh adalah massa.
2. Besaran non fisika yaitu besaran yang diperoleh dari perhitungan dalam hal
ini tidak perlukan alat ukur tetapi alat hitung sebagai misal kalkulator.
Besaran fisika sendiri dibagi menjadi 2 macam :
1. Besaran pokok adalah besaran yang ditentukan lebih dulu berdasarkan
kesepakatan para ahli fisika adapun besaran pokok yang umum ada 7 macam Di
sajikan dalam bentuk tabel beikut ini
2. Besaran Turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok. Besaran
ini ada banyak macamnya sebagai contoh  dan gaya (N) diturunkan dari besaran
pokok massa,panjang,dan waktu volume (m3) diturunkan dari besaran okok
panjang dan lain-lain.Besaran turunan mempunayai ciri khusus antara lain :
a. diperoleh dari pengukuran langsung dan tidak langsung
b. mempunyai satuan dari satu dan diturunkan dari besaran pokok
Suatu pengukuran yang akurat dan profesi sangat bergantung pada metode
pengukuran dan alat hasil pengamatan yang baik akan berarti /bermanfaat jika
pengolahan dikerjakan secara tepat oleh karena itu ada pengetahuan yang lengkap
tentang presisi pengukuran, cara analisis, teori ralat dan statistik.
2.2.2 Penentuan Resistensi Logam(Ohm)
Hukum ohm adalah besar arus listrik yang mengalir melalui sebuah penghantar
selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang diterapkan kepadanya. Suatu
bahan dengan harga konduktivitas yang besar kan mengalirkan arus yang besar pula
untuk suatu haraga kuat medan listrik E. Pada suhu tetap sebanding dengan beda
poten0sial antara kedua ujung-ujung konduktor.
Rangkaian listrik terdapat 2 macam rangkaian, yaitu rangkaian seri dan rangkaian
parallel. Alat yang digunakan adalah berupa amperemeter dan voltmeter.
Amperemeter berfungsi untuk mengukur arus yang mengalir. Voltmeter berfungsi
untuk mengukur tegangan, sumber arus dan hambatan. Besar nilai hambatan berbeda-
beda, bergantung pada besar arus dan nilai beda potensialnya, kuat arus yang berbeda
menimbulkan perbedaan dari tegangan yang dihasilkan. Semakin besar arus listrik
maka semakin besar pula tegangan (V) yang dihasilkan. Jadi, kuat arus (I) sangat
berhubungan dengan tegangan (V). Selain itu, juga dapat disimpulkan semakin besar
kuat arus dan tegangan yang dihasilkan maka hambatan yang dihasilkan semakin
kecil dan energi listrik semakin besar. Nilai R dan W berbanding terbalik.
Pemakaian kuat arus yang berbeda padarangkaian seri dan parallel menimbulkan
perbedaan dari tegangan yang dihasilkan. Semakin besar kuat arus (I) maka tegangan
(V) yang dihasilkan juga bertambah, rangkaian seri dan rangkaian parallel tidak
berbanding terbalik atau sama, artinya pada rangkaian seri hubungan I dan V
meningkat pada rangkaian paralel juga mengalami peningkatan.

2.2.3 Penentuan Nilai Modulus Elastisitas


Elastisitas (elasticity) adalah kemampuan (ability) dari benda padat untuk
kembali ke bentuk semula segera setelah gaya luar yang bekerja padanya hilang
dihilangkan. Deformasi (perubahan bentuk) pada benda padat elastis mengikuti
aturan yang dikemukakan Robert Hooke yang kemudian dikenal dengan hukum
Hooke. Ahli matematika dan juga seorang filsuf asal Inggris ini mencetuskan hukum
Hooke (elastisitas).
Jika sebuah gaya diberikan pada sebuah benda yang elastis, maka bentuk benda
tersebut berubah. Untuk pegas dan karet, yang dimaksudkan dengan perubahan
bentuk adalah pertambahan panjang.
Pertambahan panjang yang terjadi berbanding lurus dengan gaya tarik yang
diberikan. Hal ini pertama kali diselidiki pada abad 17 oleh seorang arsitek
berkebangsaan Inggris yang bernama Robert Hooke. Hooke menyelidiki hubungan
antara gaya tarik yang diberikan pada sebuah pegas dengan pertambahan panjang
pegas tersebut.
Deformasi (perubahan bentuk) pada benda padat elastis mengikuti aturan yang
dikemukakan Robert Hooke yang kemudian dikenal dengan Hukum Hooke. Ahli
matematika dan juga seorang filsuf asal Inggris ini mencetuskan hukum Hooke
(elastisitas) yang berbunyi :
"Perubahan bentuk benda elastis akan sebanding dengan gaya yang bekerja padanya
sampai batas tertentu (batas elastisitas). Jika gaya yang deberikan ditambah hingga
melebihi batas elastisitas benda maka benda akam mengalami deformasi (perubahan
bentuk) permanen".
Hooke menemukan bahwa pertambahan panjang pegas yang timbul berbanding
lurus dengan gaya yang diberikan. Lebih jauh lagi, Hooke juga menemukan bahwa
pertambahan panjang pegas sangat bergantung pada karakteristik dari pegas tersebut.
Pegas yang mudah teregang seperti karet gelang akan mengalami pertambahan
panjang yang besar meskipun gaya yang diberikan kecil. Sebaliknya pegas yang
sangat sulit teregang seperti pegas baja akan mengalami pertambahan panjang yang
sedikit atau kecil meskipun diberi gaya yang besar. Karakteristik yang dimiliki
masing-masing pegas ini dinyatakan sebagai tetapan gaya dari pegas tersebut. Pegas
yang mudah teregang seperti karet gelang memiliki tetapan gaya yang kecil.
Sebaliknya pegas yang sulit teregang seperti pegas baja memiliki tetapan gaya yang
besar. Secara umum apa yang ditemukan Hooke bisa dinyatakan sebagai berikut:
F = k. X
Keterangan:
F = Gaya yang diberikan pada pegas (N)
k = Tetapan gaya pegas (N/m)
x = Pertambahan panjang pegas (m)
Sobat punya sebatang bambu apus kecil. Saat sobat memberikan tenaga untuk
membengkokkan bambu tersebut ia akan melengkung (deformasi) yang bersifat
sementara yang berarti bahwa bambu bersifat elastis. Bambu akan kembali ke bentuk
semula jika sobat menghilangkan gaya yang bekerja padanya. Akan tetapi jika sobat
memberikan gaya dalam jumlah yang besar bambu tersebut bisa patah. Kapan ia
patah? Ketika gaya yang sobat berikan melebihi titik elastis dari bambu.

2.2.4 Elektrolisa
Elektrolisa adalah  peristiwa  berlangsungnya  reaksi kimia  oleh  arus listrik.
Alat elektrolisa terdiri atas sel elektrolitik yang berisi elektrolit (larutan atau leburan),
dan dua elektroda, anoda dan katoda. pada anoda terjadi reaksi oksida sedangkan
pada elektroda katoda terjadi reaksi reduksi.
Pada suatu percobaan elektrolisa reaksi yang terjadi pada katoda bergantung pada
kecenderungan  terjadinya  reaksi  reduksi.  Elektrolisa  NaCl  pada  berbagai keadaan
menunjukkan  pentingnya  suasana  sistem  yang  dielektrilisa.  Jika  larutan NaCl
yang sangat encer dielektrolisa menggunakan elektroda platina maka reaksi pada
kedua elektroda sebagai berikut ;
anoda : 2 H2O O2 + 4 H+ + 4 e katoda : 2 H2O + 2 e     H2 + 2 OH-
Jika larutan cukup pekat, reaksi-reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
anoda : 2 Cl-Cl2 + 2 e
katoda : 2 H2O + 2 e     H2 + 2 OH-
Jika leburan NaCl dielektrolisis maka reaksi pada elektroda adalah sebgai berikut
:anoda : 2 Cl-Cl2 + 2 e katoda : Na+ + e     Na
Jika pada elektrolisis larutan NaCl digunakan raksa sebagai katoda, reaksi-reaksi pada
elektroda adalah sebagai berikut :
anoda : 2 Cl-Cl2 + 2 e katoda : Na+ + e     Na
Natrium yang berbentuk melarut dalam raksa membentuk amalgam.

2.2.5 Impedansi & Daya Listrik


Impedansi merupakan total dari resistansi dan reaktansi komponen pada suatu
rangkaian AC. Impedansi disimbolkan oleh huruf kapital ‘Z’ dan dihitung dalam
satuan Ohm (Ω). Dalam matematika impedansi rangkaian R, L, C yang dirangkai seri
dituliskan dalam bentuk persamaan:

Z^2 = R^2+(Xl-Xc)^2

Dimana :
Z = Impedansi (Ohm / Ω)
R = Resistansi (Ohm / Ω)
XL = Reaktansi induktif (Ohm / Ω)
XC = Reaktansi kapasitif (Ohm / Ω)
Daya Listrik atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Electrical Power adalah
jumlah energi yang diserap atau dihasilkan dalam sebuah sirkuit/rangkaian. Sumber
Energi seperti Tegangan listrik akan menghasilkan daya listrik sedangkan beban yang
terhubung dengannya akan menyerap daya listrik tersebut. Dengan kata lain, Daya
listrik adalah tingkat konsumsi energi dalam sebuah sirkuit atau rangkaian listrik.
Kita mengambil contoh Lampu Pijar dan Heater (Pemanas), Lampu pijar menyerap
daya listrik yang diterimanya dan mengubahnya menjadi cahaya sedangkan Heater
mengubah serapan daya listrik tersebut menjadi panas. Semakin tinggi nilai Watt-nya
semakin tinggi pula daya listrik yang dikonsumsinya Sedangkan berdasarkan konsep
usaha, yang dimaksud dengan daya listrik adalah besarnya usaha dalam
memindahkan muatan per satuan waktu atau lebih singkatnya adalah Jumlah Energi
Listrik yang digunakan tiap detik. Berdasarkan definisi tersebut, perumusan daya
listrik adalah seperti dibawah ini :

P=E/t
Dimana :
P = Daya Listrik
E = Energi dengan satuan Joule
t = waktu dengan satuan detik
Dalam rumus perhitungan, Daya Listrik biasanya dilambangkan dengan huruf “P”
yang merupakan singkatan dari Power. Sedangkan Satuan Internasional (SI) Daya
Listrik adalah Watt yang disingkat dengan W. Watt adalah sama dengan satu joule
per detik (Watt = Joule / detik)
Satuan turunan Watt yang sering dijumpai diantaranya adalah seperti dibawah ini :
1 miliWatt  = 0,001 Watt
1 kiloWatt = 1.000 Watt
1 MegaWatt = 1.000.000 Watt
Rumus umum yang digunakan untuk menghitung Daya Listrik dalam sebuah
Rangkaian Listrik adalah sebagai berikut  :
P=VxI
Atau
P = I2R
P = V2/R

Dimana :
P = Daya Listrik dengan satuan Watt (W)
V = Tegangan Listrik dengan Satuan Volt (V)
I = Arus Listrik dengan satuan Ampere (A)
R = Hambatan dengan satuan Ohm (Ω)

2.2.6 Pesawat Atwood (Katrol)


Pesawat Atwood (Katrol) merupakan salah satu bentuk dari pesawat
sederhana yang berfungsi untuk memudahkan pemindahan benda. Prinsip kerja dari
pesawat sederhana adalah melipat gandakan gaya atau mengubah arah gaya. Benda
atau beban yang berat dapat dipindahkan dengan memberikan sedikit gaya saja.
Bilangan yang menyatakan pelipat gandaan hasil dari suatu pesawat sederhana
terhadap gaya atau jarak perpindahan disebut keuntungan mekanis.
Dalam pemakaian katrol, biasanya katrol dilengkapi dengan tali. Terdapat dua
jenis katrol yaitu katrol tetap dan katrol bergerak. Dalam pemakaiannya kita
sering menggabungkan beberapa katrol yang disebut dengan sistem katrol, Katrol
tetap, katrol bergerak, dan sistem katrol
Pada gambar di atas, beban FB ditahan oleh jumlah utas atau penggal tali yang
menahan berat benda, sehingga gaya yang diberikan beban FB akan direspon oleh
gaya FK bersama-sama melalui jumlah penggal tali yang terlibat dalam menahan
beban tersebut. Keuntungan mekanis menggunakan sistem adalah sama dengan
perbandingan antara besar gaya beban dengan gaya kuasa.
Untuk sistem katrol yang terdiri dari 2 buah katrol, maka ada dua penggal tali
yang menahan gaya yang diberikan oleh beban FB seperti terlihat pada gambar 1,
sehingga satu penggal tali akan memberikan gaya kuasa sebesar setengahnya dari
gaya yang diberikan beban. Dengan demikian mengangkat benda dengan
menggunakan sistem dua katrol dapat dilakukan dengan memberikan gaya
yang besarnya setengah dari gaya yang diberikan benda/beban, atau FB = 2 x FK.
Keuntungan mekanis sistem dua katrol adalah FB/ FK = 2. Seringkali beban
yang harus kita pindahkan berat sekali. Untuk mengangkatnya kita dapat
menggunakan katrol majemuk yang merupakan gabungan dari beberapa katrol diam
dan katrol bergerak seperti pada gambar 1d. Terlihat bahwa gaya beban FB ditahan
oleh 4 utas/penggal tali. Masing-masing penggal tali memberikan gaya seperempat
dari gaya beban FB. Disini FB = 4 x FK. Keuntungan mekaniknya adalah adalah FB/
FK =
Disamping keuntungan tersebut di atas, penggunaan sistem katrol atau katrol
ganda juga memiliki kelemahan. Kelemahan penggunaan katrol ganda dalam
memindahkan beban adalah pergeseran yang harus kita lakukan menjadi sekian kali
lipat dari jumlah penggal tali yang terlibat.

2.2.7 Jembatan Wheatstone


Rangkaian jembatan secara luas telah digunakan dalam beberapa
pengukuran niai suatu komponen seperti: rasistansi, induktansi, dan
kapasitansi serta parameter-parameter rangkaian lainnya yang diperoleh
langsung dari nilai komponnya seperti frekuensi, sudut fasa, dan temperatur.
Karena rangkaian jembatan hanya membandingkan antara nilai komponen
yang belum diketahui dengan komponen standar yang telah diketahui nilainya,
maka akurasi pengukurannya menjaid hal yang sangat penting, terutama pada
pembacaan pengukuran perebandingannya yang  hanya didasarkan pada
sebuah indikator NOL pada kesetimbangan jembatan.
Jembatan DC bertipe NOL dikenal dengan nama Jembatan Wheatstone,
dengan empat lengan yang terdiri dari sebuah hambatan yang belum diketahui
nilainya (Rx), dua hambatan yang bernilai sama (R2 dan R3) serta hambatan
variabel (Rv). Tegangan DC ditempatkan diantara titik AC serta hambatan
variabel diatur sedemikian rupa sehingga tegangan yang terukur pada titik BD
sama dengan nol. Titik nol ini biasanya diukur dengan galvanometer yang
mempunyai sensitivitas tinggi. (Pramono, 2014).
Jembatan Wheatstone adalah alat ukur yang ditemukan oleh Samuel
Hunter Christie pada 1833 dan meningkat kemudian dipopulerkan oleh Sir
Charles Wheatstone pada tahun 1843. Ini digunakan untuk mengukur suatu
yang tidak diketahui hambatan listrik dengan menyeimbangkan dua kali dari
rangkaian jembatan, satu kaki yang mencakup komponen diketahui kerjanya
mirip dengan aslinya potensiometer. Jembatan Wheatstone adalah suatu alat
pengukur, alat ini dipergunakan untuk memperoleh ketelitian dalam
melaksanakan pengukuran terhadap suatu tahanan yang nilainya relatif kecil
sekali umpamanya saja suatu kebocoran dari kabel tanah/ kartsluiting dan
sebagainya. Jembatan Wheatstone adalah alat yang paling umum digunakan
untuk pengukuran tahanan yang teliti dalam daerah 1 sampai 100.000 Ω.
Jembatan Wheatstone terdiri dari tahanan R1, R2, R3, dimana tahanan tersebut
merupakan tahanan yang diketahui nilainya dengan teliti dan dapat diatur
(Dedy, 2012).
Yonathan Andrianto Suroso, memaparkan beberapa hukum dasar rangkaian
listrik yang berhubungan dengan jembatan wheatstone:
1.      Hukum Ohm
Hukum Ohm menyatakan “Jika suatu arus listrik melalui suatu penghantar,
maka kekuatan arus tersebut adalah sebanding-larus dengan tegangan listrik
yang terdapat diantara kedua ujung penghantar tadi”. Hukum ini dicetuskan
oleh Georg Simon Ohm.
Secara matematis, hukum Ohm ini dituliskan:
V = I . R  atau I = V/R
Dimana
I : arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar (Ampere)
V : tegangan listrik yang terdapat pada kedua ujung penghantar (Volt)
R : hambatan listrik yang terdapat pada suatu penghantar (Ohm)
2.      Hukum Kirchoff I
Dipertengahan abad 19, Gustav Robert Kichoff (1824-1887) menemukan cara
untuk menentukan arus listrik pada rangkaian bercabang yang kemudian
dikenal dengan hukum Kirchoff. Hukum Kirchoff berbunyi “Jumlah kuat arus
yang masuk dalam titik percabangan sama dengan jumlah kuat arus yang
keluar dari titik percabangan.” Jumlah I masuk = I keluar.
3.      Hukum Kirchoff II
Hukum Kirchoff II berbunyi: “Dalam rangkaian tertutup, jumlah aljabar GGL
(E) dan jumlah penurunan potensial sama dengan nol.” 
Maksud dari jumlah penurunan potensial sama dengan nol adalah tidak adanya
energilistrik yang hilang dalam rangkaian tersebut atau dalam arti semua
energi bisadigunakan atau diserap.Rangkaian Jembatan Wheatstone adalah
susunan dari 4 buah hambatan, yangmana dua dari hambatan tersebut adalah
hambatan variabel dan hambatan yang belumdiketahui besarnya yang disusun
secara seri satu sama lain dan pada 2 titik diagonalnya dipasang sebuah
galvanometer dan pada 2 titik diagonal lainnya diberikansumber tegangan.
Dengan mengatur sedemikian rupa besar hambatan variabelsehingga arus yang
mengalir pada Galvanometer = 0, dalam keadaan ini jembatandisebut
seimbang, sehingga sesuai dengan hukum Ohm berlaku persamaan:
R1 . R2 = R3 . Rx
Persamaan tersebut bila dijabarkan akan menjadi sebagai berikut:
R1 . R2 = R3 . Rx
Rx =  . R1
Bila nilai R 1dan R 3 diganti dengan panjang kawat L1dan L2 maka rumus di
atas dapat ditulis sebagai berikut:
Rx =   . Rv
Dengan:
Rv: hambatan variabel disebut juga sebagai lengan standar
R2 dan R3: kawat hambatan dan disebut  sebagai lengan perbandingan
Hadi Pramono (2014: 92), menjelaskan jika R2 dan R3 menyatakan hambatan
pada kawat dengan panjang L1 dan L2, maka dapat juga ditulis dengan:
Rx = Rv

2.2.8 Kalorimeter
Kalorimeter adalah sebuah alat yang digunakan untuk menentukan (mengukur)
kalor. Pengukuran itu dilakukan untuk mengetahui kalor jenis suatu zat. Jika kalor
jenis suatu zat sudah diketahui, kalor yang diserap atau dilepaskan dapat dihitung
dengan mengukur perubahan suhunya. Kalorimeter terdiri atas sebuah bejana logam
yang kalor jenisnya sudah diketahui sebelumnya. Bejana itu ditempatkan dalam suatu
wadah bejana lain dengan cara dipisahkan (tidak terdapat kemungkinan
bersinggungan secara langsung) diantara kedua bejana tadi diberi isolator yang
mencegah terjadinya pertukaran kalor dengan udara luar.

Prinsip kerja kalorimeter didasarkan pada Azas Black yang dinyatakan sebagai
berikut :
 Jika dua benda yang mempunyai suhu berbeda didekatkan sehingga terjadi
kontak maka temperatur akhir kedua benda yang mempunyai suhu berbeda
setelah keseimbangan termis tercapai akan sama.
 Jumlah kalor yang diterima = jumlah kalor yang diberikan.
Jika sebuah benda melepas kalor, maka akan terjadi perubahan wujud pada zat
tersebut selain itu juga terjadi perubahan ukuran. Misalnya air jika didinginkan
akan berubah menjadi es. Dari pertama air yang berbentuk cair, berubah bentuk
menjadi es. Dari cair menjadi padat. Begitu pula yang terjadi pada benda cair
yang menguap menjadi gas.
Ada beberapa hal yang terkait dengan kalor, yaitu :
1. Kalor jenis, adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan 1
gram atau1 kg zat sebesar 1o
2. Kapasitas kalor, adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan oleh zat untuk
menaikkan suhunya sebesar 1o
3. Kalor lebur, menyatakan banyaknya kalor yang dibutuhkan oleh satu satuan
massa zat padat untuk merubah seluruh wujudnya menjadi cair.
4. Kalor beku adalah banyaknya kalor yang dilepaskan untuk mengubah 1 kg zat
dari wujud cair menjadi padat pada titik bekuya.
5. Titik lebur normal suatu zat atau partikel, dapat diketahui atau ditentukan oleh
gaya tarik antar partikel-partikel di dalamnya.
6. Kalor uap adalah banyaknya kalor yang diserap untuk mengubah 1 kg zat dari
wujud cair menjadi uap pada titik didihnya.
7. Kalor embun adalah banyaknya kalor yang dibebaskan untuk mengubah 1 kg
zat dari wujud uap menjadi cair pada titik embunnya.
8. Titik didih normal dari sebuah cairan merupakan kasus di mana tekanan uap
cairan sama dengan tekanan atmosphere dipermukaan laut.
Asas Black adalah suatu prinsip dalam termodinamika yang dikemukakan
oleh Joseph Black. Asas ini menjabarkan:
 Jika dua buah benda yang berbeda yang suhunya dicampurkan, benda yang
panas memberi kalor pada benda yang dingin sehingga suhu akhirnya sama
 Jumlah kalor yang diserap benda dingin sama dengan jumlah kalor yang
dilepas benda panas
 Benda yang didinginkan melepas kalor yang sama besar dengan kalor yang
diserap bila dipanaskan
Bunyi Asas Black adalah sebagai berikut:
"Pada pencampuran dua zat, banyaknya kalor yang dilepas zat yang suhunya lebih
tinggi sama dengan banyaknya kalor yang diterima zat yang suhunya lebih rendah"
Rumus Asas Black
Secara umum rumus Asas Black adalah :
Qlepas = Qterima

Keterangan:
Qlepas adalah jumlah kalor yang dilepas oleh zat
Qterima adalah jumlah kalor yang diterima oleh zat
dan rumus berikut adalah penjabaran dari rumus diatas :
(M1 X T1 + M2 X T2) / (M1 + M2)
Keterangan :
M1 = Massa benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih tinggi
C1 = Kalor jenis benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih tinggi
T1 = Temperatur benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih tinggi
Ta  = Temperatur akhir pencampuran kedua benda
M2 = Massa benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih rendah
C2 = Kalor jenis benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih rendah
T2 = Temperatur benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih rendah
Pada pencampuran antara dua zat, sesungguhnya terdapat kalor yang hilang ke
lingkungan sekitar.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan mengenai mata kuliah Fisika Dasar dapat kami
simpulkan sebagai berikut :
1. Pengukuran dalam fisika adalah membandingkan dua hal dengan salah
satunya menjadi pembanding atau alat ukur yang besarnya harusnya
distandarkan,bertujuan untuk mengetahui kualitas atau kuantitas suatu
besaran. Sedangkan hukum ohm adalah besar arus listrik yang mengalir
melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda potensial
yang diterapkan kepadanya
2. Elastisitas (elasticity) adalah kemampuan (ability) dari benda padat untuk
kembali ke bentuk semula segera setelah gaya luar yang bekerja padanya
hilang. Sedangkan elektrolisa adalah  peristiwa  berlangsungnya  reaksi kimia
oleh  arus listrik, terdiri atas sel elektrolitik yang berisi elektrolit (larutan atau
leburan), dan dua elektroda, anoda dan katoda. pada anoda terjadi reaksi
oksida sedangkan pada elektroda katoda terjadi reaksi reduksi.
3. Impedansi merupakan total dari resistansi dan reaktansi komponen pada suatu
rangkaian AC. Impedansi disimbolkan oleh huruf kapital ‘Z’ dan dihitung
dalam satuan Ohm (Ω). Sedangkan pesawat adwood merupakan salah satu
bentuk dari pesawat sederhana yang berfungsi untuk memudahkan
pemindahan benda.
4. Jembatan wheatstone adalah rangkaian yang digunakan untuk
menyederhanakan susunan hambatan yang semula tidak dapat disederhanakan
secara seri paralel. Sedangkan calorimeter adalah sebuah alat yang digunakan
untuk menentukan atau mengukur kalor.
DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Hendra.2017. ”Buku Penuntun Praktikum Fisika Dasar”. Palembang.


Politeknik Akamigas Palembang.
Haryono, 1986. kamus penemu. Jakarta : PT Gramedia.
Abdul Kadir. 1991. Pemrograman Dasar Turbo Pascal. Yogyakarta: Andi Offset
Bambang Ruwanto.(2002).Matematika untuk fisiks dan tehnik 2.yogyakarta: Adicita
Bambang Ruwanto.(2002).Matematika untuk fisiks dan tehnik I.yogyakarta: adicita
Beiser, A. 1990. Konsep Fisika Modern. Jakarta: Erlangga.
Darmawan, 1990, Termodinamika, Bandung: Jurusan Fisika FMIPA ITB.
Drs Samsung J, dkk (1986). Pengetahuan Nuklir. Dep. Pend. Kebudayaan Universitas
Terbuka.
Edi Istiono. 2002. Analisis Rangkaian Listrik. Yogyakarta: FMIPA Universitas
Negri  Yogyakarta (UNY).
Edi Istiyono. 2000. Fisika Zat Padat. Yogyakarta: FMIPA Universitas Negeri
Yogyakarta
Jogiyanto, H.M. Teori dan Aplikasi program Komputer Bahasa Fortran. 1995
Yogyakarta: Andi offset
Krane, K. 1992. Fisika Modern. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
M. Amin Genda P.2001. Sejarah Fisika. Yogyakarta: FMIPA-UNY
Made Berata, IGN. 1985. Fisika Atom. Yogyakarta: FPMIPA IKIP Yogyakarta.
Nazir, M. (1983). Metode penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Oxford, 1997. kamus lengkap fisika. Jakarta : Erlangga.
Sukamto. 1995. Panduan Penelitian Eksperimen. Yogyakarta: Lemlit IKIP
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai