Anda di halaman 1dari 63

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

KELOMPOK 10

LEMBAR PENGESAHAN
TANDA SELESAI LAPORAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, Kepala Laboratorium Hidraulika, dan


Dosen Pembimbing Laporan Praktikum Mekanika Fluida di Fakultas Teknik
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru, menerangkan bahwa kelompok 10
terdiri dari:

Kelompok 10
Muhammad Noralamsyah 1910811110014
Muhammad Wahyu Aldifani 1910811210025
Muhammad Rizky Nurrahmani 1910811310030
Fitria Nur Cahyani Endah Lestari 1910811320035
Paramitha Azzahra 1910811320042

Telah selesai melakukan praktikum dan membuat Laporan Praktikum


Mekanika Fluida.

Banjarbaru, Desember 2020

Mengetahui:
Kepala Dosen Pembimbing
Laboratorium Hidraulika Praktikum Mekanika Fluida
Fakultas Teknik Fakultas Teknik

Novitasari,ST.,MT. Dr.Ir.Achmad Rusdiansyah,MT


NIP. 197511242005012005 NIP. 195604151987031001
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya,
kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Mekanika Fluida ini dengan baik.
Laporan ini kami susun berdasarkan hasil praktikum yang dilaksanakan di
Laboratorim Hidraulika Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat
Banjarbaru.
Atas terselenggaranya praktikum dan selesainya laporan praktikum ini,
kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Novitasari, ST.,MT. selaku Kepala Laboratorium Hidraulika Fakultas
Teknik Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.
2. Dr. Ir. Achmad Rusdiansyah, MT selaku Dosen Pembimbing
Praktikum.
3. Instruktur Laboratorium Hidraulika Fakultas Teknik Universitas
Lambung Mangkurat Banjarbaru.
4. Semua pihak yang telah membantu selesainya laporan ini.
Kami telah berusaha menyusun laporan ini dengan semaksimal mungkin,
namun kami pun menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna. Kami
berharap adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan
penyusunan laporan praktikum di masa yang akan datang.
Akhir kata, semoga Laporan Praktikum Mekanika Fluida ini dapat
bermanfaat untuk kita semua. Aamiin.

Banjarbaru, 2020

Kelompok X
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

LEMBAR ASISTENSI
KARTU ASISTENSI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN PRAKTIKUM MEKANIKA
KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FLUIDA
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL KELOMPOK X
BANJARBARU

No. Nama NIM


1. Muhammad Noralamsyah 1910811110014
2. Muhammad Rizky Nurrahmani 1910811310030
3. Muhammad Wahyu Aldifani 1910811210025
4. Fitria Nur Cahyani Endah Lestari 1910811320035
5. Paramitha Azzahra 1910811320042

KEGIATAN ASISTENSI
No. Tanggal Uraian Paraf
Perbaiki maksud dan tujuan, perbaiki grafik,
1. 16/12/20 sertakan salah satu gambar aliran curat,
jelaskan kesimpulan dengan angka
Nilai cc harus dibahawah 1
2. 21/12/20
Rapikan gambar
Perc.lubang kecil : Gbr 2.3 diperjelas mana
abses x, abses y, titik 0,0 dimana
3. 23/12/20 Stabilitas benda apung : hal 41 diperjelas
kondisi stabilitas benda apung, cocokan
dengan gbr 3.2

4.

Banjarbaru, 2020
Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Achmad Rusdiansyah ,M.T.


NIP. 19560415 198703 1 001

DAFTAR ISI
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
LEMBAR ASISTENSI...........................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................1
1.1 Pendahuluan.............................................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan....................................................................................2
1.3 Alat yang Digunakan...............................................................................2
1.4 Prosedur Percobaan................................................................................2
1.5 Dasar Teori...............................................................................................3
1.6 Data Hasil Percobaan..............................................................................6
1.7 Contoh Perhitungan................................................................................7
1.8 Grafik Hubungan Bilangan Reynolds..................................................10
1.9 Kesimpulan.............................................................................................11
1.10 Lampiran................................................................................................12
2.1 Pendahuluan...........................................................................................14
2.2 Tujuan Percobaan..................................................................................15
2.3 Alat dan Bahan.......................................................................................15
2.4 Prosedur Percobaan..............................................................................15
2.5 Dasar Teori.............................................................................................16
2.6 Data Hasil Percobaan............................................................................19
2.7 Tabel, Grafik, dan Data Hasil Perhitungan........................................23
2.8 Kesimpulan.............................................................................................36
2.9 Lampiran................................................................................................37
3.1 Pendahuluan...........................................................................................38
3.2 Tujuan Percobaan..................................................................................38
3.3 Alat dan Bahan.......................................................................................38
3.4 Prosedur Percobaan..............................................................................39
3.5 Dasar Teori.............................................................................................39
3.6 Data Hasil Percobaan............................................................................44
3.7 Analisa Tabel dan Grafik......................................................................55
3.8 Kesimpulan.............................................................................................55
3.9 Lampiran................................................................................................56
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

BAB I
PERCOBAAN OSBORNE REYNOLDS

1.1 Pendahuluan
Perilaku fluida merupakan hal yang penting dalam teknik proses pada
umumnya, dan merupakan salah satu dasar yang diperlukan untuk
mempelajari satuan operasi. Fluida adalah zat yang tidak dapat menahan
perubahan bentuk (distorsi) secara permanen. Bilangan Reynolds mengambil
nama dari peneliti Prof. Osborne Reynolds (Inggris, 1812-1912), adalah suatu
bilangan yang dipakai untuk menentuan jenis aliran laminer, transisi dan
turbulen. Pada percobaan ini aliran yang diamati terdiri atas dua komponen
yaitu air dan tinta. Sifat-sifat aliran diatas akan diamati secara visual untuk
kemudian diamati besaran-besaran yang berhubungan dengan itu. Pesawat
Osborne Reynolds digunakan untuk mengamati aliran fluida pada pengairan
dalam pipa/aliran tekan, sifat aliran fluida dalam pipa dapat dibedakan
menjadi:
1. Aliran Laminer, yaitu kondisi aliran dengan garis-garis aliran
mengikuti jalur yang sejajar sehingga tidak terjadi pencampuran
antar bidang-bidang geser fluida.
2. Aliran Turbulen, yaitu kondisi aliran dengan garis-garis aliran
yang saling bersilangan sehingga terjadi pencampuran antar
bidang-bidang geser fluida.
3. Aliran Transisi, yaitu kondiri aliran peralihan dari aliran laminer
menjadi aliran turbulen atau dari aliran turbulen menjadi aliran
laminer.

Dalam bidang teknik sipil aliran fluida sangat berpengaruh besar pada
perencanaan pembangunan bendugan, dimana pada saat awal perencaan kita
harus mengetahui terlebih dahulu jenis aliran yang ada pada suatu lokasi yang
mana akan dibangun sebuah bendungan karena fungsi utama bendungan
adalah membendung aliran sungai dan menaikkan level muka air dibagian
hulu.
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

1.2 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan osborne reynolds ini adalah sebagai berikut.
1. Mengamati jenis-jenis airan fluida.
2. Menentukan bilangan Reynolds berdasarkan debit.
3. Mencari hubungan antara bilangan Reynolds dengan jenis aliran.
4. Mengamati profil parabolik dari aliran laminer.

1.3 Alat yang Digunakan


Adapun alat yang digunakan pada percobaan osborne reynolds ini adalah
sebagai berikut.
1. Satu set pesawat Osbourne Reynolds Apparatus.
2. Tinta.
3. Gelas ukur.
4. Baskom.
5. Termometer.
6. Stopwatch.

1.4 Prosedur Percobaan


Adapun rangkaian dari prosedur percobaan osborne reynolds ini adalah
sebagai berikut.
1. Alat diatur hingga kedudukan mendatar, semua pipa pemberi dan pipa
pembuang dihubungkan.
2. Reservoir diisi dengan zat warna (tinta), dan turunkan injektor zat warna
sehingga ujungnya mencapai mulut inlet bagian atas.
3. Bukalah katup pemasukan air dan biarkan memasuki tangki penenang.
Usahakan tercapainya muka air yang konstan dengan membuang
kelebihan air lewat pipa pembuang sebelah atas,
4. Diamkan air selama 5 menit dan ukur temperatur air dengan memasukkan
termometer kedalamnya.
5. Bukalah katup pengontrol aliran sedikit demi sedikit dan aturlah katup
jarum pengontrol zat warna sampai tercapai aliran lambat (laminer)
dengan zat warna terlihat jelas.
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

6. Tentukan besarnya debit yang lewat dengan menampung aliran yang lewat
pipa pembuang selama selang waktu tertentu kedalam gelas ukur.
7. Ulangi percobaan di atas untuk debit air Q yang berubah-ubah dari kecil
kebesar hingga tercapai aliran transisi dan aliran turbulen.
8. Kerjakan kebalikan dari proses tersebut di atas untuk debit yang berubah-
ubah dari besar hingga terkecil hingga tercapai aliran transisi dan aliran
laminer.
9. Gambarlah grafik hubungan antara kecepatan aliran (V) dan bilangan
Reynolds (Re).

1.5 Dasar Teori


a. Debit Aliran
Perhitungan besarnya debit yang mengalir adalah dengan
menggunakan gelas ukur, dalam selang waktu tertentu:
v
Q=
t
Dimana:
Q = Debit aliran (m3/s)
V = Volume air (m3)
T = waktu pengukuran (s)

b. Bilangan Reynolds (Re)


Bilangan Reynolds adalah suatu bilangan tak berdimensi yang
menunjukkan sifat suatu aliran, dimana bilangan tersebut merupakan
kelompok tak berdimensi dari parameter-parameter fluida yaitu
kecepatan karakteristik, panjang karakteristik, dan viskositas kinematik.
Hubungan dari parameter tersebut adalah:
vL
ℜ=
v
Dimana:
Re = Bilangan Reynolds
v = Kecepatan (m/s)
v = Viskositas kinematik (m2/s)
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

L= Panjang karekteristik (m)


Untuk aliran dalam pipa diambil kecepatan rata-rata, sebagai
kecepatan karakteristik Reynolds dan garis tengah pipa D sebagai
panjang karakteristik pipa, sehingga didapat hubungan:
v. D
Re=
v
Dimana: Re = Bilangan Reynolds
v = Kecepatan (m/s)
v = Viskositas kinematik (m2/s)
D = Diameter pipa (m)

Bilangan Reynolds mempunyai makna antara lain sebagai


perangkat untuk membedakan sifat aliran laminer, transisi, atau turbulen.
Aliran laminer didefinisikan sebagai aliran dengan fluida yang bergerak
dalam lapisan-lapisan atau lamina-lamina dengan satu lapisan meluncur
secara lancar pada lapisan yang bersebelahan dimana pertukaran
momentum terjadi akibat difusi molecular saja. Namun, aliran turbulen
mempunyai gerakan-gerakan partikel fluida yang sangat tak menentu,
dimana pertukaran momentum dalam arah melintang menjadi besar
sebagai akibat difusi turbulen. Sifat pokok aliran yakni sifat laminer.
Turbulen serta posisi relatifnya pada skala yang menunjukkan
pentingnya secara relatif kecenderungan turbulensi terhadap
kecenderungan laminer ditunjukkan oleh bilangan Reynolds. Dengan
klasifikasi nilai sebagai berikut :
Re < 2100 ……………………. aliran laminer
2100 < Re < 4000 …………… aliran transisi
Re > 4000 …………………… aliran turbulen
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

c. Faktor Gesekan
Akibat adanya gesekan antara fluida dan dinding fluida akibat aliran
fluida maka akan terjadi kehilangan energi, yang disebut sebagai
kehilangan tinggi tekan yang besarnya dinyatakan dalam persamaan
Darcy-Weisbach:
l v2
hf =f
D2 g
μ
v=
ρ
Dimana:
hf = Kehilangan tinggi v = Kecepatan aliran (m/s)
tekan (m) g = Gaya gravitasi (m/s2)
f = Faktor gesekan v = viskositas kinematik (m2/s)
l = Panjang pipa (m) ρ = kerapatan zat (kg.m.s/m3)
D = Diameter pipa (m)
Harga faktor gesekan (f) berbeda-beda untuk setiap jenis aliran yaitu :
a.Untuk aliran laminer menurut Hagen-poiseulle dan Darcy-weisbach :
f = 64Re
b. Untuk aliran turbulen menurut Blassius :
f = 0,316 Re-0,25
Kehilangan energi akibat friksi pada aliran laminer adalah linier
terhadap kecepatan, sedangkan pada aliran turbulen kehilangan energi
sebanding dengan eksponensial kecepatan.

d. Viskositas
Diantara semua sifat-sifat fluida, viskositas memerlukan
perhatian yang terbesar dalam telaahan tentang aliran fluida. Sifat serta
ciri-ciri viskositas dibahas dalam pasal ini, juga dimensi dan faktor
konversi bagi viskositas mutlak, maupun viskositas kinematik.
Viskositas adalah sifat fluida yang mendasari diberikannya tahanan
terhadap tegangan geser oleh fluida tersebut.
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

Hukum viskositas Newton menyatakan bahwa untuk laju


perubahan bentuk sudut fluida yang tertentu maka tegangan gesek
berbanding lurus dengan viskositas.
Tabel 1.1 Tabel Viskositas kinematik (v)
No T(⁰C) Viskositas Kinematik (m2/s)
.
1. 0 1.79 × 10-7
2. 5 1.51 × 10-7
3. 10 1.31 × 10-7
4. 15 1.14 × 10-7
5. 20 1.00 × 10-7
6. 25 8.91 × 10-7
7. 28 8.34 × 10-7
8. 30 7.96 × 10-7
9. 40 6.53 × 10-7
10. 90 3.15 × 10-7
11. 100 2.28 × 10-7
Sumber: https://phucky.wordpress.cpm/2010/12/001/pengaruh-viskositas-
air-dan-temperatur-terhadap-kecepatan-tetesan-minyak/

1.6 Data Hasil Percobaan


Berdasarkan percobaan yang kami lakukan diperoleh data hasil
percobaan yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
 Diameter Pipa : 13 mm
 Suhu : 28C
Tabel 1.2 Data hasil percobaan osborne reynolds
Jenis Volume Waktu
Gambar Vrata-rata trata-rata
No. Aliran (mL) (detik)
Aliran (mL) (s)
(Visual)
V1 V2 t1 t2
1. Laminer 83 83 10,18 10,20 83 10,19

2. Transisi 290 310 8,18 10,28 300 10,205

3. Turbulen 615 625 8,18 10,33 620 10,305

4. Turbulen 745 732 8,14 10,34 738,5 10,36

5. Transisi 322 312 8,33 10,31 317 10,35


PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

6. Laminer 95 94 8,38 10,39 95,5 10,395

7. Laminer 103 94 8,21 10,26 98,5 10,345

8. Transisi 302 300 8,49 10,22 301 10,225

9. Turbulen 600 595 8,05 10,34 597,5 10,375

1.7 Contoh Perhitungan


a) Luas Penampang (A)
Diketahui:
Diameter Pipa (D) = 18,1 mm = 0,0181 m
1
Luas Penampang (A) = π D2
4
1
= .3,14 .(0,0181)2
4
= 2,571738 x 10−4 m2
Tabel 1.1 Tabel Viskositas Kinematik (v)

No. T( C) Viskositas kinematik (m2/s)


5 20 1,00 x 10-7
6 25 8,91 x 10-7
7 28 8,34 x 10-7
8 30 7,96 x 10-7
Viskositas Kinematik ( υ ) Pada pengukuran suhu, suhu yang didapat
adalah 28°C. Dari tabel 1.1 nilai viskositas kinematik pada suhu 28°C
adalah 8,34 x 10-7 m2/s.

b) Laminer
 Menghitung Debit (Q)
Diket : Volume (V rata−rata ) = 83 ml = 83 x 10 -6 m3
Waktu (t rata−rata) = 10,19 s
Penyelesaian :
V rata−rata 0,83 ×10−4 m3
Q= = =8,14524 ×10−6 m3 /s
t rata−rata 10,19 s
 Menghitung kecepatan (v)
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

Diket : Q = 8,14524 × 10−6 m3 /s


A = 0,0002572 m 2
Penyelesaian :
Q 8,14524 ×10−6 m 3 /s
v= = =0.0316689 m/s
A 0,0002572 m2
 Menghitung bilangan Reynolds (Re)
m
0,0316689 . 0,0181 m
vD s
ℜ= = =¿ 687,299
❑ −7
8,34 x 10 m 2/s
Re = 687,299 (Re < 2000) adalah aliran laminer
c) Transisi
 Menghitung Debit (Q)
Diket : Volume (V rata−rata ) = 300 ml = 300 x 10 -6 m3
Waktu (t rata−rata) = 10,205 s
Penyelesaian :
V rata−rata 3,00 ×10−4 m3
Q= = =2,939735 ×10−5 m3 / s
t rata−rata 10,205 s
 Menghitung kecepatan (v)
Diket : Q = 2,939735 ×10−5 m 3 /s
A = 0,0002572 m2
Penyelesaian :
Q 2,939735 ×10−5 m3 / s
v= = =0,114297 m/s
A 0,0002572
 Menghitung bilangan Reynolds (Re)
vD 0,114297 m/s ×0,0181 m
ℜ= = =¿ 2480,546
❑ 8,34 ×1 0−7 m 2 /s
Re = 2480,546 (2000< Re < 4000) adalah aliran transisi
d) Turbulen
 Menghitung Debit (Q)
Diket : Volume (V rata−rata ) = 620 ml = 620 x 10 -6 m3
Waktu (t rata−rata) = 10,305 s
Penyelesaian :
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

V rata−rata 6,2 ×10−4 m3


Q= = =6,01649 ×10−5 m3 / s
t rata−rata 10,305 s

 Menghitung kecepatan (v)


Diket : Q = 6,01649 ×10−5 m 3 /s
A = 0,0002572m2
Penyelesaian :
Q 6,01649 ×10−5 m3 / s
v= = =0,233922 m/s
A 0,0002572m 2
 Menghitung bilangan Reynolds (Re)
vD 0,233922 m/ s ×0,0181 m
ℜ= = =¿ 5076,72
❑ 8,34 ×1 0−7 m 2 /s
Re = 5076,72 (Re > 4000) adalah aliran turbulen

Untuk hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel 1.3 berikut
ini:
Tabel 1.3 Hasil Perhitungan Osbourne Reynolds
Jenis
No Vtotal Ttotal (Q) (V) ( υ ) Re
Aliran
1 0,000083 10,19 8,14524 x 10-6 0,031672 8,34x10-7 687,37 Laminer
2 0,000300 10,205 2,93973 x10-5 0,114309 8,34x10-7 2.480,81 Transisi
3 0,000620 10,305 6,01649 x10-5 0,233947 8,34x10-7 5.077,26 Turbulen
4 0,000738 10,36 7,12837x10-5 0,277181 8,34x10-7 6.015,57 Turbulen
5 0,000317 10,35 3,06280 x10-5 0,119095 8,34x10-7 2.584,67 Transisi
6 0,000094 10,395 9,09091 x10-6 0,035349 8,34x10-7 767,17 Laminer
7 0,000098 10,345 9,52150 x10-6 0,037024 8,34x10-7 803,51 Laminer
8 0,000301 10,225 2,94376 x10-5 0,114466 8,34x10-7 2.484,21 Transisi
9 0,000597 10,375 5,75903 x10-5 0,223936 8,34x10-7 4.859,99 Turbulen

Berdasarkan data hasil perhitungan yang didapat bahwa semua


percobaan dengan jenis alirannya yang berdasarkan nilai Re sama dengan
jenis aliran yang kami tentukan berdasarkan pengamatan (visual). Dapat
disimpulkan bahwa hasil pengamatan jenis aliran yang kami lakukan saat
praktikum sesuai dengan jenis aliran berdasarkan hasil perhitungan dari
data yang diperoleh.
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

1.8 Grafik Hubungan Bilangan Reynolds

GRAFIK HUBUNGAN Re Dengan V


0.3

0.25
laminar
0.2 Re <2000
Turbulen
Kecepatan (v)

0.15 Re >4000

0.1
Transisi
0.05 2000<Re<4000

0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000
Bilangan Reynolds (Re)

Grafik 1.1 Hubungan Bilangan Reynold (Re) dengan kecepatan aliran (v)

1) Dari grafik terlihat hubungan antara v dengan Re:


Nilai v (kecepatan) berbanding lurus dengan Bilangan
Reynolds seperti yang terlihat pada grafik 1, dimana semakin besar nilai
v (kecepatan) maka semakin besar pula Bilangan reynolds.
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

Grafik Hubungan Re dan Q


0
0
0
Debit Aliran (Q)

0
laminar Turbulen
0 Re <2000 Re >4000

0
0
Transisi
0 2000<Re<4000
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

Bilangan Reynolds (Re)

Grafik 1.2 Hubungan Bilangan Reynold (Re) dengan debit (Q)


2) Dari grafik terlihat hubungan antara Q dengan Re :
Nilai Q (debit) berbanding lurus dengan Bilangan Reynolds
seperti yang terlihat pada grafik 2, dimana semakin besar nilai Q (debit)
maka semakin besar pula Bilangan Reynolds.
3) Semakin besar nilai viskositas kinematik, semakin kecil nilai Re.
Berdasarkan teori formula Osborne Reynolds dan hasil
visualisasi tabel yang diperoleh dari percobaan Osborne Reynolds
terbukti bahwa debit (Q) berbanding lurus dengan bilangan Renolds
(Re). Dapat kita lihat dari table dan formula Osborne Reynolds bahwa
kecepatan (V) berbanding lurus dengan Bilangan Reynolds (Re).
Dari data tabel hasil perhitungan terlihat bahwa penglihatan
sejenis aliran yang dapat dari hasil perhitungan dengan visualisasi pada
saat praktium didapat sama, sesuai teori yang dicetuskan :
1. Apabila Re < 2000 = Aliran Laminer
2. 2000 < Re < 4000 = Aliran Transisi
3. Re > 4000 = Aliran Turbulen

1.9 Kesimpulan
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

Adapun kesimpulan yang kami dapatkan setelah melakukan percobaan


osborne reynolds ini adalah sebagai berikut.
1. Berdasarkan Praktikum yang telah dilaksanakan disimpulkan bahwa,
Mengamati jenis-jenis airan fluida dapat dilakukan secara visual
2. Dalam menentukan Bilangan Reynolds berdasarkan nilai Q (debit), seperti
yang terlihat pada tabel 1.3, yaitu nilai Q (debit) berbanding lurus dengan
Bilangan Reynolds, dimana semakin besar nilai Q (debit) maka semakin
besar pula Bilangan Reynolds.
3. Hubungan antara bilangan Reynolds dengan Jenis aliran.
a. Aliran Laminer dan berdasarkan teori bila Bilangan Re <
2000 menghasilkan aliran laminer.
b. Aliran Transisi dan berdasarkan teori bila Bilangan 2000 < Re <
4000 menghasilkan aliran Transisi.
c. Aliran Laminer dan berdasarkan teori bila Bilangan Re >
4000 menghasilkan aliran Turbulen.

1.10 Lampiran

Gambar 1.1 Satu Unit Gambar 1.2 Tinta


Pesawat Osborne Reynolds
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

Gambar 1.3 Stopwatch Gambar 1.4 Gelas Ukur

Gambar 1.5 Termometer Gambar 1.6 Pembacaan Data

Gambar 1.7 Pengambilan Data Gambar 1.8 Tinta Mengalir ke Pipa


PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

Gambar 1.9 Pembacaan Jenis Aliran

BAB II
PENGALIRAN MELALUI LUBANG KECIL (CURAT)

2.1 Pendahuluan
Salah satu bidang pekerjaan sipil adalah keairan, baik itu mengenai
bangunan-bangunan airnya seperti Dam dan saluran irigasi atau pun berkenaan
dengan sumber daya airnya sendiri. Oleh sebab itu adalah sangat diperlukan
sekali pengetahuan-pengertahuan dan ilmu-ilmu yang besangkutan dengan air,
salah satunya disebut sebagai Hidrolika atau ilmu tentang sifat air. Salah satu
bagian dari hidrolika adalah Hidrostatika dan Hidrodinamika. Dalam
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

hidrodinamika dikenal jenis aliran terbuka baik yang berupa pengaliran bebas
atau berupa pengaliran tak bebas yang masing-masing terbagi dalam bagian-
bagian yang lebih khusus.
Pengaliran melalui lubang kecil (orifis) merupakan jenis pengaliran
yang cukup menarik untuk diamati, oleh karena itu maka dilakukanlah suatu
percobaan di laboratorium guna mempelajari sifat-sifatnya, yaitu dengan jalan
mengamati pelimpahan/pencucuran dari tangki/reservoir yang memiliki
lubang pada dindingnya, yang mana lubang tersebut berbentuk lingkaran
mengakibatkan orificenya juga berbentuk lingkaran.
Penerapan atau aplikasi nyata di lapangan dari praktikum ini salah
satunya adalah pada saat kita membuat saluran pipa mendatar di sebuah
bangunan dimana pipa mendatar tersebut memiliki diameter yang menyempit,
dalam hal ini kelajuan fluida yang besar adalah pada pipa yang menyempit,
tetapi tekanannya justru paling rendah. Pada pipa mendatar (horizontal),
tekanan fluida paling besar adalah pada bagian yang kelajuan alirannya paling
kecil, dan tekanan yang paling kecil adalah pada bagian yang kelajuan
alirannya paling besar.
Selain itu, aplikasi nyata praktikum ini juga terjadi ketika aliran air
keluar dari kran. Bisa kita Amati bahwa aliran air agak menyempit ketika
mulai jatuh. Mengapa?Aliran udara dihambat oleh aliran air, sehingga
kelajuan udara di bagian tepi aliran air lebih kecil daripada kelajuan udara di
bagian tengah aliran air. Tekanan udara di tepi aliran air lebih besar daripada
tekanan udara di tengah aliran air, sehingga ada gaya yang mendorong udara
di sekitar aliran air saat mulai jatuh.

2.2 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kecepatan (Cv),
koefisien kontraksi (Cc), koefisien debit (Cd) pada pengaliran melalui lubang
kecil.

2.3 Alat dan Bahan


1. Unit Orifice and Jet Apparatus
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

2. Stop Watch
3. Jangka sorong
4. Hydraulic Bench (Meja hidraulik jika digunakan)
5. Milimeter blok A3
6. Gelas ukur

2.4 Prosedur Percobaan


1. Hubungkan alat ke “Hydraulic bench”.
2. Ratakan alat dengan mengatur posisi kaki.
3. Atur jarum pengukur.
4. Pasang kertas milimeter blok pada papan yang tersedia.
5. Pipa pembuang yang ada di Head Tank dinaikkan, isi Head Tank dengan
membuka kran debit. Atur bukaan kran sedemikian sehingga air sedikit
melimpah melalui pipa pembuang.
6. Catat tinggi dari h pada skala, taksir jarak vena kontakta secara visual dan
catat jaraknya dari lubang.
7. Atur kedudukan jarum penunjuk untuk menggambarkan lintasan pancaran.
Tandai posisi jarum pada kertas milimeter yang tersedia.
8. Ukur volume air yang keluar dengan gelas ukur dengan walktu yang
ditentukan oleh intruktur.
9. Catat jumlah volume air yang keluar pada gelas ukur.
10. Ulangi langkah-langkah di atas untuk harga h yang lain dengan merubah
kedudukan pipa pelimpah.
11. Hitung x2/h dan gambarkan x2/h versus y.
12. Cari harga Cv berdasarkan kemiringan garis singgung dari grafik yang
dihasilkan.

2.5 Dasar Teori


Jika pada dinding tangki dibuat suatu lubang kecil yang dalamnya
dari permukaan air = h, maka menurut hukum Torricelli pada lubang itu akan
keluar air dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan jatuh sebuah benda
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

yang jatuh bebas dari ketinggian h. Kecepatan air keluar yang ideal (teoritis)
menurut dalil di atas adalah :

vo  2 gh
Dimana h = jarak dari permukaan air sampai tengah lubang. Hukum
Torricelli hanya berlaku untuk benda cair yang sempurna/ideal, sebaliknya air
yang dipelajari adalah tidak sempurna dan memiliki kekentalan (vicosity),
sehingga kecepatan air keluar yang sebenarnya (riil) adalah :
v  n.vo

v  n 2 gh ; n =Cv, koefisien kecepatan pengliran

v  Cv 2 gh
v x 2y
Cv  v g 2
2 gh t ; t
;
x
Cv  t
2 g  2 y 2 
 t 
x
Cv 
2 hy

Gambar 2.1 Aliran dalam lubang kecil

Partikel zat cair yang mengalir melalui lubang berasal dari segala
arah. Karena zat cair mempunyai kekentalan maka beberapa partikel yang
mempunyai lintasan membelok akan mengalami kehilangan tenaga. Setelah
melewati lubang pancaran air mengalami kontraksi, yang ditunjukkan oleh
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

penguncupan aliran. Kontraksi maksimum terjadi pada suatu tampang sedikit


disebelah hilir lubang, dimana pancaran kurang lebih horisontal. Tampang
dengan kontraksi maksimum tersebut dikenal dengan vena kontrakta.

Gambar 2.2 Vena Kontrakta

Pada aliran zat cair melalui lubang terjadi kehilangan tenaga


menyebabkan beberapa parameter aliran akan lebih kecil dibanding pada
aliran zat cair ideal yang dapat ditunjukkan oleh beberapa koefisien, yaitu
koefisien kontraksi, kecepatan, dan debit. Koefisien kontraksi (Cc) adalah
perbandingan antara luas tampang aliran pada vena kontrakta (Ac) dan luas
lubang (A) yang sama dengan tampang aliran zat cair ideal.
Ac
Cc 
A
Ac  Cc  A
dalam hal ini juga berlaku persamaan Kontinuitas,
Q = konstan
Q1 = Q2 ; Q1 = debit masuk/menuju ke tangki
Q2 = debit keluar dari lubang
Q = v . Ac

=
Cv  Cc  A  2 gh ; Cv  Cc  Cd

=
Cd  A  2 gh

Q
Cd 
A  2 gh ; A = luas penampang lubang

aliran dari lubang kecil ini juga dipengaruhi oleh bilangan Reynolds,
yaitu
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

Dv
Re 
 ; Re = Reynolds number
D = diameter
v = kecepatan aliran
υ = vikositas kinetik air, diambil pada suhu 30oC

Tabel 2.1 Daftar Notasi


No Notasi Pengertian Satuan
.
1. Cv Koefisien kecepatan -
2. Cc Koefisien Kontraksi -
3. Cd Koefisien debit -
4. Υ Viskositas (0,804.10-6) -
5. Re Reynold number -
6. V Kecepatan aliran riil m/det
7. vo Kecepatan aliran teoritis m/det
8. H Head (ketinggian) m
9. A Luas penampang lubang mm2
10. Ac Luas tampang aliran pada vena mm2
kontrakta
11. X Jarak horizontal mm
12. Y Jarak vertikal mm
13. Q Debit aliran l/det
14. V Volume air m3
15. T Waktu det

2.6 Data Hasil Percobaan


A. Tinggi Konstanta dengan Diameter = 3 mm
Tabel 2.2 Data I Tinggi konstan D = 0,003 m
Head Volume Waktu Debit  
H V T Q √h
(m) (m^3) (detik) (m^3/detik) (m^0,5)
0,33 8,70×10-5 6,33 1,37×10-5 0,574
0,32 8,60×10-5 6,33 1,36×10-5 0,566
0,3 8,50×10-5 6,33 1,34×10-5 0,548
0,29 8,10×10-5 6,23 1,30×10-5 0,539
0,27 7,80×10-5 6,25 1,25×10-5 0,520
0,26 7,60×10-5 6,4 1,19×10-5 0,510

Tabel 2.3 Data II Tinggi konstan D = 0,003 m


PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

Head Jarak Tinggi


X^2/h √(X^2/h) √(Y)
H X Y
(m) (m) (m) (m) (m^0.5) (m^0.5)
0,33 0 0 0 0 0
0,33 0,05 0,001 7,58×10-3 8,70×10-2 3,16×10-2
0,33 0,1 0,007 3,03×10-2 1,74×10-1 8,37×10-2
0,33 0,15 0,017 6,82×10-2 2,61×10-1 1,30×10-1
0,33 0,2 0,032 1,21×10-1 3,48×10-1 1,79×10-1
0,33 0,25 0,05 1,89×10-1 4,35×10-1 2,24×10-1
0,33 0,3 0,072 2,73×10-1 5,22×10-1 2,68×10-1
0,33 0,35 0,098 3,71×10-1 6,09×10-1 3,13×10-1
0,33 0,4 0,131 4,85×10-1 6,96×10-1 3,62×10-1

Tabel 2.4 Data II Tinggi konstan D = 0,003 m


Head Jarak Tinggi
X^2/h √(X^2/h) √(Y)
H X Y
(m) (m) (m) (m) (m^0.5) (m^0.5)
0,32 0 0 0 0 0
0,32 0,05 0,001 7,81×10 -3
8,84×10-2
3,16×10-2
0,32 0,1 0,008 3,13×10-2 1,77×10-1 8,94×10-2
0,32 0,15 0,018 7,03×10-2 2,65×10-1 1,34×10-1
0,32 0,2 0,034 1,25×10-1 3,54×10-1 1,84×10-1
0,32 0,25 0,052 1,95×10-1 4,42×10-1 2,28×10-1
0,32 0,3 0,0755 2,81×10-1 5,30×10-1 2,75×10-1
0,32 0,35 0,105 3,83×10-1 6,19×10-1 3,24×10-1
0,32 0,4 0,1335 5,00×10-1 7,07×10-1 3,65×10-1
Tabel 2.5 Data II Tinggi konstan D = 0,003 m
Head Jarak Tinggi √(X^2/h
X^2/h √(Y)
H X Y )
(m) (m) (m) (m) (m^0.5) (m^0.5)
0,3 0 0 0 0 0
0,3 0,05 0,001 8,33×10-3 9,13×10-2 3,16×10-2
0,3 0,1 0,009 3,33×10-2 1,83×10-1 9,49×10-2
0,3 0,15 0,021 7,50×10-2 2,74×10-1 1,45×10-1
0,3 0,2 0,035 1,33×10-1 3,65×10-1 1,87×10-1
0,3 0,25 0,055 2,08×10-1 4,56×10-1 2,35×10-1
0,3 0,3 0,0795 3,00×10-1 5,48×10-1 2,82×10-1
0,3 0,35 0,1095 4,08×10-1 6,39×10-1 3,31×10-1
0,3 0,4 0,1425 5,33×10-1 7,30×10-1 3,77×10-1

Tabel 2.6 Data II Tinggi konstan D = 0,003 m


Head Jarak Tinggi X^2/h √(X^2/h) √(Y)
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

H X Y
(m) (m) (m) (m) (m^0.5) (m^0.5)
0,29 0 0 0 0 0
0,29 0,05 0,001 8,62×10-3 9,28×10-2 3,16×10-2
0,29 0,1 0,01 3,45×10-2 1,86×10-1 1,00×10-1
0,29 0,15 0,022 7,76×10-2 2,79×10-1 1,48×10-1
0,29 0,2 0,036 1,38×10-1 3,71×10-1 1,90×10-1
0,29 0,25 0,057 2,16×10-1 4,64×10-1 2,39×10-1
0,29 0,3 0,082 3,10×10-1 5,57×10-1 2,86×10-1
0,29 0,35 0,112 4,22×10-1 6,50×10-1 3,35×10-1
0,29 0,4 0,144 5,52×10-1 7,43×10-1 3,79×10-1

Tabel 2.7 Data III Tinggi konstan D = 0,003 m


Head h1 Head h2 h1-h2 √ h1 – √h2
Waktu
(m) (m) h (m) (m0.5)
0,33 0,32 0,01 2,57 8,77×10-3
0,32 0,31 0,01 8,63 8,91×10-3
0,31 0,3 0,01 23,18 9,05×10-3
0,3 0,29 0,01 36,32 9,21×10-3
0,29 0,28 0,01 50,45 9,37×10-3
0,28 0,27 0,01 61,92 9,54×10-3
0,27 0,26 0,01 76,44 9,71×10-3

B. Tinggi Konstan dengan Diameter = 6 mm

Tabel 2.8 Data I Tinggi konstan D = 0,006 m


Head Volume Waktu Debit  
H V T Q √h
(m) (m^3) (detik) (m^3/detik) (m^0,5)
0,33 3,30×10-4 6,38 5,17×10-5 0,574
0,32 3,19×10-4 6,4 4,98×10-5 0,566
0,3 3,09×10-4 6,35 4,87×10-5 0,548
0,29 3,00×10-4 6,12 4,90×10-5 0,539
0,27 2,95×10-4 6,33 4,66×10-5 0,520
0,26 2,90×10-4 6,35 4,57×10-5 0,510

Tabel 2.9 Data II Tinggi konstan D = 0,006 m


Head Jarak Tinggi
X^2/h √(X^2/h) √(Y)
H X Y
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

(m) (m) (m) (m) (m^0.5) (m^0.5)


0,33 0 0 0 0 0
0,33 0,05 0,003 7,58×10-3 8,70×10-2 5,48×10-2
0,33 0,1 0,009 3,03×10-2 1,74×10-1 9,49×10-2
0,33 0,15 0,0185 6,82×10-2 2,61×10-1 1,36×10-1
0,33 0,2 0,033 1,21×10-1 3,48×10-1 1,82×10-1
0,33 0,25 0,0515 1,89×10-1 4,35×10-1 2,27×10-1
0,33 0,3 0,073 2,73×10-1 5,22×10-1 2,70×10-1
0,33 0,35 0,099 3,71×10-1 6,09×10-1 3,15×10-1
0,33 0,4 0,1325 4,85×10-1 6,96×10-1 3,64×10-1

Tabel 2.10 Data II Tinggi konstan D = 0,006 m


Head Jarak Tinggi
X^2/h √(X^2/h) √(Y)
H X Y
(m) (m) (m) (m) (m^0.5) (m^0.5)
0,32 0 0 0 0 0
0,32 0,05 0,003 7,81×10-3 8,84×10-2 5,48×10-2
0,32 0,1 0,0095 3,13×10-2 1,77×10-1 9,75×10-2
0,32 0,15 0,019 7,03×10-2 2,65×10-1 1,38×10-1
0,32 0,2 0,035 1,25×10-1 3,54×10-1 1,87×10-1
0,32 0,25 0,0535 1,95×10-1 4,42×10-1 2,31×10-1
0,32 0,3 0,077 2,81×10-1 5,30×10-1 2,77×10-1
0,32 0,35 0,0107 3,83×10-1 6,19×10-1 1,03×10-1
0,32 0,4 0,135 5,00×10-1 7,07×10-1 3,67×10-1

Tabel 2.11 Data II Tinggi konstan D = 0,006 m


Head Jarak Tinggi
X^2/h √(X^2/h) √(Y)
H X Y
(m) (m) (m) (m) (m^0.5) (m^0.5)
0,3 0 0 0 0 0
0,3 0,05 0,003 8,33×10-3 9,13×10-2 5,48×10-2
0,3 0,1 0,0185 3,33×10-2 1,83×10-1 1,36×10-1
0,3 0,15 0,0225 7,50×10-2 2,74×10-1 1,50×10-1
0,3 0,2 0,0365 1,33×10-1 3,65×10-1 1,91×10-1
0,3 0,25 0,0565 2,08×10-1 4,56×10-1 2,38×10-1
0,3 0,3 0,082 3,00×10-1 5,48×10-1 2,86×10-1
0,3 0,35 0,112 4,08×10-1 6,39×10-1 3,35×10-1
0,3 0,4 0,145 5,33×10-1 7,30×10-1 3,81×10-1

Tabel 2.12 Data II Tinggi konstan D = 0,006 m


Head Jarak Tinggi
X^2/h √(X^2/h) √(Y)
H X Y
(m) (m) (m) (m) (m^0.5) (m^0.5)
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

0,29 0 0 0 0 0
0,29 0,05 0,003 8,62×10-3 9,28×10-2 5,48×10-2
0,29 0,1 0,012 3,45×10-2 1,86×10-1 1,10×10-1
0,29 0,15 0,024 7,76×10-2 2,79×10-1 1,55×10-1
0,29 0,2 0,038 1,38×10-1 3,71×10-1 1,95×10-1
0,29 0,25 0,0585 2,16×10-1 4,64×10-1 2,42×10-1
0,29 0,3 0,0845 3,10×10-1 5,57×10-1 2,91×10-1
0,29 0,35 0,115 4,22×10-1 6,50×10-1 3,39×10-1
0,29 0,4 0,148 5,52×10-1 7,43×10-1 3,85×10-1

Tabel 2.13 Data III Tinggi konstan D = 0,006 m


Head h1 Head h2 h1-h2 √ h1 – √h2
Waktu
(m) (m) h (m) (m0.5)
0,33 0,32 0,01 1,66 8,77×10-3
0,32 0,31 0,01 4,68 8,91×10-3
0,31 0,3 0,01 7,61 9,05×10-3
0,3 0,29 0,01 11,15 9,21×10-3
0,29 0,28 0,01 14,48 9,37×10-3
0,28 0,27 0,01 17,43 9,54×10-3
0,27 0,26 0,01 20,98 9,71×10-3

2.7 Tabel, Grafik, dan Data Hasil Perhitungan


a. Perhitungan Koefisien Kecepatan (Cv)
1. Head 0,33 m
Dari tabel 2.3, dan tabel 2.9 didapat grafik hubungan

X 2 dengan
√ h
√ Y pada head 0,34 m dengan diameter 0,003 m dan 0,006
m.
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

Hubungan Antara √(X^2/h) dan √(Y) Pada Head 330 mm


0
f(x) = 1.95 x − 0.01
0.1 f(x)
R² ==11.89 x + 0.08
0.2 R² = 0.97
√(X^2/h) 0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4

√(Y)

Diameter 3 Linear (Diameter 3) Linear (Diameter 3)


Linear (Diameter 3) Diameter 6 Linear (Diameter 6)
Linear (Diameter 6) Linear (Diameter 6)

Grafik 2.1 Hubungan Antara √(X^2/h) dan √(Y) pada head 0,33 m
 Diameter 0,003 m
slope
Cv 
2
1,9254
Cv = = 0,9627
2
 Diameter 0,006 m
slope
Cv 
2
1,9861
Cv = = 0,99305
2

H = 0,33 m
ᴓ = 0,003 m

(0,00 ; 0,00) (0,05 ; 0,001)


(0,1 ; 0,007)
(0,15 ; 0,017)
(0,2 ; 0,032)

(0,25 ; 0,05)

(0,3 ; 0,072)

(0,35 ; 0,098)

(0,4 ; 0,131)
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

Gambar 2.3 Sketsa hasil percobaan beda tinggi aliran Head 0,33 diameter
0,003

H = 0,33 m
ᴓ = 0,006 m

(0,00 ; 0,00) (0,05 ; 0,003)


(0,1 ; 0,009)
(0,15 ; 0,0185)
(0,2 ; 0,033)

(0,25 ; 0,0515)

(0,3 ; 0,073)

(0,35 ; 0,099)

(0,4 ; 0,1325)

Gambar 2.4 Sketsa hasil percobaan beda tinggi aliran Head 0,33 diameter
0,006

2. Head 0,32 m
Dari tabel 2.4 dan tabel 2.10 didapat grafik hubungan

X 2 dengan
√ h
√ Y pada head 0,32 m dengan diameter 0,003 m dan
0,006 m.
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

Hubungan Antara √(X^2/h) dan √(Y) Pada Head 310 mm


0
f(x)==1.93
f(x) 1.99x x+−0.01
0.01
0.1 R²R²==11
0.2
0.3
√(X^2/h)

0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4

√(Y)

Diameter 3 Linear (Diameter 3) Linear (Diameter 3)


Diameter 6 Linear (Diameter 6)

Grafik 2.2 Hubungan Antara √(X^2/h) dan √(Y) pada head 0,32 m

 Diameter 0,003 m
slope
Cv 
2
1,9336
Cv = = 0,9668
2
 Diameter 0,006 m
slope
Cv 
2
1,9865
Cv = = 0,99325
2

3. Head 0,3 m
Dari tabel 2.5, dan tabel 2.11 didapat grafik hubungan

X 2 dengan
√ h
√ Y pada head 0,3 m dengan diameter 0,003 m dan 0,006
m.
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

Hubungan Antara √(X^2/h) dan √(Y) Pada Head 300 mm


0
f(x)==1.9
f(x) 1.94
x +x0.01
− 0.01
0.1 R²R²==11
0.2
0.3
√(X^2/h)

0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4

√(Y)

Diameter 3 Linear (Diameter 3) Linear (Diameter 3)


Diameter 6 Linear (Diameter 6) Linear (Diameter 6)

Grafik 2.3 Hubungan Antara √(X^2/h) dan √(Y) pada head 0,30 m

 Diameter 0,003 m
slope
Cv 
2
1,9343
Cv = = 0,96715
2
 Diameter 0,006 m
slope
Cv 
2
1,987
Cv = = 0,9935
2

4. Head 0,29 m
Dari tabel 2.6, dan tabel 2.12 didapat grafik hubungan

X 2 dengan
√ h
√ Y pada head 0,34 m dengan diameter 0,003 m dan 0,006
m.
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

Hubungan Antara √(X^2/h) dan √(Y) Pada Head 290 mm


0
f(x)= =1.92
f(x) 1.96x x+ −0.01
0.01
0.1 R²R²= =1 1
0.2
0.3
√(X^2/h)
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45

√(Y)

Diameter 3 Linear (Diameter 3) Linear (Diameter 3)


Diameter 6 Linear (Diameter 6)

Grafik 2.4 Hubungan Antara √(X^2/h) dan √(Y) pada head 0,29 m
 Diameter 0,003 m
slope
Cv 
2
1,9409
Cv = = 0,97045
2
 Diameter 0,006 m
slope
Cv 
2
1,9866
Cv = = 0,9933
2
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

b. Perhitungan Koefisien Debit (Cd)


Dari data I pada perhitungan debit, dapat dihitung:
 Dari Tabel 2.2 didapat grafik untfuk menentukan slope pada diameter 3
mm

Slope Diameter 3
0
0
0
Tinggi (m)

0
f(x) = 0 x − 0
0 R² = 0.93
0
0
0
0.5 0.51 0.52 0.53 0.54 0.55 0.56 0.57 0.58

Jarak (m)

Slope D3 Linear (Slope D3)


Linear (Slope D3) Linear (Slope D3)

Grafik 2.5 Hubungan Q dan √ h untuk menentukan nilai slope pada


diameter 0,003 m

Slope
C d=
A0 √ 2 g
3 x 10−5
C d=
7,065 x 10−6 √ 2 x 9,8 1
C d=0,959
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

 Dari Tabel 2.8 didapat grafik untuk menentukan slope pada diameter 6
mm

Slope Diameter 6
0.000045
0.000046
f(x) = 0 x + 0
0.000047 R² = 0.94

0.000048
Tinggi (m)

0.000049
0.000050
0.000051
0.000052
0.000053
0.5 0.51 0.52 0.53 0.54 0.55 0.56 0.57 0.58

Jarak (m)

Slope D6 Linear (Slope D6)

Grafik 2.6 Hubungan Q dan √ h untuk menentukan nilai slope pada


diameter 0,006 m
Slope
C d=
A0∗√ 2 g
8 x 10−5
C d=
2,82 x 10−5∗√ 2∗9,81
C d=0,640459

Dari grafik 2.5 dan 2.6 hubungan antara debit actual dengan √h
menunjukkan bahwa debit actual berbanding lurus dengan akar dari
ketinggian air. Dengan demikian semakin besar ketinggian air maka debit
actual juga akan semakin besar. Nilai C d tergantung pada slope yang ada
pada grafik.
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

c. Perhitungan Koefisien Debit Secara Grafis (Cd Grafis)


Dari data III pada perhitungan debit secara grafis, dapat dihitung:
 Dari tabel 2.7 didapat grafik untuk menentukan slope pada diameter
0,003 m

Slope Diameter 3
0.01
0.01
0.01
√(ℎ1-√(ℎ2 (m0,5)

0.01
f(x) = 0 x + 0.01
0.01 R² = 1

0.01
0.01
0.01
0.01
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

waktu kumatif (s)

Slope D3 Linear (Slope D3) Linear (Slope D3)

Grafik 2.7 Hubungan √ h1-√ h2 dengan waktu kumulatif untuk


menentukan nilai slope pada diameter 0,003 m
Ar 2
C d Grafis=
A √
∗ ∗slope
g
1,832 x 10−2 2
C d Grafis=
7,065 x 10−6

9,81 √
∗1 x 10−5

C d Grafis=0,0117082988

 Dari tabel 2.13 didapat grafik untuk menentukan slope pada diameter
0,006 m
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

Slope Diameter 6
0.01
0.01
0.01
√(ℎ1-√(ℎ2 (m0,5) 0.01 f(x) = 0 x + 0.01
0.01 R² = 1

0.01
0.01
0.01
0.01
0 5 10 15 20 25 30

waktu kumulatif (s)

Slope D6 Linear (Slope D6) Linear (Slope D6)

Grafik 2.8 Hubungan √ h1-√ h2 dengan waktu kumulatif untuk menentukan


nilai slope pada diameter 0,006 m
Ar 2
C d Grafis=
A √
∗ ∗slope
g
1,832 x 10−2 2
C d Grafis=
2,82 x 10−5

9,81 √
∗4 x 10−5

C d Grafis=0,01173321007

Dari grafik 2.7 dan 2.8 hubungan antara akar dari perbedaan waktu
dengan tinggi menunjukkan bahwa akar dari perbedaan tinggi berbanding
lurus dengan waktu sehingga semakin besar perbedaan tinggi maka waktu
pun akan semakin besar. Semakin besar diameter maka waktu yang
dibutuhkan pun akan semakin besar untuk setiap akar perbedaan tinggi.

d. Perhitungan Koefisien Kontrakta (Cc)


 Perhitungan Cc pada lubang diameter 0,003 m
Cd 0,959
 Untuk head 0,33 m = Cc = = = 0,9958
C v 0,9627
Cd 0,959
 Untuk head 0,32 m = Cc = = = 0,9916
C v 0,9668
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

Cd 0,959
 Untuk head 0,30 m = Cc = = = 0,9912
C v 0,9672
Cd 0,959
 Untuk head 0,29 m = Cc = = = 0,9878
C v 0,9705
 Perhitungan Cc pada lubang diameter 0,006 m
Cd 0,6405
 Untuk head 0,33 m = Cc = = = 0,6449
C v 0,9931
Cd 0,6405
 Untuk head 0,32 m = Cc = = = 0,6448
C v 0,9933
Cd 0,6405
 Untuk head 0,30 m = Cc = = = 0,6446
C v 0,9935
Cd 0,6405
 Untuk head 0,29 m = Cc = = = 0,6448
C v 0,9933

b. Perhitungan Koefisien Kontrakta Secara Grafis (Cc Grafis)


 Perhitungan Cc grafis pada lubang diameter 0,003 m
 Untuk head 0,33 m :
Cd grafis 0,01171
Cc grafis = = = 0,01216
Cv 0,9627
 Untuk head 0,32 m :
Cd grafis 0,01171
Cc grafis = = = 0,01211
Cv 0,9668
 Untuk head 0,30 m :
Cd grafis 0,01171
Cc grafis = = = 0,01210
Cv 0,9672
 Untuk head 0,29 m :
Cd grafis 0,01171
Cc grafis = = = 0,01206
Cv 0,9705

 Perhitungan Cc grafis pada lubang diameter 0,006 m


 Untuk head 0,33 m :
Cd grafis 0,01173
Cc grafis = = = 0,01182
Cv 0,9931
 Untuk head 0,32 m :
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

Cd grafis 0,01173
Cc grafis = = = 0,01181
Cv 0,9933
 Untuk head 0,30 m :
Cd grafis 0,01173
Cc grafis = = = 0,01181
Cv 0,9935
 Untuk head 0,29 m :
Cd grafis 0,01173
Cc grafis = = = 0,01181
Cv 0,9933

2.3.1 Hubungan h Dengan Cv, Cd, Cd Grafis, Cc, dan Cc Grafis


1. Hasil Tabel
Tabel 2.14 Hubungan Antar Pada Diameter 0,003 m
Head Va Vt Qa Qt
(m) (m/detik) (m/detik) (m^3/detik) (m^3/detik)
0,33 1,9454 2,544524 1,37E-05 1,79771E-05
0,32 1,9230 2,505674 1,36E-05 1,77026E-05
0,30 1,9007 2,426108 1,34E-05 1,71405E-05
0,29 1,8403 2,38533 1,30E-05 1,68524E-05

Cv Cd Cd Grafis Cc Cc Grafis

0,9627 0,959 1,170830E-01 0,99579196 1,21619E-01


0,9668 0,959 1,170830E-01 0,99156901 1,21104E-01
0,96715 0,959 1,170830E-01 0,99121017 1,21060E-01
0,97045 0,959 1,170830E-01 0,98783958 1,20648E-01

Tabel Tabel 2.15 Hubungan Antar Pada Diameter 0,006 m


Head Va Vt Qa Qt
(m) (m/detik) (m/detik) (m^3/detik) (m^3/detik)
0,33 1,8342 2,544524 5,17E-05 7,17556E-05
0,32 1,7675 2,505674 4,98E-05 7,06600E-05
0,30 1,7256 2,426108 4,87E-05 6,84162E-05
0,29 1,7383 2,38533 4,90E-05 6,72663E-05

Cv Cd Cd Grafis Cc Cc Grafis

0,99305 0,6405 1,173321E-01 0,64494141 1,18153E-01


0,99325 0,640 1,173321E-01 0,64481154 1,18129E-01
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

0,9935 0,640 1,173321E-01 0,64464929 1,18100E-01


0,9933 0,640 1,173321E-01 0,64477909 1,18124E-01

2. Hasil Grafik

Hubungan Cv grafis dan h


0.99
1 0.99 0.99 0.99

0.97
0.96
0.97 0.97
0.95
Cv

0.9
0.33 0.32 0.3 0.29

h (m)

Diameter 3 Diameter 6

Grafik 2.9 Hubungan Antara h Dengan Cv

Hubungan Cd dan h
1.025
0.959 0.959 0.959 0.959

0.925

0.825

0.725
Cd

0.625
0.640 0.640 0.640 0.640
0.525

0.425
0.33 0.32 0.3 0.29

h (m)

Diameter 3 Diameter 6

Grafik 2.10 Hubungan Antara h Dengan Cd


PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

Hubungan Cd grafis dan h


0.1174
0.1174
0.1173
C d g ra fis 0.1173
0.1172
0.1172
0.1171
0.1171
0.1170
0.1170
0.33 0.32 0.3 0.29

h (m)

Diameter 3 Diameter 6

Grafik 2.11 Hubungan Antara h Dengan Cd Grafis

Hubungan Cc dan h
1.23

1.03

0.83
Cc

0.63

0.43
0.33 0.32 0.3 0.29

h (m)

Diameter 3 Diameter 6

Grafik 2.12 Hubungan Antara h Dengan Cc

Hubungan Cc grafis dan h


0.1250

0.1230
C c g rafis

0.1210

0.1190

0.1170

0.1150
0.33 0.32 0.3 0.29
h (m)

Diameter 3 Diameter 6

Grafik 2.13 Hubungan Antara h Dengan Cc Grafis


PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

Dari gambar 2.9 - 2.13 hubungan antara h dengan Cv, Cd, dan
Cc menunjukkan bahwa untuk nilai Cv dan Cc bervariasi untuk setiap
ketinggian. Dan Cd adalah konstan untuk setiap ketinggian. Grafik
tersebut juga akan menunjjukkan Cv akan semakin besar jika
diameter diperbesar, sedangkan Cd dan Cc akan semakin kecil jika
diameter diperbesar.

2.8 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan,
yaitu:
a. Koefisien kecepatan (Cv) diperoleh dari grafik
hubungan antara akar dari Jarak horizontal berbanding Head (ketinggian)
dengan akar dari Jarak vertikal.
b. Koefisien debit (Cd) diperoleh dari grafik hubungan
antara Debit aktual dengan akar dari Head (ketinggian).
c. Koefisien kontraksi (Cc) diperoleh dari nilai koefisien
debit (Cd) dibagi dengan nilai koefisien kecepatan (Cv).
d. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan diperoleh
nilai :
Cv = 0,9627 ; 0,9668 ; 0,9672 ; 0,9705 (untuk D = 3 mm),
0,9931 ; 0,9933 ; 0,9935 ; 0,9933 (untuk D = 6 mm)
Cd = 0,959 (untuk D = 3 mm)
0,6405 (untuk D = 6 mm)
Cc = 0,9958; 0,9916 ; 0,9912 ; 0,9878 (untuk D = 3 mm),
0,6449 ; 0,6448 ; 0,6446 ; 0,6448 (untuk D = 6 mm).
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

2.9 Lampiran

Gambar 2.5 Satu Set Unit Orifice dan Gambar 2.6 Pemasangan millimeter
Jet Apparatus blok A3

Gambar 2.7 Mengatur kedudukan Gambar 2.8 Gelas ukur untuk


jarum penunjuk mengukur volume

Gambar 2.9 Proses pengambilan data percobaan


PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

BAB III
KESTABILAN BENDA APUNG

3.1 Pendahuluan
Suatu benda terapung dalam keseimbangan stabil apabila pusat
beratnya berada di bawah pusat apung. Benda terapung dengan kondisi
tertentu dapat pula dalam keseimbangan stabil meskipun pusat beratnya
berada di atas pusat apung. Keseimbangan benda dalam kondisi ini,
misalnya keseimbangan kapal.
Hidropower Elevator adalah sebuah fasilitas transportasi naik-turun
serupa lift yang memanfaatkan sifat/property air sebagai tenaga
penggeraknya. Mekanisme Hidropower Elevator menerapkan prinsip hokum
mekanika dasar newton tanpa dasistemkatrol dan hidromekanika sebagai
prinsip pembangkit tenaganya. Gaya - gaya yang bekerja, yakni gaya berat
(gravitasi) dan gaya apung air (buoyancy) akan dikombinasikan dan
dikendalikan sedemikian rupa hingga didapatkan gaya resultan yang
digunakan untuk menaikkan dan menurunkan kotak penumpang/lift. Dengan
demikian, bentuk pembangkit tenaga pada elevator ini merupakan salah satu
usaha pemanfaatan bentuk energy baru yang memanfaatkan potensi energy
dari lingkungan sekitar. Dengan memanfaatkan air sebagai tenaga
pembangkit yang mudah diperoleh dan diaplikasikan.

3.2 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kestabilan
benda apung dan tinggi titk metasentrum.

3.3 Alat dan Bahan


Berikut ini adalah alat dan bahan yang digunakan:
1. Baskom berisi air.
2. Unit Metasentric Height Apparatus F1-14.
3. Neraca digital.
4. Jangka sorong.
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

3.4 Prosedur Percobaan


Berikut ini adalah prosedur pelaksanaan pada percobaan ini:
1. Siapkan semua peralatan yang dibutuhkan.
2. Mencatat berat masing-masing komponen yang ada pada ponton.
3. Mengukur dimensi ponton.
4. Rakit semua alat.
5. Meletakkan ponton di baskom berisi air.
6. Tetapkan tinggi “sliding mass” (Menurut Intruktur).
7. Terlebih dahulu mengatur unting-untingnya, dimana dalam keadaan
stabil sudut bacaannya nol derajat.
8. Menghitung kedalaman bagian ponton yang terendam (d), untuk
kemudian menentukan titik pusat gaya apung dari dasar ponton dalam
keadaan stabil (B).
9. Geser Adjustable Mass (berdasarkan petunjuk intruktur)ke kiri dan ke
kanan secara bertahap, masing-masing tahap diamati secara berhati-hati
dan dicatat pengamatan pada skala sudut dengan pembacaan sudut
benang unting-unting.
10. Ulangi percobaan nomor 9, dengan tinggi “sliding mass” yang berbeda
pada langkah nomor 6.

3.5 Dasar Teori


a. Terapung
Jika hanya sebagian benda yang tercelup ke dalam zat cair.
Dalam keadaan ini berat benda lebih kecil daripada gaya ke atas dari zat
cair. Atau dengan kata lain supaya benda dapat mengapung maka masa
jenis benda harus lebih kecil daripada masa jenis zat cair
Vc = volume benda yang tercelup
Vb = volume benda seluruhnya

b. Stabil
Suatu benda dikatakan stabil bila benda tersebut tidak
terpengaruh oleh ganguan kecil (gaya) yang mencoba membuatnya tidak
seimbang. Bila sebaliknya benda itu dikatakan dalam keadaan tidak
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

stabil atau labil. Suatu benda terapung dalam keseimbangan stabil


apabila titik pusat berat benda (Bo) berada di bawahtitik pusat apung
benda (Ao) dan jika sebaliknya maka benda dalam keseimbangantidak
stabil. Apabila titik pusat berat benda (Bo) berimpit dengan titik pusat
apungbenda (Ao) maka benda dikatakan dalam keseimbangan sembarang
(indifferent).
Dalam kesetimbangan benda terapung maka kita akan mengacu
pada Prinsip Hukum Archimedes :
“ Benda yang terapung atau terendam dalam zat cair akan mengalami
gaya apung sebesar berat zat cair yang dipindahkan oleh benda
tersebut ”
Sebuah benda dikatakan stabil apabila benda tersebut kembali
keposisi kesetimbangannya semula apabila benda tersebut diusik
( meskipun sedikit). Untuk benda terapung, masalah kestabilan lebih
rumit karena jika benda berotasi lokasi pusat apungnya bisa berubah.
Jika hanya sebagian benda yang tercelup kedalam zat cair. Dalam hal ini
berat benda lebih kesil daripada gaya keatas dari zat cair. Atau dengan
kata lain supaya benda mengapung maka massa jenis benda harus lebih
kecil daripada massa jenis zat cair. Suatu benda terapung dalam
keseimbangan stabil apabila pusat beratnya berada dibawah pusat berat
apungnya. Namun, benda terapung dalam kondisi tertentu dapat pula
dalam keseimbangan stabil meski pusat beratnya berada diatas pusat
apung.
Ada 3 syarat dari keseimbangan benda padat:
1. Seimbang dan stabil:
Sedikit perubahan darikeadaan seimbang ini akan
menyebabkan momen pengembalian posisi bekerja dan
mengembalikan ke keadaan semula.
2. Seimbang tapi tidak stabil
Sedikit perubahandari kedudukan seimbang ini
akanmenimbulkan momen guling dan tidak akankembali ke
kedudukan semula.
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

3. Seimbang dan netral:


Benda akan tetap berada dalam keadaan seperti
semula
meskipun kedudukannya diubah.
Suatu benda terapung dalam keseimbangan stabil apabila pusat
beratnya (G) berada di bawah pusat apung (B). Benda terapung dengan
kondisi tertentu dapat pula dalam keseimbangan stabil meskipun pusat
beratnya (G) berada diatas pusat apung (B).
Kondisi stabilitas benda terapung dapat diketahui berdasarkan
tinggi metasentrum, yang dapat dihitung dengan rumus.

Gambar 3.1 kondisi stabilitas benda apung


Pada gambar diatas, setelah benda digoyang, disebelah kanan sumbu
simetris terjadi tambahan gaya apung sebesar dFB dan di sebelah kiri
terjadi pengurangan
G sebesar dFB. Apabila ditinjau suatu elemen dengan
luas tampang dA dan terletak pada jarak x dari sumbu, simetris, maka
penambahan gaya apung adalah :
dFB = xtg α dA γ
dengan x tg α adalah tinggi elemen
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

momen kopel yang terjadi :


dM = xtg α dA γx= γtg αx2 dA
dengan ∫ χ 2dA adalah momen inersia tampang lintang benda terapung
yang terpotong muka ait terhadap sumbu rotasi, Io,sehingga bentuk diatas
menjadi
M = γtg α Io .................................................... ( 1 )
Selain itu momen yang ditimbulkan oleh gaya apung terhadap
sumbu
sumbu simetris adalah :
M = FB . BM sin α
M = γ V . BM sin α ……………………………. ( 2 )
Dengan V adalah volume air yang dipindahkan,
Subtitusi nilai M dari persamaan ( 1 ) ke dalam persamaan ( 2 ) akan
memberikan :
γ tg α Io = γ V ( BM sin α )
Untuk nilai α sangat kecil, sin α = tg α ̴ α, sehingga:
Io = V BM
Atau
Io
BM =
V
Tinggi metrasentrum adalah :
GM = BM – BG
Io
GM = – BG……………………………………………….( 3 )
V
Kondisi stabilitas benda terendam maupun terapung dapat
diketahui berdasarkan tinggi metasentrumnya.Apabila G di bawah B
maka BG ditambahkan. Dalam keadaan ini tinggi metasentrum selalu
positif dan keseimbangan adalah stabil.
Titik metasentrum adalah titik potong antara garis vertikal
melalui pusat apung benda setelah digoyangkan dengan garis vertikal
melalui berat benda sebelum digoyangkan.
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

Gambar 3.2 Titik metasentrum

X
Dari persamaan trigonometri, diperoleh : Tanθ = GN
Karena massa adjustable mass dan massa fonton diperhitungkan, maka
dimasukkanlah massa yaitu dengan mengalikan koefisien X dengan
massa adjustable mass (arah horizontal) dan koefisien GM dengan massa
ponton (arah vertical). Biasanya penyebab posisi (B) pada gambar diatas
adalah bergeraknya suatu benda tertentu (b) sejauh x dari titik G,
sehingga untuk mengembalikan ke posisi semula harus memenuhi
persamaan berikut:
Momen guling = Momen yang mengembalikan ke posisi semula w
b.x = W . GM . Sin θ , maka:
GM = b . x / W . sin θ
= b. x / W . tan θ

Cara menentukan nilai dari GM praktikum :


bX
GM =
W tan θ
Keterangan :
GM : Tinggi metasentrum
GN : Jarak titik berat ke puncak sliding mass
I0 : Momen inersia tampang benda yang terpotong permukaan zat cair
V : Volume zat cair yang di pindahkan benda
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

BG : Jarak antara pusat berat dan pusat apung


OG : Jarak antara pusat berat dan dasar
OB : Jarak antara pusat apung dan dasar
X : Jarak adjustable mass terhadap as ponton

3.6 Data Hasil Percobaan


 Data Hasil Percobaan
Diketahui:
- Tinggi Slidding mass (t) = 65 mm
- Berat Massa Transversal = 221 gram
- Berat Adjustable Mass (b) = 320 gram
- Dimensi pontoon ( p = 350 mm; l = 200 mm; t = 75 mm)
- Berat total alat ( W) = 1447 gram
- G = 9,81 m/s2
-  air = 1 gram/cm3

DATA 1
Tinggi geseran Sliding Mass (a) = 0 mm
t
Tinggi pusat berat dari dasar ponton (Y) =a+ =32,5 mm
2
Kedalaman ponton yang terendam (d) = 20 mm
d
Posisi titik apung ( ) = 10 mm
2
Tabel 3.1 Data 1
Geseran B (mm) Derajat ( o )
No. Kiri Kanan Kiri Kanan
(X) (X) Ө Ө
1 7 7 0,9 0.8
2 14 14 1,8 1,9
3 21 21 2,7 2,8
4 28 28 3,3 3,4
5 35 35 4,1 4,2
6 42 42 4,8 4,9
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

DATA II
Tinggi geseran Sliding Mass (a) = 60 mm
t
Tinggi pusat berat dari dasar ponton (Y) =a+ = 92,5 mm
2
Kedalaman ponton yang terendam (d) = 23 mm
d
Posisi titik apung ( ) = 11,5 mm
2
Tabel 3.2 Data II
Geseran B (mm) Derajat ( o )
No. Kiri Kanan Kiri Kanan
(X) (X) Ө Ө
1 7 7 1 0,9
2 14 14 2 1,9
3 21 21 3 2,9
4 28 28 3,6 3,5
5 35 35 4,5 4,5
6 42 42 5,4 5,3

DATA III
Tinggi geseran Sliding Mass (a) = 120 mm
t
Tinggi pusat berat dari dasar ponton (Y) =a+ =152,5 mm
2
Kedalaman ponton yang terendam (d) = 25 mm
d
Posisi titik apung ( ) = 12,5 mm
2
Tabel 3.3 Data III
Geseran B (mm) Derajat ( o )
No. Kiri Kanan Kiri Kanan
(X) (X) Ө Ө
1 7 7 1,1 1,1
2 14 14 2 2,1
3 21 21 3 3,1
4 28 28 4 4,1
5 35 35 4,9 5
6 42 42 6 5,9
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

DATA IV
Tinggi geseran Sliding Mass (a) = 180 mm
t
Tinggi pusat berat dari dasar ponton (Y) =a+ = 212,5 mm
2
Kedalaman ponton yang terendam (d) = 25 mm
d
Posisi titik apung ( ) = 12,5 mm
2
Tabel 3.4 Data IV
Geseran B (mm) Derajat ( o )
No. Kiri Kanan Kiri Kanan
(X) (X) Ө Ө
1 7 7 1,3 1,4
2 14 14 2,4 2,5
3 21 21 3,4 3,5
4 28 28 4,5 4,6
5 35 35 5,8 5,9

DATA V
Tinggi geseran Sliding Mass (a) = 240 mm
t
Tinggi pusat berat dari dasar ponton (Y) =a+ = 272,5 mm
2
Kedalaman ponton yang terendam (d) = 25 mm
d
Posisi titik apung ( ) = 12,5 mm
2
Tabel 3.5 Data V
Geseran B (mm) Derajat ( o )
No. Kiri Kanan Kiri Kanan
(X) (X) Ө Ө
1 7 7 1,5 1,5
2 14 14 2,7 2,8
3 21 21 4 4
4 28 28 5,3 5,3
5 35 35 6,5 6,5

 Contoh Perhitungan
1.Contoh:
Untuk a = 0 cm = 0 mm
Diketahui :X = 7 mm
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

θ = 0,9
tan0,9 ° = 0,016
y = 32,5 mm
b (berat adjustable mass) = 320 gr
W(berat total) = 1447 gr

Maka nilai dari GM praktikum adalah :


bX
GM praktikum =
W tan θ
320 x 7
=
1447 x tan 0,9 °
= 98,543 mm
2. Cara menetukan nilai dari GM teori
W = F.a
m.g = ρ.g. v
m = ρ( p . l. d )
m W +w
d = =
ρ . p .l ρ . p .l
p .l 3 l2
BM = =
12. p .l . d 12.d
1
BG = y− . d ; y = jarak titik berat kedasar pontoon
2
GM teori = BM – BG
Contoh:
Diketahui: y = 32,5 mm
d = 20 mm
p = 350 mm
l = 200 mm
Jawab:
l2
 BM =
12.d
(200)2
BM =
12 x 20
BM = 166,667
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

1
 BG = y− . d
2
1
BG = 32,5− .20
2
BG = 22,5
Maka, GM teori = BM – BG
GM teori = 166,667 – 22,5
GM teori = 144,17 mm
Untuk hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel 3.6 - 3.15.

 Tabel Hasil Perhitungan Geseran Sudut ()


Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan dari geseran sudut.
Tabel 3.6 Tabel Hasil Percobaan dengan nilai a= 0 cm
Keadaan
Kekiri Kekanan
No Stabil
X  X 
1. 7 0,9 98,543 0 7 0.8 110,862
2. 14 1,8 98,518 0 14 1,9 93,330
3. 21 2,7 98,478 0 21 2,8 94,955
4. 28 3,3 107,391 0 28 3,4 104,225
5. 35 4,1 107,981 0 35 4,2 105,401
6. 42 4,8 110,610 0 42 4,9 108,342

Tabel 3.7 Tabel Hasil Percobaan dengan nilai a= 6 cm


Kekiri Keadaan Kekanan
No
X  Stabil X 
1. 7 1 88,687 0 7 0,9 98,543
2. 14 2 88,600 0 14 1,9 93,330
3. 21 3 88,615 0 21 2,9 91,676
4. 28 3,6 98,421 0 28 3,5 101,290
5. 35 4,5 98,348 0 35 4,5 98,348
6. 42 5,4 98,259 0 42 5,3 100,124

Tabel 3.8 Tabel Hasil Percobaan dengan nilai a= 12 cm


Kekiri Keadaan Kekanan
No
X  Stabil X 
1. 7 1,1 80,622 0 7 1,1 80,622
2. 14 2 88,660 0 14 2,1 84,434
3. 21 3 88,615 0 21 3,1 85,751
4. 28 4 88,551 0 28 4,1 86,385
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

5. 35 4,9 90,285 0 35 5 88,470


6. 42 6 88,371 0 42 5,9 89,880

Tabel 3.9 Tabel Hasil Percobaan dengan nilai a= 18 cm


Kekiri Keadaan Kekanan
No
X  Stabil X 
1. 7 1,3 68,216 0 7 1,4 63,341
2. 14 2,4 73,870 0 14 2,5 70,911
3. 21 3,4 78,169 0 21 3,5 75.930
4. 28 4,5 78,678 0 28 4,6 76,961
5. 35 5,8 76,200 0 35 5,9 79,900

Tabel 3.10 Tabel Hasil Percobaan dengan nilai a= 24 cm


Kekiri Keadaan Kekanan
No
X  Stabil X 
1. 7 1,5 59,117 0 7 1,5 59,117
2. 14 2,7 65,652 0 14 2,8 63,304
3. 21 4 66,414 0 21 4 66,414
4. 28 5,3 66,749 0 28 5,3 66,749
5. 35 6,5 67,934 0 35 6,5 67,934

 Tabel Perhitungan Rata - Rata


Tabel 3.11 perhitungan rata-rata dengan nilai a = 0 cm
Hasil Rerata
b. X
NO. X θ rata – rata ( ) rata – rata
W . tan θ
1 5 0,85 104,702
2 10 1,85 95,924
3 15 2,75 96,717
4 20 3,35 105,808
5 25 4,15 106,691
6 30 4,85 109,476

Tabel 3.12 perhitungan rata-rata dengan nilai a = 6 cm


Hasil Rerata
b. X
NO. X θ rata – rata ( ) rata – rata
W . tan θ
1 5 0,95 93,615
2 10 1,95 90,995
3 15 2,95 90,145
4 20 3,55 99,831
5 25 4,5 98,348
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

6 30 5,35 99,191

Tabel 3.13 perhitungan rata-rata dengan nilai a = 12 cm


Hasil Rerata
b. X
NO. X θ rata – rata ( ) rata – rata
W . tan θ
1 5 1,1 80,622
2 10 2,05 86,547
3 15 3,05 87,183
4 20 4,05 87,468
5 25 4,95 89,378
6 30 5,95 89,126

Tabel 3.14 perhitungan rata-rata dengan nilai a = 18 cm


Hasil Rerata
b. X
NO. X θ rata – rata ( ) rata – rata
W . tan θ
1 5 1,35 65,779
2 10 2,45 72,391
3 15 3,45 77,050
4 20 4,55 77,820
5 25 5,85 75,550

Tabel 3.15 perhitungan rata-rata dengan nilai a = 24 cm


Hasil Rerata
b. X
NO. X θ rata – rata ( ) rata – rata
W . tan θ
1 5 1,5 59,117
2 10 2,75 64,478
3 15 4 66,414
4 20 5,3 66,749
5 25 6,5 67,934
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

 Grafik Hubungan Antara Jarak X dengan Ө rata-rata


Berdasarkan hasil perhitungan tabel tersebut dapat digambarkan
dalam grafik dibawah ini.

Jarak dan Teta


0.09 0.084547

0.08 f(x) = 0 x + 0 0.072368


R² = 0.99
0.07
0.058435
Sin Ꝋ rata-rata (Y)

0.06
0.047978
0.05
0.04 0.032283
0.03
0.02 0.014835
0.01
0.00
5 10 15 20 25 30 35 40 45

Jarak (X)

Grafik 3.1 Hubungan antara jarak X dengan Ө rata-rata, a = 0 mm

Jarak dan Teta


0.10 0.09
0.09 f(x) = 0 x + 0 0.08
0.08 R² = 1
0.07
Sin Ꝋ rata-rata (Y)

0.06
0.06 0.05
0.05
0.04 0.03
0.03
0.02
0.02
0.01
0.00
5 10 15 20 25 30 35 40 45

Jarak (X)

Grafik 3.2 Hubungan antara jarak X dengan Ө rata-rata, a = 60 mm


PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

Jarak dan Teta


0.12
0.1
0.10 f(x) = 0 x + 0 0.09
R² = 1
Sin Ꝋ rata-rata (Y)

0.08 0.07

0.06 0.05

0.04
0.04
0.02
0.02

0.00
5 10 15 20 25 30 35 40 45

Jarak (X)

Grafik 3.3 Hubungan antara jarak X dengan Ө rata-rata, a = 120 mm

Jarak dan Teta


0.12
f(x) = 0.02 x + 0 0.1
R² = 1
0.10
0.08
Sin Ꝋ rata-rata (Y)

0.08
0.06
0.06
0.04
0.04
0.02
0.02

0.00
0 1 2 3 4 5 6 7

Jarak (X)

Grafik 3.4 Hubungan antara jarak X dengan Ө rata-rata, a = 180 mm


PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

Jarak dan Teta


0.12 0.11
f(x) = 0.02 x + 0
R² = 1
0.10 0.09
Sin Ꝋ rata-rata (Y)

0.08 0.07

0.06 0.05

0.04
0.03

0.02

0.00
0 1 2 3 4 5 6 7

Jarak (X)

Grafik 3.5 Hubungan antara jarak X dengan Ө rata-rata, a = 240 mm


 Tabel perhitungan a ; GMteori ; GMpraktikum ; dan Kesalahan Relatif
Berikut ini disajikan tabel hasil perhitungan GMteori, GMpraktikum,
dan kesalahan relative dari masing-masing percobaan yang dilakukan.
Tabel 3.16 Hasil perhitungan data 1
X GMteori GMpraktikum
5 137,246 104,702
10 137,246 95,924
15 137,246 96,717
20 137,246 105,808
25 137,246 106,691
30 137,246 109,476

Tabel 3.17 Hasil perhitungan data 2


X GMteori GMpraktikum
5 52,646 93,615
10 52,646 90,995
15 52,646 90,145
20 52,646 99,831
25 52,646 98,348
30 52,646 99,191

Tabel 3.18 Hasil perhitungan data 3


X GMteori GMpraktikum
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

5 -34.378 80,622
10 -34.378 86,547
15 -34.378 87,183
20 -34.378 87,468
25 -34.378 89,378
30 -34.378 89,126

Tabel 3.19 Hasil perhitungan data 4


X GMteori GMpraktikum
5 -109.065 65,779
10 -109.065 72,391
15 -109.065 77,050
20 -109.065 77,820
25 -109.065 75,550

Tabel 3.20 Hasil perhitungan data 5


X GMteori GMpraktikum
5 -183,353 59,117
10 -183,353 64,478
15 -183,353 66,414
20 -183,353 66,749
25 -183,353 67,934

Tabel 3.21 Rata- rata hasil perhitungan


A GMteori GMpraktikum
0 144,167 106,221
60 63,928 97,933
120 -6,667 88,807
180 -66,667 76,256
240 -126,667 67,205

Grafik hubungan antara tinggi geseran Slidding Mass (a) dengan GM


PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

Grafik hubungan antara tinggi geseran Slidding Mass (a) dengan GM

120.000 200.000
106.221
144.167
100.000 150.000
97.933
Titik Metasentrum (GM)

88.807
100.000
80.000
63.928 76.256 GM Teori
67.205 50.000
GM
60.000 Praktikum
-6.667 0.000
40.000
-50.000
-66.667
20.000 -100.000
-126.667
0.000 -150.000
0 60 120 180 240

Grafik 3.6 Hubungan antara tinggi geseran Slidding Mass (a) dan GM

3.7 Analisa Tabel dan Grafik


Berdasarkan hasil perhitungan dan grafik diperoleh analisa sebagai
berikut.
1. Dari tabel dan grafik bisa dilihat bahwa besar dan kecilnya GM
(metasentrum) yang terjadi bergantung pada kenaikan titik berat dan
pergeseran adjustable.
2. Semakin tinggi kenaikan Sliding mass (titik berat) maka GM yang terjadi
akan semakin kecil.
Pergeseran pada beban adjustable mass sangat berpengaruh terhadap
kesetimbangan benda tersebut.

3.8 Kesimpulan
a) Dari percobaan yang dilakukan sebanyak 5 kali dapat disimpulkan

sebagai berikut : Dari hasil perhitungan GMteori dan GMpraktikum di dapat


data berikut.

a = 0 : GMteori = 106,221 ; GMpraktikum = 144,167

a = 60 : GMteori = 97,933 ; GMpraktikum = 63,928

a = 120: GMteori = 88,807 ; GMpraktikum = -6,667


PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

a = 180 : GMteori = 76,256 ; GMpraktikum = -66,667

a = 240 : GMteori = 67,205 ; GMpraktikum = -126,667


b) Ponton dapat disebut stabil atau tidak dinyatakan dari letak titik berat
terhadap garis kerja gaya apung.
c) Jika titik berat (Adjustable Mass) diubah kedudukannya semakin tinggi
dan Adjustable Mass digeser kedudukannya menjauhi titik berat ponton
maka semakin besar sudut yang terjadi.
d) Tinggi Metasentrum (GM) sangat dipengaruhi oleh jarak geseran.
e) Ketinggian Metasentrum berubah-ubah bersamaan dengan perubahan
tinggi Sliding Mass.
f) Jika titik berat diubah kedudukannya semakin tinggi dan adjustable mass
digeser kedudukannya menjauhi titik berat ponton maka semakin besar
sudut yang terjadi.
g) Semakin besar nilai GM maka kestabilan yang terjadi semakin stabil.
h) Semakin tinggi titik berat maka semakin kecil GM yang diperoleh dan
nilai kestabilan yang semakin mendekati tidak stabil.

3.9 Lampiran

Gambar 3.7 Satu Set Ponton Gambar 3.8 Ponton


PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

Gambar 3.9 Tiang sliding mass


Gambar 3.10 Tiang Sliding mass
dan unting-unting

Gambar 3.10 Adjustable mass Gambar 3.11 .Neraca digital

Gambar 3.12 Sliding mass Gambar 3.13 Saat menimbang berat


komponen ponton
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK 10

Gambar 3.14 Saat pengukuran Gambar 3.15 Saat menimbang ponton


dimensi komponen ponton yang sudah dirakit

Gambar 3.16 Saat ponton


diletakkan dalam wadah berisi air

Anda mungkin juga menyukai