KELOMPOK 10
LEMBAR PENGESAHAN
TANDA SELESAI LAPORAN
Kelompok 10
Muhammad Noralamsyah 1910811110014
Muhammad Wahyu Aldifani 1910811210025
Muhammad Rizky Nurrahmani 1910811310030
Fitria Nur Cahyani Endah Lestari 1910811320035
Paramitha Azzahra 1910811320042
Mengetahui:
Kepala Dosen Pembimbing
Laboratorium Hidraulika Praktikum Mekanika Fluida
Fakultas Teknik Fakultas Teknik
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya,
kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Mekanika Fluida ini dengan baik.
Laporan ini kami susun berdasarkan hasil praktikum yang dilaksanakan di
Laboratorim Hidraulika Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat
Banjarbaru.
Atas terselenggaranya praktikum dan selesainya laporan praktikum ini,
kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Novitasari, ST.,MT. selaku Kepala Laboratorium Hidraulika Fakultas
Teknik Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.
2. Dr. Ir. Achmad Rusdiansyah, MT selaku Dosen Pembimbing
Praktikum.
3. Instruktur Laboratorium Hidraulika Fakultas Teknik Universitas
Lambung Mangkurat Banjarbaru.
4. Semua pihak yang telah membantu selesainya laporan ini.
Kami telah berusaha menyusun laporan ini dengan semaksimal mungkin,
namun kami pun menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna. Kami
berharap adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan
penyusunan laporan praktikum di masa yang akan datang.
Akhir kata, semoga Laporan Praktikum Mekanika Fluida ini dapat
bermanfaat untuk kita semua. Aamiin.
Banjarbaru, 2020
Kelompok X
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10
LEMBAR ASISTENSI
KARTU ASISTENSI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN PRAKTIKUM MEKANIKA
KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FLUIDA
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL KELOMPOK X
BANJARBARU
KEGIATAN ASISTENSI
No. Tanggal Uraian Paraf
Perbaiki maksud dan tujuan, perbaiki grafik,
1. 16/12/20 sertakan salah satu gambar aliran curat,
jelaskan kesimpulan dengan angka
Nilai cc harus dibahawah 1
2. 21/12/20
Rapikan gambar
Perc.lubang kecil : Gbr 2.3 diperjelas mana
abses x, abses y, titik 0,0 dimana
3. 23/12/20 Stabilitas benda apung : hal 41 diperjelas
kondisi stabilitas benda apung, cocokan
dengan gbr 3.2
4.
Banjarbaru, 2020
Dosen Pembimbing,
DAFTAR ISI
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
LEMBAR ASISTENSI...........................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................1
1.1 Pendahuluan.............................................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan....................................................................................2
1.3 Alat yang Digunakan...............................................................................2
1.4 Prosedur Percobaan................................................................................2
1.5 Dasar Teori...............................................................................................3
1.6 Data Hasil Percobaan..............................................................................6
1.7 Contoh Perhitungan................................................................................7
1.8 Grafik Hubungan Bilangan Reynolds..................................................10
1.9 Kesimpulan.............................................................................................11
1.10 Lampiran................................................................................................12
2.1 Pendahuluan...........................................................................................14
2.2 Tujuan Percobaan..................................................................................15
2.3 Alat dan Bahan.......................................................................................15
2.4 Prosedur Percobaan..............................................................................15
2.5 Dasar Teori.............................................................................................16
2.6 Data Hasil Percobaan............................................................................19
2.7 Tabel, Grafik, dan Data Hasil Perhitungan........................................23
2.8 Kesimpulan.............................................................................................36
2.9 Lampiran................................................................................................37
3.1 Pendahuluan...........................................................................................38
3.2 Tujuan Percobaan..................................................................................38
3.3 Alat dan Bahan.......................................................................................38
3.4 Prosedur Percobaan..............................................................................39
3.5 Dasar Teori.............................................................................................39
3.6 Data Hasil Percobaan............................................................................44
3.7 Analisa Tabel dan Grafik......................................................................55
3.8 Kesimpulan.............................................................................................55
3.9 Lampiran................................................................................................56
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10
BAB I
PERCOBAAN OSBORNE REYNOLDS
1.1 Pendahuluan
Perilaku fluida merupakan hal yang penting dalam teknik proses pada
umumnya, dan merupakan salah satu dasar yang diperlukan untuk
mempelajari satuan operasi. Fluida adalah zat yang tidak dapat menahan
perubahan bentuk (distorsi) secara permanen. Bilangan Reynolds mengambil
nama dari peneliti Prof. Osborne Reynolds (Inggris, 1812-1912), adalah suatu
bilangan yang dipakai untuk menentuan jenis aliran laminer, transisi dan
turbulen. Pada percobaan ini aliran yang diamati terdiri atas dua komponen
yaitu air dan tinta. Sifat-sifat aliran diatas akan diamati secara visual untuk
kemudian diamati besaran-besaran yang berhubungan dengan itu. Pesawat
Osborne Reynolds digunakan untuk mengamati aliran fluida pada pengairan
dalam pipa/aliran tekan, sifat aliran fluida dalam pipa dapat dibedakan
menjadi:
1. Aliran Laminer, yaitu kondisi aliran dengan garis-garis aliran
mengikuti jalur yang sejajar sehingga tidak terjadi pencampuran
antar bidang-bidang geser fluida.
2. Aliran Turbulen, yaitu kondisi aliran dengan garis-garis aliran
yang saling bersilangan sehingga terjadi pencampuran antar
bidang-bidang geser fluida.
3. Aliran Transisi, yaitu kondiri aliran peralihan dari aliran laminer
menjadi aliran turbulen atau dari aliran turbulen menjadi aliran
laminer.
Dalam bidang teknik sipil aliran fluida sangat berpengaruh besar pada
perencanaan pembangunan bendugan, dimana pada saat awal perencaan kita
harus mengetahui terlebih dahulu jenis aliran yang ada pada suatu lokasi yang
mana akan dibangun sebuah bendungan karena fungsi utama bendungan
adalah membendung aliran sungai dan menaikkan level muka air dibagian
hulu.
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10
6. Tentukan besarnya debit yang lewat dengan menampung aliran yang lewat
pipa pembuang selama selang waktu tertentu kedalam gelas ukur.
7. Ulangi percobaan di atas untuk debit air Q yang berubah-ubah dari kecil
kebesar hingga tercapai aliran transisi dan aliran turbulen.
8. Kerjakan kebalikan dari proses tersebut di atas untuk debit yang berubah-
ubah dari besar hingga terkecil hingga tercapai aliran transisi dan aliran
laminer.
9. Gambarlah grafik hubungan antara kecepatan aliran (V) dan bilangan
Reynolds (Re).
c. Faktor Gesekan
Akibat adanya gesekan antara fluida dan dinding fluida akibat aliran
fluida maka akan terjadi kehilangan energi, yang disebut sebagai
kehilangan tinggi tekan yang besarnya dinyatakan dalam persamaan
Darcy-Weisbach:
l v2
hf =f
D2 g
μ
v=
ρ
Dimana:
hf = Kehilangan tinggi v = Kecepatan aliran (m/s)
tekan (m) g = Gaya gravitasi (m/s2)
f = Faktor gesekan v = viskositas kinematik (m2/s)
l = Panjang pipa (m) ρ = kerapatan zat (kg.m.s/m3)
D = Diameter pipa (m)
Harga faktor gesekan (f) berbeda-beda untuk setiap jenis aliran yaitu :
a.Untuk aliran laminer menurut Hagen-poiseulle dan Darcy-weisbach :
f = 64Re
b. Untuk aliran turbulen menurut Blassius :
f = 0,316 Re-0,25
Kehilangan energi akibat friksi pada aliran laminer adalah linier
terhadap kecepatan, sedangkan pada aliran turbulen kehilangan energi
sebanding dengan eksponensial kecepatan.
d. Viskositas
Diantara semua sifat-sifat fluida, viskositas memerlukan
perhatian yang terbesar dalam telaahan tentang aliran fluida. Sifat serta
ciri-ciri viskositas dibahas dalam pasal ini, juga dimensi dan faktor
konversi bagi viskositas mutlak, maupun viskositas kinematik.
Viskositas adalah sifat fluida yang mendasari diberikannya tahanan
terhadap tegangan geser oleh fluida tersebut.
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10
b) Laminer
Menghitung Debit (Q)
Diket : Volume (V rata−rata ) = 83 ml = 83 x 10 -6 m3
Waktu (t rata−rata) = 10,19 s
Penyelesaian :
V rata−rata 0,83 ×10−4 m3
Q= = =8,14524 ×10−6 m3 /s
t rata−rata 10,19 s
Menghitung kecepatan (v)
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10
Untuk hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel 1.3 berikut
ini:
Tabel 1.3 Hasil Perhitungan Osbourne Reynolds
Jenis
No Vtotal Ttotal (Q) (V) ( υ ) Re
Aliran
1 0,000083 10,19 8,14524 x 10-6 0,031672 8,34x10-7 687,37 Laminer
2 0,000300 10,205 2,93973 x10-5 0,114309 8,34x10-7 2.480,81 Transisi
3 0,000620 10,305 6,01649 x10-5 0,233947 8,34x10-7 5.077,26 Turbulen
4 0,000738 10,36 7,12837x10-5 0,277181 8,34x10-7 6.015,57 Turbulen
5 0,000317 10,35 3,06280 x10-5 0,119095 8,34x10-7 2.584,67 Transisi
6 0,000094 10,395 9,09091 x10-6 0,035349 8,34x10-7 767,17 Laminer
7 0,000098 10,345 9,52150 x10-6 0,037024 8,34x10-7 803,51 Laminer
8 0,000301 10,225 2,94376 x10-5 0,114466 8,34x10-7 2.484,21 Transisi
9 0,000597 10,375 5,75903 x10-5 0,223936 8,34x10-7 4.859,99 Turbulen
0.25
laminar
0.2 Re <2000
Turbulen
Kecepatan (v)
0.15 Re >4000
0.1
Transisi
0.05 2000<Re<4000
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000
Bilangan Reynolds (Re)
Grafik 1.1 Hubungan Bilangan Reynold (Re) dengan kecepatan aliran (v)
0
laminar Turbulen
0 Re <2000 Re >4000
0
0
Transisi
0 2000<Re<4000
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000
1.9 Kesimpulan
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10
1.10 Lampiran
BAB II
PENGALIRAN MELALUI LUBANG KECIL (CURAT)
2.1 Pendahuluan
Salah satu bidang pekerjaan sipil adalah keairan, baik itu mengenai
bangunan-bangunan airnya seperti Dam dan saluran irigasi atau pun berkenaan
dengan sumber daya airnya sendiri. Oleh sebab itu adalah sangat diperlukan
sekali pengetahuan-pengertahuan dan ilmu-ilmu yang besangkutan dengan air,
salah satunya disebut sebagai Hidrolika atau ilmu tentang sifat air. Salah satu
bagian dari hidrolika adalah Hidrostatika dan Hidrodinamika. Dalam
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10
hidrodinamika dikenal jenis aliran terbuka baik yang berupa pengaliran bebas
atau berupa pengaliran tak bebas yang masing-masing terbagi dalam bagian-
bagian yang lebih khusus.
Pengaliran melalui lubang kecil (orifis) merupakan jenis pengaliran
yang cukup menarik untuk diamati, oleh karena itu maka dilakukanlah suatu
percobaan di laboratorium guna mempelajari sifat-sifatnya, yaitu dengan jalan
mengamati pelimpahan/pencucuran dari tangki/reservoir yang memiliki
lubang pada dindingnya, yang mana lubang tersebut berbentuk lingkaran
mengakibatkan orificenya juga berbentuk lingkaran.
Penerapan atau aplikasi nyata di lapangan dari praktikum ini salah
satunya adalah pada saat kita membuat saluran pipa mendatar di sebuah
bangunan dimana pipa mendatar tersebut memiliki diameter yang menyempit,
dalam hal ini kelajuan fluida yang besar adalah pada pipa yang menyempit,
tetapi tekanannya justru paling rendah. Pada pipa mendatar (horizontal),
tekanan fluida paling besar adalah pada bagian yang kelajuan alirannya paling
kecil, dan tekanan yang paling kecil adalah pada bagian yang kelajuan
alirannya paling besar.
Selain itu, aplikasi nyata praktikum ini juga terjadi ketika aliran air
keluar dari kran. Bisa kita Amati bahwa aliran air agak menyempit ketika
mulai jatuh. Mengapa?Aliran udara dihambat oleh aliran air, sehingga
kelajuan udara di bagian tepi aliran air lebih kecil daripada kelajuan udara di
bagian tengah aliran air. Tekanan udara di tepi aliran air lebih besar daripada
tekanan udara di tengah aliran air, sehingga ada gaya yang mendorong udara
di sekitar aliran air saat mulai jatuh.
2. Stop Watch
3. Jangka sorong
4. Hydraulic Bench (Meja hidraulik jika digunakan)
5. Milimeter blok A3
6. Gelas ukur
yang jatuh bebas dari ketinggian h. Kecepatan air keluar yang ideal (teoritis)
menurut dalil di atas adalah :
vo 2 gh
Dimana h = jarak dari permukaan air sampai tengah lubang. Hukum
Torricelli hanya berlaku untuk benda cair yang sempurna/ideal, sebaliknya air
yang dipelajari adalah tidak sempurna dan memiliki kekentalan (vicosity),
sehingga kecepatan air keluar yang sebenarnya (riil) adalah :
v n.vo
v Cv 2 gh
v x 2y
Cv v g 2
2 gh t ; t
;
x
Cv t
2 g 2 y 2
t
x
Cv
2 hy
Partikel zat cair yang mengalir melalui lubang berasal dari segala
arah. Karena zat cair mempunyai kekentalan maka beberapa partikel yang
mempunyai lintasan membelok akan mengalami kehilangan tenaga. Setelah
melewati lubang pancaran air mengalami kontraksi, yang ditunjukkan oleh
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10
=
Cv Cc A 2 gh ; Cv Cc Cd
=
Cd A 2 gh
Q
Cd
A 2 gh ; A = luas penampang lubang
aliran dari lubang kecil ini juga dipengaruhi oleh bilangan Reynolds,
yaitu
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10
Dv
Re
; Re = Reynolds number
D = diameter
v = kecepatan aliran
υ = vikositas kinetik air, diambil pada suhu 30oC
H X Y
(m) (m) (m) (m) (m^0.5) (m^0.5)
0,29 0 0 0 0 0
0,29 0,05 0,001 8,62×10-3 9,28×10-2 3,16×10-2
0,29 0,1 0,01 3,45×10-2 1,86×10-1 1,00×10-1
0,29 0,15 0,022 7,76×10-2 2,79×10-1 1,48×10-1
0,29 0,2 0,036 1,38×10-1 3,71×10-1 1,90×10-1
0,29 0,25 0,057 2,16×10-1 4,64×10-1 2,39×10-1
0,29 0,3 0,082 3,10×10-1 5,57×10-1 2,86×10-1
0,29 0,35 0,112 4,22×10-1 6,50×10-1 3,35×10-1
0,29 0,4 0,144 5,52×10-1 7,43×10-1 3,79×10-1
0,29 0 0 0 0 0
0,29 0,05 0,003 8,62×10-3 9,28×10-2 5,48×10-2
0,29 0,1 0,012 3,45×10-2 1,86×10-1 1,10×10-1
0,29 0,15 0,024 7,76×10-2 2,79×10-1 1,55×10-1
0,29 0,2 0,038 1,38×10-1 3,71×10-1 1,95×10-1
0,29 0,25 0,0585 2,16×10-1 4,64×10-1 2,42×10-1
0,29 0,3 0,0845 3,10×10-1 5,57×10-1 2,91×10-1
0,29 0,35 0,115 4,22×10-1 6,50×10-1 3,39×10-1
0,29 0,4 0,148 5,52×10-1 7,43×10-1 3,85×10-1
X 2 dengan
√ h
√ Y pada head 0,34 m dengan diameter 0,003 m dan 0,006
m.
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10
√(Y)
Grafik 2.1 Hubungan Antara √(X^2/h) dan √(Y) pada head 0,33 m
Diameter 0,003 m
slope
Cv
2
1,9254
Cv = = 0,9627
2
Diameter 0,006 m
slope
Cv
2
1,9861
Cv = = 0,99305
2
H = 0,33 m
ᴓ = 0,003 m
(0,25 ; 0,05)
(0,3 ; 0,072)
(0,35 ; 0,098)
(0,4 ; 0,131)
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10
Gambar 2.3 Sketsa hasil percobaan beda tinggi aliran Head 0,33 diameter
0,003
H = 0,33 m
ᴓ = 0,006 m
(0,25 ; 0,0515)
(0,3 ; 0,073)
(0,35 ; 0,099)
(0,4 ; 0,1325)
Gambar 2.4 Sketsa hasil percobaan beda tinggi aliran Head 0,33 diameter
0,006
2. Head 0,32 m
Dari tabel 2.4 dan tabel 2.10 didapat grafik hubungan
X 2 dengan
√ h
√ Y pada head 0,32 m dengan diameter 0,003 m dan
0,006 m.
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4
√(Y)
Grafik 2.2 Hubungan Antara √(X^2/h) dan √(Y) pada head 0,32 m
Diameter 0,003 m
slope
Cv
2
1,9336
Cv = = 0,9668
2
Diameter 0,006 m
slope
Cv
2
1,9865
Cv = = 0,99325
2
3. Head 0,3 m
Dari tabel 2.5, dan tabel 2.11 didapat grafik hubungan
X 2 dengan
√ h
√ Y pada head 0,3 m dengan diameter 0,003 m dan 0,006
m.
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4
√(Y)
Grafik 2.3 Hubungan Antara √(X^2/h) dan √(Y) pada head 0,30 m
Diameter 0,003 m
slope
Cv
2
1,9343
Cv = = 0,96715
2
Diameter 0,006 m
slope
Cv
2
1,987
Cv = = 0,9935
2
4. Head 0,29 m
Dari tabel 2.6, dan tabel 2.12 didapat grafik hubungan
X 2 dengan
√ h
√ Y pada head 0,34 m dengan diameter 0,003 m dan 0,006
m.
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10
√(Y)
Grafik 2.4 Hubungan Antara √(X^2/h) dan √(Y) pada head 0,29 m
Diameter 0,003 m
slope
Cv
2
1,9409
Cv = = 0,97045
2
Diameter 0,006 m
slope
Cv
2
1,9866
Cv = = 0,9933
2
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10
Slope Diameter 3
0
0
0
Tinggi (m)
0
f(x) = 0 x − 0
0 R² = 0.93
0
0
0
0.5 0.51 0.52 0.53 0.54 0.55 0.56 0.57 0.58
Jarak (m)
Slope
C d=
A0 √ 2 g
3 x 10−5
C d=
7,065 x 10−6 √ 2 x 9,8 1
C d=0,959
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10
Dari Tabel 2.8 didapat grafik untuk menentukan slope pada diameter 6
mm
Slope Diameter 6
0.000045
0.000046
f(x) = 0 x + 0
0.000047 R² = 0.94
0.000048
Tinggi (m)
0.000049
0.000050
0.000051
0.000052
0.000053
0.5 0.51 0.52 0.53 0.54 0.55 0.56 0.57 0.58
Jarak (m)
Dari grafik 2.5 dan 2.6 hubungan antara debit actual dengan √h
menunjukkan bahwa debit actual berbanding lurus dengan akar dari
ketinggian air. Dengan demikian semakin besar ketinggian air maka debit
actual juga akan semakin besar. Nilai C d tergantung pada slope yang ada
pada grafik.
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10
Slope Diameter 3
0.01
0.01
0.01
√(ℎ1-√(ℎ2 (m0,5)
0.01
f(x) = 0 x + 0.01
0.01 R² = 1
0.01
0.01
0.01
0.01
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
C d Grafis=0,0117082988
Dari tabel 2.13 didapat grafik untuk menentukan slope pada diameter
0,006 m
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10
Slope Diameter 6
0.01
0.01
0.01
√(ℎ1-√(ℎ2 (m0,5) 0.01 f(x) = 0 x + 0.01
0.01 R² = 1
0.01
0.01
0.01
0.01
0 5 10 15 20 25 30
C d Grafis=0,01173321007
Dari grafik 2.7 dan 2.8 hubungan antara akar dari perbedaan waktu
dengan tinggi menunjukkan bahwa akar dari perbedaan tinggi berbanding
lurus dengan waktu sehingga semakin besar perbedaan tinggi maka waktu
pun akan semakin besar. Semakin besar diameter maka waktu yang
dibutuhkan pun akan semakin besar untuk setiap akar perbedaan tinggi.
Cd 0,959
Untuk head 0,30 m = Cc = = = 0,9912
C v 0,9672
Cd 0,959
Untuk head 0,29 m = Cc = = = 0,9878
C v 0,9705
Perhitungan Cc pada lubang diameter 0,006 m
Cd 0,6405
Untuk head 0,33 m = Cc = = = 0,6449
C v 0,9931
Cd 0,6405
Untuk head 0,32 m = Cc = = = 0,6448
C v 0,9933
Cd 0,6405
Untuk head 0,30 m = Cc = = = 0,6446
C v 0,9935
Cd 0,6405
Untuk head 0,29 m = Cc = = = 0,6448
C v 0,9933
Cd grafis 0,01173
Cc grafis = = = 0,01181
Cv 0,9933
Untuk head 0,30 m :
Cd grafis 0,01173
Cc grafis = = = 0,01181
Cv 0,9935
Untuk head 0,29 m :
Cd grafis 0,01173
Cc grafis = = = 0,01181
Cv 0,9933
Cv Cd Cd Grafis Cc Cc Grafis
Cv Cd Cd Grafis Cc Cc Grafis
2. Hasil Grafik
0.97
0.96
0.97 0.97
0.95
Cv
0.9
0.33 0.32 0.3 0.29
h (m)
Diameter 3 Diameter 6
Hubungan Cd dan h
1.025
0.959 0.959 0.959 0.959
0.925
0.825
0.725
Cd
0.625
0.640 0.640 0.640 0.640
0.525
0.425
0.33 0.32 0.3 0.29
h (m)
Diameter 3 Diameter 6
h (m)
Diameter 3 Diameter 6
Hubungan Cc dan h
1.23
1.03
0.83
Cc
0.63
0.43
0.33 0.32 0.3 0.29
h (m)
Diameter 3 Diameter 6
0.1230
C c g rafis
0.1210
0.1190
0.1170
0.1150
0.33 0.32 0.3 0.29
h (m)
Diameter 3 Diameter 6
Dari gambar 2.9 - 2.13 hubungan antara h dengan Cv, Cd, dan
Cc menunjukkan bahwa untuk nilai Cv dan Cc bervariasi untuk setiap
ketinggian. Dan Cd adalah konstan untuk setiap ketinggian. Grafik
tersebut juga akan menunjjukkan Cv akan semakin besar jika
diameter diperbesar, sedangkan Cd dan Cc akan semakin kecil jika
diameter diperbesar.
2.8 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan,
yaitu:
a. Koefisien kecepatan (Cv) diperoleh dari grafik
hubungan antara akar dari Jarak horizontal berbanding Head (ketinggian)
dengan akar dari Jarak vertikal.
b. Koefisien debit (Cd) diperoleh dari grafik hubungan
antara Debit aktual dengan akar dari Head (ketinggian).
c. Koefisien kontraksi (Cc) diperoleh dari nilai koefisien
debit (Cd) dibagi dengan nilai koefisien kecepatan (Cv).
d. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan diperoleh
nilai :
Cv = 0,9627 ; 0,9668 ; 0,9672 ; 0,9705 (untuk D = 3 mm),
0,9931 ; 0,9933 ; 0,9935 ; 0,9933 (untuk D = 6 mm)
Cd = 0,959 (untuk D = 3 mm)
0,6405 (untuk D = 6 mm)
Cc = 0,9958; 0,9916 ; 0,9912 ; 0,9878 (untuk D = 3 mm),
0,6449 ; 0,6448 ; 0,6446 ; 0,6448 (untuk D = 6 mm).
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10
2.9 Lampiran
Gambar 2.5 Satu Set Unit Orifice dan Gambar 2.6 Pemasangan millimeter
Jet Apparatus blok A3
BAB III
KESTABILAN BENDA APUNG
3.1 Pendahuluan
Suatu benda terapung dalam keseimbangan stabil apabila pusat
beratnya berada di bawah pusat apung. Benda terapung dengan kondisi
tertentu dapat pula dalam keseimbangan stabil meskipun pusat beratnya
berada di atas pusat apung. Keseimbangan benda dalam kondisi ini,
misalnya keseimbangan kapal.
Hidropower Elevator adalah sebuah fasilitas transportasi naik-turun
serupa lift yang memanfaatkan sifat/property air sebagai tenaga
penggeraknya. Mekanisme Hidropower Elevator menerapkan prinsip hokum
mekanika dasar newton tanpa dasistemkatrol dan hidromekanika sebagai
prinsip pembangkit tenaganya. Gaya - gaya yang bekerja, yakni gaya berat
(gravitasi) dan gaya apung air (buoyancy) akan dikombinasikan dan
dikendalikan sedemikian rupa hingga didapatkan gaya resultan yang
digunakan untuk menaikkan dan menurunkan kotak penumpang/lift. Dengan
demikian, bentuk pembangkit tenaga pada elevator ini merupakan salah satu
usaha pemanfaatan bentuk energy baru yang memanfaatkan potensi energy
dari lingkungan sekitar. Dengan memanfaatkan air sebagai tenaga
pembangkit yang mudah diperoleh dan diaplikasikan.
b. Stabil
Suatu benda dikatakan stabil bila benda tersebut tidak
terpengaruh oleh ganguan kecil (gaya) yang mencoba membuatnya tidak
seimbang. Bila sebaliknya benda itu dikatakan dalam keadaan tidak
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10
X
Dari persamaan trigonometri, diperoleh : Tanθ = GN
Karena massa adjustable mass dan massa fonton diperhitungkan, maka
dimasukkanlah massa yaitu dengan mengalikan koefisien X dengan
massa adjustable mass (arah horizontal) dan koefisien GM dengan massa
ponton (arah vertical). Biasanya penyebab posisi (B) pada gambar diatas
adalah bergeraknya suatu benda tertentu (b) sejauh x dari titik G,
sehingga untuk mengembalikan ke posisi semula harus memenuhi
persamaan berikut:
Momen guling = Momen yang mengembalikan ke posisi semula w
b.x = W . GM . Sin θ , maka:
GM = b . x / W . sin θ
= b. x / W . tan θ
DATA 1
Tinggi geseran Sliding Mass (a) = 0 mm
t
Tinggi pusat berat dari dasar ponton (Y) =a+ =32,5 mm
2
Kedalaman ponton yang terendam (d) = 20 mm
d
Posisi titik apung ( ) = 10 mm
2
Tabel 3.1 Data 1
Geseran B (mm) Derajat ( o )
No. Kiri Kanan Kiri Kanan
(X) (X) Ө Ө
1 7 7 0,9 0.8
2 14 14 1,8 1,9
3 21 21 2,7 2,8
4 28 28 3,3 3,4
5 35 35 4,1 4,2
6 42 42 4,8 4,9
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10
DATA II
Tinggi geseran Sliding Mass (a) = 60 mm
t
Tinggi pusat berat dari dasar ponton (Y) =a+ = 92,5 mm
2
Kedalaman ponton yang terendam (d) = 23 mm
d
Posisi titik apung ( ) = 11,5 mm
2
Tabel 3.2 Data II
Geseran B (mm) Derajat ( o )
No. Kiri Kanan Kiri Kanan
(X) (X) Ө Ө
1 7 7 1 0,9
2 14 14 2 1,9
3 21 21 3 2,9
4 28 28 3,6 3,5
5 35 35 4,5 4,5
6 42 42 5,4 5,3
DATA III
Tinggi geseran Sliding Mass (a) = 120 mm
t
Tinggi pusat berat dari dasar ponton (Y) =a+ =152,5 mm
2
Kedalaman ponton yang terendam (d) = 25 mm
d
Posisi titik apung ( ) = 12,5 mm
2
Tabel 3.3 Data III
Geseran B (mm) Derajat ( o )
No. Kiri Kanan Kiri Kanan
(X) (X) Ө Ө
1 7 7 1,1 1,1
2 14 14 2 2,1
3 21 21 3 3,1
4 28 28 4 4,1
5 35 35 4,9 5
6 42 42 6 5,9
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10
DATA IV
Tinggi geseran Sliding Mass (a) = 180 mm
t
Tinggi pusat berat dari dasar ponton (Y) =a+ = 212,5 mm
2
Kedalaman ponton yang terendam (d) = 25 mm
d
Posisi titik apung ( ) = 12,5 mm
2
Tabel 3.4 Data IV
Geseran B (mm) Derajat ( o )
No. Kiri Kanan Kiri Kanan
(X) (X) Ө Ө
1 7 7 1,3 1,4
2 14 14 2,4 2,5
3 21 21 3,4 3,5
4 28 28 4,5 4,6
5 35 35 5,8 5,9
DATA V
Tinggi geseran Sliding Mass (a) = 240 mm
t
Tinggi pusat berat dari dasar ponton (Y) =a+ = 272,5 mm
2
Kedalaman ponton yang terendam (d) = 25 mm
d
Posisi titik apung ( ) = 12,5 mm
2
Tabel 3.5 Data V
Geseran B (mm) Derajat ( o )
No. Kiri Kanan Kiri Kanan
(X) (X) Ө Ө
1 7 7 1,5 1,5
2 14 14 2,7 2,8
3 21 21 4 4
4 28 28 5,3 5,3
5 35 35 6,5 6,5
Contoh Perhitungan
1.Contoh:
Untuk a = 0 cm = 0 mm
Diketahui :X = 7 mm
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10
θ = 0,9
tan0,9 ° = 0,016
y = 32,5 mm
b (berat adjustable mass) = 320 gr
W(berat total) = 1447 gr
1
BG = y− . d
2
1
BG = 32,5− .20
2
BG = 22,5
Maka, GM teori = BM – BG
GM teori = 166,667 – 22,5
GM teori = 144,17 mm
Untuk hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel 3.6 - 3.15.
6 30 5,35 99,191
0.06
0.047978
0.05
0.04 0.032283
0.03
0.02 0.014835
0.01
0.00
5 10 15 20 25 30 35 40 45
Jarak (X)
0.06
0.06 0.05
0.05
0.04 0.03
0.03
0.02
0.02
0.01
0.00
5 10 15 20 25 30 35 40 45
Jarak (X)
0.08 0.07
0.06 0.05
0.04
0.04
0.02
0.02
0.00
5 10 15 20 25 30 35 40 45
Jarak (X)
0.08
0.06
0.06
0.04
0.04
0.02
0.02
0.00
0 1 2 3 4 5 6 7
Jarak (X)
0.08 0.07
0.06 0.05
0.04
0.03
0.02
0.00
0 1 2 3 4 5 6 7
Jarak (X)
5 -34.378 80,622
10 -34.378 86,547
15 -34.378 87,183
20 -34.378 87,468
25 -34.378 89,378
30 -34.378 89,126
120.000 200.000
106.221
144.167
100.000 150.000
97.933
Titik Metasentrum (GM)
88.807
100.000
80.000
63.928 76.256 GM Teori
67.205 50.000
GM
60.000 Praktikum
-6.667 0.000
40.000
-50.000
-66.667
20.000 -100.000
-126.667
0.000 -150.000
0 60 120 180 240
Grafik 3.6 Hubungan antara tinggi geseran Slidding Mass (a) dan GM
3.8 Kesimpulan
a) Dari percobaan yang dilakukan sebanyak 5 kali dapat disimpulkan
3.9 Lampiran