PJ Mata Kuliah:
Mufti Wirawan S.Psi., M.K.K.K.
Kelompok 3
Akmalina Fadhilah Yahya 1806206366
Annisa Tria Agustina 1806206315
Halimatuzzahra 1806206220
Mustofa Abduh 1806206422
Riska Oktaviana 1806206510
Suci Stephani KH 1806143125
A. TRADITIONAL ENGINEERING APPROACH
a. Tujuan Penggunaan Traditional Engineering Approach
Safety professionals dari perusahaan menggunakan traditional safety engineering
untuk mengarahkan serta mengontrol pekerja agar pekerjaan yang mereka selesaikan
sesuai dengan standar keselamatan serta peraturan dari perusahaan. Mereka juga
menegakkan hukum dan peraturan dari pemerintah dimana segala peraturan tersebut
diinformasikan kepada seluruh pekerja.
Para safety professionals yang menggunakan pendekatan metode ini bertujuan
untuk memodifikasi perilaku pekerja, memotivasi mereka, dan menggunakan hadiah serta
insentif untuk membantu mereka bekerja dengan cara yang lebih aman.
b. Konsep Traditional Engineering Approach
The traditional safety engineering approach ke penyebab kecelakaan, berfokus
pada penyebab kesalahan individu daripada sistem. Kesalahan terutama dilihat sebagai
penyebab seperti kurangnya motivasi untuk berperilaku aman, kurangnya disiplin atau
kurangnya pengetahuan tentang apa yang merupakan perilaku aman. The traditional
safety engineering approach menekankan faktor individu yang menyebabkan kecelakaan
dengan pendekatan motivasi dan disiplin terhadap kecelakaan dan pengurangan
kesalahan, terutama pada modifikasi perilaku, melalui persuasi (kampanye motivasi) atau
hukuman. Pandangan ini berfokus pada bahaya yang mempengaruhi pekerja individu
daripada keselamatan dalam proses.
Salah satu asal mula pandangan penyebab kesalahan dan kecelakaan ini adalah
theory of accident pronenes yang mengatakan bahwa sejumlah kecil individu
bertanggung jawab atas sebagian besar kecelakaan. Sejumlah statistik penelitian
bertentangan dengan teori tersebut, namun masih banyak yang mempercayai terutama
traditional industries yang mempercayai bahwa sejumlah kecil individu menyebabkan sebagian
besar kecelakaan..
c. Penerapan Traditional Engineering Approach
Beberapa strategi untuk mencegah kecelakaan menurut pandangan ini adalah
dengan melakukan kontrol terhadap unsafe conditions. Caranya dengan mengeliminasi
hazard tersebut, baik langsung dari sumbernya atau dengan menggunakan alat pelindung
diri. Adapun untuk mengeliminasi unsafe acts, hal yang dapat dilakukan adalah
memotivasi pekerja untuk mengubah perilaku mereka--dengan asumsi, unsafe behavior
terjadi karena kurangnya pengetahuan atau melupakan cara yang benar untuk melakukan
sesuatu.
Dalam prakteknya, pencegahan human error menurut pendekatan tradisional
dapat dilakukan dengan cara.
1. Safety Campaign
Adalah sebuah program yang memiliki tujuan untuk mempengaruhi orang lain agar
bertindak lebih selamat. Caranya adalah dengan memberikan paparan informasi serta
reinforcement untuk pelatihan keselamatan. Bentuknya dapat beragam, bisa berupa
poster, film, role play, dan lain-lain. Adapun dari untuk menilai keefektifannya
dalam segi mengubah perilaku seseorang, safety campaign dapat dinilai dengan
menggunakan indikator performa (performance indicator).
2. Disciplinary Actions
Merupakan sebuah cara untuk mempengaruhi perilaku seseorang melalui
punishment yang akan diberikan ketika terjadi kesalahan. Namun, cara tersebut
terbukti tidak memiliki efek yang signifikan dalam mencegah kesalahan yang sama
terulang kembali. Misalnya, seperti penerapan hukuman untuk pekerja yang tidak
menggunakan PPE hanya akan efektif selama empat minggu. Setelah itu, pekerja
tersebut akan memiliki mindset bahwa memakai PPE atas dasar takut terkena
denda/sanksi, bukan karena sadar hal tersebut perlu dilakukan. Ini menunjukkan
bahwa disciplinary action justru membentuk rasa takut dan menghambat laju
informasi atau pemahaman mengenai underlying causes dari suatu kecelakaan.
3. Safety Management System Audits
Merupakan konsep yang telah memperoleh validitas lumayan tinggi untuk
mengidentifikasi permasalahan dan bahaya yang memerlukan strategi untuk
mengurangi tingkat error di perusahaan. Cara ini meliputi monitoring tempat kerja
yang mungkin akan membuka jalan komunikasi yang lebih baik di antara pekerja
serta pengukuran. Melalui cara ini juga, tempat kerja jadi memiliki komitmen yang
lebih baik dalam manajemen keselamatan. Namun, audit ini dapat memicu terjadinya
'cover up' atau menutup-nutupi masalah karena ingin mendapatkan hasil audit yang
bagus.
4. Training
Selain dilakukannya safety campaign, safety training juga memegang peran penting
dalam menurunkan angka human failure. Suatu training harus diarahkan kepada
underlying causes dari sebuah error dan memperhatikan desain pekerjaan, peralatan,
dan faktor lainnya.
d. Kekurangan Penerapan Traditional Engineering Approach
Pendekatan metode ini menghasilkan pemikiran bahwa setiap kesalahan yang
dilakukan oleh pekerja baik yang terjadi karena disengaja maupun di luar kendali mereka
merupakan hal yang patut untuk disalahkan. Melihat penyebab utama kesalahan dan
kecelakaan disebabkan oleh faktor individu ini menyebabkan sistem pengumpulan data
kecelakaan berfokus pada karakteristik individu yang menyebabkan kecelakaan sehingga
tidak ada pertimbangan penyebab alternatif dari masalah yang ada, seperti prosedur yang
tidak memadai, pelatihan atau desain peralatan serta desain tugas yang tidak memadai,
kegagalan komunikasi, dan tidak mendukungnya penyelidikan akar penyebab yang
mungkin merupakan penyebab umum dari banyak kecelakaan yang terjadi.
B. HUMAN FACTORS ENGINEERING APPROACH
a. Faktor - Faktor Human Factors Engineering Approach
Suatu pendekatan yang menekankan ketidaksesuaian antara kemampuan manusia dan
tuntutan sistem sebagai sumber utama kesalahan manusia. Faktor - faktor yang perlu
dipertimbangkan saat memastikan desain sistem :
1. Tempat kerja dan desain pekerjaan untuk mengakomodasi persyaratan pekerjaan
para pekerja dengan karakteristik fisik dan mental yang berbeda
2. Desain antarmuka manusia-mesin seperti panel kontrol untuk memastikan bahwa
informasi proses dapat segera diakses dan diinterpretasikan dan bahwa tindakan
kontrol yang sesuai dapat dilakukan
3. Desain lingkungan fisik (panas, bising, getaran, pencahayaan), untuk
meminimalkan efek fisik dan psikologis negatif dari kondisi yang tidak optimal
4. Mengoptimalkan beban kerja mental dan fisik pekerja
b. Konsep Human Factors Engineering Approach
Human factor engineering merujuk pada human factor ergonomic yang berfokus pada
pemahaman mengenai kapabilitas dan batasan kemampuan manusia dan menerapkan
pemahaman hubungan antara manusia dengan mesin. Menurut International Ergonomic
Association (IEA), HFE merupakan multidisiplin ilmu dan berpusat pada pengguna (user centric
integrating). HFE menggunakan pendekatan sistem holistik atau secara menyeluruh dengan
mempertimbangkan segala aspek untuk menerapkan teori, prinsip dan data dari berbagai disiplin
ilmu yang sesuai dengan desain dan evaluasi tugas, pekerjaan, produk, lingkungan dan sistem.
HFE juga memperhitungkan faktor fisik, kognitif, sosioteknik, organisasi, lingkungan dan
lainnya yang sesuai, serta interaksi kompleks antara manusia dan manusia lainnya, lingkungan,
peralatan, produk, peralatan, dan teknologi.
sumber:https://iea.cc/what-is-ergonomics/
Salah satu prinsip dasar dari Human Factor Engineering adalah untuk merancang
peralatan dan sistem yang sesuai dengan kemampuan manusia baik secara fisik maupun kognitif.
Untuk memenuhi prinsip dasar tersebut mata diperlukan pemahaman yang baik mengenai
karakteristik manusia mengacu pada berbagai disiplin ilmu seperti antropometri, biomekanik,
teknik industri, psikologi eksperimental, psikologi kognitif, psikologi sosial, dan psikologi
organisasi. Prinsip HFE merupakan akar dari nilai sosioteknik yang memiliki nilai manusia
sebagai aset, teknologi sebagai alat untuk membantu manusia, promosi kualitas hidup,
menghormati perbedaan individu dan tanggung jawab kepada semua pemangku kepentingan.
Dalam bekerja, HFE tidak hanya memperhatikan keselamatan dan kesehatan namun
memperhatikan pula aspek kognitif dan psikososial. HFE juga berfokus pada aspek mikro
ergonomi seperti desain prosedur dan peralatan yang digunakan untuk bekerja dan juga aspek
makro ergonomi seperti organisasi, jenis pekerjaan, teknologi yang digunakan, tipe pekerjaan
dan komunikasi.
sumber:https://iea.cc/what-is-ergonomics/
HFE berkontribusi pada terciptanya sistem kerja yang aman dan berkelanjutan dengan
mempertimbangkan keterkaitan komponen manusia, teknis, dan lingkungan serta potensi efek
perubahan desain sistem kerja pada semua bagian sistem. HFE berkontribusi pada kesehatan
ekonomi organisasi dengan meningkatkan kesejahteraan pekerja, kapabilitas dan keberlanjutan,
memaksimalkan kinerja, dan mengurangi biaya langsung serta biaya tidak langsung dari
kehilangan produktivitas, penurunan kualitas, dan pergantian karyawan. Tempat kerja yang
dirancang dengan prinsip HFE memiliki kinerja karyawan yang lebih baik dan menghasilkan
hasil bisnis yang lebih baik.
sumber:https://iea.cc/what-is-ergonomics/
c. Penerapan Human Factors Engineering Approach
Human factor engineering approach yang diaplikasikan pada desain dan pada
pengembangan sitem, sering juga disebut sebagai pendekatan rekayasa “sosioteknik” .
Disebut rekayasa sosioteknik dikarenakan desain sistem yang memiliki sistem teknologi
yang kompleks, yang melibatkan orang, serta sangat bergantung pada konteks organisasi
dan sosial dimana sistem tersebut beroperasi.
Tahapan pengembangan, dan risiko proyek khusus, dalam pengembangan sistem
teknis yang kompleks dapat digeneralisasikan menjadi:
Untuk semua tahap pengembangan diatas, pendekatan Human factor engineering atau
rekayasa sosioteknik dapat digunakan.
Namun, persyaratan lain untuk mengikuti proses standar desain tertentu, dapat
digunakan jika diminta. Sedangkan proses desain umum untuk proyek rekayasa
sosioteknik dapat dijelaskan sebagai berikut: