Oleh:
2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN
2. Kronologi Kejadian
Kecelakaan kerja ini terjadi pada pekerja yang terpleset masuk ke
dalam truk pengaduk semen. Kejadian ini berlokasi PT Citra Indo Beton
(Ciamix) di Desa Garon, Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun pada
hari Senin (7/8/2023) sekitar pukul 09.05 WIB.
Korban bernama Ganuri (46) merupakan buruh pemasok beton di
PT Citra Indo Beton yang merangkap sebagai operator dan sopir. Korban
pada awalnya sekitar pukul 08.40 WIB hendak menunggu antrian
pengisian semen. Kemudian ia membersihkan tangki truk dengan nopol
AE 8508 UF. Korban menyalakan mesin pengaduk dan berputar secara
perlahan, saat itu korban mencoba membersihkan tabung pengaduk
semen dengan posisi tubuh masuk ke dalam. Tiba tiba korban terpeleset
dan masuk ke dalam mesin.
Sekitar pukul 09.05 WIB, rekan rekan korban mencoba mencari
korban. Selang beberapa saat, diketahui korban berada di dalam truk
molen, karena terdapat sepatu milik korban. Kemudian rekan rekannya
naik ke truk molen, dan ditemukan korban berada di dalam mesin dengan
keadaan sudah meninggal dunia. Kemudian hal tersebut dilaporkan
kepada pihak manajemen yang selanjutnya melaporkan kejadian tersebut
ke Polsek Balerejo pukul 10.00 WIB. Polsek Balerejo melaksanakan olah
Tempat Kejadian Perkara, bersama Tim Inafis dan SPKT Polres Madiun.
Jenazah langsung dibawa ke RSUD Caruban guna keperluan
penyelidikan lebih lanjut. Staf Bagian Instalasi Kamar Jenazah RSUD
Caruban, Mochammad Harianto mengungkapkan, kondisi jenazah
menderita luka parah di bagian batok kepala dan kaki korban.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari analisa dan investigasi kecelakaan kerja dengan
metode MORT?
2. Bagaimana hasil yang diperoleh dari analisa investigasi kasus dengan
mengenakan metode MORT tersebut?
3. Apa rekomendasi yang dapat dilakukan pada kasus kecelakaan
tersebut?
Bagian "Barrier" dari judul mengacu pada cara di mana "Target" dilindungi
dari "Energi". Selain hambatan (yang sifatnya murni protektif), analisis juga
berfokus pada kontrol kerja / proses karena ini juga memberikan perlindungan
dengan mengarahkan energi (dan target) dengan cara yang aman. Sangat
sering, kecelakaan mengungkapkan sejumlah peristiwa di mana energi bertemu
target dalam interaksi yang tidak diinginkan. Barrier Analysis berupaya
melacak dengan cermat semua interaksi ini dan membuatnya tersedia untuk
dianalisis. Ini berarti bahwa tabel Barrier Analysis dapat memiliki beberapa
baris, setiap baris terkait dengan episode interaksi energi yang berbeda dengan
target.
Tabel 2.1 Format ETBA
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
➢ Manajemen,
• Belum dilakukan safety briefing sebelum dilakukan pekerjaan
tersebut.
Fakta: Pekerja tidak berhati-hati dan terpleset jatuh ke dalam
mesin
• Tidak diterapkannya SOP pengoperasian truk mesin pengaduk
semen yang sesuai dengan standar perusahaan.
Fakta: Pekerja tidak ada kewaspadaan akan bahaya mesin
tersebut
➢ Supervisor,
• Tidak adanya peran supervisor dalam mengawasi saat
dilakukannya pekerjaan tersebut.
Fakta: Pekerja dapat terjadi kecelakaan karena tidak ada
pengawasan dari atasan
➢ Teman pekerja
• Tidak adanya pekerja lain yang melihat atau memantau di lokasi
kejadian
Fakta: Tidak dapat dilakukannya penyelamatan darurat saat
korban terpleset masuk ke dalam mesin molen
B. Urutan Peristiwa
Mulai
Pekerja inisial G (46) hendak menunggu antrian pengisian truk molen dengan semen
pada pukul 08.40 WIB
Pekerja menanti sembari membersihkan tangki truk molen menggunakan air dengan
posisi tubuh masuk ke dalam
A
A
Pada pukul 09.05 WIB rekan-rekan korban mencari korban dan menemukan sepatu
korban berada di dalam truk molen
Rekan-rekan korban menaiki truk molen dan menemukan korban berada di dalam
mesin dengan keadaan sudah meninggal dunia
Pada pukul 10.00 WIB manajemen melaporkan kejadian pada Polsek Balerejo
Dilakukan proses evakuasi korban mengenakan las karbit untuk memotong dan
mengeluarkan jasad korban dari tangki
Ditemukan luka parah pada bagian batok kepala dan kaki korban
Selesai
➢ Jumlah kerusakan
Jumlah kerusakan pada peristiwa tersebut ditinjau dari 3 aspek,
diantaranya manusia, mesin dan lingkungan sekitarnya:
Manusia : Seorang pekerja meninggal dunia beberapa saat setelah
terpleset masuk ke dalam mesin pengaduk semen.
Mesin : Mesin molen yang digunakan untuk mengaduk semen
rusak karena dilakukannya pemotongan menggunakan las karbit
untuk mengevakuasi korban.
Lingkungan : Area terjadinya kecelakaan yang ikut terkena
akibatnya yakni lingkungan sekitar menjadi kotor dan tidak teratur
akibat bekas cor dari evakuasi korban.
➢ Tipe Kecelakaan
Kecelakaan yang terjadi di pabrik yang menewaskan satu pekerjaa
akibat tergelincir dan tergiling mesin pengaduk semen menurut
ILO 1980:43 jika dikategorikan menurut jenisnya termasuk tipe
terjatuh.
➢ Bahan Berbahaya
Truk molen yang digunakan untuk mengaduk semen.
E. Basic Cause
a. Management policy
Perusahaan tidak menerapkan SOP yang sesuai dalam batas
pengerjaan yang aman dan pembagian job desk yang sesuai dengan
daya kapasitas pekerja sehingga hal tersebut menimbulkan kelelahan
pada korban yang berakibat fatal (meninggal).
b. Personal
Dikarenakan pekerja yang terlalu menganggap sepele dan wajar
mengenai pekerjaan berbahaya yang ada, menimbulkan kurangnya
kesadaran atau ketidakpekaan pekerja terhadap kondisi berbahaya.
Lalu dikarenakan beban kerja berlebih yang membuat pekerja
mengalami kelelahan sehingga pekerja tidak berhati-hati dan terpleset
masuk ke dalam mesin pengaduk semen.
c. Environment factor
Dilokasi kejadian tempat kerja, terdapat genangan air yang dapat
menimbulkan kefatalan yakni terplesetnya pekerja akibat genangan
tersebut dan membuat tubuh korban masuk ke dalam mesin pengaduk
semen dan meninggal.
BAB IV
4.1. Hasil
A. Energy Trace and Barrier Analysis (ETBA)
Tabel 4.1 ETBA Pada Kasus Kecelakaan Kerja Pekerja PT Citra Indo
(Ciamix) di Desa Garon, Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun
Energy Flow Target Barriers and Controls
Inspeksi berkala lingkungan
Genangan air Pekerja terpleset
kerja
Pembersihan manual Pekerja terjatuh Pemasangan alat pembersih
mesin molen ke dalam mesin otomatis (semprotan otomatis)
Pembersihan molen di Pekerja terjatuh Pemakaian APD lengkap dan
area ketinggian ke dalam mesin full body harness
B. Diagram MORT
4.2. Pembahasan
A. Akar Masalah
Berdasarkan pada tabel ETBA, ditemukan energy flow yang
mempengaruhi kinerja pada pekerja. Yang pertama yaitu genangan air yang
ada pada area kerja, pekerja hendak melakukan pembersihan sisa semen
pada mesin molen. Namun, diduga pekerja dalam kondisi lelah dan tidak fit
sehingga lalai dan terpleset jatuh ke dalam mesin molen. Energy flow yang
kedua pembersihan mesin secara manual yang mengharuskan pekerja
bekerja di ketinggian dengan tubuh yang sedikit condong ke dalam mesin.
Dan energy flow yang ketiga yakni pekerja melakukan pekerjaan dilakukan
di tempat ketinggian tersebut tanpa alat bantu APD yang lengkap dan full
body harness sehingga semakin besar kemungkinan terjadinya kecelakaan.
Pada diagram MORT, terdapat gate yang dimana memiliki dua jenis
yaitu gate AND dan gate OR. Gate AND memiliki makna bahwa suatu
kejadian bisa terbentuk akibat penggabungan seluruh elemen di bawahnya.
Sedangkan pada gate OR, memiliki makna bahwa suatu kejadian bisa
terbentuk akibat adanya salah satu atau lebih dari seluruh elemen yang ada.
Pada kasus saat ini, Terdapat Kekeliruan dan Kelalaian yang berlambang
S/M yang dipecah dengan gate AND yaitu S sebagai Faktor Kontrol Spesifik
dan M sebagai Faktor Sistem Manajemen. Untuk S memiliki gate AND yang
terbagi pada SA1 (accident) berupa tubuh pekerja masuk ke dalam mesin
molen dan SA2 adalah (stabilisation & restoration) yaitu sebagian tubuh
pekerja tidak masuk ke dalam mesin, pakai full body harness, tidak ada alat
pembersih otomatis pada mesin molen. Pada SA1 terbagi menjadi tiga yang
diberi gate AND yaitu SB1 (potentially harmful energy flow or condition)
berupa genangan air pada area kerja, semprotan manual, APD tidak lengkap,
selanjutnya SB2 (vulnerable people or objects) berupa pekerja kelelahan
dan tidak dalam kondisi prima, yang terakhir yaitu SB3 (controls &
barriers) berupa SOP mesin dan perusahaan tidak sesuai standar.
Pada SB3 terbragi menjadi dua yang diberi gate AND yaitu SC1
(control of work and process) berupa HSE tidak mematuhi SOP pengawasan
dan supervisor di area kerja tersebut dan yang kedua yaitu SC2 (barriers)
berupa pemakaian APD lengkap & full body harness, pemasangan alat
semprot otomatis . Pada SC1 terbagi kembali menjadi enam dengan gate OR
yang dimana kecelakaan tersebut bisa disebabkan minimal salah satu dari
yang diebutkan. Yang pertama SD1 (technical information systems) yakni
Tidak dilaksanakannya safety briefing sebelum pekerjaan dilakukan.
Selanjutnya SD2 (Operational readiness) berupa kurangnya wawasan
pengetahuan pada HSE. Lalu ada SD3 (inspection) berupa tidak adanya
inspeksi berkala di area pekerjaan tersebut sehingga tidak ditemukan
potensi-potensi bahaya yang ada di area kerja tersebut. Yang keempat yaitu
SD4 (maintenance) berupa belum dilakukannya maintenance berkala pada
mesin . Lalu yang kelima yaitu SD5 (supervision & staff performance)
berupa Teknisi dan HSE tidak kompeten. Dan yang terakhir yaitu SD6
(support of supervision) berupa tidak adanya pengawasan dari HSE saat
terjadinya kegiatan tersebut sehingga tidak ada pencegahan dan tindakan
darurat saat terjadinya kecelakaan tersebut.
Selanjutnya bagian kanan diagram MORT terdapat lambang M
sebagai Faktor Sistem Manajemen yang memiliki gate AND dan terbagi
menjadi tiga yaitu yang pertama MA1 (policy) berupa kebijakan yang sulit
diikuti pekerja. Lalu yang kedua ada MA2 (implementation of paloicy)
berupa tidak diberlakukannya kebijakan SOP. Dan yang ketiga yaitu MA3
(risk management system) berupa Tidak ada perbaikan signifikan pada
mesin molen tersebut. Selanjutnya dari MA3 terbagi kembali menjadi lima
yaitu yang pertama adalah MB1 (RM policy) berupa Peraturan sulit untuk
diikuti oleh pekerja. Kedua ada MB2 (implementation of RM policy)
berupa pembagian jobdesk yang melebihi kapasitas pekerja. Selanjutnya
ada MB3 (risk analysis process) berupa belum terlaksananya
penganalisaan resiko yang ada di area pekerjaan tersebut. Lalu yang
keempat ada MB4 (RM assurance programme) berupa tiap pekerja
memiliki asuransi yang telah diurus oleh pihak perusahaan. Dan yang
terakhir yaitu MB5 (review of RM system) berupa tidak adanya review SOP
HIRADC setelah terjadinya kecelakaan tersebut.
Dilihat pada urutan pekerjaan melalui diagram MORT adanya pekerja
yang terpleset genangan air di area lokasi pekerjaan dan tidak
dikenakannya APD secara lengkap dan full body harness sehingga adanya
kecelakaan kerja pada pekerja yaitu tubuh pekerja jatuh ke dalam mesin
pengaduk semen. Rekomendasi yang ditegaskannya pemberlakuan safety
briefing sebelum dilakukannya pekerjaan dengan mengingatkan tentang
pentingnya APD, potensi-potensi bahaya yang ada di area kerja, hingga
perbaikan pada mesin pengaduk semen dengan ditambahkannya alat
pembersih otomatis (semprotan otomatis).
B. Rekomendasi
Rekomendasi yang dapat diberikan berdasar kasus ini dibagi menjadi
berdasarkan direct, indirect, dan basic cause serta berdasarkan piramida
hierarki pengendalian bahaya. Hal ini dilakukan untuk mempermudah
dalam membagi rekomendasi sesuai yang diperlukan.
➢ Basic Cause (penyebab dasar)
1) Management policy
▪ Melakukan evaluasi kebijakan SOP manajemen yang sesuai
dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku.
▪ Memberlakukan dan mengkaji ulang SMK3 di PT Citra Indo
(Ciamix)
▪ Memberikan training dan pelatihan K3 terhadap supervisor dan
pekerja guna meningkatkan nilai mutu dan sumber daya pekerja.
▪ Mengatur ulang pebagian jobdesk pekerja sesuai peraturan dan
kapasitas yang berlaku agar tidak membebani pekerja.
2) Personal
Meningkatkan komunikasi antar pekerja dan supervisor
mengenai bahaya yang harus diwaspadai dengan diadakaannya
safety briefing oleh supervisor.
3) Environment factor
Melakukan inspeksi secara berkala mengenai kondisi lingkungan
di area kerja agar bahaya-bahaya yang ada dapat diketahui lebih
cepat dan dapat segera ditindaki.
1) Eliminasi
Membersihkan atau menghilangkan potensi bahaya (unsafe condition) dari
genangan air yang ada di lokasi.
2) Substitusi
Tidak ada pengendalian yang dapat diberikan.
3) Rekayasa Teknik
▪ Pemasangan alat pembersih otomatis (semprotan otomatis) pada truk
pengaduk semen
4) Pengendalian Administrasi
▪ Pemasangan rambu-rambu larangan dan bahaya serta APD yang wajib
dikenakan di area kerja tersebut
▪ Menegaskan diberlakukannya safety briefing sebelum dilakukannya
pekerjaan.
▪ Dilakukannya inspeksi secara berkala untuk mengetahui potensi-
potensi bahaya yang dapat terjadi.
5) Pengendalian Alat Pelindung Diri (APD)
Diwajibkannya penggunaan APD secara lengkap dan penggunaan full body
harness untuk pekerjaan yang melibatkan ketinggian.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang kami peroleh dari hasil analisis investigasi
kecelakaan mengenakan metode MORT yakni sebagai berikut:
1. Metode Management Oversight and Risk Tree (MORT) ialah
prosedur analitis untuk menyelidiki penyebab dan faktor penyebab
kecelakaan dan insiden. Metode ini dapat dianggap sebagai daftar
periksa yang disusun dalam bentuk model 'pohon kesalahan’ yang
kompleks dengan tujuan untuk memastikan bahwa semua aspek
dari sebuah organisasi dianalisis ketika mengevaluasi
kemungkinan penyebab dari sebuah insiden atau kecelakaan.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan kasus ini sesuai dengan
hierarki pengendalian bahaya sebagai berikut:
1) Eliminasi
Membersihkan atau menghilangkan potensi bahaya (unsafe
condition) dari genangan air yang ada di lokasi.
2) Substitusi
Tidak ada pengendalian yang dapat diberikan.
3) Rekayasa Teknik
▪ Pemasangan alat pembersih otomatis (semprotan otomatis)
pada truk pengaduk semen.
4) Pengendalian Administrasi
▪ Pemasangan rambu-rambu larangan dan bahaya serta APD
yang wajib dikenakan di area kerja tersebut.
▪ Menegaskan diberlakukannya safety briefing sebelum
dilakukannya pekerjaan.
▪ Dilakukannya inspeksi secara berkala untuk mengetahui
potensi-potensi bahaya yang dapat terjadi.
5) Pengendalian Alat Pelindung Diri (APD)
Diwajibkannya penggunaan APD secara lengkap dan
penggunaan full body harness untuk pekerjaan yang melibatkan
ketinggian.