Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KERJA PRAKTEK

TROUBLE SHOOTING PADA AUTOMATIC WEATHER STATION (AWS)


DI STASIUN METEOROLOGI SULTAN SYARIF KASIM II KOTA
PEKANBARU

Disusun Oleh :

AULIA AKBAR
NIM. 140203007

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS MIPA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
PEKANBARU
2018
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA

NAMA : AULIA AKBAR


NIM : 140203007
JURUSAN : FISIKA
ASAL SEKOLAH : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
JUDUL : TROUBLE SHOOTING PADA AUTOMATIC
WEATHER STATION (AWS) DI STASIUN
METEOROLOGI SULTAN SYARIF KASIM (SSK)
II PEKANBARU

MENGETAHUI,

DOSEN PEMBIMBING PEMBIMBING LAPANGAN

NONI FEBRIANI, S.T TIARA ARETNI, S.Tr


NIK. 1012015108 NIP. 199202042012122001

MENYETUJUI,

SHABRI PUTRA WIRMAN, M.Si


NIDN : 1023127801

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dan
menyusun laporan kreja praktek di Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
(BMKG) Pekanbaru.
Laporan kerja praktek ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan
akademis dalam menyelesaikan pendidikan program studi strata satu (S1)
mahasiswa jurusan Fisika Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Riau. Manfaat dari kerja praktek ini adalah
untuk mendapatkan dan mengerti hal-hal yng berhubungan dengan Teknisi dan
Instrumentasi di Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Pekanbaru.
Dalam melaksanakan dan penyusunan laporan kerja praktek ini, kami
mengucapkan banyak terimakasih atas dukungan dan bantuan dari semua pihak.
Kami diberikan dukungan, bimbingan, pengalaman, serta pengetahuan yang dapat
membantu kami, terutama pada :
1. Allah SWT yang telah menjaga dan melindungi penulis dalam
melaksanakan proses kerja praktek di Stasiun Meteorologi BMKG
Pekanbaru.
2. Ayah, Ibu dan Keluarga yang senantiasa mendoakan serta selalu
mencurahkan kasih dan sayangnya kepada penulis. Terima kasih untuk
segala pengorbanannya.
3. Bapak Juli Widiyanto, S.Kep., M.Kes., Epid, dan Bapak Prasetya, M.Si
selaku Dekan dan Wakil Dekan Fakultas MIPA dan Kesehatan.
4. Bapak Shabri Putra Wirman, M.Si selaku Ketua Program Studi Fisika.
5. Ibu Noni Febriani, ST, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
membantu dan membimbing penulis.
6. Kakak Tiara Aretni, S.Tr, selaku pembimbing lapangan yang selalu
memberikan ilmu dan pengarahan yang tulus kepada saya.
7. Kakak Veronica selaku kakak senior baik di kampus maupun di tempat
kerja praktek yang telah banyak memberikan pengetahuan dan arahan
hingga laporan ini selesai dibuat.

iii
8. Keluarga fisika generasi 7, generasi 8, dan generasi 9 yang telah banyak
mendukung penulis.
9. Serta semua pihak yang turut membantu penulis yang namanya tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu.
Demikian Laporan ini Penulis ajukan agar dapat bermanfat serta menambah
wawasan maupun pengetahuan bagi para pembaca dan rekan-rekan mahasiswa
Fisika Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam dan Kesehatan. Oleh Karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca.

Pekanbaru, 30 Juli 2018

AULIA AKBAR
NIM. 140203007

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii


KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Tujuan Pelaksanaan Kerja Praktik............................................................ 2
1.3. Ruang Lingkup ......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3
2.1. Iklim ......................................................................................................... 3
2.1.1. Suhu ......................................................................................................... 3
2.1.3. Angin ....................................................................................................... 5
2.1.4. Kelembaban ............................................................................................ 6
2.1.5. Tekanan Udara ........................................................................................ 6
2.1.6. Penyinaran Matahari .............................................................................. 7
2.2. Automatic Weather Station ....................................................................... 8
2.3. Sensor ....................................................................................................... 8
2.4. Sensor Suhu Udara ................................................................................... 9
2.5. Sensor Kelembaban Relatif .................................................................... 10
2.6. Sensor Tekanan Udara ............................................................................ 11
2.7. Sensor intensitas Radiasi matahari ......................................................... 12
2.8. Sensor curah hujan ................................................................................. 13
2.9. Pengamatan Di Taman Alat ................................................................... 14
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ............................................. 16
3.1. Gambaran Umum BMKG ...................................................................... 16
3.1.1. Alamat Stasiun Meteorologi BMKG Pekanbaru ............................. 17
3.1.2. Logo BMKG ......................................................................................... 17
3.2. Struktur Organisasi di Stasiun Meteorologi Pekanbaru ........................ 19
3.3. Proses Kerja di Stasiun Meteorologi Pekanbaru .................................... 19

v
3.3.1. Pengamatan (Observasi) ...................................................................... 19
3.3.2. Data dan Informasi ............................................................................... 20
3.3.3. Pelayanan Jasa (Bidang data dan Informasi) .................................... 23
3.3.4. Pemeliharaan (Bidang Observasi) ...................................................... 24
BAB IV KEGIATAN KERJA PRAKTEK ....................................................... 26
4.1. Pengenalan Bagian-bagian Bidang di BMKG Pekanbaru ...................... 26
BAB V KESIMPULAN ...................................................................................... 30
5.2. Kesimpulan ................................................................................................ 30
5.2. Saran .......................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 31

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Blok diagram sensor ……..…………………………………………. 9


Gambar 2.2 Blok diagram sensor kompleks………………………………………9
Gambar 2.3 Junction semiconductor……. ……………………………………….10
Gambar 2.4 Blok diagram sensor tekanan……... ………………………………..12
Gambar 2.5 Elemen penyusun piezoresistif …….……………………………… 12
Gambar 2.6 Skema kerja Photodiode……...……………………………………. 13
Gambar 2.7 Penakar hujan tipe Tipping Bucket elektrik…...…………………… 14
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Stasiun Meteorologi Pekanbaru ……………….17
Gambar 3.2. Logo BMKG …..………………………………………………….. 18
Gambar 4.1 AWS real-time di Stasiun Meteorologi Pekanbaru ……...………… 29
Gambar 4.2 Pembersihan Sensor dari sarang lebah …….………………………. 30
Gambar 4.3 Pemasangan enclosure yang baru …………………………………..31
Gambar 4.4 Enclosure digitalisasi yang baru …...………………………………31

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Program studi Fisika Universitas Muhammadiyah Riau turut serta dalam
menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan bersaing di era globalisasi
dengan pendekatan interdisiplin yang dilandasi akhlak, iman dan taqwa. Tuntutan
dunia kerja saat ini mengharuskan lulusan memiliki keterampilan dan serta sikap
etos kerja. Guna memberikan kemampuan teori ilmu pengetahuan dan praktek kerja
bagi lulusan. Kegiatan kerja praktek merupakan salah satu tools sebagai panduan
antara teori dan praktek yang akan memberikan kemampuan mahasiswa untuk
memahami dan menganalisis perkembangan dan permasalahan terbaru dalam dunia
kerja. Kemampuan ini diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang siap bersaing
dibidang fisika.
Pelaksanaan Kerja Praktek (KP) adalah salah satu media penghubung antara
materi pembelajaran teori yang diperoleh di perkuliahan dengan dunia kerja yang
sesungguhnya. Perbedaan antara materi pembelajaran teori yang diperoleh di
perkuliahan, bisa saja sangat berbeda dengan penerapan di lingkungan kerja. Suatu
lembaga pendidikan dituntut untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas dan juga
mampu bersaing seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
UMRI sebagai salah satu lembaga pendidikan yang berorientasi pada
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Provinsi Riau, terus berusaha
untuk melakukan hal tersebut. Melalui program kerja praktek (KP), setiap
mahsiswa mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan diri dan potensi yang
dimilikinya dan mengaplikasikan keahlian yang diperoleh pada perusahaan atau
instansi yang telah dipilih.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) adalah sebuah
Lembaga Pemerintah Non Kementrian (LPNK) yang melaksanakan tugas
pemerintahan dalam bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Dengan melaksanakan kerja praktek
di BMKG di harapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa mengenai
penerapan ilmu Fisika di bidang instrumentasi.

1
2

Prodi Fisika berkomitmen memberikan pendidikan terbaik dan berkualitas yang


berbasis ilmu pengetahuan, teknologi, iman, dan taqwa. Melalui Kerja praktek ini
yang dilakukan selama 1 bulan yang dimulai pada tanggal 12 februari sampai 12
maret 2018 di Stasiun meteorologi BMKG Sultan syarif Kasim II Pekanbaru.
Diharapkan mahasiswa prodi fisika dapat belajar dan meningkatkan kemamampuan
dalam melakukan pengawasan dan pengendalian mutu lingkungan dengan
memprediksi kondisi lingkungan serta menggunakan dan mengembangkan alat.
1.2. Tujuan Pelaksanaan Kerja Praktik
Tujuan dari kegiatan kerja praktek adalah sebagai berikut.
1. Mempelajari pengaplikasian Authomatic Weather Station (AWS) dalam
pengukuran maupun pengolahan data di BMKG Pekanbaru.
2. Mengenal ruang lingkup dan prosedur kerja teknisi dan instrumentasi di
Stasiun Meteorologi BMKG Pekanbaru.
3. Melatih kedisiplinan, sikap mandiri, dan profesional mahasiswa.
1.3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pada kerja praktek ini :
1. Pengenalan dan penjelasan tentang Standart Operasional Prosedur (SOP)
BMKG.
2. Kerja praktek dilakukan pada bagian Teknisi dan Instrumentasi di stasiun
Meteorologi Sultan Syarif Kasim II.
3. Kegiatan khusus kerja praktek yaitu melakukan pengecekan pada AWS
(Automatic Weather Station).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Iklim
Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca berdasarkan periode panjang
(bulan,tahun) untuk suatu lokasi di bumi atau planet lain. Sedangkan cuaca adalah
keadaan atmosfer pada suatu saat. Iklim tidak sama dengan cuaca, tapi lebih
merupakan pola rata-rata dari keadaan cuaca untuk suatu daerah tertentu. Cuaca
menggambarkan keadaan atmosfer dalam jangka waktu pendek. Iklim secara
operasional didefenisikan sebagai deskripsi statistik dari unsur-unsur iklim seperti
temperatur (suhu), presipitasi (hujan), angin, kelembaban dan variasi dalam rentang
waktu mulai dari bulanan hingga jutaan tahun [1].
2.1.1. Suhu
Suhu atau temperatur udara adalah derajat panas dari aktivitas molekul
dalam atmosfer atau udara yang timbul karena adanya radiasi panas matahari yang
diterima bumi. Tingkat penerimaan panas oleh bumi dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain:
a) Sudut datang sinar matahari, yaitu sudut yang dibentuk oleh permukaan bumi
dengan arah datangnya sinar matahari. Makin kecil sudut datang sinar matahari,
semakin sedikit panas yang diterima oleh bumi dibandingkan sudut yang
datangnya tegak lurus.

b) Lama waktu penyinaran matahari, makin lama matahari bersinar, semakin


banyak panas yang diterima bumi.

c) Keadaan muka bumi (daratan dan lautan), daratan cepat menerima panas dan
cepat pula melepaskannya, sedangkan sifat lautan kebalikan dari sifat daratan.

d) Banyak sedikitnya awan, ketebalan awan mempengaruhi panas yang diterima


bumi. Makin banyak atau makin tebal awan, semakin sedikit panas yang diterima
bumi [1].

3
4

Suhu atau temperatur udara di permukaan bumi untuk berbagai tempat tidak
sama. Untuk mempermudah membandingkannya, maka dibuat peta isotherm.
Isotherm yaitu garis khayal dalam peta yang menghubungkan tempat-tempat yang
mempunyai suhu atau temperatur udara rata-rata sama. Persebaran horizontal
secara tidak teratur dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya, misalnya perbedaan
suhu atau temperatur udara daratan dan lautan.
2.1.2. Curah Hujan
Curah hujan adalah jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam
waktu tertentu. Alat untuk mengukur banyaknya curah hujan disebut Rain Gauge
[2]. Curah hujan diukur dalam harian, bulanan, dan tahunan. Curah hujan yang jatuh
di wilayah Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a) Bentuk medan atau topografi;
b) Arah lereng medan;
c) Arah angin yang sejajar dengan garis pantai; dan
d) Jarak perjalanan angin di atas medan datar.
Hujan adalah butiran-butiran air yang dicurahkan dari atmosfer turun ke
permukaan bumi. Sedangkan garis yang menghubungkan tempat-tempat di peta
yang mendapat curah hujan yang sama disebut isohyet. Berdasarkan butiran yang
dicurahkan dan asal terjadinya, hujan dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu:
A. Berdasarkan butiran-butiran yang dicurahkan, hujan dapat dibedakan menjadi
empat macam, yaitu:
1. Hujan gerimis atau drizzle. Hujan ini mempunyai diameter butiran-butiran
kurang dari 0,5 mm.
2. Hujan salju atau snow. Hujan salju terdiri dari kristal-kristal es yang
temperaturnya berada di bawah titik beku.
3. Hujan batu es. Hujan ini berbentuk curahan es yang turun di dalam cuaca
panas dari awan yang temperaturnya di bawah titik beku.
4. Hujan deras atau rain, yaitu curahan air yang turun dari awan yang
temperaturnya di atas titik beku dan butirannya sebesar 7 mm.
B. Berdasarkan asal terjadinya, hujan dapat dibedakan menjadi empat macam,
yaitu:
5

1. Hujan front, yaitu terjadi karena pertemuan dua jenis udara yang berbeda
temperatur, yakni udara panas/lembab dengan udara dingin sehingga
berkondensasi dan turun hujan.
2. Hujan konveksi atau hujan zenith, yaitu terjadi karena arus konveksi yang
menyebabkan uap air di khatulistiwa naik secara vertikal, karena pemanasan
air laut terus menerus lalu mengalami kondensasi dan turun sebagai hujan.
3. Hujan orografi atau hujan gunung, yaitu terjadi dari udara yang mengandung
uap air dipaksa oleh angin mendaki lereng pegunungan berkondensasi dan
turun sebagai hujan.
4. Hujan buatan, yaitu dibuat dengan cara menggunakan garam-garaman untuk
merangsang awan hingga uap air di udara dengan ketinggian 3000 kaki lebih
cepat berkondensasi menjadi air dan turun sebagai hujan.
2.1.3. Angin
Angin adalah udara yang bergerak akibat rotasi bumi dan perbedaan tekanan
udara di sekitarnya. Angin bergerak dari tempat bertekanan udara tinggi ke
bertekanan udara rendah. Udara yang telah memuai menjadi lebih ringan sehingga
naik. Apabila hal ini terjadi, tekanan udara turun karena udaranya berkurang. Udara
dingin di sekitarnya mengalir ke tempat yang bertekanan rendah tadi. Udara
menyusut menjadi lebih berat dan turun ke tanah. Di atas tanah udara menjadi panas
lagi dan naik kembali. Aliran naiknya udara panas dan turunnya udara dingin ini
dinamakan konveksi. Faktor-faktor yang menyebabkan angin terhadi antara lain
adalah:
a) Gradien Barometris, yaitu bilangan yang menunjukkan perbedaan tekanan
udara dari dua isobar yang jaraknya 111 km. Makin besar gradien
barometrisnya, makin cepat tiupan anginnya.
b) Lokasi, kecepatan angin di dekat khatulistiwa lebih cepat daripada angin yang
jauh dari garis khatulistiwa.
c) Tinggi Lokasi, semakin tinggi lokasinya semakin kencang pula angin yang
bertiup. Hal ini disebabkan oleh pengaruh gaya gesekan yang menhambat laju
udara. Di permukaan bumi, gunung, pohon, dan topografi yang tidak rata
lainnya memberikan gaya gesekan yang besar. Semakin tinggi suatu tempa,
gaya gesekan ini semakin kecil.
6

d) Waktu, Angin bergerak lebih cepat pada siang hari, dan sebaliknya terjadi pada
malam hari.
e) Sebenarnya yang kita lihat saat angin berhembus adalah partikel-partikel
ringan seperti debu yang terbawa bersama angin. Angin bisa kita rasakan
hembusannya karena kita mempunyai indra perasa, yaitu kulit, sehingga kita
bisa merasakannya.
2.1.4. Kelembaban
Kelembaban udara adalah kandungan uap yang ada dalam udara.
Pemanasan yang terjadi pada permukaan bumi menyebabkan air-air yang ada pada
permukaan bumi, baik di daratan maupun lautan, menguap dan termuat dalam
udara. Kelembaban udara dapat berubah-ubah, tergantung pada pemanasan yang
terjadi. Makin tinggi suhu suatu kawasan, maka makin tinggi pula tingkat
kelembaban udara di kawasan tersebut, karena udara yang mengalami pemanasan,
merenggang dan terisi oleh uap air [2].
Kandungan uap air yang termuat dalam jumlah udara tertentu pada
temperatur tertentu dibandingkan dengan kandungan uap yang dapat termuat dalam
udara tersebut disebut kelembaban relatif atau nisbi. Besarnya kelembaban relatif
dinyatakan dalam persen. Selain kelembaban relatif atau kelembaban nisbi, ada
jenis kelembaban lain yang disebut kelembaban absolut. Kelembaban absolut ialah
jumlah yang menunjukkan kandungan uap air dalam satuan gram yang ada pada
setiap 1 m3 udara.
2.1.5. Tekanan Udara
Tekanan udara adalah suatu gaya yang timbul oleh adanya berat dari
lapisan udara. Udara merupakan kumpulan gas yang masing-masing memiliki
massa dan menempati ruang. Karena massa yang dimilikinya, udara pun memiliki
tekanan. Suhu suatu kawasan sangat berpengaruh terhadap tekanan udara di
kawasan tersebut. Bila suhu makin tinggi, maka tekanan udara akan makin rendah.
Ini disebabkan udara yang hangat bersifat renggang. Sebaliknya, bila suhu makin
rendah, maka tekanan udara akan makin tinggi karena udara yang dingin lebih padat
daripada udara yang panas. Berdasarkan hal tersebut, suhu sangat menentukan
perbedaan tekanan udara setiap kawasan di muka bumi ini.
7

2.1.6. Penyinaran Matahari


Penyinaran matahari merupakan unsur utama untuk mengetahui iklim dan cuaca di
suatu tempat. Pengukuran lamanya sinar matahari bersinar dimaksudkan untuk mengetahui
intensitas dan berapa lama/jam matahari bersinar mulai terbit hingga terbenam [3]. Matahari
dihitung bersinar terang jika sinarnya dapat membakar bias Campble stokes. Lamanya
matahari bersinar dapat dinyatakan dalam presentase atau jam yang ditunjukkan oleh sunshine
recorder. Garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang menerima radiasi
matahari yang sama dinamakan isohel. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyinaran
matahari mencapai permukaan bumi:
a) Jarak dari matahari. Jarak matahari yang dimaksud adalah letak lintang suatu tempat
yang ada di permukaan bumi. Semakin besar lintang suatu tempat di permukaan bumi
(0°- 90°) maka jaraknya semakin jauh dari matahari, dengan demikian penyinaran
matahari yang diterima tempat tersebut semakin sedikit.
b) Sudut datang sinar matahari. Dari matahari terbit di ufuk timur hingga terbenam di ufuk
barat akan membentuk sudut yang berbeda-beda terhadap suatu tempat (maksimal 180°).
Saat matahari tepat di atas kepala kita (membentuk sudut 90°) maka penyinaran matahari
yang terjadi secara maksimal, sedangkan pada sudut kurang dari dan lebih dari 90°,
penyinaran matahari yang diperoleh permukaan bumi akan minimal.
c) Lamanya siang. Lamanya siang dipengaruhi oleh gerak semu matahari yang disebabkan
oleh revolusi bumi dalam mengitari matahari. Pada tanggal 22 Maret-22 Septermber
matahari seolah-olah berada di belahan bumi bagian utara menyebabkan belahan bumi
utara mengalami siang hari lebih lama dibandingkan belahan bumi selatan, dengan
demikian penyinaran matahari lebih besar di belahan bumi utara dibandingkan di
belahan bumi selatan. Pada tanggal 23 September-21 Maret matahari seolah-olah berada
di belahan bumi selatan sehingga belahan bumi selatan mengalami siang lebih lama
dibandingkan belahan bumi utara, dengan demikian penyinaran matahari di belahan
bumi selatan lebih lama dibandingkan di belahan bumi utara.
d) Kejernihan atmosfer. Semakin jenih atmosfer maka penyinaran matahari yang sampai
ke bumi semakin besar. Faktor yang mempengaruhi ketidakjernihan atmosfer antara lain
adanya awan, debu, polutan, abu vulkanik, dan asap.
8

2.2. Automatic Weather Station


Automatic Weather System (AWS) didefinisikan sebagai stasiun meteorologi
yang melakukan pengamatan dan mengirim secara otomatis [4].
Menurut penyajian data AWS dapat dikelompokkan menjadi :
a) Real-time AWS : suatu stasiun cuaca yang menyajikan data secara realtime
kepada pengguna, pada umumnya aws ini dilegkapi dengan sistem
komunikasi serta alarm untuk memberikan peringatan kepada pengguna jasa
bila terjadi kondisi cuaca ekstrim seperti badai, hujan lebat, suhu tinggi dan
lain sebaganya.
b) Off-time AWS : stasiun cuaca yang hanya merekam data serta menyimpan data
pada media penyimpanan dan menampilkan data aktual, data yang tersimpan
dapat diambil sewaktu-waktu sesuai keperluan.
Pada umumnya AWS dilengkapi dengan beberapa sensor antara lain :
1. Termometer untuk mengukur suhu
2. Anemometer untuk mengukur arah dan kecepatan angin
3. Hygrometer untuk mengukur kelembaban
4. Barometer untuk mengukur tekanan udara
5. Rain Gauge untuk mengukur curah hujan
6. Pyranometer untuk mengukur penyinaran matahari
Cuaca didefinisikan sebagai suatu keadaan sesaat/setiap saat atmosfer yang
tingkatnya dinyatakan dengan suhu, tekanan, angin, kelembaban, dan fenomena
dalam atmosfer misalnya kabut, berawan, hujan, badai guntur, dll. Sementara itu,
parameter cuaca adalah suatu tingkat ukuran dalam atmosfer (dinyatakan dengan
suhu, tekanan, angin, kelembaban, dan fenomena dalam atmosfer misalnya kabut,
berawan, hujan, badai guntur, dll) [4].
2.3. Sensor
Sensor adalah sebuah perangkat yang dapat mendeteksi perubahan dalam
stimulus/rangsangan (pada bagian input) dan mengubahnya menjadi sinyal (listrik)
yang dapat diukur atau direkam (pada bagian output). Blok diagram sensor dapat
dilihat pada gambar 2.1.
Stimulus dapat berbentuk kuantiti (banyak sedikitnya beban), properti
(berkurangnya kandungan bahan) atau kondisi (intensitas cahaya).
9

Transduser adalah sebuah perangkat yang mentransfer daya dari satu sistem
kesistem lain dalam bentuk yang sama maupun berbeda. Mengingat pengertiannya
bahwa transduser adalah perangkat yang mentransfer daya dari satu sistem kesistem
lain dalam bentuk yang sama maupun berbeda. Maka sebenarnya sensor itu sendiri
adalah bagian dari transduser. Didalam pembahasan spesifik tentang sensor,
transduser bisa jadi adalah bagian dari sebuah sensor yang kompleks. Blok diagram
sensor kompleks dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.1 Blok diagram sensor

Gambar 2.2 Blok diagram sensor kompleks

Dalam menanggapi stimulus sensor terkadang tidak dapat secara langsung


mengubahnya kebentuk elektrik sehingga diperlukan transduser-transduser
dibagian awal penerima stimulus.
2.4. Sensor Suhu Udara
Suhu didefinisikan sebagai suatu energi yang didapat dari pergerakan
molekul-molekul dalam suatu benda. Suhu suatu benda merupakan suatu keadaan
dimana benda tersebut mempunyai kemampuan untuk memindahkan panas ke
benda lain atau menerima panas dari benda lain [4]. Pengertian suhu udara adalah
10

suhu yang ditunjukkan oleh termometer yang ditempatkan di tempat yang


terlindung dari cahaya matahari langsung dan udara masih bisa masuk ke tempat
itu.
Sensor suhu berfungsi untuk mengubah temperatur/suhu menjadi beda
potensial listrik. Sensor usaha banyak jenisnya, diantaranya Thermocouple,
Resstance, Temperature Detector (RTD), termistor, dan IC sensor. Salah satu
Implementasi jenis sensor suhu yaitu band-gap sensor menghasilkan perubahan
tegangan sesuai dengan perubahan suhu junction semiconductor. Hasil tegangan
dikuatkan dengan amplifier dan diubah menjadi sinyal digital dengan ADC 14 bit.
Junction semiconductor dapat dilihat pada gambar 2.3.

Gambar 2.3 Junction semiconductor

2.5. Sensor Kelembaban Relatif


BMG (2006) menyebutkan bahwa kelembaban udara adalah besarnya kadar
uap air yang dikandung oleh udara atau disebut juga tingkat kebasahan udara.
Kelembaban udara dinyatakan juga sebagai lembab Nisbi atau Relative Humidity
(RH). Sehingga lembab Nisbi adalah perbandingan antara massa uap air yang ada
dalam satu satuan volume dengan massa uap air yang diperlukan untuk
menjenuhkan satu satuan udara tersebut pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam
persen (%). Metode sederhana untuk menentukan kelembaban relatif adalah dengan
11

memakai termometer bola basah dan bola kering diletakkan berdampingan yang
dinamakan psikrometer [5].
Sensor kelembaban adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk membantu
dalam proses pengukuran atau pendifinisian yang sesuatu kelembaban uap air yang
terkandung dalam udara. Sensor kelembaban relatif, pada umumnya menggunakan
sensor bersifat kapasitif, Electrical Conductivity Sensor, Thermal Conductivity
Sensor, Optical Hygrometer, Dan Oscillating Hygrometer.
Salah satu sensor kapasitif adalah kapasitif polimer. Kapasitif polimer
memanfaatkan perubahan posisi bahan dielektrik diantara kedua keping kapasitor
untuk melakukan pengukuran RH. Hal ini disebabkan karena uap air diatmosfer
mengubah permitivitas elektrik udara.
2.6. Sensor Tekanan Udara
Sensor tekanan digunakan untuk mengubah tekanan menjadi induktansi.
Perubahan tekanan pada kantung menyebabkan perubahan posisi inti kumparan
sehingga mengakibatkan perubahan induksi magnet pada kumparan. Kumparan
yang digunakan adalah kumparan CT (center tap), dengan demikian apabila inti
mengalami pergeseran maka induktansi pada salah satu kumparan bertambah
sementara induktansi pada kumparan yang lain berkurang. Sensor tekanan adalah
sensor untuk mengukur tekanan suatu zat. Tekanan adalah satuan fisika untuk
menyatakan gaya per satuan luas. Prinsip kerja dari sensor tekanan adalah
mengubah tegangan mekanis menjadi sinyal listrik. Blok diagram sensor tekanan
dapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Blok diagram sensor tekanan


12

Gambar 2.5 Elemen penyusun piezoresistif

Kemudian pengubah sinyal berfungsi untuk mengubah induktansi magnetik


yang timbul pada kumpuran menjadi tegangan yang sebanding. Perubahan tekanan
pada kantung menyebabkan perubahan posisi inti kumparan sehingga
mengakibatkan perubahan induksi magnetik pada kumparan. Kumparan yang
digunakan adalah kumparan CT (center tap), dengan demikian apabila inti
mengalami pergeseran maka induktansi pada salah satu kumparan bertambah
sementara induktansi pada kumparan yang lain berkurang. Kemudian pengubah
sinyal berfungsi untuk mengubah induktansi magnetik yang timbul pada kumparan
menjadi tegangan yang sebanding.
Namun, ada pula sensor tekanan yang menggunakan piezoresistif.
Piezoresistif terdiri dari diafragma silikon monokristal dengan empat strain-gauge
piezoresistif yang dibentuk secara penggabungan dengan konfigurasi jembatan
Wheatstone. Piezoresistif adalah sensor yang akan berubah resistansinya apabila
terkena tegangan. Elemen penyusun piezoresistif dapat dilihat pada gambar 2.5.
2.7. Sensor intensitas Radiasi matahari
Sensor cahaya berfungsi untuk mengubah intensitas sinar/cahaya menjadi
konduktivitas/arus listrik. Sensor cahaya banyak jenisnya, diantaranya
photovoltaic, photoconduktive, LDR (Light Dependent Resistor), Photodiode, dan
phototransistor. Photodiode terbuat dari bahan semikonduktor. Photodiode
merupakan suatu jenis dioda yang nilai resistansinya berubah-ubah sesuai dengan
jatuhnya cahaya pada photodiode tersebut. Dalam keadaan gelap, nilai resistansinya
akan semakin besar dan praktis tidak ada arus yang mengalir. Sebaliknya, semakin
kuat cahaya yang jatuh pada dioda, semakin kecil nilai resistansinya sehingga arus
13

yang mengalir pun semakin besar. Skema kerja Photodiode dapat dilihat pada
gambar 2.6.
2.8. Sensor curah hujan
Curah hujan merupakan salah satu aspek terpenting dalam bidang
metrologi, klimatologi dan geofisika. Dengan data-data yang didapat dari
pengukuran curah hujan. Alat yang digunakan untuk mengukur curah hujan disebut
penakar hujan atau istilah lainnya rain gauge (penakar hujan). Pada umumnya
peralatan Automatic Weather Station (AWS) yang kini banyak dioperasikan di
stasiun Meteorologi, perangkat sensor penakar hujannya menggunakan tipping
bucket (gambar 2.7). Dimana pada saat bucketnya saling berjungkit, secara elektrik
terjadi kontak dan menghasilkan keluaran nilai curah hujan yang displaynya dapat
dilihat pada monitor. Penakar hujan tipe tipping bucket, nilai curah hujannya tiap
bucket berjungkit tidak sama, serta luas permukaan corongnya beragam tergantung
dari merek pembuatnya.

Gambar 2.6 Skema kerja Photodiode

Gambar 2.7 Penakar hujan tipe Tipping Bucket elektrik


14

Data hasil pengukuran masing-masing AWS dapat diproses secara lokal


pada lokasi AWS itu sendiri atau dikumpulkan pada unit pusat akuisisi,
kemudian data yang dikumpulkan secara otomatis diteruskan kepusat
pengolahan data untuk diolah sesuai kebutuhan.
AWS digunakan untuk meningkatkan jumlah dan keandalan pengamatan
cuaca melalui:
a. Peningkatan densitas ketersediaan data secara khusus pada lokasi yang
susah dijangkau.
b. Pelengkap pada stasiun cuaca untuk pengamatan realtime.
c. Meningkatkan reliabilitas pengukuran dengan teknologi canggih dan
modern.
d. Menjamin homogenitas dari jaringan dengan menstandarisasi teknik
pengukuran.
e. Memenuhi persyaratan dan kebutuhan pengamatan baru.
f. Mengurangi kesalahan pembacaan oleh pengamat.
g. Menekan biaya operasional.
h. Meningkatkan frekuensi atau kontinuitas pengamatan serta pelaporan.

Pemanfaatan AWS saat ini disesuaikan dengan penggunaannya seperti :


stasiun meteorologi sinoptik, stasiun meteorologi penerbangan, stasiun meteorologi
pertanian, stasiun meteorologi maritim dan area-area umum yang membutuhkan
informasi cuaca sehingga AWS menjadi stasiun cuaca multi fungsi.
2.9. Pengamatan Di Taman Alat
Taman alat yaitu tempat untuk meletakkan alat-alat lapangan pada bidang
meteorologi pada taman alat memiliki syarat-syarat tertentu, supaya taman tersebut
dapat dikategorikan layak, yaitu luas 20m X 20m, berada didaerah yang lapang,
yaitu tidak diantara gedung-gedung tinggi, karena hal ini dapat mengganggu kerja
alat meteorologi, selain itu taman alat harus menggunakan rumput sebagai
lantainya, karena hal ini dapat mempengaruhi kerja alat, seperti suhu yang tidak
stabil.
Taman alat sangatlah penting dalam badan meteorologi, klimatologi, dan
geofisika. Karena tempat ini adalah tempat meletakkan alat-alat. Kenapa alat kerja
meteorologi dikumpulkan menjadi satu dalam taman alat, yaitu karena alat tersebut
15

saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Beberapa alat yang ada di taman alat
BMKG Pekanbaru dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Alat Ditaman Meteorologi Pekanbaru :
Nama Alat Fungsi

Sangkar Meteorologi Untuk menyimpan alat yang tanpa


terkena sinar matahari secara langsung.

Termometer bola kering Mengukur suhu udara di daerah


tersebut.

Termometer bola basah Mengukur suhu yang dibutuhkan


menguapkan air di titik basah.

Termometer maksimum Mengetahui suhu maksimum selama


satu hari di suatu tempat tertentu.

Termometer minimum Mengukur suhu terendah dalam satu


hari pada suatu tempat tertentu.

Barometer Mengukur suatu tekanan pada suatu


tempat.

Anemometer Mengetahui arah dan kecepatan angin.

Alat penakar hujan (Ombrometer) Menakar jumlah curah hujan.

Campbell stokes Menghitung lamanya penyinaran


matahari selama satu hari.

Panci penguapan Mengukur jumlah penguapan yang


terjadi selama selang waktu tertentu.
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1. Gambaran Umum BMKG


Sejarah pengamatan meteorologi dan geofisika di Indonesia dimulai pada
tahun 1841 diawali dengan pengamatan yang dilakukan secara Perorangan oleh Dr.
Onnen, Kepala Rumah Sakit di Bogor. Tahun demi tahun kegiatannya berkembang
sesuai dengan semakin diperlukannya data hasil pengamatan cuaca dan geofisika.
Pada tahun 1866, kegiatan pengamatan perorangan tersebut oleh Pemerintah
Hindia Belanda diresmikan menjadi instansi pemerintah dengan nama Magnetisch
en Meteorologisch Observatorium atau Observatorium Magnetik dan Meteorologi
dipimpin oleh Dr. Bergsma. Pada tahun 1879 dibangun jaringan penakar hujan
sebanyak 74 stasiun pengamatan di Jawa. Pada tahun 1902 pengamatan medan
magnet bumi dipindahkan dari Jakarta ke Bogor.
Pengamatan gempa bumi dimulai pada tahun 1908 dengan pemasangan
komponen horisontal seismograf Wiechert di Jakarta, sedangakn pemasangan
komponen vertikal dilaksanakan pada tahun 1928. Pada tahun 1912 dilakukan
reorganisasi pengamatan meteorologi dengan menambah jaringan sekunder.
Sedangkan jasa meteorologi mulai digunakan untuk penerangan pada tahun 1930.
Pada masa pendudukan Jepang antara tahun 1942 sampai dengan 1945, nama
instansi meteorologi dan geofisika diganti menjadi Kisho Kauso Kusho. Setelah
proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, instansi tersebut dipecah
menjadi dua. Di Yogyakarta dibentuk Biro Meteorologi yang berada di lingkungan
Markas Tertinggi Tentara Rakyat Indonesia khusus untuk melayani kepentingan
Angkatan Udara.
Di Jakarta dibentuk Jawatan Meteorologi dan Geofisika, dibawah Kementerian
Pekerjaan Umum dan Tenaga Pada tanggal 21 Juli 1947 Jawatan Meteorologi dan
Geofisika diambil alih oleh Pemerintah Belanda dan namanya diganti menjadi
Meteorologisch en Geofisiche Dienst. Sementara itu, ada juga Jawatan Meteorologi
dan Geofisika yang dipertahankan oleh Pemerintah Republik Indonesia ,
kedudukan instansi tersebut di Jl. Gondangdia, Jakarta. Pada tahun 1949, setelah
penyerahan kedaulatan negara Republik Indonesia dari Belanda, Meteorologisch

16
17

en Geofisiche Dienst diubah menjadi jawatan Meteorologi dan Geofisika dibawah


Departemen Perhubungan Udara.
Pada tahun 1972, Direkorat Meteorologi dan Geofisika diganti menjadi
Pusat Meteorologi dan Geofisika, sesuai instansi setingkat eselon II dibawah
Departemen Perhubungan, pada tahun 1980 statusnya dinaikkan menjadisuatu
instansi setingkat eselon I dengan nama Badan Meteorologi dan Geofisika, dengan
kedudukan tetap dibawah Departemen Perhubungan.
Pada tahun 2002, dengan keputusan Presiden RI Nomor 61 Tahun 2008,
Badan Meteorologi dan Geofisika berganti nama menjadi Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dengan status tetap sebagai Lembaga
Pemerintah Non Departemen.
Pada tanggal 1 Oktober 2009 Undang – Undang Republik Indonesia Nomor
31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika disahkan oleh
Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono.
3.1.1. Alamat Stasiun Meteorologi BMKG Pekanbaru
Perkantoran Bandara Sultan Syarif Kasim II
Pekanbaru – Riau 28284, Indonesia
Telp : +62 761 674 714
Fax : +62 761 674 714
Web : www.stametpekanbaru.com
3.1.2. Logo BMKG

Gambar 3.2. Logo BMKG


18

Logo Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika berbentuk lingkaran


dengan warna dasar biru, putih dan hijau, di tengah-tengah warna putih terdapat
satu garis berwarna abu-abu. Dibawah logo yang berbentuk lingkaran terdapat
tulisan BMKG.

a. Makna Logo
Makna dari logo BMKG menggambarkan bahwa BMKG berupaya
semaksimal mungkin dapat menyediakan dan memberikan informasi meteorologi,
klimatologi, dan geofisika dengan mengaplikasikan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi terkini dan dapat berkembang secara dinamis sesuai
kemajuan zaman. Dalam menjalankan fungsinya, BMKG berupaya memberikan
yang terbaik dan penuh keikhlasan berdasarkan pancasila untuk bangsa dan tanah
air Indonesia yang subur yang terletak di garis khatulistiwa.
b. Arti Logo
1. Bentuk lingkaran melambangkan BMKG sebagai institusi yang dinamis.
2. 5 (lima) garis di bagian bawah merupakan angka tertinggi yang
melambangkan hasil maksimal yang diharapkan.
3. 9 (Sembilan) garis di bagian bawah merupakan angka tertinggi yang
melambangkan hasil maksimal yang diharapkan.
4. Gumpalan awan putih melambangkan meteorologi.
5. Bidang warna biru bergaris melambangkan klimatologi.
6. Bidang berwarna hijau bergaris patah melambangkan geofisika.
7. 1 (satu) garis melintang di tengah melambangkan garis khatulistiwa.
c. Arti Warna Logo
1. Warna biru diartikan keagungan/ ketaqwaan;
2. Warna putih diartikan keikhlasan/ suci;
3. Warna hijau diartikan kesuburan;
4. Warna abu-abu diartikan bebas/ tidak ada batas administrasi
19

3.2. Struktur Organisasi di Stasiun Meteorologi Pekanbaru


Struktur organisasi dapat dilihat pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Stasiun Meteorologi Pekanbaru

3.3. Proses Kerja di Stasiun Meteorologi Pekanbaru


Sesuai dengan struktur organisasi di stasiun meteorologi terdapat beberapa
tugas utama yaitu:
3.3.1. Pengamatan (Observasi)
Bidang Observasi memiliki tugas pokok dan fungsi :
1. Melaksanakan pengamatan meteorologi permukaan setiap jam selama 24
(dua puluh empat) jam setiap hari berdasarkan standar waktu
internasional.
2. Melaksanakan pengamatan meteorologi udara atas dengan
menggunakan pilot balon, pada jam 06 dan 18 UTC, kecuali di stasiun
meteorologi maritim.
3. Melaksanakan penyandian data meteorologi udara atas pada jam-jam 00,
06, 12, 18, UTC.
4. Melaksanakan pengamatan cuaca khusus sesuai kebutuhan jaringan,
antara lain radar cuaca / hujan, dan penerima citra satelit cuaca.
5. Melaksanakan pengamatan meteorologi permukaan menggunakan
peralatan di taman alat dan landas pacu untuk pelayanan penerbangan
(METAR, SPECI, MET REPORT dan SPECIAL) sesuai dengan
ketentuan yang berlaku bagi statasiun meteorology yang memberikan
layanan penerbangan.
20

6. Melaksanakan pengamatan meteorologi permukaan laut untuk


pelayanan maritim di pelabuhan/pantai/perairan di stasiun meteorologi
maritim.
7. Melaksanakan pengamatan meteorologi paling sedikit terhadap unsur
unsur: radiasi matahari, suhu udara, tekanan udara, angin, kelembaban
udara, awan, jarak pandang, curah hujan, penguapan di stasiun
meteorologi.
8. Melaksanakan pengamatan meteorologi paling sedikit terhadap unsur
unsur: radiasi matahari, suhu udara, tekanan udara, angin, kelembaban
udara, awan, jarak pandang, curah hujan, penguapan, gelombang laut,
suhu permukaan air laut dan pasang surut air laut di stasiun meteorologi
maritim.
9. Melaksanakan pengamatan dan penyandian data meteorologi maritim
setiap jam pengamatan bagi stasiun meteorologi maritim.
10. Melaksanakan kegiatan fam voyage (ikut berlayar) bagi stasiun
meteorologi maritim.
11. Melaksanakan kegiatan fam flight bagi stasiun meteorologi yang
memberikan layanan penerbangan.
12. Melaksanakan pengamatan khusus untuk keperluan iklim maritim di
stasiun meteorologi maritim.
3.3.2. Data dan Informasi
Bidang data dan informasi memiliki tugas pokok dan fungsi :
a. Pengumpulan Data
1. Melaksanakan pengiriman berita data sandi meteorologi permukaan pada
jam-jam 00, 03, 06, 09, 12, 15, 18, 21, UTC secara tepat waktu.
2. Melaksanakan pengiriman berita data sandi meteorologi udara atas pada
jam-jam 00, 06, 12, 18, UTC secara tepat waktu kecuali stasiun meteorologi
maritim.
3. Melaksanakan monitoring dan kualiti kontrol pengiriman berita data
meteorologi permukaan dan udara atas sebagaimana dimaksud pada huruf
a dan huruf b.
21

4. Melaksanakan pengumpulan data meteorologi permukaan dan udara atas


untuk keperluan pemetaan dan analisis cuaca kecuali di stasiun meteorologi
maritim.
5. Melaksanakan pengumpulan produk informasi dan prakiraan cuaca, produk
Numerical Weather Prediction (NWP), dan/atau peringatan dini dari Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Pusat.
6. Melaksanakan pertukaran data dan informasi cuaca penerbangan sesuai
ketentuan dan kebutuhan operasi penerbangan yang menjadi tanggung
jawabnya bagi stasiun meteorologi yang memberikan layanan penerbangan.
7. Melaksanakan penyebaran data dan informasi cuaca kelautan di wilayah
pelayanan yang menjadi tanggung jawabnya, bagi stasiun meteorologi
maritim.
8. Melaksanakan pengiriman berita data sandi meteorologi maritim pada jam-
jam 00, 03,06, 09, 12, 15,18, 21 UTC secara tepat waktu bagi stasiun
maritim.
9. Melaksanakan pengumpulan sandi SHIP dari kapal-kapal yang sedang
berlayar sesuai dengan program Voluntary Observing SHIP (VOS), bagi
stasiun meteorologi maritim.
10. Melaporkan kejadian cuaca ekstrim di wilayah pelayanan yang menjadi
tanggung jawabnya ke Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
Pusat.
11. Melaporkan kejadian gunung meletus dalam bentuk Volcanic Activity
Report di wilayah yang menjadi tanggung jawabnya kepada Stasiun
Meteorologi Kelas I Soekarno Hatta - Cengkareng dan Stasiun Meteorologi
Kelas I Hasanuddin - Makassar untuk diteruskan ke Vulcanic Ash Advisory
Center (VAAC).
12. Melaporkan keadaan cuaca pada saat terjadinya kecelakaan pesawat ke
Kepala Pusat Meteorologi Penerbangan dan Maritim Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika.
13. Melaksanakan pengiriman data hasil pengamatan lainnya menggunakan
Sistem Pengelolaan Database Meteorologi, Klimatologi, Kualitas Udara
dan Geofisika (MKKuG) yang telah ditentukan.
22

b. Pengolahan Data
1. Melaksanakan pengolahan dan pengarsipan data hasil pengamatan dalam
format yang sudah ditetapkan.
2. Melaksanakan kendali mutu data hasil pengamatan.
3. Melaksanakan pengolahan basis data dan kualiti kontrol seluruh hasil
pengamatan yang dikoordinasikan stasiun meteorologi di wilayahnya;
4. Melaksanakan pengelolaan data dan kualiti kontrol hasil pengamatan cuaca
di bandar udara dengan menggunakan metode statistik untuk membuat
Aerodrome Climatology Summary (ACS) bagi stasiun meteorologi yang
memberikan layanan penerbangan.
c. Analisis dan Prakiraan
1. Melaksanakan pemetaan dan melakukan analisis cuaca sinoptik permukaan
dan udara atas secara reguler 4 (empat) kali per hari pada jam 00, 06, 12,
dan 18 UTC atau Paling sedikit 2 (dua) kali per hari pada jam 00 dan 12
UTC bagi stasiun meteorologi yang memberikan layanan penerbangan.
2. Melaksanakan interpretasi produk Numerical Weather Prediction (NWP),
citra satelit, cuaca dan citra radar cuaca wilayah pelayanan yang menjadi
tanggung jawabnya.
3. Membuat prakiraan cuaca harian untuk kepentingan publik secara reguler 4
(empat) kali per hari dilakukan updating pada jam 00, 06, 12, dan 18 UTC
wilayah pelayanan yang menjadi tanggung jawabnya (kecuali stasiun yang
lokasinya terdapat disekitar di Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika Pusat dan/atau Balai Besar Meteorologi dan Geofisika Wilayah
yang melaksanakan).
4. Membuat prakiraan cuaca untuk pelayanan penerbangan sesuai ketentuan
dan kebutuhan operasi penerbangan dalam wilayah yang menjadi tanggung
jawabnya bagi stasiun meteorologi yang memberikan layanan penerbangan.
5. Membuat prakiraan cuaca perairan pantai, perairan laut terbuka dan
alur/rute pelayaran dalam wilayah pelayanan yang menjadi tanggung
jawabnya bagi stasiun meteorologi maritim.
23

6. Membuat analisis sementara atas kejadian cuaca ekstrim yang terjadi


diwilayah tanggung jawabnya serta membuat prediksi cuaca ekstrim yang
akan terjadi.
7. Membuat produk info iklim maritim dengan pemanfaatan data satelit (peta
klimatologi sifat dan tren unsur meteorologi laut) bagi stasiun meteorologi
maritim.
8. Penyimpanan Data, meliputi: menyimpan data hasil pegamatan, data model
dan data cuaca khusus dalam bentuk hardcopy dan softcopy.
9. Pengaksesan Data, meliputi: mengakses data hasil pengamatan, cuaca
khusus, hasil pengolahan baik nasional maupun internasional untuk
keperluan analisis dan prakiraan di wilayah tanggung jawabnya.
3.3.3. Pelayanan Jasa (Bidang data dan Informasi)
Bidang data dan informasi memiliki tugas pokok dan fungsi :
1. Melaksanakan updating publikasi data dan penyajian produk data dan
informasi prakiraan cuaca secara teratur di wilayah pelayanan yang menjadi
tanggung jawabnya dalam tampilan grafis/peta, tabulasi, dan/atau rekaman
suara audio visual sesuai kebutuhan.
2. Melaksanakan diseminasi produk informasi cuaca untuk kepentingan
publik di wilayah pelayanan yang menjadi tanggung jawabnya.
3. Membuat, menyebarkan, dan menyiarkan informasi peringatan dini cuaca
ekstrim untuk publik melalui media massa dan instansi yang terkait dengan
penanggulangan bencana, di wilayah pelayanan yang menjadi tanggung
jawabnya.
4. Membuat evaluasi dan kajian setiap kali ada kejadian cuaca/cuaca ekstrim
dan dampaknya terhadap keselamatan dan kerugian materi yang terjadi di
wilayah pelayanan yang menjadi tanggung jawabnya dan
mendokumentasikan hasilnya, serta melaporkannya ke Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika Pusat.
5. Melaksanakan penyediaan dan penyaluran informasi cuaca untuk
pendaratan dan lepas landas, peringatan cuaca signifikan bandar udara,
peringatan cuaca signifikan area FIR dan informasi cuaca jalur/rute
penerbangan sesuai ketentuan dan kebutuhan operasi penerbangan yang
24

menjadi tanggung jawabnya bagi stasiun meteorologi yang memberikan


layanan penerbangan.
6. Memberikan dan melaksanakan briefing cuaca penerbangan untuk
user/pengguna yang meliputi, antara lain: pilot, airline crew sesuai dengan
kebutuhan/permintaan bagi stasiun meteorologi yang memberikan layanan
penerbangan.
7. Melaksanakan penyediaan dan penyaluran informasi cuaca ke pelabuhan,
informasi cuaca kelautan untuk pelayaran rakyat, dan buletin cuaca untuk
jalur/rute pelayaran dalam wilayah pelayanan yang menjadi tanggung
jawabnya, bagi stasiun meteorologi maritim.
8. Memberikan pelayanan jasa untuk keperluan khusus atas permintaan
pengguna jasa dan/atau berdasarkan
kerjasama dengan instansi terkait di wilayah pelayanan yang menjadi
tanggung jawabnya.
9. Menyediakan dokumen penerbangan bagi stasiun meteorologi yang
memberikan layanan penerbangan.
10. Memberikan dan melaksanakan bimbingan kepada awak kapal (Port
Meteorological Officer) bagi stasiun meteorologi maritim.
3.3.4. Pemeliharaan (Bidang Observasi)
Pemeliharan dilakukan oleh bidang observasi dengan tugas pokok dan
fungsi:
1. Membuat penjadwalan kegiatan pemeliharaan berkala.
2. Melaksanakan pemeliharaan berkala peralatan di stasiunnya dan stasiun
meteorologi lain yang menjadi tanggung jawabnya.
3. Melaksanakan perbaikan peralatan di stasiunnya dan stasiun meteorologi
lain yang menjadi tanggung jawabnya.
4. Melaksanakan perbaikan peralatan di stasiun meteorologi lain yang menjadi
tanggung jawabnya apabila stasiun berfungsi sebagai koordinator stasiun
meteorologi, klimatologi, dan geofisika.
5. Melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan fasilitas penunjang di
stasiunnya dan stasiun meteorologi lain yang menjadi tanggung jawabnya.
25

6. Mengusulkan kebutuhan suku cadang dan peralatan cadangan di stasiunnya


dan stasiun meteorologi lain yang menjadi tanggung jawabnya secara
berjenjang.
7. Melaksanakan pengelolaan suku cadang dan peralatan cadangan sederhana
mekanik (konvensional) bagi stasiun meteorologi kelas I yang berfungsi
sebagai koordinator stasiun meteorologi, klimatologi, dan geofisika.
8. Melaksanakan monitoring peralatan dan melaporkan hasil Monitoring
peralatan di stasiunnya dan stasiun meteorologi lain yang menjadi tanggung
jawabnya secara berjenjang.
9. Melaporkan kerusakan dan hasil perbaikan peralatan di stasiunnya dan
stasiun meteorologi lain yang menjadi tanggung jawabnya secara
berjenjang.
10. Melaporkan penghentian pengoperasian peralatan di stasiunnya dan stasiun
meteorologi lain yang menjadi tanggung jawabnya secara berjenjang.
11. Mencatat dan mengarsipkan riwayat peralatan di stasiunnya dan stasiun
meteorologi lain yang menjadi tanggung jawabnya.
12. Mencatat dan melaporkan perubahan aset peralatan di stasiunnya dan
stasiun meteorologi lain yang menjadi tanggung jawabnya secara
berjenjang.
13. Mengusulkan kalibrasi peralatan di stasiun dan stasiun meteorologi lain
yang menjadi tanggung jawabnya secara berjenjang.
14. Menjaga kebersihan, keamanan dan persyaratan lingkungan peralatan di
stasiunnya dan stasiun meteorologi lain yang menjadi tanggung jawabnya.
BAB IV
KEGIATAN KERJA PRAKTEK
4.1. Pengenalan Bagian-bagian Bidang di BMKG Pekanbaru
Sesuai dengan struktur organisasi di Stasiun Meteorologi Terdapat beberapa
bagian bidang yaitu:
1. Bidang Analisa
Bidang analisa bertugas untuk menyediakan data, innformasi dan jasa
meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika. Data-data cuaca
yang dihasilkan oleh bidang analisa ini akan dikirim kebeberapa instansi
seperti :
 Bandara Sultan Syarif Kasim II
Untuk menginformasikan kepada pilot maupun penumpang tentang
cuaca disekitar bandara, agar aman dalam penerbangan.
 Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Untuk membantu BPBD menentukan titik bencana biasanya
kebakaran (titik api) dan banjir.
 Kantor Gubernur
Untuk menginformasikan data cuaca di kawasan Riau kepada
gubernur beserta staf.
2. Bidang Observasi
Pada bidang observasi ini memiliki tugas pengamatan dan pengumpulan
data secara teratur, lengkap dan akurat guna dipakai untuk mengenali dan
memahami karakteristik unsur-unsur meteorologi, klimatologi, kualitas
udara, dan geofisika guna membuat prakiraan dan informasi yang akurasi.
Data dari bidang observasi akan dikirim kepada bidang analisa untuk diolah
dan ditampilkan.
3. Bidang Teknisi & Instrumentasi
Pada bidang teknisi dan instrumentasi ini memiliki tugas untuk perbaikan
dan pemeliharaan peralatan serta melaporkan kerusakan dan hasil perbaikan
peralatan di stasiun meteorologi. Bidang inilah yang bertanggung jawab
melakukan pengecekan alat secara rutin ataupun berkala.

26
27

4. Bidang Tata Usaha


Melaksanakan tugas administrasi meliputi ketatausahaan, kepegawaian,
keuangan, rumah tangga, penyusunan program kerja dan laporan stasiun.
4.2. Pengamatan Parameter Meteorologi dan Klimatologi
Pengamatan meteorologi dan klimatologi yang umumnya diamati oleh
BMKG diantaranya adalah :
1. Parameter cuaca / iklim di atmosfer hingga variasi ketinggian tertentu, seperti
tekanan udara, suhu udara, kelembaban udara, curah hujan, intensitas radiasi
matahari, polusi udara, arah dan kecepatan angin.
2. Parameter cuaca / iklim di permukaan air / danau / laut hingga variasi
kedalaman tertentu, seperti suhu air / danau / laut, tinggi gelombang laut.
Parameter iklim di permukaan tanah hingga variasi kedalaman tertentu seperti
suhu tanah, kebasahan tanah, suhu di permukaan rumput / tanaman, penguapan dan
evapotranspirasi.
4.3. Trouble Shooting Automatic Weather Station (AWS) Digitalisasi
Automatic Weather System (AWS) didefinisikan sebagai stasiun meteorologi
yang melakukan pengamatan dan mengirim secara otomatis. Automatic Weather
System (AWS) yang digunakan di stasiun Meteorologi Sultan Syarif Kasim II
merupakan Real-time AWS. AWS real-time suatu stasiun cuaca yang menyajikan
data secara real-time kepada pengguna, pada umumnya AWS ini dilegkapi dengan
sistem komunikasi serta alarm untuk memberikan peringatan kepada pengguna jasa
bila terjadi kondisi cuaca ekstrim seperti badai, hujan lebat, suhu tinggi dan lain
sebagainya. AWS real-time dapat dilihat pada gambar 4.1.

Gambar 4.1 AWS real-time di Stasiun Meteorologi Pekanbaru


28

(a) (b)
Gambar 4.2 Pembersihan Sensor dari sarang lebah
Teknisi dinas pagi mendapat laporan bahwa server digitalisasi dalam
kondisi off (tidak membaca data), ditandai dengan indikator sensor pada layar
display berwarna merah. Pertama yang dilakukan adalah pengecekan tengangan
arus listrik pada kabel-kabel dari sensor menuju server dengan menggunakan
multimeter. Teknisi mengecek kondisi fisik sensor yang terdapat pada aws
digitalisasi dan didapati bahwa beberapa sensor dalam keadaan kotor sehingga
diperlukan pembersihan dapat dilihat pada gambar 4.2.
Teknisi melakukan pengecekan fisik kabel mulai dari sensor hingga ke
server untuk memastikan tidak adanya kabel yang dimakan tikus. Setelah itu
ditentukan lokasi untuk pemasangan enclosure yang baru dikarenakan posisi
enclosure yang lama terlalu tinggi sehingga menyulitkan teknisi untuk melakukan
pengecekan dan perbaikan.Teknisi melakukan proses pembangunan tiang dan
enclosure logger yang baru di lokasi yang telah ditentukan sebelumnya. Proses
pemasangan enclosure yang baru dapat dilihat pada gambar 4.3.
29

Gambar 4.3 Pemasangan enclosure yang baru


Teknisi Melakukan pemotongan dan penyambungan ulang kabel-kabel ke
enclosure yang baru. Teknisi melakukan pengukuran grounding digitalisasi yang
sudah terkoneksi dengan SPPT dengan hasil pengukuran 0.61 ohm. Teknisi
melakukan pemasangan enclosure digitalisasi yang baru. Teknisi melakukan
Instalasi ulang perkabelan digitalisasi ke enclosure yang baru. Teknisi melakukan
pengecekan data digitalisasi pada server. Enclosure digitalisasi yang baru dapat
dilihat pada gambar 4.4.

Gambar 4.4 Enclosure digitalisasi yang baru


BAB V
KESIMPULAN

5.2. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan kerja praktek selama satu bulan di Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota pekanbaru, penulis
mengambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Automatic Weather System (AWS) adalah alat yang digunakan untuk
stasiun meteorologi yang melakukan pengamatan dan mengirim secara
otomatis.
2. Mengetahui prinsip kerja dari Automatic Weather System (AWS), sensor,
Enclosure, server, display.
3. Dengan mempelajari standart operasional kerja dapat melatih kedisiplinan,
sikap mandiri, dan profesional.
5.2. Saran
1. Sebaiknya sensor-sensor yang terdapat pada Automatic Weather System
(AWS) menggunakan sensor nirkabel (WiFi).
2. Agar melakukan perawatan alat Automatic Weather System (AWS) secara
rutin agar alat tidak mudah rusak.

30
DAFTAR PUSTAKA

[1] BMG. 2006. Tata Cara Tetap Pengamatan Dan Pelaporan Data Iklim Dan
Agroklimak. Indonesia, Peraturan Kepala Badan Meteorologi Dan
Geofisika, Nomor : SK 32/TL.202/KB/BMG-2006.
[2] Bayang, Tjasyono. 2007. Sains Atmosfer Dan Iklim. Disampaikan Pada
Short Course Ilmu Kebumian Untuk Masyarakat Lapan-BMG.
[3] Ridho Pratama, dkk. 2013. Pembuatan Sistem Pengukuran Durasi
Penyinaran Matahari Berbasis Mikrokontroler ATMEGA 8535
Menggunakan Sensor LDR. Jurnal Pillar Of Physics 299-106
[4] WMO. 2008. Guide To Meteorological Instruments And Method And
Methods Of Observatio. Genewa. WMO-No. 8 Seventh Edition.
[5] BMKG. 2012. Mengenal Lebih Dekat Dengan Informasi Cuaca,
Mengenal Lebih Dekat Dengan Informasi Cuaca BMKG. Diakses Tanggal
6 April 2015.

31

Anda mungkin juga menyukai