TUJUAN
1. Mengenali sifat-sifat produk berdasarkan kenampakannya
2. Mempelajari sifat-sifat tekstur dari bermacam-macam jenis makanan
3. Mengenal perbedaan tekstur dari suatu jenis makanan/bahan dengan jenis
makanan lainnya.
4. Mengenal sifat tekstur yang harus dipunyai oleh suatu jenis makanan.
II. TEORI DASAR
Penggunaan uji inderawi untuk berbagai keperluan industri pangan telah
meluas dan berkembang. Uji inderawi merupakan pengujian terhadap sifat
karakteristik bahan (pangan) menggunakan indera manusia. Sehingga dalam
aplikasinya diperlukan suatu kepekaan yang tajam.
Salah satu uji inderawi yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah uji
organoleptik. Uji organoleptik merupakan proses penentuan kualitas produk pangan,
dengan menggunakan alat inderawi manusia (panelis) dalam hal ini dengan memberi
penilaian pada produk untuk kesukaan terhadap warna, aroma, citarasa, dan atekstur
(Soewarno, 1985).
Kenampakan suatu produk dapat menentukan kualitas dan tingkat
kematangan. Cacat genetis-fisiologis yang mempengaruhi bentuk dan warna akan
langsung dapat dilihat oleh indera penglihatan sehingga dapat menurunkan nilai jual.
Selain itu kenampakan ini juga dapat melihat tekstur yang halus dan kasar akibat
adanya pantulan cahaya (Sobir dan Siregar, 2010).
Menurut Nasution (1980) bahwa faktor faktor yang diuji organoleptik
meliputi warna, aroma, citarasa dan tekstur. Dalam melakukan penilaian, indera
pertama yang memberikan reaksi adalah mata. Mata menilai penampakan makanan,
seperti warna, bentuk (keutuhan) dan ukuran makanan. Indera kedua adalah hidung,
sifat aroma yang digunakan sebagai kriteria penilaian kualitas atau batasan aman
makanan untuk dikonsumsi. Sedangkan pengecapan rasa adalah tahap ketiga dari
penilaian, indera perasa dalam mulut dapat membedakan empat macam rasa, yaitu
asin, manis, asam dan pahit. Namun, pada praktikum kali ini tidak dilakukan
identifikasi rasa produk atau sampel.
Menurut Winarno (1993) salah satu unsur sensoris yang paling penting untuk
produk pangan adalah warna, meskipun aroma, rasa dan tekstur kurang menarik.
Namun jika warnanya tidak sesuai dengan warna bahan makanan, maka bahan
makanan tersebut tidak menarik, memang dalam beberapa hal makanan dinilai
berdasarkan warna. Uji sensoris digunakan sebagai standard pengendalian mutu pada
bahan baku, proses produksi, dan produk akhir sehingga diperoleh data yang akurat
dalam rangka pengembangan produk yang disukai konsumen dan mampu bersaing di
pasaran.
III. ALAT DAN BAHAN
3.1. Alat
1. Gelas
2. Piring
3. Pisau
4. Sendok
3.2. Bahan
1. Apel
2. Beras
3. Kacang merah
4. Kentang
5. Minyak goreng
6. Susu
IV. PROSEDUR KERJA
1. Contoh produk yang disajikan diamati dan diberikan penilaian terhadap
kenampakannya (bentuk, keseragaman bentuk, warna, kilap, cacat/kerusakan
seperti layu, noda, belah, pecah,dll)
2. Kentang dan apel dipotong dan dilihat perbedaannya dengan bagian luar.
3. Untuk susu dan minyak goreng, diambil satu sendok cairan lalu dituangkan
kembali ke wadah dan dilihat kekentalannya. Pengamatan kekentalan
dibandingkan dengan air mineral.
V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Praktikum Evaluasi Sensori Pangan yang dilakukan kali ini yaitu mempelajari
mengenai sifat-sifat kenampakan suatu produk. Kenampakan suatu produk sangatlah
mempengaruhi daya terima produk oleh konsumen yang berdampak pada penilaian
kualitasnya sehingg berpengaruh juga terhadap daya jual produk tersebut.
Sampel yang digunakan untuk praktikum ini diantaranya apel, kentang,
kacang merah, beras, susu dan minyak goreng. sifat-sifat yang diamati dari sampel
tersebut meliputi sifat-sifat yang dapat dilihat oleh indera penglihatan seperti ukuran
dan keseragamannya, bentuk dan keseragamannya, warna dan keseragamannya, kilap
atau suram, jernih atau keruh, kekentalan, noda atau layu. Sifat kekentalan dan
kejernihan merupakan sifat yang diamati untuk produk yang berbentuk fluida atau
cairan sedangkan sifat ukuran, bentuk, kilap, dan noda ditujukan untuk produk padat.
Menuru Kramer dan Twigg (1970), Pengamatan kenampakan warna, ukuran,
dan bentuk ini penting dilakukan untuk keperluan grading pada saat pemasaran.
Semakin seragam bentuk komoditi, maka akan digolongkan dalam satu kelas yang
sama. Sedangkan dari segi warna, bentuk dan ukuran, semakin baik kenampakannya
maka akan dimasukan ke dalam grade atau kelas yang lebih baik pula. Khususnya
dalam hal warna, jika dirasa berbeda dengan umumnya atau terjadi perubahan
kualitas dalam hal warna, maka peluang untuk penolakan di pasaran akan semakin
besar. Parameter noda, layu, dan retak haruslah diperhatikan para petani karena
semakin banyak noda, layu atau retak, maka semakin buruk kualitasnya. Berikut ini
merupakan hasil pengamatan karakteristik kenampakkan pada beberapa komoditas
pangan :
Tabel 1. Hasil Pengamatan Sifat-sifat Kenampakan Makanan
Jenis Makanan
Kenampakan Kacang Minyak
Apel Kentang Beras Susu
Merah Goreng
Seragam Seragam
Seragam
A = 0,5 A = 0,2
Ukuran dan A =3,5 cm
Tidak cm ;B = cm ; B =
Keseragaman ; B = 6,5
seragam 1,5 cm ; 0,8 cm ;
Ukuran cm ; C =
C = 1,5 C = 0,5
6cm
cm cm
Jenis Makanan
Kenampakan Kacang Minyak
Apel Kentang Beras Susu
Merah Goreng
Bentuk dan Oblate Oblong Eliptical Eliptical
keseragaman seragam seragam seragam seragam
bnetuk
Warna dan Hijau Coklat Merah Putih 100% 100%
keseragaman 90% 100% 90% beras putih bening
warna merah seragam coklat 100% seragam kekuningan
10% 10%
Kilap atau Kilap Suram Kilap Suram Kilap Kilap
suram
Jernih atau Keruh Keruh
keruh
Kekentalan Kental Cairan
cairan
Noda, layu, Terdapat Retak/luka Tidak Tidak
retak, dll noda di ada ada
salahsatu
sampel
Lainnya
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017
Astawan, Made, 2004. Sehat Bersama Aneka Serat Pangan Alami. Cetakan I.
Penerbit Tiga Serangkai. Solo.
Campbell, N. A., J. B. Reece, dan L. G. Mitchell. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid 1.
Penerbit Erlangga. Jakarta.
Kramer, A. dan B. A. Twigg. 1970. Quality Control for The Food Industry Third
Edition. The AVI Publishing Company, Inc. Westport Connection.
Nurhadi, B. dan S. Nurhasanah. 2010. Sifat Fisik Bahan Pangan. Widya Padjadjaran.
Jatinangor.
Pantastico, Er.B., 1993. Fisiologi Pasca Panen Penanganan dan Pemanfaatan Buah-
Buahan dan Sayur-Sayuran Tropika dan Subtropika. Penerjemah Kamariyani.
UGM Press. Yogyakarta.
Sobir dan F. D. Siregar. 2010. Budidaya Melon Unggul. Penerbit Swadaya. Jakarta.
Tawali, Abu Bakar, dkk. 2004. Pengaruh Suhu Penyimpanan Terhadap Mutu Buah
Buahan Impor Yang Dipasarkan Di Sulawesi Selatan. Universitas
Hassanudin. Makassar.
Usmiati, S., dan Abubakar. 2009. Teknologi Pengolahan Susu. Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. Bogor.
Winarno, F.G. 1993. Pangan Gizi, Teknologi dan Konsumen. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Bila Saudara panen padi, kacang polong ataupun apel, apakah setiap
tanaman/rumpun menghasilkan produk yang mempunyai kenampakan yang
seragam? Jelaskan jawaban saudara.
Jawab:
Masing-masing bahan pangan mempunyai karakteristik tersendiri baik bentuk,
ukuran, warna dll. Pada komoditas yang sama sekalipun tidak semuanya
memiliki karakteristik yang sama persis. Hal ini dapat diakibatkan karena
perbedaan cuaca, tempat dan ketersediaan nutrisi dimana masing-masing produk
belum tentu mendapat nutrisi yang sama banyak. Selain itu terdapat faktor
eksternal lain yang mempengaruhi seperti kerusakan mekanis pada saat masa
tanam dan masa pemanenan, yang dapat diakibatkan karena digigit serangga atau
kerusakan pada saat pemotongan.
3. Mengapa kita perlu memperhatikan kerakteristik daging buah apel dan kentang
segar?
Jawab:
Karena warna daging buah apel dan kentang padat mengindikasikan tingkat
kesegaran produk. Daging buah apel dan kentang yang sudah tidak segar akan
berubah warna menjadi kecoklatan karena terjadinya reaksi oksidasi yang
menyebabkan terjadinya pencoklatan enzimatis. Hal tersebut berpengaruh pada
kualitas buah yang akan mempengaruhi nilai jual dan penerimaan konsumen . Selain
itu kelayakan untuk dikonsumsi juga dapat dilihat dari daging buahnya. Buah apel
dan kentang yang segar mempunyai daging buah yang baik, mempunyai kadar air
yang tinggi, serta bebas dari bintik atau noda yang tidak diharapkan.