Oleh:
2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN
2. Kronologi Kejadian
Kecelakaan kerja yang terjadi pada tenaga kerja di pabrik kelapa sawit
PT Persada Agro Wisata (PAS) di Kabupaten Indragiri Hulu, Kota Riau pada
tanggal 16 Agustus 2023 pukul 03.10 WIB dini hari di kawasan industri yang
menimpa dua pekerja dengan satu orang bernama Firmansyah Panjaitan
yang tewas setelah mengalami luka hingga 54 persen serta korban kedua
bernama Roby Rahmansyah yang mengalami luka bakar ringan yakni
sebesar 12 persen pada areal tangan.
Diketahui oleh Aipda Misran selaku Kasubsi Penmas Polres Inhu bahwa
kedua korban tersiram air panas rebusan buah kelapa sawit di perusahaan
tersebut. Kedua korban pada saat kejadian sedang ditugaskan sebagai helper
bagian perebusan, namun karena kelalaian Roby Rahmansyah yang
membuka pintu bejana atau sterilizer bagian atas perebusan buah kelapa
sawit yang masih bertekanan tinggi sehingga keluar buah kelapa sawit
beserta air panas. Posisi Firmansyah yang ketika itu berada persis di
belakang pintu sterilizer membuatnya tersembur uap bercampur minyak
panas hingga terpental.
Polres Inhu telah meminta keterangan dari pihak perusahaan, yakni
operator perebusan PT PAS yang bernama M Fajri. Berdasarkan keterangan
Fajri, kejadian itu akibat Roby Rahmansyah tidak menjalankan pekerjaan
sesuai dengan aturan yakni, korban membuka pintu bejana saat tekanan yang
ada di dalam bejana masih tinggi, yaitu 0,70 bar. Sedangkan pintu harus
dibuka pada tekanan 0.10 bar hingga 0,09 bar dan Fajri mengatakan bahwa
ia belum memberi intruksi untuk membuka pintu bejana tersebut.
DASAR TEORI
2.1 Kecelakaan Kerja
Dalam kasus faktor pemulihan yang hampir meleset juga dapat diidentifikasi. Kode
klasifikasi berikut dapat digunakan untuk klasifikasi faktor pemulihan berikut :
Tabel 2.2 Klasifikasi faktor Pemulihan
Kode klasifikasi yang dipilih di step kedua terdaftar dalam basis data. Pada waktunya, di
sejumlah insiden, akar penyebab yang paling sering (kombinasi) menjadi terlihat dalam profil
PRISMA. Profil PRISMA sendiri adalah representasi grafis dari akar penyebab semua insiden
atau jenis insiden tertentu. Pendekatan struktural dari penyebab ini mungkin akan jauh lebih
efektif daripada langkah ad hoc setelah setiap insiden (serius) [van der Schaaf, 1997]. Yang
disebut Klasifikasi/Matriks Tindakan memberikan dukungan untuk perumusan pengukuran
yang paling efektif. Kelas tindakan berikut dibedakan :
• Teknologi/Peralatan : mendesain ulang perangkat keras, perangkat lunak, atau bagian
antarmuka dari sistem mesin manusia.
• Prosedur : menyelesaikan atau meningkatkan prosedur formal dan informal.
• Informasi dan komunikasi : menyelesaikan atau meningkatkan sumber informasi dan
struktur komunikasi yang tersedia.
• Pelatihan : meningkatkan (re)program pelatihan untuk keterampilan yang dibutuhkan.
• Motivasi : meningkatkan tingkat kepatuhan sukarela terhadap aturan yang diterima secara
umum dengan menerapkan prinsip modifikasi perilaku positif.
• Eskalasi : menangani masalah pada tingkat nasional yang lebih tinggi.
• Refleksi : mengevaluasi cara berperilaku saat ini mengenai keselamatan.
Tabel 2.3 Klasifikasi atau Matriks Tindakan
Informasi
Kode Teknologi/
Prosedur dan Pelatihan Motivasi Eskalasi Refleksi
Klasifikasi Peralatan
Komunikasi
T-EX x
TD x
TC x
TM x
O-EX x
OK x
OP x
OM x
OC x
H-EX x
HKK x NO
HRQ x
HRC x
HRV x
HRI x
HRM x
HSS x NO
HST x NO
PRF
X
METODOLOGI PRAKTIKUM
➢ Mesin,
- indikator tekanan tidak memiliki pengunci atau gauge ganda
pada pintu ketika tekanan masih tinggi.
Fakta: Mesin tidak memiliki kunci ganda sehingga dapat
terbuka meskipun indikator tekanan bar masih tinggi.
- Desainer mesin tidak kompeten dalam perancangan mesin.
Fakta: Tidak adanya gauge/pengunci ganda pada pintu saat
tekanan masih tinggi.
➢ Manajemen,
- Kurangnya prosedur dan rambu di sekitar area mesin.
Fakta: Pekerja menjadi lalai dikarenakan tidak adanya
pemberitahuan rambu peringatan bahaya tambahan akan
mesin di sekitar area tersebut.
➢ Supervisor,
- Tidak kompeten dan datang terlambat ke lokasi sehingga
pada saat kejadian tidak adanya pengawasan.
Fakta: Pekerja dapat terjadi kecelakaan karena tidak ada
pengawasan dari atasan.
- Belum dilakukannya safety briefing dari petugas K3
sebelum dilakukannya pekerjaan tersebut.
Fakta: Terjadi kecelakaan akibat kelalaian pekerja yang
membuka pintu sebelum tekanan pada mesin turun.
- Tidak adanya inspeksi secara berkala.
Fakta: Tidak menyadari adanya resiko bahaya yang dapat
timbul pada pintu mesin.
B. Urutan Peristiwa
Kedua pekerja Pekerja lalai dan
membuka tutup pintu A
(helper) pergi untuk
mengecek mesin mesin saat tekanan
perebusan sawit pada angka 0,70 bar
➢ Jumlah Kerusakan
Jumlah kerusakan pada peristiwa tersebut ditinjau dari 3 aspek,
diantaranya manusia, mesin dan lingkungan sekitarnya:
Manusia : Salah satu pekerja meninggal dunia setelah dirujuk
ke rumah sakit besar di Pekanbaru dikarenakan kondisinya
memburuk, dan satu pekerja dilarikan ke RSUD Indramayu
dan mendapat perawatan.
Mesin : Mesin pengrebus sawit yang mengalami kerusakan
pada bagian dinding depan dan pintu akibat terkena lelehan
cairan panas.
Lingkungan : Area terjadinya kecelakaan yang ikut terkena
akibatnya yakni seperti strelizer di bawah meleleh akibat
cairan panas dan buah kelapa yang keluar dari mesin perebus
sawit dari strelizer di atasnya.
➢ Tipe Kecelakaan
Tipe kecelakaan pada kasus ini masuk dalam kategori
kecelakaan fatal karena menyebabkan kematian yang
disebabkan oleh tekanan yang masih tinggi pada mesin
pengrebus sawit yang menewaskan 1 pekerja dengan luka bakar
berat (54%) dan melukai 1 pekerja lainnya yang mengalami luka
bakar ringan (12%).
➢ Bahan Berbahaya
Cairan panas dan kelapa sawit pada mesin pengrebus sawit.
E. Basic Cause
Penyebab dasar terjadinya kecelakaan ini adalah kelalaian pekerja
yang tidak mengikuti SOP yang berlaku dan tidak mengenakan APD
yang sesuai. perusahaan kurang dalam memberi pelatihan K3 terhadap
pekerja (Human Resource Management) sehingga pekerja lalai dalam
melakukan pekerjaan tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Analisis investigasi kecelakaan pada kasus ini mengenakan metode
PRISMA (Prevention and Recovery Information System for Monitoring and
Analysis) dengan langkah yang ada sebagai berikut:
A. Step 1: Deskripsi Insiden
Mengenakan Causal Tree untuk mengetahui akar masalah (failure) dan
perbaikan atau recovery-nya.
Failure Side
Recovery Side
B. Step 2: Klasifikasi Kasus mengenakan diagram ECM
START
Yes No Yes No No
Technical Construction? Materials?
External? Design?
Factor?
?
Yes Yes Yes Yes
T-EX TD TC TM
M
Yes No Yes
Human Yes
External? K-B? Knowledge?
Factor?
?
Yes Yes
H-EX HKK
No No
Monitoring? Intervention?
Yes Yes
HRM HRI
Yes No No
S-B? Slips? Tripping?
Yes Yes
HSS HST
No
Patient-related
PRF
Factor?
No
Unclassifiable
=X
C. Step 3: Langkah Struktural untuk Perbaikan
Tabel 4.1 Kode Matriks/Tindakan untuk kasus kecelakaan kerja di PT Persada Agro Wisata (PAS)
Informasi
Kode Teknologi/
Prosedur dan Pelatihan Motivasi Eskalasi Refleksi
Klasifikasi Peralatan
Komunikasi
T-EX
TD x
TC
TM
O-EX
OK x x
OP x
OM x x
OC x
H-EX
HKK x
HRQ x
HRC x
HRV
HRI
HRM
HSS
HST
PRF
X
Tabel 4.2 Klasifikasi Kode Pemulihan untuk kasus kecelakaan kerja di PT Persada
Agro Wisata (PAS)
Kode Keterangan
Human NP-H Not Planned
Technical NP-T Not Planned
Organizational NP-O Not Planned
4.2. Pembahasan
Dari hasil analisa kecelakaan kerja menggunakan metode PRISMA di atas,
dapat diperoleh sebagai berikut:
A. Casual Tree dan ECM
1) Pekerja tidak mengikut SOP yang berlaku yakni karena pekerja yang
merupakan pegawai kontrakan yang masih awam atau tidak
memiliki wawasan yang cukup mengenai K3. Faktor dari supervisor
yang tidak kompeten karena kurangnya wawasan dari supervisor
sehingga tidak adanya safety briefing dan penjelasan APD yang
diperlukan pekerja, dan tidak adanya komunikasi antar pekerja dan
operator menjadi penyebab utama terjadinya kecelakaan ini
2) Kesalahan dari desainer mesin yang tidak kompeten sehingga mesin
memiliki cacat atau kondisi yang tidak seharusnya dikarenakan tidak
adanya gauge ganda pada mesin pengrebus menjadi penyebab utama
kecelakaan ini dapat terjadi. Supervisor yang tidak kompeten karena
terlewatnya bahaya tersebut saat inspeksi sebelumnya juga menjadi
penyebab.
3) Kesalahan managemen karena tidak meletakkan rambu-rambu
bahaya di area mesin sehingga pekerja lalai dan menimbulkan
unsafe acts.
B. Klasifikasi Pemulihan
1) Human (Manusia) : Klasifikasi pemulihan pada faktor ini
dikategorikan NP-H yang memiliki arti not planned atau tidak
direncanakan, hal ini dikarenakan kecelakaan ini dapat terjadi secara
tiba-tiba dan tidak terkira oleh manusia.
2) Technical (Teknis) : Klasifikasi pemulihan pada faktor ini
dikategorikan NP-H yang memiliki arti not planned atau tidak
direncanakan, hal ini disebabkan oleh kecacatan desain pada mesin
yang tidak terkirakan sebelumnya.
3) Organizational (Organisasi) : Klasifikasi pemulihan pada faktor ini
dikategorikan NP-H yang memiliki arti not planned atau tidak
direncanakan, dikarenakan organisasi tidak turut dalam pemberian
pelatihan K3 pada pekerja dan supervisor sehingga terjadi tidak
kompetenan supervisor yang tidak memberi safety briefing dan
inspeksi pada mesin.
b. Organizational
➢ OK
1) Prosedur
- Selalu dilakukannya briefing sebelum pekerjaan dimulai.
➢ OP
1) Prosedur
- Melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang berlaku
di tempat pekerjaan.
➢ OM
1) Pelatihan
- Managemen lebih tegas dan peduli akan managemen K3-nya.
Diadakannya pelatihan K3 pada pekerja dan supervisor.
- Seleksi perekrutan pekerja dengan standar K3 yang baik.
2) Refleksi
- Pengaturan dan perbaikan anggaran yang ada dengan
memasukkan prioritas K3.
- Pemberian rambu-rambu peringatan akan bahaya mesin di
area mesin.
c. Human
➢ HKK
1) Informasi dan Komunikasi
- Pekerja dan supervisor saling meningkatkan koordinasi dan
komunikasi antar tim.
- Pemberian pelatihan pada pekerja magang atau baru begitu pula
pada supervisor guna meningkatkan kerjasama tim.
➢ HRQ
1) Pelatihan
- Memberikan training pada individu supervisor secara
lengkap, sesuai, dan berkala.
➢ HRC
1) Informasi dan Komunikasi
- Meningkatkan koordinasi serta komunikasi antar tim yang
berisi pekerja, supervisor, dan operator agar kejadian yang
sama tidak terulang.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari analisis dan investigasi kasus kecelakaan kerja mengenakan metode
PRISMA, berikut kesimpulan yang di dapat:
1. Analisa dan investigasi kecelakaan kerja dengan metode PRISMA
atau Prevention and Recovery Information System for Monitoring and
Analysis merupakan suatu bentuk analisis yang didasarkan pada apa
yang disebut pendekatan sistem untuk masalah kesalahan manusia
yang bertujuan untuk membangun basis data kuantitatif mengenai
insiden dan penyimpangan proses.
5.2 Saran
Rekomendasi saran yang dapat diberikan dalam jangka waktu dekat adalah:
1. Melakukan rapat perusahaan untuk perbaikan managemen SOP
yang sesuai untuk mesin, pekerja, dan supervisor.
2. Perbaikan pada mesin sterelizer dengan ditambahkannya kunci
pengaman/gauge ganda pada pintu mesin yang merujuk pada
indikator tekanan.
3. Pemberian sanksi tegas pada supervisor karena telah lalai akan
tanggung jawabnya hingga menewaskan pekerja.
DAFTAR PUSTAKA
Garrett, J. W. & Teizer, J., 2009. Human Factors Analysis Classification System
Relating to Human Error Awareness Taxonomy in Construction Safety.. Journal of
Construction Engineering and Management, 135(8), pp. 754-763.
Harahap, R. & Susilawati, 2023. ANALISIS FAKTOR PENYEBAB
KECELAKAAN KERJA DI PERTAMBANGAN. ZAHRA: JOURNAL OF
HEALTH AND MEDICAL RESEARCH, 3(2), pp. 205-211.
Kurniasih, D., 2020. Failure in Safety Systems. Dalam: Emjy, penyunt. Metode
Analisis Kecelakaan Kerja. Sidoarjo: Zifatama Jawara, pp. 1-5.
OHSAS, 2007. OHSAS 18001, s.l.: s.n.
Schaaf, V. D. & Habraken, 2005. PRISMA-Medical. Dalam: A Brief Description.
s.l.:Eindhoven University of Technology.