Anda di halaman 1dari 16

PANDUAN

KEGIATAN PRAKTIK
MAHASISWA
Di Instalasi Bedah Sentral

RUMAH SAKIT UMUM KOTA BANJAR


Jl. Rumah Sakit No 5 Kota Banjar

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peningkatan derajat kesehatan merupakan tujuan dari pelayanan dalam bidang
kesehatan, upaya peningkatan adalah dengan menciptakan sumberdaya manusia yang handal
yang dibarengi dengan kemampuan skill yang memuaskan. Dalam rangka mempersiapkan
generasi yang professional dan mampu memberikan pelayanan yang terbaik maka
pendidikan yang berkualitas harus diciptakan sehingga menciptakan SDM yang dapat
dibanggakan.
Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Umum Kota Banjar sebagai salah satu bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang juga dipergunakan untuk sarana pendidikan harus
mempersiapkan diri agar semua elemen yang memanfaatkan saranan kamar operasi untuk
menimba ilmu dan pengalaman dapat menciptakan suasanan lahan pendidikan yang baik.
Untuk mewujudkan hal itu semua diperlukan suatu arah agar dalam memberikan
bimbingan mampu mencapai target yang telah ditetapkan dari institusi pendidikan masing
masing. Juga disesuaikan dengan kondisi nyata di lapangan.

B. TUJUAN
1. Mewujudkan suatu proses bimbingan yang baik
2. Menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran klinik di kamar operasi.

BAB II
GAMBARAN UMUM DAN VISI MISI
RUMAH SAKIT UMUM KOTA BANJAR
Rumah Sakit Umum Kota Banjar pertamakali didirikan pada tahun 1930dengan nama Balai

Pengobatan ( Karantina ) di bawah pengelolaan orang jerman yang bernama GLOICE MRAYCE

dalam kurun waktu relatif singkat Balai Pengobatan berkembang dua tingkat keatas, tahgun

1950 dinamakan balai Pebgobatan bertempat tidur yang disebut Puskesmas bertempat tidur.

Pada tahun 1978 berdasarkan keputusan Bupati Ciamis nomor 123/HK/003-SK/1978

tanggal 30 September 1978 menjadi Rumah Sakit kelas D. Dari tahun ketahun Rumah Sakit

Umum Banjar mengalami perubahan yang signifikan , dari tahun 1992 Rumah Sakit Umum Kota

Banjar dikategorikan menjadi Rumah Sakit Umum Kelas D Plus dengan SK Nomor

983/Menkes/SK/VII/1992 tanggal 12 November 1992.

Rumah Sakit Umum Banjar mengalami perubahan kembali dari Rumah Sakit kelas D Plus

menjadi kelas C berdasarkan SK Menkes RI tahun 1993 No 09/Menkes/SK/1/1993 disetujui

peningkatan kelas dari kelas D menjadi kelas C tanggal 09 Januari 1993.Pada tahun 2003 oleh

Menkes RI No. 195/Menkes/SK/II/2003 disetujui peningkatan statusnya dari kelas C menjadi B

non Pendidikan. Tanggal 19 Februari tahun 2003 serta memperoleh status akreditasi penuh

tingkat dasar sesuai Keputusan Menkes RI Nomor YM.00.032.2.2002. Dengan Dorongan

Karyawan / Masyarakat Rumah Sakit Umum Banjar diharuskan terakreditasi sehingga dapat

dipercaya oleh masyarakat, maka pada tanggal 29 September 2004 berdasarkan SK Direktorat

Jendral Pelayanan Medik No. HK. 00.06.3.5.240. menjadi kelas B terakreditasi 12 bidang

pelayanan dan saat itu Rumah Sakit Umum Banjar Telah berada dibawah naungan pemerintahan

Kota Banjar.

BAB III
PENGENALAN KAMAR OPERASI
A. DEFINISI
Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit, tempat untuk melakukan
tindakan pembedahan, baik elektif maupun akut, yang membutuhkan keadaan suci hama
(steril).

B. AREA DI KAMAR OPERASI

Secara umum lingkungan kamar operasi terdiri dari 3 area.


a.   Area bebas terbatas (unrestricted area)
Pada area ini petugas dan pasien tidak perlu menggunakan pakaian khusus kamar
operasi.
b.   Area semi ketat (semi restricted area)
Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus  kamar operasi yang terdiri
atas topi, masker, baju dan celana operasi.
c.   Area ketat/terbatas (restricted area).
Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus kamar operasi lengkap
yaitu : topi, masker, baju dan celana operasi serta melaksanakan prosedur aseptic.
 
C.  ALUR PASIEN, PETUGAS DAN PERALATAN
1. Alur Pasien
a.    Pintu masuk pasien pre dan pasca bedah berbeda.
b.    Pintu masuk pasien dan petugas berbeda.
2. Alur Petugas
Pintu masuk dan keluar petugas melalui satu pintu.
3. Alur Peralatan
Pintu keluar masuknya peralatan bersih dan kotor berbeda.

D.   KONSEP IDEAL KAMAR OPERASI


Kamar operasi yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Letak
Letak kamar operasi harus berada ditengah-tengah rumah sakit berdekatan dengan
unit gawat darurat (IRD), ICU dan unit radiology.

2. Bentuk dan Ukuran


a.       Bentuk
1)      Kamar operasi tidak bersudut tajam, lantai, dinding, langit-langit
berbentuk lengkung, warna tidak mencolok.
2)      Lantai dan dinding harus terbuat dari bahan yang rata, kedap air,
mudah dibersihkan dan menampung debu.
b.       Ukuran kamar operasi
1)    Minimal 5,6 m x 5,6 m (=29,1 m2)
2)    Khusus/besar 7,2 m x 7,8 (=56 m2)
 
3. Sistem Ventilasi
a.   Ventilasi kamar operasi harus dapat diatur dengan alat control dan
penyaringan udara dengan menggunakan HEPA filter. Idealnya
menggunakan sentral AC.
b.   Pertukaran dan sirkulasi udara harus berbeda.
 
4. Suhu dan Kelembaban.
a.    Suhu ruangan antara 190 – 220 C.
b.    Kelembaban 55 %
 
5. Sistem Penerangan
a.     Lampu Operasi
Menggunakan lampu khusus, sehingga tidak menimbulkan panas, cahaya
terang, tidak menyilaukan dan arah sinar mudah diatur posisinya.
b.     Lampu Penerangan
Menggunakan lampu pijar putih dan mudah dibersihkan.

6. Peralatan
a.      Semua peralatan yang ada di dalam kamar operasi harus beroda dan mudah
dibersihkan.
b.     Untuk alat elektrik, petunjuk penggunaaanya harus menempel pada alat
tersebut agar mudah dibaca.
c.      Sistem pelistrikan dijamin aman dan dilengkapi dengan elektroda untuk
memusatkan arus listrik mencegah bahaya gas anestesi.
 
7. Sistem Instalsi Gas Medis
Pipa (out let) dan konektor N2O dan oksigen, dibedakan warnanya, dan dijamin
tidak bocor serta dilengkapi dengan system pembuangan/penghisap udara
untuk mencegah penimbunan gas anestesi.
 
8. Pintu
a.       Pintu masuk dan keluar pasien harus berbeda.
b.       Pintu masuk dan keluar petugas tersendiri
c.       Setiap pintu menggunakan door closer (bila memungkinkan)
d.      Setiap pintu diberi kaca pengintai untuk melihat kegiatan kamar tanpa
membuka pintu.

9. Air Bersih
Air bersih harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a.       Tidak berwarna, berbau dan berasa.
b.       Tidak mengandung kuman pathogen.
c.       Tidak mengandung zat kimia.
d.      Tidak mengandung zat beracun.
 
E. PEMBERSIHAN KAMAR OPERASI
Pemeliharaan kamar operasi merupakan proses pembersihan ruang beserta alat-
alat standar yang ada dikamar operasi. Dilakukan teratur sesuai jadwal, tujuannya
untuk mencegah infeksi silang dari atau kepada pasien serta mempertahankan
sterilitas.
Cara pembersihan kamar operasi ada 3 macam :
1. Cara pembersihan rutin/harian
2. Cara pembersihan mingguan
3. Cara pembersihan sewaktu pada kasus infeksi
 
1. Cara Pembersihan Harian
Pembersihan rutin yaitu pembersihan sebelum dan sesudah
penggunaankamar operasi agar siap pakai dengan ketentuan sebagai berikut :
Semua permukaaan peralatan yang terdapat didalam kamar operasi harus
dibersihkan dengan menggunakan desinfektan atau dapat juga menggunakan air
sabun.

Permukaan meja operasi dan matras harus diperiksa dan dibersihkan.


Ember tempat sampah harus dibersihkan setiap selesai dipakai, kemudian pasang
plastic yang baru.
Semua peralatan yang digunakan untuk pembedahan dibersihkan, antara lain :
1)      Slang suction dibilas.
2)      Cairan yang ada dalam botol suction dibuang bak penampung tidak
boleh dibuang di ember agar sampah yang ada tidak tercampur
dengan cairan yang berasal dari pasien.
3)     Alat anestesi dibersihkan, alat yang terbuat dari karet setelah
dibersihkan direndam dalam cairan desinfektan.

Noda-noda yang ada pada dinding harus dibersihkan. Lantai


dibersihkan kemudian dipel dengan menggunakan cairan desinfektan. Air
pembilas dalam ember setiap kotor harus diganti dan tidak boleh untuk kamar
operasi yang lain. Lubang angin, kaca jendela dan kusen, harus dibersihkan
Alat tenun bekas pasien dikeluarkan dari kamar operasi. Jika alat tenun
tersebut bekas pasien infeksi, maka penanganannya sesuai prosedur yang
berlaku.
Lampu operasi harus dibersihkan setiap hari pada waktu membersihkan,
lampu harus dalam keadaan dingin. Alas kaki (sandal) khusus kamar operasi
harus dibersihkan setiap hari.
 
2. Pembersihan Mingguan
Dilakukan secara teratur setiap minggu sekali.Semua peralatan yang ada
di dalam kamar bedah dikeluarkan dan diletakkan di koridor/didepan kamar
bedah.
Peralatan kamar bedah harus dibersihkan /dicuci dengan memakai
cairan desinfektan atau cairan sabun. Perhatian harus ditujukan pada bagian
peralatan yang dapat menjadi tempat berakumulasinya sisa organis, seperti
bagian dari meja operasi, dibawah matras.
Permukaan dinding dicuci dengan menggunakan air mengalir.Lantai
disemprot dengan menggunakan deterjen, kemudian permukaan lantai disikat.
Setelah bersih dikeringkan. Setelah lantai bersih dan kering, peralatan yang
sudah dibersihkan dapat dipindahkan kembali dan diatur kedalam kamar operasi.
 
3.    Pembersihan  Sewaktu.
Pembersihan sewaktu dilakukan  bila kamar operasi digunakan untuk
tindakan pembedahan pada kasus infeksi, dengan ketentuan sebagai berikut :
a.      Pembersihan kamar operasi secara menyeluruh, meliputi dinding, meja
operasi, meja instrument dan semua peralatan yang ada di kamar
operasi.
b.      Instruemen dan alat bekas pakai harus dipindahkan/tidak boleh campur
dengan alat yang lain sebelum didesinfektan.
c.      Pemakaian kamar operasi untuk pasien berikutnya diijinkan setelah
pembersihan secara menyeluruh dan sterilisasi ruangan selesai.
Sterilisasi kamar operasi dapat dengan cara :
1)      Pemakaian sinar ultra violet, yang dinyalakan selama 24 jam.
2)      Memakai desinfektan yang disemprotkan dengan memakai alat
(foging). Waktu yang dibutuhkan lebih pendek dibandingkan
dengan pemakaian ultra violet, yaitu kurang lebih 1 jam untuk
menyemprotkan cairan, dan 1 jam kemudian baru dapat
dipakai.
d.      Hal-hal yang harus diperhatikan pada penanganan pada kasus infeksi
dan penyakit menular adalah :
1)     Keluarga pasien diberi tahu tentang penyakit pasien dan
perawatan yang harus dilaksanakan terhadap pasien tersebut.
2)      Petugas yang menolong pasien harus :
a)      Memakai sarung tangan
b)      Tidak luka atau goresan dikulit atau tergores alat bekas
pasien (seperti jarum suntik dsb.)
c)      Memahamai cara penularan penyakit tersebut.
d)      Memperhatikan teknik isolasi dan tekhnik aseptic.
e)     Jumlah tenaga yang kontak dengan pasien
dibatasi/tertentu dan selama menangani pasien tidak
boleh menolong pasien lain dalam waktu bersamaan.
3)     Pasang pengumuman didepan kamar operasi yang sedang
dipakai yang menyatakan bahwa dilarang masuk karena ada
kasus infeksi.
4)     Bagian anggota tubuh yang akan dan sudah diamputasi
dibungkus rapat dengan kantong plastic tebal yang cukup besar
agar bau tidak menyebar dan menimbulkan infeksi silang.
5)     Ruang tindakan secara periodic dan teratur dilakukan uji
mikrobiologi terhadap debu, maupun terhadap kesehatan yang
ada.
 
F.       PENANGANAN LIMBAH
Pembuangan limbah dan penanganan limbah kamar operasi, tergantung
jenis limbah dengan prinsip, limbah padat ditangani terpisah dengan limbah cair,
limbah cair dibuang ditempat khusus yang berisi larutan desinfektan yang
selanjutnya mengalir ketempat pengelolaan limbah cair rumah sakit.
Limbah pada/anggota tubuh ditempatlkan dalam kantong/tempat tertutup
yang selanjutnya dibakar atau dikubur dirumah sakit sesuai ketentuan yang
berlaku, atau diserahterimakan kepada keluarga pasien bila memungkinkan.
Limbah non infeksi yang kering dan basah ditempatkan pada tempat yang
tertutup serta tidak mudah bertebaran dan selanjutnya dibuang ke tempat
pembuangan rumah sakit.
Limbah infeksi ditempatkan pada tempat yang tertutup dan tidak mudah
bocor serta diberi label warna merah”untuk dimusnahkan”.

G. PENGENDALIAN INFESKSI NOSOKOMIAL


a. Definisi Infeksi Nosokomial
Infeksi Nosokomial adalah infeksi yang didapat penderita selama/oleh
karena dia dirawat di rumah sakit. Suatu infeksi pada penderita barn bisa
dinyatakan sebagai infeksi nosokomial bila memenuhi beberapa
kriteria/batasan tertentu (Cermin Dunia Kedokteran No. 82, 1993) :

1. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak didapatkan


tanda-tanda klinik dari infeksi tersebut

2. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak sedang dalam
masa inkubasi dari infeksi tersebut

3. Tanda-tanda klinik infeksi tersebut baru timbul sekurang- kurangnya


setelah 3 x 24 jam sejak mulai perawatan.

4. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa dari infeksi sebelumnya.

5. Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi, dan
terbukti infeksi tersebut didapat penderita ketika dirawat di rumah sakit
yang sama pada waktu lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi
nosokomia.

b. Faktor Yang Mempengaruhi


Ada dua faktor yang memegang peranan penting :
1). Faktor Endogen : Faktor yang ada di dalam penderita sendiri seperti umur,
sex, dan penyakit penyerta
2). Faktor Eksogen :
Faktor di luar penderita, seperti lama penderita dirawat di rumah sakit
kelompok yang merawat penderita, lingkungan, peralatan, dan teknik medis
yang dilakukan.

c. Tujuan Program Pengendalian Infeksi Nosokomial:


1. Untuk melindungi pasien
2. Untuk melindungi tenaga ksehatan
3. Untuk melindungi pengunjung dan yang berada di Rumah Sakit.

d. Pencegahan Infeksi Dengan Penerapan Standar Precaution


Menurut CDC( The Center For Disease Control ) 1996 Jenis Isolation
precaution :
- Standar Precaution ( Kewaspadaan Baku )
- Transmision Based Pre Caution

Prinsip kewaspadaan baku : Darah dan semua jenis cairan tubuh , secret,
eksreta ( kecuali keringat ) kulit yang tidak utuh dan se;laput lender pasien
, dianggap sebagai sumber potensial untuk menularkan infeaksi.
BAB III
SKILL STATION

2 JENIS BENANG DAN TEKNIK MENJAHIT

Jahitan digunakan untuk hemostasis atau untuk menghubungkan struktur anatomi yang
terpotong (Sabiston,1995). Menurut Sodera dan Saleh (1991), jahitan merupakan hasil
penggunaan bahan berupa benang untuk mengikat atau ligasi pembuluh darah dan
menghubungkan antara dua tepi luka. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penjahitan
merupakan tindakan menghubungkan jaringan yang terputus atau terpotong untuk mencegah
pendarahan dengan menggunakan benang.

Prinsip Umum Penjahitan luka


Menurut Brown (1995), prinsip–prinsip umum yang harus dilaksanakan dalam penjahitan luka
laserasi adalah sebagai berikut :

1. Penyembuhan akan terjadi lebih cepat bila tepi-tepi kulit dirapatkan satu sama lain
dengan hati-hati.
2. Tegangan dari tepi–tepi kulit harus seminimal mungkin atau kalau mungkin tidak ada
sama sekali. Ini dapat dicapai dengan memotong atau merapikan kulit secara hati–hati
sebelum dijahit.
3. Tepi kulit harus ditarik dengan ringan, ini dilakukan dengn memakai traksi ringan pada
tepi–tepi kulit dan lebih rentan lagi pada lapisan dermal daripada kulit yang dijahit.
4. Setiap ruang mati harus ditutup, baik dengan jahitan subcutaneus yang dapat diserap atau
dengan mengikutsertakan lapisan ini pada waktu mmenjahit kulit.
5. Jahitan halus tetapi banyak yang dijahit pada jarak yang sama lebih disukai daripada
jahitan yang lebih besar dan berjauhan.
6. Setiap jahitan dibiarkan pada tempatnya hanya selama diperlukan. Oleh karena itu jahitan
pada wajah harus dilepas secepat mungkin (48 jam–5 hari), sedangkan jahitan pada
dinding abdomen dan kaki harus dibiarkan selama 10 hari atau lebih.
7. Semua luka harus ditutup sebersih mungkin.
8. Pemakaian forsep dan trauma jaringan diusahakan seminimal mungkin.

Menurut Sodera dan Saleh (1991), penjahitan merupakan suatu cara menjahit untuk
mendekatkan  atau menghubungkan dua tepi luka. Dapat dibedakan menjadi :

1. Jahitan Primer (primary Suture Line) adalah jahitan yang digunakan untuk
mempertahankan kedudukan tepi luka yang saling dihubungkan selama proses
penyembuhan sehingga dapat sembuh secara primer.
2. Jahitan Kontinyu yaitu jahitan dengan sejumlah penjahitan dari seluruh luka dengan
menggunakan satu benang yang sama dan disimpulkan pada akhir jahitan serta dipotong
setelah dibuat simpul. Digunakan untuk menjahit peritonium kulit, subcutis dan organ.
3. Jahitan Simpul/Kerat/Knot, yaitu merupakan tehnik ikatan yang mengakhiri suatu jahitan.
Digunakan untuk memperkuat dan mempertahankan jahitan luka sehingga jahitan tidak
terlepas atau mengendor. Yang dimaksud dengan jerat adalah pengikatan satu kali,
sedang simpul adalah pengikatan dengan dua jerat atau lebih.

Secara umum jenis–jenis benang yang digunakan dalam penjahitan

1. Seide (Silk/Sutra): Bersifat tidak licin seperti sutera biasa karena sudah dikombinasi
dengan perekat, tidak diserap oleh tubuh. Pada penggunaan disebelah luar, maka benang
harus dibuka kembali. Berguna untuk menjahit kulit, mengikat pembuluh arteri besar.
Ukuran yang sering digunakan adalah nomor 2 nol 3 nol, 1 nol dan nomor 1.
2. Plain Catgut: Bersifat dapat diserap tubuh, penyerapan berlangsung dalam waktu 7–10
hari dan warnanya putih kekuningan. Berguna untuk mengikat sumber pendarahan kecil,
menjahit subcutis dan dapat pula digunakan untuk bergerak dan luas lukanya kecil.
Benang ini harus dilakukan penyimpulan 3 kali karena dalam tubuh akan mengembang.
Bila penyimpulan dilakukan hanya 2 kali akan terbuka kembali.
3. Chromic Catgut: Bersifat dapat diserap oleh tubuh, penyerapannya lebih lama yaitu
sampai 20 hari. Chromic Catgut biasanya menyebabkan reaksi inflamasi yang lebih besar
dibandingkan dengan plain catgut. Berguna untuk penjahitan luka yang dianggap belum
merapat dalam waktu 10 hari dan bila mobilitas harus segera dilakukan.
Komplikasi menjahit luka

1. Overlapping:  Terjadi sebagai akibat tidak dilakukan adaptasi luka sehingga luka
menjadi tumpang tindih dan luka mengalami penyembuhan yang lambat dan apabila
sembuh maka hasilnya akan buruk.
2. Nekrosis: Jahitan yang terlalu tegang dapat menyebabkan avaskularisasi sehingga
menyebabkan kematian jaringan.
3. Infeksi: Infeksi dapat terjadi karena tehnik penjahitan yang tidak steril, luka yang telah
terkontaminasi, dan adanya benda asing yang masih tertinggal.
4. Perdarahan: Terapi antikoagulan atau pada pasien dengan hipertensi.
5. Hematoma: Terjadi pada pasien dengan pembuluh darah arteri terpotong dan tidak
dilakukan ligasi/pengikatan sehingga perdarahan terus berlangsung dan menyebabkan
bengkak.
6. Dead space (ruang/rongga mati): Yaitu adanya rongga pada luka yang terjadi karena
penjahitan yang tidak lapis demi lapis.
7. Sinus: Bila luka infeksi sembuh dengan meninggalkan saluran sinus, biasanya ada jahitan
multifilament yaitu benang pada dasar sinus yang bertindak sebagai benda asing.
8. Dehisensi: Adalah luka yang membuka sebelum waktunya disebabkan karena jahitan
yang terlalu kuat atau penggunaan bahan benang yang buruk.
9. Abses: Infeksi hebat yang telah menghasilkan produk pus/nanah.

JENIS JAHITAN
1. Continous Suturing Technique.
Penjahitan luka secara berlanjut tanpa terputus
a. Interlocking

b. Two strands knotted


c. Looped suture tied to itself
d. Over and over running stitch
2. Interupted sutures
Penjahitan luka secara terputus
a. Simple interrupted
b. Vertical mattress
c. Horizontal mattress

3. Buried suture
4. Purse –string sutures
5. Subcuticular Sutures

6.Retetion Sutures
Penjahitan luka untuk memperkuat penjahitan utama.
a. Through and through
b. Buried coaptation

JENIS BENANG
1. Natural Abrobable suture.
Adalah benang yang dapat di serap oleh tubuh yang terbuat dari bahan alami
seperti collagen macamnya ada 2 yaitu :
a. plain gut : warna kuning dan dapat kekuatan menahan luka 7- 10 hari dan
diserap dalam waktu 70 hari. .
b. Cromic gut : warna coklat karena diberi asam crom dapat diserap dalam waktu
90 hari.
2. Synthesis Absorable Suture
Adalah benang dari bahan synthesis atau kimia yang dapat diserap
a. Dexon ( Poligliconate )
b. Ti – Cron
c. Maxon
3. Synthesis non absorbable suture
Adalah benang dari bahan synthesis atau kimia tidak dapat diserap
a.Dermalon

JARUM DALAM PEMBEDAHAN


1. Bagian bagian dari sebuah jarum bedah

2. Jenis jarum bedah


a. Jarum Cutting
Adalah jarum dengan bagian ujung yang tajam yang
penggunaanya adalah untuk lapisan kulit atau lapisan fasia.

b. Jarum tapper
Adalah jarum dengan ujung yang bulet dengan penggunaanya
adalah unuk bagian jaringan yang halus seperti uterus, otot ,
peritoneum, subcutis

c. Lingkaran jarum
1. Straight : jarum lurus
2. ½ curved : ½ melengkung
3. ¼ Cricle : ¼ lingkaran
4. 3/8 cricle : 3/8 lingkaran
5. ½ Cricle : ½ lingkaran
6.5/8 cricle : 5/8 lingkaran

Anda mungkin juga menyukai